Author : @nniissaa11
Cast : Lee Joon, Kwon Yuri, Jung
Yonghwa, Max Changmin,
Yoon Doojoon, Yoon Bora
Other Cast : (The Camp Military Cast)
Genre : romance, friendship,
family
Lenght : part
***
Seusai acara pembukaan di dalam aula
bagi para mahasiswa kedokteran, terlihat antrian di dua sudut ruangan. Mereka
berbaris menunggu giliran untuk makan siang. Setelah itu mereka mengisi
meja-meja kosong yang telah dirapihkan letak posisi kursinya.
“Ini piringnya, Captain.”
Lee Joon tersentak kaget mendapati
Kyungri memberikan paksa sebuah piring kosong kepadanya. Lee Joon hanya
mengangguk dan tanpa bicara apa-apa lagi ikut mengantri, tepat di belakang
Yunho. Lalu Kyungri tampak menyusul berbaris dibelakang Lee Joon.
Selang beberapa orang di belakang,
terlihat Euaerin juga berbaris kemudian Changmin setelahnya. Euaerin dan
Changmin saling tatap selama beberapa saat, kemudian Euaerin tampak lebih
memilik fokus mengambil makanan. Namun tidak untuk Changmin. Pria yang dikenal
dengan panggilan Captain Max itu beberapa kali memperhatikan Euaerin sambil
berusaha membagi fokusnya pada makanan.
“Waaah, kau memakai lipstick,
Letnant?” Tanya Changmin akhirnya dengan tatapan polos.
Antara kesal dan malu, Euarin
mendekatkan ibujarinya ke bibir. Berniat untuk menghapus lipstick berwarna pink
muda yang mewarnai bibirnya. Namun tangan Changmin lebih sigap menghalangi niat
Euaerin.
“Jangan di hapus,” perintah Changmin
kemudian berjalan mendahului Euaerin. Memilih salah satu kursi yang kosong di
sebelah Lee Joon. Sementara Yunho duduk diseberang Lee Joon. “Ini hanya
perasaanku saja atau Euaerin terlihat cantik sekali hari ini?”
Lee Joon dan Yunho saling melempar
pandangan. Menghentikan kegiatan makannya untuk sesaat. Sementara Changmin masih
sibuk dengan pikirannya sendiri. Bahkan sesekali Changmin sampai menoleh ke tempat Euaerin duduk yang
posisinya berada di belakang Changmin.
“Letnant Lee bahkan menggunakan
lipstick tadi,” lanjut Changmin.
Tidak lama kemudian tampak Soohyun
bergabung dan duduk tepat di sebelah Yunho, berseberangan dengan Changmin. “Itu
semua ada campur tangan dari putri Komandan, Kwon Yuri. Tidak hanya Letnant
Lee, yang lainnya juga tampak berbeda hari ini.”
Changmin tampak antusias menanggapi
cerita Soohyun. “Apa putri Komandan yang mendandani mereka semua?”
“Tidak juga. Dia hanya mengajari,”
lanjut Soohyun sesaat sebelum menyuap makanan ke dalam mulutnya.
“Ahh, tapi rasanya aku belum melihat
putri Komandan pagi ini.”
Kali ini Lee Joon yang tampak
tertarik dengan ucapan Yonghwa yang baru saja tiba. Tapi memang benar, ia juga
belum melihat Yuri sejak pagi.
/bzzzt/
Yunho tampak mengeluarkan walkie-talkie-nya. Diikuti oleh Lee Joon
dan Yonghwa kemudian. Changmin, Soohyun serta Doojoon yang juga berada di sana
hanya ikut mengawasi.
“Lapor,
captain. Ada keributan di pintu gerbang. Over.”
“Laporan diterima. Kami akan segera
menuju lokasi. Over.” Balas Yunho
yang berbicara melalui walkie-talkie-nya.
“Siapa yang giliran bertugas di
pintu gerbang?” Tanya Lee Joon pada siapa saja yang berada di sana.
“Shinwon, Kogyeol, Jaeyoon, dan
Junhong.” Tampak Doojoon yang bicara sesaat sebelum berdiri. “Kita harus segera
ke sana, Captain.”
Tanpa berfikir dua kali, mereka yang
berada di sana langsung berdiri. Beberapa anggota yang lain juga tampak sudah
menerima berita tersebut karena mereka langsung bergegas meninggalkan aula.
Gunwoo dan Soohyun tampak memunculkan diri di depan Lee Joon dan yang lain.
“Sersan Lee, tolong awasi anggota
wanita untuk tetap di aula. Dan sersan Shin, jaga mahasiswa kedokteran. Minta
bantuan yang lain mengawasi klinik juga.” Yunho yang memberikan perintah.
“Hormat!” Soohyun dan Gunwoo
melakukan hormat sebelum Yunho dan yang lain berlalu.
***
Bora dan Yuri tampak berjalan kaki menuju
gerbang camp yang siang itu dijaga
oleh 4 orang. Bora melambaikan tangan sambil sedikit berteriak, “Jaeyoon-ssi,
bisa tolong bukakan pagarnya?”
Jaeyoon yang kebetulan berdiri di
luar pos, langsung mendekati pagar untuk membukakan gembok. “Waaah, seperti ada
yang berbeda. Kalian potong rambut?”
Yuri dan Bora mengangguk. “Karena
ini di camp militer, kami harus tetap
mengikuti aturan,” Yuri yang menjawab.
Jaeyoon masih sibuk membuka gembok
pagar. “Ahh, sebentar ya noona. Kenapa ini sulit sekali?” Jaeyoon terdengar
menggerutu.
Tidak lama tampak Shinwon mendekat
melihat Jaeyoon mengalami sedikit kesulitan. “Ada apa, Jae? Gemboknya sulit
dibuka lagi?” Tanya Shinwon yang kemudian mengambil alih untuk membuka gembok. Tepat
saat sebuah mobil berhenti di belakang Yuri dan Bora. Sementara Shinwon masih
berusaha membuka gembok.
Dari dalam mobil tampak keluar 3
orang berpakaian serba hitam dan berbadan tinggi besar. Yuri menatap Bora yang
terlihat panik. Mereka adalah preman yang malam itu mengejar Bora.
“Cepat ikut kami!” salah satu dari
mereka berseru bahkan sudah mendekatin Bora dan menyergap gadis itu. Yuri
bahkan sampai terdorong tubuh besarnya karena berniat membantu Bora.
“Hei! Siapa kalian!” teriak Kogyeol
yang tampak keluar dari dalam pos jaga.
Ada seseorang lagi yang mengikuti
Kogyeol keluar, yaitu Junhong yang berinisiatif untuk berlari ke arah klinik
yang kebetulan masih sepi, hanya ada 2 orang anggota wanita. Jaeyoon pun tampak
mengikuti Junhong berlari, Kogyeol menyusul kemudian. Klinik di camp militer memiliki akses dua pintu.
Dari luar dan dari dalam camp
militer. Sementara Yuri berusaha membantu Bora, menendang sekuat tenaga ke
salah satu pria yang menahan tangan Bora sampai pria itu terdorong. Namun ada
seorang lagi yang sudah berdiri di belakang Yuri, menahan gadis itu dari
belakang.
“Lapor, captain. Ada keributan di
pintu gerbang. Over.” Shinwon
berbicara melalui walkie-talkie.
“Laporan
diterima. Kami akan segera menuju lokasi. Over.” Tidak lama terdengar suara Yunho memberikan jawaban.
Di sisi lain, Junhong, Jaeyoon dan
Kogyeol sudah sampai di luar gerbang. Mereka langsung menyergap satu-persatu.
Junhong memukul pundak pria yang menahan Yuri. Sementara Kogyeol dan Jaeyoon
menghadapi pria yang membawa Bora, tepat sebelum gadis itu di bawa masuk ke
dalam mobil.
Merasa frustasi karena gembok pagar
tidak terbuka sama sekali, Shinwon berniat pergi dari sana. Namun belum sempat
berlari, sudah ada lima orang anggota yang tiba. “Cepat keluar lewat klinik,”
ujar Shinwon sebelum teman-temannya menuju gerbang. Kemudian tampak Yunho, Lee
Joon, Changmin dan beberapa orang lagi menyusul. “Mayor Jung, gembok bermasalah
dan tidak dapat dibuka.”
Hanya dengan gerakan tangan, Yunho
menyuruh anggotanya menyusul lima orang yang tadi berlari menuju klinik yang
letaknya sejajar dengan pintu gerbang. Sementara Yunho sendiri mengarah ke
pagar, memastikan perkataan Shinwon tadi. Shinwonpun memilih menyusul Yunho.
Setelah memeriksa gembok yang memang tidak bisa dibuka, Yunho memilih
mengeluarkan pistol dan menembaknya hingga besi gembok terbelah. Shinwon
langsung kembali mengambil alih membuka pintu pagar.
Junhong, Kogyeol dan Jaeyoon
masing-masing sudah bisa melumpuhkan preman tersebut. Namun ada satu orang lagi
dari mereka yang bertugas menyetir justru kabur dengan mengendarai mobil sejak
Jaeyoon dan Kogyeol berhasil membebaskan Bora. Lima anggota tadi juga tampak
sudah sampai. Kiseop serta Jaehwan berusaha melerai Jinhong. Sementara Yongguk
menghentikan Kogyeol, dan Sungjae serta Hongbin berusaha menjauhkan Jaeyoon
yang masih memukuli preman tadi.
Lee Joon juga tampak tiba dan
langsung menghampiri Yuri. Tepat ketika Shinwon membukakan pagar. “Kau
baik-baik saja? Siapa mereka?” Lee Joon menyentuh pundak Yuri dengan tatapan
khawatir karena Yuri tampak terlihat syok.
“Joon.” Yuri berujar pelan. Ia
merasakan kakinya lemas dan nyaris saja terjatuh. Beruntuk Lee Joon dengan
sigap menahan tubuh Yuri.
“Kita harus proses mereka,” perintah
Yunho. Jaehwan dan Kiseop langsung membawa tawanan mereka ke dalam camp, mendahului Yunho yang masih
berdiri di sana.
Yonghwa sendiri langsung bergegas ke
tempat Bora berdiri. “Mana yang luka? Kau baik-baik saja?” cecarnya. Bora tidak
terlalu mendengar ucapan Yonghwa karena gadis itu tak melepaskan pandangannya
terhadap salah satu anggota militer, Yongguk yang juga sempat menatap ke arah
Bora. Saat Yonghwa ikut menoleh ke arah yang sama seperti Bora, Yongguk tampak
beranjak dari sana sambil membawa salah satu preman untuk masuk, Yongguk
dibantu oleh Doojoon kemudian menyusul Sungjae dan Hongbin yang juga sudah
membawa satu preman.
Lee Joon mengangkat tubuh Yuri.
Changmin berniat membantu, justru ditolak oleh Lee Joon. “Aku bisa sendiri.”
Changmin menatap Junhong, Jaeyoon
dan Kogyeol bergantian. “Kalian bertiga, segera obati luka kalian.” Ditemani
Shinwon, mereka bertiga langsung menuju klinik. Sementara Yonghwa membimbing
Bora untuk menyusul ke klinik juga. “Aku akan berjaga di sini dulu sampai ada
yang datang menjaga gerbang.”
Yunho hanya mengangguk dan menepuk
pelan lengan Changmin. “Setelah itu susul aku ke kantor.”
Changmin balas mengangguk kemudian
mengeluarkan walkie-talkie-nya. “Yang
Hongseok, Kim Chanyoung, Han Sanghyuk dan Baek Juho, segera jaga gerbang
menggantikan Jaeyoon, Kogyeol, Junhong dan Shinwon. Letnant Shin Soohyun, Jung
Heecheol, Moon Hyuna dan Lee Euaerin, segera menuju kantor. Over.”
***
“Kiseop, Jaehwan, Sungjae dan
Hongbin. Kalian jaga di sekitar ruangan. Termasuk halaman belakang.” Yunho
memberikan perintah yang langsung dilaksanakan oleh ke-empat anggota tersebut.
Ketiga preman tadi dibiarkan duduk di sofa. Sementara Doojoon dan Yongguk
berjaga di sekitarnya. Yuri dan Bora juga duduk di sofa terpisah, berseberangan
dengan para preman. Yonghwa memilih duduk di lengan sofa yang ditempati Lee Joon
disamping Yunho.
Tidak lama setelah empat orang yang
diperintahkan Yunho meninggalkan ruanga, tampak Soohyun, Heecheol, Euaerin dan
Hyuna tiba. Keempatnya juga langsung berdiri tegap di belakang sofa yang
ditempati Yuri dan Bora.
“Kwon Yuri. Yoon Bora. Meski bukan
anggota resmi, kalian tetap harus menaati peraturan yang ada di camp militer ini.”
Yuri dan Bora hanya mampu menunduk.
“Maaf, Mayor.” Euaerin tampak
langsung angkat bicara, menanggapi ucapan Yunho tadi. “Saya yang memerintahkan
mereka ke luar untuk memotong rambut mereka. Karena peraturan dikemiliteran,
anggota wanita tidak boleh memiliki rambut panjang.”
“Letnan Yoon Doojoon.” Yunho menatap
salah satu anggota yang berdiri di belakang preman.
“Siap!” seru Doojoon.
“Tolong periksa ruangan cctv. Apa
yang sebenarnya terjadi tadi.”
“Tidak perlu memeriksa cctv, Mayor
Jung.” Semua orang menoleh ke arah pintu, Changmin tiba bersama Shinwon
dibelakangnya. “Preman itu hanya mengincar Bora. Kami sudah melacak nomor
polisi kendaran preman-preman ini.” Changmin menyodorkan selembar kertas kepada
Yunho.
Yonghwa menunduk untuk bisa menatap
wajah Bora tanpa harus beranjak dari tempatnya. “Mereka preman yang malam itu
mengejarmu?”
Bora hanya mampu mengangguk pelan.
Di tempatnya berdiri, Yongguk mengawasi interaksi yang dilakukan Yonghwa dan
Bora.
Soohyun juga mengawasi perlakuan
Yonghwa terhadap Bora. Ia yang juga mengetahui tentang masalah Bora, melangkah
mendekati Yunho. Menunduk dan membisikkan sesuatu kepada pimpinannya itu.
Tentang masalah keluarga yang dihadapi Bora, hingga gadis itu secara tidak
langsung ‘dijual’ oleh ayahnya sendiri.
Yunho hanya mengangguk menanggapi
ucapan Soohyun. “Baiklah. Tapi biar bagaimanapun, kasus ini tetap harus
ditangani oleh pihak yang berwajib,” tukas Yunho akhirnya. “Yonghwa dan Soohyun
tolong obati mereka.” Sambil menunjuk ke arah preman. “Captain Max, segera
hubungi polisi. Captain Joon, perintahkan anggotamu untuk menjaga preman ini
sampai polisi datang. Dan anggota wanita silahkan meninggalkan ruangan.”
“Maaf, Mayor.” Suara Bora terdengar
mengambil alih suasana. Beberapa orang yang akan meninggalkan ruangan, langsung
membatalkan niat. “Karena ini masalahku, aku siap mendapatkan konsekwensi
apapun. Termasuk jika harus meninggalkan camp,
aku akan melaksanakannya.”
“Meski hanya sebagai relawan, masa
kontrakmu di camp adalah 3 bulan, dan
selama itu kau tidak bisa meninggalkan camp
begitu saja, kecuali atas perintah atasanmu.” Terdengar Yonghwa memprotes.
Tidak ada yang balik memprotesnya, kecuali dengan tatapan. Sadar kini ia
menjadi sorotan, Yonghwa berusaha membela diri. “Memang begitu kan, Letnant
Lee?” Yonghwa menatap Euaerin, mengharapkan pembelaan.
Euaerin hanya mengangguk, pelan.
Lalu kemudian ia tampak meninggalkan ruangan, diikuti Hyuna dan yang lainnya
setelah itu.
***
Beranjak sore, seluruh anggota camp tampak berdatangan menuju lapangan
yang letaknya berada di belakang gedung aula. Tampak Soohyun keluar dari aula,
lengkap dengan seragam militer dan snelli-nya. Bora yang kebetulan berada di
sana, berpapasan dengan Soohyun.
“Sunbae?” Bora memanggil Soohyun dan
pria itu berhenti tepat di depannya.
“Oh, Bora? Bagaimana dengan
preman-preman itu?”
“Polisi sudah datang tadi. Mereka
sudah di bawa.” Tidak lama terlihat beberapa mahasiswa kedokteran juga keluar
dari aula, dan tampak berhenti tepat di belakang Soohyun. “Kau mau pergi?”
Soohyun sempat menoleh sesaat,
memastikan apa yang dimaksud Bora. “Oh. Iya aku harus ke kantor pusat. Mereka
akan berjaga di klinik kantor pusat. Dan aku akan mengawasi di sana juga untuk
beberapa hari.”
Bora hanya menganguk. Sebenarnya
tidak ingin jika Soohyun harus pergi, karena hanya Soohyun yang ia kenal dengan
baik di camp ini. “Apa kau akan
kembali ke camp lagi?”
“Iya nanti aku akan tetap ke sini.
Barang-barangku juga masih banya yang berada di barak.” Soohyun mengacak pelan
rambut pendek Bora. “Kau cocok dengan rambut pendek. Aku pergi dulu.” Soohyuk
berjalan menjauh dari Bora. Beberapa meter dari sana tampak Yonghwa juga
berjalan ke arahnya. “Aku harus ke kantor pusat. Tolong kau awasi Bora, jangan
sampai kejadian tadi siang terjadi lagi, oke?”
Yonghwa berjalan santai sambil
memasukan tangan ke dalam saku celananya. Ia bahkan hanya mengenakan pakaian
olahraga militer, dan tanpa snellinya. “Tidak perlu kau suruh, aku akan
melakukannya dengan senang hati.” Yonghwa tersenyum, jahil.
Bora juga sempat melihat Soohyun
kembali berhenti saat bertemu Yonghwa. Namun gadis itu lebih memilih untuk
segera melanjutkan perjalannya. Di kejauhan juga terlihat Euaerin tampak memanggilnya
dan mengisyaratkan Bora untuk segera menyusulnya.
Yonghwa melanjutkan langkah,
mengikuti arah jalan yang dilalui Bora, menuju aula. Namun saat di dalam,
langkah Yonghwa dihentikan oleh Gunwoo. Begitu menoleh, ternyata sudah ada
Yunho, Lee Joon dan Changmin. Serta para Letnant, Doojoon, Hyuna, Euaerin, juga
Heecheol.
“Waah, kenapa berkumpul di sini?
Bukankah harusnya kita mengawasi..” Yonghwa tidak melanjutkan ucapannya dan
hanya menunjuk ke pintu aula yang mengarah ke halaman belakang.
“Ini masalah preman yang mengejar
Bora.”
Mendengar Changmin menyebut nama
Bora, tanpa pikir panjang lagi Yonghwa langsung bergabung. Duduk diantara Hyuna
dan Gunwoo. “Ada apa dengan preman-preman itu? Sebenarnya siapa mereka?”
Yunho meletakkan selembar kertas
yang ia dapatkan dari Changmin tadi siang. “Ternyata identitas pemilik mobil
yang kita dapatkan ini adalah palsu. Pemilik yang sebenarnya bernama Choi
Siwon.” Diam-diam, Lee Joon mengepalkan tangannya di bawah meja ketika
mendengar nama Siwon disebut-sebut, namun memang tidak ada yang melihatnya.
“Bukankah sebaiknya Bora tidak
berada di sini?” Hyuna tampak bersuara. “Aku takut justru mengancam keselamatan
anggota yang lain. Belum lagi mahasiswa dari kedokteran itu juga akan menjadi
tanggung jawab kita.”
Yonghwa menoleh, menatap Hyuna,
tajam. “Kita tidak bisa mengeluarkan Bora begitu saja. Kita masih harus melihat
apakah Bora layak berada di sini.”
Hyuna balas menatap Yonghwa yang
duduk tepat di sampingnya. “Letnant Jung. Kenapa kau begitu membela Bora yang
bahkan bukan anggota resmi…”
“Letnant Moon!” Yonghwa memotong
ucapan Hyuna dengan nada tegas. “Aku akan melakukan hal yang sama jika kau yang
berada di posisi Bora.”
“Sudahlah Letnant Moon, Yonghwa
memang pecinta wanita,” kata Euaerin dengan nada sedikit bercanda.
“Kepolisian justru berterima kasih
karena komplotan ini memang sedang mereka cari-cari.” Yunho kembali menjadi
penengah. “Kita hanya perlu memperketat penjagaan di camp. Dan mulai malam ini, area belakang, tempat kita pelatihan out bond juga harus diawasi. Siapkan 4
anggota untuk berjaga di sana.” Kali ini Yunho melempar tatapan kepada Euaerin.
“Letnant Lee, tolong atur ulang jadwal jaga.”
“Siap, Mayor!” seru Euaerin dengan
nada tegas.
“Tapi bebas tugaskan untuk Jeeyoon,
Kogyeol dan Junhong selama 2 hari.” Terdengar Lee Joon mengingatkan, karena 3
anggota muda itu sedang mendapatkan perawatan tadi.
***
~Lapangan out bond camp militer~
“Bentuk 4 kelompok,” perintah
Yongguk. Secara acak mereka langsung memilih barisan masing-masing di belakang Kevin,
Hyungsik, Kiseop dan Minhyuk yang berdiri paling depan.
“Kalian lari keliling camp 2 putaran.” /priiit!!/ Taekwoon
meniup pluit yang kemudian langsung dijalani oleh para anggota. Dimulai dari
grup yang dipimpin Kevin. “Oke, aku akan jaga di atas.” Taekwoon menepuk pundak
Hackyeon lalu berjalan sambil membawa sebuah bendera dan mengenakan sarung
tangan menuju gedung yang memang dibuat untuk pelatihan di militer. Gedung
tanpa tembok pembatas yang memiliki 4 lantai.
“Kyungri, kau ikuti Taekwoon berjaga
di atas.” Hackyeon langsung mengambil alih komando. “Yongguk dan Hyomin tunggu
di bawah sini. Aku akan berada di garis start.
Sementara Jonghyun akan di lapangan.”
“Siap!” seru Jonghyun, Yongguk,
Kyungri dan Hyomin yang kemudian langsung berpencar ke posisi yang sudah
ditentukan. Termasuk juga Hackyeon yang tidak buang waktu untuk bergerak ke
tempatnya yang sudah disepakati.
Sementara di atas gedung, Taekwoon
tampak memeriksa tali yang terhubung ke bawah, tempat Hyomin dan Yongguk
berjaga. Dirasa sudah siap, Taekwoon lalu mengibarkan bendera yang ia bawa
setelah dikejauhan ia melihat kelompok Kevin sudah tiba di tempat Hackyeon.
“Kita buat ini seperti kompetisi,
oke? Tim Kevin akan mulai pertama melawan Tim Kiseop.” Hackyeon yang memimpin di
lapangan. Sambil memberikan kayu berbentuk tabung kepada Kevin dan Kiseop.
Seluruh anggota langsung bersorak
gembira merespon ucapan Hackyeon tadi. Kedua Tim masing-masing langsung membuat
lingkaran untuk membicarakan strategi. Baik Kevin atau Kiseop langsung membagi
tugas kepada anggota mereka. Sementara dua Tim lain hanya saling memberi
dukungan kepada Tim Kevin dan Tim Kiseop yang kini sudah mulai berjalan ke pos
masing-masing. Mereka akan bermain estafet halang rintang.
Kevin beranggotakan Jihoo, Jungshin,
Myungsoo, Jihun, Jaehwan, Seungjun, Bora, Jihyun dan Naeun. Sementara Kiseop
berada satu tim dengan Sungjoon, Youjin, Minho, Jihoon, Sungjae, Gongchan,
Yuri, Minjae dan Sojin. Masing-masing memiliki 3 anggota wanita.
“Tiga.. dua.. satu..” /priiit/
Hackyeon meniup pluit tanda permainan dimulai.
Kevin dan Kiseop yang berada di
garis start langsung bergerak. Mereka
harus berjalan tiarap melewati kawat berduri. Kiseop sedikit memimpin di depan.
Kemudian dilanjut oleh orang kedua, Myungsoo melawan Gongchan yang harus
melewati balok kayu panjang yang melintang di atas genangan air.
***
/priiit/
Suara pluit milik Hackyeon bahkan
terdengar sampai ke dalam aula tempat rapat dadakan oleh Mayor Jung bersama
para Captain dan Letnant.
“Mereka tampaknya sudah mulai.
Kalian boleh meninggalkan aula. Selamat sore!” Yunho langsung berdiri. Pertanda
ia akan segera meninggalkan tempatnya. “Saya harus ke kantor pusat sekarang.”
“Hormat!” seluruh anggota yang
berada di sana langsung melakukan hormat. Yunho menerima hormat mereka kemudian,
sesaat sebelum benar-benar meninggalkan aula.
Terlihat Shinwon tiba di aula.
“Mobil sudah siap, Mayor.” Shinwon berujar setelah melakukan hormat.
Yunho sendiri hanya mengangguk
kemudian meneruskan langkah, diikuti Shinwon kemudian. Saat di lapangan mereka
berpapasan dengan salah satu anggota yang sedang bertugas di gerbang depan,
Hongseok, yang membawa sebuah kardus berukuran sedang. Hongseok hanya
mengangguk saat bertemu Yunho.
Sementara di dalam aula, beberapa
anggota mulai meninggalkan tempat rapat tadi. Salah satunya adalah Yonghwa yang
sudah lebih dulu melesat melakui pintu belakang aula. Menuju lapangan out bond. Suasana ramaipun terdengar
sampai ke dalam aula.
“Selamat siang Captain, Letnant.”
Hongseok melangkah masuk dengan sebuah dus di tangannya. “Ada kiriman paket
atas nama…”
“Tunggu!” seruan Changmin langsung
menyelak ucapan Hongseok. Captain Tim Tiger itu bahkan sudah menghampiri
Hongseok yang masih berdiri sambil membawa dus yang masih penuh dengan isolasi.
“Kalau ada paket yang datang ke camp
militer itu harus selalu kita waspadai. Ayo kita bawa keluar.”
Dengan ekspresi wajah yang bingung,
Hongseok hanya mematuhi perintah Changmin dan berjalan menyusul Changmin menuju
lapangan utama. Tanpa menunggu perintah, Lee Joon, Gunwoo, Euaerin, Doojoon,
Hyuna serta Heecheol segera melesat mengikuti langkah Changmin dan Hongseok.
“Buka pelan-pelan.” Masih sambil
memasang eskpresi serius, Changmin memerintahkan Hongseok yang langsung
mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya untuk merobek isolasi yang
membungkus kardus tadi.
“Apa kita di terror?” ujar Euaerin
dengan suara pelan saat mereka sudah berdiri mengelilingi dus tersebut.
Lee Joon sedikit menunduk di
belakang Hongseok untuk membaca tulisan yang ada di bagian atas. Paket tersebut
ditujukan untuk Kwon Yuri. Tidak lama tampak Doojoon berlari kecil dari arah
barak sambil membawa tas hitam. Sementara Hongseok sudah membuka bagian atas
dus. Ternyata isinya ada sebuh selebaran yang didominasi warna biru muda dan
dipenuhi potong kertas kecil yang memanjang.
Changmin mengambil kertas tersebut.
Melihatnya bersama Hyuna yang kebetulan berdiri tepat di sisi kiri Changmin.
Isi kertas tersebut adalah sebuah poster acara fashion yang akan digelar sekitar 3 minggu lagi. Ada foto Yuri di
bagian bawah poster, berderet bersama 3 desainer lainnya.
Bersama Doojoon, Hongseok
mengeluarkan potongan kertas-kertas itu yang menutupi sebuah kotak yang bagian
tengahnya terdapat sebuah tempat untuk mengangkat kotak tersebut.
“Seperti sejenis tas,” ujar Doojoon
yang disetujui oleh Hongseok.
“Cepat yang lain menjauh!” seruan
Changmin sontak langsung dituruti. Mereka dengan kompak mundur beberapa
langkah.
Doojoon juga sempat menjauh sampai
terduduk di aspal lapangan. Namun buru-buru ia kembali mendekat sambil membuka
tas yang tadi ia bawa, berisi perlengkapan untuk menjinakkan bom. Dibantu
Hongseok yang mengeluarkan kotak di dalam dus itu dan ia letakkan di atas aspal.
“Aku seperti pernah melihat kotak
seperti itu.” Euaerin berkata, pelan. Heecheol dan Lee Joon yang berada tepat
di samping Euaerin langsung menoleh.
“Kau yakin? Di mana?” Heecheol
menatap Euaerin, penasaran.
“Di barak.”
/klik/
Doojoon membuka kait pengunci kotak
tersebut.
“Itu hanya kotak make-up.” Tepat setelah Hyuna
menyelesaikan ucapannya, Doojoon membuka penutup kotak. Dan benar dugaan Hyuna.
“Kita mengkhawatirkan kotak yang hanya berisi make-up.” Hyuna langsung berjongkok di samping Doojoon untuk
mengintip lebih dalam kotak tersebut yang memang berisi peralatan make-up yang masih baru, karena masih
lengkap dengan plastik segelnya.
“Aku akan memanggil Yuri.” Lee Joon
langsung balik badan dan melangkah.
Changmin hanya menatap punggung Lee
Joon yang semakin menjauh dan menghilang di balik pintu aula. Saat menoleh
kembali, Changmin mendapati Euaerin sudah ikut berjongkok bersama Hyuna.
Melihat-lihat make-up sambil sesekali
dijelaskan oleh Hyuna.
“Waaah, ini merk mahal dan keluaran terbaru.”
Euaerin menatap Hyuna, takjub.
“Benarkah? Apa yang Yuri pakaikan padaku juga dari merk yang mahal?” Euaerin bertanya dengan tatapan polos. Selama
dikemiliteran jelas ia nyaris tidak menyentuk make-up.
Kali ini Hyuna sudah kembali berdiri
tanpa menanggapi ucapan Euaerin lagi. “Siapa sebenarnya Yuri itu?”
***
Jaehwan sudah memberikan tongkat ke
pada Jihoo, sementara Minho menerima tongkat yang diberikan Sungjae. Kini Jihoo
dan Minho akan memanjat dinding setinggi 2 meter. Setelah mereka turun, giliran
Jihyun dan Naeun yang bertarung. Keduanya akan menaiki tangga hingga lantai 4.
Di atas gedung Yuri dan Bora sudah menunggu, lengkap dengan tali pengaman yang
sudah dipasangkan. Keduanya akan meluncur menggunakan flying fox.
Lee Joon datang tepat ketika Yuri
serta Bora sudah meluncur. Ia langsung bergerak ke tempat Hyomin berjaga
bersama Yongguk. Lee Joon menangkap Yuri saat akan mendarat. Sementara Bora
jatuh ke pelukan Yongguk.
“Kau hebat, Bora!” seruan Yonghwa di
kejauhan langsung membuyarkan lamunan Yongguk dan Bora yang sempat saling tatap
untuk beberapa saat.
Lee Joon sempat menoleh sekilas saat
Yonghwa sudah mendekat. Lee Joon membantu melepaskan tali pengaman yang
dipasangkan di badan Yuri. “Apa kau sangat senang? Teriakanmu kencang sekali
tadi itu.”
“Itu bukan teriak, tapi ekspresi
kegembiraan.” Yuri tampak membela diri. Ekspresi wajahnya tampak puas.
“Yasudah, ayo ikut aku.” Lee Joon
memberikan tali yang tadi dipakai Yuri kepada Hyomin. Kemudian berjalan
mendahului Yuri, masuk ke dalam aula, lalu keluar melalui pintu depan menuju
lapangan.
Mereka langsung menoleh menyadari
Lee Joon datang tidak hanya seorang diri. Ada Yuri yang mengikutinya dari
belakang. Yuri sendiri langsung melangkah cepat bahkan sampai mendahului Lee
Joon ketika sadar jika ada sesuatu di tengah-tengah para Letnant dan Captain itu.
Yuri yakin ini ada hubungannya dengan dirinya karena Lee Joon sendiri yang
datang mencarinya.
“Apa ini paketmu?”
Mendengar Hyuna bertanya, Yuri
langsung memeriksa apa isi di dalam dus. Ia bahkan sampai memeriksa bagian luar
kardus yang masih tertera nama dan alamat rumahnya. “Kenapa bisa sampai ke
sini?” Yuri bicara sendiri. “Pasti perbuatan ayah.”
“Yasudah, kau boleh bawa paket ini
ke barakmu.”
Terdengar Changmin berbicara hingga
Yuri mendongak kearahnya bicara. Namun Yuri juga mendapati Changmin menyodorkan
selembar poster event yang juga atas
nama dirinya. Yuri mengambil benda itu dari tangan Changmin dan melihatnya
sekilas. Kemudian Yuri merobeknya menjadi dua bagian.
“Yak!” seru Lee Joon bahkan sampai
menahan tangan Yuri yang masih ingin merobek menjadi beberapa bagian lagi.
Dengan tegas Yuri menyingkirkan
tangan Lee Joon sambil berdiri dan menatap tajam ke arah Lee Joon. “Kenapa kau
menghentikanku? Ini semua sudah tidak ada gunanya!” Ada nada kekecewaan di
sana. “Ayahku mengirimku ke sini. Menghancurkan karya-karyaku dan membuat para
karyawanku kehilangan pekerjaan!” Yuri mendongak berusaha menahan air matanya.
Kekecewaannya sudah berada di puncak.
“Apa putri komandan ini seorang
desainer?” Hyuna berbisik kepada Euaerin yang langsung direspon dengan
anggukan.
“Kurasa begitu. Dia datang dengan
membawa banyak koper, pasti isinya pakaian hasil karyanya.” Euaerin lanjut
menjelaskan
“Dan ini..” Hyuna sengaja
menggantukan kalimatnya sambil menunjuk wajah Euaerin. “Hasil karyanya juga?”
dan Euaerin hanya tersenyum.
“Malam itu harusnya aku mengantarkan
pakaian-pakaian dari butik ke studio untuk dilakukan fitting oleh para modelku. Tapi aku justru diculik ke sini.”
Lee Joon mengepalkan kedua tangannya
saat mendengar cerita dari Yuri. Tidak hanya Gunwoo yang menyadari perilaku Lee
Joon, namun Changmin, Heecheol serta Hyuna juga bisa melihat jelas.
Hyuna langsung menepuk pundak Yuri,
mengalihkan pembicaraan. “Kau istirahat saja di barak. Sebentar lagi kegiatan
juga selesai.” Hyuna kemudian melempar tatapan ke Hongseok. “Tolong bawakan
paket ini ke barak.”
Hongseok mengangguk tegas sebagai
tanda bahwa ia siap menjalankan perintah. Ia kemudian mengangkat dus tersebut
dan membawakannya ke arah barak wanita yang terletak di bagian utara camp. Sementara Yuri masih bertahan di
tempat. Setelah Lee Joon sedikit mendorong tubuhnya untuk bergerak, barulah
Yuri mulai melangkah menyusul Hongseok.
Mereka mulai bubar. Tersisa Doojoon
yang masih membereskan tas hitam yang ia bawa tadi. Dan Lee Joon yang memungut
kembali poster yang sempat disobek Yuri di depan matanya.
“Apa tidak ada yang bisa kulakukan?”
Lee Joon berujar pelan. Bahkan nyaris seperti hanya sebuah bisikan. Namun tepat
saat Doojoon kembali menegakkan badannya.
“Kau bisa mengisolasi kertas itu,”
ujar Doojoon dengan wajah polos.
Lee Joon menoleh dengan tatapan
kesal. “Bukan itu maksudku.”
***
~Aula
Camp Militer~
Lee Joon dalam perjalanan menuju
aula, berjalan bersama Hongseok dan Kevin di samping kanan dan kirinya. Lee
Joon sempat mengawasi sekitar sebelum akhirnya mengajak Hongseok dan Kevin
untuk berhenti. Kebetulan juga suasana sekitar sudah agak sepi. Seluruh anggota
kemiliteran sudah berkumpul di aula untuk makan malam bersama.
“Aku membutuhkan bantuan kalian
untuk mengawasi Yuri.”
Tanpa ada suara protes, baik Hongseok
ataupun Kevin langsung mengangguk, tanda mereka siap melaksanakan perintah.
Tapi kemudian Hongseok berkata, “ku lihat
sore tadi Yuri bicara serius dan secara sembunyi dengan Seungjun dan Kogyeol.”
Lee Joon mulai merasakan sesuatu
tentang Yuri. Jelas ada yang akan dilakukan gadis itu. Terlebih setelah
kejadian siang tadi perihal paket atas nama Yuri. Lee Joon hanya mengangguk
sambil menepuk lengan Hongseok dan Kevin bergantian, mengisyaratnya ia
mempercayai kedua anak buahnya itu, sebelum akhirnya Lee Joon melesat duluan
menuju aula.
Sementara suasana di dalam aulapun
sudah ramai yang sibuk berbincang sambil menikmati makan malam. Terdengar pula
suara dentingan yang berasal dari sendok dan piring. Agar tidak menimbulkan kecurigaan,
Hongseok memilih ke arah berlawan dengan Lee Joon dan Kevin yang langusng
menantri untuk mengambil makanan. Hongseok menuju meja yang dipenuhi minuman
sambil mengawasi sekitar dan tatapannya jatuh pada Kogyeol di kejauhan yang
sedang makan bersama beberapa anggota lain. Sementara Kevin menangkap sosok
Yuri yang juga sedang makan bersama anggota wanita.
Lee Joon membawa piring makanannya
menuju kursi kosong dan berada di satu meja yang ditempati oleh Changmin,
Yunho, Doojoon, Heecheol dan Doojoon.
“Kemana saja, Captain?” tegur
Heechol yang duduk di sebelah kursi Lee Joon.
“Apa kau sudah sangat merindukanku?”
goda Lee Joon dengan tatapan jahil. Sesaat sebelum menikmati makan malamnya.
Yonghwa tampak memunculkan diri,
berdiri sedikit dibelakang Changmin yang juga duduk tepat berseberangan dengan
Lee Joon. “Waaah, itu Euaerin? Cantik sekali dia.”
Mendengar suara Euarin disebut,
sontak Changmin menegakkan badan, mencari sosok yang dimaksud. Sementara yang
lain justru lebih tertarik melihat reaksi Changmin yang sontak menyulut tawa.
Terlebih melihat kejahilan Yonghwa yang kini justru sudah melesat pergi setelah
berhasil mencuri sepotong daging dari piring milik Changmin. Merasa ada yang
aneh, karena ia juga tidak melihat Euaerin, Changmin menatap satu-persatu
rekannya selama beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan kembali melanjutkan
makan. Namun itu justru semakin membuatnya menjadi bahan tertawaan karena
Changmin tidak menyadari jika Yonghwa mencuri makanannya.
***
Usai makan malam, aula masih tampak
ramai. Karena mereka melakukan kegiatan malam berupa seminar kesehatan oleh
Yonghwa, Himchan dan Jaehyo selaku dokter di kemiliteran, serta dibantu
beberapa mahasiswa kedokteran. Di sisi lain, Kogyeol diam-diam meningalkan aula
melalui pintu depan, sementara Seungjun melalui pintu belakang. Keduanya tidak
tahu jika Kevin mengawasi mereka. Setelah itu Kevin ikut beranjak meninggalkan
aula. Sementara Hongseok mengawasi dari belakang aula. Kebetulan ia mendapat
giliran jaga area outbond bersama
Rowoon, Myungsoo serta Dongwoon.
“Bisa minta bantuannya sebentar
salah satu dari kalian?” Tanya Seungjun saat tiba di area outbond.
Hongseok yang semula duduk, langsung
berdiri. “Bantuan apa?” secara tidak langsung ia menawarkan diri. Kebetulan
pula memang Seungjun sedang dalam pengawasannya.
“Ikut aku.”
Tanpa pikir panjang, Hongseok
langsung menyusul tubuh janggung Seungjun yang sudah melesat pergi duluan.
Mereka berjalan mengarah ke pintu masuk menuju aula, kemudian berbelok dan
mengambil jalan melalui gedung dapur, tepat di belakang aula. Di sana tampak
Kevin berdiri sambil menempelkan ponsel ke telinganya. Saat Hongseok melintas,
Kevin melempar tatapan dan sedikit memberi isyarat dengan mengangguk sedikit.
Kevin tidak benar-benar sedang menelepon seseorang saat itu. Namun dengan cepat
tangan Kevin mengirim pesan kepada Lee Joon.
***
Minho dan Junkyu tampak berdiri dari
sebuah kursi kayu saat melihat kedatangan Yuri bersama Kogyeol serta Jihoon. Melihat
Yuri membawa sebuah dus berukuran sedang, Minho langsung mendekat dan
berinisiatif membantu.
“Terima kasih,” ujar Yuri.
Sementara Minho hanya membeku. Terlebih
Yuri juga melemparkan senyum tipis padanya. Menyadari kejadian itu, Kogyeol
dengan sengaja sedikit menubruk pundak Minho sambil melangkah ke arah Junkyu.
Jihoon menyusul di belakang Kogyeol. Yuri juga melangkah kemudian, melewati
Minho.
“Kau yakin, noona?” Kogyeol
terdengar bertanya.
Yuri terlihat menghembuskan
napasnya, berat. “Itu semua sudah tidak berguna untukku sekarang. Tolong lakukan
saja permintaanku. Sopirnya sudah menunggu.”
Kogyeol mengangguk sambil saling
melempar tatapan ke arah Jihoon dan Junkyu yang langsung menyiapkan tali untuk
dilempar ke balik tembok yang memiliki tinggi sekitar 2 meter. Sementara itu
dari kejauhan tampak terdengar langkah kaki.
“Siapa?” Yuri tampak panik karena
melihat bayangan 2 orang yang juga melangkah semakin mendekat.
Kogyeol hanya melirik sekilas,
memastikan siapa yang dating. “Itu Seungjun. Dia mengajak seseorang lagi.”
Kogyeol berujar sambil sibuk mengurus tali. Dirasa ikatan sudah kencang,
Kogyeol menoleh. Tatapannya jatuh ke arah Seungjun yang bersama Hongseok. “Siapa
yang mau jadi relawan?” Kogyeol mengeluarkan senyuman jahil.
“Oke, aku.” Tanpa pikir panjang,
Hongseok mengajukan diri.
Sementara Jihoon langsung membantu
memasangkan pengait tali pada Hongseok. Kogyeol sendiri ternyata menyiapkan 2
tali. Dan satu orang lagi yang akan menemani Hongseok memanjat tembok adalah
Minho. Tidak terlalu sulit untuk keduanya memanjat dan pindah ke balik tembok
tinggi itu.
“Kalian baik baik saja?” Junkyu
berteriak. Tepat ketika Minho dan Hongseok mendaratkan kakinya.
Minho dan Hongseok sambil saling
tatap, kemudian sama sama mengangguk. “Oke, lemparkan kardusnya.” Minho yang
membalas teriakan Junkyu.
Seungjun langsung menaiki kursi
kayu. Kogyeol memberikan salah satu kardus ke pada Seungjun. Dengan tubuh tingginya
itu, ia mengangkat kardus dan sedikit melemparnya ke luar.
“Itu dia!” seru Hongseok yang
langsung bersiap menerima karus yang dilepaskan Seungjun dari dalam itu. Hanya berlangsung
selama beberapa menit, semua kardus yang berjumlah sekitar 8 kotak itu sudah
berpindah ke luar camp.
Kogyeol lalu ikut menaiki kursi,
berdiri di samping Seungjun. “Kalian masih membutuhkan bantuan lagi?”
Dengan sigap, Hongseok mengangkat
tangannya di depan Minho agar pemuda itu tidak mengeluarkan suara. Jelas Minho
langsung melempar tatapan protes. Namun Hongseok tidak terlalu ambil pusing
atas reaksi Minho tadi. Terlebih ada sebuah mobil pick-up yang mendekat.
Hongseok berdiri menghadap ke arah
tembok. “Mobilnya sudah tiba. Kalian bisa pergi saja. Nanti kami akan kembali
lewat jalan depan.”
“Oke!”
Setelah mendapat suara kepastian
dari seberang sana, Minho bersiap kembali mengangkat kardus. Sementara Hongseok
justru berjalan mendekati sopir mobil yang tampak turun dari mobilnya.
“Kami ganti rencana. Maaf tidak jadi
memakai jasamu.” Hongseok menunduk sopan. Ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari
dalam saku celananya. Sebuah amplop coklat yang ia berikan kepada sopir
tersebut.
Minho terus memperhatikan gerak
gerik Hongseok. Merasa semakin tidak beres, Minho kembali meletakkan kardus
ditangannya ke atas tanah. Minho melangkah mendekat. Sopir mobil tadi sudah
kembali ke dalam mobilnya. Sesaat sebelum Minho menarik bagian leher seragam
yang dikenakan Hongseok.
“Apa maksudmu? Lalu akan kau apakan
barang-barang ini? Apa kau tidak menghargai permintaan anak komandan?” Kilatan
mata Minho tampak menyala.
“Aku hanya menjalankan perintah
captain J.”
“Apa?”
Hongseok menekan sesuatu yang
menggantung di telinganya. “Misi clear.
Aku akan tunggu di lokasi.” Hongseok berujar tanpa melepas tatapan terhadap
Minho. Ternyata sejak tadi Hongseok menggunakan earpiece yang menghubungkannya dengan Kevin.
Belum sempat Minho kembali
melancarkan protes, sorot lampu mobil yang sengaja dibuat berkedip
menginterupsi keduanya. Tidak lama mobil tampak berhenti dan memunculkan Kevin
bersama Junyoung dari dalamnya.
***