Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun,
Youngjae,
Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast :
·
A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo, Hayoung)
·
G.Na (Soloist)
·
B2ST (Doojoon)
·
BtoB
Genre
: romance, family,
brothership
Length : chapter
***
Sebenarnya
Youngjae masih bisa bertahan di rumahnya hingga sore hari. Namun karena
kegelisahan tentang foto-foto masa lalu yang ia temukan, Youngjae lebih memilih
untuk meninggalkan rumah siang itu juga.
Youngjae
bertemu dengan Namjoo di luar. Cewek itu juga memang berniat mengunjungi rumah
Youngjae. Sambil membawa sesuatu, Namjoo tersenyum dengan tetap melangkah
menghampiri Youngjae.
“Kok
udah pulang?” seru Namjoo.
Youngjae
memaksakan senyumannya terukir. “Ada perlu sebentar. Tapi ini gue juga udah mau
berangkat lagi.” Tatapan Youngjae kemudian tertuju pada sesuatu di tangan
Namjoo. “Apaan tuh? Lo nggak mau kalah sama gue buru-buru nikah?” godanya.
Namjoo
tidak langsung menyahut. Cewek itu bahkan seakan kehilangan kata-kata. Namun ia
sadar, Youngjae sudah memilih cewek lain meski ia sendiri tidak pernah tahu
kisah cinta Youngjae.
Buru-buru
Namjoo mengembalikan kesadarannya. Sambil menyodorkan sebuah undangan ke hadapan
Youngjae, Namjoo berusaha terlihat ceria. “Bukan gue. Tapi Chorong.”
Mendengar
nama Chorong disebut, sontak senyuman Youngjae memudar. Dan dengan malas
Youngjae menerima undangan tersebut. “Kok Chorong masih mau sih nikah sama
Changsub? Jujur aja, gue sedikit kurang respect
waktu pertama kali ketemu cowok itu. Sok protective.”
“Bukan
sama Changsub, kok.”
Youngjae
menoleh ke tempat Namjoo dengan penuh minat. Tapi kemudian, ia buru-buru
memeriksa undangan tersebut. Selanjutnya, Youngjae kembali menatap Namjoo. Kali
ini dengan tatapan menuntut penjelasan. Karena pada undangan tersebut masih
atas nama Changsub sebagai calon suami Chorong.
Namjoo
mengalihkan tatapannya sesaat. Mengingat nama Changsub, membuatnya juga kembali
teringat pada Hyunsik. Kekasihnya yang sama-sama menjadi korban tabrak lari
seperti Changsub.
“Lo
nggak denger berita tentang Hyunsik dan Changsub?”
Youngjae
justru semakin bingung karena Namjoo justru melemparinya pertanyaan. Namun
belum sempat berpikir, Youngjae sudah lebih dulu menyerah. Malas berpikir untuk
hal yang tidak terlalu ada kaitan dengan kehidupan pribadinya.
“Sorry, gue nggak tahu apa-apa.”
Namjoo
mengangguk-angguk, mengerti. Atau lebih tepatnya berusaha mengerti untuk
seorang Youngjae. Dan dengan berat hati, Namjoo menceritakan tentang apa yang
terjadi pada Changsub dan Hyunsik hingga sampai merenggut nyawa dua cowok
tersebut.
Youngjae
mengulurkan tangan untuk mengelus pundak Namjoo. “Lo pasti bakal dapet yang
lebih baik sebagai pengganti Hyunsik.”
Namjoo
langsung menolehkan wajah karena tiba-tiba air matanya menetes. Youngjae yang
melihat itu, tanpa sungkan menyeka dengan tangannya sendiri. Sebagai bentuk
perhatiannya pada cewek itu.
***
Junhyung
dan Hyuna menoleh ke belakang karena mendengar sebuah langkah kaki. Mereka
mendapati Eun Ji di sana dan menatap anak perempuannya sedikit bingung. Tidak
menyangka jika Eun Ji sudah ada di rumah mereka.
Hyuna
sampai berdiri karena sedikit tidak percaya dengan penglihatannya. “Kapan kamu
pulang? Sama Youngjae, kan?”
Eun
Ji sedikit mengulur waktu untuk menjawab. “Belum lama, sih. Iya sama Youngjae.
Tapi dia tadi buru-buru pulang.”
“Terus,
sekarang kamu mau ke mana?” Junhyung ikut ambil bagian untuk menanyai anaknya.
“Mau
ke… rumah Youngjae. Tiba-tiba kangen lagi sama dia,” tukas Eun Ji. Jelas ia
berpura-pura mengatakan hal itu. Padalah dalam hati, ia memaki sendiri. Tidak
mungkin seorang Eun Ji merindukan Youngjae.
Junhyung
dan Hyuna terkekeh geli. Junhyung bahkan sampai menggelengkan kepala. Tidak
menyangka dengan apa yang terjadi pada Eun Ji sekarang ini. Perubahan yang
cukup drastis. Tapi ia tidak ingin membahas itu. Sementar di sisi lain, Eun Ji
juga terkekeh. Namun sangat canggung dan terpaksa.
“Di
anter supir ya,” ujar Junhyung. Jelas ia tidak mungkin membiarkan Eun Ji pergi
seorang diri. Dan Eun Ji sendiri hanya
mengangguk tanpa bisa menolak.
Sekitar
hampir 1 jam kemudian, Eun Ji tiba di sebuah perumahan mewah. Ia menyuruh supir
pribadi Junhyung untuk menghentikan mobil di depan sebuah gang. Selanjutnya,
Eun Ji memilih berjalan kaki menuju jalanan tersebut.
Tidak
jauh di depan Eun Ji, cewek itu melihat dua orang yang sudah sangat ia kenal.
Berdiri berhadapan. Sementara tangan cowok itu berada di pundak si cewek. Dan
kemudian berpindah menuju wajah cewek itu untuk menghapus air mata di pipi
cewek tersebut.
Flashback…
Youngjae melirik penuh
arti. Tawaran Eun Ji cukup menarik untuknya. “Kalau minta lo bikin Naeun sama
Daehyun putus?”
Eun
Ji melotot lebar. “Lo gila ya?” cewek itu malancarkan protes keras. “Yang
lain,” serunya tanpa pikir panjang. Eun Ji benar-benar seperti di ujung tanduk.
Ia yakin Minhyuk masih berada di sekitar sana.
Tanpa
sepengetahuan Eun Ji, Youngjae tersenyum tipis. “Kalo gitu, gue minta lo
bermalam sama gue?”
Eun
Ji membeku mendengarnya.
“Harusnya
lo beruntung. Karena gue cowok popular di sini. Cewek lain harus ngemis-ngemis
ngedapetin gue, tapi lo justru dapet tawaran langsung dari gue,” lanjut
Youngjae tak peduli dengan tatapan penuh kebencian dari Eun Ji yang merasa di
lecehkan.
Flashback end…
Eun
Ji semakin tidak melepaskan tatapannya pada dua orang tersebut. Youngjae dan
Namjoo. Jika Youngjae saja bisa bersikap kurang ajar padanya, bagaimana pada
Namjoo. Terlebih mereka terlihat cukup akrab.
“Gue
jadi penasaran. Sebrengsek apa lo, Young?”
Eun
Ji melangkah mendekat dengan sedikit terburu-buru. Baru saja Youngjae dan
Namjoo menyadari kehadirannya, Eun Ji sudah lebih dulu memposisikan diri di
tengah-tengah mereka. Menjauhkan tangan Youngjae dari wajah Namjoo dengan
sedikit kasar. Dan kemudian, tanpa ragu Eun Ji mendaratkan bibirnya di bibir
Youngjae. Melingkarkan tangannya dengan erat ke leher Youngjae seakan tidak
ingin melepaskan cowok itu begitu saja.
Tanpa
bicara apa-apa, Namjoo memilih balik kanan dan meninggalkan kesibukan Youngjae
dengan Eun Ji. Namjoo tahu jika Youngjae dan Eun Ji akan menikah. Namun tidak
ada yang tahu jika ia sebenarnya memiliki perasaan pada Youngjae. Dan akhirnya
Namjoo lebih memilih mengalah.
Youngjae
sudah hampir ingin mengejar Namjoo karena ia merasa ada sesuatu yang aneh pada
cewek itu. Tapi Eun Ji seperti tidak membiarkannya pergi. Youngjae memegang
pergelangan tangan Eun Ji sambil berusaha melepaskannya.
Dengan
terpaksa Youngjae harus benar-benar mengeluarkan tenaga ekstra hingga akhirnya
bisa terlepas dari Eun Ji. Youngjae menatap Eun Ji tepat ke dalam mata cewek
itu. Sementara tangannya menyeka bibirnya yang basah.
“Apa
maksud lo?” desis Youngjae, dingin. Membuat suasana diantara mereka menjadi
sama seperti sebelumnya. Dua kubu yang saling bermusuhan.
Eun
Ji membalas tatapan Youngjae tak kalah dingin. “Harusnya gue yang nanya itu
sama lo,” balasnya.
Youngjae
mengukir senyum, meremehkan. Ia mendekatkan diri pada sosok Eun Ji dengan
tatapan misterius. “Dan harusnya ucapan gue di dalam mobil itu bener-bener gue
lakuin.”
Eun
Ji berusaha tidak terpengaruh. Namun tidak dipungkiri jika ia mengingat maksud
ucapan Youngjae. Kejadian saat Eun Ji tidak sengaja bersembunyi di dalam mobil
Youngjae.
Detik
berikutnya, Youngjae sudah menyambar pergelangan tangan Eun Ji. Kemudian ia
menyeret cewek itu ke dalam rumahnya. Tidak hanya sampai disitu. Youngjae
bahkan sampai membawa Eun Ji ke dalam kamarnya. Tentu Eun Ji melakukan
pemberontakan. Tapi Youngjae benar-benar mengeluarkan hampir seluruh
kekuatannya.
***
Jongup
baru saja pulang dari sekolah siang itu. Dan Bomi yang kebetulan melihat,
segera menyusul Jongup ke rumahnya karena melihat ada yang aneh dari sikap
Jongup. Sedikit tergesa-gesa. Bomi bahkan nyaris terantuk pagar karena Jongup
menghempaskan pagar dengan cukup kasar. Beruntung Bomi masih bisa menghindar.
“Mas!
Ibu sakit. Mas Daehyun juga maksa ibu buat dirawat dulu.” Jongup bicara dengan
suara keras.
“Tante
G.Na sakit?” seru Bomi. Tepat saat Himchan muncul dari dalam kamar Daehyun dan
Jongup yang kini juga menjadi kamarnya.
Jongup
menoleh ke belakang. Tempat Bomi berdiri saat ini. “Bantuin Mas Himchan nyiapin
baju buat ibu ya, Mba.” Tanpa menunggu respon dari Bomi, Jongup sudah lebih
dulu melesat masuk ke dalam kamarnya. Ia bahkan sampai menarik tubuh Himchan
untuk menyingkir dari ambang pintu. Jongup lalu menutup pintu dari dalam.
Himchan
dan Bomi saling melempar tatapan. Sedetik kemudian, Himchan berinisiatif untuk
lebih dulu menuju kamar G.Na. Sementara tangannya bergerak sebagai tanda agar
Bomi mengikutinya. Dan tanpa pikir panjang, Bomi pun menyusul Himchan yang kini
sudah berdiri tepat di depan lemari milik G.Na.
Beberapa
saat Himchan masih terpaku di sana. Tangannya sudah terulur, tapi tidak
langsung ia gunakan untuk meraih pegangan lemari. Ini pertama kali ia akan
membuka dan bahkan sampai melihat isinya.
“Perlu
dibantuin?” ujar Bomi karena melihat Himchan tidak melakukan apa-apa.
Himchan
sontak langsung menggeser tubuhnya yang berdiri tepat di depan pintu lemari.
Memberikan ruang untuk Bomi menggantikan tugasnya.
“Gue
cari tas dulu,” kata Himchan.
Saat Bomi
menoleh, cowok itu sudah lebih dulu melesat ke arah pintu. Bomi tidak
melepaskan pandangannya pada punggung Himchan. Namun Himchan menghentikan
langkah karena Jongup sudah lebih dulu memunculkan diri di sana sambil
membawakan sebuah tas. Jongup juga sudah mengganti seragam sekolahnya dengan
pakaian biasa.
Bomi
menarik sebuah pakaian G.Na dari dalam lemari dengan tatapan masih mengarah
pada Himchan juga Jongup. Dan itu justru membuat Bomi tidak melihat sesuatu
dalam lemari hingga tangannya tidak sengaja menjatuhkan benda tersebut.
“Akh…
maaf.” Bomi sudah berniat membereskan benda itu. Tapi Himchan lebih dulu
menahannya.
Himchan
berjongkok dan memungut benda tersebut. Sebuah amplop coklat yang sudah cukup
usang dan beberapa isinya menyembul ke luar. Perbuatan Himchan justru membuat
isi yang lainnya ikut meluncur ke lantai.
“Foto
apaan tuh, Mas?” seru Jongup dengan tatapan penuh minat. Ia menyambar cepat
beberapa lembar foto sebelum Himchan sempat bisa mencegahnya.
Himchan
hanya mampu menatap Jongup dari bawah. Mencoba menebak dari perubahan raut
wajah Jongup. Sementara Bomi justru mengawasi Jongup dengan tatapan khawatir.
“Kayak
kita waktu kecil. Tapi….” Jongup, ia tidak sempat melanjutkan ucapannya karena
Himchan sudah lebih dulu menyambar foto dari tangannya.
Sebuah
foto lama. Sebuah keluarga dengan 5 orang anak mereka yang semuanya laki-laki.
Sama persis seperti yang Youngjae temukan di apartmen pribadi Doojoon saat di
luar kota.
Di
saat Himchan terpaku dengan satu foto itu, Jongup yang tidak bisa menahan
penasarannya memilih memungut foto lain yang masih berceceran di lantai. Salah
satunya foto yang terdapat sebuah tulisan tangan dibagian belakangnya.
Melihat
itu, Bomi sudah ingin mencegah. Namun tekadnya kurang kuat untuk melakukan itu.
Akhirnya ia hanya bisa mengawasi Jongup dari tempat ia berdiri saat ini.
Kali
ini Himchan benar-benar mencegah tangan Jongup yang sudah ingin memungut foto
tersebut. Jongup tentu saja melakukan pemberontakan. Tapi Himchan juga sekuat
tenaga mencegahnya.
“Mas!”
“Itu
foto-foto pribadi ibu! Nggak sopan buat liat-liat,” seru Himchan sebelum Jongup
sempat melakukan protes padanya. Lalu buru-buru Himchan membereskan foto
tersebut dan ia masukkan kembali ke dalam amplop tanpa ingin melihat isinya
lebih jelas. Atau tepatnya menahan diri untuk tidak melihat.
Saat
Himchan berdiri, Bomi menggeser tubuhnya sambil menutup pintu lemari. Ia
berdiri seakan menghalangi Himchan yang berniat mengembalikan amplop milik G.Na
ke tempat semula.
“Gue
rasa udah saatnya kalian tahu,” ujar Bomi tanpa berani menatp Himchan atau pun
Jongup.
“Tahu
tentang apa?” Himchan berseru menantang. Namun tangannya yang kosong meraih
lengan Bomi dan menarik cewek itu untuk menyingkir.
Jongup
berpindah secepat mungkin agar Bomi tidak terlalu jauh terhempas akibat tarikan
kuat yang dilakukan Himchan pada cewek itu. “Mas! Jangan kasar kenapa, sih!”
protesnya.
Saat
Himchan menoleh, ia mendapati Jongup begitu perhatian pada Bomi. Menanyakan
kondisi cewek itu akibat perlakuan Himchan. Sontak Himchan menutup pintu lemari
dengan sedikit keras.
“Kalau
mau pacaran jangan di sini,” desis Himchan seakan tak suka dengan kedekatan
adiknya dengan Bomi.
Mendengar
itu, Jongup hanya memutar bola matanya. Ia lalu menyambar tas kosong yang tadi
ia bawa. Tidak lupa Jongup juga mengajak Bomi untuk mendekat ke arah lemari
dengan sebelumnya Jongup sengaja mendorong tubuh Himchan untuk menyingkir.
“Mas
ganti baju aja deh sana,” kata Jongup. Terdengar seperti memerintah.
Bomi
tampak langsung menyikut lengan Jongup untuk menegur sikap cowok itu pada
kakaknya sendiri. Sementara Himchan tidak ingin ambil pusing dan lebih memilih
meninggalkan Jongup dengan Bomi di sana.
“Sopan
sedikit sama kakak sendiri.”
Jongup
hanya mendesah berat mendengar teguran dari Bomi. “Mas Himchan agak aneh
akhir-akhir ini. Sejak dia mutusin ceweknya di kelab malam waktu itu.”
Sambil
mendengarkan Jongup bicara, Bomi tampak memilih-milih pakaian G.Na yang
sekiranya bisa dibawa ke rumah sakit. Namun beberapa saat setelah Jongup
mengakhiri ucapannya, Bomi seperti baru menyadari sesuatu. Cewek itu menoleh
dengan tatapan penuh selidik pada Jongup.
“Kelab
malam?” Bomi mengulangi ucapan Jongup untuk memastikan ia tidak salah dengar.
Namun dengan jelas Jongup seperti menghindar untuk menjawabnya.
***
Setelah
Eun Ji benar-benar sudah berada di dalam kamarnya, Youngjae mengunci pintu.
Sambil membuka kemejanya dan menyisakan sebuah kaos putih polos, Youngjae
melangkah mendekat ke tempat Eun Ji berada.
Eun
Ji sendiri hanya menatap datar tanpa melakukan persiapan untuk melakukan
perlawanan nantinya jika Youngjae bersikap macam-macam padanya.
Wajah
Youngjae dan Eun Ji hanya berjarak beberapa senti saja. Dan beberapa saat,
keduanya tidak melakukan apa-apa selain saling melempar tatapan. Eun Ji dengan
tatapan datarnya. Sementara Youngjae menatap tajam dan langsung tepat ke dalam
bola mata milik Eun Ji.
“Apa
ada sesuatu yang lo mau dari gue?” Terdengar suara Eun Ji melempar pertanyaan.
Youngjae
tidak bereaksi berlebihan saat mendengarnya. Kecuali, ia semakin intens menatap
Eun Ji. Jelas ucapan cewek itu cukup berpengaruh bagi Youngjae.
“Karena
nggak mungkin tau-tau lo mau nikahin gue. Padahal lo tahu kalau gue nggak
hamil. Dan kalau pun gue hamil, itu pasti bukan karena lo.” Eun Ji bicara masih
dengan posisi menatap Youngjae. Ia seolah-olah mencari sesuatu melalui mata
cowok itu.
Tatapan
Youngjae akhirnya melemah seiring dengan desahan napas cowok itu. Youngjae juga
sempat mengalihkan pandangannya dari mata Eun Ji. Sebelum akhirnya Youngjae
memilih untuk membalikkan badan. Youngjae melangkah menjauhi Eun Ji. Menuju
tempat tidur dan menyambar kemeja yang ia lempar ke atas sana.
“Pernikahan
kita nggak bisa dibatalin gitu aja.” Youngjae, cowok itu bicara dengan posisi
membelakangi Eun Ji. “Dan setelah itu…” Youngjae sempat memberi jeda pada
kalimatnya. “Kita lihat nanti aja,” tukas Youngjae akhirnya. Seperti ada sebuah
beban yang tidak mungkin ia limpahkan pada Eun Ji juga.
Eun
Ji sama sekali tidak melepas pandangannya pada sosok Youngjae yang kini tampak
melangkah ke arah pintu. Menginggalkan Eun Ji begitu saja di dalam kamar
tersebut.
Cewek
itu masih bertahan di sana beberapa saat setelah Youngjae pergi. Eun Ji
melempar pandangan hampir ke seluruh penjuru kamar Youngjae. Terbilang cukup
luas dan cukup rapih untuk seorang cowok seperti Youngjae. Walau sebenarnya
cowok itu tidak benar-benar merapihkan tempat tidur dan meja belajarnya. Tapi
tidak ada barang yang tergeletak bukan pada tempatnya.
***
“Loh,
mas Youngjae udah pulang?” seru Zelo yang heran melihat keberadaan Youngjae di
rumah. Ia sendiri juga baru saja tiba di sana sepulang dari sekolahnya.
Youngjae
tidak mengatakan apa-apa selain mengarahkan langkahnya ke dapur. Zelo sendiri
juga tampak mengikuti Youngjae. Selain itu Zelo juga membawa tas plastik berisi
makanan yang ia beli saat perjalanan pulang. Dan tentu saja cowok itu berniat
untuk langsung memakannya. Terlihat jelas karena Zelo menuju meja makan.
Tidak
lama kemudian Youngjae bergabung dengan Zelo di meja makan setelah mengambil
segelas air dingin dari dalam lemari es. Youngjae mengambil tempat tepat
berseberangan dengan Zelo.
“Tahu
gitu gue juga nitip makanan Zel sama lo,” ujar Youngjae sesaat sebelum kembali
menenggak minumannya.
Zelo
mendongak tanpa sempat menyentuh makanannya sedikit pun. Ia kemudian mendorong
kotak makanannya di atas permukaan meja ke arah Youngjae. “Buat Mas Youngjae
aja,” putus Zelo.
Tentu
Youngjae menatap heran adiknya tersebut. “Loh, kan itu punya lo, Zelo. Ya udah
makan aja. Nanti gue bisa makan di luar. Sekalian mau balik juga soalnya.”
Bukannya
menarik kembali makannya, Zelo justru terdengar mendesah berat. Tak lupa Zelo
semakin dalam menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
“Gue
nggak napsu, Mas.” Zelo, cowok itu berujar enggan. Tanpa menatap lawan
bicaranya.
Youngjae
mengerutkan kening mendengar perkataan Zelo. Ia bahkan sampai menatap penuh
minat. “Masalah cewek, ya?” tebak Youngjae langsung.
Sontak
Zelo melirik cepat. Dan itu menegaskan bahwa tebakan Youngjae benar-benar tepat
sasaran. “Pengalaman banget, sih.”
Youngjae
justru terkekeh mendengar kekesalan Zelo atas tebakannya. “Gue kenal lo dari
kecil, Zel. Dan nggak biasanya lo kayak gini. Jarang-jarang lo susah makan. Apa
lagi coba kalau bukan gara-gara cewek?”
Pikiran
Zelo tiba-tiba melayang pada kejadian-kejadian yang melibatkan Jongup dan
Hayoung. Mereka tampak sangat dekat. Bahkan Zelo seperti tidak memiliki celah
sedikit pun diantara mereka. Hal tersebut yang membuatnya resah seperti
sekarang ini.
“Terserahlah,”
tukas Zelo sambil bangkit berdiri.
“Eh,
lo mau ke mana?” tegur Youngjae karena Zelo meninggalkan meja makan. “Ini
makanan lo gimana?”
“Buat
Mas Youngjae aja,” ujar Zelo tanpa memperlambat langkah sedikit pun. Ia tetap
berjalan cepat menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya. Namun saat melintasi
kamar Youngjae, ia seperti menangkap sesuatu.
Karena
penasaran, Zelo bahkan sampai mengintip ke dalamnya. Terlebih pintu tidak
tertutup sempurnya. Di sana Zelo menemukan sosok Eun Ji yang tampak merapihkan
beberapa sudut kamar Youngjae. Zelo lalu menjauhkan badannya dari celah pintu.
Ia balik badan dan kembali turun untuk menemui Youngjae yang masih di meja
makan.
“Mas!
Parah banget, sih! Mentang-mentang mau nikah, masa calon istrinya udah disuruh
beres-beres kamar,” ujar Zelo panjang lebar.
Youngjae
sampai tersedak makanan milik Zelo karena mendengarnya. Buru-buru cowok itu
mencari air minum. Setelah reda, Youngjae melirik Zelo. “Maksud lo Eun Ji?”
Zelo
berdecak malas. “Emang mau nikahin berapa cewek, sih?”
Kali
ini Youngjae tidak bicara apa-apa lagi selain langsung bangkit dan melesat
pergi dari sana. Ia membuka pintu kamarnya dengan gerakan cepat. Dan tepat saat
Eun Ji baru saja menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.
Melihat
kedatangan Youngjae, Eun Ji langsung menegakkan tubuhnya lagi. “Kirain lo udah
berangkat.”
Youngjae
tidak langsung merespon. Karena tatapannya kini mengedar ke beberapa sudut
kamar. Memastikan bahwa memang terjadi sedikit perubahan di sana. Meja
belajarnya jauh lebih rapih. Begitu pula dengan tempat tidur.
Eun
Ji lalu terlihat bangkit karena melihat Youngjae yang tidak bereaksi apa-apa.
“Ini gue juga udah mau balik kok, Young.” Tanpa menunggu respon apa pun dari
Youngjae, Eun Ji beringsut menuju pintu.
Zelo
dan Youngjae hanya menatap pergerakan Eun Ji. Lalu setelah Zelo menyusul Eun
Ji, Youngjae juga tampak mengikuti.
“Eh,
siapa yang lagi makan, tuh?” seru Eun Ji sedikit penasaran melihat makanan yang
belum habis di atas meja. Saat menoleh ke belakang, ia mendapati Youngjae dan
Zelo saling menunjuk. Eun Ji tampak tersenyum kaku. “Kayaknya gue lebih percaya
Zelo.”
Youngjae
melempar tatapan membunuh pada Zelo karena mendengar kekekah tertahan. Dan bisa
dipastikan itu perbuatan Zelo.
“Lo
baru pulang sekolah kan, Zel?” tanya Eun Ji meski hanya memastikan karena Zelo
sendiri memang masih mengenakan seragam sekolahnya. “Berarti belum makan, dong?
Gimana kalau makan siang sama gue?”
Tanpa
pikir panjang, tentu Zelo langsung mengangguk dengan penuh semangat. Membuat
Youngjae meliriknya dengan tatapan yang sulit diartikan.
***
“Jongup
pulang ya, Mas.” Jongup berbisik ke samping Himchan yang duduk di sampingnya.
“Mau
ngapain, sih? Udah deh di sini dulu aja,” tolak Himchan. “Mas Yongguk aja belum
dateng.”
Jongup
hanya mendengus kesal mendengar Himchan melarangnya untuk pulang. Sementara di
sana, Bomi sedang menyuapi makanan pada G.Na yang sakit. Jongup sempat melirik
ke tempat Himchan berada. Kakaknya itu terlihat sama sekali tidak melepaskan
tatapannya pada Bomi.
Dengan
jahilnya, Jongup sedikit mendekatkan wajahnya ke arah Himchan. “Berarti besok
Jongup bebas tugas Fisika, ya?” bisiknya.
“Hmm…”
Himchan hanya bergumam. Namun dari nadanya, secara tidak langsung ia meluruskan
permintaan Jongup. Tapi sedetik kemudian, Himchan melirik tegas pada Jongup
yang terlihat sedang menahan tawanya.
Himchan
lalu berdiri. “Ya udah ayo pulang.”
Mendengar
suara Himchan tersebut, Bomi dan G.Na tampak menoleh penuh minat. Sementara
Jongup juga sampai terkejut dengan reaksi Himchan.
“Ikh,
apaan sih? Jongup aja yang pulang. Mas Himchan tetep di sini nemenin Mba Bomi
sama ibu.” Merasa tidak ada respon dari Himchan, Jongup lalu menatap G.Na
seakan meminta pembelaan. “Jongup belum ngerjain tugas pelajarannya Mas
Himchan.”
“Oh,
ya udah kalian pulang aja.”
“Jangan,”
G.Na menolak tegas ucapan Bomi tadi. “Jongup pulang sendiri aja. Biar Himchan
nanti nemenin kamu.”
“Setuju,
Bu!” Jongup berseru semangat. Ia bahkan sampai berdiri. Lalu setelah menyambar
jaketnya, Jongup mendekat ke tempat G.Na berbaring. Mengecup singkat pipi
ibunya. “Cepet sembuh ya, Bu.”
Belum
hilang keterpakuan G.Na atas perlakuan Jongup, anak bungsunya itu sudah lebih
dulu melesat . Menutup pintu ruangan dari luar. Tidak hanya G.Na, tapi Himchan
dan Bomi juga tercengang melihat perlakuan Jongup pada G.Na. Meski terlihat
kuat, cowok itu tetap menginginkan kasih sayang dari seorang ibu.
***
Suara
hentakan hak sepatu itu terdengar jelas. Tentu sukses membuat Minhyuk menoleh
di tengah ruangan kelab malamnya yang masih tutup. Karena ini memang baru sore
hari. Dan kelab tersebut belum saatnya untuk buka.
Seorang
cewek dengan mini dressnya yang cantik menghempaskan tubuh di sofa yang
berseberangan dengan Minhyuk duduk saat ini. Namjoo. Namun cewek itu tidak
menatap Minhyuk di sana. Entah apa yang ia lihat dengan tatapan kosong seperti
itu.
“Kenapa
lo dateng ke kelab malam gue jam segini?”
“Bisa
gue minta pesenan gue?” Namjoo membalas Minhyuk dengan pertanyaan juga.
Minhyuk
hanya melirik salah satu karyawannya yang berada di balik meja bar.
Mengisyaratkan sesuatu. Dan tidak lama kemudian pelayan tersebut mendekat ke
tempat Minhyuk serta Namjoo dengan membawakan dua gelas minuman yang kemudian
ia letakkan di atas meja.
Tanpa
pikir panjang, Namjoo mengambil gelas miliknya. Cewek itu menenggak minuman
tersebut tanpa henti. Membuat Minhyuk hanya bisa membelalakkan matanya melihat
kelakuan Namjoo yang sedikit aneh hari itu. Setelah habis, Namjoo meletakkan
gelas dengan sedikit kasar ke permukaan meja.
“Lo
kuat banget minum sih, Nam?”
Belum
sempat pertanyaan Minhyuk terjawab, Namjoo sudah lebih dulu menyambar gelas
milik Minhyuk. Tentu Minhyuk langsung bangkit dan berniat merebut kembali gelas
miliknya.
“Namjoo
berhenti!” seru Minhyuk. Ia berusaha melawan Namjoo yang tidak ingin ia merebut
gelas miliknya. “Namjoo!” teriak Minhyuk sekali lagi. Dan klimaksnya, gelas
tersebut tidak bisa ia rebut. Tapi terlempar, lalu jatuh dan pecah di atas
lantai.
Minhyuk
mendesah berat. Bukan karena melihat gelas milik kelabnya pecah. Tapi karena ia
baru saja melewati detik-detik menegangkan melawan Namjoo. Kemudian ia menoleh
dan mendapati cewek itu sudah terisak dengan air mata meleleh membasahi
pipinya. Minhyuk lalu melangkah dan menempatkan diri di samping cewek itu.
“Lo
kenapa?” Minhyuk berujar pelan. Meski tidak terlalu dekat, tapi ia sudah cukup
lama mengenal Namjoo. Dan tidak mungkin Minhyuk mengabaikan cewek itu begitu
saja. Terlebih di kelab miliknya dan ia juga terlibat di sana.
Namjoo
belum ingin menjawab. Ia masih terisak dengan tangisan yang semakin terdengar
memilukan. Setelah merasakan tangan Minhyuk mendarat dipundaknya, Namjoo
menoleh dan menatap Minhyuk dengan matanya yang basah.
“Apa
lo mencintai Eun Ji?”
“Lo
nanya apa, sih? Jelas-jelas lo juga udah tau jawabannya.”
Namjoo
tersenyum pahit. Kali ini ia melempar tatapannya ke arah lain. “Eun Ji
beruntung. Dia dicintai dengan tulus dengan seseorang. Dan dia juga akan nikah
dengan pemuda baik-baik seperti Youngjae.”
Mendengar
nama Youngjae disebut, Minhyuk mendengus tak suka. “Jangan bilang lo punya
perasaan ke cowok itu?” Minhyuk tidak ingin menyebut nama Youngjae dengan
mulutnya sendiri.
“Tapi
sayangnya cowok itu, nggak.”
Pernyataan
Namjoo membuat Minhyuk bungkam. Membuat rasa bencinya pada Youngjae semakin
besar. Selain telah merebut seseorang yang dicintainya, Youngjae juga membuat cewek
di hadapan Minhyuk tersebut patah hati.
Beberapa
saat, suasana hening menguasai mereka. Namjoo sendiri juga masih terisak di
sana.
***