“Aaakkkhhh…!”
jerit seorang pemuda bertubuh tinggi ketika seseorang menempelkan plester di
keningnya.
Sehun
menutup telinga mendengar teriakan kakaknya. “Hyung, kau bisa diam tidak?”
Tanya Sehun dengan suara tenang.
“Kau terlalu
kasar mengobati luka ku.” Balas pemuda tinggi tadi yang bernama Kris.
“Kau
terlalu sering pulang dengan kondisi babak belur seperti ini. Harusnya kau
sudah kebal.” Sindir Sehun sambil membereskan peralatan p3k yang ia pakai untuk
mengobati kakaknya. Sehun berdiri hendak pergi dari sana.
“Sehun…!”
pekik Kris ketika Sehun mendaratkan tangannya tepat di kening Kris yang luka. Kris
hendak mengejar, namun Sehun sudah lebih dulu kabur dari sana.
“Dokter
Jaesuk tadi menelponku, besok kau harus bertemu dengannya.”
Kris
menoleh ketika mendengar suara seseorang yang kini sudah duduk di sampingnya di
tempat Sehun duduk tadi. “Kenapa dokter Jaesuk selalu merindukanku?” Kris
merespon dengan enggan.
Luhan,
kakak tiri Kris hanya tertawa menanggapi ucapan adiknya itu. “Lakukanlah demi
ayah dan ibu. Kau tidak ingin mereka kecewa, kan?”
Kris
hanya berdecak, lalu menyambar remote tivi.
“Kau
berkelahi lagi? Dengan siapa?”
“Masih
dengan Minseok, Lay dan Jongin kok, hyung.” Jawab Kris sambil mengganti-ganti
saluran tivi. “Mereka selalu cari gara-gara denganku.”
“Apa
kau tidak bisa berhenti?”
Kris
menoleh dan menatap Luhan tajam. “Kau sama saja seperti dokter Jaesuk.” Cibir
Kris, lalu pergi dari sana.
“Kris…”
panggil Luhan untuk menghentikan Kris. “Kau mau kemana?”
Kris
tetap melangkah dan tak mempedulikan panggilan dari Luhan.
Luhan
menyandarkan tubuhnya sambil mendesah. “Selalu seperti ini.” Keluhnya.
@@@
Pagi-pagi
sekali Kris sudah keluar rumah menggunakan motor sport andalannya. Ini untuk
kedua kalinya ia menjadi murid kelas 1 di SMA Two Moons. Karena kemarin ia
terpaksa tinggal kelas akibat tertangkap berkelahi dengan murid dari SMA Sun
Moon.
Ketika
berbelok, di ujung jalan sana Kris melihat sedikit keributan. Ia pun langsung
mempercepat laju motornya agar segera sampai di sana. Ternyata ada sedikit
perkelahian antara dua siswa berseragam SMA. Kris terpesona dengan teknik bela
diri yang ditunjukan pemuda yang memiliki sorot mata tajam dan memiliki
lingkaran hitam di sekitar matanya.
“Siapa
pemuda yang matanya terlihat seperti panda itu?” Tanya Kris pada seseorang yang
berdiri tak jauh dari tempat ia menghentikan motornya.
Pemuda
yang diajak bicara dengan Kris itu juga bertubuh tinggi namun sedikit di bawah
Kris. “Dia Tao, teman ku.” Kata pemuda yang memiliki tatapan playboy itu.
Kris
tersenyum samar. “Sepertinya aku memiliki saingan baru.” Gumam Kris sambil
memakai helmnya.
@@@
Luhan
memainkan kunci mobil di tangannya. Ia berjalan keluar rumah lalu mendekati
mobil sport keluaran terbaru hadiah dari Choi Gary, ayah Kris yang sudah
seperti ayah kandungnya sendiri. Luhan membuka pintu mobil. Ketika melirik jam,
ternyata masih terlalu cepat untuk masuk kuliah di hari pertamanya ini.
Luhan
menggeleng sambil menutup kembali pintu mobilnya dari luar. “Ini terlalu fulgar
untuk mahasiswa baru sepertiku.” Luhan tampak mengurungkan niat untuk pergi
menggunakan mobil. Ia lantas berjalan kaki keluar dari rumah.
Ketika
baru duduk di dalam bus, Luhan kembali memeriksa jam di tangannya. Ia
menertawai dirinya sendiri. Hari pertama sebagai mahasiswa memang penuh dengan
semangat. Tapi Luhan tak ingin terlalu ambil pusing. Ia akan menikmati
perjalannya sekarang ini. Karena bisa saja nanti ketika kembali ke rumah,
ayahnya akan memarahi karena Luhan tidak menggunakan mobil pemberiannya.
Hanya
beberapa meter lagi, bus akan berhenti di sebuah halte. Memang bukan halte
tujuan Luhan, tapi pemuda itu mengambil langkah seribu untuk turun karena tak
jauh dari sana ia melihat sedikit perkelahian. Entah hal apa yang membuatnya
ingin ikut campur.
Luhan
mengejar orang-orang yang mulai berlarian. Jumlahnya tidak banyak, hanya tiga
orang mengejar satu orang. Luhan mempercepat larinya ketika salah satu dari
tiga oran itu berhasil menangkap pemuda itu yang kelihatannya seorang pemuda
baik-baik.
“Jangan
beraninya hanya pada yang lemah.” Teriak Luhan memberanikan diri. Luhan berbeda
dengan Kris. Jelas saja karena mereka tak sedarah. Biar bagaimanapun
orang-orang mengenalnya sebagai kakaknya Kris, seorang ketua gangster sekolah
yang hobinya berantem. Akan terdengar cukup janggal jika Luhan tak bisa
berkelahi. “Aku bersyukur Kris pernah mengajari tekhnik beladiri.” Gumam Luhan
sambil melepaskan ranselnya ke tanah sebelum akhirnya menyerang.
@@@
Seseorang
berseragam seperti dokter tampak membereskan arsip di sebuah ruangan. Kris yang
mengintip kejadian itu, menyelinap masuk tanpa sepengetahuan orang itu. Kris
sedikit membungkukan badannya di belakang orang itu.
“Pagi
dokter Jaesuk…!” teriak Kris tak sopan hingga membuat orang itu tersentak dan
sedikit menghamburkan arsip di tangannya.
“Kris…?”
orang itu menatap Kris bingung.
“Joongki
hyung?” balas Kris sama bingungnya. “Pantas saja, tadi ku pikir doker Jaesuk
operasi plastic makanya terlihat tampan sepertimu.”
“Sudah
selesai membicarakanku?”
Kris
membeku di tempat ketika mendengar suara seseorang di belakangnya. Sementara
Joongki hanya menahan tawa sambil kembali melanjutkan urusannya yang sempat di
ganggu oleh Kris.
“Kenapa
kau ada di sini, Kris?” Tanya suara itu lagi.
Perlahan
Kris membalikkan tubuhnya menghadap orang yang tadi berdiri di belakangnya.
Tapi pria itu kini sudah duduk di kursi kerjanya. Kris mengukuti duduk di
hadapan dokter Jaesuk.
“Bukankah
dokter sudah sangat merindukanku?” ujar Kris tak sopan sambil menatap nakal
dokter Jaesuk.
Pada
umumnya dokter seperti dokter Jaesuk akan bersikap penuh wibawa meski tetap
terlihat ramah kepada pasiennya. Tapi tidak untuk dokter Jaesuk kepada Kris. Ia
malah tertawa selayaknya teman ketika menanggapi ucapan iseng dari Kris.
“Ini
masih pagi, harusnya kau sekolah.” Sambar Joongki masih dari tempat ia berada
tadi.
Kris
berbalik untuk melihat Joongki. “Kau sendiri hyung? Bukankah kau harusnya
kuliah? Kau kan calon dokter. Aku tak mau kau seperti dokter Jaesuk.” Oceh Kris
hingga mendapat lemparan buku dari dokter Jaesuk yang mendarat tepat di
kepalanya. “Kenapa anda memukul ku?” protes Kris tak terima sambil mengusap
kepalanya.
“Diam
atau mau ku larang bermain basket lagi?” ancam dokter Jaesuk serius sambil
berdiri dari kursinya.
“Itu
sama saja anda ingin aku mati lebih cepat.”
Dokter
Jaesuk menatap Kris tajam. “Jaga ucapanmu!” tegurnya. Kris hanya diam.
Sementara Joongki cukup dibuat tegang dengan pemandangan di hadapannya. “Cepat
berbaring. Aku ingin memeriksamu.” Perintah dokter Jaesuk tanpa menatap Kris.
Kris
menghela napas sebelum akhirnya melepaskan ransel yang masih menempel di
pundaknya. “Selalu saja seperti ini.” Cibir Kris pelan. Dengan malas ia naik
dan berbaring di tempat tidur. Sementara dokter Jaesuk masih mempersiapkan alat
kedokterannya untuk memeriksa Kris.
Dokter
Jaesuk menepuk pelan pipi Kris karena pasiennya itu telah memejamkan mata. “Aku
tidak menyuruhmu untuk tidur.”
Kris
menggeliat masih dengan mata tertutup lalu membaringkan badannya ke arah
samping. “Anda kan tau kalau aku sangat menyukai tempat tidur.” Ujar Kris
seenaknya lalu kembali tidur.
“Kris…”
tegur dokter Jaesun yang terdengar sangat sabar menghadapi pasiennya yang satu
ini.
“Oke…
oke… aku menurut.” Kata Kris cepat-cepat sambil kembali ke posisi semula lalu
kedua tangannya mulai membuka kancing kemeja seragam sekolahnya.
@@@
Luhan
tampak keluar dari sebuah mini market sambil menenteng kantong plastic berisi
air mineral dan beberapa obat untuk luka. Di luar sana, pemuda yang tadi ia
tolong telah menunggu sambil sesekali memegangi tepi bibirnya yang terluka.
“Aku
tidak seperti Sehun, adikku yang selalu menyediakan obat untuk luka seperti
itu.” Kata Luhan berbasa-basi sambil duduk di samping pemuda tadi. “Aku Song
Luhan. Panggil saja aku Luhan.”
“Park
Jongdae.” Balas pemuda tadi sambil menerima obat pemberian Luhan.
Untuk
kesekian kalinya Luhan memeriksa jam di tangan kirinya. “Ternyata masih satu
jam lagi.” Luhan mendesah pelan.
“Apa
ini hari pertamamu kuliah?” tebak Jongdae.
Luhan
terkesiap mendengar ucapan pemuda yang baru saja ia kenal. “Dari mana kau tau?”
Jongdae
tersenyum samar. “Aku juga. Dan kalau tak keberatan aku ingin mengantarmu
sebagai tanda terima kasih. Kau kuliah di mana?”
“Aku
kuliah di Central University. Tapi kau tak perlu repot-repot untuk
mengantarku.” Tolak Luhan cepat-cepat.
“Kalau
aku katakan aku juga kuliah di Central University, apa kau akan tetap menolak?”
Tanya Jongdae membuat Luhan melebarkan matanya tak percaya bahwa ia sudah
memiliki teman bahkan sebelum ia tiba di kampusnya.
@@@
“Kyungsoo…”
panggil Sehun kepada pemuda yang duduk di depannya sambil menumpukkan beberapa
buku pelajaran miliknya. Saat ini sudah masuk jam istirahat. Beberapa teman
sekelasnya yang lainpun mulai meninggalkan kursi mereka.
Pemuda
yang memiliki mata bulat tersebut berbalik menghadap Sehun. “Kau mau makan
apa?”
Sehun
berdecak kecewa. “Bukan itu yang ingin ku tanyakan.”
“Lalu?”
Tanya Kyungsoo penuh minat.
“Apa
di SMA nanti kita masih bisa satu sekolah?” Sehun bertanya dengan nada khawatir
mereka tidak bisa berteman lagi.
“Memangnya
kau ingin bersekolah di mana?”
“SMA
Two Moons.” Sehun menjawab penuh semangat.
“Kenapa
kau harus memilih sekolah itu?” kini giliran Kyungsoo yang tampak kecewa. “Kau
tau? Di sana ada siswa bernama Kris.” Ucapan Kyungsoo ketika menyebut nama Kris
membuat Sehun membeku seketika. “Dia selalu cari masalah dengan hyungku. Tapi
aku senang, karena ku dengar ia sampai tinggal kelas karena berkelahi dengan
hyungku dan temannya. Si Kris itu memang pantas mendapatkannya.”
Sehun
semakin tertunduk ketika mendengar temannya menjelek-jelekkan Kris di
hadapannya. Kyungsoo memang tidak tau bahwa Sehun adalah adiknya Kris. Dan Kris
juga sedikit melarang Sehun untuk mengaku sebagai adiknya dengan alasan demi
keselamatan Sehun.
“Kau
kenapa?” tegur Kyungsoo karena melihat perubahan sikap yang ditunjukkan Sehun.
Sehun
memaksakan senyumnya terukir. “Tidak, aku hanya sudah sangat lapar. Ayo pergi.”
Ajak Sehun sekaligus untuk mengalihkan pembicaraan mereka tentang Kris dan SMA
yang mereka pilih nantinya.
@@@
Kris
asik sendiri mengunyah makanan ringan di hadapannya sambil menyaksikan
pertandingan sepakbola dari tivi. Di sisi lain, ia juga sedikit khawatir karena
hingga malam Luhan belum pulang. Tak lama terdengar suara pintu terbuka lalu
kembali menutup. Kris berbalik dan berharap itu Luhan yang datang. Ternyata
Sehun yang keluar dari kamarnya sambil membawa beberapa tumpuk buku dan alat
tulis.
Kris
menatap Sehun sampai adiknya mengambil tempat tepat di sampingnya. “Tugas
lagi?” Tanya Kris enggan.
Sehun
mengangguk mantap sambil membuka buku-buku yang ia bawa dan membuat Kris
bersandar lemah pada sandaran sofa.
“Tunggu
Luhan saja.” Seru Kris tanpa melirik ke Sehun. Ia kini lebih memilih kembali
menikmati tontonannya dari pada menemani Sehun berkutat dengan tugas
matematika.
“Tidak
mau!” kesal Sehun sambil bangkit mendekati tivi. Ia mematikan tivi langsung
dari tombol utama. “Sebelum tugasku selesai, kau tidak boleh menonton tivi.”
Putus Sehun secara sepihak. Ia tak peduli seberapa besar kekesalah Kris
padanya.
Dengan
sangat terpaksa Kris menerima buku yang disodorkan Sehun. Terpaksa atau tidak,
Kris memang ingin Sehun menjadi lebih baik dari pada dirinya yang lebih suka
berkelahi. Dengan malas Kris membolak-balikkan halaman pada buku Sehun. Saat
ini harapannya hanya satu, yaitu Luhan cepat pulang agar hyungnya itu
menggantikan posisi Kris untuk mengajari Sehun.
“Ku
rasa Luhan hyung lupa jalan pulang.” Ledek Sehun seolah bisa menebak isi kepala
Kris.
Kris
melirik Sehun tajam. Ia juga hendak memukul kepala Sehun dengan buku jika saja
tidak terdengar suara pintu utama terbuka.
“Hyung,
cepat kembali dan bantu aku mengerjakan tugas.” Teriak Kris yang kini sudah
membalikkan badan menghadap Luhan yang siap membuka pintu kamarnya.
“Kenapa
Luhan hyung cepat sekali pulang?” kesal Sehun. Ia memang sangat menghindari
Luhan untuk membantunya mengerjakan tugas, karena hyungnya yang satu itu tidak
akan melepaskan Sehun dengan mudah.
“Sudah
bagus hyungmu tidak nyasar naik bus.” Omel Kris.
“Sudahlah,
apa yang bisa ku bantu.” Luhan melerai Kris dan Sehun sebelum perang di antara
dua adiknya benar-benar pecah.
“Hyung,
jangan duduk di situ.” Cegah Kris sebelum Luhan duduk di sampingnya. Kris
langsung bergeser dan mengisyaratkan Luhan untuk duduk di tengah-tengah antara
dia dan Sehun. Kris tersenyum jahil melihat Sehun cemberut.
Kris
masih saja mengganggu Sehun. Ia memukul kepala Sehun dari belakang kepala
Luhan.
“Hyung!”
protes Sehun sambil memegangi kepalanya.
“Perhatikan
yang benar!” balas Kris tak kalah galaknya.
“Kris,
jangan mengganggu Sehun terus.” Luhan ikut menegur Kris karena ulahnya sedikit
mengganggu dirinya yang sedang memberi penjelasan untuk Sehun.
“Apa
kau ingin aku meninggalkan kalian di sini?” Tanya Kris, namun tatapannya
tertuju ke Sehun yang mati-matian menolak Kris meninggalkannya hanya berdua
saja dengan Luhan. Tentu saja Luhan tak melihat raut wajah Sehun karena ia
tengah melirik ke arah Kris.
@@@
“Kris…”
teriak seseorang dari luar kamar Kris.
Kris
melirik jam dinding di dalam kamarnya melalui matanya yang merah. Siapa yang
berani menganggu tidurnya tengah malam begini? Kris semakin dalam menutup
tubuhnya hingga kepala menggunakan selimut.
Karena
tidak mendapat jawaban, orang tersebut membuka pintu kamar Kris lalu masuk ke
dalamnya. Seorang wanita paruh baya namun masih terlihat sangat cantik.
“Kris…
ayo bangun sayang…” ucapnya lembut sambil menarik ujung selimut yang menutupi
tubuh jangkung Kris.
Kris
memaksa membuka matanya yang terasa sangat pedas. Begitu tau siapa wanita itu,
Kris tersenyum dengan mata setengah terpejam. “Ibu…” gumam Kris manja sambil
memeluk tubuh ibunya yang lebih kecil darinya itu.
@@@
Luhan
menguap sebelum memasukan makanan ke dalam mulutnya menggunakan sumpit. Makan
bersama di tengah malam seperti ini bukan kejadian aneh di tengah keluarga
Luhan. Tuan dan nyonya Choi yang sangat sibuk dengan pekerjaan mereka, selalu
menyempatkan makan bersama ketiga putra mereka sesempit apapun waktunya.
“Sayang…
jangan manjakan Kris seperti itu.”
Luhan
buru-buru menoleh dan menajamkan matanya untuk melihat apa yang membuat ayahnya
berkata demikian. Sedetik kemudian, Luhan tertawa melihat Kris yang tinggi
menjulang itu memeluk ibunya dari belakang dan memaksakan diri untuk
menenggelamkan wajahnya di pundak sang ibu. Kris bahkan harus bersusah payah
membungkuk bahkan sampai menekuk lehernya.
Kris
menghempaskan tubuh di kursi tepat di samping ibunya. Sementara Luhan duduk
berseberangan dengannya. Kris sedikit tertawa ketika menyadari seseorang yang
duduk di samping Luhan. Luhanpun ikut menoleh dan menertawai Sehun yang sudah
kembali tidur sambil menopang dagunya dengan tangan di atas meja makan.
Kembali sebuah ide jahil
muncul di otak Kris. Ia merebut sumpit sari tangan Luhan, lalu mengambil sebuah
cabai yang masih utuh dari dalam mangkuk Luhan. Tidak ada yang berniat melarang
aksi jahil Kris, bahkan ayah dan ibunya sekalipun.
Tuan
Choi bahkan ikut andil mengerjai Sehun ketika Kris mendekatkan sumpit yang
menjepit cabai itu ke mulut Sehun.
“Sehun…
ayo buka mulutnya.” Bisik tuan Choi tepat di telinga Sehun. Sementara nyonya
Choi hanya bisa menatap kasihan anak bungsunya itu. Dan yang lebih mengejutkan,
Sehun menuruti ucapan sang ayah untuk membuka mulut yang tak di sia-siakan Kris
untuk memasukan cabai tadi ke dalam mulut Sehun. Dengan santai Sehun mengunyah
dengan mata masih terpejam erat.
Kris,
Luhan, tuan dan nyonya Choi menunggu reaksi Sehun sambil melempar tatapan satu
sama lain.
“Hwaaaaa…”
jerit Sehun seketika hingga membuat Luhan yang duduk tepat di sampingnya
menutup telinga. Dan Kris yang paling senang melihat penderitaan adiknya.
“Ini
minum…” nyonya Choi dengan panic menyodorkan gelasnya untuk Sehun setelah anak
bungsunya memuntahkan cabai tadi ke atas piringnya yang kosong.
“Hyung
jahat…” rengek Sehun. “Ibu…” dengan manja Sehun mendekati nyonya Choi dan
memeluk ibunya dari belakang.
“Dia
ibuku…” iseng Kris sambil berusaha menjauhkan tangan Sehun dari badan ibunya.
Luhan hanya menatap penuh
haru pemandangan di depannya ketika nyonya Choi juga merangkul Kris. Walau Kris
bukan anak kandungnya, tapi nyonya Choi sama sekali tak membedakan kasih
sayangnya kepada Luhan, Kris dan Sehun karena mereka telah bersama bahkan sejak
Sehun belum lahir.
@@@
hahaha
BalasHapuskocak banget :
“Bukankah dokter sudah sangat merindukanku?” ujar Kris tak sopan sambil menatap nakal dokter Jaesuk".
ini ngakak bgt sumpah :
Dokter Jaesuk menepuk pelan pipi Kris karena pasiennya itu telah memejamkan mata. “Aku tidak menyuruhmu untuk tidur.”
Kris menggeliat masih dengan mata tertutup lalu membaringkan badannya ke arah samping. “Anda kan tau kalau aku sangat menyukai tempat tidur.” Ujar Kris seenaknya lalu kembali tidur."
disuruh periksa dy malah tidur.. wkwkwkwk
hahaaha
disuruh belajar sama Luhan kaga mau, malah pengen belajar sama kris.. wkwkwkwk
sumpah kris jail bgt sama ade nya..
masukin cabe ke dalem mulutnya Sehun.. wkwkwk
wkwkwkw.... gak nyesel kan bacanya??? udah dibilangin dari lama jugaaaa
BalasHapushahahaha
BalasHapusne... ne... ne...
enggak..
hahahaha
maklum sibuk coy.. wkwkwkwk:D
Daebak pembaca setia, hingga akhir 2019 nih😍😍
BalasHapus