Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast :
·
Lee
Joon/Changsun (Mblaq)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Jung
Yong Hwa (CN Blue)
Original cast :
Hye Ra
Support cast :
·
Im
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun
Horvejkul (2PM)
·
Yoon
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Xi
Luhan (Exo-M)
·
Choi
Sulli (F(x))
·
Choi
Minho (SHINee)
·
Im
Yoona (SNSD)
·
Kim
Himchan (B.A.P)
·
Cha
Hackyeon ‘N’ (VIXX)
Genre :
romance
Length :
part
***
Saat
membuka mata, orang pertama yang dilihat oleh gadis itu adalah seorang leader band terkenal. Lee Joon. Mungkin
untuk sebagian orang, hal tersebut hanyalah sebuah mimpi di siang bolong. Tapi
tidak untuk seorang Hye Ra. Karena pemuda tersebut tak lain dan tak bukan
adalah kekasihnya.
“Ku pikir dia sudah tidak ingin menemuiku
lagi.” Gadis itu tersenyum bisa melihat pemudanya dari dekat. Sesuatu yang
sudah sangat lama ia rindukan. Wajah mereka bahkan hanya berjarak kurang dari
setengah meter.
Hye
Ra mengulurkan tangannya. Ia ingin menyentuh wajah Joon yang tertidur sangat
pulas. Namun hanya tersisa beberapa senti lagi, gadis itu langsung menarik
tangannya. Ada yang janggal dari apa yang ia alami saat ini.
“Tidak
mungkin Joon bisa….” Ucapan Hye Ra menggantung begitu saja saat ia menyadari
tempat ia berada sekarang. Kamarnya. Ia dan Joon berada dalam satu ranjang yang
sama. Dan… “Joon! Bangun!” jerit Hye Ra sedikit histeris mendapati tangan Joon
melingkari pinggangnya. Tanpa sadar gadis itu bahkan sampai mendorong tubuh
Joon.
“Huaaa!”
teriak Joon sama nyaringnya karena ia nyaris saja terguling ke bawah dari atas
tempat tidur.
Hye
Ra buru-buru membuat jarak antara dirinya dan Joon. Sementara Joon sendiri
langsung panik mendapati dirinya berada di sana. Joon bahkan tidak sempat
melakukan protes atas perlakuan Hye Ra padanya tadi.
“Kenapa
kau mendorongku?” tanya Joon dengan nada polos. Tentu saja ia mengetahui tempat
tersebut adalah kamar kekasihnya, Hye Ra. Namun ia juga baru menyadari sesuatu.
“Kenapa aku bisa ada di sini?” tanyanya karena merasa ada yang janggal.
“Harusnya
aku yang bertanya seperti itu padamu!” protes Hye Ra.
“Seingatku,
aku masih berada di mobil. Dan mobilkua juga masih terparkir di tempat kita
bertemu tadi,” jelas Joon.
“Aku
juga masih berada di sana,” balas Hye Ra tak mau kalah.
Ke
duanya kini saling tatap. Ada hal yang tidak beres terjadi pada mereka hari
ini.
“Apa
kau yang merencanakan hal ini hanya untuk bisa bertemu denganku?” tuduh Joon
dengan tatapan menyelidik.
Hye
Ra menatap Joon, meremehkan. “Jangan terlalu percaya diri tuan leader yang
terhormat. Aku tidak akan menggunakan cara kampungan seperti ini untukmu!”
desis gadis itu tak mau kalah.
***
Flashback…
Siwan
dan Doojoon mengendap-endap menyusul sampai mobil Yong Hwa. Dan tanpa
sepengetahuan Hye Ra juga Sulli, dua member ‘Blue Flame’ tersebut berhasil
membuat Yong Hwa menghampiri mereka. Ketiganya bersembunyi di balik mobil lain
yang juga terparkir di sana.
“Hubungan
Hye Ra dan Joon semakin tak sehat,” ujar Siwan memulai.
“Tapi
memang tak ada perjuangan juga dari Joon untuk mempertahankan Hye Ra.”
Doojoon
menggeleng tegas, menolak pernyataan Yong Hwa tadi. “Bukan itu! Tapi karena
Joon memang tak ingin melawan Minhyuk. Tapi ia juga tak mau melepas Hye Ra
begitu saja.”
“Sebenarnya
kurasa yang memegang kendali adalah Hye Ra. Semua keputusan ada padanya,” sahut
Siwan menimpali pernyataan Doojoon.
Yong
Hwa menatap bergantian dua member ‘Blue Flame’ tersebut. “Bukankah katanya Joon
tidak mau berbicara dengan Hye Ra?” serunya untuk memastikan kebenaran berita
dari dua belah pihak.
Siwan
sontak mengangguk cepat. “Joon mungkin hanya kecewa. Dan ia juga ingin
mengetahui sikap Hye Ra jika ia memperlakukannya seperti itu.” Siwan sempat
memberi jeda sesaat dalam kalimatnya. “Mungkin saja Minhyuk akan beraksi dengan
cepat. Dan di situ pula kita bisa melihat respon Hye Ra untuk Minhyuk.”
Kali
ini Yong Hwa tampak menggeleng. Bukan karena tidak sependapat dengan apa yang
dikatakan Siwan. “Ke duanya saling mengandalkan. Hye Ra tidak akan bicara pada
Minhyuk jika Joon belum memaafkannya.”
“Apa
kita harus merencanakan pertemuan mereka berdua?” usul Doojoon sedikit tidak
sabar dengan akhir cerita leadernya itu.
“Pasti
akan sangat sulit,” kata Siwan.
“Bukan
rencana. Tapi paksaan,” ujar Yong Hwa yang sukses mengundang beribu pertanyaan
dibenak Doojoon juga Siwan. Ia sempat mengawasi sekitar sebelum ada yang
mencurigai mereka. “Memang cukup sedikit kasar, namun itu cara tercepat untuk
merealisasikan rencana kalian.”
Doojoon
dan Siwan bersiap untuk mendengarkan dengan serius strategi yang mungkin telah
disusun oleh Yong Hwa. Siwan juga sempat menangkap sosok Luhan yang tampak
sedang menelepon seseorang.
“Bagus!
Luhan masih mengalihkan Joon!” pekik Siwan cukup bersemangat.
“Aku
akan pastikan obat yang Sulli berikan pada Hye Ra akan membuatnya cukup tidur,”
jelas Yong Hwa akhirnya. “Dan lakukan hal yang sama pada Joon. Aku akan
mengambilkannya di bagasi,” lanjutnya kemudian.
Lalu
Yong Hwa tampak menegakkan badan dan berusaha bersikap senormal mungkin. Setelah
itu, ia melangkah menuju mobilnya dan membuka bagasi belakang mobil sedannya.
Tentu berusaha tak menimbulkan kecurigaan untuk dua gadis yang sudah menunggu
di dalam mobil.
Mulanya
Siwan yang menghampiri Yong Hwa lebih dulu. Seolah terlihat seperti hanya
melintas, padahal Yong Hwa memberikan sesuatu secara diam-diam pada pemuda itu.
Sementara Doojoon tampak
mendahului Siwan. Namun salah satu tangan pemuda itu menggenggam selembar sapu
tangan. Kemudian Siwan terlihat mengikutinya sampai tempat mobil Joon berada.
Doojoon sedikit mengulurkan tangan, sementara Siwan akan meneteskan cairan dari
dalam botol kecil pemberian Yong Hwa.
Doojoon
mengetuk pintu Joon dengan sikap senormal mungkin. Joon sendiri juga terlihat
membuka pintu tanpa ada rasa curiga. Tentu, karena mereka adalah anggota ‘Blue
Flame’.
“Kalian…”
ucapan Joon terputus tepat saat ia menoleh ke tempat Siwan berada. Dan Doojoon
tak membuang waktu untuk membekap mulut Joon dengan sapu tangannya hingga
pemuda itu seperti tak sadarkan diri.
“Cepat
bawa Joon masuk,” seru Siwan yang menangkap tubuh Joon. Setelah ia dan Doojoon
berhasil membawa Joon masuk ke dalam mobil, Siwan langsung mengambil alih
kemudi. Sementara Doojoon juga ikut masuk ke dalam mobil Joon, namun ia sambil
menelepon Luhan dan menceritakan rencananya tersebut.
Di
sisi lain, Yong Hwa juga sudah menjalankan aksinya meski Sulli sempat
memprotesnya. Tapi setelah ia menjelaskan alasan mereka melakukan itu, Sulli
akhirnya menurut bahkan mendukung rencana tunangannya tersebut.
Flashback end…
***
Luhan
sampai menguap karena bosan menunggu. Siwan yang duduk di sampingnya bahkan
sudah tertidur. Tapi tidak untuk Doojoon, Nichkhun, Yong Hwa, juga Sulli.
Mereka semua kini berada disebuah ruangan yang sama. Ruang tamu dikediaman
keluarga Minho.
Lalu
Yoona muncul dari arah dapur. “Kita makan malam dulu,” ajak wanita itu sambil
mengulurkan tangan pada Sulli. Tentu karena Sulli juga seorang wanita
sepertinya. “Bangunkan Siwan dan Luhan,” ujarnya lagi seraya mengingatkan.
Luhan bahkan sampai benar-benar tertidur tadi.
“Apa
Hye Ra dan Joon melakukan sesuatu?” tanya Minho khawatir. Ia memang sudah lebih
dulu duduk di kursi makan.
“Luhan
yang terakhir kali memeriksa sebelum tertidur tadi,” kata Nichkhun.
Minho
sontak melempar tatapan pada Luhan yang hanya dijawab gelengan kepala oleh guitarist
‘Blue Flame’ tersebut. “Tidak ada, hyung. Kurasa obat yang diberikan Doojoon
pada Joonnie hyung tadi cukup banyak,” desisnya yang kini melempar kesalahan
pada Doojoon.
Tentu
Doojoon tidak terima begitu saja dengan tuduhan Luhan terhadap perlakuannya
tadi. “Bukan aku yang menuangkan cairannya ke sapu tangan,” serunya untuk
membela diri. Luhan kemudian melempar tatapan untuk Yong Hwa dan takut-taku ia
menunjuk pemuda yang duduk berseberangan dengannya itu. “Yong Hwa hyung.”
Yong
Hwa sontak menahan tangan Doojoon yang kemudian ia alihkan hingga kini mengarah
ke Siwan yang duduk di sampingnya. Sementara Doojoon hanya tersenyum sambil
menunjukkan deretan giginya.
***
“Pasti
Doojoon, Siwan, dan yang lain yang telah merencanakan ini,” desis Joon yang
baru teringat dengan kejadian terakhir kali sebelum ia pingsan. Pemuda itu
bertemu Doojoon dan Siwan di mobilnya.
Hye
Ra sendiri hanya memutar bola matanya, malas. “Jangan menuduh orang lain
sembarangan,” seru gadis itu dengan nada dingin sambil beranjak menuju pintu. Meski
ia sangat ingin berbaikan dengan Joon, namun gadis itu membatalkan niatnya.
Karena melihat sikap Joon yang sepertinya tidak berusaha untuk memperbaiki itu
semua.
Apa kalian menikmati malam, eh, maksudnya
siang pertama kalian? Hahaha… Kami harap kalian bisa menyelesaikan semua
kesalah pahaman yang terjadi. Dan jangan khawatir, kami juga sudah menyediakan
makanan dan minuman untuk kalian berdua. Tapi jangan harap kalian terbebas dari
sana sebelum benar-benar berbaikan…!
From : Blue Flame members dengan bantuan Yong Hwa dan Sulli,
juga dengan persetujuan Minho hyung dan Yoona noona ^_^
Hye
Ra menatap kesal secarik kertas yang tertempel rapih didaun pintu kamarnya. Dan
setelah menyelesaikan membaca, gadis itu menarik paksa kertas tersebut.
Kemudian ia menoleh ke atas meja riasnya. Benar saja, di sana sudah tersedia
bungkusan yang bisa dipastikan berisi makanan. Serta botol-botol minuman yang
juga masih terbungkus rapih.
Melihat
itu, Hye Ra meremas kertas ditangannya lalu membuang sembarangan ke lantai. Ia
kemudian mencoba membuka pintu yang ternyata memang benar terkunci.
“Kau
kenapa?” seru Joon yang juga mulai mencurigai sesuatu karena melihat sikap aneh
yang ditunjukkan Hye Ra. Pemuda itu lalu melangkah mendekat saat Hye Ra dengan
kasar menggedor pintu kamarnya sendiri.
“Oppa!
Minho Oppa! Buka pintunya!” teriak Hye Ra sekeras mungkin agar suaranya bisa
terdengar sampai luar. Dan tentu diiringi dengan gedoran keras pada daun
pintunya.
“Apa
yang terjadi!” pekik Joon dengan suara tak kalah keras.
Hye Ra
masih senantiasa berteriak. “Oppa, buka!”
Joon
yang sudah tidak sabar, mencoba menghentikan tangan Hye Ra agar berhenti
memukuli pintu. “Hye Ra, cukup!”
“Tapi
kita terkunci!” Gadis itu membalas dengan suara yang kini terdengar panik.
Entah apa yang harus ia khawatirkan.
***
Terlihat
sangat kontras dengan keadaan di ruang makan. Semua yang berada di sana
terlibat dengan pembicaraan seru dan terasa hangat. Luhan dan Siwan bahkan
sampai tertawa keras dan melupakan rasa kantuk mereka tadi.
“Dan
kau harus melihat ekspresi wajah Joon saat itu, hyung?” ujar Doojoon saat
bercerita seru. “Siapa yang berani membuka pakaianku?”
Luhan
menertawai ekspresi wajah Doojoon saat pemuda itu mempraktikan gaya Joon waktu
ketahuan tidur di dalam bathtub dan
hanya menyisakan celana jins yang menempel ditubuhnya. Doojoon bahkan
benar-benar mengkhayati perannya tersebut. Luhan sampai memukul-mukul meja dan
matanya mulai berair.
Tak
kalah keras tawa Nihckhun juga Siwan yang saat itu juga berada di tempat kejadian.
“Doojoon,
hentikan!” seru Siwan yang belum bisa menghentikan tawanya. “Perutku sakit,”
ujarnya lagi kali ini sambil memegangi perutnya.
“Kenapa
diam?” tegur Yoona pada Sulli yang duduk di sampingnya.
“Hah?”
Sulli tampak terkejut dengan suara Yoona. Gadis itu terlalu sibuk memperhatikan
para member ‘Blue Flame’ yang berada di sana. “Eonnie. Aku hanya bingung harus
berekspresi seperti apa. Melihat bahkan makan semeja dengan ‘Blue Flame’
rasanya bagai mimpi.” Sesaat, Sulli tampak mengawasi sekitar lalu sedikit
mencondongkan tubuhnya ke arah Yoona. “Aku juga sedikit tak enak dengan Hye Ra
karena member favoritku, Lee Joon, ternyata kekasihnya.”
Yoona
terkekeh pelan mendengar pengakuan Sulli. “Hye Ra bahkan menyukai Siwan. Dan
kau harus tahu perbedaan kagum dan cinta. Perasaan Hye Ra pada ke dua pemuda
itu jelas berbeda.”
***
“Tidak
ada kata ‘minum’ untukmu Lee Minhyuk!”
“Him…!”
ucapan Minhyuk terputus karena tangan Himchan dengan mudahnya merebut gelas
minuman di tangan pemuda itu.
Himchan bahkan kini sudah
mengambil satu tempat di samping Minhyuk tanpa ada rasa bersalah. Dan Hackyeon
yang ternyata datang bersama Himchan, duduk di sisi lain tempat Minhyuk.
“Kau
melarangku ‘minum’, tapi justru kau yang ‘minum’!” protes Minhyuk yang bahkan
sudah merebut kembali gelas dari tangan Himchan. Ia kemudian meletakkan gelas
itu di atas meja bar tempat mereka berada sekarang.
“Tolong
singkirkan ini dan ganti dengan soft
drink biasa,” kata Hackyeon pada bartender di sana. Ia juga tadi yang
menjauhkan gelas minuman Minhyuk ke arah bartender tadi.
Karena
tidak ada yang ia lakukan, Minhyuk akhirnya hanya menopang dagu dengan tangan
kanannya. Pemuda itu bahkan hanya menatap kosong ke depan. “Hackyeon pasti
sudah bercerita padamu tentang kejadian hari ini?”
Himchan
menoleh cepat setelah mendengar suara Minhyuk. Meski pemuda itu tidak
menatapnya, namun bisa dipastikan pertanyaan Minhyuk memang ditujukan pada
Himchan. Himchan sendiri terdengar menghela napasnya, berat. Ia kemudian
meletakkan satu tangannya ke pundak Minhyuk.
“Aku
benar-benar tidak percaya jika kau dan Lee Joon hyung ternyata terlibat dalam
sebuah cinta segitiga tanpa kalian ketahui sebelumnya.” Himchan tampak tidak
melanjutkan ucapannya karena Minhyuk menggeser gelas minuman untuknya yang baru
diberikan oleh bartender tadi.
“Aku
juga ingin meminta maaf padamu tentang…”
Minhyuk
buru-buru mengangkat tangannya sebagai tanda agar Hackyeon tidak melanjutkan
ucapannya. “Kau sama sekali tidak salah,” ujarnya sambil mengaduk-aduk tak
minat pada minumannya.
Himchan
menarik kembali tangannya dari pundak Minhyuk. “Lalu, apa yang akan kau lakukan
setelah ini?”
“Tidak
ada,” seru Minhyuk pendek.
“Lebih
baik kau coba lowongan pekerjaan di tempat sepupuku,” kata Hackyeon
menyarankan. “Setidaknya kau bisa sedikit mengalihkan pikiranmu untuk
sementara.”
Kali
ini Minhyuk yang terdengar mendesah. Ia juga belum ingin memikirkan hal lain.
“Hye Ra tidak akan mau bicara padaku jika Changsun hyung belum memaafkannya.
Dan aku tidak tahu sampai kapan.”
“Apa
kau tidak mencoba bicara pada hyungmu?”
Minhyuk
hanya menggeleng sebagai jawabannya. “Tidak akan semudah itu.”
Hackyeon
menenggak minumannya sebelum kembali bicara. “Jika kau mau, aku bisa pinjami
kau apartmen. Aku sudah jarang pulang ke sana.”
“Terima
kasih kalian berdua selalu membantuku. Tapi kurasa, itu hanya akan semakin
memperkeruh suasana jika aku ke luar dari apartmen Changsun hyung.” Minhyuk
menolak tawaran Hackyeon dengan baik-baik.
“Kami
akan selalu mendukung keputusanmu.”
Kali
ini Minhyuk mencoba melemparkan senyumnya pada Himchan.
***
Setelah
tidak ada harapan untuk siapa pun membukakan pintu, Hye Ra lebih memilih
mengalah dan duduk di depan meja belajarnya. Sementara Joon tampak bersandar di
tempat tidur sambil membuka-buka dengan malas sebuah majalah yang tak sengaja
ia temukan di kolong tempat tidur.
Hye
Ra yang semula sibuk dengan gambar desainnya, kali ini tampak menyerah
menyelesaikan sebuah rancangan gaun pengantin. Ia meletakkan begitu saja
pensilnya sambil menghempaskan punggung ke sandaran kursi. Kemudian tatapan Hye
Ra jatuh pada sebuah bungkusan yang tidak jauh dari sana. Ia lalu menarik
bungkusan itu mendekat padanya.
Melihat
itu, Joon menutup paksa majalah di tangannya sambil menegakkan badan. “Kau
makan sendiri? Tidak mengajakku?” Joon terdengar melancarkan protes keras.
“Aku
tidak bicara pada orang yang tidak ingin bicara padaku,” seru Hye Ra cuek.
Meski merasa bersalah, namun ia tak ingin begitu saja mengalah pada pemuda
seperti Joon. Setidaknya ia ingin Joon menyadari bahwa sikapnya juga tidak bisa
dibilang benar.
Joon
hanya menatap datar punggung gadis di hadapannya tersebut. “Hye Ra, bagaimana
jika kita menikah?”
Mendengar
itu, Hye Ra sama sekali tidak merasa tersentuh. Ia justru mendengus
merendahkan. Hye Ra menolehkan sedikit wajahnya, namun tidak sampai melihat
Joon. “Kau saja yang menikah dengan Minhyuk.” Selanjutnya, gadis itu kembali
melanjutkan aktifitas makannya.
Joon
sendiri sama sekali tidak merasa sakit hati mendengar jawaban Hye Ra. Ia lalu
menjatuhkan kepalanya ke samping hingga mendarat di atas bantal. Sementara
tangannya kembali menyambar majalah tadi. Pemuda itu ingat, dalam majalah
tersebut terdapat foto dirinya juga beberapa member ‘Blue Flame’ yang lain.
Joon langsung membolak-balikkan halaman majalah. Ia bahkan sampai memutar
tubuhnya hingga kini berposisi terlungkup. Dan ia tersenyum saat mendapati foto
dirinya di sana.
Sekilas,
Joon sempat kembali melirik pada Hye Ra. Sejujurnya ia sangat merindukan
kekasihnya itu. Kemudian Joon menatap
cincin yang melingkar disalah satu jarinya. Ia mendesah berat saat menatapnya.
Sampai akhirnya, tatapan Joon kini jatuh pada foto dirinya di atas nakas tempat
tidur Hye Ra. Sementara tanggannya yang lain berusaha membalikkan lagi halaman
pada majalah tadi. Namun ada yang aneh.
Joon
tertunduk dan mendapati halaman pada majalah tersebut ternyata sengaja diberi
solasi untuk menutupi halaman berikutnya. Joon dengan jahilnya mengintip pada
halaman yang terisolasi tersebut. Ia bahkan sampai kembali menegakkan tubuhnya.
Saat halaman tersebut sudah berhasil ia buka, Joon menyambar fotonya yang
berada di atas nakas tadi. Foto yang bagian kacanya diberi sebuah tulisan tangan
oleh Hye Ra.
Sementara
itu, merasa ada yang aneh, Hye Ra sontak memutar tubuhnya hingga kini menghadap
Joon. Ia mendapati pemuda itu terkekeh sendiri dengan 2 gambar di hadapannya.
Foto Joon dalam bingkai, serta foto Doojoon dalam majalah yang semula telah
diisolasi oleh Hye Ra.
“Apa?”
tanya Joon galak saat menyadari Hye Ra sedang menatapnya. “Bukankah kita tidak
sedang saling bicara? Habiskan saja makananmu.”
Hye
Ra hanya menatap malas, kemudian ia berbalik kembali untuk meneruskan makannya.
Tak lupa, ia membuka laci meja belajarnya dan mengambil kabel handsfree lengkap dengan mp3 playernya.
Kemudian ia memasang benda kecil itu pada telinganya. Dan tentu lagu yang
terdapat dalam benda kecil itu semuanya karya milik ‘Blue Flame’.
***
“Oiya,
Sungmin hyung ke mana? Aku baru ingat dia tidak ikut ke sini.” Suara Luhan
menginterupsi kegiatan yang lain. Saat itu mereka memang masih di meja makan
dan baru saja menyelesaikan makan malam.
Doojoon
sontak melempar tatapan pada Yong Hwa. Sejak masalah ‘asmara’ Yong Hwa dan Hye
Ra terselesaikan, ia sudah tidak bersikap sinis lagi pada pemuda itu. “Sudah
seberapa jauh persiapan pernikahan Sungmin hyung?” tanyanya.
“Waahh…
menejer kalian itu sudah ingin menikah juga?” seru Yoona, kagum.
“Hanya
tinggal beberapa bagian saja yang masih harus diurusi,” jelas Yong Hwa. “Oiya,
sepertinya kami harus pulang. Sulli ada dinas malam hari ini.”
“Oh,
iya.” Yoona langsung menyetujui diiringi anggukan Minho dan yang lainnya.
“Kami
pamit ya,” ujar Sulli untuk member ‘Blue Flame’ yang lain. Ia tak lupa untuk
menyalami mereka satu-persatu.
“Yong
Hwa hati-hati!” seru Doojoon. Mengingatkan saat ia sering bersikap ‘ptotective’
pada Hye Ra saat gadis itu bersama Yong Hwa.
Kemudian Yoona dan Minho
mengantar Yong Hwa juga Sulli ke luar rumah.
“Calon
istrinya Sungmin hyung itu yang tadi bersamanya, kan?” Siwan tampak mengajukan
pertanyaan untuk memastikan tebakannya benar. Ia masih melanjutkan pembahasan
yang tadi sempat tersita beberapa menit lalu.
“Ji
Yeon?” Nichkhun balik bertanya.
“Iya,
hyung!” Luhan langsung membenarkan. “Mereka berduaan saat kami melakukan
pengukuran tadi.” Ucapan Luhan membuat yang lain tertawa.
“Diantara
kalian siapa lagi yang ingin menyusul?” terdengar Minho bersuara. Ia baru saja
kembali dari mengantar Yong Hwa dan Sulli yang akan pulang.
“Suruh
Joon untuk cepat-cepat melamar adikmu, oppa!” goda Yoona. Dan kembali menyulut
kekehan orang-orang di sana.
Mendengar
ucapan Yoona yang seperti itu, membuat Nichkhun sontak menyadari sesuatu.
“Oiya, bagaimana Joon dan Hye Ra di dalam?” Pertanyaan Nichkhun membuat yang
lain juga langsung teringat dua orang yang masih mereka kuncikan di dalam kamar
itu. “Luhan, coba sana lihat,” serunya memerintah.
Luhan
menoleh cepat dengan tatapan tajamnya. “Apa karena aku yang paling muda di
sini?” protesnya.
“Atau
kau ingin aku yang memeriksa?”
Luhan
buru-buru melambaikan tangannya untuk menolak saran dari Yoona tadi. “Tidak
noona. Biar aku saja.” Dan sebelum Yoona atau yang lain merespon, Luhan lebih
memilih untuk segera melesat pergi dari sana. Menuju kamar tempat Hye Ra dan
Joon berada.
Begitu
sampai di sana, Luhan langsung menghela napas. “Apa jadinya kalau Yoona noona
yang ke sini?” Pemuda itu langsung berpikir jauh karena masa lalu yang pernah
ada antara Joon dan Yoona.
***
Hye Ra
berdiri saat Joon sudah berada di sampingnya. Pemuda itu ingin mengambil jatah
makanan miliknya. Saat Hye Ra meninggalkan kursinya, Joon yang menggantikan
duduk di sana. Leader ‘Blue Flame’ tersebut tidak tahu jika di belakang, Hye Ra
sedang meminum obatnya. Hye Ra memang baru saja ke luar paksa dari rumah sakit
tadi pagi.
Hye
Ra berhati-hati membaringkan tubuhnya ke kasur. Berusaha memejamkan matanya
agar obat bisa berfungsi lebih baik.
Sementara
itu, dari luar jendela kamar Hye Ra terdengar suara deru mesin mobil. Joon yang
juga mendengar itu sontak langsung melesat ke arah jendela. Ia ingin memastikan
siapa yang mengendarai mobil tersebut dan mungkin akan meninggalkannya yang
masih terkunci.
“Jadi
Yong Hwa dan tunangannya juga terlibat di sini?” seru Joon. Ia juga
menyempatkan diri menoleh pada Hye Ra yang mungkin saja mau meresponnya. Namun yang
ia dapat, gadis itu justru meringkuk di atas kasur dengan mata terpejam. Lalu tanpa
sadar, mata Joon menangkap bungkusan kecil di atas nakas yang berisi obat-obatan.
“Hye Ra!”
Joon melesat
cepat dan duduk di tepi tempat tidur. Tangan pemuda itu juga mendarat dikening
Hye Ra yang mengeluarkan keringat dingin. Joon panik seketika melihat kondisi
Hye Ra. “Kau kenapa Hye Ra?” tanyanya sambil menggenggam tangan Hye Ra dengan
erat.
Dengan
lembut, Hye Ra menyingkirkan tangan Joon. “Aku baik-baik saja,” ujar gadis itu
yang kemudian berusaha bangkit. Ia duduk dan bersandar di kepala tempat tidur.
Joon sendiri
juga ikut merubah posisi duduknya yang kini menempatkan diri di samping Hye Ra.
Ia bahkan sampai memaksa Hye Ra masuk ke dalam rangkulannya. Joon juga sempat
mencium puncak kepala kekasihnya itu penuh rasa sayang.
“Kenapa
kau merahasiakan padaku tentang kondisimu?” Joon semakin erat memeluk Hye Ra. Seakan
tak ingin melepaskan sedikit pun gadis itu dari sisinya.
“Aku…”
Hye Ra tak begitu saja melanjutkan ucapannya karena kini Joon justru membuatnya
berhadapan dengan pemuda itu. “Joon, maaf. Aku sungguh tidak tahu jika kau dan
Minhyuk…”
Joon menangkup
wajah Hye Ra dan menatapnya lembut. “Aku dan mungkin juga Minhyuk tidak ada
yang tahu jika diantara kami mengenalmu. Maaf karena aku egois selama ini.”
Hye Ra
menggeleng lemah. Tak sedetik pun ia mengalihkan tatapannya pada sosok Joon
sudah cukup lama ia rindukan.
“Aku
belum bisa membuatmu bahagia. Dan aku juga tidak sanggup untuk melawan Minhyuk.”
Joon terdengar sekuat tenaga untuk mengatakan hal tersebut.
Air mata
sudah tampak menggenang dipelupuk mata gadis itu. Hye Ra tidak bisa menahan
perasaan harunya. Dan saat ia mengedip, cairan bening itu tidak sanggup
terbendung lagi. Dengan sangat lembut, Joon menyeka air mata Hye Ra langsung
dengan tangannya sendiri. Seakan tidak ingin menyakiti gadis itu sedikit pun.
“Joon
aku mencintaimu,” kata Hye Ra akhirnya dengan nada lirih.
Joon sontak
tersenyum lebar. Itu kata-kata yang sudah lama sangat ia ingin dengar langsung
dari bibir gadis itu. “Itu kata-kata terindah yang pernah ku dengar.” Joon
menarik Hye Ra ke dalam pelukannya dengan senyuman yang sama sekali tidak pudar
sedikit pun.
Mereka
masih berada di posisi yang sama dalam waktu yang cukup lama. Joon bahkan
seperti tidak ingin kehilangan sedikit pun moment seperti itu. Keduanya bahkan
tidak menyadari jika Luhan sudah mengawasi mereka di sana beberapa menit yang
lalu.
“Tidak
ingin ke luar dari kamar ini?”
***
Joon aku mencintaimu,” kata Hye Ra akhirnya dengan nada lirih.
BalasHapusJoon sontak tersenyum lebar. Itu kata-kata yang sudah lama sangat ia ingin dengar langsung dari bibir gadis itu. “Itu kata-kata terindah yang pernah ku dengar.” Joon menarik Hye Ra ke dalam pelukannya dengan senyuman yang sama sekali tidak pudar sedikit pun.
-> So sweet banget bagian ini.. hehehe
Oh jadi yang nyulik Joon siwan sama Dojoon.. hahaha
Bagus lah itu idenya.. dan main salah2an lagi pas yang naro obat bius kebanyakan.. wkwkwkwk
Terus ini ada lanjutannya lagi gak??