Author :
N-Annisa (@nniissaa11)
Main Cast :
·
Jeon Jungkook (BTS)
·
Oh Hayoung (A-Pink)
·
Kim Yukwon (Block B)
Support Cast :
·
Yoogeun, Recipon Leo, Dayoung, Lauren,
Illayda (Hallo Baby)
·
Minhyuk, Jihoon, Zico (Block B)
·
Hoseok, Yoongi, Jimin, Taehyung (BTS)
·
Junhong, Jongup (BAP), Eunji (A-Pink)
·
Jessica, Hyoyeon, Sooyoung, Yoona,
Seohyun (SNSD)
·
Krystal, Sulli, Victoria (Fx)
·
Yunho, Changmin (TVXQ), Minwoo
(Boyfriend)
·
Hyukjae, Heechul, Donghae, Kyuhyun
(SuJu)
Length :
3 shoot
Genre : Romance, family
***
“Kenalkan,
dia pacarku.”
“Kamu
tahu kan dia dulu pernah berpacaran denganku?”
Mendengar nada sinis yang dilontarkan
temannya itu, Yukwon justru semakin menggenggam erat tangan gadis di
sampingnya. “Lalu? Lagi pula itu sudah berlalu kan? Sekarang dia denganku.” Yukwon
kemudian membawa pergi gadis itu bersamanya. Pemuda
tadi masih di sana bersama salah seorang temannya yang lain.
“Minhyuk Hyung.” Pemuda bernama Minhyuk itu menoleh melihat adik sepupunya
datang. “Aku sempat melihat Yukwon Hyung.
Dengan pacarnya ya?”
Teman Minhyuk yang bernama Zico tersebut
langsung bersandar lemas ke kursi café. “Aku padahal baru ingin mendekati gadis
itu.”
“Cukup, Zico. Kamu nggak bakal bertahan
lama dengan gadis kekanakan seperti itu.” Minhyuk memperingati. “Jungkook ayo
duduk.” Ia kemudian duduk kembali di kursinya.
“Dia sudah 21 tahun. Tapi masih menyukai
sereal, boneka Barbie, dan film kartun. Sama persis seperti
adiknya keponakanku si Maru itu. Sudahlah, masih banyak gadis lain yang bisa
kau pacari. Nanti ku kenalkan dengan temanku.”
Zico yang sudah terlanjur kecewa hanya
berdecak malas.
***
“Noona…
Hyung…” Sepasang suami-istri itu memasuki rumah beserta dua anak mereka.
Gadis kecil berusia 11 tahun, dan adik laki-lakinya yang berusia 9 tahun.
Wanita paruh baya yang menjadi pemilik
rumah itu muncul dari dalam dapur. Mereka saling berpelukan melepas rindu. Di
hari raya ini, keluarga besar mereka akan berkumpul. Dan satu-persatu adik dari
pemilik rumah, Jessica, mulai berdatangan. Mulai dari adik laki-lakinya yang
paling kecil itu, Changmin bersama istrinya Seohyun dan anak mereka, Sulli
serta Minwoo.
“Mana Hyukjae Hyung dan adik kecil kita, Hayoung?”
Changmin
celingukan ke sekitar mencari dua orang tersebut. Jessica dan Seohyun sudah
menuju dapur saat Sulli dan Minwoo juga mulai menaiki anak tangga menuju lantai
atas rumah.
“Adikmu masih tidur. Dan Oppa tadi sedang mandi,” Jessica
berteriak dari arah dapur.
Changmin kembali ke luar rumah saat
mendengar suara deru mesin mobil. “Kyuhyun Hyung!”
Ia berseru saat salah satu kakak laki-lakinya itu datang bersama istrinya
Hyoyeon, yang juga membawa putra-putri mereka Dayoung dan Leo yang berusia 8
dan 5 tahun.
“Leo ayo, Sulli Eonnie pasti sudah di dalam.” Dayoung dengan ceria menggamit tangan
Leo dan membawa adiknya itu berlari ke dalam rumah. Sementara tangan yang
lainnya sibuk membawa sebuah boneka kucing.
“Taehyung tidak ikut?” Changmin terlihat
keheranan karena Kyuhyun dan Hyoyeon sebenarnya memiliki 3 orang anak. Hyoyeon
dan Kyuhyun hanya memberikan kode bahwa ada sesuatu di belakang mereka.
Ternyata muncul seorang pemuda berusia sekitar 15 tahun dengan langkah gontai
dan wajah mengantuknya. Bahkan tampaknya anak itu masih mengenakan baju saat ia
tidur semalam.
“Aah.. paman Changmin. Aku ingin ke
kamar Junhong dulu.” Sambil berlalu, Taehyung memaksakan matanya terbuka lebar
agar tidak menabrak sesuatu saat berjalan.
“Dia baru pulang jam 5 pagi tadi.”
“Ya sudahlah, Hyung. Ayo kita masuk saja sambil menunggu yang lain datang.”
Changmin mengajak kakaknya untuk ke dalam rumah. Hyoyeon melangkah lebih dulu,
sementara dirinya menyusul bersama Kyuhyun.
“Victoria Noona akan datang terlambat katanya.”
***
“Eonnie…”
“Noona…!
Panggil aku.. Noona.”
“Itu panggilan dari anak laki-laki. Aku,
Dayoung, dan Sulli seharusnya memanggilmu Eonnie.”
“Tidak Krystal. Aku pusing dengan
panggilan yang berbeda-beda itu. Sudah ya. Panggil aku.. Noona.” Hayoung tetap teguh pada keinginannya. Ia menentang ucapan
Krystal.
“Bahkan sebenarnya kita harus memanggil
Hayoung dengan sebutan.. Bibi.”
Hayoung menatap tajam pemuda itu.
“Hoseok!” Ia mendesis sehingga Hoseok sendiri tidak jadi tertawa karena suara
ancaman Hayoung. “Aku bunuh kamu kalau sampai berani manggil gitu.”
Tiba-tiba, ‘plak’, sebuah bantal kecil
berbentuk hati mendarat mulus di kepala Hayoung. Hayoung menoleh ke ujung
ruangan tempat seorang pemuda berbaring santai di atas sofa. Pemuda itu tampak
paling dewasa diantara bocah laki-laki yang lainnya.
“Apa Yukwon Hyung juga harus memanggilmu Noona?”
Jihoon langsung membungkam mulutnya dan
menyesal telah bertanya seperti itu saat Krystal sudah berpindah duduk untuk
membantu Dayoung memakaikan pakaian pada boneka Barbie milik Hayoung. Adiknya, Jimin, sudah terkekeh geli di sudut
lain bersama Taehyung.
Yukwon sudah kembali memejamkan mata.
Hoseok ikut berbaring bersama Jihoon untuk mengganggu Leo yang bermain dengan
sebuah robot-robotan. Hayoung hanya menatap mereka satu-persatu. Tepat saat
Minwoo melintas bersama psp-nya dan menghampiri Junhong.
Mereka semua, 12 anak-anak itu adalah
keponakan Hayoung. Ingat! Keponakan! Bukan adik. Hayoung adalah anak bungsu
dari 7 bersaudara dikeluarganya. Ia bahkan sangat kesal mendapati kenyataan
bahwa Yukwon yang bahkan lebih tua setahun darinya adalah keponakannya. Anak
sulung dari kakak pertama Hayoung, yaitu Jessica. Jessica menikah dengan
Hyukjae dan memiliki anak, Yukwon, Hoseok (seumuran dengan Hayoung), serta
Junhong yang berusia 15 tahun. Masih ada lagi. Krystal (20th) serta Dongho
(18th) adalah anak dari kakak keduanya, Yunho dari istri yang
bernama Sooyoung. Lalu kakak keempatnya, Donghae menikah dengan Yoona dan
memiliki anak, Jihoon (18th) dan Jimin (15th). Lalu kakak
kelimanya yang bernama Kyuhyun sudah memiliki anak, Taehyung, Dayoung dan Leo
dari istrinya, Hyoyeon. Terakhir adalah Changmin yang memiliki anak bersama
Seohyun, yaitu Sulli dan Minwoo.
Hayoung baru saja merebahkan punggungnya
ke sandaran sofa saat seorang anak
laki-laki lagi muncul dari arah tangga. Satu dari dua anak laki-laki kakak
ketiganya, Victoria dan Heechul.
“Jongup Hyung.” Junhong, Jimin, Taehyun, Leo dan Minwoo berseru hampir
bersamaan. Ia menyodorkan sebuah tas plastic ke tangan Hoseok yang kebetulan
posisinya paling dekat dengannya.
“Kapan paman Heechul kembali dari
Australi?” Dongho bertanya saat Junhong dan Taehyung sudah ikut membongkar isi
plastic itu bersama Jimin yang tadi merebutnya dari Hoseok.
Jongup menjatuhkan diri diantara Dongho
dan Hayoung. “Beberapa hari yang lalu.” Ia kemudian menatap ke sebelah kirinya,
tempat Hayoung berada. Di tangannya masih tersisa satu tas plastic lagi yang
kemudian ia daratkan ke pangkuan Hayoung karena gadis itu terlihat tidak
antusias akan kedatangannya.
Hayoung yang kaget, menoleh cepat dengan
tatapan ‘ini apa?’.
“Yoongi tidak ikut ke sini?”
Jongup mengabaikan tatapan Hayoung tadi
karena Krystal lebih dulu mengalihkan dengan pertanyaannya. “Hyung ada di bawah.” Jongup adalah kedua
dari kakak ketiga Hayoung, Victoria yang menikah dengan Heechul.
Karena penasaran, Hayoung membongkar
isinya yang teradapat beberapa bungkusan lebih kecil yang sudah diberi nama.
Krystal, Dayoung, dan Sulli. Hayoung membagi-bagikan sesuai nama. Dan terakhir,
tersisa miliknya. Krystal, Dayoung serta Sulli juga sudah memeriksa isinya yang
ternyata sebuah mini dress. Entah kapan datangnya, ternyata Jimin sudah duduk
di lengan sofa, dekat Hayoung. Jimin bahkan dengan jahilnya membuka bungkusan
milik Hayoung yang isinya sama persis seperti milik Krystal, Dayoung dan Sulli.
Menjadi anak sulung dikeluarga, membuat
Hayoung diperlakukan selayaknya adik kecil oleh kakak-kakaknya. Namun nyatanya
lebih parah dari itu. Hayoung tetap dianggap adik kecil yang harus mendapat
perlakuan istimewa bahkan diusia Hayoung yang sudah menginjak 21 tahun. Mini
dress yang sama dengan Dayoung dan Sulli. Bahkan dimata Hayoung, milik Krystal
jauh lebih bagus dan terlihat lebih dewasa dari miliknya yang kekanak-kanakan.
***
“Oh, Jungkook?”
“Minhyuk Hyung, Yoogeun di sini?”
“Ah, iya. Noona-mu juga sudah bilang tadi kalau kamu yang akan jemput
Yoogeun. Ayo masuk.” Minhyuk mendahului ke dalam. Di ruang keluarga, Jungkook
bertemu dengan Zico yang sedang menyesap kopinya.
“Zico Hyung di sini? Tidak berlibur dengan keluarga?” Jungkook mengambil
tempat di samping Zico yang baru saja meletakkan kopinya di meja.
Zico merespon malas pertanyaan Jungkook.
Bahkan bisa terlihat jelas bahwa ia menolak untuk menjawabnya. “Aku masih
kepikiran dengan pacarnya Yukwon. Kalau memang gadis itu kekanakan, suka makan
sereal… akh aku tidak percaya. Selera Yukwon untuk masalah perempuan sangat
tinggi.” Zico tadi sempat tidak ingin melanjutkan ucapannya mendeskripsikan
sosok gadis yang pernah Yukwon kenalkan padanya.
Zico kemudian menatap Jungkook penuh
minat. Seorang pemuda yang tampak seumuran dengan adik bungsu Zico, yaitu Eunji
yang juga teman sekolah Jungkook. Belum lagi saat Minhyuk turun dari anak
tangga sambil menggandeng dua bocah laki-laki yang tampak seumuran di kanan dan
kirinya. Salah satu dari bocah itu melesat menghampiri Jungkook dan duduk
dipangkuan pemuda itu. Sementara Minhyuk mengajak bocah yang masih bersamanya
untuk duduk berdampingan.
“Paman, ayo beli es krim.”
“Apa? Dia keponakanmu?” Zico menatap
Yoogeun dan Jungkook bergantian. “Aku pikir adikmu. Dia lebih pantas jadi
adikmu.”
“Yoogeun anak kakakku yang kedua. Ya
sudah Hyung. Kami harus segera
pulang.” Jungkook setelah berpamitan, mengajak Yoogeun untuk pergi dari sana.
Menggandeng tangan Yoogeun dengan ceria seolah ia adalah kakak dari bocah itu.
“Paman, kenapa tidak mengendarai
apa-apa?” Yoogeun bertanya di tengah-tengah perjalanan mereka yang sudah
melangkah jauh meninggalkan rumah Minhyuk.
“Paman belum boleh membawa motor. Nanti
kita naik bus saja. Dan membeli es krim di toko yang tidak jauh dari rumah
saja. Sekalian untuk Jeongmin juga.” Jungkook memberikan pengertian kepada
salah satu keponakannya itu.
***
Hayoung menuju lantai bawah. Tempat para
orang tua dari anak-anak yang berkumpul di lantai atas berada. Hayoung baru
menyalami semua kakak beserta kakak iparnya di sana. Bahkan istri dari kakak
lelakinya juga memperlakukannya seperti adik kecil.
“Bibi Hyoyeon.. Leo ingin sereal
katanya.” Krystal berseru dari arah tangga sambil menggandeng Leo menuruni anak
tangga.
Hampir semua para ibu menoleh ke tempat
Krystal dan Leo muncul. Terutama Hyoyeon yang langsung menggengdong putra
bungsunya itu. Sementara Jessica melirik Hayoung yang tampak pura-pura tidak
mendengar ucapan Krystal yang berteriak bahwa Leo meninginkan sereal. Hayoung
sibuk menenggak minuman dalam gelasnya.
“Sereal milikmu masih ada?”
“Eonnie…
hanya tersisa satu. Besok aku bagaimana?” Hayoung mengeluh manja pada Jessica.
Nyatanya, naluri anak bungsu yang manja tetap melekat pada diri Hayoung yang
sudah berusia 21 tahun itu. “Kecuali aku harus membelinya lagi sekarang.”
Jessica menyodorkan selembar uang pada
Hayoung. “Pergi dengan Yukwon atau Hoseok.”
“Aku bisa pergi sen…”
“Dengan mereka atau tidak sama sekali.”
Hayoung hanya memanyunkan bibirnya
karena Jessica memotong ucapannya sekaligus melarangnya pergi ke luar seorang
diri. Seperti itu. Hayoung tidak pernah dibiarkan ke luar sendiri. Bahkan
selama sekolah, ia dan Hoseok tidak pernah terpisah. Kecuali saat kuliah karena
jurusan yang ia dan Hoseok pilih berbeda. Tapi Hayoung tidak benar-benar bisa
mandiri. Selalu ada Hoseok dan Yukwon yang bergantian pergi bersamanya ke
kampus.
Victoria yang mendengar percakapan
Jessica dan Hayoung, ikut bicara. “Ada Yoongi di depan. Kamu pergi sama dia
saja.”
Dengan langkah berat, terpaksa Hayoung
meninggalkan ruang makan. Victoria bahkan sudah sempat mengatakan hal tersebut
pada Yoongi agar anak sulungnya itu menemani Hayoung. Saat melintas di hadapan
kakak laki-lakinya pun, Hayoung tidak lepas dari perlakuan untuk anak-anak.
Yunho dan Donghae bergantian mengusap kepala Hayoung penuh sayang. Saat
berboncengan di atas motor, Hayoung melingkarkan tangannya di pinggang Yoongi
yang membuat pemuda berusia 20 tahun itu memutar badannya menghadap Hayoung.
“Apa tidak terlalu berlebihan?”
“Bukannya kalian memang masih
menganggapku anak kecil? Dan anak kecil harus seperti ini saat berboncengan
naik motor.” Hayoung membalas protes yang dilancarkan Yoongi hingga membuat
kakak dari Jongup itu terpaksa mengalah.
***
Baru tiba di sebuah super market,
Yoogeun sudah berlarian meninggalkan Jungkook.
“Yoogeun, bukannya tadi ingin es krim?”
Jungkook menunjuk frustasi tempat es krim berada. Benar-benar bertolak belakang
dengan arah berlarinya Yoogeun. Dengan terpaksa ia menyusul Yoogeun yang justru
membuatnya bertemu dengan Yoongi yang sedang sendiri. “Eh? Yoongi Hyung?”
“Oh, Jungkook? Kamu sendirian?” Yoongi
bertanya karena melihat tidak ada siapa-siapa di dekat Jungkook.
“Dengan Yoogeun, keponakanku. Tadi dia
lari ke sana. Hyung sendiri datang
bersama siapa?”
“Bagaimana ya menjelaskannya.” Yoongi
mengacang belakang rambutnya saat mereka bicara sambil berjalan menuju arah
yang diyakini Jungkook jalan yang dilewati Yoogeun tadi. Bocah itu bahkan sudah
tidak terlihat. “Aku bersama Hayoung Noona.”
“Ah.. kakaknya Hyung?”
Yoongi menggeleng tegas. “Bukan. Dia itu
adik bungsu ibuku. Tapi umurnya hanya setahun lebih tua dari aku. Dan sekarang
dia juga menghilang. Apa jangan-jangan Noona
sudah di tempat sereal?”
Di tempat sereal, ternyata Yoogeun sudah
bersama dengan Hayoung dan mereka tampak sangat akrab. Keranjang belanja
Hayoung bahkan sudah penuh dengan kotak-kotak sereal. Ia juga mengambilkan
kotak sereal yang tidak dapat terjangkau oleh tangan kecil Yoogeun.
“Mau yang ada gambar gajah atau
jerapah?”
“Jerapah!” Yoogeun berseru penuh
semangat sambil melompat-lompat kecil.
Hayoung mengambilkan kotak tersebut dan
memberikannya pada Yoogeun. “Berarti kita berbeda selera. Kamu suka susu coklat
atau stroberi?” Hayoung bertanya lagi. Selayaknya teman sebaya sambil
berjongkok untuk mensejajarkan tinggi badan mereka.
“Aku suka vanilla.”
Hayoung hanya nyengir mendengar jawaban
Yoogeun yang bahkan tidak ia masukan ke dalam opsi pilihan.
“Kwangmin dan Youngmin Hyung yang suka susu coklat. Illayda
juga.”
“Yoogeun! Ternyata kamu di sini.”
Melihat kedatangan Yoongi dan Jungkook,
Hayoung menegakkan badannya kembali. Yoogeun sendiri sudah berlarian
menghampiri Jungkook dengan sekotak sereal ditangannya. Saat Yoongi menatap,
Hayoung sedang meletakkan kotak sereal terakhirnya ke dalam keranjang belanja.
***
Beberapa hari berlalu. Jungkook sempat
melihat Hayoung duduk sendiri di halte depan kampus. Ia juga berada di sana
untuk menunggu bus yang akan mengantarnya pulang. Namun mereka langsung sibuk
dengan ponsel masing-masing.
“Hoseok! Eonnie pasti marah jika aku pulang sendiri. Kemarin saja Yoongi
disuruh menemaniku ke super market depan kompleks.”
Jungkook dan beberapa orang lain di sana
sedikit terkejut dengan suara keras Hayoung. Namun Jungkook dua kali lipat
lebih tertarik dengan Hayoung karena gadis itu tadi menyebut nama Hoseok.
Seseorang yang ia tahu adik dari Yukwon, teman salah satu kakaknya juga.
Jungkook masih menatap Hayoung saat gadis itu akhirnya menoleh dan tatapannya
jatuh ke tempat Jungkook berada. Lalu kemudian, sebuah bus datang. Beberapa
orang sudah mulai meninggalkan halte dan hanya menyisakan Hayoung dengan
Jungkook saja.
“Tidak ikut naik?” Jungkook bertanya
heran karena yang ia tahu, Hayoung adalah keluarganya Yoongi. Dan bus tadi
mengarah ke daerah tempat tinggal Yoongi jika ternyata mereka tinggal bersama.
Namun Hayoung hanya menatap Jungkook dengan wajah bingung.
“Setahu aku, kamu keluarganya Yoongi Hyung. Dan mungkin saja kamu tinggal di
rumah keluarganya Yoongi Hyung.”
Jungkook sempat melempar tatapan ke arah
lain. Mendadak ia gugup berhadapan dengan Hayoung. Selain mereka belum kenal,
Jungkook juga menjadi merasa bersalah menanyakan hal yang cukup pribadi. Belum
sempat Hayoung bersuara, dering ponsel Jungkook lebih dulu menyelak.
“Apa? Noonaaa…” Reaksi kaget dan memohon ditunjukkan oleh Jungkook yang
sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon. “Tidak bisa Yuri Noona saja yang nanti menemaniku? Itu
akan memalukan kalau aku harus ke toko mainan dan membeli boneka… Barbie.” Jungkook melirik Hayoung sambil
memelankan suaranya. Tapi tampaknya tidak mungkin Hayoung tidak mendengar.
Sedangkan halte sudah sangat sepi dan mereka hanya berdua.
Kemudian giliran Hayoung kembali
menerima sebuah panggilan. “Tidak ada yang bisa mengantar pulang. Yukwon masih
harus di kampus sampai sore. Dan Hoseok sedang mengerjakan tugas dengan
teman-teman sekelasnya. Aku juga tidak bisa menunggu, Eonnie. Aku butuh bukuku yang ada di rumah.” Hayoung memandang
ponselnya dengan tatapan frustasi.
“Maaf tentang pertanyaanku tadi.”
Hayoung menoleh cepat. Tadi ia memang
sempat ingin menjawab pertanyaan Jungkook mengenai dirinya dan Yoongi. Ia bisa
saja pulang sendiri, dan Yoongi menjemputnya di depan kompleks rumah Jessica.
Jadi seolah-olah, Yoongi yang benar-benar menjemput Hayoung dari kampus. Lalu
kemudian Hayoung langsung menhubungi Yoongi yang ternyata tidak sesuai dengan
harapannya.
“Yoongi di luar kota. Bagaimana aku bisa
pulang?” Hayoung bicara dengan dirinya sendiri.
“Mau aku yang antar?” Jungkook sudah
tidak bisa menunggu lebih lama. Ia juga membutuhkan bantuan Hayoung. “Tapi
tolong temani aku dulu membelikan boneka untuk keponakanku.”
***
Hayoung menatap penuh minat deretan
boneka saat ia dan Jungkook tiba di sebuah toko mainan. Ia bahkan sudah
mendahului Jungkook sampai ke dalam. Boneka-boneka tersebut penuh sampai
menutupi dinding toko.
“Kamu suka boneka atau mengoleksinya
juga?” Jungkook sangat penasaran melihat antusias Hayoung terhadap boneka.
“Kamarku bahkan sudah dipenuhi
boneka-boneka. Kemarin Jihoon sempat memberikan boneka beruang. Lalu saat aku
ulang tahun, Hoseok juga memberikan boneka beruang dengan ukuran besar.”
Hayoung merentangkan tangan seolah
menggambarkan besarnya boneka pemberian Hoseok. Jungkook hanya menatap penuh minat
bahkan nyaris tidak berkedip. Benar-benar tidak ada yang disembunyikan cewek
itu. Hayoung bahkan seakan tidak memedulikan tatapan orang-orang yang berada di
sekitar sana. Namun Jungkook sendiri juga terlihat tidak terganggu dengan sikap
kekanakan Hayoung.
“Aku juga suka boneka Barbie. Dan yang paling aku suka adalah
boneka pemberian Taehyung dan Jongup.” Hayoung memuji dua keponakannya itu.
“Akh, mereka ternyata sangat perhatian padaku.”
Jungkook hanya tersenyum menanggapinya.
Suasananya hampir sama seperti saat ia mengajak Illayda ke toko pakaian. Anak
itu sangat senang saat Jungkook mengajaknya ke sana. Lalu kemudian Hayoung
teringat tujuannya berada di sana untuk menemani Jungkook. Bukannya sibuk
sendiri mengagumi boneka-boneka yang sebagian besar bahkan sudah ia miliki di
rumah. Saat menoleh, Jungkook memberikan kode padanya untuk menuju ke salah
satu sudut toko yang memajang deretan boneka Barbie.
Tanpa pikir panjang, Hayoung menyusul
Jungkook menuju tempat yang dipenuhi deretan boneka Barbie. Dan pilihan Hayoung jatuh pada sebuah boneka yang
berpenampilan seperti seorang Pop Star.
Jungkook juga sama sekali tidak memprotes pilihan Hayoung. Ia hanya ingin
cepat-cepat pergi dari sana karena tidak nyaman dengan tatapan aneh beberapa
pengunjung di sana. Bisa saja mereka adalah pasangan muda yang baru menikah.
Padahal tidak sama sekali. Jungkook saja bahkan baru berusia 18 tahun.
“Tidak ingin membelikan bajunya juga?”
Jungkook sudah lebih dulu melesat menuju
meja kasir. Meninggalkan bahkan membiarkan Hayoung membawa kotak berisi boneka Barbie. Namun karena Hayoung sudah
terlanjur melihat deretan pakaian untuk boneka tersebut, tanpa menunggu
persetujuan Jungkook, ia ikut membawa beberapa buah pakaian Barbie yang bisa terjangkau tangannya.
Hayoung dan Jungkook sudah berdiri di
depan sebuah rumah. Hayoung dengan pikirannya yang menakjubkan karena bisa naik
bus umum, sementara Jungkook sibuk menatap lurus ke arah rumah besar tersebut.
“Ternyata naik bus umum tidak seburuk
itu. Harusnya Eonnie tidak perlu
khawatir jika aku pulang sendiri lain kali.”
Jungkook seperti tidak mendengar ucapan
Hayoung. Tapi ia tetap menoleh ke tempat gadis itu berada dengan tatapan yang
sulit diartikan. Pikirannya bercabang ke mana-mana.
“Yang aku tahu ini rumah Yukwon Hyung. Dan kalau kamu tinggal di sini
juga, apa hubunganmu dengan Yukwon Hyung sudah
sejauh itu?”
“Apa?”
Hayoung menatap Jungkook penuh protes.
Ucapan Jungkook mengarah ke sesuatu yang negative. Memang sulit dipercaya jika Yukwon
adalah keponakan Hayoung yang bahkan umurnya lebih tua dari gadis itu.
“Ibunya Yukwon adalah kakak kandungku.
Terserah kamu mau percaya atau tidak.”
Jungkook hanya menatap punggung Hayoung
yang sudah lebih dulu meninggalkannya dan masuk ke dalam rumah. Jungkook bahkan
belum sempat mengucapkan terima kasih karena Hayoung telah membantunya tadi.
Jungkook hanya menatap hampa tas plastik di tangannya sambil memutar badan dan
berniat meninggalkan tempat itu. Tepat saat seorang pemuda melintas dengan
sepeda motornya dan berhenti di depan rumah Hayoung.
“Ibu! Hayoung sudah pulang atau belum?”
Yukwon berteriak sambil berlari ke arah
pintu utama. Bertepatan saat Jessica ternyata memunculkan diri setelah
mendengar suara keras Yukwon. Suara Yukwon juga sampai ke telinga Jungkook hingga
membuat pemuda itu menghentikan langkah.
“Yukwon! Yang sopan memanggil Hayoung.
Biar bagaimana pun dia bibimu!”
“Iya iya, Bu. Aku hanya khawatir Noona ternyata sudah pulang. Dia pulang
sama siapa? Hoseok?”
***
Pagi hari keesokannya, Jungkook sudah rapi
dan bersiap untuk ke luar sambil menunggu panggilannya dijawab. Tas karton
berisi boneka Barbie yang ia beli
kemarin juga sudah siap di atas tempat tidur.
“Noona,
hari ini aku libur dan rencananya ingin ke rumahmu. Tapi mungkin sedikit sore
karena aku ingin menemui temanku dulu.”
Sekitar setengah jam kemudian, Jungkook
tiba di sebuah café yang berada pada sebuah pusat perbelanjaan. Di sana sudah
menunggu seorang gadis yang seumuran dengan Jungkook meski pembawaan gadis itu
sedikit lebih dewasa dari pada seharusnya.
“Aahh.. rasanya sudah lama tidak makan
es krim seperti ini.”
Jungkook yang sudah duduk berhadapan
dengan Eunji hanya tersenyum menanggapi reaksi gadis itu. Ia juga sudah sempat
menyicipi sesendok es krim vanilla kesukaannya.
“Pertemuan berikutnya, kamu yang traktir
kan?” Jungkook menatap jahil.
Eunji menatap malas pemuda di depannya
setelah berusaha menyeka dengan anggun tepi bibirnya yang sedikit belepotan es
krim. Namun tampaknya Jungkook yang menjadi tidak nyaman dengan sikap Eunji. Rasanya
gadis itu seperti menjadi orang lain. Terlihat dipaksakan.
“Itu sudah jadi kesepakatan kita kan?”
Kemudian Eunji kembali menikmati es krim
miliknya. Sementara dari arah pintu tampak segerombolan pemuda memasuki café
yang sontak membuat Eunji seperti memperbaiki diri. Tidak ingin terlihat jelek
jika salah satu dari mereka sempat melirik pada Eunji nantinya. Tapi hal itu
justru membuat Jungkook merasa jengah. Ia menatap kecewa perubahan sikap Eunji.
“Berhenti seperti itu. Kamu bukan
seperti Eunji yang selama ini aku kenal.”
“Ayolah Jungkook. Kita sudah berada
difase menuju kedewasaan. Naeun, Chorong, dan Bomi bahkan sudah memiliki pacar.
Hanya aku saja yang masih sendiri. Dan jika aku masih bersikap seperti anak
kecil, mungkin Minhyuk Oppa akan menjauhiku.”
Cih. Lagi-lagi karena pemuda itu.
Jungkook bahkan sudah mengenalnya luar dan dalam. Pesona Minhyuk membuat para
gadis tidak bisa menjadi diri mereka sendiri. Eunji menjadi salah satunya. Tapi
Eunji tidak tahu jika gerombolan pemuda yang ia lihat ada diantaranya adalah
teman Jungkook. Jungkook juga baru menyadari itu saat ia menangkap sosok
Hayoung yang membawa baki berisi gelas-gelas es krim ke meja pemuda-pemuda
tadi. Hoseok, Jihoon, Taehyung, Jimin, dan Jongup. Ternyata Yukwon juga
menyusul ke sana dan langsung bergabung.
Berbeda dengan apa yang terjadi pada
Eunji. Hayoung bebas memain-mainkan sendok es krim dimulutnya. Tidak juga
merasa terganggu saat Yukwon senang sekali mengacak rambutnya hingga sedikit
berantakan. Suasana ramai langsung terjadi. Taehyung mengulurkan tangannya dan
berniat menyuapi Hoseok, tapi karena reaksi Jongup yang sedikit berlebihan
membuat tangan Taehyung yang memegang sendok es krim menjadi goyah dan akhirnya
mengenai bagian pipi Hayoung. Hayoung sontak melempar tatapan membunuh. Melihat
itu Taehyung buru-buru menyodorkan selembar tissue. Hayoung menyambarnya
sedikit kasar lalu menyeka pipinya yang berlumuran es krim.
“Bisa lembut sedikit tidak sih?”
Yukwon yang gemas, merebut tissue
tersebut dari tangan Hayoung untuk mencontohkan cara yang baik sebagai seorang
perempuan. Hayoung diam saja saat Yukwon mengusapkan lembut tissue tersebut ke
pipinya. Tapi Yukwon juga yang justru merusak suasana dengan menertawai
sikapnya sendiri.
“Itu apa?”
Suara Eunji membuyarkan pikiran Jungkook
yang sejak tadi memperhatikan Hayoung dan para pemuda itu. Saat menoleh
ternyata Eunji sudah mengintip ke dalam bungkusan kado untuk Illayda. Jungkook
tidak ingin mengganggu ketika Eunji mulai mengintip ke dalam tas karton
tersebut.
“Waah.. Barbie. Semua boneka milikku sudah kuberikan pada orang lain.”
Jungkook hanya menatap datar wajah sedih
Eunji saat melihat mainan untuk anak perempuan tersebut. Berbanding terbalik
dengan Hayoung yang masih menyimpan koleksi boneka sesuka hatinya.
***
“Hyung
jadi pergi sekarang?”
Yukwon hanya mengangguk menanggapi
pertanyaan Hoseok tadi. Mereka juga masih di café yang sama. Berbeda dengan
Jungkook dan Eunji yang sudah meninggalkan tempat itu. Tapi para pemuda dan
Hayoung tidak menyadari kapan mereka pergi.
“Aku akan memulai proyek kecil dengan
temanku. Jadi sepertinya nanti malam aku tidak pulang. Ayah dan ibu juga sudah
tahu tentang rencanaku.” Yukwon lalu mencomot kentang goreng dan memasukkan ke
dalam mulutnya.
“Noona,
ikut pulang denganku saja. Nanti malam juga Hoseok Hyung akan menginap di rumah temannya kan? Dan Junhong sedang pergi
berkemah sampai lusa.” Taehyung berseru penuh semangat. Tapi Hayoung justru
menatapnya datar.
Yukwon menunggu dengan khawatir. Hayoung
dan Taehyung sebenernya sedikit sulit untuk disatukan. Taehyung yang jahil, dan
Hayoung yang kekanakan. Mereka adalah kombinasi yang mencemaskan. Jika Hayoung
menginap di rumah Kyuhyun, akan berakhir dengan tangisan Leo karena Taehyung
menganggunya yang ditinggal bermain juga dengan Dayoung yang justru sibuk
bermain dengan Hayoung.
Tanpa menunggu apa-apa lagi, Yukwon
kemudian berdiri karena bisa dipastikan Hayoung akan menolak ajakan Taehyung.
“Kamu di rumah saja. Kalau ada sesuatu, telepon aku. Hoseok, aku duluan. Kalian
semua juga.”
Hayoung diantar pulang menggunakan motor
oleh Hoseok. Sama seperti saat berboncengan dengan Yoongi, Hayoung melingkarkan
tangannya ke pinggang Hoseok. Tapi Hoseok tidak terlalu ambil pusing karena
mereka sudah biasa seperti itu. Sementara Taehyung, Jimin dan Jongup juga sudah
langsung pulang ke rumah masing-masing setelah dari café tadi.
“Aku langsung pergi lagi ya.”
“Hati-hati.”
Hayoung menatap punggung Hoseok yang
sudah semakin menjauh. Ia memasuki rumah dan bertemu dengan Krystal di pintu. Dan
Hayoung baru menyadari bahwa ada sebuah mobil di depan rumah.
“Waah, kamu udah berani bawa mobil
sampai ke sini?”
Krystal sama sekali tidak antusias
menanggapi ledekan Hayoung dan memilih untuk menghempaskan tubuh ke kursi. Hayoung
juga langsung membungkam mulutnya melihat reaksi Krystal, ia lalu perlahan
menempatkan diri di samping Krystal.
“Aku bukannya tidak ikhlas menjemput
bibi Jessica dan paman Hyukjae ke sini. Tapi karena aku anak sulung, aku
dituntut harus bisa melakukan segalanya. Termasuk menyetir mobil.”
“Menjemput?”
Krystal menoleh dan mendapati Hayoung menatapnya keheranan. “Mereka dan orang tuaku akan ke kampung. Kakekku meninggal.” Yang Krystal maksud adalah ayah dari ibunya, Sooyoung. Sooyoung dan Hyukjae juga masih memiliki hubungan keluarga. Dan jika Hyukjae pergi, kemungkinan besar Jessica juga ikut menemani suaminya.
Krystal menoleh dan mendapati Hayoung menatapnya keheranan. “Mereka dan orang tuaku akan ke kampung. Kakekku meninggal.” Yang Krystal maksud adalah ayah dari ibunya, Sooyoung. Sooyoung dan Hyukjae juga masih memiliki hubungan keluarga. Dan jika Hyukjae pergi, kemungkinan besar Jessica juga ikut menemani suaminya.
***
“Kibum Hyung. Taeyeon Noona bilang
Yuri Noona akan melahirkan. Jam
berapa Noona masuk rumah sakit?”
Seorang pria bernama Kibum menghampiri
Jungkook yang baru tiba. “Sekitar satu jam yang lalu. Tapi Yuri masih di
dalam.”
Jungkook bisa bernapas lega sesaat.
Sebelum akhirnya, ia teringat anak bungsu Kibum dan Yuri. “Lauren mana, Hyung?”
“Aah, dia kutitipkan pada Yukwon.”
Kibum cukup santai menanggapi pertanyaan
Jungkook. Namun tidak untuk pemuda itu yang sontak melebarkan matanya.
“Bagaimana bisa Lauren dititipkan pada Yukwon Hyung?”
Jungkook langsung teringat pada Hayoung.
Saat di café, Jungkook mendengar jika Yukwon sedang mengerjakan proyek dengan
temannya. Seharusnya Jungkook memang sudah pergi dari café, tapi mainan Illayda
tertinggal sehingga ia harus kembali untuk mengambilnya dan mendengar
pembicaraan Yukwon tersebut.
“Yukwon sudah menawarkan diri kemarin.
Sebenarnya aku juga sedikit tak enak padanya. Tapi nampaknya Lauren cukup
nyaman.. hei, Jungkook!”
Jungkook sudah melesat pergi bahkan ia
tidak mendengarkan cerita Kibum. Kecuali saat kakak iparnya itu meneriaki
namanya. Tapi Jungkook lebih memilih terus berlari. Tujuannya adalah menuju
rumah Hayoung.
Sementara di rumahnya, Hayoung duduk
sendiri di meja makan. Menatap hampa permukaan meja yang kosong. Baru beberapa
menit yang lalu Jessica dan Hyukjae pergi bersama Krystal. Ternyata Hoseok
berbohong tentang ia sudah mengabari Jessica jika ia akan menginap di tempat
temannya.
Apa artinya ini adalah kesempatan?
Kesempatan untuk Hayoung melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan selama
ini. Namun akhirnya Hayoung menelungkupkan wajah ke atas meja dengan frustasi.
Rasa takut langsung menguasainya. Tapi tidak berlangsung lama karena Hayoung
tampak bangkit dan melesat ke luar setelah mendengar suara deru mesin motor Yukwon.
“Aku tau kamu pasti…”
Hayoung tidak langsung menyelesaikan
ucapannya karena Yukwon ternyata tidak datang seorang diri. Ia bersama seorang
gadis cilik yang berdiri memegangi kaki Yukwon dengan malu-malu.
“Kamu nggak mengencani anak kecil kan?
Tapi bukannya kamu sedang ada…”
Yukwon menatap Hayoung tajam hingga
sukses membuat gadis itu bungkam. “Noona!
Hati-hati kalau bicara. Ibunya Lauren sedang melahirkan dan tidak ada yang bisa
menjaganya. Karena Jungkook juga sedang tidak ada, makanya kupikir aku bisa
meminta bantuanmu.”
Yukwon berjalan melewati Hayoung. Di
tangan kanannya ia menggandeng Lauren, sementara tangannya yang lain menenteng
sebuah tas bergambar Princess Sofia dan
bisa dipastikan itu milik Lauren.
Hayoung segera menyusul Yukwon ke dalam.
“Yukwon!”
Yukwon mengajak Lauren ke lantai atas
dan menyalakan televisi. Berusaha membuat Lauren nyaman berada di sana. Ia bahkan
mengeluarkan beberapa camilan untuk gadis kecil itu. Membukakan susu kotak rasa
coklat dan menyodorkannya pada Lauren. Saat itu Hayoung juga menyusul ke atas
dan memantau mereka dari atas tangga.
“Aku nitip Lauren sebentar ya. Janji deh
tidak sampai malam.”
Hayoung membulatkan mata, bahkan
mulutnya juga sudah sedikit terbuka. “Aku juga sendiri di rumah. Eonnie dan Oppa ke kampung. Ayahnya Sooyoung Eonnie meninggal. Dan.. dua adikmu juga tidak akan pulang sampai
besok.”
Yukwon membeku. Mulutnya sudah terbuka,
namun ia sulit mengeluarkan sebuah kata sekali pun. Semuanya diluar dugaan. Dan
rencananya merencanakan proyek juga menjadi sedikit berantakan. Yukwon sudah
mengacak rambutnya, frustasi. Saat melirik jam tangannya, Yukwon sontak berdiri
cepat.
“Noona
aku mohon. Anggap saja Lauren seperti temanmu. Dia juga anak yang baik dan
aku bisa pastikan Lauren tidak akan merepotkanmu. Dan sebagai gantinya, aku
akan kasih kamu apapun yang kamu mau. Boneka, sereal, aksesoris, film kartun.”
Yukwon mengabsen deretan hal yang sangat
disukai Hayoung. Sambil perlahan melangkah mendekat dan sesekali ia mengawasi
Lauren yang sudah tenggelam dengan suguhan Yukwon. Hayoung juga menunjukkan
tatapan penuh permohonan agar Yukwon tidak meninggalkannya hanya berdua dengan
Lauren.
“Aku sayang Noona.”
“Yukwon!”
Hayoung menjerit tertahan. Bukan karena
kecupan kilat Yukwon di pipinya. Tapi karena Yukwon bahkan sudah berlari
melesat meninggalkan rumah. Dan Hayoung hanya bisa menghentakkan kakinya dengan
kesal. Tidak mungkin ia menunjukkan amarahnya sementara ada Lauren di sana.
Gadis kecil itu bahkan belum genap berusia 5 tahun.
Dengan lemah, Hayoung melirik ke tempat
Lauren. Gadis kecil itu tampak sudah berdiri dan menatap berkeliling dengan
resah. Hayoung segera melesat ke dalam kamarnya lalu kembali ke luar sambil
membawa beberapa boneka miliknya sebelum Lauren benar-benar menangis.
“Ayo kita main. Kamu suka yang mana?”
Malu-malu Lauren mengarahkan tangannya
ke sebuah boneka Twetty dalam pelukan
Hayoung. Hayoung akhirnya bisa bernapas lega setelah ia memberikan boneka
tersebut yang langsung didekap erat oleh Lauren.
“Aah.. Noona juga punya boneka Barbie,
kamu mau main?”
Lauren hanya mengangguk kecil dan
Hayoung segera masuk kembali ke kamarnya untuk mengambil boneka yang banyak
digemari oleh anak-anak kecil tersebut.
***