Selasa, 09 Januari 2018

THE CAMP MILITARY [02]


Author          : @nniissaa11
Cast                : Lee Joon, Kwon Yuri, Jung Yonghwa, Max Changmin,
                          Yoon Doojoon, Yoon Bora
Other Cast   : (The Camp Military Cast)
Genre                        : romance, friendship, family
Lenght          : part

***

            Seusai acara pembukaan di dalam aula bagi para mahasiswa kedokteran, terlihat antrian di dua sudut ruangan. Mereka berbaris menunggu giliran untuk makan siang. Setelah itu mereka mengisi meja-meja kosong yang telah dirapihkan letak posisi kursinya.
            “Ini piringnya, Captain.”
            Lee Joon tersentak kaget mendapati Kyungri memberikan paksa sebuah piring kosong kepadanya. Lee Joon hanya mengangguk dan tanpa bicara apa-apa lagi ikut mengantri, tepat di belakang Yunho. Lalu Kyungri tampak menyusul berbaris dibelakang Lee Joon.
            Selang beberapa orang di belakang, terlihat Euaerin juga berbaris kemudian Changmin setelahnya. Euaerin dan Changmin saling tatap selama beberapa saat, kemudian Euaerin tampak lebih memilik fokus mengambil makanan. Namun tidak untuk Changmin. Pria yang dikenal dengan panggilan Captain Max itu beberapa kali memperhatikan Euaerin sambil berusaha membagi fokusnya pada makanan.
            “Waaah, kau memakai lipstick, Letnant?” Tanya Changmin akhirnya dengan tatapan polos.
            Antara kesal dan malu, Euarin mendekatkan ibujarinya ke bibir. Berniat untuk menghapus lipstick berwarna pink muda yang mewarnai bibirnya. Namun tangan Changmin lebih sigap menghalangi niat Euaerin.
            “Jangan di hapus,” perintah Changmin kemudian berjalan mendahului Euaerin. Memilih salah satu kursi yang kosong di sebelah Lee Joon. Sementara Yunho duduk diseberang Lee Joon. “Ini hanya perasaanku saja atau Euaerin terlihat cantik sekali hari ini?”
            Lee Joon dan Yunho saling melempar pandangan. Menghentikan kegiatan makannya untuk sesaat. Sementara Changmin masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Bahkan sesekali Changmin  sampai menoleh ke tempat Euaerin duduk yang posisinya berada di belakang Changmin.
            “Letnant Lee bahkan menggunakan lipstick tadi,” lanjut Changmin.
            Tidak lama kemudian tampak Soohyun bergabung dan duduk tepat di sebelah Yunho, berseberangan dengan Changmin. “Itu semua ada campur tangan dari putri Komandan, Kwon Yuri. Tidak hanya Letnant Lee, yang lainnya juga tampak berbeda hari ini.”
            Changmin tampak antusias menanggapi cerita Soohyun. “Apa putri Komandan yang mendandani mereka semua?”
            “Tidak juga. Dia hanya mengajari,” lanjut Soohyun sesaat sebelum menyuap makanan ke dalam mulutnya.
            “Ahh, tapi rasanya aku belum melihat putri Komandan pagi ini.”
            Kali ini Lee Joon yang tampak tertarik dengan ucapan Yonghwa yang baru saja tiba. Tapi memang benar, ia juga belum melihat Yuri sejak pagi.
            /bzzzt/
            Yunho tampak mengeluarkan walkie-talkie-nya. Diikuti oleh Lee Joon dan Yonghwa kemudian. Changmin, Soohyun serta Doojoon yang juga berada di sana hanya ikut mengawasi.
            “Lapor, captain. Ada keributan di pintu gerbang. Over.
            “Laporan diterima. Kami akan segera menuju lokasi. Over.” Balas Yunho yang berbicara melalui walkie-talkie-nya.
            “Siapa yang giliran bertugas di pintu gerbang?” Tanya Lee Joon pada siapa saja yang berada di sana.
            “Shinwon, Kogyeol, Jaeyoon, dan Junhong.” Tampak Doojoon yang bicara sesaat sebelum berdiri. “Kita harus segera ke sana, Captain.”
            Tanpa berfikir dua kali, mereka yang berada di sana langsung berdiri. Beberapa anggota yang lain juga tampak sudah menerima berita tersebut karena mereka langsung bergegas meninggalkan aula. Gunwoo dan Soohyun tampak memunculkan diri di depan Lee Joon dan yang lain.
            “Sersan Lee, tolong awasi anggota wanita untuk tetap di aula. Dan sersan Shin, jaga mahasiswa kedokteran. Minta bantuan yang lain mengawasi klinik juga.” Yunho yang memberikan perintah.
            “Hormat!” Soohyun dan Gunwoo melakukan hormat sebelum Yunho dan yang lain berlalu.

***

            Bora dan Yuri tampak berjalan kaki menuju gerbang camp yang siang itu dijaga oleh 4 orang. Bora melambaikan tangan sambil sedikit berteriak, “Jaeyoon-ssi, bisa tolong bukakan pagarnya?”
            Jaeyoon yang kebetulan berdiri di luar pos, langsung mendekati pagar untuk membukakan gembok. “Waaah, seperti ada yang berbeda. Kalian potong rambut?”
            Yuri dan Bora mengangguk. “Karena ini di camp militer, kami harus tetap mengikuti aturan,” Yuri yang menjawab.
            Jaeyoon masih sibuk membuka gembok pagar. “Ahh, sebentar ya noona. Kenapa ini sulit sekali?” Jaeyoon terdengar menggerutu.
            Tidak lama tampak Shinwon mendekat melihat Jaeyoon mengalami sedikit kesulitan. “Ada apa, Jae? Gemboknya sulit dibuka lagi?” Tanya Shinwon yang kemudian mengambil alih untuk membuka gembok. Tepat saat sebuah mobil berhenti di belakang Yuri dan Bora. Sementara Shinwon masih berusaha membuka gembok.
            Dari dalam mobil tampak keluar 3 orang berpakaian serba hitam dan berbadan tinggi besar. Yuri menatap Bora yang terlihat panik. Mereka adalah preman yang malam itu mengejar Bora.
            “Cepat ikut kami!” salah satu dari mereka berseru bahkan sudah mendekatin Bora dan menyergap gadis itu. Yuri bahkan sampai terdorong tubuh besarnya karena berniat membantu Bora.
            “Hei! Siapa kalian!” teriak Kogyeol yang tampak keluar dari dalam pos jaga.
            Ada seseorang lagi yang mengikuti Kogyeol keluar, yaitu Junhong yang berinisiatif untuk berlari ke arah klinik yang kebetulan masih sepi, hanya ada 2 orang anggota wanita. Jaeyoon pun tampak mengikuti Junhong berlari, Kogyeol menyusul kemudian. Klinik di camp militer memiliki akses dua pintu. Dari luar dan dari dalam camp militer. Sementara Yuri berusaha membantu Bora, menendang sekuat tenaga ke salah satu pria yang menahan tangan Bora sampai pria itu terdorong. Namun ada seorang lagi yang sudah berdiri di belakang Yuri, menahan gadis itu dari belakang.
            “Lapor, captain. Ada keributan di pintu gerbang. Over.” Shinwon berbicara melalui walkie-talkie.
            Laporan diterima. Kami akan segera menuju lokasi. Over.” Tidak lama terdengar suara Yunho memberikan jawaban.
            Di sisi lain, Junhong, Jaeyoon dan Kogyeol sudah sampai di luar gerbang. Mereka langsung menyergap satu-persatu. Junhong memukul pundak pria yang menahan Yuri. Sementara Kogyeol dan Jaeyoon menghadapi pria yang membawa Bora, tepat sebelum gadis itu di bawa masuk ke dalam mobil.
            Merasa frustasi karena gembok pagar tidak terbuka sama sekali, Shinwon berniat pergi dari sana. Namun belum sempat berlari, sudah ada lima orang anggota yang tiba. “Cepat keluar lewat klinik,” ujar Shinwon sebelum teman-temannya menuju gerbang. Kemudian tampak Yunho, Lee Joon, Changmin dan beberapa orang lagi menyusul. “Mayor Jung, gembok bermasalah dan tidak dapat dibuka.”
            Hanya dengan gerakan tangan, Yunho menyuruh anggotanya menyusul lima orang yang tadi berlari menuju klinik yang letaknya sejajar dengan pintu gerbang. Sementara Yunho sendiri mengarah ke pagar, memastikan perkataan Shinwon tadi. Shinwonpun memilih menyusul Yunho. Setelah memeriksa gembok yang memang tidak bisa dibuka, Yunho memilih mengeluarkan pistol dan menembaknya hingga besi gembok terbelah. Shinwon langsung kembali mengambil alih membuka pintu pagar.
            Junhong, Kogyeol dan Jaeyoon masing-masing sudah bisa melumpuhkan preman tersebut. Namun ada satu orang lagi dari mereka yang bertugas menyetir justru kabur dengan mengendarai mobil sejak Jaeyoon dan Kogyeol berhasil membebaskan Bora. Lima anggota tadi juga tampak sudah sampai. Kiseop serta Jaehwan berusaha melerai Jinhong. Sementara Yongguk menghentikan Kogyeol, dan Sungjae serta Hongbin berusaha menjauhkan Jaeyoon yang masih memukuli preman tadi.
            Lee Joon juga tampak tiba dan langsung menghampiri Yuri. Tepat ketika Shinwon membukakan pagar. “Kau baik-baik saja? Siapa mereka?” Lee Joon menyentuh pundak Yuri dengan tatapan khawatir karena Yuri tampak terlihat syok.
            “Joon.” Yuri berujar pelan. Ia merasakan kakinya lemas dan nyaris saja terjatuh. Beruntuk Lee Joon dengan sigap menahan tubuh Yuri.
            “Kita harus proses mereka,” perintah Yunho. Jaehwan dan Kiseop langsung membawa tawanan mereka ke dalam camp, mendahului Yunho yang masih berdiri di sana.
            Yonghwa sendiri langsung bergegas ke tempat Bora berdiri. “Mana yang luka? Kau baik-baik saja?” cecarnya. Bora tidak terlalu mendengar ucapan Yonghwa karena gadis itu tak melepaskan pandangannya terhadap salah satu anggota militer, Yongguk yang juga sempat menatap ke arah Bora. Saat Yonghwa ikut menoleh ke arah yang sama seperti Bora, Yongguk tampak beranjak dari sana sambil membawa salah satu preman untuk masuk, Yongguk dibantu oleh Doojoon kemudian menyusul Sungjae dan Hongbin yang juga sudah membawa satu preman.
            Lee Joon mengangkat tubuh Yuri. Changmin berniat membantu, justru ditolak oleh Lee Joon. “Aku bisa sendiri.”
            Changmin menatap Junhong, Jaeyoon dan Kogyeol bergantian. “Kalian bertiga, segera obati luka kalian.” Ditemani Shinwon, mereka bertiga langsung menuju klinik. Sementara Yonghwa membimbing Bora untuk menyusul ke klinik juga. “Aku akan berjaga di sini dulu sampai ada yang datang menjaga gerbang.”
            Yunho hanya mengangguk dan menepuk pelan lengan Changmin. “Setelah itu susul aku ke kantor.”
            Changmin balas mengangguk kemudian mengeluarkan walkie-talkie-nya. “Yang Hongseok, Kim Chanyoung, Han Sanghyuk dan Baek Juho, segera jaga gerbang menggantikan Jaeyoon, Kogyeol, Junhong dan Shinwon. Letnant Shin Soohyun, Jung Heecheol, Moon Hyuna dan Lee Euaerin, segera menuju kantor. Over.

***

            “Kiseop, Jaehwan, Sungjae dan Hongbin. Kalian jaga di sekitar ruangan. Termasuk halaman belakang.” Yunho memberikan perintah yang langsung dilaksanakan oleh ke-empat anggota tersebut. Ketiga preman tadi dibiarkan duduk di sofa. Sementara Doojoon dan Yongguk berjaga di sekitarnya. Yuri dan Bora juga duduk di sofa terpisah, berseberangan dengan para preman. Yonghwa memilih duduk di lengan sofa yang ditempati Lee Joon disamping Yunho.
            Tidak lama setelah empat orang yang diperintahkan Yunho meninggalkan ruanga, tampak Soohyun, Heecheol, Euaerin dan Hyuna tiba. Keempatnya juga langsung berdiri tegap di belakang sofa yang ditempati Yuri dan Bora.
            “Kwon Yuri. Yoon Bora. Meski bukan anggota resmi, kalian tetap harus menaati peraturan yang ada di camp militer ini.”
            Yuri dan Bora hanya mampu menunduk.
            “Maaf, Mayor.” Euaerin tampak langsung angkat bicara, menanggapi ucapan Yunho tadi. “Saya yang memerintahkan mereka ke luar untuk memotong rambut mereka. Karena peraturan dikemiliteran, anggota wanita tidak boleh memiliki rambut panjang.”
            “Letnan Yoon Doojoon.” Yunho menatap salah satu anggota yang berdiri di belakang preman.
            “Siap!” seru Doojoon.
            “Tolong periksa ruangan cctv. Apa yang sebenarnya terjadi tadi.”
            “Tidak perlu memeriksa cctv, Mayor Jung.” Semua orang menoleh ke arah pintu, Changmin tiba bersama Shinwon dibelakangnya. “Preman itu hanya mengincar Bora. Kami sudah melacak nomor polisi kendaran preman-preman ini.” Changmin menyodorkan selembar kertas kepada Yunho.
            Yonghwa menunduk untuk bisa menatap wajah Bora tanpa harus beranjak dari tempatnya. “Mereka preman yang malam itu mengejarmu?”
            Bora hanya mampu mengangguk pelan. Di tempatnya berdiri, Yongguk mengawasi interaksi yang dilakukan Yonghwa dan Bora.
            Soohyun juga mengawasi perlakuan Yonghwa terhadap Bora. Ia yang juga mengetahui tentang masalah Bora, melangkah mendekati Yunho. Menunduk dan membisikkan sesuatu kepada pimpinannya itu. Tentang masalah keluarga yang dihadapi Bora, hingga gadis itu secara tidak langsung ‘dijual’ oleh ayahnya sendiri.
            Yunho hanya mengangguk menanggapi ucapan Soohyun. “Baiklah. Tapi biar bagaimanapun, kasus ini tetap harus ditangani oleh pihak yang berwajib,” tukas Yunho akhirnya. “Yonghwa dan Soohyun tolong obati mereka.” Sambil menunjuk ke arah preman. “Captain Max, segera hubungi polisi. Captain Joon, perintahkan anggotamu untuk menjaga preman ini sampai polisi datang. Dan anggota wanita silahkan meninggalkan ruangan.”
            “Maaf, Mayor.” Suara Bora terdengar mengambil alih suasana. Beberapa orang yang akan meninggalkan ruangan, langsung membatalkan niat. “Karena ini masalahku, aku siap mendapatkan konsekwensi apapun. Termasuk jika harus meninggalkan camp, aku akan melaksanakannya.”
            “Meski hanya sebagai relawan, masa kontrakmu di camp adalah 3 bulan, dan selama itu kau tidak bisa meninggalkan camp begitu saja, kecuali atas perintah atasanmu.” Terdengar Yonghwa memprotes. Tidak ada yang balik memprotesnya, kecuali dengan tatapan. Sadar kini ia menjadi sorotan, Yonghwa berusaha membela diri. “Memang begitu kan, Letnant Lee?” Yonghwa menatap Euaerin, mengharapkan pembelaan.
            Euaerin hanya mengangguk, pelan. Lalu kemudian ia tampak meninggalkan ruangan, diikuti Hyuna dan yang lainnya setelah itu.

***

            Beranjak sore, seluruh anggota camp tampak berdatangan menuju lapangan yang letaknya berada di belakang gedung aula. Tampak Soohyun keluar dari aula, lengkap dengan seragam militer dan snelli-nya. Bora yang kebetulan berada di sana, berpapasan dengan Soohyun.    
            “Sunbae?” Bora memanggil Soohyun dan pria itu berhenti tepat di depannya.
            “Oh, Bora? Bagaimana dengan preman-preman itu?”
            “Polisi sudah datang tadi. Mereka sudah di bawa.” Tidak lama terlihat beberapa mahasiswa kedokteran juga keluar dari aula, dan tampak berhenti tepat di belakang Soohyun. “Kau mau pergi?”
            Soohyun sempat menoleh sesaat, memastikan apa yang dimaksud Bora. “Oh. Iya aku harus ke kantor pusat. Mereka akan berjaga di klinik kantor pusat. Dan aku akan mengawasi di sana juga untuk beberapa hari.”
            Bora hanya menganguk. Sebenarnya tidak ingin jika Soohyun harus pergi, karena hanya Soohyun yang ia kenal dengan baik di camp ini. “Apa kau akan kembali ke camp lagi?”
            “Iya nanti aku akan tetap ke sini. Barang-barangku juga masih banya yang berada di barak.” Soohyun mengacak pelan rambut pendek Bora. “Kau cocok dengan rambut pendek. Aku pergi dulu.” Soohyuk berjalan menjauh dari Bora. Beberapa meter dari sana tampak Yonghwa juga berjalan ke arahnya. “Aku harus ke kantor pusat. Tolong kau awasi Bora, jangan sampai kejadian tadi siang terjadi lagi, oke?”
            Yonghwa berjalan santai sambil memasukan tangan ke dalam saku celananya. Ia bahkan hanya mengenakan pakaian olahraga militer, dan tanpa snellinya. “Tidak perlu kau suruh, aku akan melakukannya dengan senang hati.” Yonghwa tersenyum, jahil.
            Bora juga sempat melihat Soohyun kembali berhenti saat bertemu Yonghwa. Namun gadis itu lebih memilih untuk segera melanjutkan perjalannya. Di kejauhan juga terlihat Euaerin tampak memanggilnya dan mengisyaratkan Bora untuk segera menyusulnya.
            Yonghwa melanjutkan langkah, mengikuti arah jalan yang dilalui Bora, menuju aula. Namun saat di dalam, langkah Yonghwa dihentikan oleh Gunwoo. Begitu menoleh, ternyata sudah ada Yunho, Lee Joon dan Changmin. Serta para Letnant, Doojoon, Hyuna, Euaerin, juga Heecheol.
            “Waah, kenapa berkumpul di sini? Bukankah harusnya kita mengawasi..” Yonghwa tidak melanjutkan ucapannya dan hanya menunjuk ke pintu aula yang mengarah ke halaman belakang.
            “Ini masalah preman yang mengejar Bora.”
            Mendengar Changmin menyebut nama Bora, tanpa pikir panjang lagi Yonghwa langsung bergabung. Duduk diantara Hyuna dan Gunwoo. “Ada apa dengan preman-preman itu? Sebenarnya siapa mereka?”
            Yunho meletakkan selembar kertas yang ia dapatkan dari Changmin tadi siang. “Ternyata identitas pemilik mobil yang kita dapatkan ini adalah palsu. Pemilik yang sebenarnya bernama Choi Siwon.” Diam-diam, Lee Joon mengepalkan tangannya di bawah meja ketika mendengar nama Siwon disebut-sebut, namun memang tidak ada yang melihatnya.
            “Bukankah sebaiknya Bora tidak berada di sini?” Hyuna tampak bersuara. “Aku takut justru mengancam keselamatan anggota yang lain. Belum lagi mahasiswa dari kedokteran itu juga akan menjadi tanggung jawab kita.”
            Yonghwa menoleh, menatap Hyuna, tajam. “Kita tidak bisa mengeluarkan Bora begitu saja. Kita masih harus melihat apakah Bora layak berada di sini.”
            Hyuna balas menatap Yonghwa yang duduk tepat di sampingnya. “Letnant Jung. Kenapa kau begitu membela Bora yang bahkan bukan anggota resmi…”
            “Letnant Moon!” Yonghwa memotong ucapan Hyuna dengan nada tegas. “Aku akan melakukan hal yang sama jika kau yang berada di posisi Bora.”
            “Sudahlah Letnant Moon, Yonghwa memang pecinta wanita,” kata Euaerin dengan nada sedikit bercanda.
            “Kepolisian justru berterima kasih karena komplotan ini memang sedang mereka cari-cari.” Yunho kembali menjadi penengah. “Kita hanya perlu memperketat penjagaan di camp. Dan mulai malam ini, area belakang, tempat kita pelatihan out bond juga harus diawasi. Siapkan 4 anggota untuk berjaga di sana.” Kali ini Yunho melempar tatapan kepada Euaerin. “Letnant Lee, tolong atur ulang jadwal jaga.”
            “Siap, Mayor!” seru Euaerin dengan nada tegas.
            “Tapi bebas tugaskan untuk Jeeyoon, Kogyeol dan Junhong selama 2 hari.” Terdengar Lee Joon mengingatkan, karena 3 anggota muda itu sedang mendapatkan perawatan tadi.

***

~Lapangan out bond camp militer~
            “Bentuk 4 kelompok,” perintah Yongguk. Secara acak mereka langsung memilih barisan masing-masing di belakang Kevin, Hyungsik, Kiseop dan Minhyuk yang berdiri paling depan.
            “Kalian lari keliling camp 2 putaran.” /priiit!!/ Taekwoon meniup pluit yang kemudian langsung dijalani oleh para anggota. Dimulai dari grup yang dipimpin Kevin. “Oke, aku akan jaga di atas.” Taekwoon menepuk pundak Hackyeon lalu berjalan sambil membawa sebuah bendera dan mengenakan sarung tangan menuju gedung yang memang dibuat untuk pelatihan di militer. Gedung tanpa tembok pembatas yang memiliki 4 lantai.
            “Kyungri, kau ikuti Taekwoon berjaga di atas.” Hackyeon langsung mengambil alih komando. “Yongguk dan Hyomin tunggu di bawah sini. Aku akan berada di garis start. Sementara Jonghyun akan di lapangan.”
            “Siap!” seru Jonghyun, Yongguk, Kyungri dan Hyomin yang kemudian langsung berpencar ke posisi yang sudah ditentukan. Termasuk juga Hackyeon yang tidak buang waktu untuk bergerak ke tempatnya yang sudah disepakati.
            Sementara di atas gedung, Taekwoon tampak memeriksa tali yang terhubung ke bawah, tempat Hyomin dan Yongguk berjaga. Dirasa sudah siap, Taekwoon lalu mengibarkan bendera yang ia bawa setelah dikejauhan ia melihat kelompok Kevin sudah tiba di tempat Hackyeon.
            “Kita buat ini seperti kompetisi, oke? Tim Kevin akan mulai pertama melawan Tim Kiseop.” Hackyeon yang memimpin di lapangan. Sambil memberikan kayu berbentuk tabung kepada Kevin dan Kiseop.
            Seluruh anggota langsung bersorak gembira merespon ucapan Hackyeon tadi. Kedua Tim masing-masing langsung membuat lingkaran untuk membicarakan strategi. Baik Kevin atau Kiseop langsung membagi tugas kepada anggota mereka. Sementara dua Tim lain hanya saling memberi dukungan kepada Tim Kevin dan Tim Kiseop yang kini sudah mulai berjalan ke pos masing-masing. Mereka akan bermain estafet halang rintang.
            Kevin beranggotakan Jihoo, Jungshin, Myungsoo, Jihun, Jaehwan, Seungjun, Bora, Jihyun dan Naeun. Sementara Kiseop berada satu tim dengan Sungjoon, Youjin, Minho, Jihoon, Sungjae, Gongchan, Yuri, Minjae dan Sojin. Masing-masing memiliki 3 anggota wanita.
            “Tiga.. dua.. satu..” /priiit/ Hackyeon meniup pluit tanda permainan dimulai.
            Kevin dan Kiseop yang berada di garis start langsung bergerak. Mereka harus berjalan tiarap melewati kawat berduri. Kiseop sedikit memimpin di depan. Kemudian dilanjut oleh orang kedua, Myungsoo melawan Gongchan yang harus melewati balok kayu panjang yang melintang di atas genangan air.

***

            /priiit/
            Suara pluit milik Hackyeon bahkan terdengar sampai ke dalam aula tempat rapat dadakan oleh Mayor Jung bersama para Captain dan Letnant.
            “Mereka tampaknya sudah mulai. Kalian boleh meninggalkan aula. Selamat sore!” Yunho langsung berdiri. Pertanda ia akan segera meninggalkan tempatnya. “Saya harus ke kantor pusat sekarang.”
            “Hormat!” seluruh anggota yang berada di sana langsung melakukan hormat. Yunho menerima hormat mereka kemudian, sesaat sebelum benar-benar meninggalkan aula.
            Terlihat Shinwon tiba di aula. “Mobil sudah siap, Mayor.” Shinwon berujar setelah melakukan hormat.
            Yunho sendiri hanya mengangguk kemudian meneruskan langkah, diikuti Shinwon kemudian. Saat di lapangan mereka berpapasan dengan salah satu anggota yang sedang bertugas di gerbang depan, Hongseok, yang membawa sebuah kardus berukuran sedang. Hongseok hanya mengangguk saat bertemu Yunho.
            Sementara di dalam aula, beberapa anggota mulai meninggalkan tempat rapat tadi. Salah satunya adalah Yonghwa yang sudah lebih dulu melesat melakui pintu belakang aula. Menuju lapangan out bond. Suasana ramaipun terdengar sampai ke dalam aula.
            “Selamat siang Captain, Letnant.” Hongseok melangkah masuk dengan sebuah dus di tangannya. “Ada kiriman paket atas nama…”
            “Tunggu!” seruan Changmin langsung menyelak ucapan Hongseok. Captain Tim Tiger itu bahkan sudah menghampiri Hongseok yang masih berdiri sambil membawa dus yang masih penuh dengan isolasi. “Kalau ada paket yang datang ke camp militer itu harus selalu kita waspadai. Ayo kita bawa keluar.”
            Dengan ekspresi wajah yang bingung, Hongseok hanya mematuhi perintah Changmin dan berjalan menyusul Changmin menuju lapangan utama. Tanpa menunggu perintah, Lee Joon, Gunwoo, Euaerin, Doojoon, Hyuna serta Heecheol segera melesat mengikuti langkah Changmin dan Hongseok.
            “Buka pelan-pelan.” Masih sambil memasang eskpresi serius, Changmin memerintahkan Hongseok yang langsung mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya untuk merobek isolasi yang membungkus kardus tadi.
            “Apa kita di terror?” ujar Euaerin dengan suara pelan saat mereka sudah berdiri mengelilingi dus tersebut.
            Lee Joon sedikit menunduk di belakang Hongseok untuk membaca tulisan yang ada di bagian atas. Paket tersebut ditujukan untuk Kwon Yuri. Tidak lama tampak Doojoon berlari kecil dari arah barak sambil membawa tas hitam. Sementara Hongseok sudah membuka bagian atas dus. Ternyata isinya ada sebuh selebaran yang didominasi warna biru muda dan dipenuhi potong kertas kecil yang memanjang.
            Changmin mengambil kertas tersebut. Melihatnya bersama Hyuna yang kebetulan berdiri tepat di sisi kiri Changmin. Isi kertas tersebut adalah sebuah poster acara fashion yang akan digelar sekitar 3 minggu lagi. Ada foto Yuri di bagian bawah poster, berderet bersama 3 desainer lainnya.
            Bersama Doojoon, Hongseok mengeluarkan potongan kertas-kertas itu yang menutupi sebuah kotak yang bagian tengahnya terdapat sebuah tempat untuk mengangkat kotak tersebut.
            “Seperti sejenis tas,” ujar Doojoon yang disetujui oleh Hongseok.
            “Cepat yang lain menjauh!” seruan Changmin sontak langsung dituruti. Mereka dengan kompak mundur beberapa langkah.
            Doojoon juga sempat menjauh sampai terduduk di aspal lapangan. Namun buru-buru ia kembali mendekat sambil membuka tas yang tadi ia bawa, berisi perlengkapan untuk menjinakkan bom. Dibantu Hongseok yang mengeluarkan kotak di dalam dus itu dan ia letakkan di atas aspal.
            “Aku seperti pernah melihat kotak seperti itu.” Euaerin berkata, pelan. Heecheol dan Lee Joon yang berada tepat di samping Euaerin langsung menoleh.
            “Kau yakin? Di mana?” Heecheol menatap Euaerin, penasaran.
            “Di barak.”
            /klik/
            Doojoon membuka kait pengunci kotak tersebut.
            “Itu hanya kotak make-up.” Tepat setelah Hyuna menyelesaikan ucapannya, Doojoon membuka penutup kotak. Dan benar dugaan Hyuna. “Kita mengkhawatirkan kotak yang hanya berisi make-up.” Hyuna langsung berjongkok di samping Doojoon untuk mengintip lebih dalam kotak tersebut yang memang berisi peralatan make-up yang masih baru, karena masih lengkap dengan plastik segelnya.
            “Aku akan memanggil Yuri.” Lee Joon langsung balik badan dan melangkah.
            Changmin hanya menatap punggung Lee Joon yang semakin menjauh dan menghilang di balik pintu aula. Saat menoleh kembali, Changmin mendapati Euaerin sudah ikut berjongkok bersama Hyuna. Melihat-lihat make-up sambil sesekali dijelaskan oleh Hyuna.
            “Waaah, ini merk mahal dan keluaran terbaru.”
            Euaerin menatap Hyuna, takjub. “Benarkah? Apa yang Yuri pakaikan padaku juga dari merk yang mahal?” Euaerin bertanya dengan tatapan polos. Selama dikemiliteran jelas ia nyaris tidak menyentuk make-up.
            Kali ini Hyuna sudah kembali berdiri tanpa menanggapi ucapan Euaerin lagi. “Siapa sebenarnya Yuri itu?”

***

            Jaehwan sudah memberikan tongkat ke pada Jihoo, sementara Minho menerima tongkat yang diberikan Sungjae. Kini Jihoo dan Minho akan memanjat dinding setinggi 2 meter. Setelah mereka turun, giliran Jihyun dan Naeun yang bertarung. Keduanya akan menaiki tangga hingga lantai 4. Di atas gedung Yuri dan Bora sudah menunggu, lengkap dengan tali pengaman yang sudah dipasangkan. Keduanya akan meluncur menggunakan flying fox.
            Lee Joon datang tepat ketika Yuri serta Bora sudah meluncur. Ia langsung bergerak ke tempat Hyomin berjaga bersama Yongguk. Lee Joon menangkap Yuri saat akan mendarat. Sementara Bora jatuh ke pelukan Yongguk.
            “Kau hebat, Bora!” seruan Yonghwa di kejauhan langsung membuyarkan lamunan Yongguk dan Bora yang sempat saling tatap untuk beberapa saat.
            Lee Joon sempat menoleh sekilas saat Yonghwa sudah mendekat. Lee Joon membantu melepaskan tali pengaman yang dipasangkan di badan Yuri. “Apa kau sangat senang? Teriakanmu kencang sekali tadi itu.”
            “Itu bukan teriak, tapi ekspresi kegembiraan.” Yuri tampak membela diri. Ekspresi wajahnya tampak puas.
            “Yasudah, ayo ikut aku.” Lee Joon memberikan tali yang tadi dipakai Yuri kepada Hyomin. Kemudian berjalan mendahului Yuri, masuk ke dalam aula, lalu keluar melalui pintu depan menuju lapangan.
            Mereka langsung menoleh menyadari Lee Joon datang tidak hanya seorang diri. Ada Yuri yang mengikutinya dari belakang. Yuri sendiri langsung melangkah cepat bahkan sampai mendahului Lee Joon ketika sadar jika ada sesuatu di tengah-tengah para Letnant dan Captain itu. Yuri yakin ini ada hubungannya dengan dirinya karena Lee Joon sendiri yang datang mencarinya.
            “Apa ini paketmu?”
            Mendengar Hyuna bertanya, Yuri langsung memeriksa apa isi di dalam dus. Ia bahkan sampai memeriksa bagian luar kardus yang masih tertera nama dan alamat rumahnya. “Kenapa bisa sampai ke sini?” Yuri bicara sendiri. “Pasti perbuatan ayah.”
            “Yasudah, kau boleh bawa paket ini ke barakmu.”
            Terdengar Changmin berbicara hingga Yuri mendongak kearahnya bicara. Namun Yuri juga mendapati Changmin menyodorkan selembar poster event yang juga atas nama dirinya. Yuri mengambil benda itu dari tangan Changmin dan melihatnya sekilas. Kemudian Yuri merobeknya menjadi dua bagian.
            “Yak!” seru Lee Joon bahkan sampai menahan tangan Yuri yang masih ingin merobek menjadi beberapa bagian lagi.
            Dengan tegas Yuri menyingkirkan tangan Lee Joon sambil berdiri dan menatap tajam ke arah Lee Joon. “Kenapa kau menghentikanku? Ini semua sudah tidak ada gunanya!” Ada nada kekecewaan di sana. “Ayahku mengirimku ke sini. Menghancurkan karya-karyaku dan membuat para karyawanku kehilangan pekerjaan!” Yuri mendongak berusaha menahan air matanya. Kekecewaannya sudah berada di puncak.
            “Apa putri komandan ini seorang desainer?” Hyuna berbisik kepada Euaerin yang langsung direspon dengan anggukan.
            “Kurasa begitu. Dia datang dengan membawa banyak koper, pasti isinya pakaian hasil karyanya.” Euaerin lanjut menjelaskan
            “Dan ini..” Hyuna sengaja menggantukan kalimatnya sambil menunjuk wajah Euaerin. “Hasil karyanya juga?” dan Euaerin hanya tersenyum.
            “Malam itu harusnya aku mengantarkan pakaian-pakaian dari butik ke studio untuk dilakukan fitting oleh para modelku. Tapi aku justru diculik ke sini.”
            Lee Joon mengepalkan kedua tangannya saat mendengar cerita dari Yuri. Tidak hanya Gunwoo yang menyadari perilaku Lee Joon, namun Changmin, Heecheol serta Hyuna juga bisa melihat jelas.
            Hyuna langsung menepuk pundak Yuri, mengalihkan pembicaraan. “Kau istirahat saja di barak. Sebentar lagi kegiatan juga selesai.” Hyuna kemudian melempar tatapan ke Hongseok. “Tolong bawakan paket ini ke barak.”
            Hongseok mengangguk tegas sebagai tanda bahwa ia siap menjalankan perintah. Ia kemudian mengangkat dus tersebut dan membawakannya ke arah barak wanita yang terletak di bagian utara camp. Sementara Yuri masih bertahan di tempat. Setelah Lee Joon sedikit mendorong tubuhnya untuk bergerak, barulah Yuri mulai melangkah menyusul Hongseok.
            Mereka mulai bubar. Tersisa Doojoon yang masih membereskan tas hitam yang ia bawa tadi. Dan Lee Joon yang memungut kembali poster yang sempat disobek Yuri di depan matanya.
            “Apa tidak ada yang bisa kulakukan?” Lee Joon berujar pelan. Bahkan nyaris seperti hanya sebuah bisikan. Namun tepat saat Doojoon kembali menegakkan badannya.
            “Kau bisa mengisolasi kertas itu,” ujar Doojoon dengan wajah polos.
            Lee Joon menoleh dengan tatapan kesal. “Bukan itu maksudku.”

***

~Aula Camp Militer~
            Lee Joon dalam perjalanan menuju aula, berjalan bersama Hongseok dan Kevin di samping kanan dan kirinya. Lee Joon sempat mengawasi sekitar sebelum akhirnya mengajak Hongseok dan Kevin untuk berhenti. Kebetulan juga suasana sekitar sudah agak sepi. Seluruh anggota kemiliteran sudah berkumpul di aula untuk makan malam bersama.
            “Aku membutuhkan bantuan kalian untuk mengawasi Yuri.”
Tanpa ada suara protes, baik Hongseok ataupun Kevin langsung mengangguk, tanda mereka siap melaksanakan perintah.
Tapi kemudian Hongseok berkata, “ku lihat sore tadi Yuri bicara serius dan secara sembunyi dengan Seungjun dan Kogyeol.”
            Lee Joon mulai merasakan sesuatu tentang Yuri. Jelas ada yang akan dilakukan gadis itu. Terlebih setelah kejadian siang tadi perihal paket atas nama Yuri. Lee Joon hanya mengangguk sambil menepuk lengan Hongseok dan Kevin bergantian, mengisyaratnya ia mempercayai kedua anak buahnya itu, sebelum akhirnya Lee Joon melesat duluan menuju aula.
            Sementara suasana di dalam aulapun sudah ramai yang sibuk berbincang sambil menikmati makan malam. Terdengar pula suara dentingan yang berasal dari sendok dan piring. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, Hongseok memilih ke arah berlawan dengan Lee Joon dan Kevin yang langusng menantri untuk mengambil makanan. Hongseok menuju meja yang dipenuhi minuman sambil mengawasi sekitar dan tatapannya jatuh pada Kogyeol di kejauhan yang sedang makan bersama beberapa anggota lain. Sementara Kevin menangkap sosok Yuri yang juga sedang makan bersama anggota wanita.
            Lee Joon membawa piring makanannya menuju kursi kosong dan berada di satu meja yang ditempati oleh Changmin, Yunho, Doojoon, Heecheol dan Doojoon.
            “Kemana saja, Captain?” tegur Heechol yang duduk di sebelah kursi Lee Joon.
            “Apa kau sudah sangat merindukanku?” goda Lee Joon dengan tatapan jahil. Sesaat sebelum menikmati makan malamnya.
            Yonghwa tampak memunculkan diri, berdiri sedikit dibelakang Changmin yang juga duduk tepat berseberangan dengan Lee Joon. “Waaah, itu Euaerin? Cantik sekali dia.”
            Mendengar suara Euarin disebut, sontak Changmin menegakkan badan, mencari sosok yang dimaksud. Sementara yang lain justru lebih tertarik melihat reaksi Changmin yang sontak menyulut tawa. Terlebih melihat kejahilan Yonghwa yang kini justru sudah melesat pergi setelah berhasil mencuri sepotong daging dari piring milik Changmin. Merasa ada yang aneh, karena ia juga tidak melihat Euaerin, Changmin menatap satu-persatu rekannya selama beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan kembali melanjutkan makan. Namun itu justru semakin membuatnya menjadi bahan tertawaan karena Changmin tidak menyadari jika Yonghwa mencuri makanannya.

***

            Usai makan malam, aula masih tampak ramai. Karena mereka melakukan kegiatan malam berupa seminar kesehatan oleh Yonghwa, Himchan dan Jaehyo selaku dokter di kemiliteran, serta dibantu beberapa mahasiswa kedokteran. Di sisi lain, Kogyeol diam-diam meningalkan aula melalui pintu depan, sementara Seungjun melalui pintu belakang. Keduanya tidak tahu jika Kevin mengawasi mereka. Setelah itu Kevin ikut beranjak meninggalkan aula. Sementara Hongseok mengawasi dari belakang aula. Kebetulan ia mendapat giliran jaga area outbond bersama Rowoon, Myungsoo serta Dongwoon.
            “Bisa minta bantuannya sebentar salah satu dari kalian?” Tanya Seungjun saat tiba di area outbond.
            Hongseok yang semula duduk, langsung berdiri. “Bantuan apa?” secara tidak langsung ia menawarkan diri. Kebetulan pula memang Seungjun sedang dalam pengawasannya.
            “Ikut aku.”
            Tanpa pikir panjang, Hongseok langsung menyusul tubuh janggung Seungjun yang sudah melesat pergi duluan. Mereka berjalan mengarah ke pintu masuk menuju aula, kemudian berbelok dan mengambil jalan melalui gedung dapur, tepat di belakang aula. Di sana tampak Kevin berdiri sambil menempelkan ponsel ke telinganya. Saat Hongseok melintas, Kevin melempar tatapan dan sedikit memberi isyarat dengan mengangguk sedikit. Kevin tidak benar-benar sedang menelepon seseorang saat itu. Namun dengan cepat tangan Kevin mengirim pesan kepada Lee Joon.

***

            Minho dan Junkyu tampak berdiri dari sebuah kursi kayu saat melihat kedatangan Yuri bersama Kogyeol serta Jihoon. Melihat Yuri membawa sebuah dus berukuran sedang, Minho langsung mendekat dan berinisiatif membantu.
            “Terima kasih,” ujar Yuri.
            Sementara Minho hanya membeku. Terlebih Yuri juga melemparkan senyum tipis padanya. Menyadari kejadian itu, Kogyeol dengan sengaja sedikit menubruk pundak Minho sambil melangkah ke arah Junkyu. Jihoon menyusul di belakang Kogyeol. Yuri juga melangkah kemudian, melewati Minho.
            “Kau yakin, noona?” Kogyeol terdengar bertanya.
            Yuri terlihat menghembuskan napasnya, berat. “Itu semua sudah tidak berguna untukku sekarang. Tolong lakukan saja permintaanku. Sopirnya sudah menunggu.”
            Kogyeol mengangguk sambil saling melempar tatapan ke arah Jihoon dan Junkyu yang langsung menyiapkan tali untuk dilempar ke balik tembok yang memiliki tinggi sekitar 2 meter. Sementara itu dari kejauhan tampak terdengar langkah kaki.
            “Siapa?” Yuri tampak panik karena melihat bayangan 2 orang yang juga melangkah semakin mendekat.
            Kogyeol hanya melirik sekilas, memastikan siapa yang dating. “Itu Seungjun. Dia mengajak seseorang lagi.” Kogyeol berujar sambil sibuk mengurus tali. Dirasa ikatan sudah kencang, Kogyeol menoleh. Tatapannya jatuh ke arah Seungjun yang bersama Hongseok. “Siapa yang mau jadi relawan?” Kogyeol mengeluarkan senyuman jahil.
            “Oke, aku.” Tanpa pikir panjang, Hongseok mengajukan diri.
Sementara Jihoon langsung membantu memasangkan pengait tali pada Hongseok. Kogyeol sendiri ternyata menyiapkan 2 tali. Dan satu orang lagi yang akan menemani Hongseok memanjat tembok adalah Minho. Tidak terlalu sulit untuk keduanya memanjat dan pindah ke balik tembok tinggi itu.
            “Kalian baik baik saja?” Junkyu berteriak. Tepat ketika Minho dan Hongseok mendaratkan kakinya.
            Minho dan Hongseok sambil saling tatap, kemudian sama sama mengangguk. “Oke, lemparkan kardusnya.” Minho yang membalas teriakan Junkyu.
            Seungjun langsung menaiki kursi kayu. Kogyeol memberikan salah satu kardus ke pada Seungjun. Dengan tubuh tingginya itu, ia mengangkat kardus dan sedikit melemparnya ke luar.
            “Itu dia!” seru Hongseok yang langsung bersiap menerima karus yang dilepaskan Seungjun dari dalam itu. Hanya berlangsung selama beberapa menit, semua kardus yang berjumlah sekitar 8 kotak itu sudah berpindah ke luar camp.
            Kogyeol lalu ikut menaiki kursi, berdiri di samping Seungjun. “Kalian masih membutuhkan bantuan lagi?”
            Dengan sigap, Hongseok mengangkat tangannya di depan Minho agar pemuda itu tidak mengeluarkan suara. Jelas Minho langsung melempar tatapan protes. Namun Hongseok tidak terlalu ambil pusing atas reaksi Minho tadi. Terlebih ada sebuah mobil pick-up yang mendekat.
            Hongseok berdiri menghadap ke arah tembok. “Mobilnya sudah tiba. Kalian bisa pergi saja. Nanti kami akan kembali lewat jalan depan.”
            “Oke!”
            Setelah mendapat suara kepastian dari seberang sana, Minho bersiap kembali mengangkat kardus. Sementara Hongseok justru berjalan mendekati sopir mobil yang tampak turun dari mobilnya.
            “Kami ganti rencana. Maaf tidak jadi memakai jasamu.” Hongseok menunduk sopan. Ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Sebuah amplop coklat yang ia berikan kepada sopir tersebut.
            Minho terus memperhatikan gerak gerik Hongseok. Merasa semakin tidak beres, Minho kembali meletakkan kardus ditangannya ke atas tanah. Minho melangkah mendekat. Sopir mobil tadi sudah kembali ke dalam mobilnya. Sesaat sebelum Minho menarik bagian leher seragam yang dikenakan Hongseok.
            “Apa maksudmu? Lalu akan kau apakan barang-barang ini? Apa kau tidak menghargai permintaan anak komandan?” Kilatan mata Minho tampak menyala.
            “Aku hanya menjalankan perintah captain J.”
            “Apa?”
            Hongseok menekan sesuatu yang menggantung di telinganya. “Misi clear. Aku akan tunggu di lokasi.” Hongseok berujar tanpa melepas tatapan terhadap Minho. Ternyata sejak tadi Hongseok menggunakan earpiece yang menghubungkannya dengan Kevin.
            Belum sempat Minho kembali melancarkan protes, sorot lampu mobil yang sengaja dibuat berkedip menginterupsi keduanya. Tidak lama mobil tampak berhenti dan memunculkan Kevin bersama Junyoung dari dalamnya.

***