Author : N-Annisa (@nniissaa11)
Main Cast :
·
Lee
Hongbin (Vixx)
·
Krystal
Jung (Fx)
·
Yook
Sungjae (BtoB)
Support Cast :
·
Kwon
Yuri (SNSD)
·
Park
Cheondung (M-Blaq)
·
Son
Naeun (A-Pink)
·
Park
Hyungsik (Ze:a)
·
Other
member VIXX
Genre : romance, friendship, yaoi
Length : 3 shoot
Summary :
“Hongbin selalu bikin aku cuma bisa ngagumin dia diam-diam…
Aku lupa kalau nggak cuma ada 1 Hongbin di dunia ini…”
***
Cewek
itu tampak buru-buru. Dengan membawa setumpuk buku, cewek tersebut melangkah
cepat sambil berusaha mengimbangi sling-bag
yang tersampir apa adanya di pundak. Saat berbelok, cewek itu menghentikan
langkah saat melewati sebuah toko yang memajang sebuah gaun pengantin yang
sangat cantik.
Sesaat,
cewek itu seperti melupakan keterburu-buruannya tadi. Ia menatap lekat seolah
mengkayal dirinyalah yang menjadi manekin
beruntung tersebut. Mengenakan gaun pernikahan yang sangat cantik. Cewek itu
bahkan tidak menyadari saat seorang cowok mendekat dan memperhatikannya.
Cowok
tadi tersenyum geli melihat wajah si cewek. “Cepat suruh si Cheondung ngelamar
kamu,” godanya jahil.
Cewek
itu sontak menoleh cepat. “Sungjae!” pekiknya nyaring. Bahkan sampai membuat
cowok yang ia panggil Sungjae tadi menjauhkan wajahnya.
“Apa?”
seru Sungjae. Namun cewek itu tampak diam. “Ayo cepet temenin aku.” Dengan
sedikit paksaan, Sungjae menarik tangan cewek itu.
“Sungjae,
lepas! Aku mau kerja.”
“Krystal!”
Sungjae menghentikan langkah, namun ia tak melepaskan genggaman tangannya.
“Kemarin kamu bolos check-up rutin.
Apa bedanya kalo kamu hari ini bolos kerja?”
Cewek
bernama Krystal tadi langsung bungkam mendengar ucapan Sungjae seperti tadi. “Tapi…”
“Atau
mau aku temenin ke rumah sakit?” sela Sungjae diiringi dengan ucapan
menantangnya. Membuat Krystal semakin bungkam. “Mendingan kamu temenin aku
nyari hadiah untuk pacar aku.”
“Hadiah?
Untuk Naeun?” tanya Krystal sedikit bersemangat. Ia bahkan sudah tidak
memberontak lagi saat Sungjae kembali menarik tangannya. Namun kini justru Sungjae
yang terlihat diam. Dan diamnya Sungjae membuat Krystal mengerti. “Masih
pacaran sama cowok itu? Mau sampai kapan, Jae? Kasian kan Naeun?”
Sungjae
terdengar menghela napas saat ia membawa Krystal masuk ke dalam sebuah toko. “Aku
masih takut buat bener-bener pacaran sama cewek. Jadian sama Naeun juga kan
terpaksa karena kami dijodohin.”
Krystal
hanya menatap punggung Sungjae yang semakin menjauh setelah cowok itu
melepaskan tangannya tadi. Ia teringat kejadian dua tahun lalu saat Sungjae
mengalami masa-masa sulit dikehidupan percintaannya.
Cowok
itu pernah tanpa sadar melakukan hal yang terlarang hingga membuat pacarnya
hamil. Tentu Sungjae sudah ingin bertanggung jawab. Namun pacarnya tersebut
justru lebih memilih mengakhiri hidup. Semenjak itu, Sungjae seperti merasakan
sebuah terauma jika menjalin hubungan dengan seorang cewek. Hingga akhirnya, Sungjae
yang frustasi justru berpacaran dengan seorang cowok. Dan hanya Krystal yang
mengetahui hal itu meski Sungjae sendiri masih menutupi identitas asli cowok
tersebut.
Krystal
berniat menghampiri Sungjae. Namun ia membawa serta sebuah jepit rambut kecil.
Terlihat sangat cantik dan mewah dengan taburan berlian kecil di atasnya. Sungjae
sedang melihat-lihat syal yang terpajang di sana. Lalu Krystal meraih salah
satu tangan Sungjae dan meletakkan jepit rambut pilihannya ke tangan cowok itu.
“Kasih
ini buat Krystal,” ujar Krystal saat Sungjae menoleh padanya.
***
“Hongbin…
kakak pinjem mobil kamu dong, dek.”
Cowok
bernama Hongbin tersebut membatalkan niat untuk menyuapkan potongan roti
panggang yang menjadi menu sarapannya pagi itu. Hongbin menggeser kunci
mobilnya di atas meja makan ke dekat posisi kakak perempuannya itu duduk.
“Kak
Yuri mau ke mana, sih?”
“Mau
jenguk temen. Soalnya mobil aku kan cuma muat untuk ber-5 aja. Kita tukeran
dulu, ya.” Yuri kemudian terlihat menyambar gelas susunya. Yuri melirik
kegiatan Hongbin yang sibuk menikmati sarapannya. Masih sambil menenggak
minumannya, kali ini tatapan Yuri menangkap ponsel miik Hongbin. Dengan jahil
cewek itu menyambarnya. “Foto pacar kamu, ya?” goda Yuri.
Hongbin
melirik cepat. Dan baru menyadari ponselnya kini berada di tangan Yuri. “Apaan
sih, Kak!” protes Hongbin sambil menyambar kembali ponselnya.
Yuri
hanya terkekeh menanggapi kepanikan adiknya itu. “Cantik juga. Kenalin dong ke
kakak.”
Hongbin
justru tersenyum pahit menatap foto pada layar ponselnya tersebut. Dan tak lama
kemudian, sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Hongbin. “Dari semalem nggak ada kabar, pagi ini cuma ngirim SMS doang?”
“Kakak
berangkat ya, Hong.” Yuri tampak berpamitan sambil menyambar tas tangannya.
Hongbin
hanya melirik sekilas pada Yuri yang sudah tampak menjauh. Cowok itu lalu
kembali menatap layar ponselnya. Membaca sebuah pesan masuk.
Aku mau ngasih kamu
sesuatu. Kita ketemu jam 2 di tempat biasa.
Hongbin
sama sekali tidak membalas pesan tersebut dan hanya ia biarkan begitu saja.
Sementara ia sendiri kini memilih untuk melanjutkan sarapannya yang sempat
tertunda.
***
Baru
saja turun dari mobil, Hongbin sudah langsung menjadi sorotan. Terutama dari
para cewek-cewek di kampusnya tersebut. Tak mungkin ada yang bisa menolak
pesona cowok tampan tersebut. Selain tinggi, putih, tampan, Hongbin juga
seorang model. Termasuk Krystal yang kebelutan melintas di sana tak melepaskan
pandangan dari cowok itu.
Sementara
tak jauh dari sana, Sungjae tampak ingin menghampiri Krystal. Namun saat
melihat ada Hongbin, cowok itu justru langsung membatalkan niatnya.
“Hongbin selalu bikin aku cuma bisa ngagumin
dia diam-diam.” Krystal sengaja mengalihkan tatapannya dari Hongbin. Dan
tak disangka ia justru menangkap tubuh tinggi Sungjae yang berjalan menjauh.
“Sungjae!” pekiknya.
Hongbin
menoleh cepat saat mendengar ada yang menyebut nama Sungjae. Namun ia tak menemukan
cowok yang dimaksud di sana. Hongbin kemudian lebih memilih pergi dari sana.
Mengabaikan cewek-cewek yang masih terpesona karenanya.
***
Sungjae
memasuki cafeteria kampusnya. Duduk di semuah kursi yang masih kosong.
Sementara Krystal juga mengikutinya duduk di meja yang sama.
Krystal menatap Sungjae
penuh tanya. “Nggak denger apa dari tadi aku manggilin kamu? Kenapa sih, Jae?”
Sungjae
yang terkejut dengan kedatangan Krystal, semakin tak bisa menjawab pertanyaan
cewek itu. “Oh, kamu manggil? Maaf, aku nggak denger.” Sungjae mengusap
tengkuknya, gugup. “Oh, iya. Tadi aku ketemu Chendung. Dia nyariin kamu.”
Krystal
hanya mengangguk menanggapinya. “Iya, tadi aku juga udah ketemu dia.” Cewek itu
berkata lirih. Lalu mendesah pelan tanpa menatap Sungjae. Namun tatapan Krystal
justru jatuh pada sebuah tas karton di dekat kursi Sungjae. “Itu kado yang
kemaren?”
Sungjae
menoleh ke arah benda yang dimaksud Krystal. Ia kemudian tampak mengangguk.
“Nanti aku mau ketemu dia. Kamu mau ikut?”
“Ikut?”
ulang Krystal. Sementara Sungjae mengangguk, cewek itu justru menatap ngeri
sahabatnya tersebut. Tak terbayangkan jika cowok tinggi, tampan, seperti
Sungjae bertemu dengan pacarnya yang juga seorang cowok. Krystal hanya meneguk
ludah memikirkan hal itu. “Aku harus kerja, Jae. Lembur juga, gara-gara kemaren
aku bolos.”
Mendengar
itu, Sungjae menunjukkan cengiran khasnya. Itu semua karena ia sedikit merasa
tak enak menjadi penyebab Krystal harus bolos kerja. “Maaf ya, Krys. Habisnya
aku bingung banget. Mama maksa aku buat ketemu sama Naeun. Padahal aku udah
punya janji sama Hongbin. Dia pasti marah. Makanya aku berinisiatif ngasih
hadiah.”
Krystal
sedikit terkejut mendengar nama yang disebutkan Sungjae tadi. Namun belum
sempat ia memastikannya, Sungjae sudah lebih dulu sibuk dengan ponsel di
tangannya. Wajah cowok itu berubah menjadi sedikit suram.
Setelah
mengakhiri pembicaraannya, Sungjae menatap Krystal. “Aku harus pergi. Dan
sebagai pengganti rasa bersalah aku yang kemarin, aku pesenin kamu makan ya.”
Tanpa menunggu persetujuan Krystal, Sugnjae sudah lebih dulu berdiri dan
meninggalkan mejanya bersama Krystal. Sungjae bahkan tak lupa membawa serta
bungkusan miliknya.
Krystal
sampai harus sedikit memutar badannya. Ia melihat Sungjae menuju konter makanan.
Cowok itu bahkan sampai terlihat membayarnya langsung. Dengan terpaksa Krystal
bertahan di sana. Sementara pikirannya sibuk dengan nama Hongbin yang tadi
diucapkan Sungjae. “Apa mungkin....” Krystal langsung membayangkan sosok
Hongbin yang ia kenal. Ia bahkan baru melihatnya beberapa saat lalu. Cowok itu
juga seorang model disebuah majalah fashion terkenal. Dan tentu ia memiliki
koleksi foto-foto Hongbin tersebut di
apartmennya.
“Hongbin…”
Krystal
menoleh cepat saat mendengar seseorang menyebutkan nama Hongbin juga. Namun
yang ia dapati bukanlah Hongbin yang selama ini ia tahu. Krystal mendesah lega
saat melihat itu. “Aku lupa kalau nggak cuma ada 1 Hongbin di dunia ini.”
***
Sungjae
menaiki tangga menuju lantai atas sebuah restoran mewah. Ia lalu menuju bagian
balkon dan tersenyum melihat seseorang yang ia cari di sana. Duduk sendiri di
bagian ujung balkon. Area yang cukup sepi dari pengunjung lain. Dengan langkah
cepat, Sungjae melesat ke sana. Ke meja yang dihuni oleh seorang cowok, putih,
tinggi, tampan. Dan itu adalah Hongbin. Sang model, idola kampus yang digilai
banyak cewek. Termasuk Krystal didalamnya.
Sungjae
lalu menarik kursi di depan Hongbin dan duduk di sana. Namun senyumannya
perlahan memudar saat menyadari ada asap rokok di sekitar sana. Dan pelakunya
adalah Hongbin sendiri yang bahkan belum menoleh saat Sungjae tiba di sana.
“Aku
udah di sini. Dan sekarang matiin rokoknya,” kata Sungjae yang terdengar
seperti memerintah.
Tanpa
bicara atau pun menoleh, Hongbin menegakkan tubuhnya lalu mengulurkan tangan
untuk mematikan api rokoknya di atas asbak. “Mau ngejelasin apa untuk yang
kemarin?” seru Hongbin dingin. Masih belum mau menatap Sungjae sedikit pun.
“Kalo
nggak karena hidup ditakdirkan untuk menikah dengan pasangan yang berbeda
jenis. Mungkin aku akan tetap bertahan sama kamu.” Sungjae meletakkan tas
karton yang ia bawa ke atas meja.
Hongbin
akhirnya menoleh dengan tatapan datar. Terkadang ia memang memikirkan apa yang
tadi dikatakan Sungjae. “Jadi, kamu udah yakin sama cewek yang dijodohin sama
kamu itu?”
Sungjae
menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. “Nggak tau, deh.” Ia mengangkat
kedua bahunya, ragu dengan jawabannya sendiri. “Tapi yang pasti, aku nggak akan
ninggalin kamu sendirian. Kita harus bangkit bersama-sama. Kalau aku jadi nikah
sama Naeun, aku mau kamu juga nikah sama cewek lain.”
Mendengar
itu, Hongbin tersenyum sinis. “Dengan ganjaran disakitin lagi, dimanfaatin, dan
lebih parah cuma pengen dapetin harta keluarga aku aja? Gitu?”
“Walau
kemungkinannya kecil, tapi aku yakin masih ada cewek yang nggak kayak gitu,”
ujar Sungjae berusaha menenangkan.
Hongbin
tampak menahan diri untuk tidak begitu saja terpengaruh dengan semua ucapan
Sungjae. Ia hanya diam sambil melempar tatapannya ke arah luar balkon.
Sungjae
mendorong tas karton yang ia bawa ke hadapan Hongbin. “Ini hadiah kecil sebagai
tanda permintaan maaf aku ke kamu.”
Tanpa
pikir panjang, Hongbin meraih benda itu dan membuka tas karton. Tangan Hongbin
menelusup ke dalam sana lalu mengambil sebuah topi di sana. Ternyata isinya
masih ada sebuah syal serta kacamata. Hongbin menatap Sungjae penuh arti atas
barang-barang yang dibawakan Sungjae untuknya.
“Kamu
udah makin terkenal. Aku suka kesel kalo banyak cewek yang ngeliatin kamu di
kampus.”
Hongbin
terkekeh kecil mendengar perkataan Sungjae membuat lesung pipinya terbentuk dan
membuatnya semakin terlihat tampan. Namun senyuman Hongbin luntur saat kembali
mengintip ke dalam tas karton tersebut dan mendapati sebuah jepit rambut untuk
perempuan di dasarnya. “Lagi belajar mencintai Naeun?” seru Hongbin dengan
tatapan sinis sambil menunjukkan benda tersebut ke hadapan Sungjae.
Melihat
itu, Sungjae mengacak rambutnya. Kesal karena ia tak langsung memisahkan benda
itu. “Itu idenya…”
“Sahabat
leukemia kamu itu?” Hongbin menyelak
ucapan Sungjae dengan nada tak suka. “Kirain mau balas dendam gara-gara aku
ngerjain kamu nyuruh jadi cewek? Tapi kan udah 1 sama.”
Sungjae
hanya menunjukkan cengiran khasnya karena sama sekali tak bisa membalas
perkataan Hongbin tersebut.
***
Kamu
pasti masih tidur? ^_^ Aku udah di depan apartmen kamu… cepet bukain pintu…
Krystal
terlonjak setelah membaca pesan dari kekasihnya, Cheondung. Cewek itu bahkan
masih berbaring di tempat tidurnya. Karena terlalu terkejut, Krystal merasakan
sedikit pusing dikepalanya. Sesaat Krystal masih bertahan diposisinya sekarang.
Setelah dirasa sudah lebih baik, cewek itu lalu menyingkap selimutnya lalu
turun dari tempat tidur.
Krystal
menatap wajah ngantuknya dicermin. Dengan mata yang masih sesekali terpejam,
cewek itu membuka laci meja riasnya. Merasa tidak menemukan apa yang ia cari,
Krystal menunduk dan menatap isi laci tersebut. Hanya ada botol-botol kecil
berisi butiran obat, dan selembar kertas tentang riwayat kesehatan yang dimiliki
cewek itu.
Ting tong!
Mendengar
bel apartmennya berbunyi, Krystal menoleh cepat ke arah pintu kamarnya. “Dia
bener-bener udah di sini?” Dengan langkah berat, Krystal bergegas ke luar kamar
yang tidak terlalu luas tersebut. “Ya ampun!” pekik Krystal yang mendapati
seorang cowok sudah duduk santai di sofa apartmen sederhana tersebut. Apartmen
tersebut bahkan hanya berisi barang-barang sepentingnya.
Cowok
itu tersenyum penuh arti melihat penampilan Krystal yang benar-benar apa
adanya. Dengan piyama dan rambutnya sedikit masih berantakan. Cewek itu memang
belum sempat memperbaiki penampilannya sedikit pun.
“Kamu
lama banget, sih?” protes Cheondung sambil berdiri dan melangkah ke tempat
Krystal berada. “Untung aku hapal kode kunci apartmen kamu ini.” Dengan tatapan
menggoda, Cheondung melirik Krystal. Cowok itu menempatkan diri di belakang
Krystal lalu memeluk cewek itu dari belakang.
“Kenapa
nggak bilang kalo mau dateng pagi-pagi? Emang kamu mau ke mana udah rapih gitu?”
Cheondung
menempelkan kepalanya pada kepala Krystal. “Pengen ke sini aja.” Cowok itu lalu
mengecup singkat puncak kepala Krystal. “Kamu bau, ikh. Mandi sana. Abis itu
kita ke luar.”
Krystal
buru-buru memutar badannya menghadap Cheondung, sesaat setelah cowok itu
melepaskan pelukannya. “Tapi aku harus…” ucapan Krystal terhenti karena ia
ingat perkataan Sungjae kemarin bahwa ia harus melakukan check-up ke rumah sakit. Belum lagi obat-obatan dalam lacinya tadi
yang semakin menegaskan ingatannya tersebut. “Aku harus kerja,” ujarnya
beralasan.
Cheondung
menatap kecewa pada pacarnya tersebut. Untuk masalah penyakit yang diderita
Krystal, tentu saja Cheondung belum mengetahuinya. Dengan terpaksa, Cheondung
mengalah dan lebih memilih kembali duduk di sofa.
“Yaudah,
aku tungguin kamu di sini. Kita ke luar bareng. Sekalian aku yang anter kamu ke
restoran.”
Krystal
hanya mengangguk cepat tanpa memprotesnya sedikit pun. Dan kemudian, ia
berbalik lalu melesat cepat ke dalam kamarnya. Saat di kamar, cewek itu justru
lebih dulu menyambar ponselnya dan mengirimi sebuah pesan singkat pada
seseorang.
***
Cheondung
ada di apartmenku sekarang. Dan aku janji bakal ke rumah sakit hari ini. Jadi,
kalau mau nganter aku, jemputnya di resto aja.
Belum
sempat Sungjae membalas pesan Krystal tersebut, pintu mobilnya sudah lebih dulu
terbuka. Hongbin tampak masuk lalu duduk di kursi penumpang.
“Nggak
kuliah? Kok ngajak ketemuan di mobil? Mobilnya juga di luar gerbang kampus gini!”
Hongbin tampak melakukan protes keras.
“Mau
nganter Krystal check-up. Kalo nggak
aku yang maksa, dia nggak bakal jalan.”
Jelas
saja ucapan Sungjae sukses membuat Hongbin kesal. “Kenapa nggak nikah sama si
berlian itu aja sekalian!”
“Berlian?
Maksudnya Krystal?” ujar Sungjae untuk memastikan.
“Iya,”
seru Hongbin dengan terpaksa.
Sungjae
hanya menghela napas, berat. Wajar jika Hongbin memiliki sedikit kecemburuan
pada Krystal yang memang sudah sangat dekat sejak lama. Meski Hongbin sendiri
tidak pernah tahu seperti apa wajah Krystal. Bukan Sungjae yang tak ingin
mengenalkan mereka, tapi Krystal yang hampir selalu menolak hal tersebut.
“Maaf,
kalo kesannya aku kayak ketergantungan sama Krystal. Soalnya cuma dia yang tahu
kalo aku punya pacar cowok.”
“Oke,
jangan bahas itu dulu.” Hongbin seperti menghindari sesuatu. “Nanti kita ketemu
lagi kalo urusan kamu sama Krystal udah beres. Aku masuk kelas dulu.” Hongbin
buru-buru melesat ke luar sebelum Sungjae sempat menahannya untuk pergi dari
sana.
***
“Makasih
ya, Jae.” Krystal merendahkan posisi berdirinya saat bicara pada Sungjae yang
berada di dalam mobilnya.
“Pulang
jam berapa? Biar aku jemput sekalian,” tawar Sungjae.
Krystal
menggeleng cepat. “Cheondung yang jemput. Aku rasa dia kesel gara-gara tadi
nggak jadi pergi,” ujarnya yang geli sendiri mengingat raut kesal yang
ditunjukkan Cheondung tadi pagi.
“Dia
udah tahu tentang…”
“Jangan,
Jae.” Krystal memotong ucapan Sungjae. “Aku akan cari cara lebih halus buat
lepas sama dia.”
Sungjae
mengangguk, pasrah. “Aku cuma nggak mau kamu yang sakit hati, Krys. Soalnya
yang aku tau, Cheondung agak sedikit playboy. Dan lagi, kalian pacaran udah
cukup lama. Menurut aku itu aneh. Apa mungkin Cheondung punya maksud…”
“Aku
nggak peduli, Jae.” Krystal membungkam mulut Sungjae dengan ucapan tegasnya. “Udah
ya… jangan bahas itu. Aku harus langsung kerja lagi. Bye Sungjae.” Krystal dengan sengaja seperti menghindari Sungjae
dengan keterburu-buruannya. Ia bahkan tak menunggu Sungjae membalas ucapannya.
“Semoga
kamu dapet yang terbaik, Krys.” Sungjae hanya mampu mendoakan cewek itu. Ia
tahu bagaimana keadaan Krystal. Dan yang diinginkan cowok itu hanya melihat
senyuman sahabat terbaiknya. Seorang cewek yang bahkan tidak menjauhi meski
sudah tahu jika Sungjae mengalami sedikit ‘kelainan’ dalam urusan
percintaannya.
***
“Jiyeon,
aku duluan!” Krystal berteriak semangat sebelum meninggalkan restoran tempat ia
bekerja. Meski suasana di resto masih cukup ramai, tapi jam kerja Krystal sudah
selesai. Dan cewek itu masih memiliki pekerjaan lain yang harus ia jalani.
“Dari
jadi kasir, langsung berubah jadi fotografer. Keren deh,” goda Jiyeon sebelum
Krystal benar-benar meninggalkan resto.
Krystal sendiri hanya
terkekeh menanggapinya sebelum melesat ke balik pintu resto. Krystal langsung
menuju tepi jalan raya untuk menyetop taksi yang akan membawanya pergi ke suatu
tempat.
“Studio
‘Big Star’,” kata Krystal pada supir tersebut.
Setengah
jam kemudian, Krystal tiba di tempat yang ia maksud. Dengan langkah riang,
cewek itu memasuki gedung tersebut. Tempat pertama yang ia tuju adalah meja
informasi. “Saya Krystal Jung. Bisa bertemu Park Hyungsik?”
***
Hongbin
menghentikan mobilnya dipelataran parkir sebuah studio. Setelah mematikan mesin
mobil, cowok itu langsung melesat ke luar. Dengan langkah lebar, cowok itu bergegas
memasuki gedung. Sambil sesekali melirik jam tangannya, Hongbin menuju lift.
Cepat-cepat Hongbin menekan tombol agar pintu bisa kembali terbuka.
Cowok
itu menuju lantai 4. Dan setelah sampai, Hongbin langsung menuju sebuah ruangan
yang cukup ramai. “Maaf, telat.” Hongbin berseru sambil melangkah masuk di
sana. Kehadiran Hongbin di sana langsung disambut oleh seorang cowok yang
sama-sama tinggi sepertinya.
“Hong,
kita lagi nyoba bakat fotografer baru. Dan yang sekarang satu-satunya cewek
yang berhasil aku rekrut,” kata Hyungsik terdengar sangat bangga. Hongbin hanya
tersenyum saja menanggapinya. “Kamu langsung ganti baju ya,” ujarnya setengah
memerintah.
Setelah menyerahkan
Hongbin pada salah seorang karyawan di sana yang memang bertugas menyiapkan
perlengkapan yang akan dipakai model mereka, Hyungsik tampak menuju area untuk
pengambilan gambar. Di sana ada seorang cewek di balik kamera yang sedang
mencoba memotret tempat yang akan menjadi latar dalam pemotretan hari itu.
“Krys.”
Hyungsik menepuk pundak cewek itu dan mengalihkan perhatian Krystal dari acara
memotretnya. “Jangan gugup, ya. Soalnya kamu bakal motret seorang model yang
ya… bisa dibilang cukup terkenal.”
“Aku
justru semangat banget, Kak.” Krystal sama sekali tidak terlihat gugup seperti
apa yang dikhawatirkan Hyungsik.
Hyungsik
ikut terkekeh karena melihat tingkah Krystal.
“Kak
Hyungsik yang cobain duluan ya jadi model aku,” goda Krystal. Ia bahkan tak
tanggung-tanggung untuk menyeret Hyungsik ke dalam set.
“Krys,
apa-apaan sih!” protes Hyungsik. Namun ia tak berani memberontak lebih keras
pada cewek itu. “Nggak mau, akh.”
“Sekali
aja,” paksa Krystal sambil mendorong pelan tubuh tinggi Hyungsik ke dalam set
yang didominasi warna putih tersebut dan hanya terdapat satu kursi kecil di
sana. “Kapan lagi nyobain jadi model.” Krystal langsung bergegas kembali ke
tempatnya untuk memotret Hyungsik.
Beberapa
kali Krystal berhasil mengabadikan gambar diri Hyungsik. Namun setelah itu,
Hyungsik sudah benar-benar menyingkir dari sana dan sukses membuat Krystal sedikit
cemberut.
“Itu
model-model yang aslinya udah pada dateng.”
Krystal
sontak menoleh ke arah yang dimaksud oleh Hyungsik untuk memastikan. Sudah ada
sekitar 4 cowok tampan di sana. Tinggi, putih, dan benar-benar menunjukkan
bahwa mereka adalah seorang model.
“Kenalkan
ini Krystal Jung. Fotografer kita hari ini,” kata Hyungsik memperkenalkan
Krystal pada 4 cowok tampan tersebut. Tak lupa, Hyungsik juga memperkenalkan
nama cowok-cowok itu pada Krystal. Mulai dari cowok berkulit paling eksotis di
sana. “Itu Hackyeon, lalu Sang Hyuk, Taekwoon dan Jaehwan.”
Setelah
berkenalan secara resmi dengan Krystal, ke-4 cowok tadi langsung bersiap menuju
set. Dan Krystal sendiri langsung bersiap di tempatnya.
Hyungsik
berdiri di samping Krystal, namun tatapannya terlihat tertuju pada Hackyeon. “Won
Sik mana sama Hong…”
“Jangan
mulai dulu!” protes Sang Hyuk karena Krystal tampak mulai memutar-mutar lensa
kameranya. “Kita belum lengkap.” Bahkan saat Sang Hyuk belum menyelesaikan
kalimatnya, lampu blitz pada kamera sudah lebih dulu berkedip. Tepat saat
posisi Sang Hyuk sangat buruk dengan tangan melambai ke depan.
Krystal
hanya menunjukkan deretan giginya karena terkesan terlalu terburu-buru. “Maaf.”
“Itu
Hongbin sama Won Sik,” seru Jaehwan memberitahu.
Krystal
menoleh perlahan. Ia bahkan sampai melupakan kegiatannya tadi yang ingin
menghapus foto Sang Hyuk. Ada dua cowok yang melangkah mendekat. Namun salah
satu dari mereka terhalang cowok yang berjalan didepannya.
“Ini Won
Sik dan…” Hyungsik terdengar memperlambat ucapannya seiring cowok di belakang Won
Sik tadi mulai menampakkan wajah tampannya. “Hongbin.”
Freze… Krystal membeku mendapati cowok
tampan idola cewek-cewek dikampusnya ada di sana. Ia bahkan terlibat sebuah
pekerjaan dengan seorang Lee Hongbin yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Mungkin untuk sekedar bisa menyapa Hongbin di kampus pun rasanya Krystal tak
sanggup membayangkan hal itu.
***
Krystal
membereskan peralatannya yang ia gunakan selama melakukan pemotretan tadi.
Dengan hati berbunga, cewek itu kembali melihat foto Hongbin di dalam
kameranya. Hasil karya dirinya sendiri. Belum lagi Hongbin tampak tersenyum
lepas di dalam foto tersebut.
Kebahagiaan
Krystal saat menatap foto-foto Hongbin tadi, harus sedikit terganggu karena
sebuah pesan masuk pada ponsel Krystal. Dari Sungjae. Langsung saja Krystal
membaca pesan Sungjae tersebut.
Cheondung
nggak jemput, kan? Aku juga udah di depan studio nunggu kamu. Kalau udah
selesai langsung ke luar ya…
Krystal memainkan jarinya di atas layar sentuh
ponsel. Namun matanya justru teralih pada 6 cowok tampan yang tadi jadi
modelnya sedang berjalan bersama ke luar ruangan tersebut. Tentu setelah mereka
berganti pakaian dulu sebelumnya. Terutama pada Hongbin. Hanya karena cowok itu
memang sudah menarik perhatiannya sebelum ini. Tapi karena syal dalam genggaman
Hongbin yang sangat familiar baginya. Syal pilihan Sungjae yang katanya akan ia
berikan pada ‘kekasih’ laki-lakinya. Dalam hati, cewek itu meyakini bahwa bukan
hanya ‘pacarnya’ Sungjae saja yang memiliki benda seperti itu.
Hyungsik
menyodorkan sebuah album foto berukuran sedang. “Hasil karya kamu. Udah
termasuk yang akan terbit di majalah bulan depann nantinya.”
Krystal
sempat terkejut dengan kedatangan Hyungsik. Namun saat melihat benda ditangan
cowok itu, tatapan Krystal sontak berubah. Dengan senang hati Krystal menerima
benda itu. Lalu setelah urusannya di sana benar-benar selesai, cewek itu segera
berpamitan untuk pulang. Sambil memeluk album foto karyanya, Krystal langsung
meninggalkan gedung studio dan melesat menuju mobil Sungjae yang ternyata sudah
terparkir tak jauh dari sana.
Tanpa
memastikan terlebih dulu, Krystal tampak membuka pintu penumpang di mobil
tersebut. Tentu saja ia nggak akan keliru tentang kendaraan pribadi milik
sahabatnya tersebut. “Jae… makasih udah…” ucapan Krystal sukses terputus karena
ternyata Sungjae tidak sendiri di sana. Tapi bersama… Hongbin.
Hongbin
tak kalah terkejutnya dengan Krystal. Ia baru mengenal cewek itu. Dan hari itu
pula rahasia terbesarnya terbongkar. Belum lagi posisi tangan Hongbin yang
sedang mengusap rambut Sungjae dan tangan Sungjae sendiri menggamit lengan
Hongbin. Tentu hal itu membuat semuanya jelas. Tentang hubungan ‘terlarang’
Hongbin dan Sungjae.
“Jadi…
Hongbin…” lirihnya. Dengan cepat Krystal menutup pintu mobil Sungjae lalu
berlari menjauh.
*_to_be_continue_*
ga sabar baca part 2 nya... yaoi kok sosweet yah :')))
BalasHapus