Minggu, 28 Desember 2014

Masha And The K-Pop Idol

          Author tuh lagi iseng akut… selain suka k-pop, author juga suka kartun ‘Masha and the bear’… dan beginilah jadinya..

hahaha... demen aja nistain dua anak kecil ini...


Ini siapa yang saling menginspirasi siapa sebenernya?? ^_^


Sama-sama lagi tidur sih intinya.. hahaha


Jungkook kelakuan emang /siapa yang ngelakuin itu ke dede?/.. hahaha tapi kalah banyak kuncirannya sama Masha


Omaigat... /jauhkan cat pada anak-anak/ hahaha bisa kayak mereka ntar... *_*


yaishh... melet melet


Jungkook lagi ya... nggak mau kalah noh permennya.. -_-


dua anak kecil ini kalo ketemu bisa begitu kali ya... Jungkook pliss, jangan di dalem kotak juga ngumpetnya... -_-


kacamatanya Masha menginspirasi sepertinya... noh Yoseob, Daehyun sama V juga pake... /elaaaah,, banyak kali yang jual kacamata model begonoh... wkwkwkw/


hahaha... kali ini mereka maskeran bareng(?)


ishh... melet melet lagi sukaannya...


hahaha,,, ini lebih mirip lagi cara kuncirnya...


hoaamm... bobok yuk sama Masha and V... /sleep/


ayooo,, pilih di foto sama siapaaa?


yang ini salah fokus... ya kali di lagunya B.A.P, Masha yang jadi modelnya(?) /anggep aja temanya sama/


shy.. shy.. shy.. /maksa/ ^_^

 kelakuan emang si Masha.. Lah,, Jungkook yang minta maap(?) 


 jangan sekali-sekali ngajak J-Hope foto bareng... /nyakitin... hiks/ 


 eaaa... Kookie sombong... hahahaha


belagu amat lu Zel.. Zel.. wkwkwkw *_*

ini salah fokus lagi ya.. mentang-mentang Mashanya lagi nangis, terus diedit aja tuh ke lagunya MBlaq yang Cry... kekekeke

PERFECT LOVE (chapter 17)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun, Youngjae,
  Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast     :
·        A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo, Hayoung)
·        G.Na (Soloist)
·        B2ST (Doojoon)
·        BtoB
Genre               : romance, family, brothership
Length              : chapter

***

        Melihat kedatangan Hayoung, membuat Himchan dengan bangganya merapikan jas. Hayoung justru menatap remeh guru tampan di hadapannya tersebut.
        “Kalo udah lunas tuh emang bagus hasilnya,” kata Hayoung.
        Sontak Bomi mendekat ke tempat Hayoung berada. “Jadi kamu beneran nyuruh Mas Himchan buat bayar semuanya?”
        Himchan berusaha mencuri dengar pembicaraan dua cewek itu. Dan beruntung suara Bomi memang bisa ia dengar karena Himchan dengan sengaja ikut mendekatkan wajahnya di antara dua cewek itu. Bomi yang menyadari hal tersebut, langsung saja mendorong tubuh Himchan agar menjauh darinya.
        “Udah deh, jangan pada bahas baju. Kamu nggak mau ketemu Mas Yongguk, apa?” Himchan berujar mengalihkan.
        Bomi menatap Himchan, cukup serius dan merasa sedikit aneh dengan cara Himchan bicara padanya. Namun bukan Himchan namanya jika ia terlihat kalah dihadapan Bomi dan salah satu muridnya tersebut. Cowok itu meraih salah satu tangan Bomi dan ia genggam dengan cukup kuat.
        “Tugas lo sekarang nemenin gue buat ketemu Mas Yongguk dan Chorong,” putus Himchan. Tanpa ingin ada penolakan sedikit pun. “Kita duluan,” pamitnya pada Hayoung. Namun sambil menunjukkan senyumannya dan berusaha terlihat sangat ramah.
        Hayoung sendiri hanya terkekeh geli melihat kelakuan gurunya tersebut. “Jadi pengen cepet-cepet liat mereka nikah.” Dan pikiran jahil pun mulai menggerayangi otak cewek itu. Tapi hanya berlangsung sesaat. Karena tidak lama kemudian, terlihat sosok Jongup akan melintas bersama Namjoo.
Melihat itu, Hayoung terkekeh. Suasana yang terjalin antara Jongup dan Namjoo masih terlihat kaku. Jongup terlihat salah tingkah saat berjalan di samping cewek itu. Sementara Namjoo juga terlihat malu-malu dan takut jika ada yang memergokinya jalan dengan Jongup.
        Saat melintas di hadapan Hayoung, Jongup memang menyadari keberadaan cewek itu yang semakin membuatnya salah tingkah. Namun Hayoung justru menunjukkan kedua ibu jarinya untuk memberikan dukungan pada Jongup.
        Hayoung menatap kepergian Jongup dengan tatapan ikut merasa senang dengan yang dialami teman sekelasnya tersebut. Kemudian cewek itu berniat menuju tempat lain. Namun tak disangka, arah yang ia pilih justru membuatnya menemukan sosok cowok tinggi yang sudah sejak beberapa waktu lalu mulai mencuri perhatiannya. Zelo.
        Zelo berjalan seorang diri. Tampak bingung harus berbuat apa. Dan terlihat kesal karena tidak bisa menemukan seseorang yang sekiranya ia kenal. Tapi akhirnya kegelisahan Zelo berkurang karena ia juga menyadari keberadaan Hayoung yang kini hanya berjarak beberapa meter saja darinya.
        “Young, lo di sini sama siapa?”
        “Sama keluarga besar gue.”
        Zelo terlihat berpikir dua kali untuk bisa mengerti maksud ucapan Hayoung. “Lo keluarga dari…” Zelo sengaja menggantungkan ucapannya dengan maksud agar Hayoung meneruskannya.
        “Mba Chorong kakak gue.”
        Mendengar pengakuan Hayoung, membuat Zelo sedikit terkejut.

***

        Youngjae menahan tangan Eun Ji yang ia paksa untuk menggandeng lengannya. “Tetap kayak gini sampe kita ketemu orang tua lo,” desis Youngjae tepat di telinga Eun Ji. Mereka masuk ke dalam gedung untuk menemui orang tua Eun Ji dan ke dua mempelai tentunya.
        “Lo punya hutang penjelasan ke gue!” balas Eun Ji tak kalah tajam.
        Youngjae mendekatkan lagi wajahnya ke telinga Eun Ji meski cewek itu justru terlihat menjauh. “Apapun yang lo mau. Setelah kita ketemu mertua gue,” serunya dengan nada sedikit menggoda.
        Eun Ji hendak memberontak. Tapi tentu saja sekuat tenaga Youngjae menahan pergerakan cewek itu.
        “Kenapa nggak bilang kalau kalian datang bersama?” tanya Junhyung yang raut wajahnya berubah drastis dari saat Eun Ji belum datang. Ia kemudian memeluk Youngjae, singkat.
        Cowok itu tak lupa juga memeluk Hyuna. “Kejutan, Om.” Youngjae menjawab dengan nada sedikit jahil. Dan terlihat sangat akrab. Seolah ia memang sudah menjadi bagian dari keluarga tersebut.
        “Yaudah sana kalian makan dulu. Kayaknya Eun Ji lagi nggak pengen diganggu,” goda Hyuna pada putrinya yang tampak sangat tidak bersemangat.
        Eun Ji sendiri hanya bisa menahan kesal atas kejahilan ibunya tersebut. Namun di sisi lain, Youngjae justru tampak berusaha menahan tawanya melihat Eun Ji. Cowok itu sangat menyadari jika Eun Ji memang belum bisa benar-benar menerimanya.
        “Iya nih, Tan. Soalnya aku sempet ngerjain Eun Ji. Bilang kalau aku nggak bisa dateng. Jadi rada bête gini, deh.” Youngjae dengan sengaja bicara sambil mengawasi perubahan raut wajah Eun Ji. Dan saat Eun Ji menoleh padanya, Youngjae memberikan satu kedipan mata pada cewek itu.
        Junhyung dan Hyuna terkekeh geli melihat kejahilan calon menantunya itu. “Yaudah, kita nggak mau ganggu kalian.” Junhyung tampak merangkul Hyuna dan berniat membawa pergi istrinya tersebut.
        Youngjae sendiri juga sudah ingin mengajak Eun Ji pergi bersamanya. Namun ternyata Hyuna menghalangi.
        “Eun Ji, kamu pakai sepatu hak tinggi!” pekik Hyuna yang baru menyadari sesuatu yang digunakan anak perempuannya sebagai alas kaki.
        Eun Ji yang sedikit terkejut dengan suara tinggi Hyuna, tanpa sadar mempererat genggaman tangannya pada lengan Youngjae. Youngjae sendiri juga sebenarnya tampak panik. Namun ia harus bisa mengendalikan keadaan. Karena Hyuna tentu masih mengira Eun Ji tengah mengandung. Dan memang sangat bahaya untuk wanita hamil mengenakan sepatu ber-hak tinggi.
        Youngjae melepaskan tangan Eun Ji karena ia ingin merangkul cewek itu. Melingkarkan lengannya di pinggang Eun Ji. “Kan ada aku, Tan. Om sama tante tenang aja. Eun Ji pasti aman selagi ada aku.”
        “Cari perhatian terus,” bisik Eun Ji sepelan mungkin. Tapi tentu itu sebuah sindiran keras untuk Youngjae.
        Hyuna jelas tidak bisa mendengar apa yang Eun Ji katakan pada Youngjae. Ia hanya bisa tersenyum lega karena ucapan Youngjae tadi. “Jaga Eun Ji baik-baik, ya?”
        Setelah beberapa saat Junhyung dan Hyuna meninggalkan Eun Ji bersama Youngjae, cowok itu masih mempertahankan posisi seperti tadi. Bahkan saat Eun Ji berdeham keras pun, Youngjae sama sekali tidak merubah letak tangannya yang masih melingkar di pinggang Eun Ji.
        “Mau singkirin tangan lo, atau mau sepatu gue mendarat di jidat lo yang mulus itu?” Eun Ji memperingati Youngjae dengan tatapan setajam mungkin untuk cowok itu.
        Youngjae justru tersenyum. Seakan menandakan bahwa ancaman Eun Ji bukan berarti apa-apa untuknya. “Sayangnya gue nggak mau ngelepasin lo. Terlebih setelah satu minggu dari sekarang.”
        Eun Ji yang merasa sudah tidak mungkin melawan Youngjae, akhirnya memilih untuk berusaha menyingkirkan tangan Youngjae dari pinggangnya. Semula Youngjae memang luluh dan melepasnya. Tapi ternyata cowok itu memiliki rencana lain. Youngjae justru menarik salah satu lengan Eun Ji yang bebas hingga menyebabkan bibir Youngjae mendarat mulus di pipi Eun Ji. Seolah-olah tidak sengaja terjadi.
        “Daeh, bisa cubit aku?” Naeun ternyata melihat semua yang terjadi antara Eun Ji dan Youngjae. Dan ia hanya bisa tercengang, seakan tidak mempercayai pemandangan di hadapannya.
        Dengan polosnya, Daehyun meluruskan permintaan Naeun. Cowok itu benar-benar mencubit Naeun dibagian ke dua pipi cewek itu.
        “Akh!” jerit Naeun. Tentu saja membuatnya sedikit menjadi pusat perhatian orang-orang disekitarnya. Termasuk Eun Ji yang dengan cepat menoleh ke arah Naeun. Namun sayangnya Youngjae sudah lebih dulu pergi dari sana.
        Tertangkap oleh Eun Ji, Naeun hanya tersenyum kikuk. Sementara Daehyun juga tersenyum sambil menunjukkan deretan giginya yang putih.

***

        Yongguk membimbing Chorong untuk meninggalkan pelaminan. Selain itu, pesta resepsi pernikahan mereka juga sudah memasuki puncaknya. Tamu-tamu sudah mulai meninggalkan gedung. Hanya tersisa orang-orang terdekat saja di sana.
        Di salah satu sudut gedung, tampak Youngjae sama sekali tidak menjauh dari sisi Eun Ji. Ia menatap calon istrinya yang sedang makan itu penuh dengan tatapan yang sulit diartikan. Eun Ji meletakkan gelas minumannya yang sudah kosong dengan sedikit keras. Membuat Youngjae seakan sadar dari lamunannya.
        “Eh, lo mau ke mana?” seru Youngjae saat melihat Eun Ji bergerak.
        “Toilet!” balas Eun Ji tanpa menoleh ke arah Youngjae. Ia terus saja berjalan.
        Sementara itu, Yongguk ternyata masih berada di sekitar sana. Ia sedang berbincang dengan Jongup dan Zelo. Daehyun serta Himchan juga tampak mendekat tanpa cewek-cewek mereka. Namun keduanya tidak begitu saja bergabung ke dalam obrolan serius Yongguk, Zelo serta Jongup.
        “Daeh, kayaknya itu cowok yang kita liat di rumahnya Eun Ji, deh.” Himchan berujar dengan tatapan tertuju pada Youngjae.
        Daehyun sontak mengikuti arah pandang kakaknya. Tentu saja sebenarnya tebakan Himchan sangat tepat. “Youngjae.”
        Mendengar nama Youngjae disebut, sukses membuat Himchan terpaku. Belum lagi Youngjae benar-benar menghampiri mereka sepeninggal Eun Ji tadi. Hubungan antara Youngjae dan Daehyun juga tampaknya sudah mulai membaik.
        “Perasaan waktu Mas Yongguk mau nikah, nggak suram kayak lo, Young.” Daehyun berseru menggoda.
        Himchan yang berada di sana pun menyimak semua ucapan Daehyun. “Waah, kalian beneran akan nikah?” Ia mengerti maksud pembicaraan adiknya.
        Sesaat, Youngjae tertegun mendengar pertanyaan Himchan. Bukan hanya pertanyaan, bahkan ia terpaku mendapati Himchan berada di hadapannya. Tentu karena Youngjae teringat saat Zelo mengatakan bahwa gurunya tersebut yang membawa Youngjae ke rumah sakit. Dan bisa dipastikan, yang dimaksud oleh Zelo adalah Himchan.
        “Kayaknya gue belum sempat berterima kasih karena…”
        Belum sempat Youngjae menyelesaikan kalimatnya, Himchan sudah lebih dulu menarik Youngjae ke dalam pelukannya. “Nggak perlu berterima kasih. Itu udah kewajiban gue.”
        Youngjae sendiri cukup terkejut dengan perlakuan Himchan padanya. Namun ada hal yang membuatnya tidak bisa menolak sebuah pelukan yang terasa hangat untuknya. Pelukan hangat seorang kakak yang tidak ia miliki selama ini.
        Bukan hanya Youngjae yang terkejut atas pemandangan tersebut. Tapi juga Daehyun. Bahkan Jongup juga akhirnya menangkap kejadian itu. Jongup mencoba memberitahu Yongguk dengan mengguncang lengan kakaknya tersebut. Dan setelah Yongguk menyadari maksud Jongup, ternyata Zelo juga melihat ke arah yang sama. Tepat saat Himchan baru saja melepaskan pelukannya.
        “Sepertinya kalian belum berfoto.” Suara salah seorang fotografer di sana menginterupsi 6 orang cowok yang kebetulan berdiri tidak terlalu jauh. Ia sudah membidikkan lensa kameranya. “Ayo lebih merapat.”
        Meski terlihat saling melempar tatapan bercampur bingung, Yongguk dan yang lainnya tetap menuruti arahan sang fotografer. Berjejer dari kiri ke kanan, Daehyun, Himchan, Youngjae, Jongup, Yongguk serta Zelo.

***

        Bomi berinisiatif mendekati G.Na saat ia melihat sesuatu yang janggal terjadi pada wanita itu. G.Na membalikkan badan dan terlihat menyeka tepi matanya yang tampak basah.
        “Tante baik-baik aja?” ujar Bomi memastikan.
        G.Na tidak menjawab. Bomi sendiri juga tidak ingin memaksa. Namun tatapan cewek itu mengedar untuk mencari penyebab G.Na tampak sedih seperti itu. Sampai akhirnya, tatapan Bomi terhenti pada deretan 6 cowok yang sedang berfoto bersama. Bomi sontak berpegangan pada tepi sebuah meja terdekat. Ia sama terkejutnya dengan G.Na.
        G.Na sudah tidak tahan berada di sana. Wanita itu memaksakan diri untuk pergi dari sana. Berusaha tetap berjalan tegap meski sebenarnya G.Na sudah tidak sekuat itu. Dan karena G.Na sudah kurang bisa mengendalikan diri, wanita itu sampai menubruk tubuh Hayoung tanpa sengaja. Bahkan sampai membuat piring di tangan Hayoung terlepas hingga terjatuh dan pecah di atas lantai. Sementara G.Na sendiri sama sekali tidak merasa bersalah sedikit pun pada Hayoung dan lebih memilih terus melanjutkan langkahnya.
        Namjoo dan Bomi terlihat menghampiri Hayoung yang masih terlihat terkejut. Tentu saja kejadian tersebut sukses menyita perhatian orang-orang yang masih tersisa di sana. Naeun sendiri tampak berusaha menenangkan Chorong yang sudah ingin melesat ke tempat Hayoung berada. Karena Hayoung juga sudah di ajak menepi oleh Bomi serta Namjoo.
        Hanya Eun Ji yang berada paling jauh dari yang lainnya. Namun ia tetap menyadari kejadian tadi. Eun Ji juga tidak melakukan apa-apa karena ia melihat G.Na yang berjalan semakin dekat dengan tempat ia berada sekarang yang tidak jauh dari pintu utama. Setengah berlari menuju pintu utama.
        “Ibu!” Yongguk berseru keras. Dan ia hanya mengajak Himchan untuk bersamanya menyusul G.Na.
        Daehyun dan Zelo sudah lebih dulu ke tempat Hayoung berada bersama Chorong, Naeun, Namjoo dan Bomi. Tersisa Jongup serta Youngjae yang masih bertahan di tempat tadi bersama pikiran mereka masing-masing.
        “Apa ibu mertuanya Chorong itu seorang perawat?” Youngjae melempar pertanyaan pada Jongup yang ia temui di sana. Namun di saat yang bersamaan, Jongup pun berujar, “Zelo tadi ikut foto juga?”
Saat mengucapkan selamat pada Yongguk dan Chorong tadi, Youngjae juga Eun Ji tidak bertemu dengan G.Na. Dan tadi Youngjae baru menyadari keberadaan wanita yang pernah merawatnya saat di rumah sakit.
        Youngjae tidak merespon ucapan Jongup. Karena akhirnya ia melihat sosok Eun Ji dikejauhan. Setengah berlari menyusul G.Na sambil sedikit kerepotan memakai gaun panjangnya. Dan bukan hanya itu, terlihat pula Himchan serta Yongguk yang juga menyusul kemudian.
        Jongup langsung teringat sesuatu. Belum sempat Youngjae menyelesaikan kalimatnya, Himchan sudah lebih dulu menarik Youngjae ke dalam pelukannya. “Nggak perlu berterima kasih. Itu udah kewajiban gue.”
Sesaat Jongup tampak bimbang. Tapi akhirnya, Jongup pun memilih berjalan menuju orang-orang yang mengerumuni Hayoung karena Youngjae sudah lebih dulu mendahuluinya memilih menuju pintu utama.
        Jongup mendekati Bomi. Membawa cewek itu untuk sedikit menyingkir dan membisikkan sesuatu. Seusai Jongup menyelesaikan ucapannya, Bomi menatap cowok itu dalam. Memastikan bahwa ia tidak salah dengar.
        “Rasanya belum siap,” Jongup berujar pelan.
        Bomi menggerakkan kepala sebagai tanda ia mengajak Jongup pergi dari sana. Jongup mengangguk pelan, dan setelahnya Bomi mulai bergerak. Namun Jongup sempat menoleh sesaat ke tempat Namjoo untuk sekedar memastikan bahwa ia hanya ingin pergi sebentar dan meminta cewek itu untuk tetap di sana menunggunya.

***

        Di luar gedung resepsi pernikahan Yongguk dan Chorong terlihat banyak sekali karangan bunga dari beberapa orang penting sebagai ucapan selamat. Salah satunya dari Hyunseung Coorporation (Paradise Grup) dengan Yoon Doojoon sebgai pengirimnya. Dan G.Na, sudah berdiri di sana untuk beberapa saat. Memandang dengan tatapan yang sulit diartikan. Karena 2 nama itu, adalah sebuah nama yang sukses membuka kembali luka yang telah ia tutup rapat-rapat selama belasan tahun lebih.
        Sementara itu, Eun Ji yang sudah mengawasi G.Na sejak tadi ingin melangkahkan kakinya. Namun Himchan ternyata lebih sigap untuk menghalangi cewek itu dan mendahului Eun Ji untuk mendekati G.Na.
        Himchan yang sudah berdiri tepat di belakang G.Na, tampak masih terdiam. Seperti menunggu sesuatu. Ia juga tampak mempersiapkan diri saat melihat G.Na mulai bergerak dan berniat membalikkan badan.
        Yongguk dan Eun Ji tampak menunggu dalam jarak beberapa meter. Yongguk sempat bertanya pada Eun Ji melalui tatapan mata. Namun tidak ada yang bisa Eun Ji jelaskan. Kemudian, Youngjae tampak memunculkan diri dan berdiri tidak jauh dari tempat Eun Ji bersama Yongguk. Youngjae tentu juga bisa melihat posisi Himchan saat ini.
        “Ibu.” Himchan menatap lembut ke dua bola mata G.Na. Sorot mata penuh rindu atas kasih sayang seorang ibu. Dan kali ini, Himchan sudah tidak bisa menahannya. Cowok itu menarik G.Na ke dalam pelukannya. Sebuah hal yang memang belum pernah ia rasakan selama ini. “Mulai sekarang, ibu bisa berbagi semua penderitaan ibu pada kami. Aku mohon jangan seperti ini lagi.”
        Bomi dan Jongup akhirnya memunculkan diri di sana. Tepat saat Himchan dan G.Na berpelukan. Bomi yang tidak bisa menahan rasa harunya, memilih untuk membalikkan badan. Sementara Jongup berusaha menenangkan Bomi yang kini berdiri menghadap padanya dengan mengusap lembut kepala Bomi dan ia dekatkan pada pundaknya.
        Di tempatnya berada, Youngjae tampak mengepalkan tangannya. Ia tidak bisa memastikan apa yang sedang ia rasakan saat ini. Dan satu-satunya cara yang bisa ia lakukan adalah menjalankan rencana yang sudah ia susun sejak awal.
        “Ayo pulang.” Suara Youngjae yang terdengar tepat di belakang Eun Ji, membuat cewek itu berbalik. Bersamaan saat Eun Ji merasakan seseorang menyentuh tangannya. Dan yang melakukan itu adalah Youngjae. Cowok itu bahkan sampai mengajak Eun Ji untuk segera pergi dari sana.

***

        Seperti permintaannya, setelah menikah Chorong ingin tinggal di tengah-tengah keluarga Yongguk. Dimulai dengan malam ini, sepulang dari pesta resepsi pernikahan mereka. Dan saat itu, Chorong sudah berada di kamar Yongguk. Belum lama selesai mengganti pakaiannya. Sementara Yongguk sendiri sedang berada di luar. Bersama ibu dan adik-adiknya.
        Chorong yang resah, memaksakan diri untuk mengintip keadaan di luar melalui celah pintu yang ia buka sedikit. Ia sangat ingin bergabung di sana karena Chorong sudah menjadi bagian dari keluarga tersebut. Tapi Chorong masih menahan diri. Karena pembicaraan mereka sangat pribadi dan cukup serius.
”Apa yang ibu ceritain ke Bomi.. aku sama Jongup udah denger semuanya.”
        Chorong semakin mempertajam pendengarannya saat Himchan bersuara. Mereka sedang membahas tentang masa lalu G.Na. Bahkan wanita itu juga berada di sana. Semakin malam, obrolan mereka semakin serius. Chorong juga semakin tidak ingin meninggalkan tempatnya sekarang ini.

***

        G.Na sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Himchan masih setia berada di samping ibunya. Guru tampan itu memang yang paling sangat menunggu-nunggu suasana seperti malam ini. Bisa seleluasa mungkin mendekap ibunya.
Yongguk juga tampak membisu setelah Bomi kembali menceritakan tentang masa lalu G.Na yang memang belum diketahui Yongguk serta Daehyun. Jongup juga sedikit membantu karena beberapa kali Bomi sempat kehilangan kata-kata.
        “Apa yang bareng sama Eun Ji itu, Youngjae anak ibu yang hilang? Adik aku?” Terdengar suara berat Himchan. “Karena tadi aku sempet…”
        Belum selesai Himchan berbicara, Jongup lebih dulu menyelak dengan pertanyaan hebohnya. “Youngjae itu yang dulu katanya pernah deketin Mba Naeun bukan sih, Mas?” Jongup menatap Daehyun penuh minat.
        Sontak Daehyun menjadi pusat perhatian. Termasuk juga G.Na yang ikut menatap Daehyun sama penasarannya seperti yang lain. Sementara Daehyun sendiri langsung terlihat panik, hingga membuatnya tak bisa langsung menjawab pertanyaan ajaib yang dilontarkan Jongup. Calon dokter itu akhirnya hanya bisa menunjukkan deretan giginya yang putih. Sampai kemudian, ia menangkap sosok Naeun yang ternyata ada di sana. Duduk di sebelah kiri Bomi, sedangkan Daehyun duduk di samping kanan Bomi.
        Daehyun sedikit memajukan posisi duduknya untuk mempertegas tatapan pada Naeun. “Kok kamu nggak pulang?”
        Naeun tentu menatap kesal kekasihnya tersebut. Ia juga sampai memajukan sedikit kepalanya agar bisa melihat Daehyun. “Kan aku udah bilang mau nginep di rumah Bomi.”
        Bomi yang merasa terganggu dengan dua orang yang berada di sampingnya, mengangkat tangan agar Daehyun membatalkan niat untuk membalas ucapan Naeun. “Stop!” Selanjutnya, Bomi lebih memilih berdiri karena ia juga merasa menjadi penghalang antara Daehyun dan Naeun yang mungkin sedang ingin berdebat. “Kalian boleh lanjutin kalau gue udah ke belakang.”
        Himchan tersenyum sambil menatap mengikuti arah perginya Bomi menuju dapur. Yongguk hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Daehyun dan Naeun yang benar-benar masih saling adu mulut sepeninggal Bomi ke dapur tadi.

***

        “Kalian dari mana aja? Kenapa baru pulang?” Hyuna mendekat dengan cemas. Ia memang sudah menunggu-nunggu kepulangan Eun Ji dan Youngjae dari resepsi pernikahan Yongguk tadi.
        “Tante kayak nggak pernah muda aja,” goda Youngjae.
        “Ma, aku masuk dulu ya.” Eun Ji segera melesat masuk. Meninggalkan Hyuna bersama Youngjae. Ia bahkan tidak berpamitan sedikitpun dengan pemuda yang akan segera menikahinya tersebut.
        Hyuna sendiri tidak berkomentar apa-apa. Namun ia sedikit menaruh curiga pada Youngjae yang kini terlihat sedikit tidak nyaman ditatap seperti itu oleh Hyuna. “Kayaknya tante nggak pernah ngeliat kalian kayak selayaknya orang yang memiliki hubungan khusus. Sebenarnya kalian udah berapa lama berpacaran?”
        Youngjae berpikir cukup lama untuk memberikan jawaban yang memuaskan.
        “Tante jadi agak setengah hati ngebiarin kalian nikah. Rasanya masih banyak hal yang janggal.”
        Youngjae memejamkan mata sesaat, lalu menghembuskan napas sedikit keras. “Sebenarnya memang berawal dari kesalahpahaman.” Youngjae kembali terdiam. Berusaha merangkai kata sebaik mungkin agar Hyuna bisa menerima alasannya selama ini mau untuk menikahi Eun Ji.
        “Apa, Youngjae?” desak Hyuna yang sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya. “Ceritain ke tante. Mumpung Om Junhyung lagi nggak di rumah.”
        Sebelum menceritakan semuanya, Youngjae lebih dulu membimbing Hyuna menuju kursi yang ada di halaman rumah. “Hubunganku dan Eun Ji sebenarnya tidak bisa dikatakan baik. Aku menyukai Naeun. Dan Eun Ji adalah orang yang paling menentang hal itu. Karena dia tidak ingin hubungan sahabatnya dengan Daehyun itu hancur gara-gara aku.”
        Hyuna begitu menyimak tiap kata yang meluncur dari mulut Youngjae. Hyuna ingin mendengar semuanya dengan jelas sebelum ia menyimpulkan sesuatu yang salah.
        “Dan sebenarnya.. Eun Ji nggak hamil.” Ucapan Youngjae sukses membuat Hyuna melebarkan matanya. “Aku nggak pernah ngelakuin hal apapun karena kami memang nggak pacaran,” sambar Youngjae lagi sebelum Hyuna sempat menyelanya.
        “Tapi kena…”
        “Alasannya adalah karena aku ingin tahu masa lalu keluargaku.” Youngjae seolah mengerti maksud ucapan Hyuna. “Om Doojoon nggak bisa aku andelin. Dan satu-satunya jalan adalah melalui tante juga om Junhyung.”
        “Kenapa nggak bilang dari awal kalau Eun Ji nggak hamil?” Hyuna sudah terlihat cukup frustasi dengan Youngjae membeberkan semuanya.
        Dan kali ini Youngjae yang menjadi serba salah. Youngjae akhirnya memilih bersimpuh dipangkuan Hyuna. Menggenggam kedua tangan wanita itu dan memandang ke dalam mata Hyuna dengan tatapan lembut. “Aku tau aku egois, Tan. Hanya karena aku merindukan.. ibuku.”
        Mendengar itu, sontak Hyuna balik menatap Youngjae. “Kamu udah tau tentang…”
        Youngjae menggeleng cepat. “Aku cuma pernah denger Om dan Tante ngomongin tentang seseorang bernama G.Na saat acara di rumah Om Doojoon.” Cowok itu memberi jeda sesaat dalam ucapannya. “Dan harapan aku hanya pada kalian.”
        Tatapan Hyuna sedikit berubah. “Apa yang kamu mau sebenarnya?”
        “Aku memang belum mencintai Eun Ji sepenuhnya. Tapi aku juga nggak akan menyia-nyiakan Eun Ji begitu saja nantinya. Dan keinginan terbesar aku adalah.. jika wanita bernama G.Na itu adalah ibu kandungku, aku ingin tante mengundangnya ke pernikahan aku dan Eun Ji.” Youngjae menatap Hyuna dengan penuh kesungguhan.

***

        Eun Ji meremas ponselnya. Ia juga mendengar semua pembicaraan Hyuna dan Youngjae dari balik jendela rumah. Eun Ji juga sempat mengintip ke luar jendela. Di sana Youngjae sedang memeluk Hyuna. Beruntung posisi Youngjae menghadap ke jendela, dan Eun Ji bisa melihat ekspresi wajah cowok itu yang sudah sulit dimengerti. Rasa haru, bahagia bercampur sedikit penyesala. Semuanya tergambar di wajah tampan Youngjae.
        Kemudian, getaran ponsel milik Eun Ji membuat cewek itu tersadar dari keterpakuannya terhadap Youngjae. Sebuah panggilan dari Peniel. Dan Eun Ji menjawabnya sambil melangkah meninggalkan tempat itu.
        “Gikwang beneran ngehubungin lo? Dia bilang apa aja?” Terdengar suara Peniel yang mencecar Eun Ji.
        Cewek itu tiba di kamarnya dan langsung mengunci pintu dari dalam. “Ya gitu. Minta maaf, ngajak ketemu.”
        “Ya udah. Kalau emang lo butuh temen, gue siap nemenin lo ketemu Gikwang.” Peniel menawarkan diri.
        “Gue nggak akan nemuin Gikwang sebelum hari pernikahan gue dan Youngjae berlangsung,” ujar Eun Ji. Namun sedetik kemudian, Eun Ji membeku mengingat ucapannya sendiri.
        “Tapi lo tahu ‘kan alasan Gikwang dulu pergi? Bukannya lo juga masih cinta sama Gikwang sampai-sampai lo sama sekali nggak ngebuka hati lo buat Minhyuk? Ini kesempatan untuk memperbaiki hubungan kalian, Ji.”
        Eun Ji menarik kursi dan duduk di depan meja riasnya. Ia menopang kening dengan posisi tangan mengepal. Bingung karena hati dan pikirannya tidak sejalan.
        “Gue udah mempermalukan bokap dengan urusan kuliah. Dan gue nggak mau ngecewain lagi kalau pernikahan gue dan Youngjae gagal juga.”
        Terdengar suara Peniel mendesah di ujung sana. “Lo udah mulai terbiasa dengan kehadiran Youngjae?”
        “Nggak tahu.” Eun Ji menyerah. “Intinya, gue harus harus selesain urusan gue dan Youngjae dulu. Sisanya biar gue yang ngomong baik-baik ke Youngjae.” Eun Ji memutuskan sambungan telepon secara sepihak.
        Usai mengakhiri pembicaraannya di telepon dengan Peniel, Eun Ji kembali teringat dengan ucapan-ucapan Youngjae dengan Hyuna tadi. “Kalau Youngjae aja bisa manfaatin keluarga gue untuk bisa ketemu dengan ibu kandungnya, berarti gue juga bisa manfaatin dia untuk bisa pergi sama timnya Peniel,” batin Eun Ji.
        Masih dengan gaun yang ia kenakan pada pesta pernikahan Yongguk dan Chorong tadi, Eun Ji melangkah menuju balkon kamarnya yang terletak di lantai dua. Tepat bersamaan dengan mobil Youngjae meninggalkan rumahnya.

***

FC LOVE (chapter 14)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          :
·        B2ST/Beast Lee Gikwang
·        Infinite Lee Howon (Hoya)
·        SNSD Im Yoona
Support cast     :
·        Other member B2ST/Beast, Infinite and SNSD
·        Yong Hwa, Lee Jonghyun CN Blue
·        Siwan Ze:a
·        Jonghyun, Minho and other member Shinee
·        Member Super Junior, A-Pink, F(X)
Genre               : romance, family, friendship
Length              : chapter

***

        Eun Ji melirik arlojinya. Sudah hampir setengah 4 sore. Namun ia tetap berat untuk melangkah ke luar taman. Banyak hal yang menjadi pertimbangannya. Lalu beberapa menit kemudian, ada sepasang kaki yang berhenti tepat di hadapannya. Buru-buru Eun Ji mendongak. Dan saat mendapati Howon di sana, cewek itu segera bangkit. Tak lupa juga Eun Ji menyodorkan bungkusan di tangannya dengan sedikit paksaan.
        “Ini boleh jadi yang terakhir kalinya,” kata Eun Ji yang terburu-buru untuk segera pergi dari hadapan Howon. Cewek itu masih tak sanggup bertemu Howon lama-lama. Jika saja bukan karena masih ada hutang tugas mengantar seragam, cewek itu pasti lebih memilih untuk tidak di sana.
        “Kak Hoya!” seru suara nyaring yang sukses membuat Howon membatalkan niat untuk melangkah mengejar Eun Ji.
        Howon menoleh sambil merendahkan tatapannya karena yang memanggil tadi adalah sahabat ciliknya yang ia kenal di taman tersebut. Yoogeun dan Leo. Tentu setelah Eun Ji sudah tidak terlihat di sana.
        “Kok Kak Hoya baru dateng, sih? Padahal kan pacarnya kakak udah dari tadi duduk di situ,” seru Yoogeun dengan mimic lucunya.
        “Ikh, Yoogeun! Kakak tadi bukan pacarnya Kak Hoya.” Leo tampak memprotes karena ia tidak sependapat dengan Yoogeun.
        “Biarin aja. Kakak tadi kan cantik, dan Kak Hoya juga ganteng. Mereka cocok kalau pacaran.” Yoogeun juga tak mau kalah untuk membela diri.
        “Tapi kan belum tentu juga,” Leo masih membalasnya. Membuat Howon sukses sakit kepala karena mereka.
        “Yoogeun, Leo!” seru Howon berusaha melerai keduanya. “Udah, ya. Jangan berantem.”
        “Iya, Kak. Kita nggak berantem lagi,” sahut Leo menurut dan langsung disetujui oleh Yoogeun.
        “Kita main bola lagi kan, Kak?” seru Yoogeun penuh semangat.
        Kali ini Howon dibuat bungkam karena pertanyaan Yoogeun yang sangat berharap mereka bisa bermain bersama lagi. “Maaf ya Yoogeun… Leo…. Kakak ada latihan sama temen-temen kakak.”
        Terlihat wajah kecewa dari dua bocah laki-laki itu.
        “Tapi sebagai gantinya, kakak akan beliin kalian es krim, mau kan?” Howon tak kehabisan akal untuk membujuk mereka.
        “Iya, Kak. Mau…” seru keduanya dengan kompak. Tentu mereka tidak akan melewatkan jika ada yang ingin memberikan es krim secara gratis.
Mereka kemudian berjalan meninggalkan taman dengan Howon menggandeng Yoogeun dan Leo di ke dua sisinya. Ia mengajak dua bocah kecil itu menuju mini market yang tidak jauh dari sana. Howon bahkan juga membeli es krim untuk dirinya sendiri. Setelah itu mereka kembali ke taman untuk menikmati es krim.

***

        Setelah beberapa hari saling diam, Yoona akhirnya mengalah. Kembali ke mejanya semula di barisan paling belakang bersama Gikwang. Dan saat cowok itu tiba di kelas, Yoona terlihat menggeser sebuah kotak bekal hingga berada di area meja milik Gikwang.
        Gikwang tidak langsung duduk dikursinya. Setelah melihat perlakuan Yoona tadi, ia menoleh ke meja tempat Yoseob duduk dengan Tiffany untuk memastikan sesuatu. Suasana sudak kembali seperti sebelumnya.
        Yoona sedikit tertunduk. Menghindari pandangan dengan Gikwang yang kini sudah kembali menatap cewek itu. Sesaat terdengar suara helaan napas, berat. Lalu kemudian Gikwang berujar, “gue minta maaf, Yoon.”
        “Lo nggak salah, Kwang.” Yoona menyelak cepat.
        “Tapi lo putus sama cowok lo, kan?”
        Suara Gikwang sempat menyita perhatian beberapa teman sekelas mereka yang lain. Terutama Tiffany yang langsung melempari Yoona tatapan penuh tanya. Seolah memastikan ucapan Gikwang tadi.
        Yoona berusaha untuk tidak terlihat panik. Ia juga berusaha memberikan kode pada Gikwang untuk segera duduk melalui tatapan matanya. Namun saat melirik ke tempat Tiffany berada, cewek itu belum menyerah sampai ia mendapatkan apa yang ia mau. Jawaban kepastian tentang pertanyaan Gikwang tadi.
        Belum sempat Yoona menjelaskan, bel masuk sudah lebih dulu berdentang. Memaksa Tiffany untuk sementaramenahan rasa penasarannya. Sementara Yoona akhirnya bisa bernapas, lega.
        “Kalau masalah cowok gue, lo tenang aja. Gue sama dia memang udah saatnya buat pisah.” Yoona mencuri-curi kesempatan untuk bicara pada Gikwang setelah guru mereka masuk tadi.
        “Masalahnya kan kita kepergok di rumah gue. Dan cuma berduaan pula.”
        “Ya udahlah, nggak usah terlalu ngerasa bersalah.” Yoona sambil mengeluarkan beberapa buku dari matapelajaran terkait. “Lo cuma nggak tahu aja apa yang gue sama Jonghyun alamin akhir-akhir ini.”
        Sesaat Gikwang tidak membalas lagi ucapan Yoona. Ia sibuk mengendalikan perasaannya sendiri. Padalah tidak hanya hitungan hari saja ia mengenal Yoona. Meski belum bisa dibilang terlalu lama juga.
        “Ada kesempatan buat gue ngedeketin lo dong, ya?” seru Gikwang yang sudah sekuat tenaga melawan rasa gugupnya.
        Yoona menoleh cepat. Namun Gikwang justru lebih cepat untuk menghindari tatapan cewek itu. “Bukannya kita emang deket, ya? Ini aja di kelas duduknya satu meja.” Yoona bicara tak kalah gugup.
        “Kalau emang mau lebih deket lagi, sambil motongin rumput di lapangan bola sepertinya seru.”
        Yoona dan Gikwang langsung membeku karena ada suara orang lain diantara pembicaraan mereka berdua. Keduanya sama-sama saling melempar tatapan. Sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi setelah ini. Guru mereka, Ryeowook, sudah berdiri di samping Gikwang dan mendengar semua obrolan cowok itu dengan Yoona.

***

        “Hati-hati!”
        Siwan menahan tangan Seulong yang memegang pundaknya. “Nggak pa-pa, Om.”
        Tentu Seulong ingin membantu Siwan karena cowok itu berjalan dengan kondisi kaki yang sedikit pincang akibat kecelakaan beberapa waktu lalu. Kecelakaan yang sukses mengubur impian Siwan bermain sepakbola.
        Saat ini, Seulong dan Siwan baru tiba di bandara setelah melakukan perjalanan melalui udara dari Surabaya. Seulong membantu Siwan untuk membawakan koper. Namun Siwan tentu menolaknya. Belum bisa menerima sepenuhnya perlakuan Seulong karena ia memang menghormati pria itu.
        Siwan sempat melirik jam di tangan kirinya saat tengah menunggu Doojoon yang akan menjemput mereka. “Jam segini Yoona pasti masih di sekolah.”
        Mendengar Siwan berujar, Seulong ikut melihat arlojinya. Baru jam 9 pagi. “Sore ini bisa langsung ke klub ‘Running Boys’? Biar nanti sekalian dijemput Doojoon.”
        “Bisa kok, Om. Tapi nanti minta anterin Chunji aja.”
        Seulong sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Ia tentu ingin memperhatikan anaknya. Tapi mungkin Siwan yang justru tidak ingin merepotkan Seulong. “Ya sudah terserah kamu saja,” seru Seulong akhirnya.

***

        Mereka benar-benar menikmati ‘hukuman’ yang diberikan guru mereka, Ryeowook. Yoona dan Gikwang. Ke duanya sedang menyapu tribun penonton. Sambil mengobrol seru, mereka terkadang tertawa bersama tanpa melupakan tugas mereka.
        “Myungsoo tuh kadang-kadang konyol. Gue bener-bener dianggep kembarannya cuma gara-gara punya nama sama. Padahal mah muka beda jauh.”
        Sambil tertawa, Gikwang mengajak Yoona untuk menyingkir dan beristirahat sebentar. “Iya iya gue tahu kalau Myungsoo itu punya kembaran cewek. Cuma, semenjak Yonna meninggal, Myungsoo jadi sering main sama gue, Sunggyu, sama temen-temen gue juga. Tapi lo nggak pacaran sama Myungsoo?”
        “Nggak lah. Myungsoo udah naksir salah satu temen sekolahnya gitu,” jelas Yoona. “Eh, Kwang.” Yoona menginterupsi sesaat obrolan seru mereka karena ada sesuatu yang menarik perhatiannya. “Itu ada bola. Lo nggak mau main bentar?”
        Gikwang sempat melihat bola sepak yang Yoona maksud, tergeletak di salah satu sudut tribun. Namun Gikwang sempat menatap Yoona lagi. Mempertimbangkan saran Yoona yang jelas-jelas tidak terlalu menyukai sepakbola.
        “Hmm… soalnya gue sempet denger dari Tiffany, sekolah kita bakal ada pertandingan ke dua lawan sekolahnya Myungsoo. Lo terdaftar jadi pemain di sini, kan?” seru Yoona lagi.
        Hening kemudian. Gikwang tidak menjawab pertanyaan Yoona yang terakhir tadi. Lalu beberapa saat berlalu, Gikwang tampak berdiri. Membuka kemeja seragam sekolah sebelum akhirnya memungut bola sepak tadi dan membawanya ke tepi lapangan sepakbola.
        Yoona menunggu dengan semangat untuk melihat permainan Gikwang yang sempat membuatnya terpesona saat pertama kali bertemu cowok itu. Namun tiba-tiba, ada seseorang yang duduk di samping Yoona. Saat menoleh, Yoona mendapati Eun Ji di sana dengan tatapan kurang bersahabat padanya.
        “Nanti sore balik lo lagi aja yang ngurusin baju-bajunya Hoya.” Ucapan Eun Ji sukses membuat Yoona melebarkan matanya.
        “Kenapa…”
        “Lo masih nanya kenapa?” desis Eun Ji menyelak ucapan Yoona. “Jelas-jelas Hoya lebih milih lo dari pada gue.”
        Yoona mendesah, berat. Namun ia atau pun Eun Ji tidak ada yang menyadari kalau suara keras Eun Ji sukses mengalihkan Gikwang dalam permainan sepakbolanya.
        “Ji.. Perkenalan gue sama Hoya itu sama sekali nggak terduga. Dan kedekatan kami sama sekali nggak seperti yang lo pikirin.”
        “Lo mungkin nggak, tapi Hoya…?”
        “Sekarang gini aja,” tegas Yoona. “Apa yang lo mau gue lakuin biar lo nggak berpikir gue punya perasaan ke Hoya? Lo mau gue nunjukin ke lo kalau gue udah punya cowok?”
        Tepat saat Yoona mengakhiri ucapannya, Gikwang sampai di tengah-tengah ke dua cewek tersebut. Termasuk pula Howon yang tiba tak lama kemudian setelah Sungyeol yang sudah melihat kejadian Eun Ji dan Yoona, memberi tahu Howon tentang kejadian tersebut.
        Yoona sempat menyadari keberadaan Howon. Namun tatapannya berakhir pada sosok Gikwang yang berdiri berseberangan dengan Hoya. “Bukannya waktu itu lo pernah ngasih satu permintaan ke gue?” seru Yoona untuk memastikan kejadian saat Gikwang mendadak harus berlatih di klub ‘Running Boys’.
        Gikwang tampak berpikir sesaat. Ia juga sempat melempar tatapan pada Eun Ji serta Howon secara bergantian. Namun akhirnya ia mengingat dengan jelas kalau ia memang memberikan Yoona sebuah permintaan yang tidak boleh ia tolak sama sekali apapun yang Yoona pinta. Saat itu juga Eun Ji berada di sana dan mendengar semuanya.
        Yoona mempertegas tatapannya pada Gikwang. “Gue belom pakai dan itu masih berlaku, kan? Gue juga bisa minta apapun, kan?”
        “Iya, Yoon. Lo bisa minta apa aja ke gue,” kata Gikwang akhirnya.
        Yoona menghela napas, lega. Sementara Howon diam-diam mengepalkan ke dua tangannya. Howon sama sekali tidak melirik Eun Ji. Ia hanya fokus pada Yoona dan Gikwang. Belum lagi masalah saat di rumah sakit yang membuat Howon semakin menatap tak suka pada Gikwang.
        “Kwang!” seru Yoona hingga Gikwang mengembalikan tatapan padanya. “Kita pacaran. Mulai hari ini.” Belum selesai keterkejutan Gikwang dengan perkataan Yoona tadi, cewek itu sudah lebih dulu meraih salah satu tangan Gikwang dan menautkan jari-jari mereka. Yoona lalu menatap Eun Ji untuk memastikan sesuatu. “Sekarang udah lebih tertutup kan celah untuk gue ngerebut Howon dari lo. Karena gue udah sama Gikwang. Apa pun kondisinya sekarang.”
        Tanpa menunggu respon dari siapa pun, Yoona menarik tangan Gikwang untuk meninggalkan tempat tersebut. Howon dan Gikwang saling melempar tatapan sebelum Gikwang benar-benar sudah menjauh dari sana. Dan tak lama kemudian, Howon menyusul pergi. Meninggalkan Eun Ji di sana seorang diri.
        Tidak, masih ada Sungyeol yang tadi berdiri cukup jauh dari kerumunan. Saat ingin berbalik dan pergi, Eun Ji menahan cowok itu.
        “Tunggu,” seru Eun Ji menghentikan langkah Sungyeol.

***

        Sesudah ada kejadian di lapangan sepakbola tadi, Yoona dan Gikwang kembali saling diam. Yoona yang bingung harus bersikap seperti apa dihadapan Gikwang. Sementara Gikwang tidak ingin merusak suasana jika ia menanyai tentang permintaan Yoona yang ingin ia menjadi pacar dari cewek itu.
Yoona sama sekali tidak bersuara. Kecuali saat ia memberikan sebuah bekal makan yang memang ia bawa untuk Gikwang. Sisanya, sama sekali tidak ada sepatah kata pun yang meluncur dari bibir Yoona. Sampai akhirnya, bel pulang membubarkan kelas. Termasuk Yoona yang secepat mungkin berusaha meninggalkan kelas.
        Namun Yoona sempat berpamitan sesaat pada Gikwang selayaknya yang biasa dilakukan teman sekelas. “Gue duluan.”
        Di depan kelas, Yoona mendapati tubuh tinggi Sungyeol menghalangi jalannya. Saat mendongak, ternyata Yoona sudah mendapati sebuah tas karton yang diulurkan Sungyeol padanya.
        Sungyeol hanya menggerakkan tas karton ditangannya sebagai tanda agar Yoona menerima benda itu. Namun Yoona belum bereaksi apa-apa. Membuat Sungyeol yang tidak sabar, meraih salah satu tangan cewek itu dan menyerahkan paksa tas tersebut pada Yoona.
        “Yeol!” seru Yoona menghentikan langkah Sungyeol yang sudah lebih dulu meninggalkannya.
        Merasa tidak ada harapan untuk Sungyeol merespon teriakannya, Yoona lebih memilih mengalah. Dan tepat kemudian, Gikwang muncul bersama Yoseob serta Tiffany. Tidak hanya sampai di sana, ternyata Minho juga berada di sana. Tentu untuk menemui Tiffany.
        Suasana sontak sedikit menegang setelah Minho memunculkan diri tadi. Yoona juga semakin tidak mengeluarkan kata-kata. Namun tidak ada satu pun yang berniat meninggalkan tempat itu. Terlebih Minho dan Gikwang yang saling melempar tatapan karena pengaruh kejadian saat di rumah sakit.
        “Sore ini latihan di sekolah. Jam 4, dan jangan terlambat.” Setelah menyelesaikan ucapannya pada Gikwang, Minho mengulurkan tangan sebagai tanda agar Tiffany ikut pergi dengannya.
        Yoona tampak mendesah pelan. Setelah itu, ia ikut melangkah meninggalkan Gikwang beserta Yoseob sambil membawa serta tas karton pemberian Sungyeol padanya tadi.

***

        Kedua pemuda itu saling berhadapan. Howon masih dengan mempertahankan tatapan tak sukanya. Sementara Gikwang, menatap Howon dengan sorot mata yang sulit untuk diartikan. Meski kemungkinan besar cara Howon menatap mewakili perasaannya yang tak suka melihat Yoona meminta Gikwang menjadi pacarnya tadi. Dan kini mereka hanya berdua, berdiri berhadapan di area parkiran.
        “Ada perlu apa lo sama gue?” desis Howon tajam. Ia masih di sana karena memang tadi Gikwang menghentikannya.
        Gikwang menghela napas berat sesaat sebelum mengulurkan sebuah tas karton ke hadapan Howon. “Seragam bola milik lo.”
        Howon merebut dengan gerakan sedikit kasar. Kemudian, tanpa berkata apa-apa lagi, cowok itu membalikkan badan dan berniat untuk meninggalkan Gikwang di sana.
        “Bagusnya lo juga balikin seragam milik gue secara langsung.” Suara Gikwang sukses membuat Howon menghentikan langkah. “Bukan dengan nitip ke Yoona.”
        Howon masih mempertahankan posisinya. Keringat dingin kini justru membasahi wajah tampan Howon. Napasnya terlihat sedikit memburu. Beberapa kali Howon tampak memejamkan matanya. Namun tidak berhasil membuatnya merasa sedikit lebih baik.
        Gikwang tanpa sadar melangkah mendekat. Tapi langkahnya terhenti karena tiba-tiba ada seorang siswi berseragam SMA berjalan sedikit tergesa-gesa mendahului Gikwang untuk mendekati Howon.
        “Mas Hoya masih sakit? Mas Minho mana? Jangan bilang dia udah pulang duluan sama ceweknya?” cecar cewek itu yang ternyata adalah Sulli. Adik bungsu Howon dan Minho tersebut menatap kakaknya dengan sangat khawatir. Ia bahkan sampai mencari-cari sebuah sapu tangan untuk menyeka kening Howon.
        Howon menggenggam tangan Sulli yang masih menempelkan sapu tangan tersebut ke keningnya. “Gue nggak-papa, kok. Kita pulang.”
        “Emang Mas Hoya masih kuat nyetir? Kita cari taksi aja, ya? Mobilnya bisa ditinggal dulu di sekolah.” Secara tidak langsung, Sulli melarang Howon untuk menyetir. Dan dari cara Sulli memperlakukan Howon, membuktikan bahwa kondisi cowok itu tidak dalam kondisi baik.
        Gikwang sendiri masih berada di sana. Mengawasi cara Sulli memperhatikan Howon. Sesuatu yang belum pernah ia alami dalam hidupnya. Dan ia merasa iri akan hal tersebut.
        “Tenang. Gue bisa, kok.” Howon memaksakan kakinya bergerak. Namun ia justru tidak bisa mengimbangi berat badannya. Beruntung Sulli dengan sigap menahan tubuh Howon yang lebih besar darinya.
        “Mas Hoya!” jeritan Sulli bersamaan dengan gerakan Gikwang yang ikut membantu menopang berat badan Howon.
        “Hoya,” gumam Gikwang. Ia bisa melihat wajah pucat Howon dari jarak yang sangat dekat.
        Tanpa sepengetahuan Gikwang, ternyata Sulli memperhatikan cowok itu dan teringat sesuatu.

Flashback…
        Sungmin menatap Howon yang menurutnya cukup kurang ajar. Namun sama sekali nggak bisa ia luapkan secara lepas emosinya itu. Ia kini hanya mampu melirik Ga In dengan tatapan meremehkan. “Ajarin anak kamu sopan santun!” desisnya tajam.
        “Yoon,” gumam Gikwang yang masih belum melepaskan tatapan dari Yoona. Cewek itu juga berdiri tak jauh di belakang Ga In dan Howon.
        “Gikwang, ayo!” Kali ini Sungmin benar-benar menyeret Gikwang untuk pergi dari sana.
        “Nanti gue telpon deh,” kata Gikwang akhirnya karena ia nggak mungkin melawan perintah ayahnya meski sebenarnya ada hal yang sangat ingin ia tanyakan pada cewek itu.
        Yoona hanya sempat mengangguk sebagai jawabannya karena Gikwang sudah lebih dulu dibawa pergi oleh Sungmin. Tepat di samping Yoona, Sulli melirik cewek itu dengan tatapan iri. Sejak pertama kali bertemu di UKS sekolahnya, Sulli memang tampak menyukai Gikwang. Namun belum ada satu pun yang mengetahui hal tersebut.
Flashback end…

        Sulli sibuk dengan pikirannya sendiri. Kejadian saat di rumah sakit membuatnya bingung. Terutama saat Gi Na mengatakan bahwa ia adalah ibu kandung Gikwang. Dan itu besar kemungkinan jika ia dan Gikwang bersaudara. Tentu Sulli tidak bisa terima semuanya dengan mudah. Karena ia.. menyukai Gikwang.
        “Kamu aja yang nganterin Mas Hoya pulang!” seru Sulli. Bahkan sebelum Gikwang sempat meresponnya, cewek itu sudah lebih dulu meninggalkan Gikwang bersama Howon yang sedang dalam kondisi sakit.
        “Hei! Kamu!” teriak Gikwang untuk menghentikan Sulli. Namun ia kesulitan untuk menyebut nama cewek itu karena ia memang belum mengenal Sulli secara langsung. Namun saat kembali melihat kondisi Howon, Gikwang tersadar. Keselamatan cowok itu lebih penting. Gikwang kemudian melingkarkan salah satu tangan Howon ke pundaknya.

***

        “Jadi lo udah beneran putus sama si Jonghyun itu?” pekikan suara Myungsoo membuat Yoona menyumpal mulut cowok itu dengan roti panggang miliknya.
        Yoona menatap Myungsoo, jengkel. “Nggak usah bahas itu lagi, bisa?” desisnya yang kemudian kembali menyeruput jus melon pesanannya.
        Myungsoo tidak langsung merespon karena ia sibuk menghabiskan roti dalam mulutnya. “Ya terus, kenapa lo malah bête gitu?” Myungsoo menelan sisa roti dalam mulutnya. “Bukannya lo emang udah nggak nyaman sama hubungan kalian?”
        Yoona mendesah berat sebelum menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dengan sedikit kasar. “Lo kenal lama sama Gikwang?”
        “Lumayan. Udah sejak SMP. Bang Gikwang juga temenan sama Bang Sunggyu.” Myungsoo menjawab dengan jelas. Ia bahkan tidak menyadari ekspresi Yoona saat Myungsoo menjelaskan kedekatannya dengan Gikwang. “Tapi diantara temen-temen Bang Sunggyu yang lain, gue sih emang lebih deket sama Bang Gikwang. Mungkin karena dia anak tunggal juga, jadi dia nganggep gue kayak adik sendiri,” lanjutnya membuat Yoona semakin tidak nyaman dengan kondisi seperti sekarang ini.
        Yoona membersihkan tenggorokannya. “Kalau masalah cewek…” Yoona sengaja menggantungkan ucapannya. Ia tidak ingin Myungsoo kembali menyerangnya tentang alasan Yoona menanyai masalah Gikwang.
        Myungsoo nampaknya tidak terlalu ingin ambil pusing dengan nada bicara Yoona yang bisa saja membuatnya curiga. Myungsoo sedikit berpikir tentang pertanyaan Yoona yang terakhir tadi. “Hmm.. yang gue inget sih Bang Gikwang lagi nggak punya cewek kalau sekarang-sekarang ini.”
        Kemudian, mereka saling diam karena Yoona tidak bertanya apa-apa lagi setelah itu. Namun nyatanya tidak berlangsung lama. Saat Myungsoo sedang sibuk menghabiskan makan siangnya, Yoona kembali berujar. “Kalau cewek yang dia suka?”
        Myungsoo mendongak cepat. Tentu Yoona sudah mengantisipasi hal tersebut. Maka saat Myungsoo menoleh padanya, Yoona sudah lebih dulu mengalihkan tatapannya agar tidak saling bertemu. Dan akhirnya, Myungsoo menyadari kejanggalan yang terjadi sejak tadi. Cowok itu menatap Yoona, intens.
        Ragu-ragu Yoona melirik Myungsoo untuk memastikan cara cowok itu menatapnya. Dan, benar. Kini Myungsoo sudah mencurigainya. Adik dari Sunggyu itu bahkan sampai sedikit memajukan posisi duduknya agar bisa lebih dekat menatap Yoona.
        “Lo suka juga sama Bang Gikwang?” desis Myungsoo mempertahankan kecurigaannya.
        “Suka juga?” Yoona justru melemparinya pertanyaan juga.
        Myungsoo menarik kembali punggungnya hingga berposisi seperti semula. “Kayaknya sih Bang Gikwang suka sama lo, deh.”
        Yoona sukses tersedak mendengar ucapan Myungsoo tadi. Tapi nampaknya Myungsoo sendiri tidak menganggap hal tersebut sesuatu yang harus dibesar-besarkan. Bahkan cowok itu tidak melakukan apa-apa untuk membantu Yoona yang tersedak.
        “Apa dia bakal bisa sesantai itu kalau gue bilang gue nembak Gikwang secara nggak langsung?” Yoona kini justru menatap kesal pada Myungsoo yang memang benar-benar terlihat santai.

***

        Gikwang membantu Howon untuk berbaring diranjangnya. Lalu tidak lama kemudian, Ga In datang dengan sebuah baskom berisi air dingin di tangannya. Melihat cara Ga In merawat Howon, membuat Gikwang teringat ayahnya. Sungmin juga akan langsung turun tangan jika dirinya terkena demam.
        Kemudian, Ga In membawa Gikwang untuk makan siang di rumahnya. Mereka duduk berseberangan. Sementara Ga In menyendokkan nasi ke piring yang ia berikan pada Gikwang.
        “Apa Sungmin memperlakukanmu dengan baik?”
        “Papa bahkan bikin aku lupa kalau aku sebenarnya masih membutuhkan sosok seorang ibu.”
        Mendengar itu, Ga In melepaskan sendok ditangannya dan terjatuh tepat di atas piring kosong. Bunyi nyaring tersebut sama sekali tidak menggoyahkan perasaan Gikwang. Ia sama sekali tidak bergerak saat Ga In seakan hilang keseimbangan. Tapi untungnya, wanita itu bisa langsung menjatuhkan tubuhnya di kursi dengan aman.
        “Ibu!” Howon berseru lemah. Ia melihat kejadian tadi dari ambang pintu dapur. Perlahan Howon melangkah menghampiri ibunya. Duduk di samping Ga In dan merangkul wanita itu penuh kekhawatiran. “Ibu nggak-papa?”
        Ga In memandang Howon dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Ini pertama kalinya Howon terlihat begitu lembut. Terutama di hadapan Ga In. Karena selama ini Howon memang terkenal cukup bandel dan kerap kali membuat ibunya sakit kepala dengan sikap jahilnya.
Rahang Gikwang tampak mengeras menyaksikan perilaku Howon terhadap Ga In. Tentu ia tidak sekejam itu memperlakukan Ga In. Ia hanya tidak ingin menunjukkan kelemahannya terhadap Ga In. Meski Gikwang sendiri belum tahu masalah apa yang pernah terjadi antara Sungmin dan Ga In dulu, tapi ia juga bisa merasakan jika Ga In sendiri sama sekali tidak memperkenalkan atau memberi tahu Howon tentang Sungmin. Dan itu membuatnya menjadi sedikit sakit hati. Ga In seperti tidak menginginkan keberadaannya.
        “Apa itu yang diajarin bokap lo?” desis Howon dengan tatapan menusuk. Lurus dan tepat ke dalam mata Gikwang.
        “Memang ini kenyataannya.” Gikwang tetap mempertahan posisinya saat ini. “Sekarang gue yang balik nanya ke lo.” Gikwang memberi jeda sesaat pada ucapannya. “Apa yang lo tahu tentang bokap kandung lo?” lanjut Gikwang.
        Howon membeku. Sementara Ga In menatap khawatir Howon dan Gikwang secara bergantian. Terutama pada Howon, karena kenyataannya apa yang ia lakukan pada Howon hampir serupa seperti apa yang diterima Gikwang. Sungmin dan Ga In tidak pernah menceritakan apapun pada anak yang ada pada mereka.
        “Aku dan Sungmin tidak saling mencintai.” Ga In yang tidak bisa menahan gemuruh di dadanya, lebih memilih mengatakan semua. Namun tatapannya tampak kosong. Ga In menghela napas sebelum memulai kembali ucapannya. “Aku bahkan sama sekali tidak ingin memiliki anak dari Sungmin. Tapi kenyatannya, hadirlah kalian berdua.”
        Kali ini Gikwang dan Howon saling melempar tatapan, bingung. Tidak bisa begitu saja percaya dengan apa yang diucapkan Ga In.
        “Namun saat bercerai, baik aku atau Sungmin tidak tahu jika saat itu aku tengah mengandung Hoya.” Ga In melanjutkan ceritanya. Sekarang terserah kalian mau marah padaku dan Sungmin atau apapun. Kalian sudah besar, dan kalian pasti bisa memutuskan baik buruknya sesuatu.”
Selanjutnya, Ga In memilih meninggalkan meja makan sambil beruraian air mata. Karena apapun yang terjadi, hati seorang ibu tidak bisa dibohongi. Ia sangat merindukan Gikwang selama ini.

***

        Myungsoo menahan tangan Yoona yang tampak terburu-buru meninggalkan café tempat mereka bertemu tadi. “Gue bakal gangguin terus sampe lo mau ngaku!”
        Yoona tentu saja berusaha melepaskan genggaman erat perlakuan Myungsoo. “Malu akh, Myung.” Yoona sudah tidak bisa mengendalikan ekspresi wajahnya. Ia bahkan sedikit menyesal telah membahas Gikwang dengan Myungsoo tadi.
        “Yaelah, gitu aja malu.” Dengan jahilnya, Myungsoo mendekatkan wajah untuk bisa melihat ekspresi lucu yang ditunjukkan Yoona karena malu padanya. “Jangan-jangan kalian udah jadian, ya?” tebaknya asal. Myungsoo justru semakin tidak bisa menahan tawanya karena Yoona semakin menunjukkan wajah kesalnya.
        Melihat itu, Myungsoo terpaksa berhenti tertawa. “Lo lagi nggak seru, Yoon.” Ia bahkan sampai melepaskan begitu saja tangan Yoona. “Besok lagi kita main lagi. Oke.” Myungsoo mengacak gemas puncak rambut Yoona sebelum meninggalkan cewek itu di sana.
        Sesaat Yoona masih menatap punggung Myungsoo yang semakin menjauh. “Di depan Myungsoo aja gue udah kacau gini, gimana kalau di depan Gikwang juga nanti?” Yoona mengeluh seorang diri. “Nggak mungkin gue ngindarin dia ‘kan besok?”
        Perlahan Yoona memutar badannya kembali. Namun ia tidak buru-buru melangkah karena ternyata ia melihat Sulli berdiri tidak jauh dari tempatnya berada. Cewek itu ternyata tadi berada di café yang sama dengan Yoona dan Myungsoo.
Sulli sendiri tidak langsung merasa tertangkap basah saat Yoona melihatnya. Karena ia sendiri juga dalam posisi menatap ke arah Yoona. Tapi kemudian, Sulli akhirnya bergerak menjauh seolah tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan Yoona.
        Merasa memang tidak pernah memiliki masalah apapun, Yoona sendiri akhirnya melangkah ke arah yang berlawanan dengan Sulli. Ia berniat segera meninggalkan tempat itu setelah mengambil motornya di parkiran.

***