Author : @nniissaa11
Cast : Lee Joon, Kwon Yuri, Jung
Yonghwa, Max Changmin,
Yoon Doojoon, Yoon Bora
Other Cast : (The Camp Military Cast)
Genre : romance, friendship,
family
Lenght : part
***
~Camp Militer Seoul
“Captaint Lee masih libur?”
/ctak/
“Letnant Jung!” Seorang anggota
militer bernama Lee Gunwoo langsung mengangkat kedua tanganya karena ditodong
sebuah pistol oleh rekannya sendiri. Gunwoo mengawasi sekitar dengan lirikan
saja. Ada sekitar tiga orang lagi di sana selain dirinya dan Letnant Jung
Yonghwa, yang juga seorang dokter di kemiliteran karena ia masih menggunakan snelli,
seragam kedoteran di luar seragam militernya.
“Waaah.. Kau masih saja tidak bisa
menyembunyikan kegugupanmu itu.” Sambil terkekeh, Yonghwa menurunkan senjata di
tangannya dan ia berikan kepada Jung Heecheol yang duduk di tepi tempat tidur.
“Karena kau lebih lihai memegang
pisau bedah dibandingkan senjata.” Gunwoo berjalan ke ujung barak menuju
kasurnya. “Tim Tiger sudah mulai bergerak.” Gunwoo berbicara sambil mulai
membuka kancing seragamnya.
“Misi penculikan anaknya Komandan
Kwon?”
Gunwoo sontak menjentikkan jari
sambil menatap Bang Yongguk, yang tadi bicara, dengan tatapan penuh minat.
“Benar. Tim Tiger yang mendapat tugas itu.”
“Benar-benar the power of position.” Jung Taekwoon yang tempat tidurnya
berseberangan dengan Gunwoo, ikut berkomentar dengan ekspresi takjubnya. “Ku
dengar nona Kwon memang dipaksa masuk militer oleh Komandan.”
Yonghwa yang masih berdiri, menatap
ke arah Taekwoon dengan kedua tangan ia letakkan dipinggang. “Ini…” Jari
telunjuk Yonghwa mulai menunjuk-nunjuk ke Taekwoon. “Informan kita. Kau bahkan
tau tentang hal itu.”
“Gosip itu bahkan sudah beredar
sejak lama.” Yongguk berkata diiringi tawa teman-temannya.
“Sepertinya kau belum mendapatkan
vaksinasi. Hahaha.” Tawa Gunwoo langsung meledak, ia bahkan sampai melakukan hi-five dengan Yongguk yang mendapat
tempat disebelahnya. Taekwoon dan salah seorang lagi, Shin Soohyun juga ikut
menertawakan Yonghwa.
Yonghwa sendiri hanya menatap kesal
teman-temannya. Terlebih pada Soohyun yang kini sudah bangkit dan menyiapkan
snellinya yang ia ambil dari lemari besi. “Kau juga sudah tahu, dokter Shin?”
“Yongguk sudah menjelaskan tadi,
berita seperti itu mudah tersebar.” Soohyun menepuk-nepuk pundak Yonghwa untuk
menenangkannya. “Kalian.” Kali ini Soohyun bergantian menatap Yongguk, Taekwoon
dan Gunwoo. “Malam ini kegiatan selesai lebih cepat, dan tolong perintahkan
anggota kalian untuk mempersiapkan klinik dan aula. Aku dan Yonghwa harus
mengambil beberapa peralatan medis.”
“Apa kalian butuh bantuan juga?
Yongguk atau Taekwoon bisa memerintahkan beberapa anggota mereka.” Yongguk dan
Taekwoon sendiri langsung mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan Gunwoo.
“Tidak usah, sudah ada Himchan dan
Jaehyo. Jangan lupa periksa keamaan camp juga.” Soohyun berkata sambil
menyambar ponselnya yang tadi masih di atas kasur.
“Hormat!” Yongguk, Taekwoon dan
Gunwoo berseru kompak sambil melakukan hormat.
“Jangan terlalu lama di barak
wanita!” Teriak Yonghwa sebelum menyusul Soohyun meninggalkan barak dengan
tatapan memperingatkan.
“Selamat bersenang-senang sunbae,”
kata Yongguk, dengan nada bercanda.
***
/bzz../
”Target
sudah meluncur dari kediamannya menuju Seoul Hospital, dikediaman target
sendiri sudah tidak ada orang. Over.”
Mereka langsung mengangguk setelah mendengar informasi melalui walkie-talkie. Park Hyungsik langsung
melirik rekan di sampingnya, Lee Jungshin. Di bawah komando Lee Jonghyun,
ketiganya langsung bergerak. Mereka semua mengenakan pakaian yang serba hitam.
“N
melapor, target dalam 10 meter akan sampai di zona X.”
Jonghyun berjalan di barisan depan
dan langsung menghadang di tengah jalan. Diikuti dengan Jungshin dan Hyungsik
yang berdiri di kedua sisi Jonghyun. Jonghyun membenarkan posisi topinya sesaat
sebelum mengangkat senjata, mengarahkan ke mobil yang akan melintas.
Pengemudi mobil yang ternyata
seorang wanita itu langsung menginjak pedal rem dalam-dalam. Hanya berjarak
beberapa senti saja mobil berhenti di depan Jonghyun, Jungshin dan Hyungsik.
Hyungsik berjalan menuju pintu
kemudi. “Tolong buka pintunya.” /ctak/ Hyungsik sontak mengangkat kedua
tangannya dan melepaskan pistolnya begitu saja setelah mengetahui bahwa ada
seseorang yang menodongkan pistol di pelipisnya. Jonghyun dan Jungshin yang
melihat kejadian itu langsung bergerak dan balas mengarahkan senjata untuk
seseorang di belakang Hyungsik.
“Captain
J menodongkan senjara ke arah Hyungsik.” Hackyeon yang bersembunyi beberapa
meter dari tempat kejadian, langsung memerintahkan bawahannya, Kang Minhyuk dan
Kevin Woo, untuk memunculkan diri. Dengan tangan sigap memegang senjata, mereka
mengepung Hyungsik bersama seseorang yang mereka sebut Captain J.
Seseorang yang disebut Captain J,
dia bernama Lee Joon. Lee Joon berujar dalam hati, “Team Tiger?” ujarnya setelah melihat lencana kecil di bagian dada
jaket yang dikenakan Hackyeon. Saat melirik Hyungsikpun ia juga menemukan hal
yang sama. Identitas salah satu tim di satuan militernya. Dengan perlahan Lee
Joon menurunkan senjatanya. “Apa misi
mereka? Dan siapa sebenarnya yang memerintahkan?” Dengan tatapan mengawasi,
karena mereka (kecuali Hyungsik), masih mengarahkan senjata untuk Lee Joon.
Sementara wanita yang berada di dalam mobil, Kwon Yuri, hanya bisa menatap
sekeliling, ketakutan. Lee Joon menepuk pelan pundak Hyungsik. “Maaf untuk yang
tadi ya. Aku ada urusan dengan wanita ini.” Tanpa menunggu persetujuan, Lee
Joon membuka pintu mobil.
“Kalian bisa leluasa berbicara
setelah sampai di camp.” Jonghyun
berusaha menengahi. Namun Lee Joon tampak tidak terlalu mempedulikan.
Hackyeon, Jonghyun dan yang lainnya
satu-persatu mulai memasukan senjata mereka ke saku yang berada di bagian dalam
jaket mereka. Merasa di atas angin, Lee Joon membuka pintu dengan gerakan
cepat. Bahkan dengan sengaja membenturkannya ke badan Hyungsik hingga terdorong
ke belakang. Beruntung Jungshin dengan sigap menahan tubuh Hyungsik sebelum
terjatuh ke aspal. Dengan sigap, Lee Joon menarik tangan wanita di dalam mobil
tadi untuk keluar. Namun hal yang tidak diperhitungkan oleh Lee Joon adalah
kesiapan wanita itu. Yuri yang bingung, tidak dapat melakukan apapun saat
tangannya di tarik. Belum lagi Yuri saat itu mengenakan sepatu heels berukuran sekitar 10 sentimeter
yang membuatnya sedikit kesulitan untuk bergerak cepat. Akhirnya, Yuri justru
terjatuh di aspal.
Belum sempat Lee Joon menolong Yuri,
Kevin sudah lebih dulu menghalanginya. “Captain, tolong kerjasamanya. Kami
hanya menjalankan perintah.”
“Perintah apa?” Lee Joon yang tampak
marah menyingkirkan tangan Kevin dengan sedikit kasar.
Dari arah belakang, Jonghyun
mendekati Lee Joon dan langsung meraih lengan pria itu untuk mengajaknya pergi
dari sana. “Captain, mari kita bicara di camp.
Akh!”
Dengan gerakan cepat, Lee Joon menarik tangan
Jonghyun dan ia bawa ke belakang punggung hingga Jonghyun mengerang kesakitan.
Hackyeon sudah hampir melangkah, namun langsung membatalkannya lagi karena
Jonghyun mengerang semakin kencang. Sementara Kevin memilih jalan lain untuk
bertindak. Ia berjongkok di hadapan Yuri yang masih terduduk di aspal. Menarik
kaki wanita itu untuk melepaskan sepatunya. Di bantu oleh Minhyuk yang menahan
tangan Yuri agar tidak berontak.
“Kevin hentikan!” Konsentrasi Lee
Joon sukses terpecah antara Jonghyun dan Yuri. “Aku perintahkan kalian berdua
untuk berhenti! Kevin Woo! Kang Minhyuk!” Namun jelas pengawasannya untuk
Jonghyun berkurang dan segera dimanfaatkan pula oleh Jungshin yang melepaskan
tangan Jonghyun dari Lee Joon. Hyungsik dan Jungshin menggamit kedua lengan Lee
Joon.
Lee Joon sendiri kembali memberontak
karena Minhyuk dan Kevin sudah berhasil membawa kabur Yuri dari sana. Yuri
sendiri tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menatap Lee Joon yang semakin
menjauh. Dengan gerakan kasar, Lee Joon sudah hampir bisa melepaskan diri,
namun Jungshin dan Hyungsik kembali berusaha untuk menangkapnya.
“Mari kembali ke camp, captain.” Hackyeon berbicara
dengan penuh hormat.
“Apa karena aku bukan captain Tim
Tiger, kalian tidak mau mendengar perintahku?” Lee Joon menatap Hackyeon dan
Jonghyun bergantian dengan penuh amarah.
Jonghyun menekan tombol kecil pada
kabel handsfree yang terhubung pada walkie-talkie-nya. “Sersan Lee Jonghyun
berbicara. Target aman dan sedang menuju mobil. Kami masih menghadapi Captain
J. Over.”
Hackyeon sendiri melangkah semakin
mendekat ke arah Lee Joon. “Kami tidak membedakan Captain Tim Tiger ataupun
Captain Tim Wolf.”
“Omong kosong!” /buk!/ Lee Joon
mendaratkan satu tendangan tepat ke arah perut Hackyeon. Merasakan Jungshin dan
Hyungsik mengendurkan kekuatan, Lee Joon langsung melepaskan diri. Sedikit
pertarungan tidak bisa terhindarkan. Dengan berat hati, Lee Joon harus bersikap
sedikit lebih kasar kepada para juniornya. Begitu pula sebaliknya.
***
~Gangnam street
“Letnant Yoon, sepertinya aku butuh
secangkir kopi panas.”
Mendengar namanya disebut, Yonghwa
menoleh tepat ke sampingnya. Ke arah pemuda yang sedang menyetir, Kim Himchan.
Memang benar, ia juga membutuhkan secangkir kopi. Lalu saat menoleh ke kursi
belakang, Soohyun yang juga pergi bersamanya sudah dalam keadaan terlelap
dengan posisi snelli sudah menutupi bagian depan badannya seperti selimut.
“Ayo berhenti di minimarket depan
sana,” Yonghwa dengan nada sedikit memerintah sambil menunjuk ke seberang
jalan. Tempat sebuah minimarket yang tampaknya buka selama 24 jam. “Soohyun
tidak usah dibangunkan.” Yonghwa turun terlebih dulu tidak lama setelah Himchan
mematikan mesin mobil.
Himchan sedikit menghalangi langkah
Yonghwa. “Letnant, kau ingin kopi apa? Biar aku yang pesankan, kau tunggu di
kursi saja.”
“Samakan saja denganmu. Aku tunggu
sana ya.” Yonghwa menunjuk sebuah kursi yang memang tersedia di bagian luar
minimarket tersebut. Ia langsung menuju ke sana, sementara Himchan melangkah
masuk ke dalam minimarket. /buk/. Ada seseorang yang menabrak Yonghwa. Saat
menunduk, ia menemukan seorang gadis yang tersungkur di bawah. Yonghwa langsung
menunduk dan mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri.
“Tolong aku.”
Terdengar suara samar dari bibir
gadis itu. Yonghwa yang sudah berhasil meraih tangannya, langsung membantu
gadis tadi untuk berdiri. Tanpa bertanya lagi, Yonghwa sudah bisa menyadari
bahwa gadis itu merasa sangat ketakutan. Sangat terasa dari caranya memegang
tangan Yonghwa.
“Kumohon tolong aku.” Gadis itu
kembali berujar, masih dengan suara lemahnya. Setelah berhasil berdiri, ia
mencoba melangkah pergi dari sana, namun tenaga Yonghwa lebih kuat untuk
menahannya. “Aku sedang dikejar-kejar. Biarkan aku pergi.”
Yonghwa berbalik dengan cepat,
mengawasi sekitar tanpa sedikitpun mengendurkan pegangan tangannya. “Aku akan
menolongmu. Tetap di sini.” Buru-buru Yonghwa melepaskan snelli-nya dan
langsung ia pakaikan pada gadis tadi. Kemudian membawanya duduk di kursi yang
sejak awal ia tuju.
Tidak lama kemudian, Himchan tampak
ke luar dari minimarket dan langsung menuju tempat yang ia janjikan dengan
Yonghwa. “Letnant, ternyata Captain J sedikit mengganggu misi dari Tim Tiger. Grup
chating sudah ramai sejak tadi ternyata.” Himchan duduk di hadapan Yonghwa
dengan tatapan tetap fokus ke layar ponsel. Hingga tidak menyadari bahwa saat
itu Yonghwa tidak sedang sendiri.
“Kau bilang apa tadi?” Yonghwa balik
bertanya karena sejak tadi ia sibuk mengawasi orang-orang yang mengejar gadis
bersamanya.
Saat menyadari Yonghwa tidak
sendiri, Himchan menatap keduanya, sedikit takjub. “Baru kutinggal beberapa
menit saja, kau sudah mendapatkan kekasih?” godanya.
Yonghwa tidak menghiraukan ledekan Himchan
padanya. Sementara sang gadis semakin menunduk karena malu. Belum lagi posisi
duduknya benar-benar bersebelahan dan bahkan Yonghwa memang sengaja
merangkulnya. Sesekali Yonghwa masih menengok kebelakang mengawasi beberapa
orang berpakaian preman yang masih terlihat di sekitar sana. Jelas sekali
mereka mencari seseorang.
“Kenapa kalian meninggalkanku di
mobil?” terdengar suara Soohyun memecah keheningan. Tanpa terkecuali, ketiganya
langsung menoleh. Namun tatapan Soohyun langsung tertuju pada gadis ber-snelli
di sebelah Yonghwa. “Yoon Bora?”
“Sstt!” Sadar jika suara Soohyun
bisa saja menimbulkan kecurigaan, Yonghwa mendorong Soohyun untuk duduk. Yonghwa
menempelkan jari telunjuknya kebibir sambil memberikan kode kepada Soohyun
untuk diam. “Bersikap dan bicaralah seperti biasa. Kita bawa dia ke mobil.”
Baik Himchan ataupun Soohyun
langsung menyetujui usulan dari Yonghwa. Mereka berjalan menuju mobil. Kali ini
Yonghwa duduk di kursi belakang bersama gadis bernama Bora tadi. Salah satu
preman tadi ada yang menatap ke arah Bora saat akan masuk ke dalam mobil, namun
mereka tidak mengenalinya karena Bora mengenakan snelli milik Yonghwa.
***
~Klinik Camp Militer
Yuri duduk di tepi tempat tidur
dengan posisi kaki menggantung ke bawah. Ia baru saja mendapatkan perawatan di
bagian kaki akibat terkilir. Tidak jauh dari sana Kevin tampak berdiri
mengawasi.
“Setelah ini dia bisa dipindahkan ke
kamar,” kata Ahn Jaehyo pada Kevin, salah satu dokter di kemiliteran.
Kevin hanya merespon dengan
anggukan. “Aku akan mengawasi dia di sini sampai Captain Max memberi perintah
selanjutnya.”
Jaehyo menepuk pundak Kevin sebelum
benar benar meninggalkan klinik. Sementara Yuri hanya menatap kosong lurus ke
depan. Tidak ingin melakukan apa-apa. Lalu tidak lama kemudian pintu klinik
kembali terbuka. Tampak Lee Joon muncul dengan beberapa luka di bagian wajah.
Yuri langsung menegakkan badan melihat kedatangan Lee Joon. Belum sempat Yuri
membuka mulut, sudah ada seseorang yang menyelak masuk.
“Captain, kau baik-baik saja?”
wanita berseragam militer itu masuk dan langsung menghampiri Lee Joon yang
bahkan belum sempat naik ke atas tempat tidur. “Astaga, siapa yang melakukan
ini padamu?” Wanita bernama Park Kyungri ini tampak khawatir melihat kondisi
Lee Joon yang penuh luka. “Biar aku obati.” Tanpa menunggu persetujuan Lee
Joon, Kyungri langsung mengambil obat-obatan.
“Tidak perlu. Sana kau kembali ke
kamar saja.” Lee Joon menahan tangan Kyungri yang sudah ingin menempelkan kapas
beralkohol ke arah lukanya.
“Waaah, kau kasar sekali terhadap
wanita,” Yuri berujar pelan. Namun bisa dipastikan suaranya terdengar sampai ke
telinga Lee Joon dan Kyungri.
Kyungri langsung menoleh dengan
tatapan tidak suka. “Siapa kau? Kenapa ada orang asing di sini?”
Belum sempat Yuri merespon ucapan
Kyungri, Lee Joon sudah lebih dulu memanggil Kevin. “Bawa dia keluar dari sini,
dan panggil dokter Yonghwa untuk mengobatiku.”
“Tapi, capt!” Kyungri melancarkan
protes. “Tsk! Lepas!” serunya kepada Kevin yang sudah memegangi lengannya.
Kyungri melepaskan paksa tangan Kevin, kemudian balik badan dan meninggalkan
klinik. Sementara Kevin langsung kembali ke tempatnya semula.
“Menolak diobati wanita dan lebih
memilih diobati laki-laki? Waaah, seram juga kau sekarang.”
Lee Joon melirik Yuri dengan tatapan
kesal. Ia kemudian melangkah mendekat ke tempat Yuri duduk sekarang. “Apa itu
berarti kakimu sudah sembuh?” Lee Joon menggenggam pergelangan kaki Yuri yang
dibalut perban coklat, sontak membuat Yuri menjerit.
“Akk! Sakit, bodoh!” Yuri tidak bisa
menahan diri untuk tidak memaki. Ia sampai melompat turun dan memukuli Lee
Joon.
“Akk! Sakit!” Lee Joon tampak
meringis. “Kevin to…” Lee Joon tidak melanjutkan ucapannya untuk meminta tolong
karena ternyata Kevin sudah keluar.
Yuri berhenti memukul Lee Joon karena
ponselnya berdering. Mereka bahkan sudah sampai duduk di lantai. Lee Joon
menunggui Yuri menerima panggilan sambil bersandar pada kaki tempat tidur. Yuri
tampak tertunduk dan bicara dengan suara lemah.
“Tolong jaga ibuku. Aku akan
sesegera mungkin menjenguknya. Aku akan berusaha keluar dari sini.”
Lee Joon terus menatap Yuri, serius.
Sampai akhirnya Yuri mengakhiri panggilan. Matanya sudah berkaca-kaca. “Apa
yang terjadi dengan ibumu?”
“Ibu masuk rumah sakit. Tapi ayah
justru mengirimku ke sini.” Yuri hanya bisa tertunduk. “Apa ayah sering berada
di sini?”
Lee Joon menggeleng. “Tidak.
Komandan berada di kantor pusat. Di sini hanya camp pelatihan.”
Yuri mendongak dengan matanya yang
sudah basah. “Apa berarti aku bisa pergi dari sini tanpa sepengetahuan ayahku?”
Kembali Lee Joon menggeleng tidak
setuju. “Jangan.”
“Kenapa?”
“Jika kau tertangkap lagi, aku
khawatir Komandan akan mengirimmu ke tempat yang lebih jauh. Kau di sini saja.
Kapanpun aku bisa mencari cara untuk keluar dengan alasan tugas. Dan kau bisa
menjenguk ibumu. Tapi kita karus kembali lagi ke sini.”
Beberapa menit terjadi keheningan di
antara mereka. Sampai akhirnya Yuri yang kembali buka mulut. “Kenapa tadi kau
bisa ada di sana?”
“Aku sedang libur dan baru pulang
dari rumah temanku. Karna waktuku masih ada, jadi aku ingin mengunjungimu.
Belum sempat kita bertemu, Tim Tiger sudah lebih dulu bertindak.”
“Tapi kenapa kau ingin membawaku
pergi dari mereka?”
“Tadinya kupikir itu preman biasa
dan bukan Tim Tiger. Aku tidak tahu jika tugas dari Komandan adalah membawamu
ke sini. Pantas saja bukan Tim Wolf yang diberi tugas. Karena mungkin aku juga
pasti akan mengacaukannya karena Komandan tau jika aku mengenalmu.”
Yuri terkekeh pelan mendengar
penjelasan Lee Joon. “Tapi kau justru terluka karenaku.”
“Tidak apa-apa. Ku pastikan besok
mereka akan mendapatkan hukuman dariku.” Lee Joon berkata dengan nada sombong
yang justru membuat Yuri kembali tertawa. “Ahh iya, aku tidak menemukan alasan
kenapa Komandan membawamu ke sini?”
“Ada 3 hal.”
“Apa?” Lee Joon mulai penasaran.
Sebelumnya, Yuri memasang ekspresi
serius di wajahnya. “Pertama, karena aku kabur dari rumah. Kedua, karena aku
menolak di jodohkan. Dan ketiga, karena aku kabur dari rumah.”
“Ish, itu hanya dua alasan,” Lee
Joon melakukan protes.
“Ahh sama saja.”
“Kalau begitu yang ketiga karena
Komandan menentangmu berpacaran dengan anak dari pengusaha itu. Siapa namanya?
Ahh, Choi Siwon?” Lee Joon sedikit memajukan wajahnya lebih dekat ke wajah
Yuri.
“Aish, sana menjauh!” Yuri mendorong
punggung Lee Joon sedikit kasar untuk menjauh. “Wajahmu menjijikan.”
Dengan terpaksa Lee Joon menjauh
kembali dari Yuri. “Waaah, ucapanmu kasar juga.” Lee Joon tidak melepaskan
pandangannya ke arah Yuri yang tampak tidak terlalu mempedulikan ucapan Lee
Joon. “Tapi itu artinya, ucapanku benar. Aku yakin pasti si Choi Siwon itu
tidak mengirimkan proposal lamaran kepada Komandan.”
“Tidak kusangka, ternyata kau setau
itu tentang ayahku?” Yuri menyorotkan tatapan takjub. “Aku sudah liat siapa
saja yang mengirim.”
Lee Joon langsung menoleh, mengawasi
Yuri sambil menyembunyikan sesuatu. Berusaha mengatur ekspresi wajahnya juga
agar Yuri tidak curiga padanya.
“Lihat ini.” Yuri membuka fitur
galeri ponselnya. “Aku memfoto semuanya. Rata-rata dari kemiliteran. Apa kau
mungkin mengenal salah satu dari mereka?” Yuri membiarkan Lee Joon mengambil
alih ponselnya.
Dengan tatapan serius, Lee Joon
melihat satu-persatu foto yang berisi profil seseorang. “Ada beberapa kalau
tidak salah teman sekolahmu?” Yuri hanya mengangguk merespon pertanyaan Lee
Joon. Tidak lama, Lee Joon mengembalikan ponsel Yuri. “Ada 2 orang anggota Tim
Wolf.”
“Berarti mereka anggotamu?” Yuri
bertanya lagi dan hanya di jawab anggukan oleh Lee Joon. “Yang mana? Karena
tidak dijelaskan di profil mereka.”
Lee Joon tampak enggan menjawab
pertanyaan Yuri untuk yang satu itu. “Kau akan tau jawabannya.”
***
Soohyun yang duduk di depan, memutar
tubuhnya menghadap belakang. Ke tempat Bora dan Yonghwa duduk. “Siapa yang
mengejar-ngejarmu tadi?”
“Preman suruhan rentenir. Ayahku
berhutang banyak. Aku sudah melunasi hutang ayah, namun justru aku dijual oleh
ayah.”
“Dijual?” Yonghwa balik bertanya.
“Apa ayahmu sudah gila?”
Bora hanya tersenyum getir.
“Kau mau ke mana malam ini?” Soohyun
berusaha tenang agar Bora tidak merasa semakin tertekan.
Bora menggeleng. “Entahlah.” Kalau
aku ke kafe, mereka pasti sudah ada yang menunggu di sana.”
Himchan mengawai melalui kaca spion
bagian dalam sambil fokus menyetir. “Kita bawa saja ke camp, dan daftarkan dia
sebagai relawan.” Ucapan Himchan membuat Yongwa dan Soohyun saling tatap,
mempertimbangkan saran dari Himchan.
“Paling mudah itu minta bantuan dari
Yoona, tapi kita harus bayar mahal meminta bantuannya.” Ekspresi wajah Yonghwa
berubah ngeri ketika teringat wanita bernama Yoona.
“Kalau memang merepotkan tidak usah,
Soohyun sunbae.”
“Masalahnya aku tidak mungkin
meninggalkanmu di pinggir jalan tengah malam begini.” Jelas kekhawatiran di
wajah Soohyun.
“Jangan ke Yoona, Letnant Lee
Euaerin sudah datang tadi. Kalian bisa minta tolong dia.” Himchan kembali
memberikan titik terang.
“Bukannya dia sudah menikah dan
meninggalkan dunia militer?”
“Kau ini ke mana saja Letnant?
Euarin tidak jadi menikah, dan dia juga belum mengajukan pengunduran diri dari
militer.” Soohyun menjelaskan.
“Kurasa Letnant Jung sibuk mengejar
Kyungri yang mengejar Captain J.” ucapan Himchan sontak membuat dirinya dan
Soohyun tertawa. Sementara Yonghwa hanya mendengus kesal.
“Kalau gitu, tolong perintahkan
siapa saja untuk mengambil barang di rumah Bora.” Soohyun berbicara pada
Yonghwa. “Dan malam ini Bora sementara tidur di klinik saja. Aku yang akan
bilang ke Jaehyo juga.”
***
~Kamar Camp Wanita
“Kedatangan aggota baru apa
maksudnya?”
Cha Hackyeon, sebagai perwakilan Tim
Tiger yang tadi menjalani misi rahasia, tanpa berkata lagi dan hanya memberikan
selembar kertas kepada Park Hyomin, kepala regu wanita dari Tim Wolf.
Belum selesai Hyomin membacanya,
seorang wanita menerobos kerumunan pria yang berpakaian serba putih itu.
“Biarkan dia masuk,” ujarnya ketika sudah berdiri di hadapan Hyomin dan
Hackyeon. Sementara Yuri berdiri di barisan paling belakang saat Hyungsik,
Jungshin, Minhyuk, Jonghyun dan Kevin membawakan beberapa dus, tas serta koper
ke dalam barak/kamar yang dihuni anggota wanita. Kesemua barang itu adalah
barang-barang Yuri yang berada di dalam mobil.
Lee Euaerin memimpin masuk, diikuti
oleh Hyomin berikutnya. Sudah ada 5 orang anggota wanita di dalam sana,
termasuk Kyungri, berdiri tegap ketika Euaerin masuk. Mereka hanya tercengang
melihat beberapa anggota Tim Tiger yang membawa barang-barang ke dalam kamar
yang bisa dihuni hingga 10 anggota itu.
“Waaah, apa putri Komandan itu
pindah rumah?”
“Mungkin besok masih menyusul
barang-barang lainnya lagi.”
Beberapa diantara mereka saling
berbisik membicarakan kedatangan Yuri, sang putri Komandan. Yuri mendapatkan
bagian tempat tidur paling ujung. Sementara itu barang-barang Yuri juga sudah
tertumpuk di sana.
“Tugas kami sudah selesai. Dan kami
ijin pamit, Letnant. Hormat!” Hackyeon berpamitan pada Euaerin. Kemudian ia
mengajak anggota yang lain untuk meninggalkan tempat itu.
“Kalian semua silahkan istirahat.”
Euaerin menepuk pelan lengan Yuri yang masih berdiri tidak jauh dari tempatnya.
“Kau juga. Jika ingin ke toilet, ada di ujung sana, ada 2. Masing-masing
sebelah kanan dan kiri.”
“Terima kasih, Letnant.” Yuri
berujar, canggung. Terutama ketika ia berkata ‘Letnant’.
“Ah, santai saja.”
***
~Camp Militer
Pagi-pagi sekali Soohyun sudah
bergegas menuju klinik. Seperti apa yang ia ucapkan semalam, Bora menginap di
sana. Soohyun mengetuk pintu beberapa kali. “Bora, kau sudah bangun?” teriaknya
dari luar.
Tidak lama kemudian terdengar
seseorang memutar anak kunci dari dalam. “Iya, sunbae.”
“Ayo ikut aku ke kantor. Datamu
harus terdaftar di sini. Jangan khawatir, Yonghwa sudah menyuruh orang untuk
mengambil barang-barangmu.” Tanpa menunggu persetujuan dari Bora, Soohyun sudah
menarik tangan wanita itu yang langsung ia bawa ke kantor. Berjarak beberapa
meter, dan melewati lapangan yang biasa digunakan untuk latihan. Soohyun sampai
mengajak Bora berhenti sebentar karena ternyata di lapangan sudah ada Lee Joon
yang sedang mengawasi Jonghyun, Hackyeon, Jungshin, Hyungsik, Kevin dan Minhyuk
melakukan push-up.
“Mimpi buruk. Sepagi ini sudah
berhadapan dengan Captain J.”
Bora hanya diam tanpa protes setelah
Soohyun kembali menarik tangannya. Tidak lama kemudian mereka sampai. Soohyun
membuka pintu dan terkejut karena ternyata Yonghwa sudah menunggu di sana
bersama Euaerin.
“Aku sudah membereskan semuanya.
Kalian jangan khawatir.”
Bora menunduk pelan. “Terima ka…”
Ucapannya terhenti tepat ketika Soohyun menyikut lengannya. Bora langsung
menoleh dengan tatapan penuh tanya.
“Mahasiswa dari kedokteran itu akan
tiba sekitar satu jam lagi. Bukankah harusnya kau bersiap di aula? Jaehyo dan
Himchan sudah menunggu di sana.” Soohyun berujar santai sambil menerima sebuah
file dari tangan Euaerin. Memeriksa isinya sebentar, kemudian meneruskannya ke
tangan Bora.
“Kau sendiri?” Tak ingin terlihat
kalah, Yonghwa membalikkan ucapan Soohyun.
“Letnant Euaerin akan membantumu,
oke?” Soohyun menepuk pelan pundak Bora sebelum meninggalkan gadis itu di sana
tanpa sedikitpun merespon ucapan Yonghwa.
Yonghwa hanya menahan kesal melihat
Soohyun begitu saja melewati dirinya. “Jahat sekali dia sekarang.” Sadar jika
di sana masih ada Euaerin dan Bora, Yonghwa mendekati 2 wanita cantik itu.
“Ehm. Bora-ssi, jika ada perlu apa-apa, kau bisa meminta bantuanku. Cari saja
Letnant Jung. Jung Yonghwa.”
Euaerin memukul lengan Yonghwa.
Dengan tatapan tegas, Euaerin berkata “Bora akan berada di Tim Tiger. Dia
tanggung jawabku, Doojoon dan Heecheol, serta Captain Max. Mengerti, dokter
Jung?”
Tanpa berkata apa-apa lagi, Yonghwa
meninggalkan kantor camp militer
tempatnya berada. “Padahal aku hanya ingin membantu.”
“Kau selesaikan mengisi formulirnya,
setelah itu aku akan mengambilkan seragam untukmu.” Euaerin langsung melangkah
menjauh dai tempat Bora berada.
***
“Kevin dan Minhyuk, kalian boleh
meninggalkan lapangan. Yang lainnya tetap berdiri di sini.” Perintah Lee Joon
dengan nada tegas, dan langsung dipatuhi oleh Kevin dan Minhyuk. Keduanya balik
kanan lalu membubarkan diri dari sana.
“Hormat!” Minhyuk dan Kevin
melakukan hormat karena bertemu dengan atasannya saat akan meninggalkan
lapangan.
“Waaah, aku tersinggung sekali
Captain J. Kau menghukum anak buahku.” Kata seseorang dari arah belakang Lee
Joon.
Tanpa harus menoleh, Lee Joon sudah
dapat mengetahui siapa yang berbicara. “Mereka juga anak buahku Captain Max.
Dan harusnya kau juga mendapat hukuman karena ide gila kalian dalam misi
penculikan putri Komandan Kwon.”
“Hahaha…” Captain Max, atau Shim
Changmin, Captain Tim Tiger hanya tertawa mendengar ucapan Lee Joon. Tidak ada
rasa sakit hati sedikitpun. Saat sudah berdiri sejajar, Changmin menoleh, tidak
lama Lee Joon juga melakukan hal yang sama. “Menghukum mereka karena
menghajarmu?” Changmin menatap Lee Joon dengan tatapan menertawai. “Senjata mereka
bahkan kosong.”
Buru-buru Lee Joon mengalihkan
pandangannya dari Changmin. Menutupi ekspresinya yang merasa bodoh. “A..aku
tahu itu.”
Masih diiringi tawa, Changmin
meninju pelan lengan Lee Joon. “Lanjutkan tugasmu Captain, tapi jangan terlalu
keras terhadap anggotaku.” Changmin balik badan kemudian melangkah pergi. “Ayo
kita olahraga pagi!” teriaknya penuh semangat, membuat orang-orang menoleh ke
arahnya.
Lee Joon sempat memperhatikan
punggung Changmin selama beberapa saat sampai semakin menjauh. “Seperti ada
yang berbeda dengan Captain kalian?” Tanya Lee Joon penuh selidik kepada
anggota Tim Tiger yang berada di bawah pimpinan Changmin.
“Jelas berbeda. Captain Max langsung
penuh semangat sejak mendengar berita gagalnya pernikahan Letnant Euaerin.”
Seketika Jonghyun langsung menjadi pusat perhatian.
“Pesona seorang Lee Euaerin masih
melumpuhkan hati Captain Max,” ujar Hyungsik menimpali ucapan Jonghyun.
Lee Joon meletakkan kedua tangannya
di pinggang. “Sepertinya kalian harus menjadi tim sukses Changmin.”
***
Yuri mengangkat sebuah box ke atas
tempat tidur. “Walaupun berada di camp militer,
kalian harus tetap cantik. Biar bagaimanapun, kalian itu wanita yang kodratnya
memang harus cantik.” Yuri berujar sambil membuka box yang ternyata berisi perlengkapan
make-up. Seluruh penghuni kamar sudah berdiri mengelilingi Yuri.
Termasuk Kyungri yang berdiri dan
melipat kedua tangannya di depan dada. “Ini camp
militer, dan kami bukan SPG yang harus berdandan.” Beberapa orang langsung
setuju dengan ucapan Kyungri
“Ini yang harus diluruskan.” Yuri
tidak ingin kalah. “Kita tetap bisa make-up dan disesuaikan dengan situasi.
Saya tidak akan menyarankan untuk menggunakan bulu mata saat latihan di
lapangan,” ujarnya cuek sambil mengeluarkan sebuah bb cream dan sponge. Lalu kemudian mereka mengangguk
menyetujui ucapan Yuri. “Yup, siapa yang rela menjadi modelku?” Yuri bertanya
sambil menatap satu-persatu secara berkeliling. Rata-rata dari mereka menunjuk
Euaerin. Hanya sebagian kecil yang menunjuk Kyungri dan Hyomin. Seketika Yuri
tampak gugup menatap Euaerin. “Letnant Lee, apa anda bersedia?”
***
Satu-persatu anggota Tim Wolf dan
Tim Tiger mulai meninggalkan barak/kamar mereka. Termasuk pula yang berada di
barak pasukan khusus, tampak Gunwoo, Yongguk, Taekwoon bersama tiga orang
lainnya lagi berjalan menuju lapangan. Mereka akan berolahraga rutin setiap
pagi.
Dikejauhan tampak Taekwoon melihat
dua anggota Tim Tiger yang terlihat membawa koper dan tas besar. “Apa Letnant
Moon sudah datang?”
Yongguk yang kebetulan berjalan
tepat di samping Taekwoon, ikut menoleh ke arah yang sedang menarik perhatian
rekannya itu. “Letnant Moon akan datang sekitar jam 10,” jelasnya. Namun yang
paling menarik perhatian Yongguk adalah sebuah boneka kelinci yang sedang
membawa bantal kecil berbentuk hati yang dipegang salah satu anggota Tim Tiger
tersebut.
Sementara ditempat berbeda, Bora
masih menunggu di kantor dengan sepaket seragam militer di pangkuannya. Tidak
lama tampak Soohyun kembali bersama dua anggota Tim Tiger, Kim Inseong dan Lee
Hongbin, yang ditugaskan menyelundup ke kediaman Bora untuk mengambil
barang-barang gadis itu.
“Tidak terjadi masalah, kan?” Bora
berdiri dan menghampiri ketiga pemuda itu.
“Tidak ada orang di rumah dengan
posisi pintu tidak terkunci. Kami hanya membawa barang-barang yang berada di
kamar noona.” Inseong tampak menjelaskan.
Hongbin memberikan sebuah boneka
kelinci kepada Bora yang langsung diterima gadis itu. “Awalnya kami sedikit
berdebat untuk membawa salah satunya.” Lanjut Hongbin juga memberikan sebuah
boneka beruang yang tadi di bawakan oleh Inseong. “Tapi akhirnya kami
memutuskan untuk membawa keduanya. Karena kupikir kau sangat menyukai
boneka-boneka itu.
Bora tersenyum sambil memeluk erat
kedua boneka tersebut. “Terima kasih atas bantuan kalian. Mereka memang
berharga untukku.”
“Baiklah kalau begitu.” Suara
Soohyun memecahkan suasana. “Bisa bantu bawakan lagi ke barak?”
Dengan sigap Hongbin dan Inseong
membawakan lagi tas dan koper Bora. Bahkan sampai menolak saat Bora ingin
membawakan tas yang agak kecil. Mereka kemudian berjalan mengikuti Soohyun yang
sudah memimpin di depan menuju barak wanita.
Sesampainya di sana, tampak pintu
barak sudah terbuka sedikit. Soohyun memberanikan diri untuk membuka lebih
lebar. “Selamat pagi.”
Tidak ada yang menjawab, namun
perhatian mereka langsung teralih pada kedatangan Soohyun. Tidak terkecuali
untuk Soohyun, Bora, Inseong dan Hongbin yang tidak kalah terkejut melihat
pemandangan di dalam barak. Seluruh anggota wanita penghuni barak tersebut
saling berpasangan mencoba alat make-up yang dibawa oleh Yuri. Euaerin langsung
berdiri dan balik badan menuju tempat tidurnya yang berseberangan dengan tempat
Yuri, mencoba sibuk dengan barang-barangnya. Malu karena dengan jelas ia sedang
dijadikan model oleh Yuri.
“Maaf mengganggu.” Soohyun langsung
salah tingkah. Namun ia mencoba mengalihkan suasana yang mendadak canggung
tersebut. “Perkenalkan ini Yoon Bora, salah satu relawan yang akan bergabung di
camp militer kita. Bora akan
tergabung dalam Tim Tiger. Mohon bantuan rekan-rekan sekalian.” Selesai bicara
dan tanpa menunggu respon dari siapapun, Soohyun memerintahkan Hongbin dan
Inseong untuk membawa masuk barang-barang Bora ke tempat yang masih kosong.
“Sejak kapan camp ini menerima bagian relawan?” Tanya Hyomin pada Euaerin.
“Sejak hari ini.”
“Apa aku bisa berpasangan
dengannya.” Tampak Im Yoona terlihat paling senang dengan kedatangan Bora di
sana. Ia langsung mendekati Bora, merebut boneka dari tangan Bora dan ia
letakkan di atas tempat tidur. Yoona kemudian menarik Bora mendekat ke arah
kerumunan. Karena memang hanya dia yang tadi belum memiliki pasangan.
Sebelumnya Yoona bahkan memperkenalkan satu-persatu rekan-rekannya.
Soohyun hanya tersenyum lega melihat
sambutan hangat yang didapatkan Bora. Lalu kemudian ia balik badan dan bersiap
pergi dari sana karena masih ada tugas lain yang harus ia kerjakan. Inseong dan
Hongbinpun menyusul.
“Kupikir kau ingin bergabung dengan
para wanita,” ledek Inseong yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari Soohyun.
***
~Aula Camp Militer
Seluruh anggota, baik itu Tim Wolf
maupun Tim Tiger berkumpul di aula karena pagi itu mereka kedatangan tamu,
mahasiswa kedokteran yang akan melakukan kerja praktek di klinik yang berada di
camp militer.
“Para mahasiswa kedokteran ini akan
bergabung di camp militer. Karena
memang setiap tahun kegiatan ini selalu berlangsung. Dan tugas mereka adalah
membantu warga sekitar yang membutuhkan pertolongan medis,” jelas Yonghwa yang
menjadi pembicara pada acara tersebut. Soohyun, Himchan dan Jaehyo juga tampak
duduk di kanan dan kiri Yonghwa.
“Camp
militer yang berada di pinggir kota tersebut memang menjadi salah satu
sarana pelayanan kesehatan juga untuk warga sekitar. Selain itu para calon
dokter yang sedang melakukan praktek juga harus mengikuti beberapa jadwal
kegiatan yang dilakukan camp militer.
Diantara adalah pelatihan fikis atau olahraga setiap pagi.”
“Kepada Mayor Jung Yunho kami
persilahkan.” Yonghwa langsung berdiri, diikuti dengan yang lainnya saat
pimpinan mereka berjalan untuk ke atas panggung aula.
Jung Yunho, atau Mayor Jung sempat
bersalaman sesaat dengan Lee Joon dan Changmin sebelum meninggalkan kursinya.
“Hormat!” seru Yunho sambil melakukan hormat.
“Hormat!” dan dibalasan seruan yang
sama oleh seluruh anggota.
Himchan tampak beralih ke tepi
panggung dan mengarahkan seluruh mahasiswa kedokteran yang sudah berbaris untuk
naik ke atas panggung dan bersalaman dengan Yunho. Di samping Yunho tampak
Jaehyo membagi-bagikan buku untuk para mahasiswa kedokteran itu.
“Kami juga ingin mengucapkan selamat
datang kembali untuk Letnant Moon Hyuna.” Ucapan Yonghwa tadi membuat seluruh
mata langsung mencari-cari seseorang yang dimaksudkan Yonghwa tadi. Wanita
cantik berseragam militer yang baru saja memunculkan diri dari pintu masuk
aula.
“Letnant Moon!”
Hampir semuanya bersorak menyebutkan
nama Moon Hyuna. Bahkan mereka yang berdiri paling dekat dengan pintu yang
dilalui Hyuna langsung menyalami wanita itu. Anggota wanita sampai memeluk Moon
Hyuna.
Lee Joon dan Changmin memberi hormat
pada Hyuna sebelum bersalaman saat wanita itu sudah sampai di depan mereka.
Tidak lupa Hyunapun memberikan hormat pada dua pria yang termasuk atasannya
itu. Sementara dari atas panggung, mungkin tidak ada yang menyadari jika
seorang Jung Yunho sama sekali tidak melepaskan pandangannya pada wanita cantik
yang tengah menjadi sorotan itu.
***