Sabtu, 29 Juni 2013

BLUE FLAME BAND (part 10)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun (2PM)
·        Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Yong Hwa (CN Blue)  
·        Yoona (SNSD)
·        Minho (SHINee)
·        Yunho (TVXQ)
·        Dongho (U-Kiss)
Genre               : romance
Length              : part

***
       
        Setelah berhasil membawa Sung Hye ke luar dari dorm ‘Blue Flame’, Doojoon kini mengajak kekasihnya itu ke sebuah taman. Sesampainya di sana, pemuda itu memeluk Sung Hye dan seakan tak ingin melepaskan gadis itu lagi.
        “Doojoon lepas,” pinta Sung Hye sambil berusaha memberontak.
        “Aku merindukanmu. Ku mohon jangan paksa aku untuk melakukan itu,” ujar Doojoon tepat di telinga gadis itu. “Aku tak peduli jika setelah ini kau akan membenciku. Tapi aku ingin tetap memelukmu seperti ini.” Doojoon semakin mempererat pelukannya ketika merasakan pundaknya basah dan samar-samar ia mendengar isakan tangis seseorang yang tentu saja berasal dari bibir Sung Hye.
        “Cintai Hye Ra seperti kau mencintaiku, Doojoon.”
        Doojoon dengan kasar melepaskan pelukannya. “Apa kau pikir semudah itu?” serunya dengan memberikan tatapan tajam pada Sung Hye. “Jangan membuatku semakin tersiksa. Aku akan berusaha merebutmu kembali. Jika memang tidak bisa, ku mohon bahagialah,” ujar Doojoon kali ini dengan nada lembut sambil menghilangkan sisa-sisa air mata di pipi Sung Hye menggunakan tangannya.
        Gadis itu justru semakin deras menangis lalu menenggelamkan wajahnya ke dada bidang milik Doojoon.
        Doojoon mencium puncak kepala Sung Hye lalu berbisik, “aku mencintaimu.”

***

        Sementara itu di salah satu ruangan yang terdapat di dorm ‘Blue Flame’, Joon tampak tengah melipat selimut yang semalam digunakan Hye Ra tidur di kamarnya. Ketika ingin memindahkan selimut itu ke dalam lemari, ada sebuah benda kecil yang jatuh dan menimpa kakinya. Ketika menunduk, Joon menemukan sebuah kalung dengan cincin sebagai liontinnya. Di dalam cincin itu terpahat nama ‘Hye Ra’. Dan bisa dipastikan benda itu milik Hye Ra. Joon memungut benda itu, bersamaan dengan pintu kamarnya yang terbuka.
        “Apa kau sibuk?”
        Joon menegakkan kembali badannya lalu menoleh. Ternyata Nichkhun yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Joon hanya menggerakan kepalanya sebagai tanda ia tak keberatan dengan kehadiran Nichkhun dan menyuruhnya masuk.
        Nichkhun duduk di tepi ranjang, tepat di samping Joon yang sudah lebih dulu duduk di sana. “Bisa ceritakan padaku yang kau ketahui tentang gadis tadi.”
        Joon meremas kalung dalam genggaman tangannya.

*flashback on*
Hye Ra menghentikan langkah karena ia menyadari Doojoon masih mengikutinya di belakang. “Mau apa lagi?”
        “Aku hanya ingin mengantarmu pulang,” jawab Doojoon santai.
        “Tak udah sok baik padaku,” balas Hye Ra malas.
        “Biar bagaimanapun, kau sudah menyelamatkanku hari ini. Ayo cepat,” paksa Doojoon yang kini bahkan sudah menarik tangan Hye Ra.
        “Anggap saja kita sudah impas karena kau juga telah menepati janji untuk mempertemukanku dengan Siwan.”
        Doojoon berhenti dan menatap Hye Ra datar. “Apa aku ini bukan sahabatmu?” sebelum Hye Ra menjawab, Doojoon sudah lebih dulu menariknya.
        “Jangan bawa-bawa nama sahabat!” protes Hye Ra sambil bersusah payah berlari sambil menggunakan heels.
        “Jangan cerewet!” balas Doojoon yang kini sudah bersikap nekad dengan menggotong tubuh Hye Ra sampai mobil meski gadis itu terus memberontak minta diturunkan.
        Tanpa diketahui dua orang tadi, Joon ternyata berada tak jauh di belakang mereka. Dan bisa dipastikan dia mendengar semua pembicaraan Doojoon dan Hye Ra.
*flashback off*

        Joon bangkit lalu berjalan menuju laci meja di samping tempat tidurnya. Dari dalam sana ia mengambil selembar foto yang langsung ia serahkan pada Nichkhun.
        Belum usai keterkejutan Nichkhun tentang apa yang baru saja diceritakan Joon padanya tentang hubungan Doojoon dan Hye Ra sebenarnya, kini ia harus kembali dikejutkan dengan selembar foto yang Joon tunjukkan padanya. Itu foto kebersamaan Doojoon dengan gadis yang tadi datang ke dorm mereka. Di balik foto tersebut terselip sebuah tulisan tangan nama Doojoon dan Sung Hye.
        Joon sudah kembali duduk di samping Nichkhun yang masih membeku. Ia lalu menghela napas. “Terus terang saja, Hye Ra sudah menarik perhatianku sejak kami pertama kali bertemu di acara fans sign waktu itu. Dan aku cukup terkejut saat Doojoon membawa bahkan mengakui Hye Ra sebagai kekasihnya. Padalah aku sudah menemukan foto itu lebih dulu.” Joon tampak tersenyum pahit.
        “Pantas saja cara Doojoon memperlakukan Hye Ra tak terlihat seperti Luhan ataupun diriku saat bersama kekasih kami.”
        Joon tak merespon apapun.
        Nichkhun melirik Joon saat teringat sesuatu. “Bagaimana dengan Yoona? Apa kau akan datang ke acara pertunangannya?”
        Joon tampak tak terkejut. Ia hanya terlihat menghela napas. Lalu dengan ragu-ragu melirik Nichkhun. “Kau tau, aku bahkan pernah mengakui Hye Ra sebagai kekasihku di hadapan Yoona.”
        Jelas saja Nichkhun langsung membulatkan matanya setelah mendengar pengakuan Joon. “Kau gila?” protesnya, namun itu tak berpengaruh apapun. “Lalu? Bagaimana reaksi Yoona dan Hye Ra sendiri?”
        Joon mengangkat bahu, ragu. “Yang ku tau, Yoona memang tak memiliki perasaan apapun padaku. Jadi ku anggap itu bukan hal yang patut untuk dikhawatirkan. Tapi Hye Ra…” Joon sempat diam sesaat. “Dia justru menolongku untuk pergi dari sana,” lanjutnya.
        “Apa kau sudah benar-benar yakin dengan Hye Ra?” Tanya Nichkhun sambil menatap Joon, khawatir.
        Joon justru merespon itu dengan tatapan bingung.
        “Aku bukan ingin mempengaruhimu, tapi sikap Siwan terhadap Hye Ra cukup aneh akhir-akhir ini.”
        Cukup lama Joon perpikir. Yang ia tau, Siwan memang sedang mendekati gadis yang berprofesi sebagai chef itu. Tapi apa yang ia lihat semalam saat Siwan bersama Hye Ra, rasanya patut untuk dipertimbangkan. “Nanti akan ku cari tau,” hanya itu yang dikatakan Joon sebelum meninggalkan Nichkhun di dalam kamarnya.

***

        Tiga hari setelahnya. Dan ini juga sudah hari ke tiga bagi Siwan yang sedang berusaha untuk bisa bertemu dengan Soo In di restoran tempat gadis itu bekerja. Namun jawaban yang ia terima selalu sama. Soo In sedang cuti sampai batas waktu yang belum di tentukan. Tapi Siwan tidak bisa mendapatkan alasan kenapa Soo In sampai harus cuti bekerja.
        Siwan memberikan sepotong kertas yang hanya bertuliskan sederetan nomor pada seorang pelayan yang tadi ia tanyai tentang Soo In. “Jika Soo In sudah kembali bekerja, tolong suruh gadis itu untuk menghubungiku,” pinta Siwan yang terlihat tak ingin ada penolakan di sana. Ia juga sampai menghafal nama pelayan tadi. “Aku akan mengingat namamu, Dongho!” serunya dingin lalu pergi meninggalkan restoran itu sambil mengenakan kacamata hitamnya.
        Di saat yang bersamaan ketika Siwan berjalan ke luar dari pintu utama restoran, Soo In tampak akan menuju tempat yang baru saja ditinggalkan Siwan. Tentu saja gadis itu lebih memilih bersembunyi sebelum Siwan juga menyadari keberadaannya. Saat di rasa sudah aman, Soo In ke luar dari tempat persembunyiannya dan segera bergegas masuk ke dalam sambil memegangi tangan kirinya yang masih di pen.
        “Noona!”
        Soo In sedikit terkejut karena ada seseorang yang tiba-tiba berdiri menghalangi langkahnya. “Dongho!”
        “Tadi ada pemuda yang mencarimu?”
        “Siapa?” Tanya Soo In ragu-ragu. Perasaannya mengatakan bahwa orang itu adalah Siwan.
        “Lebih baik kau hubungi sendiri orang itu,” kata Dongho yang kini sudah menyodorkan kertas titipan Siwan pada Soo In.
        Dengan terpaksa ia menerima kertas itu sambil menatap Dongho penuh selidik.
        “Soo In?”
        Gadis itu menoleh saat mendengar ada seseorang yang menyebut namanya. Sementara Dongho sudah kembali bekerja. “Sung Hye?” seru Soo In sambil berusaha menyembunyikan kertas tadi dari Sung Hye. “Kau di sini?”
        Sung Hye tak terlalu memperhatikan apa yang baru saja diucapkan Soo In. Tatapannya justru tertancap lurus pada tangan Soo In. “Kau membohongiku?”
        Soo In tampak bingung dengan pertanyaan Sung Hye. “Membohongi apa?” ia balik bertanya.
        “Tanganmu pasti masih sakit? Kenapa kau tak mengaku sejak awal?” desak Sung Hye yang kini kembali menjadi merasa bersalah tentang cedera tangan yang dialami Soo In.
        “Sudahlah. Sebentar lagi juga akan sembuh,” seru Soo In sambil sedikit tertawa agar Sung Hye melupakan rasa bersalahnya.
        Tak lama ada seorang pemuda muncul di antara mereka. Pemuda itu berdiri di belakang Sung Hye dan berusaha merangkul pundak gadis itu, tapi Sung Hye justru tak terlalu senang dengan perlakuan itu dan berusaha menepiskan tangan pemuda itu dari pundaknya.
        “Kau?” seru Soo In yang sejak tadi memperhatikan sosok pemuda di samping Sung Hye.
        Sung Hye tak kalah terkejutnya dari Soo In karena gadis itu mengenal sosok pemuda yang tak lain adalah Yunho.

***

        Sementara di luar restoran, dari kejauhan Siwan melihat Hye Ra yang berjalan ke arahnya. Namun tampaknya gadis itu tidak terlalu menyadari keberadaan Siwan.
        “Hye Ra?” teriak Siwan saat posisi Hye Ra semakin dekat dengan tempat ia berada.
        “Siwan oppa? Kau di sini?” Tanya Hye Ra bingung. “Sudah bertemu dengan Soo In?”
        Siwan menggeleng, kecewa. “Dia masih cuti.”
        Hye Ra menatap Siwan, bingung. “Kemarin dia menelponku, tapi seperti tidak terjadi apa-apa.”
        “Sudahlah,” seru Siwan enggan melanjutkan pembahasan mengenai Soo In. “Kau sendiri sedang apa di sini? Kau mencari Soo In juga?”
        “Bukan,” kata Hye Ra cepat-cepat. “Itu…” gadis ini menunjuk ke belakang dan sedikit memutar tubuhnya. Sekilas ia menangkap sosok seorang yang seperti dikenalnya. “Doojoon?” seru Hye Ra nyaris tanpa suara.
        “Kau kenapa?” Siwan tampak bingung dengan perubahan sikap Hye Ra yang kini tiba-tiba panic. “Eh, bukankah itu Doo…”
        Cepat-cepat Hye Ra menyeret tubuh Siwan untuk menyingkir. Atau dengan kata lain untuk bersembunyi dari Doojoon. Beruntung tak jauh dari sana ada sebuah mobil yang terparkir. Mereka mengawasi Doojoon sampai pemuda itu melewati pintu masuk.
        Setelah dirasa aman, Hye Ra ke luar dari tempat persembunyiannya, diikuti Siwan di belakangnya. Hye Ra menghela napas. Sejauh ini berjalan sesuai rencana. “Semoga Doojoon mendapatkan kembali cintanya.”
        Hye Ra menoleh karena Siwan mengacak lembut kepalanya sambil tersenyum. Gadis itu hanya menatapnya, bingung.
        “Kau gadis hebat!” puji Siwan sambil mengacungkan ke dua ibu jari tangannya lalu ia mengedipkan mata kirinya. “Aku mendukung sepenuhnya rencanamu ini.”
        “Maksudmu?” Hye Ra malah semakin bingung dengan ucapan Siwan.
        “Jangan kau pikir aku tidak tau,” ujar Siwan yang tentu saja membuat kebingungan Hye Ra semakin bertambah. “Dua hari lalu aku memergoki Doojoon melamun di balkon dorm. Setelah ku paksa bercerita, akhirnya Doojoon mau mengakui bahwa gadis yang bernama Sung Hye itu adalah kekasihnya bukan dirimu seperti apa yang selama ini ku ketahui.”
        Ketika mendengar cerita Siwan, Hye Ra tampak berusaha menyembunyikan raut wajahnya dari Siwan. Rasa sakit dan bahagia yang bercampur. Namun yang ia sesali adalah karena rasa sakit itu yang lebih dominan ia rasakan.
        “Dia menyesal karena selama ini dia telah bersikap tidak adil padamu,” lanjut Siwan.
        “Selama ini Doojoon selalu bersikap sewajarnya terhadapku.”
        Siwan tersenyum menanggapi komentar Hye Ra. “Itu karena dia tidak tau kalau kau menyukainya,” seru Siwan enteng.
        Tentu saja ucapan Siwan tadi membuat Hye Ra membulatkan matanya. Kesal karena ternyata rahasia besarnya tehadap Doojoon terbongkar bahkan telah sampai ke telinga Siwan. Setelah ini, akan berapa banyak orang lagi yang tau hal tersebut?
        “Aku tidak akan menyalahkanmu,” bisik Siwan untuk membuat Hye Ra tenang. “Seperti yang ku katakan tadi, aku mendukung sepenuhnya semua rencanamu. Kau ingin mempertemukan Doojoon dan Sung Hye, bukan? Tadi ku lihat gadis itu sudah datang.”
        Hye Ra tak terlalu mempedulikan ucapan Siwan. Yang ia pikirkan saat ini adalah, siapa yang telah memberi tau Doojoon tentang rahasia ini? Minho? Itu tidak mungkin. Atau Luhan? Hye Ra merasa tidak pernah memberitau pemuda itu. Hanya tersisa satu nama lagi dan tebakannya kali ini tidak akan meleset.
        “Yong Hwa!!!” pekik Hye Ra kesal setengah mati.

***

        Yunho menarik paksa tangan Soo In. “Aku ingin bicara!” Ia bahkan tak mempedulikan saat pundaknya sedikit menabrak seseorang. Dan orang itu hanya menatap sinis padanya. Bukan karena tak terima dengan apa yang baru saja diperbuat Yunho. Tapi karena ia mengenal bahkan memiliki masa lalu yang kurang baik dengan Yunho. Tentu saja karena pemuda itu adalah Doojoon.
        Di sana Doojoon bertemu dengan Sung Hye yang masih berdiri di tempatnya. Suasana canggungpun jelas sekali terjadi. Dan yang membuat suasana sedikit mencair adalah ketika ponsel mereka bergetar dalam waktu yang hampir bersamaan.
Lucunya, pesan masuk ke dalam ponsel Doojoon dan Sung Hye sama-sama dari Hye Ra. Tidak hanya sampai di situ, isi pesannya pun tak jauh berbeda. Gadis itu mengatakan tiba-tiba tidak bisa menepati janji pada Doojoon dan Sung Hye dengan alasan Minho sakit, jadi ia harus menemani kakaknya itu.
        Sung Hye membalas pesan itu dengan ucapan agar Minho bisa cepat sembuh dan ia juga tidak mempermasalahkan kabar dari Hye Ra yang sangat mendadak seperti ini.
        Tapi tidak untuk Doojoon, pemuda itu justru langsung mencari kontak di ponselnya atas nama ‘Minho’, lalu ia menekan tombol telpon. Cukup lama karena Minho tak langsung menjawab. Doojoon bahkan sampai mencoba menelpon Minho sekali lagi karena ia merasakan ada yang janggal di sana.
        “Minho? Kau baik-baik saja? Hye Ra bilang kau sakit. Memangnya sakit apa?” Tanya Doojoon bertubi-tubi setelah mendengar suara Minho yang menjawab telponnya. Setelah itu Doojoon terdiam sambil mendengarkan apa yang dikatakan Minho. Tak ada respon apapun dari Doojoon. Pemuda itu lantas menutup sepihak panggilannya.
        Di saat yang bersamaan, Sung Hye sudah akan meninggalkan tempat itu. Namun tangan Doojoon bereaksi lebih cepat menahan tangan Sung Hye sebelum gadis itu benar-benar pergi.
        “Kenapa terburu-buru?”
        Sung Hye menoleh dan mendapati Doojoon menatapnya lembut. “Aku mau pulang. Hye Ra tidak jadi datang.”
        Doojoon tersenyum puas. Sementara Sung Hye tertegun karena cukup lama ia tidak melihat senyuman itu. Senyuman yang sangat dirindukannya. “Seharusnya aku menyadari sejak awal.”
        Jelas saja Sung Hye tak mengerti dengan maksud ucapan Doojoon. Ia juga tak ingin ambil pusing akan hal itu. Tapi yang harus ia sadari adalah, Doojoon sama sekali tak melepaskan tangannya sedikitpun. Sung Hye sudah memberi kode melalui tatapan mata agar Doojoon mau melepaskan tangannya.
        Dengan tegas Doojoon menolak permintaan Sung Hye. “Kita harus memanfaatkan ini,” ujar Doojoon lalu membawa Sung Hye pergi dari sana tanpa membiarkan gadis itu bertanya sedikitpun.

***

        Beberapa menit yang lalu saat Yunho membawa paksa Soo In ke luar dari restoran, Hye Ra dan Siwan masih berada di sana. Tentu saja kejadian itu sukses membuat Siwan cemburu bahkan sudah hampir akan mengejar Yunho jika Hye Ra tak menahannya.
        “Sudah tiga hari aku mencari Soo In, tapi apa yang ku dapat? Dia malah pergi bersama pemuda lain,” protes Siwan.
        Sekuat tenaga Hye Ra menahan tangan Siwan. “Dengarkan aku dulu!” teriaknya dengan kondisi tubuhnya sedikit terseret karena tentu saja tenaga Siwan lebih besar darinya.
        “Kakakku hamil! Dan itu semua karena, kau!”
        Siwan akhirnya membeku karena mendengar Soo In berteriak seperti itu pada Yunho. Kesempatan itu tak di sia-siakan Hye Ra untuk mendorong tubuh Siwan dan mereka sedikit bersembunyi di balik pilar.
        “Dia bahkan hampir bunuh diri karena mendengar kau akan bertunangan!” maki Soo In lagi.
        Hye Ra menggenggam tangan Siwan untuk membantu pemuda itu menenangkan diri karena melihat Soo In yang hampir menangis. Tidak, gadis itu bahkan sudah menangis saat ini.
        Di sisi lain, Yunho tampak semakin tertunduk. Pemuda itu juga tak berani menatap apa lagi menyangkal semua ucapan Soo In.
        Soo In menyeka matanya yang basah dengan kasar menggunakan ujung lengan pakaiannya. “Ku pikir kau pemuda baik-baik,” ucapan Soo In membuat Yunho mendngak. “Jika ku tau seperti ini akhirnya, tak akan ku biarkan kakakku menjalin hubungan denganmu dulu!”
        Yunho tersenyum, pahit. “Kau benar. Aku memang bukan pemuda baik. Aku meninggalkan kakakmu agar di bahagia tanpaku…”
        “Tapi apa akhirnya?” Soo In tak membiarkan Yunho membela diri.
        Pemuda itu mengusap wajahnya, frustasi. “Lalu apa yang kau inginkan dari ku?” Tanya Yunho yang sudah tidak tau harus melakukan apa lagi.
        “Tinggalkan kekasihmu dan bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan pada kakakku,” jelas Soo In yang langsung saja pergi dari sana.
        “Tunggu!” pekik Yunho sambil menahan tangan Soo In. “Kau pikir bisa semudah itu?” serunya yang tampak cukup keberatan dengan permintaan Soo In.
        Gadis itu menepiskan tangannya sambil tersenyum sinis. “Kau yang seharusnya berpikir!” balas Soo In. “Jika kau tak menuruti permintaanku, akan ada dua gadis yang kau sakiti sekaligus!” Soo In buru-buru meninggalkan Yunho sebelum pemuda itu bicara yang lain-lain lagi. Beruntung Yunho juga tak berniat untuk mengejar karena kini ia sibuk dengan pikirannya sendiri.
        Setelah Soo In pergi, Hye Ra dan Siwan ke luar dari tempat persembunyiannya. Tatapan mereka kosong karena terlalu terkejut dengan apa yang mereka dengar tadi.
        “Astaga, jadi selama ini Yunho…” Hye Ra sudah tak sanggup melanjutkan ucapannya.
        “Kau mengenal pemuda tadi?”
        Hye Ra menatap Siwan penuh arti. “Yunho adalah calon tunangan Sung Hye. Dia juga yang telah merebut Sung Hye dari Doojoon.”
        Siwan mengepalkan tangannya. Terlalu sakit melihat keluarga Soo In dan kekasih sahabatnya, Doojoon, harus hancur hanya karena satu orang yang bahkan baru ia ketahui hari ini. Pemuda ini bergegas mengejar Yunho. Bahkan teriakan Hye Ra tak mampu menghentikannya.
        Siwan menepuk pundak Yunho. Ketika pemuda itu berbalik, ia memberikan satu pukulan tepat di wajah Yunho hingga pemuda itu sedikit terjungkal ke belakang.
        “Apa-apaan kau!” protes Yunho yang tak terima di serang tanpa alasan. Terlebih oleh seorang yang tidak ia kenal. Tapi tentu saja Yunho tau kalau Siwan adalah anggota band terkenal di kota ini. “Apa artis sepertimu tidak memiliki etika pada orang yang bahkan tidak dikenalnya?”
        Siwan tersenyum meremehkan. Ia masih tak mempedulikan Hye Ra yang berusaha mencegahnya, apalagi tatapan ingin tau dari orang-orang yang mulai mengerubunginya. Siwan menganggap itu seperti hanya angin lalu dan bukan hal penting yang perlu di khawatirkan.
        “Apa kau pikir kau adalah orang yang tak memiliki kekurangan sedikitpun?”
        Yunho membalas Siwan dengan tatapan yang tak kalah meremehkan sambil menyeka tepi bibirnya yang berdarah. “Apa yang kau ketahui tentang diriku?”
        Siwan tak menjawab, tapi Hye Ra juga tampak tak ingin tinggal diam. Gadis itu maju selangkah dan berdiri di depan Siwan.
        “Kami memang tidak tau apa-apa tentangmu. Tapi satu yang ku tau…” Hye Ra memberi jeda sesaat dalam ucapannya. “… Sung Hye sangat tidak bahagia bersamamu.” Hanya itu yang Hye Ra katakan. Ia berbalik lalu mengajak Siwan pergi dari sana meninggalkan Yunho dengan pikirannya sendiri.

***


Rabu, 26 Juni 2013

BLUE FLAME BAND (part 9)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun (2PM)
·        Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Yong Hwa (CN Blue)  
·        Yoona (SNSD)
·        Minho (SHINee)
·        Yunho (TVXQ)
·        Sungmin (Super Junior)
Genre               : romance
Length              : part

***
       
        Tak lama setelah menejernya pergi, Luhan memasang jadwal baru pada sebuah papan yang memang biasa digunakan untuk memberikan informasi pada member ‘Blue Flame’. Tak lama, pintu dorm kembali terbuka.
        “Hyung, tadi Sungmin hyung datang membawakan jadwal baru kita,” jelas Luhan pada Joon.
        Joon mendengarkan Luhan bicara sambil berlalu menuju dapur karena ia datang sambil membawa tas plastic berisi bahan-bahan makanan. “Iya, tadi aku sempat bertemu dengannya di bawah.”
        Luhan yang tadi mengikuti Joon ke dapur, langsung memeriksa apa-apa saja yang baru di beli Joon dari supermarket.
        “Kau tau ke mana yang lain?” Tanya Luhan sambil membantu Joon mengeluarkan belanjaan ke atas meja. Sementara Joon merapihkan barang-barang itu ke dalam kulkas dan lemari.
        Joon menghentikan sementara aktivitasnya sambil berpikir. “Aku juga tidak tau. Nichkhun hanya bilang mereka ingin ke luar.”
        “Mereka pergi bersama?” Tanya Luhan yang hanya di jawab anggukan oleh Joon. “Setauku Siwan hyung dan Doojoon hyung baru akan ada jadwal nanti sore, sementara Nichkhun hyung libur hari ini,” jelas Luhan yang cukup memperhatikan jadwal member yang lain. Padahal leader mereka sendiri sering kali tertukar dengan jadwal yang ia miliki.
        “Mereka pergi dengan pakaian santai. Mungkin mereka hanya ingin berjalan-jalan sebentar.” Joon menutup pintu kulkas. “Aku ke kamar dulu,” pamitnya yang langsung meninggalkan Luhan di dapur.
        Tanpa sepengetahuan Joon, Luhan juga mengikuti leadernya itu untuk menyingkir dari dapur. Namun langkah Luhan sempat terhenti karena mendapati sebuah bantal lengkap dengan selimut yang tidak terlipat di atas sofa panjang. Selimut tersebut seperti baru saja digunakan seseorang. Tapi kemudian, Luhan kembali mengikuti Joon yang kini sudah berada di kamarnya.

***

        Nichkhun baru saja membuka pintu dorm. Di saat yang bersamaan, terdengar seperti ada sebuah keributan kecil yang berasal dari dalam dorm. Nichkhun, Siwan dan Doojoon hanya saling melempar pandangan. Siwan menunjuk ke arah dalam menggunakan dagunya. Sontak saja ke tiga member ‘Blue Flame’ ini segera berhamburan ke dalam dorm.
        Ketika sampai di ruang tivi, Siwan, Nichkhun dan Doojoon disuguhkan pemandangan yang cukup biki syok. Di mana Joon membekap mulut Luhan yang sudah tiduran di atas lantai dan sedikit tertindih tubuh Joon. Luhan berusaha memberontak, namun Joon seperti tak mau melepaskannya.
        “Joon! Apa yang kau lakukan?” jerit Siwan yang sukses mengakhiri penderitaan Luhan.
        Saat Joon menoleh dan lengah, Luhan dengan sigap menyingkirkan tangan Joon yang membekap mulutnya. “Joonie hyung membawa seorang gadis menginap di kamarnya!” teriak Luhan yang langsung saja membuat Joon kembali ingin membekapnya. Namun Siwan sudah lebih dulu menghalanginya sambil berusaha menyingkirkan Joon dan membantu Luhan untuk berdiri.
        “Apa benar semua yang dikatakan Luhan?” Tanya Nichkhun yang sudah menatap Joon penuh selidik.
        Di saat yang bersamaan, Doojoon yang berada tepat di depan pintu kamar Joon, membalikkan badan karena merasakan pintu dibelakangnya seperti terbuka.
        “Hye Ra?”
        Mendengar Doojoon menyebut nama Hye Ra, sontak saja membuat yang lain menegakkan badan. Kecuali Joon yang kini sudah duduk di sofa.
        Siwan segera melesat mendekati Doojoon dan Hye Ra. “Jadi sejak semalam kau di sini? Kenapa tidak mengabariku?” Tanya Siwan cemas dan langsung saja mendapat tatapan membunuh dari Doojoon.
        Hye Ra tak menjawab. Ia justru melirik ke arah Joon. Tak lama Joon pun mendongak karena merasakan dirinya menjadi pusat perhatian. “Kau lihat ponselku?” Tanya Hye Ra saat tatapan mereka bertemu.
        Tanpa berkata apapun, Joon berdiri menuju sebuah meja di dekat televisi. Ia menyambar salah satu ponsel yang tergeletak di sana dan langsung memberikannya pada Hye Ra. “Semalam ponselmu mati. Aku sudah menchargenya.”
        “Di mana kau bertemu Hye Ra?” Tanya Nichkhun yang saat itu berdiri paling dekat dengan Joon.
        Sebelum mendengar Joon menjawab pertanyaan Nichkhun, Doojoon lebih memilih menyambar tangan Hye Ra dan siap membawa gadis itu pergi dari dormnya.
        Luhan yang menyadari gerak-gerik mencurigakan Doojoon, segera menghentikan langkah hyungnya itu. “Doojoon hyung, tunggu!”
        “Ada apa lagi Luhan?” Tanya Doojoon berusaha bersikap tenang.
        Bukannya menjawab, Luhan justru memperhatikan Hye Ra dari atas hingga bawah. “Bukankah itu piyama milikku?” seru Luhan setelah menyadari pakaian yang dikenakan Hye Ra.
        Hye Ra yang tidak tau apa-apa, langsung menatap Joon dan menuntut penjelasan. Namun pemuda itu tak mau membalas tatapan Hye Ra.
        “Hye Ra hanya meminjam. Besok akan ia kembalikan,” ujar Doojoon menengahi sebelum Luhan heboh karena ada yang memakai piyamanya tanpa ijin. Ia lalu menarik Hye Ra pergi dari dorm tanpa pamit.
        Setelah Doojoon dan Hye Ra benar-benar meninggalkan dorm, Siwan membalikkan badan dan tatapannya terhenti tepat ke arah Joon yang masih duduk di sofa. “Jelaskan semuanya pada kami.”
        “Jelaskan apa?” Joon menjawab dengan pertanyaan.
        “Jawab pertanyaanku yang tadi,” tuntut Nichkhun.
        Joon menghela napas. “Aku hanya bertemu dengannya di jalan. Dan…”
        “Hyung, cepat jawab!” desak Luhan yang kini berdiri di samping Siwan.
        “Hye Ra hampir pingsan,” jelas Joon.
        “Kenapa tak kau antar ke rumahnya?” Tanya Nichkhun lagi.
        Joon melirik Nichkhun tajam. “Kalau terjadi sesuatu pada Hye Ra bagaimana? Dia hanya tinggal sendiri di apartmennya.”
        “Kau tau dia tinggal sendiri?” selidik Siwan.
        Nichkhun merentangkan satu tangannya ke hadapan Siwan untuk menengahi pemuda itu dengan Joon. “Jelaskan semuanya.”
        Joon melirik kesal ke arah Nichkhun dan Siwan yang tampak memojokkannya. “Kau ingat waktu aku dan Doojoon pulang tengah malam? Kami terjebak hujan deras. Dan aku mengikuti Doojoon sampai ke apartmen Hye Ra. Yang aku tau Hye Ra memang hanya tinggal sendiri di sana.”
        “Tapi kenapa kau tak bilang kalau Hye Ra ada di sini sejak semalam?” Siwan kembali bertanya.
        “Kalian semua sudah tidur.”
        “Biar bagaimanapun, Hye Ra adalah seorang gadis. Dan ia adalah kekasih Doojoon. Kau harus menghargai perasaan Doojoon,” ujar Nichkhun mengingatkan.
        Joon menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Ia tak ingin berdebat dengan Nichkhun hanya untuk masalah Hye Ra dan Doojoon. Tak lama kemudian, terdengar seseorang menekan bel dorm ‘Blue Flame’. Luhan yang berinisiatif untuk membukakan pintu.
        Siwan ikut merebahkan badannya di samping Joon. “Sekarang bagaimana cara kita menjelaskan pada Doojoon. Dia pasti kecewa padamu, Joon.”
        Tidak ada yang merespon ucapan Siwan setelah itu. Sementara Nichkhun tampak sibuk berpikir sendiri. “Siapa yang datang? Kenapa Luhan lama sekali di depan?” ujar Nichkhun curiga. Tanpa pikir panjang, ia bergegas menyusul Luhan. Namun di saat yang bersamaan, Luhan pun muncul bersama seorang gadis.
        “Siapa?” Tanya Siwan pada Luhan.
        “Gadis ini ingin bertemu dengan Doojoon hyung, dan dia mengaku sebagai kekasih Doojoon hyung,” jelas Luhan yang bisa dipastikan sukses membuat Joon, Siwan dan Nichkhun sangat terkejut.
        Joon berdiri dan segera menyuruh gadis itu untuk duduk. “Siapa namamu?” Tanya Joon.
        “Hyung, kenapa kau malah mencari kesempatan untuk berkenalan?” protes Luhan, tapi Joon tampak tak mempedulikannya.
        “Namaku Sung Hye,” kata gadis itu.
        Joon kembali terkejut mendengar pengakuan gadis itu. “Jadi kau benar kekasihnya Doojoon?”
        “Joon, apa-apaan kau ini?” seru Siwan yang ikut protes. “Bukankah sudah jelas kalau kekasih Doojoon itu adalah Hye Ra. Tidak mungkin Doojoon seorang playboy dan memiliki pacar lebih dari satu.”
        Kali ini Sung Hye yang tampak terkejut. Sementara Joon hanya menghela napas untuk menahan emosi. “Apa kau benar kekasih Doojoon?” Joon mengulangi pertanyaannya, tentu saja dengan nada lembut.
        Luhan dan Siwan baru saja ingin kembali melancarkan protes, namun Nichkhun lebih dulu menghalangi mereka.
        Sung Hye menatap Joon intens. Ia masih bingung harus menjawab apa pertanyaan Joon tadi. Ada sedikit penyesalan setelah ia sampai di sana. Karena ternyata ada hal mengejutkan yang ia dengar. Di hadapan member ‘Blue Flame’, Doojoon mengakui Hye Ra sebagai kekasihnya, bukan Sung Hye.
        Nichkhun meletakkan salah satu tangannya di pundak Joon. “Hentikan.”
        Joon menoleh. “Ini alasan kenapa aku tidak peduli pada Doojoon mengenai Hye Ra.”

***

        Selama perjalanan menuju apartmen Hye Ra, baik Doojoon ataupun gadis itu saling diam. Doojoon sudah cukup frustasi karena Hye Ra tak pernah menjawab pertanyaannya. Hingga akhirnya ia pun terpaksa ikut diam. Sampai akhirnya mereka sampai di pelataran parkir gedung apartmen tempat Hye Ra tinggal. Doojoon segera melesat mengejar Hye Ra yang telah lebih dulu ke luar dari mobilnya.
        “Berhenti mengabaikanku seperti ini!” protes Doojoon saat ia telah berhasil menangkap tangan Hye Ra.
        Hye Ra tentu saja berusaha melepaskan tangannya dari tangan Doojoon. “Berjanjilah untuk merebut Sung Hye kembali dari tangan Yunho!”
        “Apa maksudmu?” Tanya Doojoon bingung.
        “Kau tidak perlu tau itu! Kau hanya cukup berjanji padaku.”
        “Tanpa perlu berjanji padamu aku akan tetap berusaha merebut Sung Hye kembali.”
        Mendengar ucapan Doojoon itu, Hye Ra berhenti memberontak. “Kau benar. Sekarang lepaskan aku,” pinta Hye Ra lembut.
        Bukannya menuruti, Doojoon justru semakin kuat menahan tangan Hye Ra. “Tidak akan sebelum aku mendapatkan jawaban yang ku mau darimu.”
        “Sudahlah. Aku berjanji tidak akan menjauhimu. Aku juga akan berusaha melupakan perasaan ini.”
        Doojoon berusaha mengartikan sendiri maksud ucapan Hye Ra. dan ternyata, saat-saat seperti itu justru dimanfaatkan oleh Hye Ra untuk melepaskan diri. Ketika ingin mengejar, ada seseorang yang menahan tubuhnya. Yong Hwa.
Tanpa berkata-kata, jelas Yong Hwa menyuruh Doojoon untuk tidak mengejar Hye Ra karena ia lah yang akan menyusul gadis itu.
        Doojoon hanya diam di tempat dan menatap nanar Hye Ra yang kini sedang berbicara dengan Yong Hwa. Entah apa yang mereka katakan. Terlihat jelas ada sedikit perdebatan di sana. Tak lama kemudian, Yong Hwa kembali ke arahnya dan membiarkan Hye Ra lepas begitu saja.
        “Kenapa tidak katakan saja jika Hye Ra memang bersamamu?”
        Doojoon berdecak dan tak ingin menatap Yong Hwa. “Apa pedulimu?” serunya dengan tatapan tajam. “Bukankah kalian berpacaran hanya untuk bersenang-senang?” sinis Doojoon yang memang mengetahui tentang hubungan Hye Ra dan Yong Hwa selama ini.
        Yong Hwa tertawa meremehkan atas pendapat Doojoon. “Tentu saja aku selalu membuatnya tersenyum. Tidak seperti kau.”
        “Apa maksudmu?” Tanya Doojoon sambil susah payah menahan emosi untuk tidak segera menghajar Yong Hwa.
        “Cepat rebut kembali kekasihmu. Dan itu artinya, Hye Ra akan bebas memilih pria lain lalu melepaskanmu.”
        “Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan.”
        “Kau ini tidak peka terhadap perasaan seorang gadis atau apa?” seru Yong Hwa yang mulai gemas dengan reaksi Doojoon yang datar. “Apa kau tidak tau jika selama ini Hye Ra memiliki perasaan padamu?”
        Doojoon cukup tercengang mendengar pernyataan Yong Hwa. “Tapi Hye Ra tak pernah menunjukkan apapun dihadapanku!” serunya untuk membela diri.
        “Itu karena dia sangat menjaga perasaan Sung Hye. Hye Ra sangat yakin kalian masih bisa bersama. Itu sebabnya ia tak ingin memanfaatkan masalah kalian dengan berusaha untuk merebutmu. Dan kau malah meminta bantuannya untuk bisa bertemu dengan Sung Hye,” jelas Yong Hwa panjang lebar.
        “Kalau aku tau seperti ini, aku tidak akan meminta bantuan Hye Ra untuk itu,” sesal Doojoon sekaligus membela diri.
        “Setelah ini ku mohon jangan tanyakan apapun tentang Sung Hye pada Hye Ra.”
        Doojoon segera saja mendapat gelagat aneh yang ditunjukkan Yong Hwa. “Apa mereka bertemu?” desak Doojoon.
        “Aku akan menceritakan semua, tapi berjanjilan untuk tidak kembali membuat Hye Ra menderita dalam bentuk apapun.”
        Awalnya Doojoon masih bingung dengan semua maksud ucapan Yong Hwa. Tapi ia terpaksa menyetujui. Demi membalas penderitaan Hye Ra selama ini karena dirinya.
        “Sung Hye sangat tidak bahagia dengan perjodohannya. Tapi dia tidak ingin kau tau tentang penderitaannya. Kau mendesak Hye Ra untuk bercerita, tapi di sisi lain Sung Hye justru meminta Hye Ra untuk bungkam. Hye Ra sangat tidak ingin melihatmu menderita.”
        Doojoon mengusap wajahnya. Banyak penyesalan yang ia alami saat ini. Baik untuk Hye Ra maupun untuk Sung Hye.
        “Tapi kenapa Hye Ra tidak menolak saat ku minta untuk berpura-pura menjadi kekasihku?”
        “Anggap saja itu karena Siwan. Hye Ra memang fans beratnya,” ujar Yong Hwa yang tidak ingin semakin memperkeruh keadaan.

***

        “Noona ini untukmu,” kata Luhan yang telah membawakan segelas minuman untuk Sung Hye.
        Gadis itupun menerima gelas pemberian Luhan. “Terima kasih.”
        Luhan lalu duduk di lantai bersama Nichkhun. Sementara Sung Hye duduk sendiri di sofa yang lebih panjang dari yang di tempati oleh Joon. Tak lama Siwan muncul dari dalam kamar mandi. Ia melirik Joon dan mengedip satu kali sebagai alat komunikasi mereka. Joon yang mengerti maksud Siwan, balas mengangguk samar.
        “Boleh aku ijin ke toilet sebentar?” ujar Sung Hye dan tentu saja ke empat member ‘Blue Flame’ yang ada langsung menijinkannya.
        Siwan menolehkan tatapannya ke arah Luhan setelah memastikan Sung Hye sudah menutup dengan benar pintu kamar mandi. “Apa Doojoon tidak pernah menceritakan sesuatu tentang kekasihnya padamu? Kalian kan teman sekamar.”
        Bukannya menjawab, Luhan justru melirik Nichkhun yang duduk di sampingnya. “Apa Siwan hyung bercerita padamu kalau ia sedang mendekati seorang gadis? Kalian kan teman sekamar,” ujar Luhan seolah balas dendam dengan pertanyaan Siwan.
        Nichkhun menatap Siwan seperti menuntut penjelasan. Namun Siwan hanya menghela napas. Pertanyaan Luhan sudah mewakili seluruh jawaban dari pertanyaannya mengenai Doojoon. Ia dan Doojoon hampir sama, yaitu tidak terlalu terbuka tentang masalah asmara meski dengan teman sekamar mereka sendiri.
        Kali ini Luhan menatap Joon yang termangu seorang diri. “Joonie hyung,” panggilnya.
        “Hmm…” hanya itu yang dikatakan Joon sebagai responnya.
        “Kenapa tak bilang padaku jika ingin meminjamkan Hye Ra piyama milikku?”
        “Kau masih membahas itu?” omel Joon.
        “Tapi…” Luhan tak melanjutkan ucapannya karena Sung Hye sudah lebih dulu muncul dari dalam toilet.
        Setelah itu, tidak ada lagi yang memulai pembicaraan. Sekitar lima belas menit kemudian, terdengar pintu dorm terbuka. Siwan yang sejak tadi berdiri, segera melesat ke arah sumbe suara. Ternyata Doojoon yang datang.
        “Sebenarnya ada apa?” Tanya Doojoon sedikit berbisik, ia bingung karena tadi Siwan menelpon dan menyuruhnya untuk cepat pulang.
        “Seharusnya aku yang bertanya, sebenarnya kau punya berapa kekasih?”
        Doojoon sama sekali tak ingin menjawab pertanyaan Siwan yang menurutnya tidak penting. Ia lebih memilih menuju dalam untuk bisa menemukan jawaban atas kebingungannya sejak tadi. Di sana Doojoon terlihat membeku saat mendapati seorang gadis di antara empat member ‘Blue Flame’ yang berada di dalam dorm.
        Sung Hye juga bereaksi demikian. Ia yang terkejut segera berdiri. Siwan, Nichkhun dan Luhan hanya bisa mengawasi diam-diam. Sementara Joon seperti tak ingin terlibat dengan pertemuan sepasang kekasih yang sedang terpisah. Apa yang terjadi sudah menjawab segalanya. Doojoon memang memiliki hubungan khusus dengan Sung Hye, bukan dengan Hye Ra.
        “Sung Hye?” gumam Doojoon seakan tak percaya bahwa ia bisa kembali bertemu dengan gadis yang sangat ia cintai.
Tapi Sung Hye justru berusaha sebaliknya. Ia terburu-buru memeriksa tasnya dan mengeluarkan sebuah undangan yang akan ia berikan pada Doojoon.
        “Dua Minggu lagi aku akan bertunangan.”
        Doojoon sama sekali tak ingin menerima bahkan melirik benda itupun, tidak. Ia justru telah meraih pergelangan tangan Sung Hye hingga undangan yang berada di tangan gadis itu terlepas. “Aku ingin bicara padamu,” seru Doojoon yang tanpa menunggu persetujuan untuk membawa Sung Hye ke luar dari dormnya.
        Setelah Doojoon sudah benar-benar meninggalkan dorm, Luhan segera memungut undangan tadi. Nichkhun dan Siwan ikut mengerubungi undangan itu bersama Luhan. sementara Joon lebih memilih meninggalkan ruangan dan mengurung diri di dalam kamarnya.
        Luhan melempar tatapan pada ke tiga hyungnya. Ada yang janggal di sana. Kenapa tidak tertera nama Doojoon di bagian depan undangan tersebut.

***

        Hye Ra duduk di lantai sambil memeluk lutut di depan mesin cuci yang bekerja. Tatapannya tertancap lurus pada bagian kaca mesin yang bisa membuatnya melihat apa yang terjadi di dalam sana. Gadis itu mencucikan pakaian Dojoon dan Joon yang tertinggal kemarin serta piyama Luhan yang ia pinjam semalam.
        Entah kenapa, Hye Ra justru kembali teringat perlakuan Joon padanya saat hujan malam itu. Saat Joon memeluk lalu membisikkan sesuatu di telinganya.
        “Kau tidak sendiri.”
        Hye Ra tersentak lalu menoleh ke belakang. Suara itu benar-benar terdengar jelas seolah Joon kini memang berada di belakangnya. Tapi tentu saja itu hanya ilusi.
        “Hye Ra kau di mana?” teriak seseorang dari arah luar.
        Hye Ra membungkukkan badannya dengan ke dua tangan bertumpu di lantai lalu menyembulkan kepalanya ke luar ruangan. Ia tau jika yang datang adalah Minho.
        “Oppa aku di tempat mencuci pakaian,” kata Hye Ra sambil berteriak juga agar suaranya bisa terdengar sampai tempat Minho berada. Benar saja, pemuda itu langsung muncul tak lama kemudian. Hye Ra kembali duduk seperti semula.
        “Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Minho khawatir dan kini sudah ikut duduk di samping Hye Ra.
Gadis itu tak menjawab, namun hanya menunjuk ke arah mesin cuci yang masih bekerja.
        Minho menghela napas. Ia lega karena adiknya dalam keadaan baik-baik saja. “Aku tidak bisa lama-lama menemanimu, tapi aku membawakanmu makanan.” Kini Minho sudah sibuk membuka bungkus makanan yang sengaja ia bawakan setelah mendapat berita dari Yong Hwa bahwa Hye Ra telah pulang. “Setelah memastikan kau makan dengan benar, baru aku bisa meninggalkanmu sendiri.” Minho menyodorkan makanan di tangannya ke hadapan Hye Ra.
        “Oppa, setelah kau dan Yoona tunangan, bagaimana kalau kita bertukar apartmen? Hanya sementara saja. Paling tidak selama satu Minggu,” pinta Hye Ra.
        “Aku tau, kau ingin menjauhi Doojoon, kan?” goda Minho sambil mencolek dagu adiknya.
        Hye Ra cemberut atas perlakuan Minho padanya. “Siapa yang telah mengadu padamu? Yong Hwa?” kesalnya, lalu melanjutkan makan.
        Minho tertawa menanggapi ucapan Hye Ra. “Kalian memang saling mengerti satu sama lain,” ujarnya namun Hye Ra tampak tak mempedulikan itu. “Oiya, bagaimana hubunganmu dengan Lee Joon? Apa dia masih berpura-pura mengakuimu sebagai kekasihnya.”
        Hye Ra membeku mendengar Minho menyinggung tentang Joon. “Apa kau bermasalah jika aku dengan Joon?”
        Bukan memmberi jawaban, Minho justru menatap Hye Ra penuh selidik membuat adiknya itu menjadi salah tingkah.
        “Lupakan itu,” ujar Hye Ra cepat-cepat sambil pura-pura kembali sibuk dengan makanannya.
        Minho kembali menertawai sikap lucu yang ditunjukkan adiknya sambil mencubit ke dua pipi adiknya, gemas. “Aku tidak pernah bermasalah kau dengan siapapun. Bahkan dengan si playboy Yong Hwa pun, apa aku pernah melarangmu?”
        Hye Ra tetap menunduk dan sibuk dengan makanannya. Ia seperti tak ingin mempedulikan semua ucapan kakaknya.


***