Kamis, 30 Oktober 2014

PERFECT LOVE (chapter 16)



Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun, Youngjae,
  Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast     :
·        A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo, Hayoung)
·        G.Na (Soloist)
·        B2ST (Doojoon)
·        BtoB
Genre               : romance, family, brothership
Length              : chapter

***

        “Tiga hari lalu kamu bilang lagi sibuk nyiapin soal untuk ujian. Besoknya, seharian di sekolah karena ada rapat dewan guru. Sementara kemarin, bilangnya sibuk nilai hasil ujian siswa. Hari ini lagi pengen sama keluarga. Terus besok mau alasan apa lagi, Him?”
        Bomi menjadi pihak yang sangat merasa bersalah. Belum lagi, mereka sedikit menjadi pusat perhatian sekarang. Sementara Himchan sukses bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Namun saat tatapannya bertemu dengan Hayoung, ia menggerakkan mata dengan maksud agar Hayoung menyingkir dari sana.
        Himchan sempat membisikkan sesuatu pada Bomi sebelum akhirnya ia bergerak sambil menarik tangan Yookyung dan membawa cewek itu pergi dari sana.
        Setelah sosok Himchan tidak terlihat, Bomi mencari sosok Hayoung dan berniat menyusul cewek itu. Ia harus melakukan hal yang Himchan perintahkan.
        “Hayoung,” seru Bomi menghentikan langkah salah satu murid Himchan tersebur. Ia menyodorkan sebuah ponsel yang membuat Hayoung sukses menatapnya, bingung. “Ini jaminan baju yang Mas Himchan pakai. Tapi baju yang aku pakai ini, dikembalikan dulu aja ya?”
        “Mba, bilangin sama Pak Himchan. Dia bisa bayar di sekolah, kok.” Hayoung mendorong lembut lengan Bomi yang mendekap ponsel milik Himchan sebagai tanda ia menolaknya. “Tolong dibalikin lagi aja ya ke Pak Himchannya,” pinta Hayoung.
        “Tapi….”
        “Nggak pa-pa, kok.” Hayoung menyelak ucapan Bomi yang merasa tak enak padanya. “Mba kalau mau ganti baju lagi, ayo aku temenin.” Dengan lembut, Hayoung mengajak Bomi kembali ke ruang ganti.
        Beberapa menit kemudian, Bomi ke luar dengan memakai kembali baju yang sebelumnya. Sementara di luar sana, ternyata Hayoung masih menunggui cewek itu. Bomi menyodorkan pakaian yang ia coba ke arah Hayoung.
        Ternyata Hayoung telah mempersiapkan tas karton untuk Bomi membawa pakaian tadi. Namun ternyata, Bomi hanya memasukkan pakaian Himchan karena cowok itu pergi masih mengenakan baju milik butik Hayoung. Bomi lalu menyodorkan baju baru miliknya. Tapi ternyata Hayoung justru memasukkan benda itu ke dalam tas karton tadi bersama baju milik Himchan.
        “Eh, itu belum dibayar.” Bomi berusaha mencegah tangan Hayoung.
        “Udah.. nggak pa-pa. Sekali-sekali aku pengen ngisengin Pak Himchan.” Hayoung terkekeh atas ide jahilnya tersebut. Tapi tidak untuk Bomi yang menatap Hayoung, bingung. “Jadi gini loh, Mba. Pak Himchan tuh suka jahil ke aku. Ujian musik kemarin, masa’ aku dapet urutan terakhir. Udah gitu, dia pakai request juga lagunya.”
        Mendengar cara Hayoung bercerita, Bomi tidak bisa menahan tawanya. Geli juga mengetahui sisi lain Himchan saat di sekolah.
        “Nih, Mba.” Hayoung sedikit memaksa Bomi menerima tas karton tersebut. “Dipakai ya pas dateng ke pernikahannya Mba Chorong.”

***

        Himchan dan Yookyung terlibat dalam pembicaraan serius. Himchan benar-benar menunjukkan ekspresi tidak bersahabat darinya. Sementara Yookyung sudah hampir terlihat ingin menangis. Dan tidak jauh dari sana, Bomi memperlambat langkah saat sudah melihat Himchan dan Yookyung berada di sana. Terjadi sesuatu antara mereka.
        Menyadari keberadaan Bomi, membuat Yookyung menoleh dan menatap tajam cewek yang ia temukan bersama Himchan. Kini bahkan air mata Yookyung benar-benar sudah meleleh. “Gue ceweknya Himchan. Dan gue tahu kalau lo juga salah satu ceweknya Himchan.”
        Bomi menatap Yookyung, bingung. Namun saat ia meminta penjelasan dari Himchan, cowok itu malah hanya mengangkat bahu. Seolah ia juga tidak mengerti arah pembicaraan Yookyung yang menuduh mereka berpacaran. Himchan bahkan sama sekali tidak terlihat merasa bersalah. Padahal bisa dipastikan ia adalah salah satu penyebab Yookyung menangis.
        “Masih ada satu cewek lagi yang gue tahu juga pacaran sama Himchan.” Yookyung kembali bersuara. Ia sukses membuat Bomi kembali memberi perhatian padanya. Namun sama sekali tidak berhasil membuat Bomi terkejut. “Dan setelah apa yang gue ucapin tadi, apa lo masih akan tetap memilih bersama Himchan atau sebaliknya?”
        Bomi masih bungkam. Sesekali ia melirik Himchan untuk sekedar meminta bantuan dari cowok itu.
        “Jawab!” pekik Yookyung tidak sabar.
        Himchan akhirnya bergerak. Ia menarik lengan Yookyung hingga cewek itu berdiri menghadap padanya. Namun tatapan Himchan justru jatuh pada Bomi. “Lo udah tahu kan, kalau gue punya pacar lebih dari satu?”
        Bomi mengangguk dengan tatapan polos. Tentu saja karena memang ia mengetahui semua itu. Dan hal tersebut justru membuat Yookyung terkejut.
        Dengan sedikit kasar, Himchan melepaskan tangan Yookyung. “Lo pikir gue nggak tahu kelakuan lo tanpa gue?” desisnya.
        “Oh, jadi lo lebih milih cewek ini dari pada gue?”
        Himchan berdecak, malas. “Pakai nanya,” cibirnya enggan membalas ucapan Yookyung sambil melangkah menjauh. Saat tiba di tempat Bomi berada, Himchan memutar pelan badan Bomi sambil merangkul cewek itu. Himchan memperkuat rangkulannya saat merasakan Bomi sedikit memberontak.

***

        Malam itu Namjoo masih berada di rumah Youngjae. Cewek itu menemui Zelo yang sudah menunggunya untuk makan malam bersama.
        “Gimana? Udah lebih baik?” tegur Zelo saat Namjoo sudah duduk bergabung dengannya di meja makan.
        Namjoo mengangguk pelan. “Makasih ya atas bantuan lo dan…”
        “Jongup udah pulang dari tadi.” Zelo menegaskan. Sudah jelas kalau yang Namjoo maksud adalah Jongup. “Kayaknya dia perhatian banget ke kakak. Apalagi pas pemakaman kakaknya Hayoung. Kalian udah kenal lama?” Zelo yang sibuk menyendokkan nasi ke sebuah piring kosong, sampai tidak menyadari perubahan raut wajah Namjoo saat ia menyindir kedekatan cewek itu ke salah satu teman sekelasnya tersebut.
Namjoo masih bungkam.
“Ketemu di mana?” lanjut Zelo meski pertanyaan sebelumya sama sekali belum direspon oleh Namjoo.
“Kelab malam.”
        Mendengar jawaban Namjoo, membuat Zelo mendongak cepat. Ia ingin memastikan kebenaran ucapan cewek itu. “Kelab malam?” serunya. Setelah Namjoo mengangguk sebagai tanda ia membenarkan pertanyaan Zelo, cowok itu kembali berujar. “Ngapain Jongup ada di sana?”
        “Dia kerja. Katanya sih buat gantiin kamera temennya yang dia rusakin.”
        Zelo menjatuhkan sendok nasi yang sedang dipegangnya untuk menyendokkan makanan tersebut. “Dia nggak cerita kamera siapa yang dirusakin?”
        Kali ini Namjoo menatap Zelo penuh tanya. “Emangnya lo nggak tahu? Bukannya kalian temen sekelas. Berita itu mungkin aja cepet tersebar di sekolah.”
        “Ya udahlah nggak usah dibahas. Mungkin gue yang sedikit ketinggalan berita.” Zelo mengalihkan pikiran Namjoo. Benar-benar tidak ingin membahas masalah Jongup yang sukses membuatnya merasa cukup bersalah. “Hmm.. besok pergi ke acara resepsi kakaknya Hayoung sama siapa? Kalo misalnya sendiri, pergi sama gue aja, Kak.”

***

        “Lo baru pulang?”
        Jongup menghentikan kegiatannya yang ingin membuka pintu pagar rumah. Di belakangnya, Himchan menghentikan motor di tengah jalan antara rumahnya dan rumah Bomi. Jelas saja Himchan tadi bertanya seperti itu karena Jongup sudah meninggalkan rumah sakit sejak masih siang.
        “Kayaknya tadi siang Mba Bomi mau ngomong sesuatu, deh.” Jongup tidak menghiraukan teguran kakaknya.
        Himchan melirik penuh minat ke arah Bomi yang sudah berdiri di sampingnya. Ia juga menangkap maksud ucapan Jongup. Kejadian saat di kamar G.Na. “Ikut ke rumah dulu,” seru Himchan. Ia lalu memutarkan motor menuju rumahnya. Dan tanpa harus merasa terpaksa, Bomi akhirnya menyusul dua adik-kakak tersebut ke dalam rumah mereka.
        “Malam-malam begini gue bikini teh hangat kayaknya enak.” Bomi meletakkan tas karton yang ia bawa dari toko pakaian Hayoung tadi di atas sofa ruang tamu.
        Jongup sudah lebih dulu menghempaskan tubuh ke sofa. Sementara Himchan menyempatkan diri ke kamarnya untuk berganti pakaian setelah Bomi sudah melesat menuju dapur.
        Setelah beberapa menit, Himchan sudah memunculkan diri di ruang tamu dan sudah berganti pakaian. Menyusul kemudian Bomi muncul dengan nampan berisi 3 gelas teh hangat. Cewek itu menjatuhkan tubuh di samping Himchan. Tepat saat cowok itu sedang melihat undangan yang tadi diletakkan Jongup ke atas meja. Sementara Jongup sendiri tampak baru muncul dari kamar G.Na.
        “Gue pulang telat karena nemuin Ilhoon. Dia nitipin undangan-undangan itu ke gue,” jelas Jongup yang memilih duduk di sofa berbeda dengan Himchan dan Bomi.
        Himchan memeriksa nama-nama yang tertera sebagai tamu undangan. Yongguk, Daehyun, G.Na, Jongup dan Bomi. Saat Himchan menemukan undangan atas nama Bomi, ia langsung saja memberikannya pada cewek di sampingnya tersebut.
        “Setelah Ilhoon pulang, gue ketemu seseorang lagi.” Jongup sempat memberi jeda sesaat pada ucapannya. “Singkatnya, cewek itu akhirnya ngebawa gue ke rumah Zelo.”
        Mendengar nama Zelo disebut, membuat Himchan menoleh. Menatap penuh minat pada adik bungsunya itu. Namun itu justru membuat Jongup menjadi salah tingkah.
        Jongup tampak menggaruk keningnya sambil memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan sesuatu pada Himchan, dan juga Bomi tentunya. Tidak mungkin ia menceritakan tentang Namjoo. Tiba-tiba, Jongup jadi teringat tentang potongan kue tar yang tidak sengaja pernah ia dan Zelo bawa ke sekolah. Dan yang membingungkan adalah tulisan yang terbawa oleh mereka membentuk nama ‘Youngjae’.
        “Gue nemuin foto yang sama persis kayak gini.” Jongup memaksa diri memberikan foto usang yang sempat sedikit ia sembunyikan tadi.
        Himchan berusaha mengendalikan diri untuk tidak terlalu merasa terkejut saat melihat foto pemberian Jongup. “Zelo ngomong apa aja ke lo?” desaknya tanpa sadar.
        Jongup menggeleng. “Zelo nggak tahu apa-apa. Dia cuma bilang, kalau yang nyimpen foto itu kakaknya. Tapi kakaknya Zelo itu lagi ke luar kota. Jadi, gue nggak bisa dapet informasi apa-apa tentang itu.”
        Bomi menggenggam tangan Himchan yang memegang foto karena tangan cowok itu bergerak seakan ingin meremas foto di tangannya. “Gue tahu kalian kecewa. Tapi nyokap kalian harus melewati masa-masa paling sulit dihidupnya.”
        “Harusnya ibu berbagi kesedihan ke anak-anaknya.”
        Bomi menatap Himchan, lembut. Berusaha menenangkan pemuda itu. “Tante G.Na udah nyesalin perbuatannya, kok.” Bomi merebut foto di tangan Himchan. Ia juga sempat melirik Jongup dan mengisyaratkan agar cowok itu berpindah duduk ke sampingnya. “Ini pasti mengejutkan. Tapi kalian akhirnya memang harus tahu.” Bomi menunjuk gambar seorang pria dalam foto tersebut. “Ini ayah kalian. Jang Hyunseung.”
        Jongup menjadi yang paling bersemangat melihat foto tersebut. Itu adalah hal yang sangat ia inginkan sejak lama. Namun berbeda dengan Himchan. Ia sulit mengekspresikan diri saat menatap Bomi dari jarak sedekat ini. Ternyata Himchan justru lebih memperhatikan Bomi. Bukan foto yang berada di tangan cewek itu.
        Bomi menghela napas, berat. “Tante G.Na punya masa lalu dengan seorang pria. Lalu setelah adik kalian, Junhong, lahir. Terjadi sebuah bencana untung rumah tangga orang tua kalian. Junhong bukan anak kandung Om Hyunseung. Pria mana yang bisa terima jika istrinya…”
        Jongup merangkul Bomi dan mengusap pundak cewek itu yang tampak tidak sanggup lagi melanjutkan ucapannya. Di sisi lain, Himchan hanya mampu mengepalkan tangan melihat perlakuan Jongup pada Bomi. Himchan sendiri juga tidak bisa untuk menyingkirkan tangan Jongup dari pundak Bomi.
        “Apa akhirnya ayah menceraikan ibu?” Jongup tidak bisa menahan rasa penasarannya.
        Bomi mengangguk lemah. “Singkatnya seperti itu. Lalu Om Hyunseung pergi dan hanya sempat membawa Youngjae yang sedang sendiri karena harus di rawat di rumah sakit. Sementara Junghong juga di bawa pergi oleh seseorang beberapa hari setelah lahir. Dan tante G.Na meyakini bahwa itu adalah perbuatan ayah kandung Junhong.”
        “Jadi, ibu udah cerita semua ke lo?” tanya Himchan yang sama sekali tidak merubah posisinya. Sontak membuat Bomi menoleh dan membuat wajah mereka begitu dekat.
        “Mas!” pekikan suara Jongup membuyarnya semuanya. Himchan dan Bomi terhindar dari suasana canggung antara mereka. Jongup sendiri tampak tidak menyadari yang terjadi dengan Bomi dan kakaknya tersebut. “Apa jangan-jangan, ayah udah nikah lagi. Terus mereka punya anak. Dan itu Zelo?” seru Jongup berspekulasi sangat jauh.
        Bomi juga tentu terbawa suasana penasaran dengan ucapan Jongup. Karena hal tersebut bisa saja terjadi. Namun nyatanya, Himchan justru menggeleng tegas.
        “Bokapnya Zelo beda sama orang di foto itu,” kata Himchan akhirnya.
        Sedetik kemudian, semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Terutama Bomi yang mendadak terbayang Youngjae dan Daehyun. Keduanya kerap kali terlibat suasana panas sejak SMA. Sementara Jongup masih membayangkan jika ia dan Zelo bersaudara. Tapi berakhir dengan Jongup menggeleng kuat untuk menolak kenyataan tersebut.
        Berbeda dengan Himchan. Ia lalu terbayang saat ia bertemu ibunya di dalam kamar rawat Youngjae. Tatapan wanita itu begitu hangat. Jika memang benar Youngjae adalah anak G.Na yang hilang, berarti wanita itu benar-benar sudah menemukannya.
        “Apa ibu udah tahu tentang keberadaan Youngjae?” Himchan bertanya dengan tatapan kosong ke depan.
        “Sama sekali belum tahu,” jawab Bomi. Hal tersebut sekaligus menegaskan kalau ia memang benar-benar telah tahu semua hal tentang masa lalu keluarga G.Na.
        Kali ini Himchan menoleh tegas ke arah Bomi. Apa yang ia lihat berbeda dari kenyataannya. Saat itu G.Na benar-benar menatap Youngjae dengan penuh perasaan. “Apa itu yang disebut naluri seorang ibu?”
        “Kayaknya kalian perlu istirahat. Mas Yongguk bakal butuhin bantuan kalian untuk acara pernikahannya. Lebih baik gue pulang dulu.” Bomi berdiri dengan sebelumnya menyesap teh yang ia buat. “Dan jangan lupa tehnya diabisin.”
        Jongup dan Himchan hanya menatap kepergian Bomi dari tempat mereka berada. Lalu kemudian, Jongup juga tampak berdiri sambil membawa gelas teh miliknya. Meninggalkan Himchan sendiri di sana. Mata Himchan pun akhirnya menangkap tas karton yang di bawa Bomi dari toko pakaian milik Hayoung tadi.

***

Beberapa hari kemudian. Kediaman keluarga Himchan tampak sepi. Hanya tersisa pemuda itu di sana. Ia sudah bersiap dengan pakaiannya yang dibeli di toko pakaian keluarga Hayoung. Saat menatap pantulan wajahnya dicermin, Himchan teringat dengan ucapan Hayoung saat di sekolah kemarin.

Flashback…
        Himchan mendongak cepat saat ada seseorang meletakkan tangan di atas mejanya. Bukan sekedar meletakkan tangan, orang tersebut ternyata meninggalkan selembar kertas. Saat mendongak, Himchan mendapati Hayoung di depannya.
        “Itu tagihan belanja Pak Himchan kemarin,” jelas Hayoung yang mengerti maksud tatapan Himchan padanya.
        Himchan mengangguk mengerti. Ia kemudian tampak mengeluarkan dompetnya. Tentu berniat melunasi pakaian yang dibelinya.
        “Termasuk punya Mba-Mba yang dateng sama Bapak kemarin.”
        Mendengar itu, Himchan mendongak cepat. Hayoung tampak tidak ingin tahu apapun alasan Himchan. Yang ia inginkan hanya Himchan melunasi kewajibannya.
        “Bapak kan yang ngajak Mba itu ke toko aku. Kan nggak lucu juga kalau Bapak nyuruh pacarnya bayar sendiri.”
        Himchan mendesah, pasrah. Mau tidak mau ia harus membayar semuanya. Melihat ekspresi Himchan tersebut, Hayoung tersenyum puas. Itu untuk menyembunyikan ekspresi sebenarnya yang tengah menertawai Himchan.
        Hayoung pun tentu langsung menerima uang pemberian Himchan. “Senang berbisnis dengan Bapak. Dan ini bonusnya.” Ternyata Hayoung mempersiapkan sesuatu lagi untuk Himchan. Foto cowok itu bersama Bomi saat mencoba pakaian di toko Hayoung. “Cepet nikah ya, Pak.” Hayoung langsung melesat pergi setelah berucap seperti itu sebelum Himchan sempat menahannya karena mengerjai gurunya sendiri.
Flashback end…

        Himchan membuka laci salah satu meja belajar di sana. Ternyata cowok itu menyimpan fotonya bersama Bomi di sana. Melihat foto tersebut, tanpa sadar membuat bibir guru tampan itu terangkat hingga membentuk sebuah senyuman tipis. Kemudian Himchan menoleh ke samping dan menyambar sebuah tas karton. Ia membawa benda itu ke luar kamar.
        Setelah memastikan semua pintu telah terkunci, Himchan kemudian menuju rumah Bomi. Himchan bahkan sudah tidak canggung untuk langsung menerobos masuh hingga pintu utama. “Bom, lo udah siap?”
        Tidak ada yang menjawab teriakan Himchan. Namun Bomi ternyata memunculkan diri. Cewek itu juga telah rapi dengan dress merah muda yang membalut tubuhnya.
        “Kok Mas Himchan masih di rumah?” Bomi bertanya dengan tatapan heran.
        Himchan tidak langsung merespon. Ia harus mengendalikan dari keterpanaannya melihat Bomi sore itu. “Ini.” Himchan menyodorkan paksa tas karton di tangannya. “Karena ini udah gue bayar lunas, jadi lo harus pakai ke acaranya Mas Yongguk. Nggak ada penolakan.”
        Belum sempat Bomi mengeluarkan sepatah katapun, Himchan sudah lebih dulu memaksa Bomi untuk kembali masuk ke dalam. Tentu maksudnya untuk Bomi mengganti pakaiannya. Dan Himchan benar-benar tidak ingin ada penolakan dalam bentuk apapun.
        “Nggak pakai lama! Taksi kita udah dateng!” teriak Himchan memperingati.

***

        Lift tersebut berhenti di lantai 7. Doojoon yang berada di dalamnya, segera melesat ke luar saat pintu lift terbuka. Pria tersebut tampak cukup tergesa-gesa. Dengan cepat Doojoon melangkahkan kaki menelusuri koridor dan berhenti tepat di depan sebuah pintu kamar yang terletak paling ujung.
        Doojoon menekan rangkaian tombol dengan tidak sabar. Ia lalu menerobos masuk tanpa memeriksa keadaan di dalam terlebih dulu.
        “Akh! Om Doojoon!” jerit Youngjae yang dengan kalap menarik sprei tempat tidurnya untuk menutupi tubuh. Kehadiran Doojoon yang sangat tiba-tiba sukses membuat cowok itu panik. Belum lagi kondisi Youngjae yang baru saja selesai mandi. Saat Doojoon datang, ia masih hanya mengenakan sebuah boxer. Dan yang ia tahu, Doojoon sedang tidak berada di kota tersebut.
        “Kamu udah pulang?” Doojoon justru melemparkan pertanyaan. Dan sama sekali tidak terpengaruh dengan kondisi Youngjae saat ia datang. “Harusnya kan kamu…”
        “Kerjaan aku udah selesai semua, Om.” Youngjae sedikit menyelak ucapan Doojoon.
        Doojoon menutup pintu di belakangnya dan melangkah masuk tanpa melepaskan tatapan curiga pada keponakannya itu. “Semua?” serunya menegaskan dan hanya dijawab anggukan oleh Youngjae. “Kamu mau pergi, ya? Ke mana?”
        Youngjae menoleh ke arah sebuah kursi tempat ia meletakkan pakaian bersih yang rencananya ingin ia kenakanan nanti. Dan bisa dipastikan Doojoon sudah menyadari hal tersebut. Youngjae belum mengatakan apa-apa. Sementara Doojoon mengarah ke sebuah nakas kecil dan mengambil sebuah dokumen yang berada di atas sana.
        Seteleh memeriksa isi dokumen tersebut, Doojoon melirik ke tempat Youngjae berada. Cowok itu tampak resah di tempat ia berdiri sejak tadi.
        “Tapi nanti malam aku langsung balik lagi ke sini kok, Om.” Buru-buru Youngjae seperti memberi janji bahwa ia akan tetap bertanggung jawab atas pekerjaan yang dibebankan Doojoon padanya.
        “Lusa kamu ke Jogja aja. Om pikir kamu bisa lebih berkreasi di sana. Ada acara fashion besar. Dan itu juga salah satu proyek terbaru kita.”
        Sesaat Youngjae seakan tidak bisa berkata apa-apa. “Aku pikir perusahaan kita cuma…”
        Doojoon mengangkat tangannya sebagai tanda agar Youngjae tidak perlu pusing-pusing memikirkan hal tersebut. “Mendingan kamu siap-siap aja. Nggak enak kan kalau Eun Ji kelamaan nunggu,” goda Doojoon.
        Youngjae meneguk ludahnya. Lagi-lagi ucapan Doojoon sukses mengejutkannya. “Kok Om bisa tahu?” seru Youngjae dengan nada pelan.
        “Asal tebak.” Ucapan polos Doojoon kali ini membuat Youngjae mendesah, sedikit kesal karena seperti dipermainkan omnya sendiri.

***

        Yongguk tercengang melihat sosok wanita di depannya. Jelas ia terpesona. Wanita itu terbalut gaun pernikahan yang cantik. Namun wajah wanita itu menyiratkan sebuah beban besar. Wanita itu Chorong. Ia dan Yongguk akan segera melaksanakan resepsi pernikahan mereka. Yongguk sendiri juga sudah siap dengan stelan jas yang membuatnya terlihat sangat tampan dan gagah.
        Dengan langkah pasti, pemuda itu melangkah masuk seiring dengan dua orang yang merias Chorong mulai menyingkir. Yongguk melingkarkan tangannya ke pinggang Chorong yang berdiri di depan cermin.
        “Apa yang bikin kamu masih terasa terbebani dengan pernikahan kita?” bisik Yongguk. Pemuda itu juga tampak meletakkan dagunya di atas pundak Chorong. “Ini udah takdirku dan takdirmu. Takdir kita berdua yang harus kita terima. Kita tetap ditakdirkan berjodoh, meski harus ada Changsub dulu yang sedikit memberikan cerita pahit.”
        Suasana hening langsung menguasai mereka. Yongguk dan Chorong bahkan tidak menyadari jika sudah ada dua orang yang mengawasi keduanya.
        “Mereka bikin ngiri aja,” seru Naeun gemas. Suara cewek itu membuat Yongguk dan Chorong menoleh dan terkekeh bersamaan.
        “Kalau kalian masih mau di sini, berarti aku sama Naeun ya yang gantiin kalian di luar?” cetus Daehyun seenaknya.
        “Enak aja,” sergah Yongguk tidak terima, namun dengan nada bercanda. Tentu ia tidak ingin merusak pestanya sendiri malam ini. Yongguk menarik lembut tangan Chorong. Tapi istrinya tersebut seperti menahannya. Yongguk menoleh untuk memastikan keadaan Chorong. “Kenapa nggak mau aku gandeng? Minta digendong, ya?” serunya asal. “Akh!”
        Chorong menunjukkan tatapan tajam sekaligus memberikan sebuah cubitan keras di pinggang Yongguk hingga membuat cowok itu meringis kesakitan. Hal tersebut ia lakukan karena ternyata Daehyun dan Naeun belum benar-benar pergi dari sana.

***

        Suasana ramai sudah terasa di sebuah gedung tempat Chorong dan Yongguk menggelar resepsi pernikahan mereka. Sesekali Yongguk tampak merangkul Chorong. Itu dilakukannya untuk sekedar mengingatkan Chorong bahwa ini adalah hari bahagia mereka.
        Deretan tamu undangan sudah berbaris cukup panjang untuk memberikan ucapan selamat kepada pasangan yang sedang berbahagia. Terlihat pula diantara para tamu, Junhyung bersama istri dan anak laki-lakinya, Ilhoon. Mereka baru saja tiba.
Saat Hyuna dan Ilhoon ingin melangkah menuju pelaminan, Junhyung justru menghalangi mereka. “Kakakmu sudah sampai mana?” seru Junhyung. Tentu ia tujukan kepada Ilhoon.
        Ilhoon sempat sedikit memutar bola matanya. Sedikit malas menghadapi ayahnya jika sedang membahas masalah Eun Ji. Belum lagi kakaknya itu memang belum ada di tengah-tengah mereka. “Kak Eun Ji kan lagi nyobain baju pengantin, Pa.”
        “Bukannya itu udah beberapa hari lalu?”
        Hyuna menyentuh lengan Junhyung agar suaminya itu bisa sedikit lebih tenang. “Pa, udahlah. Eun Ji pasti ingin yang terbaik untuk hari bahagianya.”
        Ilhoon sendiri bisa langsung bernapas lega karena Junhyung tampak lebih tenang setelah mendengar ucapan Hyuna. Namun kelegaan Ilhoon hanya bertahan sesaat.
        “Setelah ini cepat kamu hubungin Eun Ji. Sudah sampai di mana dia?” Junhyung sempat memerintahkan Ilhoon sebelum akhirnya merangkul Hyuna untuk ikut bersamanya.
        Ilhoon menghembuskan napas sekeras-kerasnya. Dan disaat yang hampir bersamaan, terlihat Jongup menghampiri cowok itu.
        “Hoon!” seru Jongup menepuk pelan pundah Ilhoon. Namun itu cukup untuk membuat Ilhoon sedikit terkejut.
        “Eh, Jong!”
        “Kenapa, lo?”
        “Biasalah. Yang mau nikah kakak gue, tapi yang ribet semuanya.”
        Jongup terkekeh kecil mendengar curhatan dadakan Ilhoon. Ia lalu berinisiatif untuk merangkul Ilhoon, atau sekedar menghibur teman yang ia kenal di klub malam tersebut. “Mendingan kita makan aja dulu. Nanti lo gue temenin ketemu Mas Yongguk sama Mba Chorong.” Jongup membawa Ilhoon ke arah yang berlawanan.
        Setelah berbalik, Ilhoon menahan Jongup untuk berhenti. Ia melihat sososk Namjoo di sana. Datang bersama Zelo. Dan yang paling merasa senang melihat kedatangan cewek itu tentu saja Jongup. Jongup bahkan tidak menyadari jika Hayoung berada didekatnya.
        “Gue ngiri sama mereka. Serasi banget.”
        Jongup hanya tersenyum tipis saat mendengar suara Hayoung di sana. “Nggak usah cemburu. Zelo sama Namjoo nggak punya hubungan khusus apapun selain bertetangga.” Dengan bangganya  Jongup berujar. Membuat Ilhoon yang kini terkekeh karenanya.
        “Lo beneran jatuh cinta sama Kak Namjoo?” ledek Ilhoon yang bicara tepat ditelinga Jongup. Entah apa yang membuatnya menangkap seperti itu.
        Namun nyatanya berbeda dengan apa yang dipikirkan Jongup. Hayoung bukan sedang membicarakan Zelo. Tapi Himchan dan Bomi yang muncul dengan pakaian mereka yang sangat kompak.
        Namjoo dan Zelo sudah melangkah semakin dekat dengan tempat Jongup berada sekarang. Namjoo dan Jongup saling melempar senyum. Meski demikian, Namjoo juga menyempatkan menyapa Ilhoon. Tapi tidak halnya dengan Zelo. Cowok tinggi itu menenggelamkan ke dua tangannya ke dalam saku celana. Menatap tak suka ke arah Hayoung yang entah sengaja atau tidak, pergi dari samping Jongup. Tepat saat Zelo benar-benar sudah semakin dekat dengan mereka.
        Berbeda juga dengan ekspresi Ilhoon saat ini. Dengan sedikit panik, Ilhoon menoleh ke belakang. Tepat saat Junhyung dan Hyuna sudah turun dari pelaminan dan berjalan ke arahnya. Kemudian Ilhoon membalikkan badan lagi. Di pintu masuk, ia melihat Eun Ji datang bersama Peniel.
        “Cari penyakit nih kakak gue!” pekik Ilhoon membuat heran orang-orang disekitarnya. Lalu secepat mungkin Ilhoon melesat ke tempat Eun Ji dan Peniel berada. Menghadang dua orang tersebut sebelum Junhyung memergoki mereka. “Sorry, kalian nggak bisa masuk berdua.”
        “Ilhoon!” Eun Ji sedikit meneriaki adiknya itu. “Apa-apaan, sih! Lo ngagetin aja!”
        “Kakak mendingan masuk ke dalemnya sendirian aja. Papa bisa ngamuk kalau liat kakak dateng sama Mas Peniel!”
        Peniel menepuk pelan pundak ke dua kakak-adik tersebut. “Gue ngerti posisi kalian, kok. Bagus Ilhoon ngingetin lagi.”
        “Terus?” Eun Ji meminta pertimbangan.
        “Kalau Eun Ji sama gue, nggak masalah dong?”
        Ilhoon, Eun Ji, bahkan Peniel sontak menoleh bersamaan karena tiba-tiba ada seseorang yang menyelak pembicaraan mereka. Seorang cowok dengan penampilan cukup sedikit berantakan. Karena sepertinya cowok itu datang dengan tergesa-gesa ke sana.

***

Sabtu, 04 Oktober 2014

PERFECT LOVE (chapter 15)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun, Youngjae,
  Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast     :
·        A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo, Hayoung)
·        G.Na (Soloist)
·        B2ST (Doojoon)
·        BtoB
Genre               : romance, family, brothership
Length              : chapter

***

        “Eun Ji.” Youngjae langsung ke luar dari dalam taksi dan menghentikan langkah Eun Ji yang sudah ingin masuk ke  dalam rumahnya. Cowok itu berdiri tepat di hadapan Eun Ji. Memegang ke dua pundak cewek itu, lalu mencium lembut kening Eun Ji.
        Awalnya Eun Ji terkesiap dengan perlakuan Youngjae. Namun sedetik kemudian, cewek itu tersadar. “Ada orang tua gue, ya?” tebakya sesaat setelah Youngjae menjauhkan tubuhnya.
        Youngjae hanya menghela napas tanpa ingin membahas ucapan Eun Ji tadi yang sontak saja membuatnya resah. “Gue berangkat dulu.” Sebisa mungkin Youngjae menghindari tatapan langsung dengan mata Eun Ji. “Sampai ketemu di.. hari.. bahagia.. kita.”
        Selesai berkata, Youngjae langsung melesat masuk kembali ke dalam taksi yang masih menunggunya. Takut jika Eun Ji mencurigai sikap janggalnya yang mendadak menjadi salah tingkah saat bicara tadi.
        Saat di dalam taksi, Youngjae membuka-buka folder foto di ponselnya. Banyak tersimpan foto Naeun di sana. Perasaannya sudah tidak sama seperti dulu saat ia melihat gambar diri cewek yang pernah mengisi hatinya itu. Lalu tanpa pikir panjang, Youngjae menghapus folder beserta isinya yang dipenuhi dengan foto Naeun. Dan kemudian, pikirannya kembali melayang saat pesta ‘perusahaan’ di rumahnya.

Flashback…
        “Kalau bertemu Doojoon, aku teringat G.Na. Setelah pisah dengan Hyunseung, kita udah nggak pernah ketemu G.Na lagi. Di mana dia sekarang? Apa dia dan anak-anaknya hidup layak?”
        Junhyung hanya mampu merangkul istrinya saat mereka sudah sedikit menyingkir dari kerumunan orang yang datang. Dan tidak ada satu pun yang menyadari bahwa ternyata Youngjae mendengar obrolan mereka.
        “Kalau aku sampai ketemu G.Na, aku akan bongkar semuanya. Doojoon yang menculik Zelo. Dan Youngjae juga tinggal dengan Doojoon sekarang.”
        Junhyung menatap Hyuna penuh arti. Mengisyaratkan agar istrinya itu tidak terlalu bicara banyak. Memang tidak terlalu banyak orang yang tahu tentang rahasia besar itu.
        “Jangan bicara yang aneh-aneh,” tegur Junhyung. Ia bahkan sampai mengawasi sekitar untuk memastikan memang tidak ada yang mencuri dengar obrolan mereka.
        “Sebenernya aku gemes sama Doojoon. Dia sama aja ngerebut istri dari kakak kandungnya sendiri. Meski sebenernya Doojoon sendiri nggak tahu kalau G.Na udah nikah sama Hyunseung.”
Flashback end…

“Apa ada sesuatu yang lo mau dari gue? Karena nggak mungkin tahu-tahu lo mau nikahin gue. Padahal lo tahu kalau gue nggak hamil. Dan kalau pun gue hamil, itu pasti bukan karena lo.”
Youngjae memejamkan mata saat teringat juga dengan ucapan Eun Ji tadi saat ia membawa paksa cewek itu ke dalam kamarnya. “Lo bener, Ji. Emang ada yang gue mau. Terutama dari ke dua orang tua lo,” lirihnya pelan.

***

        “Sorry ya, gue nggak bisa lama-lama. Dan maaf juga udah ngerepotin lo buat dateng ke sini.” Ilhoon menepuk pelan pundak Jongup. Sedikit merasa bersalah karena ia meminta cowok itu untuk bertemu di sana hanya karena ingin menitipkan undangan pernikahan Eun Ji dan Youngjae untuk keluarga Jongup.
        “Nyantai. Gue juga lagi nggak sibuk-sibuk banget, kok.” Jongup berusaha meyakinkan Ilhoon. Setelah undangan tersebut ia terima, Ilhoon kemudian benar-benar pamit dan meninggalkan Jongup di sana. Di depan kelab malam milik Minhyuk tempat mereka pertama kali kenal, dan bertemu lagi saat itu.
        Setelah Ilhoon pergi, Jongup tidak langsung ikut menyusul Ilhoon meninggalkan tempat itu. Ia menoleh ke depan gedung tempat ia pernah bekerja dulu. Dan di sana pula pertama kali ia mengenal cewek bernama Namjoo. Tanpa sadar, Jongup mengukir senyum tipis mengingat perkenalan singkat mereka.
        Suasana di luar gedung memang masih sangat sepi karena belum memasuki jam mereka beroperasi. Terlebih saat itu hari masih siang dan belum menjelang sore. Jongup melangkahkan kaki ke arah pintu masuk. Hanya sekedar ingin melihat-lihat saja.

***

        Minhyuk harus berusaha mengimbangi tubuh Namjoo yang sudah sempoyongan karena mabuk. Namun Namjoo masih menginginkan gelas minumannya.
        “Cukup! Lo udah mabuk!” tegas Minhyuk.
        “Itu dikit lagi,” rengek Namjoo yang mengulurkan tangannya ke arah meja. Seakan ia tidak ingin kehilangan minumannya yang masih tersisa setengah gelas.
        Sekuat tenaga Minhyuk menyeret tubuh Namjoo untuk meninggalkan tempat tersebut. Salah satu pelayan Minhyuk yang tadi membersihkan sisa pecahan gelas, memberikan tas milik Namjoo sebelum boss-nya itu membawa Namjoo benar-benar meninggalkan kelab tersebut.
        “Minhyuk, gue masih mau yang tadi…”
        Minhyuk melingkarkan tangannya ke pinggang Namjoo. Mendorong paksa cewek itu menjauhi gedung kelab. Ia berusaha mengabaikan suara Namjoo yang merengek meminta minumannya.
        Kali ini Namjoo mulai memukuli punggung Minhyuk. “Lepas!”
        Minhyuk yang sudah tidak tahan dengan pukulan Namjoo, benar-benar dibuat kesal dengan cewek itu. Tanpa sadar, Minhyuk justru mendorong tubuh Namjoo agar menjauh dari tubuhnya yang sudah terasa cukup sakit. “Bisa diem, nggak!” Minhyuk terdengar membentak.
        Namjoo terhuyung ke belakang. Beruntung ia tidak sampai terjatuh karena ternyata ada seseorang yang menahan tubuhnya. Terlihat beberapa kartu undangan terjatuh tepat di bawah kaki Namjoo. Namun ia dan pemuda yang menolongnya seakan tidak mempedulikan benda tersebut.
        Sementara Minhyuklah yang justru menatap penuh minat benda itu. Sambil menahan sedikit rasa sakit di punggungnya, Minhyuk menajamkan mata. Berusaha memastikan nama pasangan yang akan menikah tersebut. Karena ia sendiri juga telah mendapatkan kiriman undangan yang serupa.
        Minhyuk mendongak karena merasakan pemuda yang menolong Namjoo sedikit merasa kerepotan karena tentu saja Namjoo masih dalam keadaan mabuk. Namun kali ini cewek itu terlihat lebih tenang. Minhyuk sedikit terbelalak mendapati Jongup di sana. Beruntung karena mereka berada tidak jauh dari jalan raya, Minhyuk dengan mudahnya menghentikan sebuah taksi yang lewat.
Minhyuk membukakan pintu taksi sambil berkata, “antar Namjoo pulang.”
        Karena masih menghormati Minhyuk sebagai seseorang yang pernah menjadi boss-nya, Jongup hanya menuruti tanpa memprotes. Tentu saja Namjoo menjadi salah satu alasan ia tidak menolak permintaan Minhyuk tersebut. Minhyuk sendiri masih sempatnya memungut undangan yang kali ini bisa ia lihat dengan leluasa tulisannya. Undangan pernikahan Eun Ji dan Youngjae.
        Setelah Jongup duduk di dalam taksi, Minhyuk sedikit melempar undangan yang ia yakini dibawa sendiri oleh Jongup ke atas paha cowok itu. Kemudian tanpa berkata-kata lagi, Minhyuk mengeluarkan dompet dan memberikan beberapa lembar uang kepada sopir taksi tersebut tanpa mempedulikan Jongup yang menatapnya, heran.

***

        Sekitar 15 menit, Jongup dan Namjoo sudah tiba di rumah cewek itu. Jongup membawa Namjoo ke luar dari taksi.
        “Mana kunci rumahnya?” pinta Jongup. Namun Namjoo hanya memberikan tasnya. Dan dengan terpaksa Jongup harus mencari kunci di dalam tas Namjoo sambil berusaha mengimbangi berat badan cewek itu yang bersandar ditubuh Jongup.
        Jongup akhirnya bisa menemukan kunci untuk membukakan pintu. Namun cowok itu tidak langsung membawa Namjoo masuk ke dalam. Karena ternyata rumah tersebut sudah dalam keadaan kosong. Ia ingin meminta penjelasan, tapi tampaknya Namjoo belum bisa ditanyai apa pun. Cewek itu masih berada di bawah pengaruh alcohol.
        Dengan terpaksa Jongup membiarkan Namjoo duduk di lantai. Ia kemudian melepaskan kemejanya yang lalu ia jadikan alas untuk Namjoo berbaring dengan tas juga ia pakai sebagai alas kepala. Jongup menuju kaki Namjoo untuk membukakan heels yang dipakai Namjoo.
        Sesaat Jongup tertegun menatap wajah berkeringat cewek itu. Ia tidak tega menatapnya lama-lama. Semakin lama menatap Namjoo membuatnya teringat saat menghadiri pemakaman Hyunsik. Jongup benar-benar tidak meninggalkan Namjoo sedikit pun. Bahkan ia sedikit mengabaikan Hayoung yang juga sedang berduka karena Hyunsik adalah kakak kandungnya.
        Jongup mengeluarkan sapu tangan kecil dari saku celananya. Yang kemudian ia gunakan untuk menyeka wajah Namjoo yang berkeringat. Seketika raut wajah Namjoo terlihat berubah. Cewek itu menunjukkan sedikit ketenangan mendapati perlakuan Jongup padanya. Membuat Jongup akhirnya bisa tersenyum tipis karena mendapati Namjoo baik-baik saja.
        Jongup tampak ingin bangkit. Tapi ia merasakan sebuah tarikan pada tangannya. Saat menoleh, ternyata Namjoo menahan tangan Jongup.
        “Mau ke mana?” Terdengar Namjoo berujar pelan. Namun mata cewek itu masih dalam keadaan terpejam.
        “Tunggu di sini sebentar, gue mau cari sesuatu.” Jongup berusaha memberikan pengertian sambil menyingkirkan dengan lembut tangan Namjoo padanya. “Janji nggak bakal lama.”
        Jongup akhirnya beranjak pergi. Ia menutup pintu setengah terburu-buru. Tidak ingin berlama-lama meninggalkan Namjoo di rumah kosong itu sendiri. Tapi ternyata, di luar sana ia justru bertemu dengan Zelo yang terlihat baru saja ke luar dari pagar rumah mewah di depan sana. Sesaat Jongup menatap bangunan tinggi itu, lalu kemudian kembali mengarahkan tatapannya pada Zelo.
        “Lo tinggal di sana?” seru Jongup.
        Zelo sendiri tidak langsung menjawab. Ia juga menyimpan sebuah rasa curiga pada Jongup dan rumah Namjoo. Belum lagi ia juga melihat dengan mata kepala sendiri saat Jongup sama sekali tidak meninggalkan Namjoo saat Hyunsik meninggal.
        “Kenapa lo bisa di rumah kak Namjoo?” Zelo balik bertanya. Tapi sebelum ia mendengar jawaban Jongup, Zelo lebih memilih melesat menuju rumah Namjoo. Menerobos masuk, dan mendapati Namjoo terlelap hanya dengan sebuah kemeja serta tas yang menjadi alas untuk cewek itu tidur.
        Zelo juga terkejut melihat isi rumah Namjoo yang telah kosong. Ia lalu memaksa Jongup untuk membantunya membawa Namjoo pergi dari sana menuju rumahnya. Namun saat ingin membopong Namjoo, kejadian tidak terduga pun terjadi. Namjoo muntah tepat mengarah ke Jongup.

***

        Daehyun menepuk-nepuk pelan pundak Himchan yang terlelap di sofa rumah sakit. perlaha, Himchan pun membuka matanya sambil membenarkan posisi duduknya.
        “Udah sore, Mas. Biar aku yang nemenin ibu di sini,” kata Daehyun.
        “Mas Yongguk nggak ke sini?”
        “Nanti katanya. Mendingan Mas pulang duluan aja sama Bomi.”
        Mendengar nama Bomi disebut, Himchan menoleh ke tempat cewek itu berada. Bomi juga menoleh disaat bersamaan ketika ia tengah mengikat rambut hingga membuat rambutnya sedikit berkibar.
        Entah apa yang terjadi. Melihat gerakan yang dibuat Bomi, membuat Himchan tampak seperti tersedak. Padahal Bomi hanya mengikat rambut dan tak sengaja membuatnya berkibar. Tampak seakan menggoda Himchan. Namun tentu saja hanya Himchan yang beranggapan demikian.
        Tidak ingin terlalu lama terlihat panik, Himchan buru-buru berdiri. Membuat Daehyun sampai sedikit menjauhkan tubuhnya yang berada di dekat Himchan. Tidak lupa Himchan juga menyambar jaketnya, kemudian melangkah menuju pintu.
        Merasa tidak ada hal lain yang terjadi, Himchan membalikkan badan. Ia mendapati Bomi hanya menatapnya dari tempat ia berdiri tadi dan tanpa melakukan apa-apa.
        “Lo nunggu apa lagi?” desak Himchan tidak sabar. “Apa maunya dijemput Jongup?”
        Sontak Bomi menatap kesal. Ia lalu menoleh ke arah Daehyun, dan mendapati cowok itu menatapnya, bingung. Jelas saja, Daehyun memang tidak tahu apa-apa tentang Himchan dan Bomi. Kecuali kalau Himchan yang sangat menghindari Bomi dalam bentuk apa pun. Bomi sendiri hanya menghela napas, berat. Malas menjelaskan apa-apa pada Daehyun.
        “Jaga nyokap lo baik-baik,” ujar Bomi sebelum akhirya memutuskan menyusul Himchan yang kali ini sudah lebih dulu meninggalkan ruangan. Sementara G.Na sedang tertidur, dan Bomi tidak ingin mengganggu wanita itu untuk sekedar berpamitan.
        Bomi segera mengejar Himchan. Cowok itu sama sekali tidak menunggunya saat berjalan. Sampai akhirnya Bomi menemukan Himchan yang sudah siap di parkiran motor. Melihat Bomi tiba, Himchan langsung saja memberikan sebuah helm pada Bomi.
        “Nanti gue turun di jalan. Mau cari baju buat acara nikahannya Mas Yongguk,” kata Bomi sesaat sebelum menaiki boncengan motor Himchan.
        Himchan yang sudah berada di atas motor, hanya menoleh sedikit dan mengangguk. Tanpa berkata apa-apa. Lalu kemudian, mereka meninggalkan area parkiran rumah sakit.
        Setelah sekitar setengah jam, Himchan membelokkan motornya menuju sebuah gedung. Jelas Bomi yang bingung, langsung mengedarkan pandangannya.
        “Kita mau ngapain ke sini, Mas?” tanya Bomi yang bahkan tidak terlalu menyadari kalau Himchan sudah menghentikan motornya.
        “Udah ayo ikut dulu aja.” Terdengar Himchan bersuara, dan terkesan sedikit memerintah.
        Mau tidak mau, Bomi menuruti permintaan Himchan. Mereka lalu menuju sebuah toko yang menjual pakaian untuk semua usia. Di bagian bawah toko, lebih didominasi pakaian untuk anak-anak. Sementara di lantai atas, dikhususkan untuk orang dewasa.
        “Sekalian lo cari baju di sini aja. Gue juga butuh sesuatu.” Setelah menyelesaikan ucapannya, Himchan memisahkan diri menuju tempat khusus pakaian laki-laki.
        Sementara Bomi berjalan ke arah lain. Namun sesekali, Bomi menoleh ke tempat Himchan berada. Cowok itu sudah sibuk dengan pakaian-pakaian yang ada.
        “Dulu Eunkwang juga pernah melakukan hal yang sama. Meski perlakuannya lebih manis, tapi gue tetap lebih suka cara Mas Himchan perlakuin gue.” Bomi masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Sampai-sampai ia tidak terlalu menyadari bahwa ada seorang cewek yang menghampirinya.
        Cewek itu sempat menangkap sosok Himchan di sana. Lalu saat kembali ke arah Bomi, cewek itu menatap takjub. “Waaah, kakak ini pacarnya Pak Guru Himchan, ya?”
        Bomi menoleh cepat. Ia mendapati salah satu murid Himchan di sana. Hayoung. “Kamu kenal sama Mas Himchan?”
        Hayoung hanya tersenyum penuh rahasia. Saat melirik kembali ke tempat Himchan berada, tepat bersamaan saat guru muda itu juga melihat ke arahnya. Dengan semangat, Hayoung melambaikan tangannya untuk memastikan agar Himchan bisa melihat dirinya di sana.
        Mendapati Himchan melangkah, Hayoung dengan jahilnya menyeret Bomi untuk mendekat ke arah Himchan juga. “Apa kalian mau pakaian couple?”
        Himchan dan Bomi saling melempar tatapan. “Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Himchan pada Hayoung untuk mengalikan kecurigaan salah satu muridnya itu.
        “Bapak lupa, ya? Ini kan punya keluarga aku.” Setelah menjelasnya dengan singkat, Hayoung dengan cepat melesat pergi.
        “Mas Himchan kenal sama anak tadi?” bisik Bomi. Penasaran dengan sosok Hayoung yang terlihat kenal baik dengan Himchan.
        “Salah satu murid gue di sekolah. Temen sekelasnya Jongup juga,” ujar Himchan dengan tatapan tetap mengarah ke Hayoung yang kini sudah melangkah ke arahnya lagi. “Hayoung ini juga calon adik iparnya Mas Yongguk.”
        Bomi melirik, takjub. Lalu saat menatap Hayoung, ia mendapati raut wajah cewek itu tidak kalah bingungnya disebabkan oleh ucapan Himchan tadi.
        “Yongguk calon suami Mba Chorong?” seru Hayoung memastikan ucapan Himchan. “Lho, bapak kenal juga sama si Mas Yongguk itu? Setau aku, Mas Yongguk itu kakaknya Jongup. Mas Yongguk itu temen sekolah bapak, temen kuliah, atau….”
        Himchan berpikir keras memilih kata untuk menjelaskan hal tersebut pada Hayoung. Beruntung, ia menangkap sesuatu yang dibawa Hayoung. “Itu kamu bawa apa?” serunya mengalihkan. Dan lucunya, Hayoung juga terpengaruh dengan perkataan Himchan.
        “Ini baju couple. Ikon baru di sini. Dan bapak adalah tamu pertama yang aku tawarin.” Dengan semangat, ia menyodorkan bungkusan masing-masing pada Himchan dan Bomi. “Tenang aja, aku kasih diskon kok.”

***

        Zelo sibuk membongkar lemarinya. Membentangkan beberapa pakaian. Namun kebanyakan membuatnya tidak puas dan berakhir dengan ia lemparkan ke atas tempat tidur. Tentu saja karena ukuran tubuh Zelo dan Jongup yang cukup jauh berbeda. Membuat Zelo tidak bisa meminjami Jongup pakaian miliknya.
        “Zel….”
        Sebuah panggilan membuat Zelo menoleh. Ia mendapati Jongup menyembulkan kepalanya dari celah pintu kamar mandi. Zelo mendekat sambil menyambar kimono handuk dari atas kursi belajarnya.
        “Kayaknya baju gue kegedean buat lo.” Zelo menyodorkan benda di tangannya. “Kita ke kamar Mas Youngjae aja.” Ia kemudian berbalik dan lebih dulu melangkah ke luar kamar.
        Tidak lama, Jongup menyusul Zelo yang sudah lebih dulu menuju ke kamar Youngjae yang sedang ditinggal penghuninya. Jongup memaksakan langkah untuk masuk ke dalam sana. Karena ucapan Zelo saat menyebut nama Youngjae sukses membuat Jongup merasa serba salah.
        Sebuah nama yang sangat sensitive di dalam keluarga Jongup. Nama seseorang yang Jongup tahu adalah salah satu kakaknya yang hilang. Hanya sekedar itu yang ia ketahui. Memang karena tidak ada yang bisa menceritakan lebih jauh dan G.Na yang sama sekali tidak ingin menceritakan apa pun.
        Sementara di dalam sana, Zelo mengeluarkan setumpuk pakaian milik Youngjae ke atas tempat tidur. “Lo pilih aja. Itu baju kakak gue. Kebetulan badan kalian nggak jauh beda, kok.”
        Jongup meraih tumpukan pakaian teratas yang dikeluarkan Zelo. Namun Zelo sendiri masih sibuk di depan lemari Youngjae. Ternyata Joungup mendapati sebuah kaos putih berlengan panjang. Tapi tanpa sengaja, ada sesuatu terlempar ke samping tumpukan pakaian milik Youngjae di atas tempat tidur.
        Jongup yang merasa tertarik dengan benda itu, langsung saja memungutnya. Sebuah foto usang berisi sebuah keluarga dengan 5 orang anak mereka yang semuanya laki-laki. Melihat itu, Jongup sukses tertegun.

Flashback…
        “Foto apaan tuh, Mas?” seru Jongup dengan tatapan penuh minat. Ia menyambar cepat beberapa lembar foto sebelum Himchan sempat bisa mencegahnya.
        Himchan hanya mampu menatap Jongup dari bawah. Mencoba menebak dari perubahan raut wajah Jongup. Sementara Bomi justru mengawasi Jongup dengan tatapan khawatir.
        “Kayak kita waktu kecil. Tapi….” Jongup, ia tidak sempat melanjutkan ucapannya karena Himchan sudah lebih dulu menyambar foto dari tangannya.
        Selembar foto lama. Berisi sebuah keluarga dengan 5 orang anak mereka yang semuanya laki-laki. Sama persis seperti yang Youngjae temukan di apartmen pribadi Doojoon saat di luar kota.
Flashback end…

        Suasana hening menguasai ruangan tersebut. Zelo yang merasa ada sesuatu yang aneh, menoleh dan mendapati Jongup masih memandangi foto tadi. Namun nampaknya Jongup menyadari bahwa ia tengah diawasi.
        “Kenapa di rumah lo ada foto ini juga?” desak Jongup yang dengan cepat menurunkan foto tadi dari hadapannya. Ia kemudian menunjukkan foto tersebut ke hadapan Zelo karena Jongup melihat cowok itu menatapnya tidak mengerti.
        “Gue nggak tahu. Itu Mas Youngjae yang nyimpen. Dan gue juga belum bisa nanyain apa-apa karena Mas Youngjae lagi ke luar kota.”
        Youngjae. Nama itu jelas terdengar saat Zelo menyebutnya. Tidak ada penambahan atau pengurangan huruf apa pun dari Zelo. Dan itu justru membuat Jongup semakin merasa ada sesuatu yang aneh terjadi antara keluarganya dan keluarga Zelo juga, mungkin.
        “Lo kenal orang-orang di foto itu?” Zelo tidak bisa menahan rasa penasarannya juga. “Kok lo kaget gitu ngeliatnya?”
        Jongup menatap Zelo. Mempertimbangkan, apakah ia bisa mempercayai Zelo jika menceritakan hal yang ia ketahui tentang foto tersebut.
        “Sorry, bukannya gue mau ikut campur. Tapi kalau lo mau cerita, mungkin nanti gue bisa bantu cari tahu lagi dari Mas Youngjae kalau dia udah pulang.” Zelo memberikan tawaran yang sangat sulit ditolak oleh Jongup.
        “Ini foto keluarga gue. Tapi cuma kakak gue yang ini yang nggak tinggal bareng gue.” Jongup akhirnya membongkar rahasia tersebut. Ia juga menunjuk foto seorang anak kecil yang digendong oleh ayahnya. “Dan gue juga nggak tahu dia ada di mana sekarang.”
        Zelo sukses dibuat tercengang oleh Jongup.
        “Setelah ini gue langsung pulang, ya? Bisa nitip Namjoo di sini, kan?” Suara Jongup akhirnya mengembalikan kesadaran Zelo. Namun Jongup sudah lebih dulu melesat masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

***

Flashback…
        Tatapan Youngjae akhirnya melemah seiring dengan desahan napas cowok itu. Youngjae juga sempat mengalihkan pandangannya dari mata Eun Ji. Sebelum akhirnya Youngjae memilih untuk membalikkan badan. Youngjae melangkah menjauhi Eun Ji. Menuju tempat tidur dan menyambar kemeja yang ia lempar ke atas sana.
        “Pernikahan kita nggak bisa dibatalin gitu aja.” Youngjae, cowok itu bicara dengan posisi membelakangi Eun Ji. “Dan setelah itu…” Youngjae sempat memberi jeda pada kalimatnya. “Kita lihat nanti aja,” tukas Youngjae akhirnya. Seperti ada sebuah beban yang tidak mungkin ia limpahkan pada Eun Ji juga.
        Eun Ji sama sekali tidak melepas pandangannya pada sosok Youngjae yang kini tampak melangkah ke arah pintu. Meninggalkan Eun Ji begitu saja di dalam kamar tersebut.
Flashback end…
      Peniel menghela napas, kasar. Sejak tadi ia tidak melepaskan tatapannya dari balik punggung Eun Ji yang berdiri di depan sebuah cermin besar. Cewek itu sedang mencoba sebuah gaun pengantin rancangannya sendiri. Tentu saja yang akan Eun Ji pakai dipernikahannya dengan Youngjae sekitar kurang dari 2 minggu lagi.
        “Ini rancangan khayalan gue.”
        Sesekali Peniel melempar tatapan ke arah lain. Tidak sanggup melihat Eun Ji lama-lama dengan tatapan hampa cewek itu melihat pantulan tubuhnya dicermin.
“Siapa yang bikin gaun dari sketsa gue yang ilang?”
        Peniel semakin menghindari Eun Ji yang bisa dipastikan tengah menatapnya melalui sebuah cermin besar.
        “Niel!” seru Eun Ji seakan merasa hilang harapan. Ia bahkan sampai berbalik sambil bersusah payah menggeser bagian bawah gaunnya yang menjuntai panjang hingga lantai. Cewek itu benar-benar memohon karena rasa penasarannya yang besar.
        Terdengar desahan berat dari Peniel. “Apa lo udah mulai ngebuka hati lo buat Youngjae?” Cowok itu justru melemparkan pertanyaan juga untuk Eun Ji.
        Pandangan Eun Ji berubah kosong. “Apa harus seperti itu?”
        “Menurut gue memang lebih baik seperti itu. Dari pada lo harus nunggu Gikwang yang nggak pasti keberadaannya. Atau lo mau sama Minhyuk aja?”
        Eun Ji mencari-cari sesuatu yang bisa ia lemparkan ke tempat Peniel berada. Namun hampir segalanya jauh dari tempat Eun Ji berdiri. “Ketahuan gue sama Youngjae!” desis cewek itu dengan wajah kesalnya.
        Kini terdengar kekehan kecil dari bibir Peniel. “Itulah yang namanya jodoh. Benar-benar nggak terduga.”
        “Lo ngomong apa, sih? Kayak udah nemu jodoh lo aja!” Kekesalan Eun Ji seakan bertambah. Ia kemudian berniat menuju ruang ganti untuk melepaskan gaun cantik yang melekat ditubuhnya.
        “Gue sih nggak tahu detailnya gimana. Tapi yang pasti, Youngjae bilang dia yang nemuin itu.”
        Mendengar penuturan Peniel, sukses menghentikan pergerakan Eun Ji yang baru saja ingin berbalik. Eun Ji pun menatap Peniel penuh minat. Benar-benar kejadian yang diluar dugaan.
        “Terus?” seru Eun Ji penuh antusias.
        “Dia nyewa tim kita buat ngerjain semuanya.”
        Eun Ji mengendalikan diri untuk tidak memaki Peniel. Karena biar bagaimana pun, Peniel tidak bisa sepenuhnya untuk disalahkan. “Kenapa lo nggak cerita ke gue? Biasanya lo selalu sharing apapun masalah di kantor!”
        “Udah, deh. Kalau mau protes, langsung ke Youngjaenya aja.”


***

        Hayoung menoleh saat merasakan seseorang berdiri di sampingnya. “Bagaimana, Pak?” serunya pada guru tampan yang baru saja mengenakan pakaian yang direkomendasikan Hayoung.
        Himchan memastikan kembali penampilannya pada cermin besar yang terpajang di sana. “Pas sih. Tapi masih ngerasa ada yang aneh. Mungkin karena baru pertama kali pakainya.”
        Kemudian, tidak ada yang bersuara lagi karena salah satu pintu ruang ganti terbuka dan memunculkan Bomi dengan dress panjangnya. Benar seperti yang Hayoung katakan bahwa itu pakaian couple. Jelas terlihat karena motif di baju Bomi, sama dengan motif pada kemeja yang Himchan gunakan bersamaan dengan jassnya.
        Melihat itu, Himchan nyaris tidak berkedip saat Bomi baru muncul tadi. Ia benar-benar terpesona. Meski rasanya masih agak janggal bahwa cewek itu adalah cewek yang hampir selalu membuatnya jengkel setiap mereka bertemu. Tapi jelas tidak untuk hari itu.
        Bomi sendiri berusaha mengabaikan tatapan Himchan yang bisa saja membuatnya salah tingkah. “Agak sedikit kepanjangan. Tapi mungkin karena aku pake sepatu flat.
        Hayoung hanya mengangguk saja menanggapi komentara Bomi tentang pakaian yang ia kenakan. Hayoung sempat menatap Himchan sesaat, namun tidak sampai menyadari raut wajah Himchan yang aneh saat menatap Bomi.
        “Aku ngiri sama kalian,” goda Hayoung.
        Bomi hanya tersenyum menanggapinya. Sementara Himchan, tidak berkomentar apa-apa. Di saat mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, tidak ada yang menyadari bahwa ada Yookyung di sana. Dan bahkan menyadari keberadaan Himchan.
        Bukan hanya Yookyung. Ternyata Eunkwang juga berada di tempat yang sama. Ia datang bersama seorang cewek yang terus saja menggandeng lengan Eunkwang. Setelah cewek itu melangkah seorang diri, barulah Eunkwang mendapati Bomi juga di sana.
        “Kim Himchan,” seru Yookyung.
        Merasa ada yang menyebut namanya, Himchan sontak menoleh. “Oh, Yookyung.” Hanya itu yang ia ucapkan seakan Yookyung hanya orang biasa dihidupnya. Ia masih ingin berlama-lama mengagumi Bomi.
        “Rasanya aku pengen jadiin kalian model buat baju itu,” ujar Hayoung. Dan dengan jahilnya, cewek itu menarik Himchan agar lebih dekat dengan Bomi. Tidak lupa ia juga sedikit menggeser tubuh Bomi hingga tidak ada jarak sama sekali dengan Himchan. Bomi bahkan sampai tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya. Beruntung Himchan membantu cewek itu hingga tidak sampai terjatuh.
        Himchan dan Bomi tidak sadar jika mereka masih saling tatap. Kejadian langka tersebut tidak disia-siakan oleh Hayoung yang ternyata telah siap dengan kamera ponselnya mengabadikan momen Himchan dan Bomi yang sama sekali belum pernah terjadi antara mereka. “Oh.. My.. God..” Hayoung bergumam takjub. Sedikit merasa iri dengan pasangan tersebut yang menurutnya benar-benar serasi.
        “Maaf, Mas.” Bomi akhirnya bisa mengembalikan kesadarannya. Ia melepaskan tangannya pada lengan Himchan. Lalu kembali berusaha berdiri normal.
        Hayoung masih mengaktifkan kameranya. Namun tangan seseorang menutupi lensa dan bahkan memaksa Hayoung untuk menurunkan ponselnya.
        “Hentikan!” desis Yookyung yang sudah memberikan tatapan tidak sukanya pada Hayoung. Cewek itu juga memberikan tatapan yang sama pada Himchan, dan terutama Bomi.
        Menerima tatapan seperti itu, sama sekali tidak membuat Himchan memperbesar jarak antara dirinya dan Bomi. Ia tetap berdiri di sana. Membuat Eunkwang berpikir bahwa sudah ada pria lain yang menggantikannya berada di hati Bomi. Dan tanpa ingin tahu lebih lanjut dengan sikap Yookyung, Eunkwang lebih memilih menyingkir dari sana. Bomi sendiri sempat menangkap sosok pemuda yang kini menjadi mantan kekasihnya, tapi ia tidak berniat mengejar Eunkwang.

***