“My Choice”
Author :
N-Annisa (@nniissaa11)
Cast :
·
Jung
Hyerim (A-Pink)
·
Kim
Seok Jin (BTS)
·
Kim
Himchan (BAP)
·
Jung
Taekwoon (VIXX)
Genre :
Life school, teen romance, tragedy
Length :
Chapter
***
Himchan baru kembali ke kelas saat
suasana kelasnya sudah cukup ramai. Cowok itu sedang ingin menyendiri setelah
selesai menikmati makan siangnya bersama Hyerim juga Minhyuk. Bahkan siswa dari
kelas 2 pun juga tampak bergabung di sana.
“Lo ke mana aja, Him? Dicariin juga dari
tadi,” seru Seungyeol yang menjadi orang pertama yang menyapa Himchan. “Nih
minum dulu.” Tak lupa ia menyodorkan sekaleng ‘soft drink’ ke hadapan Himchan.
Himchan tak langsung menerima minuman di
tangan Sungyeol. Ia justru menatap Sungyeol dan kaleng minuman secara
bergantian. Himchan bahkan sempat menatap berkeliling. Dan hampir semua yang
ada di sana mendapat minuman yang sama.
“Kim!” jerit Hyerim saat tangan Himchan
sudah terulur pada kaleng minuman tersebut. Hyerim hanya menggeleng saat
Himchan menoleh padanya. “Badan lo nggak bisa terima minuman ‘soft drink’,”
ujarnya susah payah mengingat Himchan masih mengalami amnesia.
“Gitu, Rim?” ujar Sungyeol untuk
memastikan. Pasalnya, untuk hal seperti itu ia kurang tahu.
“Nggak kok, Yeol.”
Saat Sungyeol menoleh, ternyata Himchan
sudah lebih dulu menyambar kaleng minuman tersebut. Kini bahkan Himchan sudah
membuka penutup kaleng dan meneggaknya sekali. Sebelum sempat ada yang bisa
mencegahnya. Melihat itu, Hyerim hanya bisa meneguk ludahnya. Perasaan cewek itu
berubah tak tenang. Bahkan suasana di sana berubah sunyi.
***
Seok Jin sontak membalikkan badan.
Taekwoon bahkan sampai melesat ke belakang tubuh Jungkook sambil tetap
merapihkan kemeja sekolahnya.
“Kok lo nggak bilang-bilang sih kalo di
sini rame?” desis Taekwoon setengah protes.
“Gue juga nggak tau Kak kalo di sini
banyak orang,” kata Jungkook membela diri. Ia kemudian melempar tatapan pada
Yuri yang menjadi satu-satunya siswa SMA Destiny yang masih bertahan di sana.
Tatapan cewek itu terlihat penuh senyum saat bertemu dengan tiga cowok yang
kini berada di hadapannya.
Sedikit di belakang Yuri, Hackyeon
tampak kembali karena ia menyadari salah satu teman sekelasnya masih bertahan
di sana. Dan ternyata benar. Yuri bahkan tak berpindah tempat satu senti pun
dari posisi sebelumnya. “Yuri,” ujar Hackyeon pelan.
Jungkook menyikut bagian belakang
pinggang Taekwoon yang masih berdiri di belakangnya. Namun tatapannya tak
berpaling dari Yuri yang juga terus memandang Taekwoon. Di sisi lain, Seok Jin
juga menatap pemandangan di hadapannya dengan sorot wajah khawatir.
Yuri memaksakan senyumannya saat
perlahan Taekwoon memunculkan diri dari balik tubuh Jungkook yang lebih pendek
dari cowok itu. “Apa kabar, Taek?”
Taekwoon membeku melihat senyuman Yuri.
Cewek itu tersenyum namun sorot matanya berbeda. Seperti menyembunyikan sebuah
kesedihan. Yuri seperti merindukannya. Namun tidak bisa ditunjukkan secara
terang-terangan oleh cewek itu. Tentu karena ada Hackyeon di sana. Dulu Yuri
sempat memiliki hubungan dengan Taekwoon. Tapi kini cewek itu sudah bersama
Hakcyeon.
Yuri tidak sanggup berlama-lama menatap
Taekwoon. Sambil menghela napas berat, cewek itu mengalihkan tatapannya. “Mulai
besok gue bakal balik ke sini,” kata Yuri berusaha terlihat ceria. Dan sedetik
kemudian Yuri sudah membalikkan badan lalu melangkah. Ia bahkan sampai melewati
Hackyeon begitu saja.
“Hack,” seru Seok Jin sebelum Hackyeon
sempat menyusul Yuri. “Yong Hwa, Gikwang, Yoseob, dan Tiffany juga bakal balik
ke sini, kan?” Seok Jin bertanya sekaligus untuk mengalihkan suasana yang
sempat menegang tadi.
Dengan pasti Hakcyeon tersenyum dan
mengangguk. “Sampai ketemu besok, ya. Jangan lupa kabarin yang lain.” Hackyeon
kemudian balik kanan dan melangkah pergi. Seiring itu, senyuman Hackyeon sontak
memudar.
Taekwoon memejamkan mata beberapa saat
untuk menengkan diri. Dan saat itu, ia justru terbayang wajah salah satu siswi
di kelas 2. Hayoung. “Gue duluan ke kelas,” putusnya sambil berbalik saat
Jungkook dan Seok Jin justru masih mengawasi kepergian Yuri dan Hackyeon.
***
Himchan meletakkan kaleng ‘soft drink’
ke atas meja terdekat dengan sedikit kasar. Bahkan hingga menimbulkan percikan
air memuncrat ke luar lubang pada kaleng. Sedangkan ia sendiri baru meminumnya
setenggak.
Hyerim tampak bangkit dengan kasar.
Suasana yang semua sedikit ramai, kini langsung kembali senyap karena beberapa
terdengar menggumamkan nama Himchan. Cowok itu kini juga tampak mencengkeram
erat tepi meja. Sementara tubuhnya terlihat sedikit bergetar dengan tatapan
kosong.
Beruntung Ho Seok dan Yoongi berdiri
tepat di belakang tubuh Himchan. Hingga saat cowok itu mulai kehilangan
keseimbangannya tidak sampai terjatuh ke lantai.
“Himchan!” Hyerim menjerit melihat
keadaan Himchan dan langsung melesat ke tempat Himchan berada.
“Bawa Himchan ke UKS!” putus Yongguk
yang terdengar seperti memerintah. Ia juga sudah bergerak menghampiri Himchan
untuk membantu Ho Seok juga Yoongi.
Melihat Himchan digotong, Hyerim tampak
menggamit lengan Minhyuk. Cewek itu nyaris saja kehilangan keseimbangan jika
tidak bergantung pada tubuh Minhyuk. Dan cukup banyak siswa yang ikut ke luar
kelas.
“Rim, lo gapapa?” tanya Hyorin tampak
simpatik pada teman sekelasnya itu.
“Maaf ya, Rim. Gue nggak tau…”
“Gapapa, Yeol.” Minhyuk sedikit menyelak
ucapan Sungyeol yang seperti merasa bersalah. Kemudian Minhyuk membawa Hyerim
untuk duduk kembali.
Kibum tampak menghampiri Hyerim dengan
membawakan air mineral untuk Hyeri. “Nih, minum dulu.”
“Gue cari Bu Victoria dulu buat liat
keadaan Himchan,” kata Minhyuk yang nyaris saja berdiri jika Myungsoo tak
mencegahnya.
“Gue sama Youngjae aja yang cari Bu
Victoria.” Myungsoo menawarkan diri. Dan sedetik kemudian ia dan Youngjae sudah
melesat pergi dari ruang kelas 3 tersebut.
***
“Kak Jin! Jungkook! Kak Taekwoon!”
Suara keras Youngjae menghentikan
langkah tiga cowok itu yang baru saja ingin melangkah ke lantai 2. Namun dari
atas tangga, Minhyuk tampak muncul bersama Hyerim dengan langkah tergesa-gesa.
Di sana juga Youngjae sudah bersama Bu Victoria juga Myungsoo.
“Ibu duluan ke ruang kesehatan,” kata
Victoria. Sebelum melesat pergi, guru cantik itu tampak menyerahkan sebuah
amplop cokat dengan isi cukup tebal ke tangan Myungsoo.
“Ada apa, Rim?” Seok Jin bertanya dengan
nada sedikit khawatir karena melihat ekspresi Hyerim yang terlihat kosong.
“Min?” Karena tak mendapat respon, Seok Jin lalu beralih pada Minhyuk.
“Himchan….” Belum sempat Minhyuk
melanjutkan ucapannya, Hyerim sudah lebih dulu menubruk pundaknya sambil
melintas begitu saja. Dan kejadian tersebut sukses membuat tubuh Minhyuk
menjadi kehilangan keseimbangan. Lalu akhirnya, Minhyuk justru menabrak tubuh
Myungsoo hingga bungkusan di tangan cowok itu terlepas hingga membuat isinya
berceceran.
Jungkook dan Youngjae langsung
berinisiatif untuk membantu Myungsoo membereskan kembali isi map coklat itu
yang ternyata berisi undangan. Sementara Seok Jin menahan tubuh Minhyuk yang
tampak ingin membantu adik kelasnya tersebut.
“Himchan kenapa?” seru Seok Jin seolah
mengingatkan jika Minhyuk belum sama sekali menlanjutkan ucapannya.
“Sungyeol bawain ‘soft drink’ buat
anak-anak. Dan otomatis, Himchan juga kebagian jatah. Gue sama yang lain nggak
tau kalau badannya Himchan ternyata nggak bisa terima kandungan minuman kayak
gitu,” jelas Minhyuk akhirnya.
“Tapi Hyerim pasti tau itu, kan?” desak
Taekwoon yang juga tak bisa menahan rasa penasaranya.
Minhyuk mengangguk cepat. “Dia udah
bilang. Tapi Himchan ngelak.”
“Jadi… Himchan…” Seok Jin tampak
kehilangan kata-katanya.
“Waah… Pak Doojoon mau nikah?” seru
Jungkook dengan nada riang sambil menatap kartu undangan di tangannya. “Dan
kita diundang, Kak.” Ia berujar lagi. Kali ini sampai menunjukkan kartu
undangan tersebut ke hadapan Seok Jin dan Taekwoon.
Seok Jin tampak menyambar benda tipis
tersebut karena tertera namanya sebagai tamu undangan. Sementara Taekwoon
justru melempar tatapan pada Minhyuk untuk memastikan kebenaran undanga
tersebut.
“Minggu depan.” Minhyuk berujar sambil
mengangguk cepat.
“Krystal patah hati, dong?” seru Yougjae
asal.
Ucapan Youngjae tersebut sontak membuat
Seok Jin mendongak cepat. Beda hal dengan Minhyuk yang tampak menolak tegas
ucapan Youngjae.
“Masih ada gue. Nanti gue yang bikin
Krystal nggak patah hati lagi,” ujar Minhyuk dengan rasa percaya diri tinggi.
“Inget, ada Woohyun juga,” goda Youngjae
yang membuat Minhyuk semakin kesal padanya.
Seok Jin kembali menatap undangan
ditangannya dan mengabaikan ocehan tak penting di sana. Lalu sedetik kemudian,
ia melirik ke arah anak tangga yang menuju lantai atas. Seolah ada hal yang
menarik di atas sana. Dan kemudian, Seok Jin mulai meminjakkan kaki di sana
tanpa bisa ada yang mencegahnya.
“Jin! Mau ke mana lo!” Teriakan Taekwoon
bahkan tak bisa menghentikannya.
***
Hyerim menerobos masuk ke dalam ruang
kesehatan. Namun ia justru terdorong kembali ke luar. Karena tindakannya
bersamaan dengan kemunculan Yongguk, Yoongi, Ho Seok, Woohyun, juga Changsub
yang tadi membawa Himchan ke sana.
“Himchan gimana?” tanya Hyerim pada
siapa saja yang berada di sana. Yoongi dan Yongguk terlihat saling melempar
tatapan. Begitu pula dengan yang lainnya.
“Himchan masih pingsan. Dan rencananya
kita mau bawa dia ke rumah sakit,” jelas Yoongi.
“Gue sama Yoongi mau lapor ke Pak
Doojoon dulu buat minjem mobil,” lanjut Yongguk.
Changsub tampak membukakan pintu lebih
lebar lagi. “Kalo mau, lo ke dalam aja.”
Tanpa pikit panjang, Hyerim mengangguk
cepat. Ia kemudian melangkah masuk setelah Yongguk dan yang lain menggeser
tubuh untuk memberikan jalan pada Hyerim. Cewek itu hanya mendapati Bu Victoria
di sana bersama Himchan yang terbaring tak sadarkan diri di tempat tidur.
“Kenapa nggak dicegah kalo kau udah tau
Himchan nggak bisa minum ‘soft drink’?” tegur Victoria dengan nada lembut.
Hyerim hanya mampu tertunduk dan meremas
tangannya. Cukup merasa bersalah karena tidak benar-benar bisa mencegah
Himchan. Dan di sisi lain, ternyata Ho Seok menyusul Hyerim ke dalam.
“Kak Hyerim udah ngelarang kok, Bu.”
Suara Ho Seok membuat Hyerim menoleh cepat. Namun Ho Seok hanya membalas dengan
senyuman. “Tapi Kak Himchannya yang susah dilarang,” belanya.
Victoria kemudian tampak berdiri. “Ya
sudah. Kalian jaga Himchan dulu,” ujarnya sebelum meninggalkan ruangan
tersebut.
***
Seok Jin melesat memasuki ruang kelas 2.
Ia tidak menyadari jika Taekwoon ternyata menyusulnya. Langkah cowok itu
terhenti bahkan sebelum ia sempat memijakkan kaki di dalam ruang kelas
tersebut. Seok Jin justru membalikkan badan. Jelas karena tidak ada siapa-siapa
di sana.
“Kak Jin. Kak Taekwoon.”
Dua pemuda yang disebutkan namanya tersebut
sontak berbalik. Mereka mendapati Hayoung di sana. Cewek itu baru saja kembali
ke kelasnya diikuti beberapa siswi kelas 2 lainnya.
“Kerja sosial bikin kita jarang ketemu,”
desis Taekwoon yang bahkan sudah menarik tangan Hayoung. “Untung Jin ngingetin.”
Ia membawa cewek itu menjauh dari kelasnya. Seok Jin juga tampak menyusul ke
duanya dengan tatapan heran.
“Ada apa sih, Kak?” tanya Hayoung dengan
nada serius. Karena bisa dipastikan, Taekwoon dan Seok Jin pasti akan
melibatkannya untuk sesuatu yang penting.
“Sungjae masuk sekolah, nggak?”
“Krystal masuk sekolah, nggak?”
Seok Jin dan Taekwoon sontak saling
melempar tatapan. Mereka bertanya bahkan hampir diwaktu yang bersamaan. Dan itu
sukses membuat Hayoung sedikit jengkel.
“Mau nanyain Krystal atau Sungjae, sih?”
protes Hayoung.
Taekwoon masik menatap Seok Jin.
“Bukannya kita mau bahas Sungjae? Waktu itu kan nggak jadi, Jin.” Ia juga
berusaha mengingatkan Seok Jin tentang sesuatu. “Minho mau balik loh ke sini.
Inget. Kasusnya Minho berkaitan dengan Himchan, Eun Ji, dan Sungjae. Mungkin
Hyerim juga,” kata Taekwoon terdengar seperti tak ingin kalah.
Seok Jin sudah hampir membuka mulut,
namun langsung ia bungkam kembali. Berusaha menahan diri untuk tidak
membicarakan Krystal terlebih dulu. Dan semua yang diucapkan Taekwoon memang
benar. “Iya sorry gue baru inget,”
ujar Seok Jin akhirnya.
“Memangnya Sungjae kenapa?” tanya
Hayoung untuk menetralisir keadaan di sana.
“Apa aja yang lo tau tentang dia?”
Taekwoon balik bertanya.
Hayoung sempat berpikir sesaat.
“Jungkook bilang, dia punya masa lalu sama Kak Eun Ji. Terus kalo kata Ho Seok,
dia pernah mergokin Seungjae manggil Kak Hyerim itu Eun Ji.”
“Apa?” Taekwoon dan Seok Jin sukses
dibuat terkejut.
“Lo tau dari mana, Young?” desak
Taekwoon tanpa bisa mengendalikan rasa penasarannya.
“Nyogok Ho Seok pakai informasi tentang makanan
kesukaan Kak Hyerim,” ujar Hayoung dengan nada polos.
“Gila lo ngejual kakak kelas sendiri,”
Seok Jin tampak memprotes adik kelasnya itu. Terlebih Hyerim adalah sahabatnya.
“Jin!” Taekwoon berusaha menengahi.
Namun ia ragu atas apa yang ia lakukan.
“Tapi bukan yang benerannya, kok.”
Buru-buru Hayoung seperti meralat ucapannya. Ia tak ingin melihat amukan Seok
Jin karena ia bersikap seenaknya. “Cuma ngarang aja,” ujarnya takut-takut.
Taekwoon terdengar mendengus mengejek.
“Sekarang malah ngebohongin temen sendiri.” Sementara Hayoung hanya mencibir,
kesal. Melihat itu, sontak Taekwoon terkekeh sambil mengacak rambut Hayoung
yang membuat cewek itu semakin murka.
Seok Jin kini justru terlihat tersenyum
simpul menyaksikan tingkah salah satu teman sekelasnya tersebut.
***
Setelah jam istirahat berakhir, seluruh
siswa kelas 2 dan kelas 3 kembali melanjutkan kegiatan mereka sebagai seorang
pelajar. Terlebih, Doojoon kini tampak memasuki ruang kelas 3. Meski jabatannya
sebagai seorang kepala sekolah, Doojoon juga menjalani kewajibannya sebagai
seorang guru juga.
Doojoon berdiri sambil menatap
satu-persatu muridnya dari balik meja. Dan mata pria itu jatuh pada meja
terdepan di kelas. Milik Minhyuk juga Hyerim yang tampak kosong. “Meski hari
ini teman kalian tidak lengkap. Kita tetap harus melanjutkan pelajaran,” ujar
sang kepala sekolah tersebut sambil memulai membuka buku referensi yang ia bawa
untuk mengajar.
Sementara di tempatnya berada, Seok Jin
tampak menghela napas. Sesekali ketua kelas 3 tersebut melirik jam ditangannya
dengan gusar. Salah satu penyebabnya adalah karena ia tidak bisa bergabung
dengan Hyerim dan Minhyuk yang menemani Himchan ke rumah sakit. Tepat saat ia
merasakan ponselnya bergetar, Seok Jin membukanya secara sembunyi-sembunyi
sambil mengawasi Doojoon agar ia tidak ketahuan bermain ponsel di kelas. Sebuah
pesan masuk dari Krystal.
Gue nggak
masuk. Tapi kak Jin tetap harus nepatin janji. Tepat pulang sekolah nanti, gue
tunggu di café tempat kemaren kak Jin bilang.
Seok
Jin sempat menoleh ke kanan. Ke tempat Taekwoon berada. Dan ternyata, Taekwoon
juga menyadari tatapan Seok Jin. Seperti menyadari sesuatu, Taekwoon justru
menuliskan sesuatu di halaman terakhir buku tulisnya. Kemudian ia menyobek
kertas berisi tulisan tersebut, lalu ia gumpalkan sebelum akhirnya ia lemparkan
tepat ke arah Seok Jin.
Lo urus aja
rencana lo sama Krystal. Nanti biar gue dan Hayoung yang nyusul Minhyuk sama
Hyerim ke rumah sakit.
Seok Jin meremas kembali kertas di
tangannya tersebut. Ia memang sempat menceritakan janjinya pada Krystal. Namun
tak disangka, Taekwoon seperti mengetahui Krystal benar-benar menagih janji
pada Seok Jin. Dan cowok itu lalu menoleh kembali ke arah Taekwoon. Seolah
memastikan sesuatu, Taekwoon mengangguk tegas. Setelah itu, Seok Jin kembali
menghadap ke depan.
***
“Rim!” dengan sengaja, Minhyuk
menyenggol lengan Hyerim yang duduk di sampingnya. Mereka sedang menunggu
Himchan dikursi sebuah koridor rumah sakit. Dan sejak tiba di sana, Hyerim
selalu bungkam.
“Hmm?” Hanya itu tanggapan Hyerim.
Minhyuk hanya bisa menghela napas,
pasrah. Dan lebih memilih menyandarkan tubuhnya lebih dalam. Belum lagi mereka
sudah menunggu cukup lama di sana. “Lo nggak laper, apa?” usaha Minhyuk untuk
membuat Hyerim tak mengabaikan keberadaannya di sana.
Hyerim akhirnya menggerakan kepala.
Menoleh ke arah Minhyuk namun tatapannya justru jatuh ke tempat lain. Cewek itu
melihat sepasang suami istri yang melangkah tergesa-gesa. Hyerim langsung
berdiri untuk menegaskan pandangannya. Setelah semakin dekat, Hyerim justru
membalikkan badan.
“Lo kenapa sih, Rim?” tegur Minhyuk yang
sontak langsung khawatir. Ia bahkan sampai ikut berdiri.
“Orang tuanya Himchan. Gue cabut dulu,
Min.” Sambil menyambar ranselnya, Hyerim langsung melesat pergi. Ia bahkan
seperti tak memberi kesempatan Minhyuk untuk menghalanginya. Belum lagi pria
dan wanita tadi kini sudah semakin dekat ke tempat Minhyuk berada.
“Kamu teman sekolah Himchan?”
Minhyuk menarik kembali tangannya yang
sudah terulur untuk berusaha mencegah kepergian Hyerim. Tentu karena pria tadi
bicara padanya. Minhyuk menoleh sambil menangguk sebagai jawabannya.
“Bagaimana keadaan Himchan?” kali ini
wanita itu yang bertanya dengan nada khawatir.
***
“Nih, ketinggalan.” Taekwoon sempat
menghalangi langkah Seok Jin saat ingin melintasi pintu kelas. Salah satu
tangan cowok itu terulur dengan sebuah kartu undangan dalam genggamannya.
Sambil melangkah ke luar, Seok Jin
memasukkan undangan miliknya tersebut ke dalam ransel. Sementara di depan sana,
tampak Hayoung melangkah mendekat.
“Gue jadi kepikiran Krystal waktu liat
undangan itu,” kata Hayoung saat ia berhenti tepat di hadapan Sok Jin juga
Taekwoon.
“Jin mau ketemu Krystal,” ujar Taekwoon.
Terutama untuk Hayoung.
Hayoung yang terlihat cukup terkejut,
sontak langsung melempar tatapannya pada Seok Jin seolah meminta penjelasan.
“Bener gitu, Kak? Krystal aja hari ini nggak masuk sekolah,” tegasnya sekali
lagi.
Bukannya langsung menjawab, Seok Jin
justru kembali melirik Taekwoon seakan meminta saran atau persetujuan. “Tapi
Hyerim…” Seok Jin menggantungkan ucapannya. Di sisi lain, ia masih memikirkan
Hyerim. Cewek itu pasti tertekan melihat Himchan menderita.
Taekwoon meletakkan salah satu tangannya
ke atas pundak Seok Jin. Berusaha menenangkan Seok Jin, seraya memikirkan kata
yang tepat untuk Seok Jin menghadapi masalahnya. “Gue pikir, ucapan Hayoung ada
benernya. Krystal juga pasti menderita dengan berita pernikahan Pak Doojoon.
Dan Krystal menganggap lo bisa bantuin dia agar bebannya berkurang.” Taekwoon
sempat memberi jeda pada kalimatnya. “Tapi untuk urusan Hyerim, dia di sana
sama Minhyuk. Lo percaya sama Minhyuk, kan?”
“Kak Jin jangan khawatir,” ujar Hayoung
ikut bicara. “Andai Krystal minta gue buat nemuin dia, Kak Jin pasti bisa
nemuin Kak Hyerim. Tapi kali ini, gue mohon Kak Jin hibur temen sekelas gue
itu. Jadi, gue yang gantiin Kak Jin ngehibur Kak Hyerim.”
Seok Jin menghela napas, berat.
Mempertimbangkan keputusan terbaik untuk semua. “Kalo gini jadinya, gue berharap perasaan gue ke Hyerim nggak berubah
dari dulu. Bener-bener cuma nganggep dia sahabat.”
***
Flashback…
Hyerim sudah ingin mendorong pintu kamar
rawat disebuah rumah sakit. Namun seseorang sudah lebih dulu membukanya dari
dalam. Membuat Hyerim sontak termundur beberapa langkah. Mereka adalah kedua
orang tua Himchan. Dan Hyerim memang ingin menjenguk cowok itu di sana. Tapi
sepertinya, ayah dan ibu Himchan tidak memperkenankan anaknya dijenguk oleh
Hyerim.
Belum sempat ada yang bicara, beberapa
teman Himchan yang lain tampak muncul di sana. Yoona, Gikwang, Yong Hwa, Yuri
dan Hackyeon yang bahkan masih mengenakan seragam milik SMA Paradise. Tanpa
perlu mengatakan apa-apa, kelima orang tadi dengan mudahnya diberi jalan masuk
oleh orang tua Himchan. Terutama tuan Kim yang bahkan sampai ikut mengantar ke dalam.
Hyerim masih berdiri di sana. Sedikit
menunduk karena ia hanya berhadapan dengan nyonya Kim. Hackyeon tadi sempat
menatap Hyerim penuh simpatik, namun tak bisa berbuat apa-apa untuk cewek itu.
“Saya tahu siapa kamu,” desis nyonya Kim
dengan nada merendah. “Dan sesungguhnya saya sangat tidak berharap kamu ada di
sini. Apalagi untuk menjenguk anak saya, Himchan.”
Mendengar itu, Hyerim hanya bisa meneguk
ludahnya yang terasa pahit. “Jadi… saya tidak boleh menjenguk Himchan?” tanya
Hyerim dengan suara tercekat. Ia bahkan semakin tidak berani menatap nyonya
Kim.
“Apa ucapan saya tadi kurang jelas?”
Tanpa memberi kesempatan Hyerim menjawab, nyonya Kim sudah lebih dulu melesat
ke dalam dan meninggalkan Hyerim begitu saja.
Hyerim mengepalkan tangannya untuk
menahan rasa sakit dihatinya. “Harusnya
gue sadar sejak awal dengan kondisi gue yang sulit diterima di keluarga
Himchan.” Sambil berusaha menahan tangis, Hyerim membalikkan badan dan
menyeret langkah menjauh dari sana.
Flashback
end…
Hyerim seorang diri di tepi trotoar
jalan. Bersandar dipagar pembatas sebuah taman dengan jalan raya. Menatap hampa
lalu lintas yang ramai dihadapannya kini. Kejadian beberapa bulan itu masih
terekam jelas dibenaknya. Bahkan sampai menimbulkan seperti rasa trauma. Yang akhirnya
membuat Hyerim tak berani bertemu langsung dengan kedua orang tua Himchan.
Cewek itu melirik jam ditangan kirinya.
Sudah hampir jam 3 sore. Namun ia seperti enggan untuk meninggalkan tempat itu.
Tapi Hyerim tetap memaksa diri untuk berdiri. Ia sempat mendongak sedikit untuk
menatap gedung rumah sakit tempat Himchan dirawat saat ini. Mengingat sudah ada
anggota keluarga cowok itu, bisa dipastikan kondisi Himchan akan baik-baik
saja.
Hyerim melangkah ke tepi jalan saat
sebuah taksi berhenti dan menurunkan seorang siswi SMA sepertinya namun dengan
seragam milik SMA Destiny. Cewek itu
hendak ingin menyeberang jalan. Karena lalu lintas yang ramai, membuatnya
sedikit mengalami kesulitan. Hyerim berdiri di dekat cewek tadi karena ia ingin
menunggu bus di sana.
Dari arah kanan, tampak mobil yang
melaju cukup kencang di saat lalu lintas ramai. Dan ketika mendapat sedikit
celah, cewek tadi sudah ingin melangkah. Namun buru-buru Hyerim menariknya ke
tepi. Kejadian yang sangat cepat. Tanpa sadar justru membuat Hyerim terpental
ke belakang karena sekuat tenaga menarik cewek tadi agar tidak tertabrak mobil.
Terlihat dari papan nama diseragam
sekolahnya, cewek tadi bernama Kim Yura. Dan ia cukup histeris mendapati Hyerim
sudah dalam posisi terkapar di atas aspal. Selain itu, salah satu penumpang
mobil tadi tampak memunculkan diri dan langsung menghampiri Yura yang sedang
mengangkat kepala Hyerim yang sudah mengeluarkan darah.
“Astaga! Hyerim!” pekik cewek pemilik
mobil tadi yang ternyada adalah Eun Ji. Buru-buru Eun Ji berjongkok di samping
Yura. “Kita bawa ke rumah sakit,” putusnya.
Yura justru hanya menatap Eun Ji. Tentu
karena ia melihat kemiripan antara Eun Ji dan Hyerim yang membuatnya cukup
kebingungan.
***
Seok Jin melangkah masuk ke dalam sebuah
café yang terlihat cukup mewah. Tentu kedatangannya cukup menarik perhatian
beberapa orang. Terutama para pelayan di sana. Namun Seok Jin justru
menempelkan jari telunjuknya ke bibir agar mereka semua bungkam. Terlihat jelas
jika Seok Jin sepertinya sudah tidak asing di sana.
Tanpa mengalami kesulitan yang berarti,
Seok Jin bisa dengan mudah menemukan Krystal yang sudah di sana. Duduk sendiri
sambil mengaduk-aduk gelas minumannya tanpa minat. Cewek itu bahkan mengenakan
seragam sekolahnya yang sukses membuat Seok Jin berpikir, kemana cewek itu
seharian ini.
Nampaknya Krystal seperti menyadari
kehadiran Seok Jin. Ia mendongak dan sukses membuat Seok Jin cukup terkejut.
Cowok itu langsung mengambil tempat di samping Krystal.
“Lo kenapa, Krys?” seru Seok Jin khawatir.
Krystal
yang selalu terlihat cerita, kita justru seperti tak memiliki semangat untuk
hidup. Wajah cantiknya bersih dari make-up. Sementara rambutnya dibiarkan
begitu saja bahkan setelah tertiup angin di jalan. Dan itu justru yang menjadi
pertanyaan besar. Bahkan bukan hanya Seok Jin saja jika melihat Krystal dalam
kondisi seperti itu.
“Udah denger berita baik dari Pak
Doojoon, kan?” Krystal tersenyum. Namun justru sukses membuat rasa sakitnya
semakin terlihat jelas.
Seok Jin sama sekali tak melepaskan
tatapannya pada Krystal. Terlebih saat senyuman Krystal memudar sampai akhirnya
bibir cewek itu tampak bergetat dan matanya mulai berkaca-kaca. Tangan Seok Jin
bergerak-gerak, seakan ingin menarik cewek itu ke dalam pelukannya. Namun ada
hal yang seperti menahannya untuk melakukan itu.
Krystal sudah tak kuat menahan air mata
yang akhirnya pecah. Ia ingin menyeka pipinya menggunakan ujung blazer
sekolahnya. Tapi tangan Seok Jin sudah lebih dulu menahannya. Cowok itu justru
yang mengusap lembut pipi Krystal dari air mata.
“Kak Jin…” Bibir Krystal tampak berujar
samar. Ia dan Seok Jin saling melempar tatapan. Namun Krystal seperti tak bisa
menghentikan tangisnya. Dan hal itu yang membuat Seok Jin akhirnya kalah. Kalah
karena tak bisa membiarkan Krystal seperti itu lebih lama lagi. Seok Jin
menarik cewek itu ke dalam pelukannya untuk sekedar meredakan tangisan Krystal.
Aksi Seok Jin membuatnya kembali menjadi
sorotan. Namun hanya para pelayan di sana yang melihat dengan tatapan menggoda.
Seok Jin sendiri langsung memberikan tatapan membunuhnya untuk para
pelayan-pelayan tersebut. Bahkan Seok Jin terlihat seperti mengusir dan
mengancam jika mereka ada yang berani menganggunya lagi.
Flashback…
“Kayaknya
tadi Kak Hyerim gandengan sama Ho Seok? Eh, sekarang pelukan sama Kak Jin,”
komentar Krystal yang berdesak-desakan dengan beberapa teman sekelasnya yang
mengintip dari jendela. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani menghampiri
secara langsung. “Jadi ngiri. Kapan ya, gue sama Pak Doojoon bisa begitu?”
ujarnya lirih. Tentu saja ia sambil sedikit mengkhayal.
“Tunggu
sampe Pak Doojoon ngasih lo undangan pernikahannya sama cewek lain,” sahut
Namjoon jahil. Ia adalah teman semeja Jungkook.
Flashback
end…
Mengingat kejadian itu, Krystal dengan
sekuat tenaga menjauhkan tubuhnya dari dada bidang milik Seok Jin. Ucapan
Namjoon benar-benar terjadi. Hanya saja yang membedakan adalah orang yang
memeluknya. Seok Jin sendiri tidak memprotes apa-apa. Dan kini keduanya saling
diam, canggung. Krystal juga langsung menyeka sisa air mata dipipinya yang kini
justru terasa panas karena perbuatan Seok Jin tadi.
Seok Jin buru-buru menyambar buku menu
dihadapannya. “Krys, lo mau pesen apa?”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar