Author : N-Annisa [@nniissaa11]
Cast :
Ko Hojung, Park Dan-A, Park Sejun, Hong Eunji
Genre :
romance
Lenght : one
shoot
***
Suara deru mesin motor saling bersautan, diiringin debu
yang terkena hempasan ban yang menggesek tanah merah. Cowok bernomor urut 11
itu tanpa ampun melibas tanah yang dilaluinya. Konsentrasinya harus terpecah
antara balapan dan kehidupan pribadinya. Baru malam tadi ia berpisah dengan
kekasihnya yang sudah ia pacari lebih dari 5 tahun. Lantaran orang tua Eunji
tidak merestui mereka.
Suasana riuh terdengar setelah Hojung berhasil mencapai
finish di urutan pertama. Namun sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Motor
yang dikendarai Hojung hilang kendali. Hojung masih melaju kencang sampai
akhirnya Hojung terpaksa melompat dan membiarkan motornya tanpa kemudi sampai akhirnya
berhenti karena menabrak sebuah pohon besar. Sementara Hojung sendiri mengalami
sedikit cedera pada kaki dan pergelangan tangan. Dengan sigap, tim medis
langsung mengurus Hojung agar segera mendapatkan perawatan.
Setelah mendapatkan perawatan selama seminggu, hasil
pahitpun didapatkan Hojung. Kecelakaan saat pertandingan tersebut membuat
cedera lama di kakinya kembali lagi. Bahkan menjadi semakin parah. Dengan
terpaksa dokterpun memvonis Hojung tidak bisa menjalani balapan lagi. Belum
kelar menata hati karena hubungan percintaannya kandas, kini Hojung harus
menghadapi nasibnya yang sudah tidak bisa balapan. Dan belum lagi ia masih
memiliki tanggungan lain, harus membiayai kuliah adiknya, Yebin.
***
Dunia entertainment sedang berduka setelah berita
meninggalkan seorang model cantik akibat kecelakaan. Suasana kelampun masih
mewarnai X entertainment, agensi tempat model cantik tersebut bernaung. Belum
lagi mereka sedang mempersiapkan projek besar yang melibatkan beberapa model
terkenal dari beberapa agensi.
Sementara di salah satu sudut ruangan, seorang staf
agensi –Park Dana—sedang menikmati kesendiriannya. Wanita cantik itu dipilih
sepihak oleh CEO Jung untuk menggantikan model yang meninggal dunia itu sebagai
model. Padahal selama ini Dana adalah perancang busana dan makeup artist di
agensi tersebut. Alasannya adalah karena para model yang mereka miliki sedang full job. Belum lagi Dana sebenarnya
adalah seorang model saat remaja. Namun ia memilih banting stir karena ada
kejadian tidak mengenakkan saat menjadi model dulu. Ada seorang pria yang ia
pergoki berada di toilet wanita yang sama dengannya. Orang itu adalah Hojung.
Mantan pembalap motocross yang mengalami cedera. Mereka sebenarnya adalah
sama-sama model remaja saat SMP dan berteman baik sejak kecil. Namun kini
hubungan keduanya sangat renggang.
Dana mematikan ponselnya. Sudah terlalu kesal dengan
perintah seenaknya dari CEO, ditambah lagi berita tentang mantan kekasihnya,
Sejun, yang kini telah resmi kembali menggandeng seorang model cantik.
Banyaknya komentar dukungan dari para fans untuk Dana. Bukannya tidak
menghargai cinta yang fans berikan. Hanya saja para fans justru membuka kembali
luka lamanya karena Hojung. Fans justru lebih setuju jika Dana bersama Hojung
karena saat remaja dulu mereka adalah pasangan model remaja yang memiliki
banyak fans. Belum lagi keduanya juga sempat di pasangkan dalam sebuah film
sebelum akhirnya baik Dana maupun Hojung meninggalkan dunia modeling dan
memilih jalan masing-masing.
***
Hari ini adalah hari dimana Dana kembali menjalani
kehidupannya sebagai model. Semua staf dari beberapa agensi itu sudah berkumpul
di stasiun. Mereka akan naik kereta menuju lokasi yang berada di pinggir kota.
Model dan staff ditempatkan di gerbong berbeda. Dana siap melangkahkan kakinya
untuk masuk ke pintu gerbong, namun tangan seseorang menahannya. Dengan cepat
Dana menoleh.
“Yebin?” ujar Dana.
Tanpa menjawab, Yebin sudah lebih dulu memeluk Dana.
“Eonnie jangan bersedih. Aku tidak tahu harus bagaimana menghibur kalian.”
Dana hanya diam mendengarkan semua ucapan Yebin. Yebin
adik kandung Hojung. Dana cukup akrab dengan gadis ini meski rasa bencinya
terhadap Hojung sama sekali belum memudar. Namun ada yang lain dari ucapan dan
nada bicara Yebin.
“Hojung oppa tidak bisa balapan lagi. Oppa kecelakaan dan
cedera kakinya kambuh. Eonnie tolong maafkan oppa-ku.” Perlahan Yebin
melepaskan pelukan dan berbalik pergi. Belum sempat Dana menahannya, mata Dana
menangkap sosok Sejun yang menaiki gerbong dari pintu satunya.
Dana hanya memegangi kepalanya. Belum selesai ia mengerti
maksud ucapan Yebin, kini ia justru dihadapi kenyataan lain jika Sejun terlibat
projek yang sama dengannya. Dana memaksakan kakinya melangkah masuk. Tepat saat
Sejun baru saja duduk di samping seorang wanita. Dana berhenti tepat di sebelah
Sejun.
“Oh, hai.” Sejun berusaha menyapa dengan ramah.
Dana hanya menunjukkan raut wajah datar. “Ini tempatku.”
“Lalu jika ini tempatmu, aku akan membiarkanmu duduk di
sebelahku?” wanita di samping Sejun yang membalas ucapan Dana. Hong Eunji.
Wanita yang Dana ketahui adalah mantan kekasih Hojung.
Kepalanya semakin terasa sakit. Tak ingin beradu
argument, Dana menebut selembar tiket di tangan Sejun dan menukarkan dengan
miliknya. Kursi Sejun ternyata tepat di belakangnya. Dana langsung duduk di
kursi dekat jendela sambil sesekali tetap memijat-mijat keningnya.
“Kenapa mereka harus di sini juga.” Dana menggumam pelan
sambil memejamkan mata. Ia bahkan tidak terlalu peduli saat seorang pemuda
berpakaian serba hitam dengan topi, masker serta kacamata yang semuanya hitam,
duduk di sampingnya.
***
Pagi itu saat turun dari bus bersama Yebin, Hojung
langsung mengenakan topi, kacamata hitam dan masker untuk menutupi sebagian
wajahnya. Yebin sendiri hanya terkekeh geli melihat kelakuan kakaknya.
“Jangan khawatir, aku akan selalu mendukung semua yang
oppa lakukan. Baik sebagai pembalap, ataupun model.” Yebin menggamit manja
lengan Hojung. Ia mengantar kakaknya sampai di stasiun.
Saat
Hojung mendekati staf agensi tempat Dana bekerja, Yebin justru melangkah ke arah
lain. Setelah urusannya selesai, Hojung baru sadar jika Yebin tidak
membuntutinya lagi. Namun kekhawatirannya segera sirna begitu ia mendapati
sosok Yebin berjalan kearahnya. Namun fokusnya justru pada seseorang yang
berada di belakang Yebin.
“Dana?”
Yebin
mengangguk meski sebenarnya Hojung bicara sendiri.
“Semoga
kalian segera baikan, oke?” Tanpa mempedulikan sikap Hojung, Yebin lebih
memilih segera meninggalkan Hojung.
Hojung
sendiri langsung naik ke atas kereta. Ia bahkan sempat menyaksikan bagaimana
sikap Eunji terhadap Dana tadi. Namun raut wajah Eunji berubah saat menyadari
siapa sosok yang berdiri di belakang Dana tersebut meski Hojung melakukan
penyamaran. Sejun yang bingung, jelas menuntut penjelasan dari Eunji. Sementara
Hojung lebih memilih tidak mempedulikan keduanya dan duduk di samping Dana.
Di balik kacamata hitamnya, Hojung sama sekali
tidak melepaskan pandangan terhadap Dana. Dana mungkin tidak memiliki tubuh
yang tinggi seperti Eunji, namun wajah polosnya mampu menyihir Hojung untuk
tidak berpaling ke arah lain. Sudah beberapa tahun mereka tidak berada dalam
jarak dekat seperti ini meski Dana berhubungan baik dengan adiknya, Yebin.
Keduanya lebih memilih saling menghindar jika tidak sengaja bertemu. Hojung
sengaja melepaskan kacamata hitamnya, namun tak sedikitpun melepaskan tatapan
terhadap Dana.
Dana
membuka matanya sesaat hanya untuk memastikan siapa yang menjadi teman
seperjalanannya selama di kereta. Dana justru melebarkan matanya, menatap
Hojung tidak percaya. Terlebih Dana juga teringat perkataan Yebin sebelum ini.
Rasa
penasarannya terhadap keberadaan Hojung di sana terkalahkan dengan rasa
khawatirnya. Dana meraih pergelangan tangan kiri Hojung. Ia menemukan tangan
Hojung dibalut perban coklat. Dana bahkan tidak mempedulikan Hojung meringis
karena kesakitan.
Sementara
di kursi depan mereka, Eunji tampak khawatir setelah mendengar jeritan Hojung.
Namun ia tidak bisa melakukan apa-apa karena tatapan Sejun yang seakan
menguncinya. Eunji tidak bisa berkutik dan hanya berpura-pura tidak terjadi
apa-apa dengannya.
***
Dana turun dari kereta, kemudian mengambil kopernya yang
tadi berada di gerbong barang. Hojung sengaja terus mengekor Dana. Hanya
memperhatikan Dana yang sedikit kerepotan karena membawa koper dan ransel.
Karena Hojung yakin mungkin tidak akan menerima bantuannya.
Seluruh staf dan model berkumpul di satu titik sebelum
akhirnya melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju penginapan. Dana
baru menyadari jika Hojung selalu dibelakangnya. Dengan sengaja gadis itu
berhenti dan berbalik dengan tatapan tajam untuk Hojung.
“Kenapa tidak bergabung dengan yang lain?”
“Tidak ada yang aku kenal selain dirimu.” Hojung menjawab
santai.
“Setidaknya kamu bisa bersama Sejun.”
Hojung menunjukkan wajah tak suka saat Dana menyebut nama
Sejun. Sebenarnya pemuda itulah yang membuat hubungan pertemanannya dengan Dana
menjadi hancur. Namun Hojung tidak ingin Dana tau sekarang sebelum ada bukti
yang jelas. “Aku tidak sudi mengenalnya.” Hojung sedikit mempercepat langkahnya
mendahului Dana. Namun tidak berlangsung lama. Hojung berpura-pura mengikat
tali sepatunya agar Dana kembali menyusul dan ia bisa kembali mengikuti Dana
dari belakang.
Setelah sampai di penginapan dan pembagian kamar, seluruh
orang yang terlibat hanya diijinkan membawa sebagian barang untuk keperluan
projek. Mereka akan sedikit masuk ke dalam hutan dan sampai di tepi bukit.
Begitu sampai, ternyata sudah ada staf lain yang menyiapkan tenda. Sebelumnya
tiap agensi dibagi dalam beberapa kelompok kecil.
“Aku berada satu agensi denganmu.” Hojung menjawab
tatapan sinis Dana bahkan sebelum gadis itu melempari pertanyaan karena Hojung
tidak pernah terlepas darinya.
“Ah, kenapa kita harus satu kelompok dengan agensinya
Dana?”
Hojung menoleh saat mendengar suara Eunji mengeluh.
Dilihatnya Sejun seperti sedang memberikan dukungan terhadap Eunji. Mereka
terlihat sangat dekat dan akrab. Namun saat menoleh ke tempat Dana, gadis itu
justru sangat tidak mempedulikan keberadaan Eunji dan sibuk sendiri dengan
ponselnya.
***
Sudah hampir siang mereka baru tiba di lokasi, tidak jauh
dari sungai kecil yang airnya jernih. Tidak jauh dari sana, dibangun tenda
tenda untuk istirahat atau bermalam jika pekerjaan belum selesai. Kembali,
mereka dibagi beberapa kelompok untuk menempati tenda. Karena model yang
terlibat hanya 4 orang, jelas saja Dana berada satu tenda dengan Eunji. Sejun
tampak bergabung dengan staf lain, sementara Hojung lebih memilih meletakkan
barang bawaannya di tikar yang digelar di bawah pohon besar.
Salah seorang staf menghampiri Hojung sambil memberikan
pakaian dan sekotak makan siang. Hojung hanya mengangguk sopan sambil tersenyum
saat menerima barang pemberian staf.
Saat Hojung hampir menyelesaikan makan siangnya, Dana
tampak memunculkan diri dari dalam tenda. Gadis itu bahkan sudah berganti
pakaian. Gaun panjang berwarna putih dengan ornament biru muda di beberapa
tempan membuat Dana terlihat sangat mempesona. Dana duduk di sebuah kursi untuk
diberi makeup pada wajahnya. Saat beberapa staf berlalu lalang didepannya,
Hojung berusaha mencari celah agar tidak kehilangan moment untuk melihat Dana.
Sampai akhirnya, salah seorang staf menegur Hojung untuk segera mengganti
pakaiannya. Hojung hanya tersenyum canggung. Sedikit malu mendapati dirinya
kepergok seperti itu. Namun beruntung Dana tidak menyadari apa yang terjadi
terhadap Hojung.
Karena tidak tahu harus berganti pakaian di mana, Hojung
seenaknya melepaskan pakaian. Membuat badannya yang atletis menjadi tontonan
gratis para staf, terutama bagi staf perempuan di sana. Hojung tidak
mempedulikannya, ia terus berganti pakaiannya dengan jas berwarna putih. Tampak
serasi dengan yang dikenakan Dana. Ada oranamen biru muda juga di beberapa
bagian tertentunya.
Dengan terpaksa Dana menggamit lengan Hojung saat mereka
akan menuju lokasi pemotretan di tepi sungai dengan air yang jernih. Rambut
Hojungpun tampak sudah tertata rapih. Berbeda dengan penampilannya sebelum ini.
Set lokasipun dibuat seperti tengah berada pada musim salju.
“Sudah lama aku tidak berfoto seperti ini. Mungkin terasa
sedikit mudah karena yang menjadi pasanganku adalah dirimu.”
Dana tampak sibuk merapihkan pakaiannya, tanpa melirik
Hojung sedikitpun. “Harusnya kamu berpasangan saja dengan Eunji.”
“Kenapa? Agar kamu bisa berpasangan dengan Sejun?” Hojung
melemparkan pertanyaan pada Dana yang kini melihat ke arah Eunji yang sedang
berfoto dengan Sejun di titik lokasi yang sedikit berjauhan. Eunji tampak
elegan dengan gaun berwarna hijaunya. “Aku tidak akan membiarkan itu terjadi.”
Hojung berdiri semakin dekat dengan Dana karena sebenarnya pemotretan akan
segera dimulai.
Dana menoleh dan mendapati tatapan Hojung tidak pernah
terlepas pada dirinya. Dana tersenyum meremehkan. “Bukankah harusnya kamu tidak
membiarkan Eunji dan Sejun…” Ucapan Dana terputus karena Hojung mendekatkan
wajahnya. Namun sialnya Dana tidak bisa menghindar karena mereka sudah berada
dalam pemotretan.
Hojung membenarkan letak rambut Dana yang sedikit
berkibar karena hembusan angin. “Aku sudah tidak peduli dengan Eunji.”
“Kenapa? Karena kamu tidak berhasil melihat ba…”
Hojung menarik pinggang Dana hingga membuat kalimat gadis
itu kembali terputus. Tatapannya tajam menusuk ke dalam mata Dana. Jelas dia
cukup marah dengan arah ucapan Dana. Hojung berusaha meredam amarahnya, namun
belum berhasil.
“Lalu apa yang kau inginkan dari laki-laki yang secara
tidak langsung melecehkanmu itu?”
“Laki-laki seperti apa yang kamu maksud? Seperti kamu?”
Dengan gerakan sedikit kasar, Hojung memutar badan Dana
hingga kini ia berhasil memeluk Dana dari belakang. Jelas terasa gerakan Dana
seakan meminta Hojung untuk melepaskannya. Namun bisa dipastikan tenaga Hojung
jauh lebih kuat. Dana tidak bisa berkutik dalam pelukannya.
“Sekeras apapun aku berusaha menjelaskan bahwa bukan aku
yang melakukan itu. Bukan aku yang mengintipmu saat berganti pakaian. Kamu
tidak akan percaya apapun yang aku katakan.” Hojung bicara tepat di samping
telinga Dana. Bisa dipastikan hanya gadis itu yang mendengarnya. “Kalau begitu
kenapa tidak diteruskan saja. Apa yang akan kamu lakukan terhadap laki-laki
seperti aku?” tangan Hojung sudah melingkar kuat di pinggang Dana. “Laki-laki
yang kamu pikir sudah melihat tubuhmu itu. Menikah dengannya?”
Dana terdiam. Darahnya terasa mendidih seakan
dipermainkann. Setelah itu tidak ada yang bicara lagi karena Dana harus
berganti Pakaian berikutnya. Sebuah gaun berwarna mint dan putih. Kali ini mereka akan turun ke sungai. Hojung
berpose dengan membuka jasnya dan dia sampirkan di pundak. Sementara Dana
bersandar di punggung Hojung. Bahkan tanpa sadar kini giliran tangan Dana yang
melingkar di pinggang Hojung. Entah apa yang ia pikirkan. Rasanya Dana justru
seperti tidak ingin berjauhan dengan Hojung. Apakah yang diucapkan laki-laki
itu ada jalan keluar terbaik. Toh semisalkan mereka menikah, Hojung tetap akan
bisa melihat tubuh Dana. Tidak perlu dengan bersembunyi. Saat mendapati Sejun
melintas bersama Eunji, Dana justru semakin mengeratkan pelukannya terhadap
Hojung. Sejujurnya Dana selalu mendengar cerita tidak bagus dari Yebin tentang
Eunji. Rasanya puas melihat Eunji melihatnya dengan tatapan tidak suka. Ia
berniat menceritakan hal tersebut pada Yebin. Karena Eunji jelas terlihat
cemburu, namun harus ia tahan karena kini Eunji sudah bersama Sejun.
Hojung sedikit menoleh kebelakang dan berbisik. “Apa kau
ingin membuat Sejun cemburu?” Hojung menarik lengan Dana yang masih melilit
pinggangnya. Membuat semakin tidak ada celah diantara mereka berdua.
***
Pemotretan belum berakhir. Setelah makan malam, Dana dan
Hojung kembali berganti pakaian. Projek ini harus segera diselesaikan. Karena besok
masih banyak kostum-kostum yang mengantri untuk digunakan. Thema kali ini
didominasi warna silver berpadu biru muda. Dana juga menggunakan riasan wajah
yang sedikit rumit, ditambah mahkota Kristal menghiasi rambut panjangnya yang
dibuat bergelombang. Lokasi yang mereka gunakan saat ini adalah lahan terbuka
dengan latar belakang langit penuh bintang. Lampu kelap-kelippun menjadi hiasan
penunjang untuk pemotretan.
“Fans mereka pasti mengira keduanya melakukan pemotretan
untuk pre-wedding.” Terdengar gurauan dari salah satu photographer kepada salah
seorang staf.
Namun Dana dan Hojung ternyata mendengar candaan dari
photographer tersebut yang sukses membuat pipi keduanya terasa panas. Hojung
dan Dana melakukan beberapa pose sesuai dengan arahan staf dan photographer.
Setelah hampir satu jam, pemotretanpun berakhir. Sebagian staf sibuk
membereskan semua perlengkapan yang dipakai. Beberapa sisanya kembali ke
perkemahan.
Setelah berganti pakaian, Hojung tampak sedikit
berkeliling. Suasana perkemahanpun mulai sedikit sepi karena memang hari juga
mulai beranjak malam. Namun masih ada satu lampu menyala dan menyorot ke arah
sungai yang memang berada tidak jauh di samping perkemahan.
Hojung
melangkah ke tepi sungai tempat Dana berada seorang diri. Gadis itu sedang
membersihkan wajahnya dari makeup. Hojung berjongkok tepat di samping Dana,
lalu mengambil air menggunakan tangan dan membasuh wajahnya.
“Waaah,
segarnya.”
Dana
tidak terlalu merespon keberadaan Hojung. Gadis itu kini tampak sedang
mengeringkan wajah menggunakan handuk. Kemudian Dana membereskan peralatannya
untuk mencuci muka sebelum akhirnya ia berdiri dan bersiap kembali ke
perkemahan.
Mata
Hojung mengikuti arah gerakan Dana yang berdiri dan bersiap meninggalkan
sungai. “Sepertinya kita tidak kebagian jatah tenda.”
Dana
menoleh dan mendapati Hojung masih bermain-main dengan air sungai yang jernih.
“Oh, Sejun mengusirmu? Baiklah aku akan coba tanyakan staf lain agar menyiapkan
tenda lain untukmu.” Cepat-cepat Dana kembali berbalik dan meneruskan langkah.
Namun Hojung tak kalah cepat dengan mengejar Dana dan menahan tangan gadis itu
saat telah tiba di sekitar perkemahan.
“Bukan
itu maksudku. Tapi..” Hojung tidak melanjutkan ucapannya karena baik dirinya
maupun Dana kini terpaku karena melihat ransel milik Dana justru berada di luar
tenda. “Tapi kita sama-sama terusir.” Sejenak tidak ada yang bersuara membuat
suasanya semakin sangat hening.
Dana
hanya menghembuskan napas dengan keras. Belum lagi ia dan Hojung juga menemukan
sepasang sepatu laki-laki di depan tenda yang seharusnya ditempati Dana bersama
Eunji. Sedetik kemudian gadis itu sudah menyambar ranselnya dan membawanya ke
tikar yang berada di bawah pohon, tempat Hojung meletakkan barang-barang
miliknya.
Hojung
berinisiatif untuk membakar rantin-ranting kayu yang memang sudah disediakan
untuk membuat api unggun. Tidak lama, Dana mengambil tempat tepat di samping
Hojung. Duduk di atas rerumputan.
“Menurutmu apa yang membuat kita bermusuhan?” Hojung
bertanya namun tetap focus pada kegiatannya membakar ranting.
Dana terdiam.
“Kau tidur saja. Besok kita masih banyak kegiatan hingga
sore.”
Dana bangkit, berdiri. Ia menuruti perkataan Hojung.
Namun pemuda itu sama sekali tidak merubah posisinya. Entahlah, Hojung hanya
merasa tidak ingin mengganggu Dana untuk sementara. Api unggun semakin
membesar, membuat tubuhnya kini menjadi lebih hangat. Hojung akhirnya
membalikkan badan, sambil berfikir akan tidur di mana dirinya malam ini.
Ternyata Dana menyiapkan sleeping bag untuk Hojung tidur disebelahnya. Sementara Dana
sendiri tampak sudah terlelap. Hojung melangkah mendekat, ia membuka jaketnya
dan ia lebarkan di atas badan Dana yang terbungkus sleeping bag. Perlahan Hojungpun masuk ke dalam sleeping bag-nya tanpa sedikitpun
melepaskan pandangannya terhadap Dana. Memastikan tidak ada yang mengganggu
gadis itu. Namun langkah seseorang membuat Hojung harus mengalihkan fokusnya
untuk sementara. Hojung menajamkan penglihatannya sampai wajah pemuda itu
terlihat dengan jelas. Itu Sejun. Hojung duduk dengan posisi kaki sudah berada
di dalam sleeping bag. Sejunpun mengambil tempat diantara Hojung dan
api unggun. Hojung memasang sikap siaga untuk menjaga Dana dari Sejun.
Sejun tersenyum penuh arti. “Tidak perlu bersikap seperti
itu. Atau karena aku merebut Eunji darimu?”
Giliran Hojung yang mendapat kesempatan menunjukkan
senyumannya yang mengejek. “Aku tidak peduli dengan Eunji karena aku tidak
pernah mencintai gadis itu. Lagipula, untuk apa kau ke sini? Sana kembali ke
tenda kalian.” Hojung segera berbaring kembali, kali ini sambil menghadap ke
arah Dana secara terang-terangan di hadapan Sejun. Pemuda itu sudah tidak
peduli lagi terhadap Sejun yang juga mantan kekasih Dana.
“Tapi kalian berpacaran sampai 5 tahun.”
“Karena kau membuat Dana membenciku selama itu juga.”
Hojung bicara tanpa melepaskan pandangannya ke wajah damai Dana yang tertidur
pulas.
Sejun melebarkan matanya menatap punggung Hojung. “Aku?”
Hojung mengulurkan tangannya hendak menyentuh pipi Dana,
sesaat tidak mempedulikan keberadaan Sejun, namun ia kurungkan niatnya
tersebut. Ini bukan sedang dalam pemotretan, dimana Hojung bisa memeluk Dana
dengan penuh kehangatan.
“Atau kau ingin aku mengakuinya di depan Dana?”
Sontak Hojung menoleh dengan cepat. “Untuk apa? Ke mana
saja kau selama ini?”
“Aku menyesal. Sejujurnya aku juga tidak sengaja
melakukan itu. Karena..” Sejun memberi jeda sesaat pada kalimatnya. “Karena
kau. Kau selalu membanding-bandingkan Eunji dengan Dana. Eunji pikir, apa
bagusnya Dana di banding dia. Kenapa kau tidak pernah melihat Eunji
sedikitpun.”
“Karena aku tidak
mencintai Eunji. Kami berpacaran juga karena Eunji yang memaksaku.” Hojung
menghembuskan napas, berat. Bagaimana jika Dana ternyata mendengar semua,
pikirnya. Karena ia juga tidak bisa mengusir Sejun begitu saja hanya karena
merasa terpojok.
Sejun menatap tubuh Dana yang terbungkus sleeping bag. Namun fokusnya tidak di
sana. “Tidak mencintai Eunji karena kau mencintai Dana, kan?”
“Tapi Dana memebenciku.”
“Karena diriku, kan?” Sejun sudah hampir beranjak
mendekat ke Dana.
Dengan tidak kalah sigap, Hojung bagkit untuk menghalangi
Sejun. “Kembali ke tendamu bersama Eunji.” Dengan sedikit kasar, Hojung
mendorong tubuh Sejun yang sedikit lebih tinggi darinya itu. “Jangan membuat
Eunji salah sangka terhadapmu dan Dana. Cukup lakukan pekerjaanmu dengan
benar.”
“Sejun?”
Dua pemuda itu ikut menoleh ke arah sumber suara. Eunji
muncul dengan wajah bingung. Sejun segera berjalan mendekekati gadis itu.
“Kenapa kau bangun? Aku hanya pergi ke toilet tadi, dan
mengobrol sebentar dengan Hojung.” Sejun merangkul pundak Eunji sambil membawa
gadis itu untuk berbalik dan kembali ke tenda. Setelah beberapa langkah, Sejun
sempat kembali melirik Hojung sesaat, tepat saat Eunji baru saja masuk ke dalam
tenda. Sejunpun menyusul kemudian.
Hojung akhirnya bisa bernapas lega, setelah Sejun dan
Eunji benar-benar menghilang dari pandangan. Pemuda itu hendak kembali
membaringkan diri di samping Dana. Namun posisi Dana sudah berubah, kini gadis
itu berbalik memunggungi Hojung. Hojung berbaring dan mendekatkan tubuhnya
menjadi sedikit lebih rapat dari Dana.
“Apa kamu dengar semua pembicaraanku dan Sejun?” Hojung
berujar pelan. Tidak yakin Dana sebenarnya sudah tertidur pulas sejak tadi.
Hojung menatap hampa punggung Dana yang kemudian tampak
bergetar pelan. Tanpa sepenglihatan Hojung, air mata Dana mengalir. Tapi
sebenarnya pemuda itu menyadari jika Dana mendengar semua. Dana hanya
berpura-pura tetap tertidur agar tidak mengacaukan semuanya. Dan gadis itu
menangis.
“Menangislah sepuasmu.” Hojung melingkarkan tangannya ke
tubuh Dana. Tangisan Dana membuat gadis itu tidak sanggup memberontak pelukan
Hojung. “Tapi setelah ini, aku tidak akan membiarkanmu menangis karena
laki-laki lain.”
***
Dua
minggu berlalu sejak projek pemotretan berakhir. Dana kembali ke aktifitas
rutinnya di kantor. Sementara Hojung memilih bekerja di bengkel karena dirinya
sudah tidak memiliki harapan besar untuk kembali balapan.
Namun siang ini ada pertemuan di kantor Dana. Hojung
datang sedikit terlambat dan langsung mengambil tempat di samping Dana dengan
tatapan penuh Tanya pada gadis itu. Dana tidak ingin menjawab. Ternyata projek
yang melibatkan mereka sukses di pasaran. Banyak yang suka dengan hasil foto
Dana dan Hojung. Belum lagi ada tawaran bermain film untuk Dana maupun Hojung. Sudah
banyak proposal yang masuk ke kantor agensi yang menaungi mereka.
“Lihat punyamu.” Hojung menyambar paksa kertas milik
Dana dan menyamakan isi kertas tersebut dengan miliknya. “Aku akan terima
tawaran film ini kalau kamu juga menerimanya.” Hojung menunjuk salah satu judul
film kepada Dana. Dari beberapa judul, hanya satu yang melibatkan Hojung dan
Dana berpasangan dalam sebuah judul.
“Ahh.. dia hanya bergurau.” Dana menatap dengan
canggung orang-orang yang juga berada di ruang rapat tersebut.
“Aku serius.” Hojung berdiri membuat semua oramg
menatapnya. “Aku akan menerima film itu jika Dana juga menerimanya.” Hojung
membungkuk dengan sopan ke hadapan CEO mereka.
“Kau bisa mendapatkan pengalaman bermain film dengan
aktris terkenal. Hei..!” Dana sedikit berseru karena Hojung seperti
mengabaikannya. Hojung memang benar-benar melangkah pergi meninggalkan ruangan.
Setelah Hojung sudah tidak terlihat, Dana justru
teringat dengan Yebin. Adik-kakak tersebut sudah tidak memiliki orang tua.
Hojung satu-satunya keluarga yang dimiliki Yebin. Terlebih Hojung sudah tidak
bisa mendapatkan uang dari balapan. Belum lagi Hojung harus membiayai Yebin
kuliah.
“Pak, saya terima tawaran untuk film tersebut.”
Setelah membungkuk memberi hormat, Dana pun meninggalkan ruangan tersebut.
***
Selama beberapa bulan Dana dan Hojung terlibat dalam
sebuah projek film. Mereka menghabiskan waktu bersama-sama di lokasi syuting.
Mereka bahkan menjadi pasangan dalam film tersebut. Dan hari ini mereka baru
saja mendaratkan kaki di Korea setelah sebulan terakhir mereka menjalani
Syuting di salah satu lokasi di Jepang.
“Wah..” Dana membelalakkan mata, takjub dengan apa
yang dilihat. Para fans menyambut dirinya dan Hojung. Mereka bahkan membawa
poster Dana bersama Hojung saat projek pemotretan beberapa bulan lalu.
Hojung juga tampak takjub, namun fokusnya langsung
teralih karena ada chat masuk dari Yebin. Saat melihat Dana sudah ingin
melangkah, Hojung menarik salah satu lengan gadis itu dan mendekatkan wajah ke
telinga Dana. Sontak saja pemandangan tersebut membuat para fans histeris.
“Yebin menyuruhku mengajakmu untuk bertemu. Kita pergi
bersama ya.” Hojung berbisik dengan suara sedikit keras.
Dana mengangguk tanpa protes sedikitpun.
***
Taksi
yang ditumpangi Hojung dan Dana berhenti di pelataran parkir sebuah café.
Mereka segera keluar dari mobil. Dana berjalan sambil menarik kopernya menyusul
Hojung. Tidak ada hal aneh yang dipikirkan Dana. Kecuali tentang Yebin yang
mungkin sudah menunggu di sana.
Benar
saja. Orang pertama yang menyambut kedatangan Dana dan Hojung adalah Yebin yang
bahkan langsung berlari memeluk Dana serta Hojung bergantian. “Ah, aku rindu
sekali pada kalian.” Yebin berujar manja sambil menggamit lengan Dana dengan
manja.
“Aku
juga rindu kamu.” Dana membalas mengusap lengan Yebin.
“Aku
susah menyiapkan sesuatu untuk kalian.” Dengan semangat, Yebin menarik Dana
juga Hojung di kedua tangannya. Mereka menaiki tangga menuju lantai 2 café.
Siang
itu suasana tidak terlalu ramai. Ada sebuah meja dengan 4 kursi dan sudah
tersaji beberapa jenis makanan juga minuman. Namun hanya ada satu pemuda yang
duduk di sana. Pemuda itupun menoleh saat menyadari kedatangan Yebin bersama
Dana dan Hojung. Ia bahkan sampai berdiri menunggu ketiga orang itu tiba.
“Oppa,
eonnie, kenalkan ini Suwoong.”
Pemuda
bernama Suwoong itu mengulurkan tangan dan disambut bergantian oleh Hojung juga
Dana. “Namaku Lee Suwoong.”
“Dia
pemilik café ini.”
Suwoong
memasang wajah malu karena Yebin bicara seperti itu. Semetara Hojung serta Dana
menunjukkan wajah bangga mereka untuk pemuda tampan di samping Yebin tersebut.
Kemudian
mereka duduk di kursi yang sudah disediakan.
Hojung duduk berhadapan dengan Suwoong, sedangkan Dana duduk
disampingnya berhadapan dengan yebin.
“Senang
akhirnya bisa bertemu kalian.” Terdengar Suwoong seperti sudah bersusah payah
mengeluarkan kata-kata itu. Hojung mengangguk singkat. Sementara Dana ikut
mengangguk sambil tersenyum geli melihat tingkah lucu Suwoong.
“Yebin,
sebenarnya ini ada apa? Ini juga bukan hari ulang tahun salah satu antara
kita.” Hojung menunjukkan tatapan bingung pada adiknya di sela-sela makan siang
mereka.
Yebin
menggeleng tegas. “Ini perayaan hari kelulusanku. Bulan depan aku wisuda.”
“Waaah,
selamat Yebin.” Dana dengan semangat memberikan selamat untuk Yebin, bahkan
sampai menyalami gadis itu.
Namun
reaksi berbeda ditunjukkan oleh Hojung. Pemuda itu menatap bingung ke arah
adiknya dan Dana secara bergantian. “Lulus? Kenapa tidak bilang? Dan bukankah
seharusnya ada biaya tambahan untuk siding bahkan sampai wisuda? Kamu dapat uang dari mana? Bukankah uang yang
oppa kasih masih kurang? Oppa juga tidak merasa memberikan uang lebih padamu.
Atau kamu memimjam pada seseorang? Pada siapa? Pemuda ini?” Hojung bicara tanpa
henti. Bahkan tidak ada yang bisa menghentikannya. Terlebih saat Hojung dengan
tegas menunjuk ke arah Suwoong.
Dana
menarik lembut tangan Hojung yang masih menunjuk ke arah Hojung. Hojungpun
menoleh dengan tatapan luluh. “Selama ini Yebin mencari uang tambahan dengan menulis
artikel bahkan cerpen di sebuah majalah.”
“Kamu
tahu itu, dan kamu tidak mengatakannya padaku?”
Suwoong
diam-diam menggenggam tangan Yebin dari bawah meja. “Aku tidak memberikan uang
sepeserpun untuk biaya kuliah Yebin.”
“Kamu
dengar itu?” Dana seolah membenarkan ucapan Suwoong.
“Oppa,
aku hanya ingin sedikit meringankan bebanmu. Lagi pula pekerjaanku tidak
mengganggu kuliah. Dan.. yang terpenting aku juga ingin melihat oppa bahagia.”
“Oppamu
pasti sudah sangat bahagia melihatmu seperti sekarang ini.” Dana yang mewakili
Hojung karena dilihatnya pemuda di sampingnya itu seperti kehilangan kata.
Yebin
menggeleng. Dengan tegas ia menolak menyetujui ucapan Dana. Yaebin lalu
membisikkan sesuatu pada Suwoong. “Oppa pasti belum mengatakan perasaannya pada
Dana Eonnie sampai detik ini.”
Suwoong
menatap Yebin dengan sorot mata kecewa. “Berarti kita tidak bisa menikah dalam
waktu dekat.”
Hojung
dan Dana bersamaan melebarkan mata. Nampaknya Yebin dan Suwoong sengaja
melakukan hal tersebut. Dana melirik Hojung yang sedikit melamun. Jelas sangat
berat melepaskan adik perempuan satu-satunya menikah.
“Oppamu
pasti mengijinkan kalian menikah lebih dulu demi kebahagiaan mu, Yebin.”
“Bukan.”
Hojung menunduk. Namun sikapnya membuat dirinya menjadi pusat perhatian
sekarang ini. “Yebin benar. Aku hanya terlalu pengecut untuk memperjuangkanmu.”
Hojung akhirnya mendongak dan menoleh ke tempat Dana berada. “Bahkan terlalu
bodoh dengan membiarkanmu berfikir aku yang melakukan hal memalukan itu.”
Dana
sontak berdiri dengan raut wajah terkejut. Yebin dan Suwoong tidak kalah
terkejut dengan reaksi Dana. Hojung berdiri, tepat ketika Dana berbalik
memunggunginya.
“Jangan
ingatkan aku tentang kejadian itu!”
Hojung
merengkuh pinggang Dana tepat sebelum gadis itu sempat melangkah pergi. “Tolong
jangan kembali pada Sejun. Kumohon belajarlah untuk mencintaiku.”
Mendengar
Hojung menyebut nama Sejun, Dana langsung teringat kejadian saat mereka akan
kembali. Hojung memergokinya menerima chat dari Sejun. Terlebih sudah beredar
luas bahwa hubungan Sejun dengan Eunji sudah berakhir. Dan karena kejadian itu,
Dana dan Hojung seperti orang asing sampai akhirnya permintaan Yebin untuk
bertemu mereka berdua membuat Hojung menyerah untuk bersikap demikian pada
Dana.
Hojung
merenggangkan pelukannya saat dirasa Dana akan berbalik. Kini mereka saling
berhadapan. “Sejun hanya berpamitan untuk pergi ke luar Negeri karena ingin
melanjutkan kuliah.” Kali ini giliran Dana yang terlebih dulu mendekatkan
badannya dan memeluk Hojung. “Maafkan aku. Maaf karena aku egois selama ini.”
Suwoong
dan Yebin saling melempar pandangan dan memberikan isyarat agar mereka
sementara menyingkir dari sana. Membirakan Hojung dan Dana saling mengutarakan
semua isi hati mereka.
Hojung
membelai rambut panjang Dana. Membiarkan gadis itu menangis hingga membasahi
pakaiannya. “Maaf karena aku tidak bisa berhenti mencintaimu selama ini.”
Tangisan
Dana semakin kuat bersamaan dengan pelukannya pada Hojung yang seolah tidak
akan membiarkan pemuda itu pergi. “Ku mohon jangan pergi lagi.”
Mendengar
ucapan Dana seperti itu membuat Hojung akhirnya bisa bernapas lega. Gadis yang
dicintainya selama ini sudah berada dalam pelukannya. “Aku janji tidak akan
pernah meninggalkanmu. Aku mencintaimu Dana.” Sesekali Hojung mengecup puncak
kepala Dana. “Tapi, sepertinya bajuku sudah sangat basah.”
Sontak
Dana melepaskan pelukan dan mengongak, menatap Hojung dengan matanya yang
basah. Hojung hanya tertawa melihat wajah lucu Dana. Tidak lama, Yebin dan
Suwoong kembali bergabung dengan Yebin yang berhamburan memeluk Dana.
Suwoong
menepuk pelan lengan Hojung. Saat berbalik, tatapan Hojung sudah tertuju pada
sebuah cincin di telapak tangan Suwoong. Dengan gerakan mata, Suwoong menyuruh
Hojung untuk memberikan cincin itu pada Dana.
“Tapi
ini milikmu, kan?”
“Iya
memang ini rencananya ingin kuberikan pada Yebin. Tapi tidak apa, hyung.
Lagipula, Yebin sekarang lebih berharga untukku.” Ucapan Suwoong berhasil
membuat pipi Yebin bersemu merah.
Hojung
menatap Suwoong dengan ekspresi yang sulit diartikan. Rasanya seperti seorang
ayah yang akan menikahkan anaknya. Meski pertama kali bertemu, Hojung yakin
Suwoong bisa menjaga Yebin. Sudah saatnya Hojung melepaskan tanggung jawabnya
terhadap Yebin. Karena mulai sekarang, ada satu wanita yang harus ia jaga.
Yaitu Dana.
** End **