Sabtu, 28 September 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 11)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
  Donghyun, Youngmin, Kwangmin)
Genre               : teen romance, family
Length              : part

***

        Myungsoo berada paling depan. Ia setengah berlari. Di belakangnya tampak Sungyeol menyusul, bahkan hampir mensejajarkan langkahnya dengan Myungsoo.
        “Minwoo!” Myungsoo meneriaki adiknya yang sudah hampir sampai di depan pintu kolam renang. “Mana Hoya?” tanpa menunggu jawaban Minwoo, Myungsoo sudah lebih dulu melesat ke dalam. Tanpa sadar ia bahkan sampai sedikit menubruk tubuh adiknya agar sedikit bergeser.
        Di dalam tampak Hoya sudah berhasil membawa Hye Ra turun meski gadis itu benar-benar ketakutan. Mereka bahkan sudah sampi di tepi kolam. Hoya harus berusaha keras menenangkan Hye Ra dengan cara merangkul gadis itu.
        “Hye Ra!” pekik Myungsoo. Hye Ra benar-benar sudah seperti saudara kembarnya sendiri. Rasa sayang ke gadis itu sudah sangat besar. Myungsoo yang sudah di kuasai rasa kalut, berlari ke arah Hoya dan Hye Ra. Ia ingin merebut Hye Ra dari kekuasaan Hoya. Bahkan tanpa sadar Myungsoo sampai sedikit mendorong tubuh Hoya untuk menjauhi Hye Ra.
        “Myungsoo!” Sungyeol tercengang dengan pemandangan di depannya. Memang tidak di sengaja, tapi dorongan Myungsoo terhadap Hoya cukup besar.
        Sementara yang lain meneriaki nama ‘Hoya’. Tepat sebelum pemuda itu tercebur ke dalam kolam.
        Kejadian tadi juga langsung menyita perhatian Hye Ra. Gadis itu sudah pernah mengalami kejadian serupa. Pikirannya yang sudah melayang jauh, membuatnya kehabisan akal. Terlebih dalam pandangannya, tak ada satu pun dari mereka yang berniat menolong Hoya. Dengan terpaksa, Hye Ra mencebutkan diri dengan niat menolong Hoya. Ia lupa jika pemuda sebenarnya bisa berenang.
        “Hye Ra!” Myungsoo sudah siap terjun ke kolam, tapi tubuhnya terhalang tangan Sungyeol yang sengaja menahan pundaknya. Saat menengok, Sungyeol sudah lebih dulu menceburkan diri ke dalam kolam.
        Di sana Hye Ra sudah kembali nyaris tenggelam. Kejadian dua tahun lalu kembali terulang.
        Hoya menangkap tangan Hye Ra, tapi gadis itu tetap tidak bisa tenang. Padahal ketinggian air di tempat mereka berada sekarang, tidak lebih tinggi dari leher Hye Ra.
        Di sisi lain, Sungyeol juga berusaha meraih tubuh Hye Ra. Ia memeluk pinggang gadis itu dari belakang. “Hye Ra, kau aman bersamaku,” bisik Sungyeol tepat di telinga Hye Ra. Dan tentu saja itu sukses membuat Hye Ra jauh lebih tenang.
Tanpa ingin berlama-lama, Sungyeol membimbing Hye Ra untuk menepi. Di tepi kolam, tampak Myungsoo tengah menunggu. Di sampingnya juga ada Dongwoo yang sudah mengulurkan tangannya untuk membantu Hoya naik ke atas.
        “Apa yang sebenarnya ada dipikiranmu? Kau lupa kalau Hoya bisa berenang?” omel Myungsoo. Di balik rasa kesalnya pada Hye Ra, tentu saja itu karena ia sangat mengkhawatirkan sepupunya itu. “Jangan lakukan itu lagi,” serunya masih dengan nada mengintimidasi, namun tangannya sambil membantu Hye Ra ke luar dari dalam kolam. Setelah berhasil menolong Hye Ra, Myungsoo langsung memeluk dan membawa gadis itu menjauh, seakan tak membiarkan Hye Ra kembali terjun ke dalam kolam.
        “Kau baik-baik saja, oppa?” Tanya Haesa setelah Sungyeol berhasil ke luar dari kolam.
        “Tentu,” jawab Sungyeol singkat sambil menyunggingkan senyum. Bertolak belakang dengan perasaannya saat ini. Ia hampir mati melihat Hye Ra kembali tenggelam di kolam renang.
        “Hyung, terima kasih kau telah kembali menyelamatkan Hye Ra.”
        Sungyeol mendongak setelah mendengar suara Myungsoo. Yang lain mungkin tidak menyadari saat Myungsoo menyebutkan kata ‘kembali’ dalam ucapannya. Tapi tidak untuk Sungyeol. “Apa rahasiaku sudah terbongkar?” Ada sebuah ketakutan pada diri Sungyeol. Perlahan pemuda itu memberanikan diri mendekati Myungsoo yang masih memeluk Hye Ra.
        “Hyung, kau harus segera kembali ke café, kan?” Tanya Myungsoo. “Aku akan membawa Hye Ra pulang.”
        Tanpa menunggu persetujuan, Myungsoo langsung membimbing Hye Ra untuk segera meninggalkan kolam renang. Sementara Minwoo mengikuti dari belakang.
        “Kau juga harus segera pulang sepertinya,” ujar Dongwoo yang tampak perhatian pada Hoya. Selain itu, perkatannya tadi juga sebagai pengalih pikiran Hoya saat ini. Hoya pasti dalam keadaan tertekan, kendati ada seorang pemuda yang bisa lebih mudah menenangkan Hye Ra dari ancaman tenggelam yang sangat ditakuti oleh gadis itu.
        Sepeninggal Hoya dan Dongwoo. Haesa masih tertinggal di sana bersama Sungyeol. Gadis itu juga memiliki beberapa pertanyaan yang akan ia lontarkan untuk kakaknya itu.
        “Kalau boleh, aku ingin menemani oppa pulang. Selain itu, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan dan aku ceritakan padamu.”
        Sungyeol menoleh dan menatap adiknya sendu. Setidaknya masih ada satu orang lagi di sisinya. Sungyeolpun akhirnya tersenyum sambil mengangguk sebagai tanda ia menuruti permintaan adiknya itu.
        “Kita naik mobil saja. Biar motormu di bawa Sungjong,” saran Haesa.
        “Kau keberatan pergi menggunakan motor denganku?” Tanya Sungyeol hati-hati.
        Haesa buru-buru menggeleng untuk menepiskan pikiran kakaknya. “Pakaian oppa basah. Kau bisa sakit jika terkena angin karena menggunakan motor. Ku mohon kali ini turuti permintaanku.” Haesa sampai merapatkan kedua telapak tangannya. Ia sangat mengkhawatirkan kesehatan kakaknya.
        Sungyeol hanya terkekeh melihat kelakuan adiknya. Ia juga tidak mungkin menolak permintaan Haesa. “Sunggyu hyung sangat beruntung jika bisa memilikimu,” goda Sungyeol yang memang sudah mendengar berita kedekatan Haesa dengan bossnya sendiri.
        “Berhenti menggodaku!” protes Haesa pura-pura cemberut sambil menatap Sungyeol, tajam.
        Tawa Sungyeol semakin menjadi. Dan Haesa semakin menajampak tatapannya “Ayo kita pulang,” ajak pemuda itu yang kini sudah merangkul adiknya. Selain untuk mempersingkat waktu, ia juga ingin segera mengalihkan perasaannya saat ini yang sejujurnya sangat-sangat mengkhawatirkan Hye Ra.

***

        Hye Ra yang sudah berganti pakaian, berniat untuk berbaring di tempat tidur. Tepat ketika pintu kamarnya terbuka dari luar dan terlihat kepala Myungsoo yang menyembul di baliknya. Tanpa meminta izin, pemuda itu masuk ke dalam, lalu duduk di tepi tempat tidur. Sementara Hye Ra bersandar di sandarannya.
        “Sudah lebih baik?” Tanya Myungsoo. Ada sedikit rasa bersalah karena akhir-akhir ini mereka hanya memiliki sedikit waktu kebersamaan. Itupun hanya ketika mereka di kelas. Selebihnya, Myungsoo sibuk dengan dunianya sendiri karena ia kini sudah memiliki kekasih.
        Belum sempat Hye Ra menjawab, ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Hye Ra. Tak lama Minwoo muncul dan membawa seseorang di belakangnya.
        “Dokter Donghyun hyung sudah datang,” kata Minwoo yang kemudian mempersilahkan Donghyun untuk masuk ke dalam kamar Hye Ra. Dokter muda itu masih mengenakan seragam dinasnya dan tak lupa ia juga membawa tas berisi perlatan kedokterannya.
        Myungsoo tampak menatap Donghyun sedikit takjub. “Kau datang cepat sekali, hyung?” komentar Myungsoo sambil menyingkir dan membiarkan Donghyun menempati tempat yang ia tinggali tadi. Sementara itu Minwoo tampak kembali menunggu di luar kamar Hye Ra, dan Myungsoo berpindah tempat menjadi duduk di samping Hye Ra.
        “Bagaimana perasaanmu sekarang?” Donghyun memulai memeriksa keadaan Hye Ra dengan bertanya. Tangan kanannya ia letakkan di salah satu kaki Hye Ra yang tertup selimut tebalnya.
        “Aku juga bingung dengan apa yang terjadi padaku akhir-akhir ini,” kata Hye Ra.
        “Apa kau juga lupa kalau Hoya sebenarnya tidak perlu bantuanmu karena ia bisa berenang dan terlebih tidak memiliki phobia akan hal itu?” Myungsoo ikut menanyai Hye Ra. Memastikan lebih tepatnya atas keputusan yang dipilih Hye Ra tadi.
        “Di sana tidak hanya ada kalian berdua, kan?” sambung Donghyun.
        Hye Ra meneguk ludahnya. “Bagaimana bisa aku melupakan hal itu?” Gadis menatap Donghyun yang dengan sabar menunggunya untuk menjawab. “Aku hanya teringat apa yang pernah terjadi padaku,” seru Hye Ra akhirnya.
        “Tapi Youngmin bilang, kau sempat memanggil nama Sungyeol. Benar begitu?” Ada nada ketidak sukaan yang ditunjukkan Myungsoo ketika kembali bertanya. Ia masih belum rela jika nyatanya Sungyeol mendapatkan tempat lebih dari pada dirinya atau Sunggyu. Terlebih Sungyeol adalah orang baru dikehidupan Hye Ra. Pemuda itu tidak sempat menunggu jawaban Hye Ra karena sebuah panggilan telpon mengalihkan pikirannya. “Aku terima telpon dulu,” pamit Myungsoo sambil berjalan ke luar kamar, meninggalkan Hye Ra bersama Donghyun.
        Hye Ra hanya merespon datar. Sementara Donghyun sempat menoleh ke arah pintu. Setelah Myungsoo menutup pintu dari luar, pemuda itu kembali melirik Hye Ra.
        “Bagaimana perkembangan hubungan Sunggyu dengan gadis misterius itu? Apa kau sudah tau siapa gadis tersebut?”
        Hye Ra nyaris tersedak dengan pertanyaan Donghyun yang sangat-sangat ia hindari untuk saat ini. Rasa sakit itu kembali dirasakannya mengingat pemuda yang ia cintai sudah bersama seorang gadis yang ternyata juga mendekati kakaknya sendiri. Tapi justru jauh lebih menyakitkan lagi ketika Hye Ra melihat Sungyeol dengan Haesa. Apa mungkin gadis itu mulai jatuh cinta pada karyawan kakaknya sendiri?
        “Aku ke luar sebentar.” Suara Myungsoo yng tiba-tiba muncul dari balik pintu menyelamatkan Hye Ra untuk sesaat. “Eun Gi memaksa aku untuk menjemputnya. Dia ingin menjengukmu.”
        Hye Ra hanya mengangguk samar. Meski di sekolah kedekatannya dan Myungsoo mulai renggang, tapi gadis itu sama sekali tidak bisa menyalahkan siapapun. Baik Eun Gi maupun Myungsoo. Terlebih seseorang yang telah mengalihkan sedikit perhatian Myungsoo darinya justru sangat berbaik hati ingin menjenguknya. Padahal Hye Ra tidak dalam kondisi sakit yang parah. Ia hanya nyaris kembali tenggelam. Itu saja. Apalagi kini ia sudah merasa lebih baik. Kecuali setelah mendengar pertanyaan Donghyun.
        “Siapa Sungyeol?” Tanya Donghyun setelah Myungsoo kembali menutup pintu. “Pemuda yang kau sukai?”
        Deg. Belum sempat menjawab pertanyaan yang pertama, Hye Ra sudah kembali dihadapkan dengan pertanyaan yang sulit. Lebih terasa sulit lagi karena kini jantung Hye Ra berdetak dua kali lipat. Tidak pernah ia merasakan perasaan seperti ini. Bahkan pada Hoya saja tidak separah ini.
        Donghyun menghembuskan napasnya karena tidak berani mendesak Hye Ra untuk menjawab pertanyaannya. “Nanti malam ku usahakan untuk kembali sekalian bertemu dengan Sunggyu agar dia percaya bahwa aku benar-benar mendekatimu.”
        “Sampaikan permintaan maafku pada kekasihmu. Sungguh aku tidak ingin melakukan ini sebenarnya,” sela Hye Ra sebelum Donghyun sempat berdiri.
        Donghyun tersenyum. “Kekasihku tau segalanya tentang kita. Kau jangan khawatir,” serunya untuk sekedar menenangkan hati Hye Ra.
        Hye Ra juga akhirnya bisa sedikit lega. Setidaknya masih ada hal yang tidak serumit itu.

***

        Sungyeol yang telah berganti pakaian, tampak ke luar dari kamarnya. Ia langsung melesat ke ruang tengah, namuan tak mendapatkan siapa-siapa di sana. “Haesa?” teriaknya. Mungkin gadis itu sedang berkeliling rumah karena sudah merindukan tempat ini. Orang tua mereka berpisah sudah cukup lama sejak Haesa masih di bangku sekolah dasar.
        Pemuda itu berjalan ke arah dalam. Mungkin adiknya sedang ke toilet. Lalu ia sempat melirik ke kamar yang pernah di tempati Hye Ra saat gadis itu terpaksa menginap di sana. Pintunya sedikit terbuka. Dan Sungyeol langsung yakin bahwa adiknya ada di sana.
        “Haesa?” gumam Sungyeol pelan sambil membuka pintu lebih lebar lagi. Pemuda itu langsung tersenyum saat berhasil menemukan adiknya di sana. Haesa sudah berbaring dan mungkin sudah tertidur di atas kasur yang masih mengenakan sprei bermotif ‘princess’. “Apa kau tidur?” Tanya Sungyeol, iseng. Ia seakan berniat mengerjai Haesa.
        “Hmm…” terdengar gumaman berat yang berasal dari mulut Haesa. Gadis itu sepertinya benar-benar sudah tidur.
        Sungyeol melangkahkan kakinya ke dalam kamar pelan-pelan. Tidak ingin Haesa mengetahui apa yang dilakukannya. “Ya sudah kalau kau masih ingin tidur. Ku tinggal saja ya,” Sungyeol memulai aktingnya lalu menutup pintu seolah-olah ia benar-benar meninggalkan Haesa di sana.
        “Oppa jangan!” tiba-tiba Haesa tersentak dan bangun.
        Tepat sedetik kemudian, Sungyeol tertawa. Puas karena telah berhasil mengerjai adiknya.
        “Jadi kau mengerjaiku! Rasakan ini!”
        Sungyeol segera berlari ke luar kamar guna menghindari lemparan bantal dari Haesa. Gadis itu juga segera mengejar Sungyeol seakan tak membiarkan kakaknya bisa lolos begitu saja.

***

        Dongwoo menatap tiap sudut ruangan tempat ia berada sekarang. Sebuah apartmen dengan satu kamar tidur. Lalu tatapannya terhenti pada sebuah meja di samping sofa. Di atasnya ada beberapa bingkai foto yang isinya di dominasi oleh gambar diri Hoya.
Salah satunya ketika pemuda itu bersama keluarganya. Sementara foto yang lain adalah foto Hoya seorang diri. Saat mengenakan seragam sekolah, kostum klub sepakbola sekolah, atau hanya sekedar mengenakan pakaian santai saat liburan. Ada juga saat Hoya bersama teman-teman klub sepakbola sekolah. Dan ternyata masih ada satu foto lagi yang tersimpan di barisan paling belakang. Itu foto Hoya bersama Dongwoo.
        Tangan Dongwoo cukup bergetar saat mengembalikan foto dirinya bersama Hoya ke tempat semula. “Kau masih menyimpan foto ini?” Tanya Dongwoo seolah pada dirinya sendiri. Padahal ia sadar jika Hoya sudah kembali dari dalam kamarnya meski posisi Dongwoo saat ini tengah memunggungi Hoya.
        Hoya menghempaskan tubuh di samping Dongwoo hingga membuat pemuda itu menoleh ke arahnya. Saat itu ia juga tengah melirik ke arah Dongwoo hingga tatapan mereka kini saling bertemu. “Bisa tolong tanyakan pada Myungsoo tentang keadaan Hye Ra?”
        Dongwoo menatap Hoya lebih dalam lagi. Memastikan apakah Hoya benar-benar mengkhawatirkan Hye Ra, atau sekedar menghindari pertanyaannya tadi. Dan sayangnya Dongwoo tidak bisa menangkap salah satunya. “Ayo kita menjenguknya,” seru Dongwoo yang sudah berdiri sambil sebelumnya menepuk paha Hoya yang tadi duduk di sampingya.
        Hoya masih diam duduk di sofanya.
        “Cepat!” paksa Dongwoo yang sudah cukup gemas dengan tingkah Hoya tadi. Tapi Hoya masih tampak sangat ragu. “Atau besok akan ada berita kalau…” belum sempat Dongwoo menyelesaikan kata-katanya, Hoya sudah lebih dulu berdiri tanda ia menyetujui ajakan Dongwoo.
        “Terserah kau saja,” ujar Hoya malas.

***

        Mobil yang dikendarai Myungsoo berhenti di depan sebuah rumah. Di seberang rumah tersebut, terlihat seorang pemuda merangkul seorang gadis dan mereka berjalan ke luar pagar sambil terus bercanda. Tidak menghiraukan keberadaan sebuah mobil di sana selain mobil mereka. Dan tampaknya Myungsoopun juga tidak terlalu peduli dengan dua orang itu.
Sampai akhirnya, Myungsoo tidak sengaja menoleh dan tepat ketika pemuda itu akan masuk ke dalam mobilnya. Segera saja Myungsoo menajamkan penglihatannya. Ia bahkan tidak menyadari bahwa Eun Gi sudah di sana. Sudah masuk ke dalam mobilnya. Myungsoo bahkan sampai membuka jendela dan menjulurkan kepalanya di sana.
        “Siapa yang kau perhatikan?” Tanya Eun Gi mengganggu pengintaian Myungsoo.
        Myungsoo sendiri langsung tersentak dan segera kembali ke posisinya semula. “Pemuda itu mirip seseorang yang ku kenal,” jawab Myungsoo apa adanya. Dia memang tidak ingin menyembunyikan apapun dari kekasihnya itu.
        Eun Gi sampai menoleh ke belakang guna memastikan siapa pemuda yang di maksud Myungsoo. Di sana ia hanya melihat sebuah mobil yang beberapa saat yang lalu terpakir di seberang rumahnya. “Maksudmu Sungyeol oppa?” serunya memastikan maksud dari penglihatan Myungsoo sambil kembali menghadap ke depan.
        “Jadi itu benar-benar Sungyeol?” Myungsoo membeku dan melirik kekasihnya dengan tatapan tak percaya. Tak percaya jika pemuda yang ia lihat benar-benar Sungyeol. Bersama seorang gadis yang ia sendiri juga tidak ingin mempercayai penglihatannya sendiri. Haesa. Gadis itu mengenakan pakaian yang sama seperti yang dikenakan Haesa tadi saat di sekolah. Tapi nyatanya, penglihatan Myungsoo sama sekali tak salah. Mereka bahkan baru saja bertemu beberapa waktu lalu.
        “Kau mengenalnya juga?” Kini giliran Eun Gi yang terkejut. Tapi lebih ke pada rasa takjubnya karena ternyata Myungsoo juga mengenal tetangganya itu.
        “Sungyeol hyung salah satu karyawan di café Sunggyu hyung,” jelas Myungsoo yang kali ini membuat Eun Gi terbelalak tak percaya.
        “Jangan bercanda, Myung!” protes Eun Gi seakan tak menerima kenyataan yang diucapkan Myungsoo. “Tidak mungkin Sungyeol oppa bekerja di café? Ibunya bahkan memiliki restoran mewah di hotel berbintang.”
        Myungsoo memutuskan kontak mata dengan Eun Gi setelah kekasihnya itu selesai bercerita tentang riwayat singkat kehidupan seorang Lee Sungyeol. Sedetik kemudian, Myungsoo sudah menyadarkan tubuhnya ke jok sambil memukul pelan stir mobil. “Kenapa tidak terpikirkan olehku?” gumamnya seakan menyesali sesuatu. Kebodohannya yang baru menyadari akan cerita Hye Ra ketika gadis itu menginap di rumah Sungyeol beberapa waktu lalu. Kolam renang.
Jika Sungyeol adalah seorang pemuda yang berasal dari keluarga biasa, tidak mungkin di rumahnya memiliki fasilitas kolam renang. Kecuali mungkin Sungyeol tinggal di area kolam renang milik umum. Dan itupun kemungkinannya sangat kecil. Penjaga kolam renang umum sendiri tidak mungkin sampai tinggal di area tersebut.
        “Bisa jadi Sungyeol yang kau maksud adalah orang yang berbeda.” Eun Gi tetap pada pendiriannya.
        Myungsoo hanya menghela napas untuk menghindari pertengkaran tidak penting dengan Eun Gi. Terlebih jika hanya karena sesuatu yang belum jelas kebenarannya. Apakah penglihatan Myungsoo benar, atau mungkin perkataan Eun Gi lah yang benar bahwa Sungyeol yang mereka maksud adalah orang yang berbeda.

***

        Dongwoo dan Hoya yang sudah sampai di depan rumah Hye Ra, saling sikut untuk menyuruh mengetuk pintu. Hoya benar-benar malu saat itu. Terlebih, ini juga pertama kalinya ia menginjakkan kaki di rumah seorang gadis yang benar-benar ia sayangi.
Berbeda dengan Dongwoo. Pemuda itu tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengerjai Hoya. “Bagaimana kalau yang membukakan pintu adalah Hye Ra? Lalu orang yang ia lihat pertama kali itu aku.”
        Hoya semakin gugup.
        “Cepat ketuk! Bukankah kau yang sangat ingin bertemu dengan Hye Ra?” lanjut Dongwoo. Kali ini ia menjadikan Hoya sebagai kambing hitam. Padalah masalah mereka hanya sesuatu yang sepele. “Yasudah. Terserah dirimu.” Dongwoo pura-pura berbalik dan berniat ingin pergi dari rumah Hye Ra.
        “Jangan seperti itu!” protes Hoya yang sudah menarik kerah belakang baju Dongwoo sebagai upaya untuk menghalangi pemuda itu pergi. “Aku yang akan mengetuk pintu,” putus Hoya akhirnya. Meski dengan sangat terpaksa. Tapi di sisi lain ia juga harus bersikap senormal mungkin dan menganggap kunjungan ini selayaknya teman biasa. Padahal yang sebenarnya, Hoya sangat-sangat mengkhawatirkan Hye Ra.
        Hoya sudah siap mengangkat tangannya. Namun tanpa di duga, pintu sudah lebih dulu terbuka.
        “Kenapa mengetuk pintu saja lama sekali sih, hyung?” sindir orang tersebut yang ternyata adalah Minwoo. “Aku sudah memperhatikan kalian sejak tadi. Cepat masuk. Noona pasti sangat senang dengan kedatanganmu,” lanjutnya yang tentu saja lebih terutama mengarah ke Hoya.
        Hoya sendiri langsung melempar pandangannya ke Dongwoo sebagai upaya meminta saran. Namun sial untuk Hoya, Dongwoo seakan tak mengerti maksud tatapan Hoya.
        “Tapi, hyung…” ujar Minwoo lagi seperti masih ada sesuatu yang mengganjal dengan kedatangan Hoya. “Apa kau sudah mengatakan pada Haesa noona jika kau datang ke sini?” Tanya Minwoo takut-takut.
        Kali ini Hoya benar-benar diam membeku. Sementara Dongwoo menatapnya khawatir.
        “Tadi aku yang memaksa Hoya untuk menemaniku ke sini,” sambar Dongwoo. “Ku rasa Haesa akan mengerti. Kau tau sendiri kan kalau aku masih malu jika datang ke sini hanya sendiri,” lanjutnya sambil sedikit tertawa. Dengan kata lain, Dongwoo menjadikan dirinya tumbal kebohongan. Tentu saja tidak ada yang merasa terpaksa ataupun memaksa untuk datang ke sana.
        Minwoo menggerakkan kepalanya mengajak Dongwoo dan Hoya untuk segera ke dalam. Ia mengajak Dongwoo dan Hoya ke kamar Hye Ra. Namun ternyata, gadis itu tidak berada di sana. “Noona, kau di mana?” teriak Minwoo setelah kembali menutup pintu kamar Hye Ra.
        Dongwoo ikut celingukan ke arah dalam. “Mungkin di dapur?” tebaknya.
        Tanpa pikir panjang, Minwoo segera menuju dapur, diikuti oleh Dongwoo dan Hoya dibelakangnya.
        Di sana Hye Ra tampak tengah meminun segelas air sambil berdiri di dekat lemari es. “Tadi aku memesan makanan pada Woohyun oppa. Bisa tolong kau ambilkan,” pinta Hye Ra yang sepertinya menyadari ada seseorang yang mengamatinya dari pintu dapur. Tapi ia tidak tau jika bukan hanya Minwoo yang berada di sana.
        “Hyung, bisa kau temani noona? Biar aku dan Dongwoo hyung yang mengambil makanan.”
        Mendengar Minwoo seperti bicara dengan orang lain, terlebih anak itu juga menyebut nama Dongwoo, Hye Ra langsung menoleh cepat. Gadis itu cukup tersentak mendapati Hoya berdiri di sana. Apalagi tepat bersamaan saat Hoya juga memberikan tatapannya pada Hye Ra.
        “Ku percayakan noonaku padamu,” goda Minwoo sambil menepuk pundak Hoya. Tentu saja tujuan sebenarnya adalah untuk menggoda Hye Ra. “Ku tinggal ya noona.”
        Ucapan Minwoo tadi seperti memaksa Hye Ra untuk kembali mendongak. Di sana Hoya sudah tidak berani menatap Hye Ra lebih dalam lagi. Sementara itu, ketika Minwoo sudah berbalik, beberapa saat Dongwoo masih di sana, menatap Hoya penuh arti. Namun pemuda yang di tatapnya seperti tidak menyadari itu.
        Dengan berat hati, Dongwoopun menyusul Minwoo. Cukup iri dengan apa yang bisa Hoya dapatkan bersama Hye Ra. Tapi ia sudah memilih untuk mundur. Dan dengan terpaksa Dongwoo meninggalkan sahabat terbaiknya bersama seorang gadis yang sampai kapanpun tidak akan membalas perasaannya.
        “Akh, ayo duduk,” seru Hye Ra memecah keheningan setelah Minwoo dan Dongwoo pergi beberapa saat yang lalu. “Kau mau minum apa?” tawarnya berusaha ramah setelah Hoya duduk di kursi makan. Sejujurnya, Hye Ra ingin sekali berjingkrakan karena terlalu senang bisa bersama Hoya. Ini kali pertamanya mereka benar-benar hanya berduaan. Tidak ada Haesa, Myungsoo, Sunggyu dan yang lain. Termasuk juga Sungyeol. Pemuda itu kini selalu masuk daftar orang-orang terdekat Hye Ra.
        “Biarkan aku ambil sendiri.”
        Hye Ra menatap Hoya bingung, namun pemuda itu hanya tersenyum.
        “Aku hanya ingin kau tidak menganggapku seperti tamu,” jelas Hoya akhirnya setelah melihat kebingungan dari raut wajah Hye Ra.
        Sedetik kemudian, Hye Ra terkekeh, menertawai suasana canggung di antara mereka. Selama ini ia memang hanya bisa mengawasi Hoya dari jauh. Tidak berani dekat dan bicara banyak dengan pemuda itu. Sama seperti halnya Hoya. Namun yang membedakan, karena Hoya memang memiliki sesuatu di balik dirinya yang tidak ingin terlalu dekat dengan Hye Ra.
        Tiba-tiba Hye Ra tersentak menyadari sesuatu. “Ya ampun. Kenapa kita di sini? Maaf Hoya, harusnya aku mengajakmu ngobrol di ruang tamu.” Hye Ra sudah hampir berdiri, dan Hoya langsung sigap menahan tubuh gadis yang tadi duduk berseberangan dengannya.
        “Baru saja ku katakan. Jangan menganggapku seperti tamu,” ujar Hoya mengingatkan. “Bukankah ini kejadian langka? Kita mengobrol di dapur.”
Setelah Hoya menyelesaikan ucapannya, tampak Hye Ra mengangguk menyetujui saran Hoya. Dan sedetik kemudian, Hoya menghela napas. Lega karena Hye Ra tak memaksanya untuk pindah dari sana. Setidaknya, duduk berseberangan dan di batasi oleh sebuah meja lebih baik dari pada mereka mengobrol di ruang tamu. Karena kemungkinannya, mereka akan duduk berdampingan. Dan itu yang sangat di hindari Hoya.
        “Ah iya,” pekik Hoya yang kali ini juga memecah keheningan. “Bukankah aku tidak ingin di anggap seperti tamu? Jadi, aku ingin mengambil minumanku sendiri. Boleh?”
        Hye Ra terkekeh mendengar ucapan Hoya. Biar bagaimanapun, ini pertama kalinya Hoya berada di sana. Meski tidak ingin di anggap orang lain, tapi Hoya belum terbiasa bertindak seenaknya. Mungkin berbeda jika itu Myungsoo, Minwoo atau Woohyun, Hyunseong dan Jeongmin.
        “Semuanya milikmu,” kata Hye Ra.
        “Apa itu artinya boleh ku bawa pulang juga?” Tanya Hoya polos. Tentu saja itu hanya candaan kecil agar suasana di antara mereka bisa sedikit mencair.
        Hye Ra sempat terbelalak sesaat setelah Hoya mengataka hal tadi. Sementara pemuda itu kini sudah melesat ke lemari es yang letaknya sedikit di belakang Hye Ra. Gadis itu sampai memutar badannya untuk memastikan keberadaan Hoya.
        “Boleh saja. Tapi setelah itu, biarkan aku melapor pada Sunggyu oppa bahwa dapur kami baru saja kerampokan.”
        Hoya menutup pintu lemari es sambil terkekeh. Di tangan kirinya sudah ada sebuah gelas. “Ternyata kau lucu juga ya,” komentarnya sambil berjalan kembali ke kursinya. Tangan kanannya tidak bisa di tahan untuk tidak mengacak lembut puncak kepala Hye Ra ketika ia melintas di belakang gadis itu.
        Hye Ra sempat mengerjapkan matanya. Cukup terkejut dengan apa yang baru saja di lakukan Hoya padanya. Dan kini, setelah pemuda itu sudah duduk kembali di tempat tadi, Hye Ra sama sekali tak melepaskan pandangannya pada Hoya. Kejadian yang sudah sangat lama ia impikan. Terlebih saat ini Hoya tengah sibuk dengan ponsel dan minumannya. Hye Ra bisa semakin lama lagi menatap pemuda itu.
        “Biarkan aku menjadi orang jahat untuk kali ini saja. Biarkan aku tetap bersama Hoya meski hanya untuk beberapa jam saja. Dan biarkan aku menjadi satu-satunya gadis yang ada di hadapan Hoya hari ini. Hanya untuk hari ini,” batin Hye Ra yang tanpad sadar gadis itu pikirkan dalam benaknya.


***

Jumat, 20 September 2013

SHE’S MY GIRLFRIEND (Maknae version)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        EXO Sehun
·        Boyfriend Minwoo
·        Teen Top Changjo
·        U-Kiss Dongho
·        2PM Chansung
·        F(x) Krystal
Support cast     :
·        Mblaq Chulyong (Mir)
·        SNSD Seohyun
·        2AM Jinwoon
·        Shinee Taemin
·        Miss-A Suzy
·        A-Pink Naeun
·        B2ST Dongwoon
·        Super Junior Kyuhyun
·        BtoB Sungjae
·        Big Bang Seungri
Genre               : romance
Length              : one shoot

***

Chansung POV : “Terpaksa aku menuruti permintaannya untuk masuk ke sekolahku dan bisa hidup bebas sebelum kita menikah tahun depan. Setidaknya aku masih tetap bisa mengawasi siapa saja pemuda yang berani mendekatinya. Tapi setelah menikah, tak akan ku biarkan kau terlalu dekat dengan pemuda selain diriku.”

Sehun POV : “Gadis itu. Dia yang tak sengaja ku tabrak tadi pagi. Ternyata dia siswi baru di kelasku. Astaga… dia benar-benar mengalihkan duniaku sejak kami pertama kali bertemu. Terima kasih Tuhan. Kau telah mengirimkan seorang malaikat cantik untuk menghiasi hidupku. Dan ku harap setelah ini hidupku akan selalu penuh warna.”

Minwoo POV : “Bukankah itu Krystal? Teman masa kecilku. Tak ku sangka dia pindah ke sekolahku. Itu tandanya aku bisa kembali mendekatinya. Akh, semoga saja dia masih mengingatku. Aku sungguh merindukanmu, Krystal. Akh, tidak. Aku juga menyukaimu. Sungguh.”

Dongho POV : “Cintaku baru saja di tolak oleh Naeun. Aku hanya sedikit terlambat karena ternyata dia baru saja jadian dengan Taemin. Pupus sudah harapanku. Sulit sekali berpaling dari gadis itu. Tapi aku juga tidak yakin, setelah kehadiran seorang siswi baru di kelasku. Apa itu artinya aku harus segera membuka lembaran baru dengan orang lain?”

Changjo POV : “Berani-beraninya Suzy menduakanku dengan si Sungjae anak sekolah seberang itu. Tapi aku akan membalasnya. Dan beruntungnya diriku karena ada siswi baru di kelas ini. Dia cukup cantik. Dan aku akan segera mendapatkannya untuk membalas sakit hatiku pada Suzy.”

***

        “Namaku Krystal Jung. Aku baru pindah hari ini. Semoga kalian bisa menerima kehadiranku,” gadis itu baru saja menyelesaikan perkenalannya.
        Dan sang guru tampan bernama Chansung—idola para siswi dan guru-guru perempuan di sekolah itu—mengedarkan pandangannya untuk mencari kursi kosong di kelas itu untuk murid barunya.
        “Di sini saja, pak.” Salah satu siswa bernama Changjo, sedikit mengalihkan perhatian. Sedangkan Sehun, teman semejanya hanya menunjukkan tatapan membunuh padanya. Jelas-jelas kursi di samping Changjo sudah berpenghuni.
        “Apa maksudmu berkata seperti itu?” Sehun melancarkan protes keras. “Kau akan mengalah untuknya?”
        “Tentu saja tidak,” Changjo berujar santai. “Kau yang duduk dengan Taemin di belakang,” putusnya seorang diri.
        Andai saja ini bukan di kelas dan tidak ada pak guru Chansung di sana, mungkin Changjo akan merasakan manisnya tinjuan milik Sehun itu. Dan dengan sangat-sangat terpaksa, Sehun memasukkan dengan sembarang buku pelajarannya, setelah itu menggeret ranselnya untuk ikut pindah ke kursi belakang.
        Sementara itu, sang gadis tampak melempar tatapan bingung pada sang guru tampan di sampingnya. Chansung pun hanya bisa menghembuskan napasnya dengan kasar. “Ya sudah, sana duduk.” Chansung menyuruh Krystal untuk duduk dengan Changjo. Ia sendiri tampak sangat terpaksa membiarkan murid barunya bersama seorang siswa yang sering membuat masalah dan terkenal karena playboy.
        Changjo mengumbar senyuman saat Krystal sudah berdiri di tepi meja. Dan gadis itu hanya membalas dengan senyuman seadanya. Dengan hati-hati Krystal duduk di kursi dan tatapannya mengarah ke meja guru. Di sana Chansung juga cukup mengawasi keberadaan Krystal yang bisa di pastikan tidak akan aman bersama Changjo.

***

        Pergantian jam pelajaran di mulai. Chansung pun sudah meninggalkan kelas tersebut. Seorang siswa yang duduk di kursi tepat di depan Krystal, tampak memutar badannya.
        “Kau masih mengingatku kan, Krystal?” Tanya pemuda itu yang ternyata adalah Minwoo.
        “Jangan sok akrab kau!” protes Changjo yang merasa terganggu dengan bergabungnya Minwoo bersama dirinya dan Krystal.
        Meski sudah duduk berjauhan, Sehun tetap mengawasi gerak-gerik ke empat temannya. Termasuk juga Krystal di sana. “Setidaknya, kursi ku di tempati oleh Krystal.”
        Sementara itu, belum sempat Krystal merespon ucapan Minwoo, suara Dongho—teman semeja Minwoo—sudah lebih dulu mengalihkan pembicaraan. “Apa di kelas ini ada siswi baru lagi?” gumamnya asal karena ada seorang wanita cantik yang memasuki kelas mereka.
        Pletak! Minwoo menjitak kepala teman semejanya itu. “Jelas-jelas pakiannya berbeda!”
        “Selamat siang anak-anak,” sapa guru cantik itu dengan sangat ramah.
        “Siang bu…” sahut murid-murid dengan kompaknya.
        “Perkenalkan, nama saya Seohyun. Saya guru baru kalian di sini. Dan saya adalah guru Matematika.”
        “Ibu sudah menikah?” Tanya Changjo asal yang langsung mendapat sorakan dari teman-teman sekelasnya. Bahkan ada yang melemparinya dengan gumpalan kertas kecil.
        “Kalau belum, menikah dengan saya saja bu!” kali ini giliran Sehun yang menggoda guru barunya itu.
Bahkan Krystal sampai menengok ke tempat Sehun berada. Hanya sesaat sebelum tatapannya kembali ke depan. Dan di sana ternyata sang guru juga tengah menatapnya. Itu justru membuat Krystal harus mendekap mulutnya untuk menahan tawa.

***

        Seohyun membanting tumpukan buku yang ia bawa tepat di atas meja kerja Chansung. Beruntung hanya ada mereka di dalam ruang guru. “Kenapa murid-muridmu itu susah sekali untuk di atur!” protesnya mengenai kelas yang diwalikan oleh Chansung.
        “Kau harus sabar. Setidaknya jika kau bisa menangani Changjo, Sehun, Dongho dan Minwoo, kau pasti bisa mengatasi yang lain,” ujar Chansung memberi semangat.
        Seohyun sudah duduk di kursi yang berseberangan dengan kursi Chansung. “Hari pertama saja sudah banyak yang menggodaku,” kesalnya.
        Chansung terkekeh mendengar cerita Seohyun. “Tapi murid baruku aman, kan? Aku tidak tenang meninggalkannya dengan Changjo.”
        Seohyun mengembungkan pipinya. Masih kesal dengan kejadian beberapa waktu lalu. “Aku tidak yakin.”
        Tak lama muncul seorang guru berpakaian olahraga. “Selamat siang pak Chansung, bu Seohyun,” sapa Jinwoon ramah.
        “Oh, pak Jinwoon. Bukankah anda besok mengajar di kelasku?” Tanya Chansung. Sementara Seohyun hanya tersenyum seadanya dan tak berniat sedikitpun merespon Jinwoon.
        “Benar. Dan ku dengar, di kelas anda ada seorang murid baru?” Jinwoon tampak cukup antusias saat berbicara dengan Chansung. Namun ia juga mencuri-curi kesempatan untuk melirik Seohyun yang kini sudah kembali ke mejanya di ujung ruangan.
        “Tolong bantu aku menjaganya, ya.”
        Jinwoon hanya mengangguk tanda menyanggupi permintaan Chansung, tanpa mencurigai sesuatu di balik permintaan rekan kerjanya sesama guru itu.

***

        Sepulang sekolah, Krystal tampak berdiri di depan gerbang sekolanya. Tak lama kemudian, tampak sebuah motor sport berhenti tepat di depan gadis itu.
        “Aku tak sengaja melihat profilmu di buku absen kelas milik pak Chansung. Ternyata rumah kita se-arah. Apa kau mau pulang bersama?” ajak pemuda itu tanpa basa-basi.
        “Kau yang di usir Changjo itu, kan?” Tanya Krystal agar ragu bahwa ia juga mengenal pemuda yang tengah berbicara dengannya ini.
        Sehun menggaruk belakang kepalanya. “Jangan ingat kejadian memalukan itu.”        Krystal hanya terkekeh melihat Sehun yang malu-malu seperti itu. “Jadi…?”
        “Baiklah,” ujar Krystal akhirnya membuat Sehun sangat gembira sore itu.

***

        “Ini sarapan untukmu.”
        Pagi itu Chansung yang tengah memeriksa kertas ujian milik muridnya, mendongakkan kepala setelah ada seseorang yang meletakkan sebuah kotak bekal tepat di hadapannya.
        Chansung sangat sumringah menerimanya. “Waah… terima kasih cantik.”
        “Oke,” kata Seohyun singkat, lalu meninggalkan Chansung dan kotak bekalnya.
        “Akh, senangnya diperhatikan seperti ini,” gumam Chansung seorang diri. Ia sempat melirik Seohyun sesaat lalu membuka kotak bekalnya dengan penuh semangat. Sebuah sandwich berbentuk hati. “Dia pasti sangat mencintaiku.” Guru tampak itu terkekeh sendiri. Namun seketika, semangatnya kembali hilang. “Akh, tapi yang ku dengar, banyak pemuda yang mendekatinya.”
        Tepat setelah Chansung mengakhiri ucapannya, tampak Jinwoon dan Chulyong baru saja sampai. Sudah bukan rahasia umum jika kedua guru itu menyukai Seohyun sejak wanita itu pertama kali menginjakkan kaki di sekolah itu.  sementara itu, Chansung hanya bisa menghela napas melihat Jinwoon dan Chulyong mulai mencoba untuk merayu Seohyun.

***

        “Krystal!” teriak Minwoo yang langsung mengejar gadis itu yang baru sampai di gerbang sekolah.
        “Minwoo?” Krystal tak kalah semangatnya bertemu dengan Minwoo.
        “Tadinya aku khawatir kau tidak mengenaliku kemarin.”
        Krystal hanya terkekeh mendengar cerita Minwoo. “Tentu saja tidak. Aku justru senang sekali bisa kembali bertemu denganmu. Bahkan kita sampai sekelas.”
        “Kau benar. Tapi, jika Changjo menjahilimu, kau harus laporkan padaku ya.”
        “Oke!” Krystal mengacungkan ibu jarinya.
        “Oiya, tadi siapa yang mengantarmu?” Tanya Minwoo memastikan penglihatannya. “Dongwoon hyung bukan?” Krystal hanya menjawab dengan anggukan. “Kalau gitu, sampaikan salamku padanya ya.” Krystalpun kembali mengangguk.

***

        Pelajaran pertama di kelas Krystal adalah olahraga. Sebelum ke inti materi, Jinwoon menyuruh murid-muridnya pemanasan dengan cara berlari mengelilingi lapangan.
        Changjo sudah mempersiapkan diri. Tapi ada seseorang yang membuat semangatnya menurun. Siapa lagi kalau bukan mantan kekasihnya, Suzy.
        “Kau salah paham Changjo,” gadis bernama Suzy itu masih berusaha menjelaskan sesuatu pada Changjo.
        “Sudahlah, aku tidak peduli.” Changjo mengabaikan Suzy. Ia mempercepat langkahnya dan sengaja berjalan ke arah Krystal.
        Sementara itu, Krystal tanpa sengaja menangkap sosok Dongho berdiri tak jauh dari tempatnya yang terlihat muram. Tentu saja, karena beberapa saat lalu Taemin dan Naeun sempat melintas di depan mereka.
        “Kau kenapa, Dongho? Mau ku temani?” tawar Krystal yang tentu saja membuat Dongho sedikit terkejut dan tak siap atas kehadiran gadis itu.
        PRIIIT…!
        Belum sempat Dongho menjawab, Jinwoon sudah lebih dulu meniup peluit sebagai tanda muridnya harus segera jogging mengelilingi lapangan sebanyak 3 putaran.
        Krystal sempat menoleh ke belakang tempat Minwoo berada. “Minwoo!” teriaknya memberitahu Minwoo tentang keberadaannya yang sudah bersama Dongho.
        “Iya,” balas Minwoo yang kemudian segera mempercepat larinya untuk bisa menyusul Krystal dan Dongho.
        Saat sudah melewati satu putaran, Sehun terlihat membalap Minwoo, Krystal dan Dongho. “Hai..!” Hanya itu sapaan yang ke luar dari mulut Sehun. Ia juga tak lupa untuk memberikan sebuah senyuman pada Krystal. Tentu saja gadis itu membalasnya. Ini sudah seminggu ia bersekolah di sana. Dan sudah selama itu pula ia selalu pulang bersama Sehun.
        Setelah Sehun menjauh, kini giliran Changjo yang mengganggu kenyaman tiga temannya itu. “Ayo cepat lari.” Dengan terang-terangan Changjo menarik Minwoo dan Dongho agar berlari dengan cepat.

***

        Pak Chulyong selaku guru Kimia, menyuruh para muridnya untuk membentuk kelompok sebanyak lima orang. Dan tentu saja langsung menyulut kericuhan di kelas itu.
        “Changjo! Aku boleh bersamamu?” Tanya Suzy yang kebetulan kursinya tak terlalu jauh dari tempat Changjo berada.
        “Sudah pas!” jawab Changjo enggan. Pemuda itu bahkan tidak menatap Suzy saat berbicara.
        “Tapi kalian baru berempat!” Suzy bersikeras untuk masuk ke kelompok Changjo.
        Kali ini Changjo menoleh dan menunjukkan tatapan tak suka. “Walau tempat duduknya jauh, kau pikir aku akan meninggalkan Sehun begitu saja?”
        Suzy diam. Percuma jika memaksa. Toh mereka memang sudah berlima—Changjo, Dongho, Minwoo, Krystal dan Sehun.
        “Suzy, kau bisa bergabung denganku dan Taemin,” ajak Naeun yang merasa kasihan dengan Suzy. Terlebih gadis itu juga teman semejanya.
        “Cepat kita kerjakan,” paksa Dongho karena secara tak langsung, Naeun sangat menunjukkan bahwa ia selalu bersama dengan taemin.

***

        Perpustakaan adalah pilihan terbaik Sehun dan yang lainnya untuk mengerjakan tugas kelompok mereka. Ada beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab. Karena Krystal satu-satunya anggota perempuan di sana, tentu saja dengan senang hati ia akan menuliskan hasil kerja kelompok mereka.
        Sesekali Krystal menjelaskan jawaban miliknya. Hanya Dongho yang terlihat cukup antusias menanggapi penjelasan Krystal. Bahkan ia tak segan-segan kembali mengajukan pertanyaan yang tidak ia mengerti. Berbeda dengan Changjo dan Minwoo yang terang-terangan mengagumi sosok Krystal yang sesungguhnya. Bukan hanya terpesona karena kepintaran yang dimiliki gadis itu.
        Lain halnya dengan Sehun. Meski tak terlalu fulgar seperti dua temannya, Sehun sebenarnya juga memperhatikan Krystal namun dengan caranya sendiri. Pemuda itu terkesan cuek dengan pura-pura sibuk sendiri. Tapi ia mengawasi apa yang dilakukan Krystal.
        “Jangan bertanya terlalu berlebihan seperti itu!” tegur Sehun pada Dongho karena Krystal mulai kewalahan menanggapi pertanyaan yang dilontarkan pemuda itu.
        “Sudahlah Sehun. Aku juga memang belum mengerti. Nanti akan ku tanyakan lagi pada pak Chulyong.” Krystal tampak membela Dongho.
        Sehun melempar pandangannya ke arah lain. Kesal karena Krystal seolah menjatuhkannya. Tak lama pemuda itu berdiri. “Kita sudah selesai, kan?” ujarnya enteng sebelum yang lain memprotes dirinya yang siap meninggalkan perpustakaan.

***

        Beberapa bulan kemudian. Krystal semakin dekat dengan Sehun, Changjo, Dongho dan Minwoo tentunya. Begitupula dengan perasan ke empat pemuda itu. Tapi mereka tidak ada yang saling bercerita satu sama lain.
Mereka memiliki kebahagiaan sendiri-sendiri jika bersama Krystal. Changjo tentu saja senang bisa selalu berdekatan dengan Krystal karena mereka teman semeja. Terlebih tempat Suzy berada tidak terlalu jauh dari mereka. Changjo akan dengan leluasa memanfaatkan kedekatannya dengan Krystal.
Berbeda dengan Dongho. Ia akan sangat bersemangat jika tengah membahas pelajaran. Maklum saja, Dongho termasuk salah satu siswa berprestasi di sekolah itu. Sehun juga pintar, hanya saja ia belum bisa melampaui nilai-nilai Dongho. Dan kedekatannya dengan Krystal itu juga termasuk keuntungan bagi Dongho, karena kini ia sudah mulai melupakan perasaannya pada Naeun yang sudah bahagia bersama Taemin.
        Lain pula halnya dengan Minwoo. Karena ia dan Krystal pernah bertetangga waktu kecil sebelum Krystal dan keluarga pindah, akan selalu banyak hal yang bisa mereka ceritakan satu sama lain ketika di luar jam sekolah. Bahkan ketika libur, Minwoo sering main ke rumah Krystal ataupun sebaliknya. Meski kini rumah mereka tidak sedekat dulu.
        Sementara Sehun akan selalu memanfaatkan waktu kebersamaan dengan Krystal meski hanya tiap pulang sekolah. Tapi jangan pikir mereka tidak punya cerita yang seru. Sehun sering kelaparan jika sudah pulang sekolah. Dan Krystal dengan senang hati akan menemani Sehun. Tidak hanya itu, sudah banyak tempat-tempat seru yang bisa mereka datangi sepulang sekolah. Apalagi jika Sehun akan bertanding basket, Krystal bisa dengan penuh semangat untuk ikut menonton pertandingan itu dan mendukung Sehun tentunya.

***

        Pagi itu Seohyun tampak kembali mengantarkan bekal makanan untuk Chansung. Dan Jinwoon langsung menggeser kursinya agar lebih dekat dengan kursi yang saat itu di huni oleh Chulyong.
        “Ku rasa sekarang mereka sudah benar-benar resmi sebagai sepasang kekasih,” bisik Jinwoon yang tak suka dengan pemandangan di hadapannya.
        “Huaa… aku sakit hati melihatnya.” Chulyong mulai ikut berlebihan sambil pura-pura menangis. Ia bahkan sampai menggigiti ujung buku di tangannya.
        “Bahkan aku belum sempat menyatakan cintaku padanya,” lanjut Jinwoo yang ikut berakting seolah-olah ia sedang menangis.
        “Hiks… Hiks…” Chulyong dan Jinwoon kompak menangis. Mereka bahkan sampai saling berpelukan.
        Sementara itu, Chansung yang menyadari pemandangan tadi memberikan sebuah kode pada Seohyun untuk melirik ke arah yang ia maksud.
        Sadar jika kini mereka menjadi pusat perhatian, Jinwoon dan Chulyong saling menjauhkan diri dan saling menyalahkan karena sudah memeluk lebih dulu. Padahal mereka melakukan itu tanpa ada unsur kesengajaan. Semuanya murni dari hati mereka-masing. Jinwoon kembali ke mejanya seperti semula. Terlebih bukan hanya Chansung dan Seohyun saja yang menatap mereka aneh. Tapi juga beberapa dewan guru yang lain.

***

        Krystal benar-benar menganggap Minwoo, Sehun, Dongho dan Changjo sebagai teman saja. Tapi tidak dengan ke empat pemuda itu. Dalam satu hari, mereka menyatakan cinta pada Krystal.
        Di mulai dari Changjo yang menyatakan cinta setelah ujian hari terkahir selesai.
        “Awalnya aku memang ingin mendekatimu hanya untuk membalas sakit hatiku pada Suzy yang telah menyelingkuhiku. Tapi semakin lama dekat denganmu, aku sadar bahwa ternyata aku benar-benar menyukaimu. Dan aku ingin kau menjadi kekasihku,” kata Changjo panjang lebar tanpa ada jeda sedikitpun. Ia bahkan terdengar cukup lancar mengutarakan kata tiap kata.
        Lanjut dengan Dongho saat mereka bertemu di perpustakaan sekolah. Krystal yang berniat hanya mengembalikan buku, Dongho justru mengajaknya bicara.
        “Jika memang kau tidak berpacaran dengan Changjo, Sehun atau Minwoo, bisakah jika kau yang menjadi kekasihmu? Ku harap kau mau membuka sedikit saja hatimu untukku.” Tampaknya Dongho memang sudah benar-benar bisa melupakan perasaannya pada Naeun.
        Krystal sengaja meminta waktu untuk memikirkannya. Apalagi saat itu pasti Sehun sudah menunggunya untuk pulang bersama. Dan tidak di sangka, setelah sampai di depan rumah Krystal, Sehun tak langsung pulang seperi biasanya.
        “Mungkin terdengar aneh untuk orang yang cuek sepertiku. Tapi sungguh aku benar-benar telah menyukaimu sejak kita bertemu pertama kali. Aku juga sengaja tidak mengacaukan kedekatanmu dengan Changjo, Minwoo atau Dongho. Itu semua untuk memastikan kebenaran perasaanku. Dan ternyata aku benar-benar kesal dan sangat cemburu melihat kalian. Jadi, bisakah aku menjadi kekasihmu. Tapi tenang saja, aku tidak akan memaksamu untuk menjawabnya sekarang juga.”
        Setelah itu Sehun pulang. Dan seakan belum tuntas, malamnya Minwoo datang ke rumah Krystal untuk menambahkan beban perasaan gadis itu.
        “Aku tau kau hanya menganggapku teman selama ini. Tapi aku ingin kau tau, bahwa selama ini aku menyukaimu. Aku benar-benar merasa kehilangan saat kau pindah tujuh tahun lalu. Itu juga alasannya mengapa selama ini aku tidak bisa berpaling pada gadis lain,” ujar Minwoo yang harus berusaha menahan rasa malunya karena Krystal sudah berteman dengannya sejak kecil. Tapi pemuda itu juga tidak ingin membohongi perasaannya selama ini.

***

        Meski sudah tidak belajar efektif, tapi Krystal dan yang lain harus tetap datang ke sekolah karena masih ada kegiatan praktikum dan lainnya yang harus mereka laksanakan. Dan siang itu, Krystal beserta ke empat pemuda tampan yang kemarin menyatakan cinta padanya, tampak duduk dalam satu meja di kantin. Krystal memang menyuruh mereka merahasiakan hal kemarin sebelum ia menjawabnya.
        Tak lama terjadi sedikit kegaduhan dilakukan beberapa siswi yang baru datang lalu mengambil tempat di dekat meja Krystal. Beberapa di antaranya seperti tengah mengalami sesuatu.
        “Aku benar-benar tidak terima. Ternyata pak Chansung berpacaran dengan bu Seohyun,” seru salah satu dari mereka. Bahkan suaranya sampai terdengar hingga meja Krystal.
        “Apalagi sekarang bu Seohyun hamil. Apa hubungan mereka sudah sejauh itu? Aku takut jika pak Chansung di keluarkan dari sekolah ini,” lanjut yang lainnya.
        Dua guru paling popular di sana terjerat kasus memalukan seperti tadi. Dongho, Changjo, Minwoo dan Sehun cukup terkejut dengan berita itu. Tapi tampaknya tidak untuk Krystal. Gadis itu tampak biasa saja dan seolah tak mendengar berita apa-apa.
        Selang beberapa saat, muncul kembali dua siswi yang langsung bergabung dengan yang lainnya sambil membawa berita yang tak kalah menghebohkan. “Ternyata pak Chansung dan bu Seohyun sudah mempersiapkan pernikahan,” seru salah satu dari dua siswi yang baru datang tadi.
        “Pak Chansung baru aja mengambil undangan mereka dari percetakan,” lanjut siswi yang satu lagi. Dan setelah itu, suasana semakin tak jelas. Mereka seakan-akan tak rela jika guru idolanya akan segera menikah.
        “Bisakah kita pindah dari sini?” kata Sehun yang tampaknya sudah sangat terganggu dengan siswi-siswi tak jelas itu. Secara tak langsung, ia memang memaksa untuk segera meninggalkan kantin. Dan tentu saja segera mendapat persetujuan dari yang lain.

***

        Inilah waktunya. Krystal sudah berjanji untuk menjawab pernyataan cinta dari empat pemuda yang menyukainya dalam waktu yang hampir bersamaan itu. Pemuda pertama yang akan ia temui adalah Dongho. Kemudian di lanjutkan dengan Changjo, lalu Sehun dan terkahir adalah Minwoo. Gadis itu hanya mengantarkan sebuah amplop coklat.
        “Sebelumnya aku ingin meminta maaf padamu. Dan semua jawabannya ada di dalam amplop itu.” Krystal mengatakan hal yang sama pada ke empat pemuda yang ia temui.
        Setelah Krystal pulang, Sehun segera masuk ke dalam rumah lalu menghempaskan tubuhnya di sofa. Di samping kakaknya yang sudah lebih dulu duduk di sana sambil menonton televisi. Sehun membuka amplop tadi dan mengeluarkan selembar kertas dari dalamnya. Sementara amplop tadi, tak sengaja Sehun melemparnya ke arah Seungri kakaknya.
        Karena penasaran, Seungri dengan lancangnya membuka amplop milik Sehun itu. Ternyata tersisa sebuah undangan di dalam sana. “Kau juga mendapatkan undangan ini?” Tanya Seungri, namun Sehun sudah lebih dulu sibuk dengan suratnya.
        Sehun… terima kasih karena telah menyukaiku. Dan aku sungguh minta maaf padamu karena aku tidak bisa menerima perasaanmu. Aku hanya menganggapmu sebagai teman saja. Aku juga tidak berniat membuat kau menyukaiku. Aku hanya ingin berteman dengan siapa saja sebelum aku menikah nanti. Dan terpaksa aku memberitaumu bahwa sebenarnya aku sudah bertunangan dan akan segera menikah bulan depan dengan pak guru Chansung. Sekali lagi aku meminta maaf padamu. Ku harap kau masih mau berteman denganku. Krystal.
        “Huwaa!” jerit Sehun sambil meremas kertas di tangannya.
        “Kau kenapa?” belum sempat Seungri mendapatkan jawaban, bel rumah lebih dulu berbunyi. Dan tak lama terdengar suara langkah kaki orang yang berjalan mendekat.
        “Sehunnn…! Huwaa… aku patah hati lagi,” ujar Dongho yang datang bersama Changjo. Mereka saling berangkulan satu sama lain.
        “Aku juga patah hati…” lanjut Changjo.      
        Sehun berdiri. “Kau pikir aku tidak?”
        “Huwaa…” Sehun, Changjo dan Dongho menjerit bersama lalu sedetik kemudian mereka saling berpelukan, meratapi nasib percintaan mereka yang senasib kali ini.
        Seungri yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala. “Untung Minwoo tidak senasib juga,” gumamnya. Namun prediksi Seungri salah besar.
        “Kenapa kalian tidak mengajakku juga?”
        Sehun, Changjo dan Dongho menoleh. Tak terkecuali Seungri yang langsung syok karena Minwoo sudah berdiri di sana dengan kondisi tak jauh berbeda dengan tiga temannya.

***

        “Jadi hyung mengenal Krystal juga?” Tanya Sehun setelah mengetahui bahwa kakaknya juga menerima undangan pernikahan yang sama seperti yang Krystal kirimkan padanya. Saat itu suasana sudah sedikit terkendali meski ke empatnya masih sedikit terisak setelah menangis berjamaah.

 
Sehun, Minwoo, Dongho dan Changjo duduk di satu sofa panjang. Sementara Seungri duduk di sofa yang lain. “Chansung itu kakak kelasku,” jelas Seungri tentang alasan mengapa ia juga menerima undangan itu.
        “Tapi pak Chansung itu menghamili bu Seohyun. Mereka juga akan menikah,” ujar Changjo seakan belum bisa menerima kenyataan.
        “Benar. Berita itu sudah menyebar luas di sekolah,” lanjut Dongho mendukung ucapan Changjo.
        “Biar ku jelaskan!” Seungri menahan Minwoo sebelum anak itu juga ikut melancarkan protesnya. “Seohyun itu sebenarnya juga sudah menikah dengan Kyunhyun, kakak kandung Chansung. Itu artinya Chansung adalah adik iparnya Seohyun. Mereka dekat karena mereka itu berteman sejak sekolah. Dan yang ku dengar Krystal memang diminta untuk pindah ke sekolah Chansung tapi dengan syarat ia di bebaskan untuk berteman dengan siapa saja sebelum mereka menikah akhirnya.”
        “Kenapa kau tidak menceritakan pada kami? Bukankah kau itu temannya?” kali ini Sehun tampak seperti menyalahkan Minwoo.
        “Aku juga baru tau dari Dongwoon hyung tadi kalau ternyata Krystal dan pak Chansung memang sudah di jodohkan sejak lama,” seru Minwoo utuk membela diri. “Jika tau seperti ini aku tidak akan mengatakan perasaanku padanya.”

***

        Dua bulan kemudian. Chansung dan Krystal yang telah menikah, kini hanya tinggal berdua di rumah mereka. “Aku senang karena kau tidak pernah lupa menyiapkan sarapan untukku seperti saat kau sekolah dulu,” goda Chansung pada istrinya setelah menerima kotak bekal yang Krystal siapkan sebelum Chansung bekerja.
        Krystal hanya menyunggingkan senyuman manisnya. Tapi sedetik kemudian, rauta wajah Krystal berubah. Dan Chansung menyadari perubahan itu.
        “Kau masih memikirkan Sehun, Minwoo, Changjo dan Dongho?” tebak Chansung. Ia sangat tau bahwa istrinya cukup merasa bersalah dengan ke empat pemuda yang memiliki perasaan pada Krystal itu. “Kau tenang saja. Aku sudah memberikan pengertian pada mereka. Dan mereka juga sudah bisa menerima takdirmu untuk menikah denganku.” Lalu pemuda itu menarik Krystal ke dalam pelukannya.
        “Tapi, apa aku masih boleh bertemu dengan mereka?” Tanya Krystal ragu. Ia takut Chansung akan membatasi pergaulannya.
        “Tentu saja boleh.” Krystal langsung sumringah mendengar jawaban Chansung. “Tapi ada syaratnya.”
        Krystal menjauhkan tubuhnya untuk menatap Chansung. “Apa?”
        “Changjo tidak boleh meminta bantuanmu untuk membuat paacrnya cemburu. Lalu, tidak ada lagi berlajar berdua di perpustakaan dengan Dongho. Tidak boleh bermain seharian dengan Minwoo. Dan hanya aku yang boleh mengantarmu pulang kuliah, bukan Sehun.”
        Krystal hanya terkekeh mendengar perkataan atau lebih tepatnya larangan dari Chansung. Apalagi, semua itu adalah kebiasaan yang sering ia lakukan bersama Dongho, Changjo, Sehun dan Minwoo.

***

        Di sisi lain, Sehun, Dongho, Minwoo dan Changjo sudah sepakat menerima kenyataan yang harus mereka jalani. Krystal memang bukan untuk mereka. Dan setelah mereka melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, mereka juga sudah siap membuka hati mereka jika dihadapkan pada cinta yang lain selain Krystal pastinya.
        Seperti halnya Changjo. Ia baru tau jika ternyata pemuda bernama Sungjae itu adalah sepupu Suzy yang baru kembali dari luar negeri. Dan pemuda itu sangat-sangat menyesal tidak mendengarkan penjelasan dari Suzy saat itu. Namun ia beruntung karena Suzy masih bisa menerima Changjo kembali sebagai kekasihnya setelah apa yang Changjo alami dengan Krystal.
        Berbeda dengan apa yang dialami Dongho. Dengan sangat mengejutkan Naeun mengutarakan perasaannya. Ternyata gadis itu sudah lama memendam perasaannya pada Dongho. Karena ia takut Dongho tak menyukainya, ia terpaksa menerima cinta Taemin. Dan ternyata Taemin sudah menerima kenyataan hingga ia bisa merelakan Naeun bersama Dongho.
        Selama ini Minwoo memang menutup diri pada gadis lain karena masih teringat dengan cinta pertamanya, Krystal. Dan belajar dari pengalaman, Minwoo akhirnya memuntuskan akan berusaha membuka hatinya pada seorang gadis yang ternyata sudah sejak lama menyukainya.
        Dan Sehun… ia kembali mengalami cinta pada pandangan pertama. Tapi kali ini ia akan memastikan bahwa pengalaman seperti saat bersama Krystal tidak akan kembali terulang.


*_E_N_D_*