Sabtu, 28 Juni 2014

My Dream Wedding Dress (2/3)


Author              : N-Annisa (@nniissaa11)
Main Cast          :
·        Lee Hongbin (Vixx)
·        Krystal Jung (Fx)
·        Yook Sungjae (BtoB)
Support Cast     :
·        Kwon Yuri (SNSD)
·        Park Cheondung (M-Blaq)
·        Son Naeun (A-Pink)
·        Park Hyungsik (Ze:a)
·        Other member VIXX
Genre               : romance, friendship, yaoi
Length              : 3 shoot
Summary          :
“Aku tau tentang kamu. Pacarnya Cheondung. Mahasiswa tingkat akhir S2 di sini. Dan kalau kamu berani bocorin hubunganku dengan Sungjae. Bakal aku pastiin foto kita akan sampai di tangan Cheondung dan ngancurin hubungan kalian.”

***

        “Hyungsik kenapa baru sekarang sih, bawa cewek itu jadi fotografer di sini?” seru Won Sik saat ia dan lima temannya kembali ke ruang ganti untuk menukar pakaian mereka.
        “Inget pacar kamu, Won!” sahut Hackyeon yang berjalan tepat di belakang Won Sik.
        Won Sik hanya terkekeh menanggapinya. Sementara yang lain mulai membuka baju yang mereka pakai saat pemotretan tadi. Namun Hongbin lebih memilih ke dalam bilik untuk mengganti pakaiannya dari pada di luar sana. Cowok itu nggak mau melihat tubuh-tubuh bagus teman-temannya yang secara tidak langsung akan saling mengekspos.
        Ucapan Sungjae pada Hongbin tentang takdir antara pria dan wanita benar-benar sukses meracuni otak cowok itu. Hongbin tak ingin ketidak normalannya semakin parah jika ia ‘mungkin’ melihat tubuh-tubuh indah temannya sesama model. Cukup Sungjae yang membuatnya seperti itu.
        “Won Sik sih nggak ngaruh udah punya pacar atau belum,” ledek Jaehwan. Bahkan suaranya masih bisa terdengar sampai tempat Hongbin berada saat ini.
        “Tapi tadi aku sempet nanya, ternyata dia kuliah di tempatnya Hongbin, loh. Sama-sama semester akhir,” jelas Wok Sik kemudian.
        “Hongbin sih udah lagi lanjut S2,” sela Hackyeon.
        Mendengar itu, Hongbin sempat menghentikan kegiatannya saat ingin membuka kancing kemeja yang melekat ditubuhnya. Tentu ia berpikir keras tentang ucapan Won Sik tersebut.
        “Kamu nggak kenal, Hong?” teriak Wok Sik. Jelas tujuannya adalah Hongbin yang berada di dalam. “Kalo dia sih, aku yakin pasti kenal kamu,” lanjutnya.
Sementara di dalam, Hongbin tampak berpikir keras tentang Krystal. “Kayaknya sih, iya. Aku pernah liat dia di kampus.” Hongbin berujar pelan saat akhirnya teringat tentang Krystal. Kemarin, saat ia mengira ada Sungjae di area parkir kampus.
        Setelah selesai berganti pakaian, Hongbin langsung bergegas ke luar bilik. “Berarti dia adik kelas aku,” ujarnya saat memunculkan diri. Hongbin lalu menjatuhkan diri ke atas sofa, tepat di samping Taekwoon yang sedang mengikat tali sepatunya.
        “Jae, jadi bareng sama aku atau Hackyeon?” tanya Taekwoon pada Jaehwan. Namun tatapannya tetap fokus mengarah sepatunya.
        “Jaehwan sama aku aja, deh. Sekalian ada yang mau aku ambil di rumahnya dia.” Hackyeon yang menjawab dan dibalas anggukan oleh Taekwoon.
Setelah itu, satu-persatu dari mereka bersiap untuk meninggalkan ruangan tersebut. Dan yang terakhir terlihat berdiri adalah Hongbin. Namun yang lain tampak menunggu untuk keluar bersama-sama. Kemudian Hongbin terlihat menyambar ranselnya lalu menyusul teman-temannya yang mulai berjalan. Tak lupa syal pemberian Sungjae yang seakan tak pernah ia abaikan begitu saja.
        Mereka saling mengobrol satu sama lain. Namun Hongbin terlihat hanya lebih fokus pada Taekwoon karena mereka berjalan dibarisan terakhir. Sesampainya di area parkiran, beberapa dari mereka tampak berpencar. Terutama Hongbing yang kini berjalan sendiri.
        Sambil memain-mainkan kunci mobil ditangannya, Hongbin berjalan santai. Sementara tatapannya tanpa sadar menoleh ke kiri. Tempat sebuah mobil baru saja terparkir. Kaki cowok itu tetap melangkah, tapi matanya justru seperti tak ingin melepaskan tatapan pada mobil tersebut.
        “Kayak mobil Sungjae?” gumam Hongbin pelan. Dan akhirnya ia memutuskan untuk benar-benar berhenti. Hongbin bahkan sampai cepat-cepat berbalik dan menghampiri pintu pengemudi tanpa ada rasa ragu sedikit pun.

***

        Hongbin sudah berada di dalam mobil tersebut yang memang benar milik Sungjae. “Aku pikir kamu ke sini karena pengen ketemu aku,” goda Hongbin dengan penuh percaya diri.
        Sungjae terkekeh sebentar. “Kamu kan tadi cuma bilang ada pemotretan di studio. Tapi nggak ngasih tau jelas studio mana yang kamu maksud.” Tangan Sungjae dengan lihainya menggamit lengan Hongbin hingga membuat cowok itu mengacak rambut Sungjae dengan tatapan gemas.
        “Tapi kenapa bisa pas banget ya kita ketemu di sini?” seru Sungjae takjub.
        Saat bersama Sungjae seperti ini, nampaknya membuat Hongbin enggan melepaskan senyumannya. Begitu pula sebaliknya. Senyum lebar juga terpampang jelas di wajah Sungjae. Mereka kemudian tenggelam dengan obrolan-obrolan seru. Sampai akhirnya pintu di samping Hongbin dibuka oleh seseorang.
        “Jae… makasih udah…” ucapan cewek itu sontak terputus seiring dengan tatapan Sungjae juga Hongbin yang sama terkejutnya. Krystal melebarkan mata saat Sungjae dan Hongbin yang bahkan belum merubah posisi mereka sejak tadi. Kali ini tatapan tajam Krystal tertuju pasti untuk Sungjae. “Jadi… Hongbin…” ujarnya lirih. Tanpa bisa melanjutkan ucapannya, Krystal lebih memilih menutup pintu dengan keras dan melesat pergi meninggalkan mereka di sana.
        Dengan perasaan yang bercampur aduk, Krystal melangkah cepat tanpa menoleh ke belakang. Mungkin sepertinya ia juga tak peduli jika salah satu dari Hongbin atau Sungjae mengejarnya. Cewek itu langsung menghentikan taksi saat ia sudah berada di tepi jalan.

***

        Pagi itu, Krystal tampak turun dari bus yang mengantarnya hingga halte depan kampus. Cewek itu mengenakan kacamata untuk sedikit menutupi lingkaran hitam disekitar matanya. Semalaman ia sulit tidur karena memikirkan tentang Hongbin dan Sungjae. Jika bukan Hongbin, mungkin Krystal tidak akan seperti ini. Ia bahkan sempat menangis selaman.
Dan saat melangkah menuju gerbang kampusnya, Krystal mendapati Hongbin di sana. Menyadari bahkan menatap intens pada cewek itu. Krystal sempat menghentikan langkahnya sesaat. Terutama karena ia menangkap syal pemberian Sungjae yang menjuntai pada ransel cowok itu. Namun sekuat tenaga ia berusaha mengabaikan keberadaan Hongbin yang memberikan tatapan tak bersahabat untuknya.
        Krystal sudah berhasil melintasi Hongbin. Tapi ternyata, cowok itu justru mengikuti Krystal dari belakang dengan sebelumnya memakai topi dan kacamatanya serta syal yang ia lilitkan dileher. Krystal memasuki lift. Tentu Hongbin juga melakukan hal yang sama. Tidak hanya mereka berdua di sana. Namun usaha Hongbin ternyata berhasil. Tak satu pun cewek di sana yang menyadari keberadaannya. Termasuk Krystal.
        Sampai di lantai 6, Hongbin melangkah ke luar karena Krystal sudah lebih dulu melakukannya. Suasana di sana tidak terlalu ramai. Hongbin mensejajarkan langkahnya. Lalu seolah hanya ingin mendahului, ternyata tangan Hongbin menyambar tangan Krystal dan menyeret cewek itu ke suaru tempat.    
        “Hei! Siapa kamu! Lepas!” jerit Krystal berusaha memberontak. Ia bahkan sampai memukuli tangan Hongbin yang justru tak bereaksi apa-apa. Namun pukulannya melemah saat melihat syal yang dikenakan Hongbin. Sampai akhirnya, tanpa sadar ternyata Krystal dibawa hingga atap kampus yang hanya butuh menaiki sebuah tangga saja dari lantai 6.
        Hongbin menutup pintu dibelakangnya. Lalu setelah melepaskan Krystal, ia membuka semua benda yang menutupinya. Hongbin tampak lega setelah benda-benda itu sudah tidak menyembunyikan wajahnya.
        “Hongbin…” Krystal bergumam samar.
        Hongbin menghirup oksigen dalam-dalam sebelum akhirnya membalas tatapan Krystal yang kini justru menghindari tatapannya. “Kamu tahu hubunganku dengan Sungjae?”
        Dengan gugup Krystal menatap mata indah milik Hongbin. Namun sesekali ia juga melempar tatapan ke arah lain. Langkah kaki cewek itu mulai bergerak mundur seiring Hongbin yang mendekat. Sampai akhirnya sebuah tembok membuat Krystal tak bisa menjauh lagi dari wajah Hongbin yang kian mendekat.
        Saat Krystal sudah tersudutkan, Hongbin justru tak mengurangi jarak antara mereka. Tangan kiri cowok itu terangkat dan tak diduga Hongbin menarik tengkuk Krystal. Sedetik kemudian, bibir Hongbin mendarat paksa di atas bibir pink milik Krystal. Cewek itu hanya mampu membulatkan matanya seiring terdengar suara ‘klik’ seperti pada sebuah kamera.
        Dengan kasar Krystal mendorong tubuh Hongbin menjauh. Tatapan cewek itu tajam menusuk mata Hongbin sambil menyeka bibirnya seolah menunjukkan kekecewaannya pada ciuman tersebut. Namun Hongbin justru tampak tersenyum penuh kemenangan. Dan suara kamera tadi ternyata berasal dari ponsel Hongbin yang ia gunakan untuk memfoto adegan ‘ciuman’ tadi.
        “Aku tau tentang kamu. Pacarnya Cheondung. Mahasiswa tingkat akhir S2 di sini,” desis Hongbin dengan nada dingin. “Dan kalau kamu berani bocorin hubunganku dengan Sungjae. Bakal aku pastiin foto kita akan sampai di tangan Cheondung dan ngancurin hubungan kalian.” Dengan wajah tersenyum puas, Hongbin memberikan sebuah ancaman serius.
        Krystal melirik ponsel di tangan Hongbin. Tepat saat layarnya masih memajang foto tadi. Hongbin terlihat serius seperti mereka benar-benar memiliki hubungan khusus. Dan kali ini, Krystal yang tampak tersenyum. “Kamu pantes kalo jadi aktor,” ujarnya yang sukses membuat Hongbin bingung. Belum lagi senyuman Krystal yang terlihat penuh arti. “Foto kita bener-bener sempurna.”

***

        “Hongbin mana, sih?” Sungjae berdecak kesal karena panggilannya selalu diabaikan oleh Hongbin. Namun cowok itu tak lelah untuk kembali menghubungi Hongbin. Di saat yang bersamaan, Sungjae melihat seseorang turun dari tangga yang mengarah ke atap kampus. “Krystal?”
        Krystal menghentikan langkah saat mendapati Sungjae mendekat. Buru-buru ia mengalihkan pandangannya agar Sungjae tidak melihat kalau mata cewek itu berkaca-kaca. Beruntung Krystal masih mengenakan kacamata berbingkai hitamnya.
        “Temuin tuh pacar kamu,” kata Krystal sambil mengarahkan lirikannya ke belakang.
        Sungjae mendongak. Dan benar saja, Hongbin menampakkan diri dari arah tangga tempat Krystal muncul tadi. Krystal sendiri langsung pergi dari sana tanpa pamit. Cewek itu melesat menuju toilet lalu mengunci dirinya di dalam salah satu bilik. Krystal melepas kacamata, sementara tangannya yang lain membukan kran air agar suara air tersebut bisa meredam tangisannya.
        “Kenapa harus Hongbin?” lirih Krystal sambil mencengkeram pakaiannya dibagian dada sebelah kiri.

***

        “Krystal nggak mungkin ngebongkar rahasia kita!” desis Sungjae penuh dengan penekanan. Tentu ia harus benar-benar menjaga ‘rahasia’ antara dirinya dengan Hongbin.
        “Siapa yang tau, Jae!” Hongbin membalas.
        “Aku percaya Krystal. Karena aku lebih tau dia dari pada kamu!” Sungjae masih tak ingin terlihat kalah. Jelas ia menolak pernyataan Hongbin tentang Krystal.
        Hongbin menatap Sungjae, dalam. “Lebih tau?” ulangnya untuk memastikan. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. “Krystal itu sahabat leuke…”
        “Nggak usah dipertegas untuk masalah penyakit Krystal.” Sungjae terdengar tak suka dengan cara Hongbin menyebut Krystal. Sungjae menghela napas, panjang. Seakan kecewa dengan perlakuan Hongbin pada Krystal. Tentu Hongbin sudah menceritakan semua yang ia lakukan kepada Krystal di atap tadi. “Krystal nggak seburuk yang kamu pikir.” Sungaje membalikkan badan karena tak sanggup berhadapan lebih lama dengan Hongbin.
        “Kamu marah?” Hongbin terdengar bersuara untuk menghentikan langkah Sungjae.
        Sungjae pun menghentikan langkah. Namun bukan karena suara Hongbin. Melainkan karena kehadiran seorang cewek di sana. “Naeun?” ujarnya pelan tapi tetap bisa terdengar oleh Hongbin.
        “Aku duluan,” seru Hongbin yang jelas merasa sedikit tak nyaman karena kehadiran Naeun. Cewek itu adalah seseorang yang dijodohkan pada Sungjae. Tentu Hongbin lebih memilih tidak berada di antara mereka.

***

        “Sungjae!” Hongbin melangkah cepat. Mengejar Sungjae yang terlihat dengan sengaja menghindarinya. “Kamu tau di mana Krystal?”
        Mendengar Hongbin menanyakan tentang Krystal, justru membuat Sungjae semakin mempercepat langkahnya.
        Hongbin sendiri masih terus mengejar tanpa putus asa. “Aku nanya kamu, Jae. Ini penting. Di mana Krystal? Atau kamu kasih nomor dia ke aku. Biar aku yang telepon.” Hongbin bahkan sudah mempersiapkan ponselnya untuk mencatat nomor ponsel Krystal.
        Sungjae berhenti dengan tatapan tajam menusuk mata Hongbin. “Masih berani nanyain Krystal setelah apa yang kamu lakuin ke dia kemarin?”
        Hongbin menurunkan tangannya. Jelas, Sungjae tak akan memberikan nomor ponsel Krystal padanya. “Cheondung berhubungan sama kakak aku, Yuri.” Hongbin langsung berujar ke pokok permasalahan. Karena jika tidak seperti itu, mungkin Sungjae akan langsung melesat pergi dari hadapannya.

Flashback…
        Seusai ditinggal Sungjae pergi bersama Naeun di kampus tadi, Hongbin langsung kembali ke rumah. Membatalkan niat untuk melanjutkan kuliah. Bahkan tak satu kelas pun yang ia hadiri pagi itu. Di halaman rumah mewahnya tersebut, ada sebuah mobil yang tampak asing terparkir di sana. Tanpa harus menyibukkan diri menebak-nebak, Hongbin lebih memilih untuk segera melesat masuk.
        Hongbin melangkahkan kaki ke arah tangga untuk segera naik menuju kamarnya yang berada di lantai 2 rumah tersebut. Ia bahkan tak bersuara apa pun sebagai tanda ia sudah kembali ke rumah itu.
        “Hongbin!”
        Langkah cowok itu terhenti saat mendengar suara Yuri meneriaki namanya dari arah ruang tengah. Dengan terpaksa, Hongbin berhenti tepat di tengah-tengah tangga, lalu berbalik. Ia mendapati Yuri berdiri di depan sofa bersama dengan seorang cowok dengan wajah tak asing lagi baginya.
        “Kok udah pulang aja? Bukannya kamu baru berangkat?” tanya Yuri. Namun tampaknya Hongbin enggan untuk menjawab. “Aku mau ngenalin kamu sama seseorang, nih.” Dengan penuh semangat, Yuri menarik tangan cowok di sampingnya ke tempat Hongbin berada. Hongbin juga tampak melangkah menuruni tangga.
        Cowok itu mengulurkan tangan setelah berhadapan dengan Hongbin di bawah tangga. “Cheondung. Aku pacarnya Yuri.”
        Hongbin tidak berkata apa-apa. Padahal ia sudah membalas uluran tangan cowok itu. “Aku ke atas dulu.” Hanya itu yang Hongbin katakan sebelum akhirnya melangkah cepat ke atas.
Flashback end…

        “Kamu yakin mereka orang yang sama?” seru Sungjae yang tak begitu saja percaya dengan ucapan Hongbin. Meski sebenarnya itu hanya untuk memastikan. Ia hanya tak ingin Krystal terluka jika itu benar-benar Cheondung yang ia ketahui sebagai kekasih Krystal.
        Hongbin tersenyum meremehkan. “Aku punya banyak mata-mata di sini. Bukan hal sulit untuk cari tau tentang Krystal, Cheondung atau siapa pun di kampus ini.” Hongbin menunggu Sungjae kembali bereaksi. “Mungkin kamu punya foto Cheondung biar lebih meyakinkan aja. Soalnya kamu kayak nggak percaya sama aku.”
        Sungjae memaksakan diri untuk menatap Hongbin. “Apa yang bakal kamu lakuin ke Krystal?”
        “Akh… sayang banget kalo Krystal bener-bener tutup mulut tentang hubungan kita.” Hongbin melirik jahil ke arah Sungjae yang menatapnya tajam. “Padahal aku pengen ngabocorin foto kami ke Cheondung. Sesuai perjanjianku sama Krystal.”
        “Hongbin!” cegah Sungjae karena ‘pacarnya’ itu sudah ingin melangkah pergi. “Jangan sampe apa yang kamu lakuin berakibat fatal ke Krystal.”
        “Haaah…!” Hongbin mendesah berat. “Sebenernya pacar kamu tuh aku atau Krystal, sih? Perhatian banget?”
        Sungjae justru tersenyum pahit mendengarnya. “Terus, kenapa kamu juga pusingin masalah Cheondung sama Krystal?”
        Hongbin sudah membuka mulut, namun tak ada kata yang ke luar dari bibirnya. Ia kini justru juga sibuk berpikir alasan yang tepat. Padahal ia juga tak tau pasti apa yang membuatnya seperti itu. “Karena kakakku juga pacaran sama si Cheondung itu!” seru Hongbin akhirnya.

***

        Krystal menerima sebuah panggilan dari telepon restoran tempat ia bekerja siang itu. “Dengan Destiny Resto. Ada yang bisa kami bantu?” Sementara tangan kanan cewek itu sibuk mencatat pesanan dari penelepon tersebut. “Akan kami antar secepatnya. Terima kasih,” ujarnya sebelum mengakhiri pembicaraan. “Jiyeon!” Krystal memanggil salah satu temannya tersebut untuk memberikan catatan pesanan tadi. “Aku siap-siap dulu. Nanti aku yang nganter pesanannya.”
        “Oke,” Jiyeon berujar pasti.
        Krystal sempat menatap pantulan wajahnya dicermin. Terlihat sedikit pucat. Ia sendiri juga sedikit merasa pusing. Namun hal tersebut tidak menghalangi niatnya untuk bekerja. Belum lagi sebuah tanggung jawab ada di depan matanya saat ini.
        Beberapa menit kemudian, Krystal telah siap lalu mengambil bungkusan pesanan pelanggannya. Dengan menggunakan sepeda motor, Krystal mengantarkan pesanan kesebuah alamat yang berada di sebuah perumahan mewah. Segera saja Krystal menekan bel milik rumah tersebut.

***

        “Hongbin! Buka pintunya!”
        Mendengar teriakan Yuri di luar kamarnya, membuat Hongbin justru semakin menenggelamkan wajahnya dibalik selimut. Terganggu dengan perlakuan kakaknya.
        “Ada yang mau kakak omongin. Penting, dek!” teriak Yuri lagi dari luar kamar Hongbin. Yuri bahkan sampai menggedor-gedor pintu karena sama sekali belum ada respon dari si pemilik kamar.
        Dengan kasar Hongbin menyingkap selimutnya. Cowok itu mengangacak rambutnya, kesal. “Iya, Kak!” teriak Hongbin akhirnya. Ia lalu memaksakan langkah untuk membukakan pintu.
Baru saja Hongbin memutar anak kunci, pintu sudah langsung dipaksa buka oleh Yuri dari luar. Yuri menerobos masuk dengan tak sabar. Cewek itu bahkan sampai mendorong Hongbin ke dalam sambil menutup pintu kamar kembali. Tak lupa Yuri juga menutup kembali pintu tersebut.
        Yuri menatap Hongbin, dalam. “Kamu nggak mungkin kayak gitu, kan?” serunya membuat Hongbin justru tampak kebingungan.
        “Kayak gitu gimana?” Hongbin balik bertanya. Jelas ia tak mengerti dengan semua ucapan Yuri. “Emang aku ngapain sih, Kak?”
        Yuri menghirup oksigen dalam-dalam. “Kamu masih normal, kan?” desis Yuri dengan suara pelan namun penuh penekanan. “Kamu nggak mungkin pacaran sama co…”
        Mengerti maksud ucapan kakaknya, Hongbin menyelak ucapan Yuri. “Kakak denger berita itu dari mana?” Hongbin bertanya pelan. Tentu ia berusaha tak menimbulkan kecurigaan di hadapan Yuri.
        Yuri mengalihkan tatapannya dari mata Hongbin. Sekuat tenaga Yuri kembali menatap Hongbin yang memang menunggunya mengatakan sesuatu. Cewek itu sudah membuka mulutnya, namun belum sempat mengucapkan apa pun, Yuri harus langsung kembali menutup mulut karena ibunya sudah terlanjur lebih dulu menerobos masuk ke dalam sana.
        Wanita tersebut menarik tangan Hongbin agar cowok itu berdiri. Ia menatap Hongbin tajam. Lalu sedetik kemudian, satu tamparan mendarat mulus di wajah tampan Hongbin.
        “Ibu!” seru Yuri yang ikut terkejut atas perlakuan ibunya.
        Hongbin sendiri hanya tertunduk sambil memegangi pipinya yang memerah. Sementara sang ibu semakin tajam menatap Hongbin. Rasa kecewa juga terlihat terpancar dari sana. “Memalukan kamu Hongbin!” Wanita itu bahkan melempar dua lembar foto tepat ke wajah Hongbin. Foto Hongbin saat berpakaian seperti perempuan, dan foto Hongbin bersama Sungjae.

        “Ibu, jangan!” Pekik Yuri sambil menahan tangan ibunya yang sudah terangkat dan ingin kembali menampar Hongbin. “Ini nggak seperti yang ibu pikirin. Hongbin nggak…”
        “Apa kamu nggak malu kalau sampai orang tau adik kesayangan kamu ternyata memiliki hubungan khusus dengan sesama laki-laki?” desis wanita ibu yang juga melempar kekesalannya pada Yuri.
        “Aku akan mengakhiri hal tersebut, Bu.”
        Sang ibu menatap Hongbin yang masih tertunduk. Jelas cowok itu merasa bersalah. “Bagus kalau kamu sudah bisa berpikir seperti itu. Tapi ibu nggak bisa percaya gitu aja. Kamu baru boleh pulang kalau bisa membawa serta wanita yang akan kamu nikahin.”
        Hongbin mendongak. Namun ibunya sudah lebih memilih berbalik dari sana dan berjalan ke luar kamar.
        “Tapi bu…” ucapan Yuri terputus begitu saja karena ia tak sanggup menghentikan langkah ibunya. Saat menoleh, Yuri mendapai Hongbin sudah terduduk di tepi tempat tidurnya dengan tatapan kosong. Yuri kemudian ikut duduk sambil memeluk Hongbin dari samping.
        “Artinya aku diusir ya, Kak?” Hongbin berujar lirih. Membuat Yuri semakin mempererat pelukannya.
        “Kamu jangan pergi ya, dek. Kakak nggak akan ngijinin kamu ke luar rumah.”
        Hongbin menyingkirkan tangan Yuri karena kini gantian ia yang memeluk Yuri. “Perbuatan aku emang sulit dimaafin, Kak. Kalau ini memang yang terbaik, aku pasti bakal lakuin. Walau aku yakin itu sulit.”

***

        Krystal menutup pintu pagar sebuah rumah mewah setelah ia mengantar pesanan pelanggannya. Ia langsung menuju motornya yang terparkir dan berniat untuk langsung pergi dari sana. Bertepatan dengan munculnya seorang cowok dari rumah sebelah tempat Krystal ke luar.
        Krystal membatalkan niat memakai helmnya karena merasa mengenali cowok dengan sebuah koper dan ransel besar tersebut. “Hongbin?” serunya.
        Cowok itu mendongak dan cukup terkejut mendapati Krystal juga berada di sana. “Kamu ngapain…” Hongbin tak melanjutkan ucapannya karena ia melihat motor di samping Krystal memiliki sebuah box bergambar nama sebuah restoran. Belum lagi seragam yang dikenakan cewek itu sudah bisa menjelaskan semuanya.
        “Kamu mau pergi? Ke mana?” Krystal tak bisa menahan rasa penasarannya. Namun sedetik kemudian, ia berasa bersalah. “Maaf, aku nggak maksud…”
        Kemunculan sebuah mobil di sana membuat Krystal tak melanjutkan ucapannya. Ia memperhatikan mobil tersebut yang tampak tak asing lagi baginya. Hongbin pun melakukan hal yang sama. Karena jelas ia juga mengenali mobil tersebut.
        Sementara dari dalam, Yuri tampak memunculkan diri. “Hongbin!” jeritnya sambil berlarian ke arah adiknya tersebut. Bersamaan itu, cowok pemilik mobil tersebut juga memunculkan diri. “Cheondung, bilang sama Hongbin agar dia jangan pergi dari rumah.”
        Ucapan Yuri membuat Krystal tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Ia dan Cheondung juga saling melempar tatapan. Sementara itu, Hongbin tampak menyadari kebingungan Krystal. Cowok itu mendekat ke arah Krystal dengan sebelumnya ia juga sempat melirik Cheondung yang tampak tak berkutik karena dihadapkan oleh Krystal juga Yuri di sana.
        “Sesuai perjanjian. Walau aku tau bukan kamu yang ngebongkar rahasia aku dan Sungjae, tapi aku harus tetap…”
        Krystal menyela ucapan Hongbin. “Terserah kamu, Hong.” Krystal berbalik dan sudah ingin melangkah pergi, namun tangan Hongbin sudah lebih dulu menahannya.
        Cheondung seakan ingin bergerak saat melihat Hongbin menahan tangan Krystal. Namun ia batalkan karena di sana ada Yuri. Hongbin sendiri menatap tak suka reaksi Cheondung tersebut. Sementara Yuri hanya terdiam karena memang ia tidak tahu apa-apa.
        Krystal tampak tidak memberontak. Ia sama sekali tak sanggup untuk melakukan itu. Yang dilakukan Krystal adalah menyeka hidungnya yang tiba-tiba saja mengeluarkan setitik darah. Hongbin yang juga merasa heran karena Krystal seperti tak mempedulihan hubungannya dengan Cheondung akibat foto mereka, menatap punggung cewek itu.
        Hongbin menyentuh pundak Krystal. Berharap cewek itu menoleh. Namun ternyata tidak. Krystal justru menghindari tatapan Hongbin agar cowok itu tidak tahu apa yang terjadi padanya.
        Perlahan Krystal berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Hongbin. “Aku pergi dulu.”
        Merasa ada yang aneh, Hongbin justru langsung memaksa tubuh Krystal agar mengarah padanya. Tetesan darah justru terjatuh tepat di lengan baju Hongbin yang kebetulan berwarna putih. “Krys…” Hongbin bergumam pelan. Ia mengangkat wajah Krystal, namun cewek itu seperti menolak perbuatannya. Dapat jelas tertangkap oleh mata Hongbin wajah pucat cewek itu. “Kamu…” ucapan Hongbin terputus karena merasakan genggaman keras Krystal pada lengannya. Dan sedetik kemudian, genggaman Krystal melemah hingga akhirnya tubuh cewek itu ambruk ke dalam pelukan Hongbin. “Krystal!” pekik Hongbin sambil berusaha menyadarkan Krystal dalam pelukannya.
        “Hong, bawa dia ke rumah sakit.” Yuri sudah berdiri tepat di samping Hongbin karena ia cukup merasa simpatik dengan apa yang terjadi pada Krystal. Ia bahkan sampai membantu Hongbin yang ingin mengangkat tubuh Krystal. “Cheondung!” seru Yuri untuk menyadarkan keterpakuan Cheondung. Dan dengan kata lain, ia juga meminta bantuan Cheondung untuk mengantar Krystal ke rumah sakit menggunakan mobilnya.
        Cheondung yang terkejut tampak mendongak dan tatapannya langsung tertuju pada Hongbin. Cowok itu menatap Cheondung tajam seakan menyiratkan kebencian. Sesuatu yang tidak diketahui Cheondung apa kesalahannya pada Hongbin.

***

        Leukemia-nya masih stadium 2, tapi nggak menutup kemungkinan untuk bertambah. Dan seharusnya tiga bulan lalu Krystal menjalani operasi. Tapi dia masih menolaknya. Saya khawatir kondisi Krystal akan semakin buruk jika tidak segera melakukan operasi.”

        Hongbin tertunduk dengan tatapan kosong di koridor rumah sakit. Setelah membawa Krystal ke sana, ia menemui dokter yang merawat Krystal. Mungkin seharusnya yang berada diposisi seperti itu adalah Cheondung. Namun Hongbin menyelaknya karena Cheondung seperti menutupi hubungannya dengan Krystal dihadapan Yuri. Bukan seperti, tapi memang benar menutupi. Bahkan Cheondung hanya diam saja saat Hongbin bersikap seperti ia adalah kekasih Krystal sesungguhnya.
        “Kenapa Krystal tidak melakukan operasi itu?”
        Sungjae menghempaskan diri di samping Hongbin. Ia tidak terlalu terkejut dengan pertanyaan Hongbin. Ternyata Hongbin sudah menyadari kedatangan Sungjae di sana yang tiba-tiba.
        “Dia udah nggak punya siapa-siapa. Semua uang hasil kerja kerasnya dia gunain untuk biaya kuliah. Dan impiannya cuma satu. Bisa makai gaun pengantin di acara pernikahannya. Tapi dia juga nggak yakin kalau ada yang mau nikahin cewek yang memiliki penyakit seperti Krystal saat ini.”
        Hongbin dan Sungjae bicara tanpa saling menatap. “Kenapa nggak kamu yang nikahin dia? Bukannya kamu bisa nerima keadaan dia seperti dia nerima ketidak-normalan kamu?” Hongbin akhirnya menatap Sungjae penuh arti.
        Mendengar itu, Sungjae tersenyum pahit sambil membalas menatap Hongbin. “Dan Krystal nolak aku mentah-mentah. Sampai akhirnya kita…” Sungjae tidak melanjutkan ucapannya karena Hongbin sudah lebih dulu berdiri. “Hongbin!” seru Sungjae, namun Hongbin tetap melangkah masuk ke dalam sebuah kamar. Melihat itu, Sungjae menyusul ke sana.
        Sungjae menutup pintu di belakangnya. Ia mendapati punggung Hongbin berdiri di sana. “Aku kangen sama kamu, Hong.” Sungjae memeluk Hongbin dari belakang.
        Tak disangka, Hongbin justru menyingkirkan kedua tangan Sungjae yang berada di pinggangnya. Hongbin meneguk ludah. Ia sendiri juga bingung apa yang membuatnya bersikap demikian. Seharusnya ia senang dengan perlakuan Sungjae padanya. Namun saat ini, Hongbin seperti tidak sedang menginginkan hal tersebut. Ia hanya mampu menatap Sungjae dengan tatapan penuh rasa bersalah.
        “Apa impian Krystal cuma itu?” tanya Hongbin. Dan semakin membingungkan karena tiba-tiba ia lebih memikirkan Krystal dari pada Sungjae yang masih berstatus sebagai ‘pacarnya’ tersebut.
        “Aku yakin nggak. Dia pasti juga ingin merasakan apa yang cewek lain rasain pada umumnya. Menikah, memiliki anak.” Sungjae menghela napas, berat. “Tapi dia nggak yakin bisa melewati itu semua.”
        “Kalau aja dia mau ngejalanin operasi itu…” Hongbin sengaja menggantungkan ucapannya karena Sungjae pasti mengerti kelanjutannya.
        “Aku nggak pernah ngerti jalan pikiran Krystal. Aku bisa aja ngebantu dia untuk biaya operasi tersebut, tapi sama seperti waktu aku mau nikahin dia. Krystal menolak dengan pasti.” Sungjae membentuk tanda silang di depan dadanya. Lalu setelah itu, tidak ada lagi yang bicara. Namun Sungjae justru menatap Hongbin curiga. “Kenapa kamu jadi…”
        “Jangan bahas itu,” sela Hongbin yang tak ingin mendengar kelanjutan kecurigaan Sungjae padanya.


*_To_Be_Continue_*

Oh My School (chapter 8)


“My Choice”
Author      : N-Annisa (@nniissaa11)
Cast          :
·        Jung Hyerim (A-Pink)
·        Kim Seok Jin (BTS)
·        Kim Himchan (BAP)
·        Jung Taekwoon (VIXX)
Genre       : Life school, teen romance, tragedy
Length      : Chapter

***

        Himchan baru kembali ke kelas saat suasana kelasnya sudah cukup ramai. Cowok itu sedang ingin menyendiri setelah selesai menikmati makan siangnya bersama Hyerim juga Minhyuk. Bahkan siswa dari kelas 2 pun juga tampak bergabung di sana.
        “Lo ke mana aja, Him? Dicariin juga dari tadi,” seru Seungyeol yang menjadi orang pertama yang menyapa Himchan. “Nih minum dulu.” Tak lupa ia menyodorkan sekaleng ‘soft drink’ ke hadapan Himchan.
        Himchan tak langsung menerima minuman di tangan Sungyeol. Ia justru menatap Sungyeol dan kaleng minuman secara bergantian. Himchan bahkan sempat menatap berkeliling. Dan hampir semua yang ada di sana mendapat minuman yang sama.
        “Kim!” jerit Hyerim saat tangan Himchan sudah terulur pada kaleng minuman tersebut. Hyerim hanya menggeleng saat Himchan menoleh padanya. “Badan lo nggak bisa terima minuman ‘soft drink’,” ujarnya susah payah mengingat Himchan masih mengalami amnesia.
        “Gitu, Rim?” ujar Sungyeol untuk memastikan. Pasalnya, untuk hal seperti itu ia kurang tahu.
        “Nggak kok, Yeol.”
        Saat Sungyeol menoleh, ternyata Himchan sudah lebih dulu menyambar kaleng minuman tersebut. Kini bahkan Himchan sudah membuka penutup kaleng dan meneggaknya sekali. Sebelum sempat ada yang bisa mencegahnya. Melihat itu, Hyerim hanya bisa meneguk ludahnya. Perasaan cewek itu berubah tak tenang. Bahkan suasana di sana berubah sunyi.

***

        Seok Jin sontak membalikkan badan. Taekwoon bahkan sampai melesat ke belakang tubuh Jungkook sambil tetap merapihkan kemeja sekolahnya.
        “Kok lo nggak bilang-bilang sih kalo di sini rame?” desis Taekwoon setengah protes.
        “Gue juga nggak tau Kak kalo di sini banyak orang,” kata Jungkook membela diri. Ia kemudian melempar tatapan pada Yuri yang menjadi satu-satunya siswa SMA Destiny yang masih bertahan di sana. Tatapan cewek itu terlihat penuh senyum saat bertemu dengan tiga cowok yang kini berada di hadapannya.
        Sedikit di belakang Yuri, Hackyeon tampak kembali karena ia menyadari salah satu teman sekelasnya masih bertahan di sana. Dan ternyata benar. Yuri bahkan tak berpindah tempat satu senti pun dari posisi sebelumnya. “Yuri,” ujar Hackyeon pelan.
        Jungkook menyikut bagian belakang pinggang Taekwoon yang masih berdiri di belakangnya. Namun tatapannya tak berpaling dari Yuri yang juga terus memandang Taekwoon. Di sisi lain, Seok Jin juga menatap pemandangan di hadapannya dengan sorot wajah khawatir.
        Yuri memaksakan senyumannya saat perlahan Taekwoon memunculkan diri dari balik tubuh Jungkook yang lebih pendek dari cowok itu. “Apa kabar, Taek?”
        Taekwoon membeku melihat senyuman Yuri. Cewek itu tersenyum namun sorot matanya berbeda. Seperti menyembunyikan sebuah kesedihan. Yuri seperti merindukannya. Namun tidak bisa ditunjukkan secara terang-terangan oleh cewek itu. Tentu karena ada Hackyeon di sana. Dulu Yuri sempat memiliki hubungan dengan Taekwoon. Tapi kini cewek itu sudah bersama Hakcyeon.
        Yuri tidak sanggup berlama-lama menatap Taekwoon. Sambil menghela napas berat, cewek itu mengalihkan tatapannya. “Mulai besok gue bakal balik ke sini,” kata Yuri berusaha terlihat ceria. Dan sedetik kemudian Yuri sudah membalikkan badan lalu melangkah. Ia bahkan sampai melewati Hackyeon begitu saja.
        “Hack,” seru Seok Jin sebelum Hackyeon sempat menyusul Yuri. “Yong Hwa, Gikwang, Yoseob, dan Tiffany juga bakal balik ke sini, kan?” Seok Jin bertanya sekaligus untuk mengalihkan suasana yang sempat menegang tadi.
        Dengan pasti Hakcyeon tersenyum dan mengangguk. “Sampai ketemu besok, ya. Jangan lupa kabarin yang lain.” Hackyeon kemudian balik kanan dan melangkah pergi. Seiring itu, senyuman Hackyeon sontak memudar.
        Taekwoon memejamkan mata beberapa saat untuk menengkan diri. Dan saat itu, ia justru terbayang wajah salah satu siswi di kelas 2. Hayoung. “Gue duluan ke kelas,” putusnya sambil berbalik saat Jungkook dan Seok Jin justru masih mengawasi kepergian Yuri dan Hackyeon.

***

        Himchan meletakkan kaleng ‘soft drink’ ke atas meja terdekat dengan sedikit kasar. Bahkan hingga menimbulkan percikan air memuncrat ke luar lubang pada kaleng. Sedangkan ia sendiri baru meminumnya setenggak.
        Hyerim tampak bangkit dengan kasar. Suasana yang semua sedikit ramai, kini langsung kembali senyap karena beberapa terdengar menggumamkan nama Himchan. Cowok itu kini juga tampak mencengkeram erat tepi meja. Sementara tubuhnya terlihat sedikit bergetar dengan tatapan kosong.
        Beruntung Ho Seok dan Yoongi berdiri tepat di belakang tubuh Himchan. Hingga saat cowok itu mulai kehilangan keseimbangannya tidak sampai terjatuh ke lantai.
        “Himchan!” Hyerim menjerit melihat keadaan Himchan dan langsung melesat ke tempat Himchan berada.
        “Bawa Himchan ke UKS!” putus Yongguk yang terdengar seperti memerintah. Ia juga sudah bergerak menghampiri Himchan untuk membantu Ho Seok juga Yoongi.
        Melihat Himchan digotong, Hyerim tampak menggamit lengan Minhyuk. Cewek itu nyaris saja kehilangan keseimbangan jika tidak bergantung pada tubuh Minhyuk. Dan cukup banyak siswa yang ikut ke luar kelas.
        “Rim, lo gapapa?” tanya Hyorin tampak simpatik pada teman sekelasnya itu.
        “Maaf ya, Rim. Gue nggak tau…”
        “Gapapa, Yeol.” Minhyuk sedikit menyelak ucapan Sungyeol yang seperti merasa bersalah. Kemudian Minhyuk membawa Hyerim untuk duduk kembali.
        Kibum tampak menghampiri Hyerim dengan membawakan air mineral untuk Hyeri. “Nih, minum dulu.”
        “Gue cari Bu Victoria dulu buat liat keadaan Himchan,” kata Minhyuk yang nyaris saja berdiri jika Myungsoo tak mencegahnya.
        “Gue sama Youngjae aja yang cari Bu Victoria.” Myungsoo menawarkan diri. Dan sedetik kemudian ia dan Youngjae sudah melesat pergi dari ruang kelas 3 tersebut.

***

        “Kak Jin! Jungkook! Kak Taekwoon!”
        Suara keras Youngjae menghentikan langkah tiga cowok itu yang baru saja ingin melangkah ke lantai 2. Namun dari atas tangga, Minhyuk tampak muncul bersama Hyerim dengan langkah tergesa-gesa. Di sana juga Youngjae sudah bersama Bu Victoria juga Myungsoo.
        “Ibu duluan ke ruang kesehatan,” kata Victoria. Sebelum melesat pergi, guru cantik itu tampak menyerahkan sebuah amplop cokat dengan isi cukup tebal ke tangan Myungsoo.
        “Ada apa, Rim?” Seok Jin bertanya dengan nada sedikit khawatir karena melihat ekspresi Hyerim yang terlihat kosong. “Min?” Karena tak mendapat respon, Seok Jin lalu beralih pada Minhyuk.
        “Himchan….” Belum sempat Minhyuk melanjutkan ucapannya, Hyerim sudah lebih dulu menubruk pundaknya sambil melintas begitu saja. Dan kejadian tersebut sukses membuat tubuh Minhyuk menjadi kehilangan keseimbangan. Lalu akhirnya, Minhyuk justru menabrak tubuh Myungsoo hingga bungkusan di tangan cowok itu terlepas hingga membuat isinya berceceran.
        Jungkook dan Youngjae langsung berinisiatif untuk membantu Myungsoo membereskan kembali isi map coklat itu yang ternyata berisi undangan. Sementara Seok Jin menahan tubuh Minhyuk yang tampak ingin membantu adik kelasnya tersebut.
        “Himchan kenapa?” seru Seok Jin seolah mengingatkan jika Minhyuk belum sama sekali menlanjutkan ucapannya.
        “Sungyeol bawain ‘soft drink’ buat anak-anak. Dan otomatis, Himchan juga kebagian jatah. Gue sama yang lain nggak tau kalau badannya Himchan ternyata nggak bisa terima kandungan minuman kayak gitu,” jelas Minhyuk akhirnya.
        “Tapi Hyerim pasti tau itu, kan?” desak Taekwoon yang juga tak bisa menahan rasa penasaranya.
        Minhyuk mengangguk cepat. “Dia udah bilang. Tapi Himchan ngelak.”
        “Jadi… Himchan…” Seok Jin tampak kehilangan kata-katanya.
        “Waah… Pak Doojoon mau nikah?” seru Jungkook dengan nada riang sambil menatap kartu undangan di tangannya. “Dan kita diundang, Kak.” Ia berujar lagi. Kali ini sampai menunjukkan kartu undangan tersebut ke hadapan Seok Jin dan Taekwoon.
        Seok Jin tampak menyambar benda tipis tersebut karena tertera namanya sebagai tamu undangan. Sementara Taekwoon justru melempar tatapan pada Minhyuk untuk memastikan kebenaran undanga tersebut.
        “Minggu depan.” Minhyuk berujar sambil mengangguk cepat.
        “Krystal patah hati, dong?” seru Yougjae asal.
        Ucapan Youngjae tersebut sontak membuat Seok Jin mendongak cepat. Beda hal dengan Minhyuk yang tampak menolak tegas ucapan Youngjae.
        “Masih ada gue. Nanti gue yang bikin Krystal nggak patah hati lagi,” ujar Minhyuk dengan rasa percaya diri tinggi.
        “Inget, ada Woohyun juga,” goda Youngjae yang membuat Minhyuk semakin kesal padanya.
        Seok Jin kembali menatap undangan ditangannya dan mengabaikan ocehan tak penting di sana. Lalu sedetik kemudian, ia melirik ke arah anak tangga yang menuju lantai atas. Seolah ada hal yang menarik di atas sana. Dan kemudian, Seok Jin mulai meminjakkan kaki di sana tanpa bisa ada yang mencegahnya.
        “Jin! Mau ke mana lo!” Teriakan Taekwoon bahkan tak bisa menghentikannya.

***

        Hyerim menerobos masuk ke dalam ruang kesehatan. Namun ia justru terdorong kembali ke luar. Karena tindakannya bersamaan dengan kemunculan Yongguk, Yoongi, Ho Seok, Woohyun, juga Changsub yang tadi membawa Himchan ke sana.
        “Himchan gimana?” tanya Hyerim pada siapa saja yang berada di sana. Yoongi dan Yongguk terlihat saling melempar tatapan. Begitu pula dengan yang lainnya.
        “Himchan masih pingsan. Dan rencananya kita mau bawa dia ke rumah sakit,” jelas Yoongi.
        “Gue sama Yoongi mau lapor ke Pak Doojoon dulu buat minjem mobil,” lanjut Yongguk.
        Changsub tampak membukakan pintu lebih lebar lagi. “Kalo mau, lo ke dalam aja.”
        Tanpa pikit panjang, Hyerim mengangguk cepat. Ia kemudian melangkah masuk setelah Yongguk dan yang lain menggeser tubuh untuk memberikan jalan pada Hyerim. Cewek itu hanya mendapati Bu Victoria di sana bersama Himchan yang terbaring tak sadarkan diri di tempat tidur.
        “Kenapa nggak dicegah kalo kau udah tau Himchan nggak bisa minum ‘soft drink’?” tegur Victoria dengan nada lembut.
        Hyerim hanya mampu tertunduk dan meremas tangannya. Cukup merasa bersalah karena tidak benar-benar bisa mencegah Himchan. Dan di sisi lain, ternyata Ho Seok menyusul Hyerim ke dalam.
        “Kak Hyerim udah ngelarang kok, Bu.” Suara Ho Seok membuat Hyerim menoleh cepat. Namun Ho Seok hanya membalas dengan senyuman. “Tapi Kak Himchannya yang susah dilarang,” belanya.
        Victoria kemudian tampak berdiri. “Ya sudah. Kalian jaga Himchan dulu,” ujarnya sebelum meninggalkan ruangan tersebut.

***

        Seok Jin melesat memasuki ruang kelas 2. Ia tidak menyadari jika Taekwoon ternyata menyusulnya. Langkah cowok itu terhenti bahkan sebelum ia sempat memijakkan kaki di dalam ruang kelas tersebut. Seok Jin justru membalikkan badan. Jelas karena tidak ada siapa-siapa di sana.
        “Kak Jin. Kak Taekwoon.”
        Dua pemuda yang disebutkan namanya tersebut sontak berbalik. Mereka mendapati Hayoung di sana. Cewek itu baru saja kembali ke kelasnya diikuti beberapa siswi kelas 2 lainnya.
        “Kerja sosial bikin kita jarang ketemu,” desis Taekwoon yang bahkan sudah menarik tangan Hayoung. “Untung Jin ngingetin.” Ia membawa cewek itu menjauh dari kelasnya. Seok Jin juga tampak menyusul ke duanya dengan tatapan heran.
        “Ada apa sih, Kak?” tanya Hayoung dengan nada serius. Karena bisa dipastikan, Taekwoon dan Seok Jin pasti akan melibatkannya untuk sesuatu yang penting.
        “Sungjae masuk sekolah, nggak?”
        “Krystal masuk sekolah, nggak?”
        Seok Jin dan Taekwoon sontak saling melempar tatapan. Mereka bertanya bahkan hampir diwaktu yang bersamaan. Dan itu sukses membuat Hayoung sedikit jengkel.
        “Mau nanyain Krystal atau Sungjae, sih?” protes Hayoung.
        Taekwoon masik menatap Seok Jin. “Bukannya kita mau bahas Sungjae? Waktu itu kan nggak jadi, Jin.” Ia juga berusaha mengingatkan Seok Jin tentang sesuatu. “Minho mau balik loh ke sini. Inget. Kasusnya Minho berkaitan dengan Himchan, Eun Ji, dan Sungjae. Mungkin Hyerim juga,” kata Taekwoon terdengar seperti tak ingin kalah.
        Seok Jin sudah hampir membuka mulut, namun langsung ia bungkam kembali. Berusaha menahan diri untuk tidak membicarakan Krystal terlebih dulu. Dan semua yang diucapkan Taekwoon memang benar. “Iya sorry gue baru inget,” ujar Seok Jin akhirnya.
        “Memangnya Sungjae kenapa?” tanya Hayoung untuk menetralisir keadaan di sana.
        “Apa aja yang lo tau tentang dia?” Taekwoon balik bertanya.
        Hayoung sempat berpikir sesaat. “Jungkook bilang, dia punya masa lalu sama Kak Eun Ji. Terus kalo kata Ho Seok, dia pernah mergokin Seungjae manggil Kak Hyerim itu Eun Ji.”
        “Apa?” Taekwoon dan Seok Jin sukses dibuat terkejut.
        “Lo tau dari mana, Young?” desak Taekwoon tanpa bisa mengendalikan rasa penasarannya.
        “Nyogok Ho Seok pakai informasi tentang makanan kesukaan Kak Hyerim,” ujar Hayoung dengan nada polos.
        “Gila lo ngejual kakak kelas sendiri,” Seok Jin tampak memprotes adik kelasnya itu. Terlebih Hyerim adalah sahabatnya.
        “Jin!” Taekwoon berusaha menengahi. Namun ia ragu atas apa yang ia lakukan.
        “Tapi bukan yang benerannya, kok.” Buru-buru Hayoung seperti meralat ucapannya. Ia tak ingin melihat amukan Seok Jin karena ia bersikap seenaknya. “Cuma ngarang aja,” ujarnya takut-takut.
        Taekwoon terdengar mendengus mengejek. “Sekarang malah ngebohongin temen sendiri.” Sementara Hayoung hanya mencibir, kesal. Melihat itu, sontak Taekwoon terkekeh sambil mengacak rambut Hayoung yang membuat cewek itu semakin murka.
        Seok Jin kini justru terlihat tersenyum simpul menyaksikan tingkah salah satu teman sekelasnya tersebut.

***

        Setelah jam istirahat berakhir, seluruh siswa kelas 2 dan kelas 3 kembali melanjutkan kegiatan mereka sebagai seorang pelajar. Terlebih, Doojoon kini tampak memasuki ruang kelas 3. Meski jabatannya sebagai seorang kepala sekolah, Doojoon juga menjalani kewajibannya sebagai seorang guru juga.
        Doojoon berdiri sambil menatap satu-persatu muridnya dari balik meja. Dan mata pria itu jatuh pada meja terdepan di kelas. Milik Minhyuk juga Hyerim yang tampak kosong. “Meski hari ini teman kalian tidak lengkap. Kita tetap harus melanjutkan pelajaran,” ujar sang kepala sekolah tersebut sambil memulai membuka buku referensi yang ia bawa untuk mengajar.
        Sementara di tempatnya berada, Seok Jin tampak menghela napas. Sesekali ketua kelas 3 tersebut melirik jam ditangannya dengan gusar. Salah satu penyebabnya adalah karena ia tidak bisa bergabung dengan Hyerim dan Minhyuk yang menemani Himchan ke rumah sakit. Tepat saat ia merasakan ponselnya bergetar, Seok Jin membukanya secara sembunyi-sembunyi sambil mengawasi Doojoon agar ia tidak ketahuan bermain ponsel di kelas. Sebuah pesan masuk dari Krystal.

Gue nggak masuk. Tapi kak Jin tetap harus nepatin janji. Tepat pulang sekolah nanti, gue tunggu di café tempat kemaren kak Jin bilang.

Seok Jin sempat menoleh ke kanan. Ke tempat Taekwoon berada. Dan ternyata, Taekwoon juga menyadari tatapan Seok Jin. Seperti menyadari sesuatu, Taekwoon justru menuliskan sesuatu di halaman terakhir buku tulisnya. Kemudian ia menyobek kertas berisi tulisan tersebut, lalu ia gumpalkan sebelum akhirnya ia lemparkan tepat ke arah Seok Jin.

Lo urus aja rencana lo sama Krystal. Nanti biar gue dan Hayoung yang nyusul Minhyuk sama Hyerim ke rumah sakit.

        Seok Jin meremas kembali kertas di tangannya tersebut. Ia memang sempat menceritakan janjinya pada Krystal. Namun tak disangka, Taekwoon seperti mengetahui Krystal benar-benar menagih janji pada Seok Jin. Dan cowok itu lalu menoleh kembali ke arah Taekwoon. Seolah memastikan sesuatu, Taekwoon mengangguk tegas. Setelah itu, Seok Jin kembali menghadap ke depan.

***

        “Rim!” dengan sengaja, Minhyuk menyenggol lengan Hyerim yang duduk di sampingnya. Mereka sedang menunggu Himchan dikursi sebuah koridor rumah sakit. Dan sejak tiba di sana, Hyerim selalu bungkam.
        “Hmm?” Hanya itu tanggapan Hyerim.
        Minhyuk hanya bisa menghela napas, pasrah. Dan lebih memilih menyandarkan tubuhnya lebih dalam. Belum lagi mereka sudah menunggu cukup lama di sana. “Lo nggak laper, apa?” usaha Minhyuk untuk membuat Hyerim tak mengabaikan keberadaannya di sana.
        Hyerim akhirnya menggerakan kepala. Menoleh ke arah Minhyuk namun tatapannya justru jatuh ke tempat lain. Cewek itu melihat sepasang suami istri yang melangkah tergesa-gesa. Hyerim langsung berdiri untuk menegaskan pandangannya. Setelah semakin dekat, Hyerim justru membalikkan badan.
        “Lo kenapa sih, Rim?” tegur Minhyuk yang sontak langsung khawatir. Ia bahkan sampai ikut berdiri.
        “Orang tuanya Himchan. Gue cabut dulu, Min.” Sambil menyambar ranselnya, Hyerim langsung melesat pergi. Ia bahkan seperti tak memberi kesempatan Minhyuk untuk menghalanginya. Belum lagi pria dan wanita tadi kini sudah semakin dekat ke tempat Minhyuk berada.
        “Kamu teman sekolah Himchan?”
        Minhyuk menarik kembali tangannya yang sudah terulur untuk berusaha mencegah kepergian Hyerim. Tentu karena pria tadi bicara padanya. Minhyuk menoleh sambil menangguk sebagai jawabannya.
        “Bagaimana keadaan Himchan?” kali ini wanita itu yang bertanya dengan nada khawatir.

***

        “Nih, ketinggalan.” Taekwoon sempat menghalangi langkah Seok Jin saat ingin melintasi pintu kelas. Salah satu tangan cowok itu terulur dengan sebuah kartu undangan dalam genggamannya.
        Sambil melangkah ke luar, Seok Jin memasukkan undangan miliknya tersebut ke dalam ransel. Sementara di depan sana, tampak Hayoung melangkah mendekat.
        “Gue jadi kepikiran Krystal waktu liat undangan itu,” kata Hayoung saat ia berhenti tepat di hadapan Sok Jin juga Taekwoon.
        “Jin mau ketemu Krystal,” ujar Taekwoon. Terutama untuk Hayoung.
        Hayoung yang terlihat cukup terkejut, sontak langsung melempar tatapannya pada Seok Jin seolah meminta penjelasan. “Bener gitu, Kak? Krystal aja hari ini nggak masuk sekolah,” tegasnya sekali lagi.
        Bukannya langsung menjawab, Seok Jin justru kembali melirik Taekwoon seakan meminta saran atau persetujuan. “Tapi Hyerim…” Seok Jin menggantungkan ucapannya. Di sisi lain, ia masih memikirkan Hyerim. Cewek itu pasti tertekan melihat Himchan menderita.
        Taekwoon meletakkan salah satu tangannya ke atas pundak Seok Jin. Berusaha menenangkan Seok Jin, seraya memikirkan kata yang tepat untuk Seok Jin menghadapi masalahnya. “Gue pikir, ucapan Hayoung ada benernya. Krystal juga pasti menderita dengan berita pernikahan Pak Doojoon. Dan Krystal menganggap lo bisa bantuin dia agar bebannya berkurang.” Taekwoon sempat memberi jeda pada kalimatnya. “Tapi untuk urusan Hyerim, dia di sana sama Minhyuk. Lo percaya sama Minhyuk, kan?”
        “Kak Jin jangan khawatir,” ujar Hayoung ikut bicara. “Andai Krystal minta gue buat nemuin dia, Kak Jin pasti bisa nemuin Kak Hyerim. Tapi kali ini, gue mohon Kak Jin hibur temen sekelas gue itu. Jadi, gue yang gantiin Kak Jin ngehibur Kak Hyerim.”
        Seok Jin menghela napas, berat. Mempertimbangkan keputusan terbaik untuk semua. “Kalo gini jadinya, gue berharap perasaan gue ke Hyerim nggak berubah dari dulu. Bener-bener cuma nganggep dia sahabat.”

***
Flashback…
        Hyerim sudah ingin mendorong pintu kamar rawat disebuah rumah sakit. Namun seseorang sudah lebih dulu membukanya dari dalam. Membuat Hyerim sontak termundur beberapa langkah. Mereka adalah kedua orang tua Himchan. Dan Hyerim memang ingin menjenguk cowok itu di sana. Tapi sepertinya, ayah dan ibu Himchan tidak memperkenankan anaknya dijenguk oleh Hyerim.
        Belum sempat ada yang bicara, beberapa teman Himchan yang lain tampak muncul di sana. Yoona, Gikwang, Yong Hwa, Yuri dan Hackyeon yang bahkan masih mengenakan seragam milik SMA Paradise. Tanpa perlu mengatakan apa-apa, kelima orang tadi dengan mudahnya diberi jalan masuk oleh orang tua Himchan. Terutama tuan Kim yang bahkan sampai ikut mengantar ke dalam.
        Hyerim masih berdiri di sana. Sedikit menunduk karena ia hanya berhadapan dengan nyonya Kim. Hackyeon tadi sempat menatap Hyerim penuh simpatik, namun tak bisa berbuat apa-apa untuk cewek itu.
        “Saya tahu siapa kamu,” desis nyonya Kim dengan nada merendah. “Dan sesungguhnya saya sangat tidak berharap kamu ada di sini. Apalagi untuk menjenguk anak saya, Himchan.”
        Mendengar itu, Hyerim hanya bisa meneguk ludahnya yang terasa pahit. “Jadi… saya tidak boleh menjenguk Himchan?” tanya Hyerim dengan suara tercekat. Ia bahkan semakin tidak berani menatap nyonya Kim.
        “Apa ucapan saya tadi kurang jelas?” Tanpa memberi kesempatan Hyerim menjawab, nyonya Kim sudah lebih dulu melesat ke dalam dan meninggalkan Hyerim begitu saja.
        Hyerim mengepalkan tangannya untuk menahan rasa sakit dihatinya. “Harusnya gue sadar sejak awal dengan kondisi gue yang sulit diterima di keluarga Himchan.” Sambil berusaha menahan tangis, Hyerim membalikkan badan dan menyeret langkah menjauh dari sana.
Flashback end…

        Hyerim seorang diri di tepi trotoar jalan. Bersandar dipagar pembatas sebuah taman dengan jalan raya. Menatap hampa lalu lintas yang ramai dihadapannya kini. Kejadian beberapa bulan itu masih terekam jelas dibenaknya. Bahkan sampai menimbulkan seperti rasa trauma. Yang akhirnya membuat Hyerim tak berani bertemu langsung dengan kedua orang tua Himchan.
        Cewek itu melirik jam ditangan kirinya. Sudah hampir jam 3 sore. Namun ia seperti enggan untuk meninggalkan tempat itu. Tapi Hyerim tetap memaksa diri untuk berdiri. Ia sempat mendongak sedikit untuk menatap gedung rumah sakit tempat Himchan dirawat saat ini. Mengingat sudah ada anggota keluarga cowok itu, bisa dipastikan kondisi Himchan akan baik-baik saja.
        Hyerim melangkah ke tepi jalan saat sebuah taksi berhenti dan menurunkan seorang siswi SMA sepertinya namun dengan seragam milik SMA Destiny. Cewek itu hendak ingin menyeberang jalan. Karena lalu lintas yang ramai, membuatnya sedikit mengalami kesulitan. Hyerim berdiri di dekat cewek tadi karena ia ingin menunggu bus di sana.
        Dari arah kanan, tampak mobil yang melaju cukup kencang di saat lalu lintas ramai. Dan ketika mendapat sedikit celah, cewek tadi sudah ingin melangkah. Namun buru-buru Hyerim menariknya ke tepi. Kejadian yang sangat cepat. Tanpa sadar justru membuat Hyerim terpental ke belakang karena sekuat tenaga menarik cewek tadi agar tidak tertabrak mobil.
        Terlihat dari papan nama diseragam sekolahnya, cewek tadi bernama Kim Yura. Dan ia cukup histeris mendapati Hyerim sudah dalam posisi terkapar di atas aspal. Selain itu, salah satu penumpang mobil tadi tampak memunculkan diri dan langsung menghampiri Yura yang sedang mengangkat kepala Hyerim yang sudah mengeluarkan darah.
        “Astaga! Hyerim!” pekik cewek pemilik mobil tadi yang ternyada adalah Eun Ji. Buru-buru Eun Ji berjongkok di samping Yura. “Kita bawa ke rumah sakit,” putusnya.
        Yura justru hanya menatap Eun Ji. Tentu karena ia melihat kemiripan antara Eun Ji dan Hyerim yang membuatnya cukup kebingungan.

***

        Seok Jin melangkah masuk ke dalam sebuah café yang terlihat cukup mewah. Tentu kedatangannya cukup menarik perhatian beberapa orang. Terutama para pelayan di sana. Namun Seok Jin justru menempelkan jari telunjuknya ke bibir agar mereka semua bungkam. Terlihat jelas jika Seok Jin sepertinya sudah tidak asing di sana.
        Tanpa mengalami kesulitan yang berarti, Seok Jin bisa dengan mudah menemukan Krystal yang sudah di sana. Duduk sendiri sambil mengaduk-aduk gelas minumannya tanpa minat. Cewek itu bahkan mengenakan seragam sekolahnya yang sukses membuat Seok Jin berpikir, kemana cewek itu seharian ini.
        Nampaknya Krystal seperti menyadari kehadiran Seok Jin. Ia mendongak dan sukses membuat Seok Jin cukup terkejut. Cowok itu langsung mengambil tempat di samping Krystal.
        “Lo kenapa, Krys?” seru Seok Jin khawatir.
Krystal yang selalu terlihat cerita, kita justru seperti tak memiliki semangat untuk hidup. Wajah cantiknya bersih dari make-up. Sementara rambutnya dibiarkan begitu saja bahkan setelah tertiup angin di jalan. Dan itu justru yang menjadi pertanyaan besar. Bahkan bukan hanya Seok Jin saja jika melihat Krystal dalam kondisi seperti itu.
        “Udah denger berita baik dari Pak Doojoon, kan?” Krystal tersenyum. Namun justru sukses membuat rasa sakitnya semakin terlihat jelas.
        Seok Jin sama sekali tak melepaskan tatapannya pada Krystal. Terlebih saat senyuman Krystal memudar sampai akhirnya bibir cewek itu tampak bergetat dan matanya mulai berkaca-kaca. Tangan Seok Jin bergerak-gerak, seakan ingin menarik cewek itu ke dalam pelukannya. Namun ada hal yang seperti menahannya untuk melakukan itu.
        Krystal sudah tak kuat menahan air mata yang akhirnya pecah. Ia ingin menyeka pipinya menggunakan ujung blazer sekolahnya. Tapi tangan Seok Jin sudah lebih dulu menahannya. Cowok itu justru yang mengusap lembut pipi Krystal dari air mata.
        “Kak Jin…” Bibir Krystal tampak berujar samar. Ia dan Seok Jin saling melempar tatapan. Namun Krystal seperti tak bisa menghentikan tangisnya. Dan hal itu yang membuat Seok Jin akhirnya kalah. Kalah karena tak bisa membiarkan Krystal seperti itu lebih lama lagi. Seok Jin menarik cewek itu ke dalam pelukannya untuk sekedar meredakan tangisan Krystal.
        Aksi Seok Jin membuatnya kembali menjadi sorotan. Namun hanya para pelayan di sana yang melihat dengan tatapan menggoda. Seok Jin sendiri langsung memberikan tatapan membunuhnya untuk para pelayan-pelayan tersebut. Bahkan Seok Jin terlihat seperti mengusir dan mengancam jika mereka ada yang berani menganggunya lagi.

Flashback…
        “Kayaknya tadi Kak Hyerim gandengan sama Ho Seok? Eh, sekarang pelukan sama Kak Jin,” komentar Krystal yang berdesak-desakan dengan beberapa teman sekelasnya yang mengintip dari jendela. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani menghampiri secara langsung. “Jadi ngiri. Kapan ya, gue sama Pak Doojoon bisa begitu?” ujarnya lirih. Tentu saja ia sambil sedikit mengkhayal.
        “Tunggu sampe Pak Doojoon ngasih lo undangan pernikahannya sama cewek lain,” sahut Namjoon jahil. Ia adalah teman semeja Jungkook.
Flashback end…

        Mengingat kejadian itu, Krystal dengan sekuat tenaga menjauhkan tubuhnya dari dada bidang milik Seok Jin. Ucapan Namjoon benar-benar terjadi. Hanya saja yang membedakan adalah orang yang memeluknya. Seok Jin sendiri tidak memprotes apa-apa. Dan kini keduanya saling diam, canggung. Krystal juga langsung menyeka sisa air mata dipipinya yang kini justru terasa panas karena perbuatan Seok Jin tadi.
        Seok Jin buru-buru menyambar buku menu dihadapannya. “Krys, lo mau pesen apa?”

***