Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun,
Youngjae,
Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast :
·
A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo, Hayoung)
·
G.Na (Soloist)
·
B2ST (Doojoon)
·
BtoB
Genre
: romance, family,
brothership
Length : chapter
***
Pagi
itu, Jongup mendapati Himchan sedang mengawasi sesuatu dari balik jendela
rumahnya. Tentu Jongup tertarik untuk mencari tahu apa yang menarik perhatian
seorang Himchan yang sepertinya mengarah ke rumah Bomi.
“Aku
denger, ayahnya Mba Bomi pulang ya?”
Himchan
yang sedikit terkejut tentu langsung menoleh cepat. Ingin marah, tapi ia tidak
bisa melakukan hal itu. Terutama kepada Jongup. Dan bukan hal sulit untuk
Himchan mengendalikan perasaannya yang cukup kacau karena kepergok oleh Jongup
tadi. Himchan memilih untuk menyingkir lalu duduk di sofa.
“Kayaknya
gue nggak pernah liat Bomi jalan sama cowok, deh.”
Jongup
yang masih berdiri di dekat jendela, mengawasi Himchan yang bicara namun sambil
membaca Koran. “Sering, tahu!”
“Sama
siapa?” Himchan tidak bisa menahan rasa penasarannya. Tapi sedetik kemudian,
Himchan tampak menyesal menanyai hal tersebut. Entah apa yang dipikirkan Jongup
setelah ini.
“Sama
aku,” jawab Jongup enteng. Seolah tidak peduli dengan reaksi Himchan tadi.
Padahal dalam hati ia terkekeh geli melihat sikap Himchan.
“Oh,”
kata Himchan pendek. Lebih pastinya hanya untuk menutupi perasaan. Jelas saja
Himchan merasa sedikit lega meski sebenarnya masih ada yang mengganjal.
Kenyataan masih ada seorang pemuda lain yang dekat dengan Bomi.
Jongup
bersandar di kayu jendela dengan tatapan yang kembali terlempar ke luar. Namun
tentu saja ia tetap mengawasi sikap Himchan yang dimatanya hanya berpura-pura
tenang.
“Mba
Bomi tuh percuma mau deket atau bahkan sampai pacaran sama siapa aja. Karena
penentuan siapa yang bisa nikah sama Mba Bomi itu ya ayahnya. Bisa aja yang
diterima itu cowok yang bukan pacarnya Mba Bomi.”
“Kamu
tahu dari mana?”
Jongup
tersenyum penuh rahasia, kemudian ia menoleh ke tempat Himchan berada. “Kurang
jelas kalau tadi aku bilang cowok yang deket sama Mba Bomi itu aku? Apa mau aku
datengin Mba Bomi ke sini buat ngejelasin ke Mas Himchan?”
Himchan
mendadak salah tingkah jika saja Jongup benar membawa Bomi ke sana. Anak itu
suka nekat akhir-akhir ini. Terutama tentang urusan Bomi yang menyangkut
dengannya juga. “Nggak perlu,” ujar Himchan.
“Ibu
berangkat, ya?”
Jongup
dan Himchan menoleh bersamaan. G.Na sudah berdiri tidak jauh dari sana dengan
seragam lengkapnya. Tentu mereka menyambut baik perubahan Ibu mereka sendiri
yang sekarang jauh lebih terbuka.
“Himchan,
kamu libur kan? Bisa tolong jaga Zelo juga? Dia masih tidur.”
“Ibu
tenang aja. Zelo itu lebih gampang diatur dari pada Jongup,” ujar Himchan yang
sontak saja menyulut protes keras dari Jongup.
“Jadi
kamu selama ini suka nakal ya sama kakak-kakak kamu?” tegur G.Na. Tentu Jongup
membatalkan niat melakukan protes pada Himchan.
“Ibu
nggak tahu aja sih, kalo Mas Himchan itu sebenarnya playboy dan punya 2 pacar sekaligus.”
Dari
awal Himchan sudah mengawasi Jongup bicara. Sampai akhirnya ia tidak bisa
menahan diri untuk tidak berdiri lalu membekap mulut Jongup agar diam. Namun
G.Na hanya terkekeh melihatnya. Merasa bahagia melihat dua anaknya saling
menjahili satu sama lain yang membuktikan keakraban mereka.
***
“Apa?
Eun Ji kabur?” pekik Youngjae yang sontak saja membatalkan niat untuk memasuki
sebuah ruangan. Ia lalu mengawasi sekelilingnya. Beruntung suasana di koridor
itu masih sepi.
“Youngjae?”
Youngjae
menoleh karena mendengar seseorang memanggilnya dari ujung koridor. Ternyata
Gikwang yang terlihat memberi kode melalui gerakan tangan agar ia mengikutinya.
“Kita
mau makan siang bareng dulu sama yang lain.”
Youngjae
menjauhkan sedikit ponsel dari telinganya. “Gue lagi nerima telepon sebentar.
Nanti gue nyusul.” Setelah memastikan Gikwang benar-benar pergi, Youngjae
kembali menempelkan ponsel ke telinganya. Tidak lama—masih dari tempat Gikwang
memunculkan diri tadi—Youngjae melihat kini giliran rombongan Peniel yang
melintas. Salah satu diantara mereka, Youngjae melihat Eun Ji.
“Iya,
Om. Tapi tolong jangan bersikap seenaknya. Eun Ji sudah menikah. Dan hargai aku
sebagai suami Eun Ji. Biar aku yang mencari Eun Ji.”
Terdengar
helaan napas berat dari Youngjae yang kemudian bersandar dengan sedikit kasar
pada tembok terdekat. “Konyol banget punya mertua yang nyuruh detektif buat
nyari anaknya. Mana tanpa sepengetahuan gue. Untung gue liat Eun Ji di si…”
Youngjae diam sesaat untuk memikirkan ucapannya sendiri. “Apa? Eun Ji di sini?”
Setelah
bisa mengatasi keterkejutannya, Youngjae bergegas melesat menuju jalan yang
dilalui Eun Ji. Berniat menyusul gadis itu yang memang akan makan siang bersama
dengan seluruh staf yang terlibat. Termasuk dirinya yang bertindak sebagai CEO event tersebut. Namun saat tiba di
ambang pintu, Youngjae membatalkan niat untuk masuk. Ia bahkan menarik kembali
dirinya untuk bersembunyi karena Eun Ji berada di sana bersama Peniel. Youngjae
berniat mengawasi istrinya yang sedang bersama pemuda lain.
“Gue
juga maunya minta ijin ke Youngjae. Tapi kan gue udah bilang kemarin, takut
Youngjae ternyata ngadu ke Papa.”
“Ya
udah, sekarang lo bilang. Telepon dia. Gue yakin Youngjae bakal ngerti.”
“Niel,
gue takut Youngjae marah.”
Dari
balik pintu, Youngjae bisa mendengar semua pembicaraan Eun Ji dengan Peniel.
Dan ucapan Eun Ji sukses membuat Youngjae terkekeh kecil. Melihat sisi lain
dari Eun Ji yang baru ia ketahui, menjadi kesenangan tersendiri untuknya.
“Setelah
kita makan siang, ya? Janji, deh.”
***
Jongup
terlihat baru tiba di rumahnya. Baru saja ia melepas helm, Jongup melihat Bomi
datang mendekat. Ekspresi wajah Bomi tampak sulit diartikan, namun matanya
terlihat memerah seperti habis menangis. Dan itu membuat Jongup tak sabar
menunggu, hingga akhirnya ia memilih menghampiri Bomi dengan langkah sedikit
terburu-buru.
“Ada
ap…”
Belum
sempat Jongup menyelesaikan ucapannya, Bomi sudah lebih dulu memeluk Jongup.
Cukup erat. Perlahan Jongup membalas pelukan Bomi sambil mengusap punggung
gadis itu.
“Kenapa,
sih? Sini cerita sama aku.”
Bomi
mulai melonggarkan pelukannya. Sedikit merasa tenang karena ada Jongup di sana.
“Aku mau cerita.”
Jongup
mengangguk setuju. Tentu ia akan setia mendengarkan apapun yang diceritakan
Bomi padanya. Namun karena Bomi hanya melirik khawatir ke rumah Jongup tanpa
mulai bercerita, Jongup berinisiatif untuk mengajak Bomi pergi. Duduk di salah
satu bangku taman yang belum terlalu ramai itu.
“Ada
yang ngelamar aku.”
“Hah?
Siapa?” Jongup tentu tidak bisa menahan rasa penasarannya. Berita itu bukan
berita kecil. Terlebih selama ini Bomi memang tidak pernah menjalin hubungan
dengan lelaki manapun. Kecuali perasaannya pada Himchan yang belum berkurang.
Tapi nampaknya Jongup kembali teringat tentang fakta jika ayahnya Bomilah yang
menentukan pria yang akan menjadi pendamping hidup Bomi nantinya.
“Aku
juga nggak tahu. Ayah nggak mau bilang. Tapi katanya, aku nggak akan nyesel
sama pilihan Ayah.”
“Semua
orang tua juga bakal bilang gitu.”
Bomi
hanya tertunduk. Sudah lelah jika ingin menangis lagi. Ucapan Jongup memang ada
benarnya.
***
Sore
itu Daehyun terlihat ke luar dari dalam kamarnya. Terlihat lebih segar dengan
rambutnya yang basah. Sambil menatap layar ponsel, Daehyun duduk bergabung di
ruang tivi. Duduk di samping Zelo yang kini berada di tengah-tengah Daehyun dan
Himchan. Tidak lama, terlihat Jongup muncul sambil meletakkan kunci motor di
atas meja, kemudian duduk di sofa terpisah. Pemuda itu masih memakai jaketnya
dan terlihat baru saja dari luar.
“Dari
mana, Jong?” tanya Daehyun. Karena saat pemuda itu pulang sekitar setengah jam
lalu, Jongup sedang tidak di rumah.
“Tuh,”
ujar Jongup dengan tatapan mengarah pada Zelo. “Abis nganterin pulang ‘obatnya’
Zelo.”
Daehyun
menoleh penuh semangat ke arah Zelo yang tepat duduk di sampingnya. Sementara
Himchan terdengar menahan tawanya karena ia mengerti maksud kata ‘obat’ yang
ada dibenak Jongup. Zelo sendiri hanya menahan kesal dijahili kakak-kakaknya.
“Nggak
beda jauh kayak Mas Youngjae. Gue pasti dijailin, deh.” Zelo terdengar
menggerutu. Sementara posisi duduknya sedikit merosot. “Pak, saya besok ijin
ya. Kayaknya penyakit saya nggak jadi sembuh, nih.” Zelo menatap Himchan penuh
permohonan.
Himchan
tidak berani menatap Zelo secara langsung, hanya melalui sudut matanya. Dari
sisi seperti itu saja Zelo sudah terlihat lucu dengan wajah menggemaskannya
yang kapan saja bisa meruntuhkan kewibawaan Himchan selama ini sebagai seorang
guru muda.
“Nggak
ada!” jawab Himchan akhirnya. Membuat posisi duduk Zelo semakin merosot.
“Oiya,
Mas. Dapet salam dari Hayoung tadi. Mas Himchan pergi ke mana, sih?”
“Yang
Mas Himchan pulang bareng bokapnya Bomi itu, ya?” tanya Daehyun. Menimpali pertanyaan
Jongup sebelumnya.
“Kok
bisa?” Jongup semakin penasaran. Dan secara tidak langsung ia mendesak Himchan
untuk segera menjawabnya.
“Nggak
ada apa-apa. Cuma ngobrol biasa aja,” kata Himchan. Sementara tatapannya
seperti menghindari Jongup atau pun Daehyun yang tadi melemparinya pertanyaan.
Daehyun mungkin mengganggap itu memang seperti apa yang dikatakan Himchan,
hanya obrolan biasa. Tapi tidak untuk Jongup yang menaruh curiga terhadap
Himchan terutama jika melibatkan Bomi atau keluarga gadis itu.
***
Eun
Ji yang masih duduk di ruang rapat, sedikit melakukan peregangan sebelum
akhirnya membereskan sketsa gambar gaun rancangannya. Ia sudah duduk di sana
selama hampir 3 jam. Melakukan rapat dengan semua tim kreatif. Namjoo tidak
termasuk di sana karena ia adalah seorang model. Begitu juga dengan Peniel yang
melakukan rapat khusus dengan para pimpinan di ruangan berbeda dengan Eun Ji.
Eun
Ji menjadi orang terakhir yang berada di ruangan tersebut. Namun saat ingin
meninggalkan ruangan itu juga, terlihat Peniel memunculkan diri sambil menutup
pintu di belakangnya. Salah satu tangan Peniel tampak menenteng sebuah tas
karton berukuran cukup besar.
“Baru
aja gue mau ke luar,” ujar Eun Ji. Namun Peniel sudah lebih dulu menarik kursi
untuk ia duduk. Dan tidak lupa Peniel juga menyuruh Eun Ji kembali duduk di
tempatnya.
“Udah
jadi telepon Youngjae?”
“Pulsa
gue habis. Nggak keburu buat beli dulu tadi,” Eun Ji menjawab dengan sedikit
kesal. “Lo kenapa maksa banget gini sih, Niel?”
Peniel
tidak langsung menjawab pertanyaan Eun Ji. Bingung harus memulai pembicaraan
dari mana. Sesaat Peniel terlihat berusaha membuat dirinya lebih tenang dulu
dengan cara menyandarkan pungungnya lebih dalam ke kursi. Namun hal tersebut
justru berdampak terbalik pada Eun Ji. Gadis itu terlihat gusar karena reaksi
Peniel.
“Niel..
Peniel,” ujar Eun Ji memanggil pemuda itu. “Lo nyembunyiin sesuatu dari gue?”
Eun Ji mencoba memancing Peniel agar menceritakan sesuatu.
Peniel
menegakkan badannya. Menatap lurus ke arah Eun Ji. Bahkan kini Peniel sampai
sedikit mencondongkan badannya karena ia memiliki pembahasan yang sangat
serius.
“Gue
kayak gini karena kita temenan udah lama, Ji.”
“Ya
terus, apa?” desak Eun Ji sedikit tidak sabar dengan sikap Peniel yang masih
ingin menutup-nutupi. “Lo mau bahas tentang siapa?”
Sesaat,
Peniel melempar pandangan ke arah pintu. Khawatir jika ada seseorang mencuri
dengar obrolannya dengan Eun Ji. “Lo udah aman sekarang. Tapi gue minta, lo
jangan nemuin Gikwang dulu sebelum lo yakin hati lo buat Youngjae.”
“Gue
aja nggak tahu Youngjae masih suka sama Naeun atau nggak. Gimana perasaan dia
juga gue nggak berani tanya-tanya. Dan lo tahu sendiri kan kejadian sebelum gue
dan Youngjae nikah?”
Peniel
tampak mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Terlihat tidak terlalu
terpengaruh dengan kalimat Eun Ji tadi. Peniel memberikan sebuah kunci mobil
pada Eun Ji. Bahkan sampai sedikit memaksa agar gadis itu menerimanya.
“Sebelum
rapat, gue ketemu Minhyuk.”
“Minhyuk
ke sini?” seru Eun Ji yang tentu saja terkejut karena merasa keberadaannya
kembali terancam. Meningat ia tidak pernah tenang setiap ada Minhyuk di sekitarnya.
“Itu
kunci mobil milik Youngjae,” kata Peniel yang selalu tidak ingin membahas
kalimat Eun Ji dan sengaja menghindarinya. Namun tepat saat Eun Ji memeriksa
surat kendaraan tersebut atas nama Yoo Youngjae.
“Kunci
ini dari Minhyuk?”
Peniel
mengangguk cepat. “Waktu lo nemuin Youngjae babak belur di depan klub malam.
Dia abis digebukin sama Minhyuk. Minhyuk bahkan yang bawa kabur mobil Youngjae
malam itu juga.”
Eun
Ji merasakan hatinya mencelos. “Tapi Youngjae bilangnya dia abis berantem sama
perampok yang mau mencuri mobil.” Ia memang sempat menanyai Youngjae perihal
kejadian itu. Tapi nyatanya, Youngjae menyembunyikan kebenaran.
“Ambil
positifnya aja untuk masalah Youngjae nggak jujur itu. Karena adanya kejadian
itu, Minhyuk akhirnya bisa ngelepasin lo.”
Eun
Ji masih berusaha menerima semua cerita Peniel yang jauh di luar dugaannya. “Ya
tapi, kenapa harus Youngjae?”
“Jadi,
lo berharap yang ada di samping lo itu si Gikwang?” Ada nada meremehkan saat
Peniel menyebut nama pemuda yang baru saja muncul kembali dikehidupan Eun Ji
akhir-akhir ini. Namun Eun Ji hanya mampu menghela napasnya, kasar.
“Gikwang
justru mundur duluan saat tahu kalau Minhyuk berniat menghajar siapa aja yang
berani ngehalangin dia buat deket sama lo. Atau lebih tepatnya, kepada pemuda
yang berniat ngedeketin lo juga. Dan Youngjae justru nantangin Minhyuk. Padahal
Youngjae nggak terlalu nguasain ilmu bela diri.”
Eun Ji
membekap mulutnya saat mendengar cerita Peniel yang tentu saja sangat ia
percayai. Mata Eun Ji bahkan sudah mulai terlihat berkaca-kaca.
“Dihari
pernikahan lo, sebenarnya gue datang. Tapi memang udah cukup malam dan acara
udah selesai. Gue juga nggak sengaja denger Gikwang ngobrol sama Youngjae.
Ternyata mereka temenan dari kecil.”
Peniel
akhirnya bercerita tentang sebagian besar pembicaraan Gikwang dengan Youngjae.
“Intinya, Youngjae nggak akan ngelepas lo buat Gikwang. Tapi sebaliknya. Dia justru
ingin berusaha untuk bisa mencintai lo. Bahkan mungkin Youngjae akan berusaha
agar lo bisa cinta sama dia juga.”
Mendadak
Eun Ji justru teringat semua kejadian yang ia alami bersama Youngjae
akhir-akhir ini. Sudah beberapa kali Youngjae melepaskan Eun Ji dari gangguang
Minhyuk. Yang terakhir bahkan benar-benar membuat Minhyuk sama sekali tidak
memiliki celah untuk bisa mendekati Eun Ji setelah Youngjae menikahi gadis itu.
“Gimana
gue mau ngehindarin Gikwang kalau Gikwang aja juga terlibat di sini.” Eun Ji
mengawasi Peniel melalui sudut matanya. Terlihat Peniel sedikit terkejut dengan
ucapan Eun Ji. “Gikwang model yang dipromosiin sama CEO acara kita, kan?”
“Gue
sama sekali nggak tau kalau Gikwang…”
“Kayak
gitu aja lo nggak jujur ke gue,” ujar Eun Ji sebelum akhirnya ia berdiri tanpa
bisa dicegah Peniel. Membuka pintu, namun langsung ia tutup kembali sebelum
seluruh tubuhnya benar-benar sempat terjulur ke luar.
“Kenapa,
Ji?” Peniel menatap Eun Ji, khawatir.
Eun
Ji bersandar tepat pada daun pintu. “Sial. Ada Gikwang di depan,” desisnya.
Tepat
saat Eun Ji membuka pintu tadi, Gikwang memang sedang melintas. Namun pemuda
itu sama sekali tidak menyadari keberadaan Eun Ji di dalam ruangan tersebut.
Karena Gikwang hanya melintas menuju ruangan sebelah untuk menyusul Youngjae
yang juga baru ke luar dari ruangan tersebut.
***
Yongguk
menutup pintu kamar Chorong dari luar karena G.Na sudah ingin pulang. Setelah
jam kerjanya selesai, wanita itu menyempatkan diri menjenguk menantunya.
“Ibu pulang duluan ya, Yongguk.
Himchan bilang Zelo masih di rumah. Oiya, kamu ada barang yang masih diperluin
lagi nggak?”
“Aku
udah bilang Daehyun kok, Bu. Paling nanti malam dia nganterin sekalian dinas.
Apa nggak minta dijemput Himchan atau Jongup?”
“Nggak
usah. Ibu bisa sendiri, kok. Jagain Chorong, ya.” G.Na menyempatkan diri
memeluk putra sulungnya tersebut. Yongguk membalasnya dengan pelukan erat.
Cukup lama karena Yongguk benar-benar merindukan pelukan itu.
Setelah
G.Na sudah melangkah semakin jauh, Yongguk kembali ke dalam. G.Na sendiri sudah
sampai di pintu utama. Suasana yang cukup ramai, membuat seseorang tidak
sengaja menabrak tubuh G.Na dari belakang.
“Maaf,
saya…”
G.Na
menatap tajam orang yang menabraknya itu. Seorang pria yang sudah dikenalnya
sejak bertahun-tahun lalu. Doojoon. Pria itu juga tak kalah terkejutnya melihat
keberadaan G.Na di sana.
Doojoon
ingin bicara berdua dengan G.Na. Tentu pertemuan kali ini tidak ingin ia
sia-siakan. Namun G.Na tidak semudah itu untuk ditakhlukan. Doojoon tidak berhasil
mengajak G.Na ke tempat yang lebih santai. Akhirnya mereka tetap di depan
gedung rumah sakit, berbicara sambil berdiri dengan sedikit menepi agar tidak
menghalangi orang berjalan.
“Apa
kabar? Kamu makin cantik.”
Mendengar
Doojoon berkata seperti itu, membuat G.Na tertawa mengejek. “Youngjae bahkan sebentar
lagi punya anak. Jangan mempermalukan dirimu dengan berkata seperti itu.”
“Mungkin
seharusnya aku bicara seperti itu sekitar 27 tahun lalu?”
G.Na
hanya melirik sedikit. Tanpa melihat Doojoon yang berdiri di sampingnya secara
utuh. 27 tahun lalu. Itu waktu di mana G.Na dan Doojoon akhirnya benar-benar
berpisah dan G.Na menikah dengan Hyunseung.
“Aku
ganti topik pembicaraan kita. Anak kamu selain Youngjae, sudah ada yang
menikah? Yongguk mungkin?”
G.Na
mengangguk. Setidaknya Doojoon tidak membuat mereka terjebak di suasana tidak
enak lebih lama lagi. “Iya Yongguk menikah beberapa minggu sebelum Youngjae.
Dan baru Yongguk serta Youngjae yang sudah menikah.”
“Oh..
Lalu, Himchan tidak ingin cepat-cepat menyusul?”
“Do’akan
saja. Himchan udah melamar seseorang.”
“Memang
baiknya gitu. Jangan sampai mereka terlalu lama berpacaran. Seperti Youngjae
dan Eun Ji. Ternyata mereka sama sekali tidak pacaran selama ini.”
“Nggak.”
G.Na sempat menggeleng. “Himchan sama cewek ini juga nggak pacaran. Aku juga
sedikit kaget sebenernya pas Himchan minta ijin ingin melamar.”
Tanpa
sadar, G.Na dan Doojoon mulai bergerak meninggalkan tempat tadi. Mereka bahkan
sama sekali tidak menyadari jika ternyata Yongguk menyusul G.Na. Berniat
mengembalikan ponsel Ibunya yang tertinggal di kamar rawat Chorong. Dan
beruntung, Yongguk sempat mendengar pembicaran G.Na dengan Doojoon tadi.
Yongguk teringat Jongup.
Ia lalu menelepon adiknya itu. Ada informasi sepenting itu, Yongguk menjadi
orang terakhir yang tahu. Beberapa hari ini Yongguk memang sibuk menemani
Chorong di rumah sakit. Jadi, wajar saja jika ia sedikit tertinggal berita.
Sementara
di rumah, Jongup masih berada di ruang televisi saat Yongguk meneleponnya.
Jongup sempat mengawasi Himchan, Daehyun dan Zelo sesaat. Namun kecurigaan
terbesarnya adalah pada Himchan. Firasatnya mengatakan memang ada sesuatu yang
terjadi pada salah satu kakaknya tersebut. Agar bisa lebih leluasa berbicara,
Jongup lebih memilih ke luar rumah tanpa ingin menimbulkan kecurigaan.
“Iya,
Mas. Ada apa?”
“Kamu
lagi sama Himchan atau Daehyun?” tanya Yongguk. Ia sendiri juga tidak langsung
kembali ke kamar Chorong karena ingin bicara penting dengan Jongup.
“Semua
ada di rumah, tapi ini aku sengaja ke luar. Kayaknya ada yang terjadi ya, Mas?
Ada apaan, sih?” Jongup langsung mencecar Yongguk tanpa ingin berlama-lama
lagi. Tatapannya juga mengawasi pintu, takut ada yang mencuri dengar
pembicaraannya.
“Himchan
ngelamar cewek. Kamu tau nggak siapa orangnya?”
Reaksi
wajah Jongup berubah cerah. Sebuah teka-teki besar telah terungkap. Jongup
tersenyum penuh arti. Dalam hati ia menertawai Himchan. Kakaknya yang satu itu
tidak bisa menyembunyikan hal besar dari dirinya. Terutama yang berkaitan
dengan Bomi juga.
***
Kak,
kakak baik-baik aja, kan? Papa nyangkain kakak hilang. Papa sampe nyuruh orang
buar nyari kakak. Tapi kayaknya nggak jadi, soalnya Mas Youngjae ngelarang.
–Ilhoon-
Eun
Ji langsung menyimpan kembali ponselnya saat merasakan kehadiran Namjoo yang
tadi sedang berganti pakaian. Tanpa perlu menunggu perintah, Eun Ji sontak
bangkit dan menghampiri Namjoo yang sudah berdiri di depan cermin besar.
Memperhatikan gaun panjang yang kini membalut tubuhnya.
“Syukur
deh badan gue belom terlalu banyak perubahan,” gumam Namjoo. Eun Ji juga ikut
tenang mendengarnya.
Tidak
lama kemudian, terdengar seseorang mengetuk pintu kamar yang dihuni Namjoo dan
Eun Ji. Eun Ji yang berinisiatif membukakan pintu. Tampak Peniel berdiri di
balik pintu. Cowok itu tampak berusaha mengintip ke dalam setelah Eun Ji
sedikit menyingkir agar Peniel bisa dengan leluasa melihat keberadaan Namjoo.
Peniel terlihat tersenyum puas melihat penampilan Namjoo.
“Lima
menit lagi kalian udah bisa turun, kan?” Peniel bertanya, dan setelah melihat
anggukan dari dua cewek tadi, ia melanjutkan, “Gue tunggu di lokasi, ya.”
Peniel berbalik, tapi dia tidak melangkah pergi. Ada sesuatu yang menarik
perhatiannya di depan sana.
Namjoo
yang menyadari keanehan reaksi Peniel, menyenggol lengan Eun Ji sebagai kode
agar Eun Ji mengikuti arah pandangannya. Dan karena penasaran, Eun Ji melangkah
mendekati Peniel.
“Elu
kena.. pa..?” ucapan Eun Ji mendadak terbata karena melihat seseorang yang tadi
menyita perhatian Peniel. Youngjae di sana, dan tepat sedang menunjuk Eun Ji
seperti sedang memberi tahu sesuatu miliknya yang berharga.
Setelah
itu, terdengar bisik-bisik diantara orang-orang di sana. Bahkan beberapa secara
terang-terangan menatap Eun Ji membuat cewek itu sukses membeku dengan tatapan
lurus mengarah pada Youngjae. Sementara Namjoo masih berdiri di ambang pintu
dan hanya diam setelah mengerti kondisi yang terjadi.
***
“Berhenti
di taman biasa ya, Jong.”
Jongup
yang berkonsentrasi mengendarai sepeda motornya, hanya mengangguk menuruti
permintaan Bomi yang duduk di belakangnya. Lalu tidak lama, pemuda itu
menghentikan motor di depan sebuah taman. Bomi langsung melompat turun. Setelah
menyerahnya helmnya pada Jongup, gadis itu segera melesat ke dalam taman dan
duduk di sebuah ayunan yang kosong.
Tidak
lama jongup tampak menyusul. Duduk di ayunan sebelah Bomi tanpa mengeluarkan
suara sedikitpun. Hampir setengah jam mereka saling diam. Sampai akhirnya Bomi
tampak berdiri, berjalan pergi. Membiarkan Jongup menyusul dengan sendirinya.
Jongup bahkan sedikit mempercepat langkah mendahului Bomi.
Bomi
menerima helm yang diberikan Jongup sambil berkata, “kita langsung pulang aja.”
Jongup
yang hendak memakai helm sampai menghentikan kegiatannya mendengar Bomi berkata
seperti tadi. Jongup menoleh tegas. “Mba harus pesan baju pernikahan, kan?”
Bomi
menggeleng pelan sambil naik ke atas motor Jongup. “Aku pinjem baju Eun Ji
aja.”
Jongup
terdengar menghela napas sambil menggeleng pelan. Ia tidak akan bisa memaksa
jika Bomi dalam suasana seperti ini. Menatap wajah Bomi dari dalam kaca spion,
Jongup mendapati raut datar wajah gadis itu.
***
“Selamat
beristirahat, Pak, Bu.”
Youngjae
dan Eun Ji mengangguk kompak membalas sapaan dari orang-orang sebelum mereka
masuk ke dalam kamar. Keduanya masuk ke dalam kamar yang sama. Kamar itu
sebenarnya ditempati Eun Ji bersama Namjoo. Tapi karena pertemuan tak terduga
antara Eun Ji dan Youngjae tadi, tentu tidak mungkin mereka tinggal terpisah
karena semua orang tahu jika keduanya telah menikah.
Eun
Ji masuk terlebih dulu, disusul dengan Youngjae beberapa saat kemudian sambil
menutup pintu kamar. Eun Ji yang masih berada di sana, membalikkan badan dengan
tatapan yang sulit diartikan.
“Kenapa
bisa lu di sini juga?” Eun Ji mendesis pelan.
Youngjae
tersenyum meremehkan.
“Dan
kenapa lu ngikutin gue ke sini?” lanjut Eun Ji lagi.
“Istriku
tercinta, ini acara milik gue. Dan harusnya gue yang tanya ke elu. Kenapa elu
ada di sini tanpa sepengetahuan gue? Kenapa nggak minta ijin ke gue? Apa lu
pikir gue nggak akan ngijinin elu?” Youngjae menyerang dengan beberapa
pertanyaan sekaligus.
Eun
Ji yang memang merasa bersalah, hanya tertunduk tanpa berani menatap Youngjae.
“Setelah
kejadian ini, apa kata mereka kalau kita tinggal di kamar yang terpisah? Atau
memang lu maunya begitu?” Youngjae bertanya lagi, namun Eun Ji tetap diam.
“Lagi pula, gue memang harus ngawasin lu dengan ketat. Jadi, nggak mungkin kita
pisah kamar.”
Eun
Ji akhirnya mendongak karena merasa ada yang janggal dengan perkataan dan nada
bicara Youngjae. “Untuk apa?”
“Bokap
lu nyangkain lu kabur. Dia mau yuruh orang untuk nyari lu, tapi untungnya om
Junhyung malah telpon gue dan ngasih tau niatnya.”
Eun
Ji meremas kedua tangannya sendiri. Terlihat khawatir dengan sikap ayahnya yang
memang selalu di luar dugaan.
“Tapi
lu tenang aja. Gue udah bilang ke bokap lu kalau lu ada sama gue di sini.”
Belum
sempat Eun Ji bereaksi apapun, pintu di belakang Youngjae terlanjur terbuka
dengan sedikit keras. Youngjae yang memang belum beranjak dari sana tidak bisa
menghindar lagi saat daun pintu menubruk punggungnya.
“Akh!”
Youngjae menjerit cukup keras. Tubuhnya juga sampai terhuyung ke depan. Jatuh
tepat ke hadapan Eun Ji yang bisa dengan sigap menahan berat tubuh Youngjae.
“Aduh,
Youngjae maaf.” Namjoo yang merasa bersalah karena itu tadi memang
perbuatannya, bergegas menghampiri Youngjae. “Lu nggak pa-pa?” Namjoo bertanya
dengan nada cukup khawatir.
Youngjae
yang sudah kembali menegakkan badan, mengangguk untuk memastikan. “Nggak pa-pa,
kok.” Tapi sesekali Youngjae tampak berusaha mengusap punggungnya yang
tertubruk daun pintu.
Namjoo
tersenyum tipis saat menyadari tangan Eun Ji juga ikut mengusap punggung pria
itu. “Hmm, Jae.”
“Iya,”
sahut Youngjae.
“Kayaknya
kita harus tukeran kamar.” Namjoo terliat mengulurkan tangan dengan posisi
telapak berada di atas. “Mana kunci kamar lu?”
***
Siang
itu, Naeun sedang berada di rumah Bomi. Ia bahkan sengaja membawa beberapa
majalah fashion untuk membantu Bomi
memilihkan gaun pengantin gadis itu nanti.
“Kamu tinggal pilih aja
modelnya, nanti kalau Eun Ji balik, dia yang akan urus semuanya. Kamu tenang
aja,” kata Naeun yang masih sibuk melihat-lihat isi majalah. Ia bahkan tidak
mempedulikan Bomi mendengar semua ucapannya atau tidak. “Nggak mungkin Eun Ji
nggak mau bantu, apalagi nanti kalian bakal jadi keluarga juga.” Naeun
buru-buru membekap mulutnya sendiri. Sadar jika ia bisa saja mengacaukan
semuanya. Saat melirik Bomi, ia mendapati gadis itu sedang menatap hampa ke
luar jendela rumah yang tepat menghadap ke rumah Himchan.
Tepat saat itu pula,
Daehyun tampak memunculkan diri dari balik pintu tanpa menunggu ijin sang
pemilik rumah terlebih dulu. Ia masuk dan langsung mengambil tempat tepat di
samping Naeun.
Daehyun
meletakkan kantung berisi camilan di atas meja. “Udah nemu model yang pas?”
tanyanya sambil ikut melihat apa yang sedang menarik perhatian kekasihnya itu.
Daehyun bahkan dengan sengaja melingkarkan tangannya ke pinggang Naeun.
Naeun
melirik Daehyun dengan tatapan frustasi. “Aku dari tadi dicuekin sama Bomi.”
Bersama-sama,
Daehyun dan Naeun melirik ke tempat Bomi berada. Tepat ketika Bomi menegakkan
badannya dan menajamkan tatapan seolah ada yang menarik perhatiannya. “Jongup
bawa barang, kayak undangan. Kalian mau nikah?” Bomi bertanya sambil membalikkan
badan. Menatap tegas sepasang kekasih dihadapannya. Menuntut jawaban pada
Daehyun dan Naeun.
Dengan
kompak Daehyun dan Naeun menggelengkan kepala mereka tanpa harus saling
memberikan pertanda. Melihat itu, Bomi menghela napas. Terlalu sesak untuk menebak-nebak.
Jika memang ada yang ingin menikah, bisa dipastikan itu bukan Jongup. Pemuda
itu bahkan belum lulus SMA. Jika Daehyun saja menyangkal kalau ia akan menikah
dengan Naeun, jelas bisa dipastikan itu milik Himchan.
“Gue
tinggal mandi sebentar ya, kalian di sini dulu nggak-pa pa, kan? Dan untuk
masalah gaun, gue percayain ke Eun Ji aja semuanya.” Bomi beranjak dari
tempatnya berada tadi. Tepat bersamaan, Daehyun berdiri.
“Bomi,”
panggil Daehyun. Bomi menghentikan langkah. Buru-buru Daehyun mendekati Bomi,
menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Naeun menatap ke duanya, tidak sama
sekali terlihat cemburu karana ia tahu Bomi sudah seperti saudara perempuan
untuk Daehyun.
Sedetik
kemudian Naeun berdiri. Daehyun sontak mengulurkan satu tangannya untuk Naeun.
Pemuda itu juga menarik Naeun ke dalam pelukannya. Merasa Naeun ikut
memeluknya, Bomi semakin mengeratkan pelukan pada Daehyun. Bomi bahkan sudah
tidak kuat untuk menahan air matanya untuk tidak menetes. Sementara Naeun
melingkarkan tangannya ke pinggang Bomi dan menyandarkan kepalanya ke pundak
Bomi. Daehyunpun tersenyum sambil mengecup kilas puncak kepala Naeun.
“Bomi
pasti akan menjadi pengantin yang sangat berbahagia di hari pernikahannya.”
Mendengar
ucapan Naeun, membuat air mata Bomi semakin deras mengalir. “Gue cuma mau Mas
Himchan. Daehyun tolongin gue. Gue gak mau nikah kecuali sama Himchan!” Bomi
yang sudah tidak kuat menahan sesak, tanpa sadar memukuli pinggang Daehyun
dengan tangannya yang tidak bertenaga.
“Gue
nggak bisa bantu lu. Gue cuma mau bahagia. Dan kebahagiaan lu akan segera
terwujud,” ucap Daehyun dengan suara pelan. Terdengar ada beban dari nada suara
Daehyun. “Percaya sama gue, lu akan bahagia bersama orang pilihan bokap lu.”
Tangisan
Bomi terdengar semakin pilu. Naeun bahkan sampai ikut menangis dan dia hanya
bisa mengusap-usap punggung Bomi untuk menenangkan gadis itu.
***