Luhan
dan Baekhyun duduk di lantai toilet. Luhan menghela napas berat sebelum
menjawab pertanyaan Baekhyun, “sejak kecil.”
Baekhyun diam. Ia masih berusaha untuk
menerima kenyataan ini.
“Entah
atas alasan apa, keluarga memang merahasiakan ini. Terutama dari Sehun.” Luhan
diam sesaat. “Sampai akhirnya, Sehun tahu dengan sendirinya tentang penyakit
ini,” sesal Luhan karena sempat membuat adik bungsunya itu sedih.
Hening
kembali menguasai mereka. Dari balik pintu yang tak tertutup rapat, Baekhyun
dan Luhan tak menyadari sosok Chanyeol yang mengawasi mereka sejak tadi.
“Baekhyun…”
panggil Luhan.
“Hmm…”
hanya itu yang dikatakan Baekhyun sebagai respon untuk panggilan Luhan.
Namun
tak ada yang dikatakan Luhan setelah itu.
Obat
Kris masih berada di tangan Baekhyun. Sementara tangannya yang lainnya tanpa
sadar mencengkram dada kirinya yang kembali terasa sakit. Baekhyun sudah hampir
membuka tutup tabung itu namun Luhan sudah lebih dulu menahannya.
“Kau
pikir itu vitamin?” omel Luhan karena Baekhyun seenaknya meminum obat milik
orang lain.
Baekhyun
menggeleng lemah. “Aku ingin kuat di hadapan Kris. Semangatnya telah memberikan
kekuatan tersendiri untukku.” Baekhyun tersenyum, namun senyuman itu sangat
sulit di artikan oleh Luhan. “Meski kami sama-sama pernah meninggalkan sahabat
terbaik kami di masa lalu, sama-sama memiliki penyakit yang sama,” Baekhyun
sudah membuka mulut untuk melanjutkan kata-katanya, namun Luhan sudah lebih
dulu memotongnya.
“Apa
maksudmu penyakit yang sama?” desak Luhan bingung.
Lagi-lagi
Baekhyun kembali tersenyum, kali ini ia juga sudah memasukkan satu butir obat
lagi ke dalam mulutnya lalu bergegas berdiri untuk mencari air agar bisa
mendorong obat itu masuk ke dalam kerongkongannya. Meski dengan terpaksa ia
meminum air keran.
Chanyeol
membeku di tempatnya. Tanpa sadar tangan Chanyeol melepaskan pegangan pintu
hingga membuat pintu tersebut bergeser dan membongkar tempat persembunyiannya.
“Kau?”
seru Luhan. “Sejak kapan…”
Chanyeol
mendongak, tatapannya langsung tertancap lurus ke arah Baekhyun hingga membuat
pemuda itu membeku. Perlahan Chanyeolpun melangkahkan kakinya ke dalam. Ia sama
sekali tak memalingkan tatapannya dari sosok Baekhyun.
“Byun
Baekhyun?” seru Chanyeol perlahan.
Perlahan
mata sipit Baekhyun melebar. “Jadi, benar kau Park Chanyeol?”
Chanyeol
tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya menarik tubuh Baekhyun yang lebih
pendek darinya itu ke dalam pelukannya. “Kemana saja kau selama ini! Apa kau
bekerja sama dengan Kris untuk menjauhiku? Kau pikir kalian sukses menjalankan
rencana itu?”
Baekhyun
siap membuka mulut, namun tampaknya Chanyeol sama sekali tak memberikannya
kesempatan bicara.
“Apa?”
Tanya Chanyeol sambil menjauhkan tubuh Baekhyun. “Mau membela diri? Atau mau
membela Kris?”
Tak
lama pintu kembali di buka dengan kasar dan memunculkan Tao di sana. “Hyung!
Kris!” hanya itu yang kata-kata yang keluar dari mulut Tao namun itu telah
mewakili semuanya.
@@@
Mereka,
Luhan, Chanyeol, Baekhyun dan Tao masuk ke dalam ruangan tempat Kris berada. Di
sana telah menunggu Jongdae dan Kyungsoo. Mereka hanya diam berdiri. Dan Sehun,
ia sudah berdiri di hadapan Kris dan menatap nanar tubuh lemah Kris yang
berbaring dengan mata terpejam. Di sisi ranjang Kris yang lain, Joongki juga berdiri
dalam diam.
Luhan
melangkah perlahan. Matanyapun mulai berkaca-kaca. Sedetik kemudian, Luhan
langsung melesat mendekati Kris. Ia bahkan sampai mendorong tubuh Joongkin
untuk menyingkir. Dan di saat yang bersamaan, mesin pendeteksi detak jantung
hanya memunculkan sebuah garis lurus dan menghasilkan sebuah bunyi nyaring.
“Hyung!”
teriak Sehun histeris dan mulai mengguncang-guncangkan tubuh Kris. Memaksa
pemuda itu untuk bangun. “Hyung bangun! Kau tidak boleh tidur! Kau belum
mengajakku pergi menggunakan mobilmu! Kita juga belum menyelesaikan game IRIS
kita! Kau tidak boleh melanggar janjimu, hyung! Atau aku juga akan…” Sehun
berhenti bicara. Ia memegangi dadanya yang sesak. Sementara Chanyeol dan
Kyungsoo sudah sejak tadi berusaha menenangkannya.
Sementara
Luhan, tubuhnya membeku, tangannya menjuntai lemah ke bawah. Bahkan ia sudah
tak sanggup menahan air matanya.
“Luhan,
yang sabar,” bisik Joongki menenangkan Luhan, di bantu Tao yang telah merangkul
Luhan meski ia juga menangis.
Luhan
tetap diam. Tatapannya tertancap lurus ke wajah Kris yang pucat dan penuh
dengan luka. Ia hanya ingin berusaha tegar menghadapi kenyataan ini. Tapi Luhan
juga tak bisa berkata apa-apa lagi saat Sehun di paksa keluar oleh Kyungsoo dan
Chanyeol.
“Aku
mau di samping Kris hyung!” jerit Sehun meronta-ronta sampai akhirnya Taopun
ikut turun tangan membantu Chanyeol dan Kyungsoo.
Posisi
Tao di gantikan Jongdae yang kini sudah di samping Luhan. Isakan Luhan semakin
terdengar kala jeritan Sehun di luar masih terdengar hingga dalam membuat
Jongdae berinisiatif untuk memeluknya. Dan saat itu, tatapan Jongdae jatuh ke
bawah kaki Luhan.
@@@
Suho
memaksa untuk di antarkan ke kamar Kris, namun ia menolak jika Jongin yang mendorong
kursi rodanya. Akhirnya, Minseoklah yang bersedia mendorong kursi roda Suho
menuju kamar Kris. Sementara Lay menemani Jongin berjalan di belakang Minseok
dan Suho. Terlihat jelas raut wajah Jongin sangat terpukul karena di benci oleh
kakaknya sendiri. Orang kedua yang sangat berharga dalam hidupnya setelah sang
ibu.
“Kris
Hyung…!”
Langkah mereka berhenti
ketika mendengar jeritan suara Sehun. Tak jauh dari sana, memang tampak tubuh
Sehun yang sudah terkepung tiga orang sekaligus.
Sontak Jongin melirik Suho
yang menatap pemandangan itu lurus-lurus. Hatinya semakin sakit ketika melihat
air mata Suho mulai mengalir. Penyesalan dan rasa bersalah itu semakin
menguasai dirinya.
Akhirnya Sehun berhenti
berteriak tapi ia masih menangis sejdi-jadinya. Sehun juga sudah tak
memberontak. Ia diam lalu dengan lemahnya meluruh di lantai sampai akhirnya
Baekhyun muncul dari dalam kamar Kris.
Tatapan
Baekhyun kosong. Obat milik Kris juga masih berada di genggamannya. Kembali,
Baekhyun memegangi dada kirinya. Entah udah untuk yang ke berapa kali hal ini
terjadi. Baekhyun semakin kencang memegangi dada dan tabung obat itu bersamaan.
Sampai akhirnya ia jatuh berlutut masih dengan tatapan kosong.
“Baekhyun!”
jerit Chanyeol yang kini sudah melesat ke samping Baekhyun. “Baekhyun kau
kenapa?” Tanya Chanyeol sambil mengguncang-guncangkan tubuh Baekhyun namun
pemuda itu sama sekali tak menjawab. “Baekhyun jawab!” paksa Chanyeol lalu
akhirnya Baekhyun menoleh dan hanya menunjukkan senyumannya, kemudian Baekhyun
menghempaskan tubuhnya ke arah Chanyeol hingga tak sadarkan diri di sana.
@@@
1 tahun kemudian…
Suho
berjalan di tengah sebuah pemakaman umum. Ia sedikit terkejut ketika mendapati
seseorang yang sudah berdiri di hadapan makam yang memang ia tuju saat itu.
Tanpa mengurangi niat, Suho semakin mempercepat langkahnya ketika menyadari
siapa yang berdiri di sana.
“Kau?
Untuk apa lagi kau di sini?” Tanya Suho ketus.
Pemuda
itu berbalik dengan tatapan kecewa. “Hyung! Apa hyung pikir aku sudah
benar-benar tidak memiliki hati?” balas Jongin. Ia tak melepaskan kacamata
hitam yang menghiasi wajahnya. “Dia!” Jongin menunjuk sebuah nisan dengan nama
‘Kim Joonmyun’. “Dia kembaranku sendiri! Jika aku tahu Kris juga menderita
penyakit yang sama dengan kembaranku, aku tidak akan pernah melakukan itu pada
Kris. Aku tidak akan membiarkan ada Joonmyun ke dua di dunia ini.”
Suho
diam. Tatapannya tertancap lurus pada makam di hadapannya. Makam seseorang yang
cukup berharga di hidupnya seperti Jongin. Suho memang memiliki adik kembar.
Jongin dan Joonmyun. Kepergian Joonmyunlah yang dijadikan alasan ayahnya untuk
menceraikan ibunya. Karena penyesalan itulah, membuat Suho tak bisa melakukan
apapun untuk mempertahankan Jongin saat itu. Dan kini ia menyesal. Satu-satunya
adik yang ia miliki saat ini justru ia benci dengan alasan yang tidak jelas.
Karena Kris. Bukan salah Jongin karena memang tidak ada yang tahu jika Kris
menderita penyakit tersebut.
“Jongin,
aku…” Suho menoleh, namun ternyata Jongin sudah berjalan jauh meninggalkannya.
Suhopun segera menyusul adiknya. Ia memaksa tubuh Jongin untuk berbalik lalu
memeluknya. “Maafkan aku. Aku memang tidak bisa menjadi kakak yang baik
untukmu,” sesal Suho.
Jongin
melepas pelukan Suho untuk melihat mata kakaknya. “Hyung, aku benar-benar tidak
tahu jika Kris…” ucapan Jongin terputus karena Suho telah menarik kembali
dirinya ke dalam pelukan.
“Aku
tahu. Maafkan aku. Aku hanya terpukul. Karena, Kris adalah orang yang berhasil
membuatku membuka diri untuk orang lain.”
@@@
Luhan
menaiki anak tangga menuju kamar Sehun. Ia ingin mengajak adiknya makan siang
bersama. Ketika sampai, perhatian Luhan justru tertuju pada kamar Kris yang
pintunya sedikit terbuka. Luhan mengintip dan menatap khawatir seseorang di
dalamnya. Di dalam kamar Kris sudah ada Sehun yang sedang duduk manis di
hadapan laptop Kris yang memutarkan slide foto-foto mereka bertiga.
Luhan
melangkah masuk secara diam-diam. Sehun masih asik menertawai foto-foto konyol
mereka tanpa menyadari kehadiran Luhan di belakangnya.
“Apa
yang kau lakukan?” tegur Luhan pelan.
Sehun
yang terkejut, langsung menoleh ke belakang. “Kau mengagetkanku, hyung!” protes
Sehun lalu kembali menatap laptop membuat Luhan ikut tersenyum ketika layar
laptop menampilkan foto Kris yang tertidur dengan banyak karet mengikat
rambutnya di beberapa bagian.
Kris
memang sulit dibangunkan jika sudah tertidur. Kejahilan Sehunpun menghasilkan
kenangan seperti itu. Dan mereka mengancam akan marah pada Kris jika berani
menghapus foto tersebut.
“Aku
sangat merindukan Kris hyung,” ujar Sehun lirih.
“Aku
juga,” kata Luhan menyetujui lalu ia melirik Sehun ngeri karena adiknya itu
senyum-senyum sendiri padalah layar laptop sudah selesai menampilkan slide foto
mereka. “Kau kenapa?” tegur Luhan takut-takut terjadi sesuatu pada adiknya.
Sehun
masih tersenyum lalu melirik Luhan. “Aku hanya teringat hal konyol yang
dilakukan Joongki hyung. Dia seorang dokter, tapi sangat ceroboh.”
*Flash back*
Luhan melangkah perlahan. Matanyapun mulai berkaca-kaca.
Sedetik kemudian, Luhan langsung melesat mendekati Kris. Ia bahkan sampai
mendorong tubuh Joongki untuk menyingkir. Dan di saat yang bersamaan, mesin
pendeteksi detak jantung hanya memunculkan sebuah garis lurus dan menghasilkan
sebuah bunyi nyaring.
“Aku mau di samping Kris hyung!” jerit Sehun meronta-ronta
sampai akhirnya Taopun ikut turun tangan membantu Chanyeol dan Kyungsoo.
Posisi Tao di gantikan Jongdae yang kini
sudah di samping Luhan. Isakan Luhan semakin terdengar kala jeritan Sehun di
luar masih terdengar hingga dalam membuat Jongdae berinisiatif untuk
memeluknya. Dan saat itu, tatapan Jongdae jatuh ke bawah kaki Luhan.
Ada sebuah kabel mencurigakan. Jongdae memungut benda itu lalu
dengan polosnya bertanya pada Joongki, “ini kabel untuk apa?”
Selain Kris, di ruangan itu hanya menyisakan Luhan, Jongdae,
Joongki dan Baekhyun. Saat Luhan, Jongdae dan Joongki sibuk dengan kabel
tersebut, tangan Kris perlahan bergerak. Dan orang pertama yang menyadari
kejadian itu hanyalah Baekhyun.
“Kris!” pekik Baekhyun yang langsung membuat tiga orang tadi
menoleh.
“Hwaaa!!!” jerit Luhan yang sontak memeluk Jongdae. “Kenapa
kau hidup lagi?”
Baekhyun mengibas-ngibaskan tangannya ke arah Luhan. Ia
seperti ingin menyampaikan sesuatu. “Bukan, hyung!” lalu Baekhyun melirik
Joongki yang kini menatap Kris tanpa kedip membuat Baekhyun mengacak rambutnya,
frustasi. “Hyung, sepertinya kabel itu terlepas kerena tersangkut kakimu saat
Luhan hyung tak sadar mendorongmu tadi.”
“Kenapa tidak bilang dari tadi jika kau melihat itu?”
“Karena alat itu langsung berbunyi, aku panic hyung,” seru
Baekhyun membela diri.
Luhan berbalik perlahan. “Jadi, sebenarnya Kris…”
“Apa kau pikir aku sudah mati, hyung!” protes Kris dengan
suara lemah.
Wajah Luhan berubah cerah. “Kris…” serunya seraya memeluk
Kris.
“Hyung! Lepas! Sakit!” rintih Kris.
Joongki, Baekhyun dan Jongdae berusaha menyelamatkan Kris dari
serangan Luhan.
“Kau!” pekik Luhan ke arah Baekhyun. “Cepat kasih tahu Sehun,”
perintahnya. Sebagai gantinya karena ia tidak bisa memeluk Kris, Luhanpun
memeluk Jongdae dan Joongki sambil melompat-lompat penuh semangat. Seperti
telah memenangkan sebuah pertandingan besar.
*flashback
end*
@@@
“Chanyeol…
Shoot!” teriak Jongkook sedikit memerintah karena posisi Chanyeol saat ini
hanya sendiri dan sedikit bebas. Hanya tinggal selangkah lagi ketika anak
asuhannya itu menembakkan bola ke arah ring. Dan… “Akh!” pekiknya kecewa karena
Chanyeol gagal menambah poin untuk tim-nya yang kini sudah tertinggal angka
dari klub ‘Red Stone’, tempat Jongin bergabung.
“Ternyata
aku lebih cepat lima menit dari biasanya.”
Joongki
sampai menghentikan aktifitasnya menenggak air minum ketika mendengar suara
seseorang yang sudah sangat asing, namun juga telah lama tak ia dengar. Di saat
yang bersamaan, Jongkook meminta time out
dari wasit.
“Kris!”
jerit Chanyeol heboh dan kini sudah berlarian ke pinggir lapangan.
Cepat-cepat
Joongki menoleh. Benar saja. Matanya terbelalak saat mendapati seorang pemuda
tinggi yang kini sudah terjerat dalam pelukan Chanyeol.
Joongki
melangkah mendekat, dan menatap Kris dari atas hingga bawah lalu ke atas lagi. Setelah
itu Chanyeol melepaskan pelukannya terhadap Kris karena kini beberapa pemain
dari tim ‘running boy’ sudah mengelilingi Kris, termasuk Jongkook sang pelatih.
“Apa-apaan
kau!” protes Joongki karena Kris kini sudah mengenakan seragam basket mereka,
lengkap. Merasa tak di tanggapi, Joongki melirik Baekhyun yang datang bersama
Kris. Bahkan di samping Baekhyun ada dua koper besar dan di punggungnya juga
ada sebuah ransel yang cukup besar.
“Ku
rasa kesembuhan membuat Kris sedikit kehilangan akal sehat,” sahut Baekhyun
asal membuat Joongki hanya mampu menghela napas berat.
@@@
“Apa!”
Brak!!!
Luhan menggebrak meja hingga membuat Sehun terkejut.
“Uhuk…
uhuk…” Sehun sibuk menepuk-nempuk dadanya seranya mencari gelas yang masih
terisi air. Bahkan ia tak peduli jika gelas yang disambarnya adalah milik
Luhan.
“Kau
yakin?” Tanya Luhan untuk memastikan kebenaran apa yang ia dengar dari
seseorang melalui telpon. Luhan yang kesal, meletakkan ponselnya ke sembarang
tempat. “Benar-benar anak itu!”
“Hyung,
mau ke mana?” protes Sehun saat Luhan sudah bangkit dan melesat menuju
kamarnya.
Beberapa
saat kemudian, Luhan kembali ke ruang makan. Ia melemparkan sebuah jaket dan
mendarat tepat di atas kepala Sehun yang saat itu tengah kembali menikmati
makanannya.
“Hyung!”
protes Sehun sambil menyingkirkan jaket yang menutupi wajahnya.
Luhan
tak terlalu ambil pusing dengan reaksi Sehun. Ia menenggak minumannya hingga
habis lalu melirik Sehun. “Kris ada di lapangan basket. Kita harus segera ke
sana.”
“Hah?”
Sehun menatap Luhan, terkejut. Sedetik kemudian ia baru menyadari bahwa hari
ini jadwal Kris pulang ke Korea setelah menjalani perawatan di rumah sakit
Jerman bersama Baekhyun. “Astaga, dasar Kris hyung!” keluhnya. Tak lama
kemudian Sehun panic karena Luhan sudah tidak berada di sana. “Hyung!” pekik
Sehun yang langsung melesat menyusul Luhan.
@@@
Sehun
dan Luhan sampai berlarian memasuki gedung lapangan basket untuk segera
memastikan berita dari Minseok tadi. Begitu sampai, ternyata pertandingan baru
saja selesai.
Sehun
terbelalak melihat pemandangan di hadapannya. “Itu hyungku?” gumamnya tak
percaya pada sosok di tengah lapangan yang kini tubuhnya sedang di angkat
tinggi-tinggi oleh beberapa orang. Tim ‘running boy’ layak melakukan selebrasi
kemenangan mereka.
Beberapa
saat kemudian, kericuhan di lapangan sudah sedikit memudar. Karena ini adalah
pertandingan final, pembagian hadiah dilakasanakan hari itu juga.
Luhan
mengabari Minseok, Lay dan Jongdae tentang posisinya saat itu. Tak lama,
Baekhyun muncul, dan Sehun justru yang lebih dulu menghampirinya. Padahal
Baekhyun sudah berniat menemui Luhan dan Sehun.
“Hyung,
kenapa tidak langsung pulang?” desak Sehun.
“Apa
kau pikir aku tidak berusaha memaksa Kris untuk pulang dulu?” balas Baekhyun
seolah tak terima dengan perlakuan Sehun. Ia bahkan tetap berjalan ke arah
Luhan yang sudah berada bersama Minseok, Jongdae dan Lay.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar