Author :
@nniissaa11
Cast :
Lee Joon, Kwon Yuri, Jung Yonghwa, Max Changmin,
Yoon Doojoon, Yoon Bora
Other Cast : (The Camp Military Cast)
Genre :
romance, friendship, family
Lenght : part
***
Lee Joon berdiri di depan pintu masuk aula sambil melipat
tangannya di depan dada. Tampak menunggu seseorang. Lalu tidak lama kemudian
terlihat lampu mobil menyorot ke tempat Lee Joon berdiri. Namun pemuda itu sama
sekali tidak bergerak, ataupun merasa terganggu. Lampu sorot dari mobil tadi
terlihat meredup dan kemudian benar-benar mati. Dari dalam mobil tampak Kevin, Junyoung,
Hongseok serta Minho memunculkan diri. Tepat setelahnya Lee Joon balik kanan
dan melangkah masuk ke dalam aula.
Sementara
di dalam aula masih tampak beberapa anggota militer. Diantaranya Kogyeol,
Seungjun, Hongbin, Rowoon dan Junkyu. Tampak Seungjun yang terlihat paling
terkejut. Ia bahkan sampai berdiri untuk memastikan ia tidak salah melihat.
Kotak-kotak kardus yang ia ketahui milik Yuri, kini kembali berada di sana.
Bahkan Kevin, Junyoung, Minho dan Hongsok membawanya masuk ke dalam aula.
Seungjun
sampai berdiri dari kursinya. “Kenapa kalian membawanya kembali ke sini?
Bukannya putri komandan susah membuangnya.”
Seluruh
mata menoleh ke arah Seungjun. Namun beberapa mengalihkan tatapan kepada Lee
Joon. “Barang ini sudah di buang, kan? Jadi sepertinya tidak masalah jika aku
memungutnya?”
Seungjun
hanya mengangguk penuh hormat. Tidak mungkin ia melakukan protes kepada Lee
Joon.
“Sesungguhnya
aku penasaran apa yang dibawa-bawa oleh putri komandan.” Changmin berjongkok di
hadapan salah satu kardus. Menggoyang-goyangkannya untuk menebak sesuatu yang
tersembunyi di dalam kardus tersebut.
Lee Joon
mengangguk, tanda ia mengizinkan. “Buka saja. Aku juga sangat penasaran.”
“Ku pikir
Captain tau apa yang ada di dalam kardus tersebut.” Hongseok berujar sambil ikut
berjongkok di hadapan kardus yang lain dan mulai membuka segelnya seperti yang
dilakukan Changmin.
Total ada
sekitar 8 kardus berukuran sedang. Dan diantaranya sedang dibongkar oleh
Changmin, Kevin, Hongseok dan Minho. Kardus itu sudah berhasil di buka. Kevin
langsung mengoper kardusnya ke arah Junyoung, kemudian membongkar kardus yang
lain. Hal samapun dilakukan oleh Changmin yang memberikannya kepada Kogyeol.
Junyoung
mengambil salah satu benda, seperti bahan pakaian yang terbungkus dalam plastic
transparan. Hongbin yang juga penasaran mengambil barang lain dan ikut membuat
plastiknya tersebut. Mereka membentangkan benda tersebut. Ternyata memang
pakaian pria. Stelan jas dengan warna-warna yang sangat mewah.
“Waaah, aku
hanya pernah melihat ini di tivi.” Junyoung berujar sambil tidak melepaskan
tatapannya seraya mengagumi jas tersebut. “Sepertinya sangat mahal.”
Sementara
dari dalam kardus yang dibuka oleh Changmin ternyata berisi gaun wanita.
Semuanya terbungkus rapih. Minho sempat mengambil salah satunya dan ia
bentangkan ke hadapan Kevin. Gaun berwarna mint.
“Sepertinya
kau cocok menggunakan ini.” Goda Minho pada Kevin yang memang memiliki wajah
sedikit cantik.
Kevin
mendongak sesaat saat sibuk membongkar satu kardus lagi. “Hahahaha. Aku mau menggunakan
itu kalau wananya merah muda.” Candanya yang kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Seluruh
penghuni ruangan tertawa keras. Dan hampir semuanya penasaran dengan
pakaian-pakaian milik Yuri tersebut. Sebagian dari mereka memang sudah tidak
menggunakan seragam militer. Hanya mengenakan kaus dan celana training. Rowoon
dan Junkyu bahkan sudah mencoba jas yang mereka lihat tadi. Sangat pas di tubuh
mereka yang atletis. Minho dan Kogyeolpun tidak mau kalah, keduanya bahkan sudah
memakai celananya juga.
Minho naik
ke atas meja yang sedikit jauh. Berdiri tegap sambil membenarkan posisi jas
yang ia kenakan. Bertepatan dengan pintu aula terbuka dan memunculkan Kiseop,
Jonghyun, Dongwoon serta Shinwon.
“Whoah!”
mereka semua bersorak melihat Minho yang berdiri selayaknya model. Minho bahkan
tidak lupa untuk mengajak Kogyeol, Rowoon dan Junkyu untuk bergantian berjalan
di atas meja.
Changmin
tampak mendekati Lee Joon. “Sebenarnya siapa putri komandan itu? Kenapa dia
membawa semua barang-barang ini?” Sambil berbicara, tatapan Changmin mengedar.
Kini para model dadakan sudah bertambah dan mereka berbaris rapih dan
bergantian melakukan pose ketika sampai di ujung meja. Sementara yang lain
terlihat mencoba beberapa aksesoris untuk wanita.
“Hyung kau
cocok menggunakan ini.” Junyoung dengan jahilnya meletakkan crown flower di kepala Kevin.
“Hmm.”
Kevin hanya melirik dengan tatapan kesal pada Junyoung.
Lee Joon
berdiri tegak dengan melipat kedua tangannya di depan dada. “Yuri itu perancang
busana dan dia pintar dalam make-up
juga.” Lee Joon berbicara sambil ‘menonton’ anak buahnya bergaya layaknya
model. “Kau ingat poster di dalam kardus yang kau kira bom itu? Semua pakaian
ini harusnya dipamerkan oleh model-model professional di acara fashion. Namun Yuri justru dikirim ke
sini dan semua pakaian ini juga terdampar di sini.”
Changmin
tampak begitu serius mendengar penjelasan Lee Joon. “Apa karir putri komandan
akan hancur?”
Lee Joon
menoleh sesaat, memastikan ekspresi Changmin tidak dalam keadaan bercanda. Apa
yang dikatakan Changmin juga menjadi kekhawatirannya. Lee Joon menghela napas,
berat. “Apa tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkannya?” Tampak ada
nada frustasi dari cara bicara dan raut wajah Lee Joon.
“Aku tidak bisa membayangkan jika Letnant
Euaerin atau Letnant Moon Hyuna mengenakan pakaian-pakaian ini.”
Changmin
menajamkan pendengarannya. Beberapa anggota lain tampak sibuk dengan obrolan
masing-masing. Terlebih mereka menyinggung nama Euaerin.
“Aku yakin Mayor Yunho mungkin akan langsung
melamar Letnant Moon Hyuna. Hahaha.”
“Captain Max juga pasti melakukan
hal yang sama.”
“Waaah, jadi berita itu memang
benar?”
“Berita itu sudah tersebar sejak
lama …”
Kali ini
Changmin menghentikan kegiatan mengupingnya. Saat menengok ke kanan, ia melihat
Junyoung yang masih saja menggoda Kevin ketika Junyoung menemukan gaun berwarna
merah muda. Fokus Changmin justru tertuju pada gaun itu, dan ia teringat
tentang obrolan Dongwoon dengan Minho dan Jonghyun. ‘Bagaimana jadinya jika
Euaerin memakai gaun itu? Selama ini aku selalu melihatnya memakai seragam.’
Changmin berujar dalam hari sambil menyunggingkan senyum tipis.
“Apa kau
tidak ingin mencoba satu?” Lee Joon menengok karena dirasa Changmin tidak
merespon ucapannya. Saat menengok, ia justru melihat Changmin tersenyum seorang
diri dengan tatapan tertuju pada gaun di tangan Junyoung. Lee Joon menyenggol
lengan Changmin. “Apa kau membayangkan Kevin memakai itu?”
Sontak
Changmin terkejut dan langung menoleh ke tempat Lee Joon berdiri. “Apa?”
“Apa kau
mem…”
“Aku
mendapatkan ide.” Changmin menyela ucapan Lee Joon saat pemuda itu ingin
mengulangi pertanyaannya karena Changmin sedang melamun tadi.
“Ide? Aku
tidak percaya dengan idemu.”
Changmin
sama sekali tidak ada merasa sakit hati dengan ucapan Lee Joon. “Kau pasti
tidak akan kecewa. Ayo besok kita bicarakan hal ini dengan Mayor Yunho juga.”
Dengan senyuman penuh rahasia, Changmin menepuk-nepuk pundak Lee Joon. “Kalau
sudah selesai bermainnya jangan lupa dibereskan kembali ya anak-anak.” Changmin
berbicara setengah berteriak sambil melangkah pergi meninggalkan aula.
Lee Joon
menatap punggung Changmin yang melangkah menjauh sampai menghilang di balik
pintu aula. ‘Apa yang dipikirkan Captain Max?’
***
Setelah
berolahraga pagi, seluruh anggota camp
melakukan sarapan bersama di aula. Kardus-kardus berisi pakaian milik Yuri-pun
sudah diamankan tanpa ada yang tertinggal satupun. Seusai sarapan, Lentant
Gunwoo langsung mengarahkan anggota untuk menuju halaman belakang. Di sana
sudah menunggu Taekwoon, Yongguk, Hackyeon, Jonghyun, Doojoon, serta Heecheol
yang mempersiapkan perlengkapan latihan untuk pagi itu.
Jonghyun
dan Yongguk memasang papan target di ujung halaman, dekat dengan tembok tinggi
pembatas camp. Sementara Kiseop,
dibantu dengan Minho, Kevin dan Minhyuk membuat tali pembatas yang berjarak
kurang lebih 10 meter dari posisi papan target. Total ada 10 papan target yang
terpasang di sana. Dari arah pintu aula, tampak Hyuna dan Euaerin memunculkan
diri sambil berbincang. Masing-masing di tangan mereka memegang selembar
kertas. Tidak jauh dari pintu aula, terdapat sebuah koper besar yang berisi
beberapa pistol yang sedang dibersihkah oleh Dongwoon dan Jungshin.
“Kalian
membawa sebuah berita, Letnant?” Tanya Dongwoon sambil berdiri ketika melihat
Hyuna dan Euaerin melangkah mendekat.
“Anggota
yang diperbatasan akan segera pulang dan digantikan anggota baru.” Tampak
Euaerin yang menjelaskan. Sementara Hyuna ikut berjongkok di sebelah Jungshin.
“Ini senjata
baru untuk latihan?”
Jungshin
mengangguk menanggapi pertanyaan Hyuna. “Iya, Letnant. Barang-barang ini baru
tiba sekitar seminggu lalu.” Kemudian mereka berdiri karena seluruh anggota
mulai berdatangan.
“Waaah, ini
kesukaanku.” Hyomin berseru senang dengan ekspresi ceria melihat pagi itu
mereka akan latihan menembak. “Apakah akan diadakan kompetisi lagi? Aku tidak
sabar untuk menang.” Hyomin menunjukkan smirknya sambil mengusap-usap kedua
telapak tangannya.
Beberapa
orang sontak menoleh ke arah Hyomin. Salah satunya adalah Yoona yang langsung
memberikan komentar. “Tidak adil jika dilakukan pertandingan. Di sini ada dua
anggota baru dan banyak juga junior-junior kita di sini.”
“Tidak
masalah. Toh mereka juga sudah mendapatkan pendidikan dasar untuk menembak.
Lagipula, kenapa kau tidak memihakku? Kita kan satu tim.”
“Ah
sudahlah. Ini bukan hanya menyangkut satu atau dua tim.” Yoona yang sedikit
malas beradu argument dengan Hyomin, memilih menjauh dari gadis itu. Yoona
berjalan kea rah kiri, berkumpul dengan Dasom, Gayoon, Krystal dan beberapa
anggota pria yang lain.
Tidak jauh
di belakang Hyomin, tampak Yuri berdiri sambil melipat tangan di depan dada,
sementara Bora berdiri sambil sedikit menunduk, tidak nyaman jika melakukan
kontak mata dengan rekan-rekannya yang lain. Namun bisa dipastikan keduanya
mendengar apa yang dikatakan Hyomin tadi.
Yoona
menoleh ke belakang, tepat ketika Doojoon datang membawa beberapa buah earphone. “Letnant Yoon Doojoon.
Alangkah baiknya jika kalian memberikan pengajaran khusus kepada Yuri dan Bora
untuk berlatih.” Yoona bicara sambil sesekali melirik ke tempat Hyomin berada
yang kini tampak berbincang dengan Jihyun.
Doojoon
sempat berhenti di hadapan 4 orang anggota perempuan itu yang tidak sengaja
juga menoleh dan tertarik menyimak apa yang dikatakan Yoona tadi. “Aku setuju
dengan idemu Yoona-ssi. Terima kasih, ya. Saya akan turun tangan sendiri untuk
membimbing mereka.”
***
~Camp Office~
“Tapi tidak
bisa begitu saja, ini terlalu mendadak,” ujar Lee Joon pada seseorang melalui
telepon kantor. Di sampingnya tampak Changmin menyimak sambil duduk bersandar
di tepi meja. “Kita tetap harus mengikuti prosedur yang berlaku. Dan itu bisa
memakan waktu selama seminggu.”
Changmin
yang tidak bisa menahan rasa penasarannya, mendekatkan kepala ke arah kepala
Lee Joon. Berusaha mencuri dengar dari telepon yang menempel di telinga Lee
Joon.
“Berarti
tim medis kami juga akan dipulangkan? Apa wabahnya separah itu? Kalau memang
parah, kami harus mencari bantuan dari camp
pusat untuk mempersiapkan ruangan di camp
kami.”
Changmin
menjauhkan kembali kepalanya dan Lee Joon tampak melempar tatapan pada
Changmin. “Kalau memang butuh, aku akan langsung hubungi kantor pusat.”
Changmin bicara dengan suara pelan, membuat Lee Joon berusaha membagi
konsentrasinya.
Lee Joon
mengangguk. “Tolong ya,” ujarnya sambil menutup menggunakan tangan bagian mic
dari telepon saat bicara dengan Changmin.
Changmin
segera bangkit menuju meja di sebelah meja yang ditempati Lee Joon. Meja dengan
papan nama milik Lee Euaerin. Changmin langsung mengambil posisi duduk sambil
mengangkat gagang telepon, lalu memutar serangkaian nomor.
“Dengan
Shin Soohyun di sini.” Terdengar jawaban dari seberang sana setelah bunyi nada
tunggu beberapa kali.
“Ah, Soohyun-ssi,
ini Changmin. Kami mendapat kabar dari perbatasan bahwa beberapa anggota medis
di sana akan dipulangkan karena terjangkit penyakit dan tampaknya mereka akan
dipulangkan hari ini ke camp. Tolong
siapkan beberapa tenaga medis untuk datang ke sini. Kami tidak mungkin
memerintahkan mahasiswa kedokteran itu untuk mengurus mereka.” Changmin
terdengar menjelaskan.
“Baik
Captain Max. Saya juga sudah mendengar berita itu. Segera saya akan kembali ke camp bersama beberapa anggota medis
lain. Dan saya minta tolong kabari dokter Ahn untuk menyiapkan ruangan.” Di
tempatnya berada, Soohyun berdiri sambil menyambar sneli-nya, bersiap pergi
jika sambungan teleponnya dengan Changmin berakhir.
“Jangan
lupa bawa makanan yang banyak ke sini.”
Soohyun
sempat membeku mendengar permintaan Changmin.
“Hahahahaha.”
Kemudian tawa Changmin terdengar pecah mengetahui jika Soohyun tidak merespon
ucapannya.
Lee Joon
berdiri sambil melirik tajam ke tempat Changmin berada. Menggeleng melihat
kelakuan rekannya tersebut. “Sudahlah. Lebih baik aku melihat mereka yang
berlatih menembak.” Lee Joon berujar seorang diri dan meninggalkan Changmin di
sana, bergegas menuju halaman belakang aula. “Apakah Yuri akan menunjukkan
kemampuannya. Sudah lama aku tidak melihat Yuri memegang senjata.” Tanpa sadar,
senyum tipis mengulas di bibir Lee Joon.
***
Suara
tembakan mulai bersautan terdengar dari halaman belakang camp. Target nomor 9 dan nomor 10 dikhususkan untuk Yuri, dan Bora
yang baru pertama kali berlatih menembak. Sementara 8 sisanya digunakan oleh
anggota lain secara bergantian. Mereka membuat kompetisi kecil sesama anggota. Tampak
Hackyeon berdiri paling depan memegang senjata. Sementara di belakangnya
terlihat Yonghwa, Taekwoon, Gunwoo, Heecheol, Jonghyun dan Yongguk. Mereka akan
melawan angkatan yang lebih junior dari mereka, Minho, Sungyeol, Dongwoon,
Kiseop, Kevin, Hyungsik dan Hoonmin.
Doojoon
membantu Bora memakai earphone dan
beberapa perlengkapan pelindung lain. Namun Yuri melakukannya semua sendiri
seperti seseorang professional.
“Terima
kasih,” ujar Bora pada Doojoon yang membantunya.
“Ini sudah
tugasku.” Doojoon membalas ucapan Bora diiringi dengan senyuman. “Coba kau
pegang ini.” Doojoon berdiri di belakang Bora dan membimbingnya untuk memegang
pistol. “Tahan bagian bawahnya dengan tangan kiri.” Doojoon sampai membimbing
tangan Bora untuk mengikuti arahannya.
Tanpa
keduanya sadari, ternyata Yonghwa memperhatikan cara Doojoon mengajari Bora.
“Apa harus sampai posisi seperti itu?”
Doojoon dan
Bora kompak menoleh. Termasuk pula beberapa orang yang berdiri di belakang
Hackyeon. Doojoon tertawa pelan sambil mengangkat kedua tangan dan menjauhkan
tubuhnya dari Bora. “Atau mau anda sendiri yang mengajari nona Bora?” ledeknya.
“Letnant
Jung!”
Belum
sempat Yonghwa merespon ucapan Doojoon, terdengar seseorang meneriakkan
namanya. Saat menoleh, mereka mendapati Jaehyo datang dan masih mengenakan
sneli putihnya.
“Tim medis
di perbatasan akan dipulangkan hari ini. Boleh minta bantuanmu untuk menyiapkan
ruangan dan peralatan lain? Kabarnya mereka terkena wabah penyakit.”
“Ah,
baiklah.” Yonghwa mengangguk tanpa pikir panjang. Gunwoo tampak menepuk pundak
Yonghwa saat salah satu dokter di camp
tersebut itu hendak melangkah pergi.
Yuri sendiri beberapa kali tampak
mengubah posisi berdirinya, mulai dari melebarkan kedua kaki selebar bahu,
sampai menempatkan salah satu kaki di bagian depan. Tangannyapun terlihat sudah
terbiasa menggenggam senjata api. Dengan tatapan lurus ke depan, Yuri
mengarahkan pistol sambil menahan bagian bawahnya dengan tangan yang lain. Lalu
Yuri mencoba memegang hanya dengan satu tangan saja. “Rasanya sudah lama aku
tidak bermain ini.” Yuri berujar pelan diiringi senyum bahagia.
Di
tempatnya berdiri, Hongseok tampak melipat tangannya di depan dada sambil
menatap ke samping. Ada sesuatu yang sejak tadi menarik perhatiannya. “Waah,
sepertinya dia sudah mahir.”
Tepat
disebelah Hongseok, tampak Jaeyoon juga berdiri dengan pose yang hampir serupa,
hanya saja Jaeyoon menatap ke arah yang berlawanan denngan Hongseok. Mendengar
Hongseok bersuara, Jaeyoon ikut meresponnya. “Dia memang penembak wanita
terbaik di camp ini. Bahkan dia
mengalahkan senior kita dulu saat dia belum mendapatkan pangkatnya seperti
sekarang.”
Ternyata
Jaeyoon sejak tadi memperhatikan gerombolan anggota wanita yang berbaris di
bagian papan target nomor 1 dan 2. Anggota wanita juga membuat pertandingan
diantara mereka. Hyomin yang sedang menembak melawan Jiyeon, nyaris tidak
pernah keluar sasaran dari lingkaran angka 7 sampai 9. Jaeyoon menoleh ke arah
Hongseok karena di rasa Hongseok tidak merespon ucapannya. Ternyata memang
benar, apa yang dimaksudkan oleh Hongseok bukanlah Hyomin.
Hongseok
menoleh sedikit dan mengulurkan tangannya, menyuruh Jaeyoon melihat sesuatu.
“Putri pak Komandan. Aku lihat dia sejak tadi melakukan semuanya sendiri
seperti memang sudah tidak asing. Doojoon hyung hanya mengajari Bora.”
“Yuri
memang atlit menembak sejak sekolah.”
“Astaga!”
Jaeyoon dan Hongseok sontak menjerit karena terkejut. Lee Joon tiba-tiba muncul
dari belakang mereka dan bersuara dengan nada sedikit berbisik membuat keduanya
terkejut. Teriakan merekapun membuat orang-orang yang berada di sana sontak
menoleh.
Sadar
menjadi pusat perhatian, Lee Joon langsung menegapkan badannya dan berjalan
menuju tempat Yuri berada. “Lanjutkan latihannya.”
***
Yonghwa dan
Jaehyo memasuki ruang kesehatan di area camp.
Mereka kompak langsung membuka sneli-nya dan meletakkan di salah satu tempat
tidur yang kosong. Di atas sana juga ada sebuah papan dengan beberapa kertas
tertumpuk diatasnya. Yonghwa langsung memeriksa tulisan di atas kertas itu.
Beberapa catatan tentang tim medis yang hari ini akan dipulangkan ke camp.
“Berarti
kita butuh ruang isolasi?” Yonghwa mendongak ke arah Jaehyo yang sedang
menggulung lengan pakaiannya.
Jaehyo
meletakkan kedua tangannya di pinggang sambil menatap berkeliling ruangan yang
didominasi warna putih ini. “Tidak perlu begitu, tapi mereka khusus akan kita
tempatkan di ruang ini. Dan aku sudah mengabari Mayor Jung kalau aku ingin
peralatan medis termasuk obat-obatan yang bersangkutan untuk diletakkan
terpisah.”
Yonghwa
menghentikan pandangan ke salah satu sudut ruangan, tidak jauh dari pintu
masuk. “Sejak kapan ada lemari es di sini?”
Jaehyo
sendiri sudah berjalan menuju satu satunya meja dan kursi di ruangan tersebut.
Memeriksa isi lemari besi yang berada di sana. Tepat di sebelah lemari
tersebut, berjejer sebuah lemari es satu pintu seperti apa yang dimaksud oleh
Yonghwa. “Baru saja diletakkan di sana untuk menyimpan obat-obatan. Itu lemari
es yang berada di ruangan Mayor Jung.”
Kemudian
terdengar sebuah ketukan pintu. Tanpa menunggu persetujuan, pintupun terbuka
dan terlihat Junhong bersama Inseong memunculkan diri. Masing-masing dari
mereka membawa sebuah kardus berukuran sedang.
Inseong
meletakkan kardus yang ia bawa di atas meja. “Ini ada kiriman botol infus baru,
Letnant. Kami mengambil dari klinik.”
Di belakang
Inseong, tampak Junhong menyusul, ikut meletakkan kardus yang ia bawa ke atas
meja. “Anggota kita yang berjaga di perbatasan hari ini juga dipulangkan. Dan
ku dengar mereka sudah berada di kantor pusat sekrang. Karena di sana terjadi
sedikit bentrokan, dan beberapa dari mereka juga mendapat luka.”
Mendengar
informasi yang dikatakan Junhong, membuat Yonghwa sontak mendekat ke arah meja.
“Tapi kita tidak bisa memberikan anggota pengganti secepatnya. Semua harus
melalui beberapa tahap prosedur.”
“Tapi
mereka juga harus segera dipulangkan karena di sana kekurangan tim medis. Tapi
tim medis dari sector Barat sudah mengirimkan anggota mereka.” Inseong
bergantian memberikan berita lanjutan dari yang dikatakan oleh Junhong tadi.
Yonghwa
merogoh kantung celananya dan mengeluarkan sebuah ponsel lalu mencari sebuah
nomor dengan nama ‘dr Soohyun’. Sedetik kemudian Yonghwa tampak menempelkan
ponsel ke telinganya. Belum sempat Soohyun menjawab panggilan tersebut, pintu
ruangan tersebut kembali terbuka dan memunculkan Changmin di sana.
“Soohyun
sudah dalam perjalanan ke sini bersama beberapa tim medis. Lalu mungkin anggota
militer yang baru tiba akan menyusul kemudian.” Changmin berujar seolah sudah
mengetahui apa yang sedang dibicarakan 4 orang yang berada di sana.
Jaehyo dan
Yonghwa terlihat mendesah, berat. “Apalagi, ini?” uajr Yonghwa dengan nada
frustasi.
Sementara itu Junhong tampak membuka
segel salah satu kerdus di depannya yang berisi beberapa peralatan medis berupa
jarum dan selang infus, stetoskop, obat-obatan P3K serta ada beberapa kotak
yang berisi jarum suntik. Meski sedang banyak yang ia pikirkan juga, Jaehyo
tetap merapihkan barang-barang yang dikeluarkan oleh Junhong dan harus ia susun
di dalam lemari.
“Aku ke
klinik sebentar.” Tanpa menunggu persetujuan, Yonghwa tampak meninggalkan ruang
kesehatan dengan sedikit terburu-buru.
“Captain
Max, dokter Ahn, saya juga ijin pamit harus kembali berjaga di gerbang.”
Inseong langsung melakukan sikap hormat. Setelah Changmin mengangguk tanda ia
memberi ijin, Inseong segera menyusul Yonghwa meninggalkan ruangan.
“Oiya, di
mana dokter Himchan?” Tanya Changmin ketika teringat salah satu dokter yang
berada di camp tersebut.
“Himchan
sedang megambil obat-obatan dan vaksin di rumah sakit.” Jaehyo yang menjawab
tanpa menghentikan kegiatannya dibantu juga oleh Junhong.
“Tampaknya
di klinikpun sedang ramai dengan warga yang sakit.”
Jaehyo
mengangguk menyetujui ucapan Junhong yang memang baru beberapa menit lalu dari
sana mengambil kardus bersama Inseong. Jaehyo lalu menoleh ke arah Changmin
yang bisa dipastikan mendengar semua yang dikatakan Junhong.
“Anggota
tidak bisa mendapat perawatan di klinik.”
Changmin
mendongak, balas menatap Jaehyo sambil menunjuk ke arah pintu. “Apa bisa kita
tempatkan di barak sebelah ini? Karena sepertinya malam ini juga anggota yang
pindah tugas ke perbatasan harus kita pindahkan ke kantor pusat.”
“Nama
anggota terpilih sudah keluar?” Junhong tampak melempar pertanyaan.
Changmin
mengangguk, tanda ia membenarkan ucapan Junhong. “Hyuna dan Euaerin yang akan
mengumumkannya siang ini.”
“Barak di samping ruang kesehatan ini
barak ku, Captain. Kalau memang bisa dimanfaatkan untuk rekan lain yang
membutuhkan, aku akan mengatakan pada teman-teman untuk ke luar dari barak.
Kami bisa tidur di mana saja, Captain.”
Changmin dan Jaehyo sontak saling
melempar tatapan seakan mendapat pencerahan. Karena mereka yang membutuhkan
perawatan tentu baiknya berada di ruangan khusus.
“Nice!” Changmin menjentikkan jari lalu menepuk
pundak Junhong dengan penuh rasa bangga. “Apa ada lagi yang kalian butuhkan di
sini?”
Jaehyo
menggeleng tegas. “Saat ini sudah cukup. Kami masih menunggu Himchan dan dokter
Soohyun saja. Jika nanti kami ada kebutuhan lagi, kami akan mengabarimu atau
mungkin Captain J.”
Tidak lama
tampak pintu kembali terbuka. Yonghwa muncul dari sana, namun sibuk
membolak-balikkan sebuah buku di tangannya. File
yang berisi penuh dengan catatan medis milik anggota camp militer. “Hmm, Lee Seyoung, Jo Sangho.” Yonghwa memisahkan
lembar kertas atas nama-nama yang ia sebutkan tadi dan ia letakkan di atas
meja.
Changmin
dan Jaehyo ikut mengawasi apa yang dilakukan Yonghwa. Junhong sendiri langsung
berinisiatif mengangkat kardus berisi botol infus tadi. Jaehyo yang melihat
itu, langsung mengisyaratkan Junhon untuk menyusunnya di dalam lemari.
Jaehyo mengulurkan tanga, meraih lembar
kertas milik Jo Sangho dan membawanya menuju tempat tidur lalu berjongkok di
dekat bagian kaki, menuliskan nama Jo Sangho pada papan kosong yang tergantung
di sana. “Tidak ada catanan alergi terhadap obat.”
“Kim
Yoohwan.”
Changmin
langsung merebut kertas dari Yonghwa yang hendak ia letakkan di atas meja.
Changmin lalu meneruskan untuk memberikan pada Jaehyo. Termasuk kertas milik
Lee Seyoung.
“Shin
Wonho, Yoo Sungoh.”
“Mereka
berada di kantor pusat,” protes Jaehyo ketika Yonghwa menyebutkan dua nama
terakhir.
“Oh. Oke,
maaf.” Yonghwa langsung mengembalikan kertas untuk 2 nama tadi ke dalam
tumpukan kertas pada file yang dibawanya.
***
Hackyeon
merebahkan tubuhnya ke atas rumput. “Akh, apa-apaan ini? Mereka bisa
mengalahkan kita?”
Taekwoon,
Jonghyun, Yongguk, Gunwoo, Heecheol dan Doojoon juga ikut duduk dalam satu
lingkaran. Sementara beberapa meter dari sana tampak pemandangan yang bertolak
belakang. Minho dan kawan-kawan tampak bersorak gembira karena bisa mengalahkan
anggota yang termasuk senior mereka.
“Kau!”
Hackyeon menunjuk ke arah Taekwoon menggunakan rumput yang ia cabut di dekat
tubuhnya berbaring. “Kau kan penembak terbaik dari Team Wolf. Kenapa hari ini permainanmu buruk sekali?”
Taekwoon
melirik dengan tatapan tajam. “Kemarin aku tergelincir saat di gym. Kondisi tanganku sedang tidak dalam
keadaan baik.”
“Tapi
Hyungsik, Kiseop dan Dongwoon memang cukup berbakat. Kemampuan mereka bahkan
nyaris menyamai Taekwoon dan Captain Max. lagi pula ini hanya permainan.”
Gunwoo tampak ikut menengahi. Tidak lama kemdian ia tampak berdiri. “Sudahlah,
aku harus bertemu Letnant Euaerin.”
DOR!
Semua orang menoleh saat mendengar
suara letupan senjata dan mencari-cari sumber suara. Kemudian terdengar lagi
bunyi tembakan sampai dua kali. Ternyata penyebabnya adalah dari papan target
di nomor 10. Yuri sedang melakukan ujicoba dengan senjatanya di dampingi
langsung oleh Lee Joon yang berdiri hanya dberjarak sekitar 1 meter di belakang
Yuri.
Hyuna yang
berdiri di samping Yuri mengibarkan bendera biru ke atas. “9-10-9,” ujarnya
menghitung jatuhnya peluru di atas papan target. “Apa sebelumnya kau atlit
menembak?”
“Iya. Dia
sebenarnya atlit menembak sejak sekolah.” Terdengar Lee Joon yang bersuara.
“Apa?” protesnya yang langsung mengangkat kedua tangan ketika Yuri mengarahkan
senjatanya kepada Lee Joon.
Yuri
membidik dengan tatapan serius. Jempol tangannya bahkan nyaris menyentuh
pelatuk.
“Apa kau
masih dendam padaku?”
Yuri
tersenyum jahil, kemudian menurunkan senjatanya sambil tertawa. “Kau tidak bisa
membohongiku dengan ekspresimu itu. Aku tahu kau sebenarnya ketakutan. Maaf
kalau bercandaku kelewatan.”
“Mau
bertanding?”
“Denganmu?”
Yuri balik melempar pertanyaan pada Lee Joon.
“Ayo
bertanding denganku?” Hyomin tampak memunculkan diri dengan tatapan menantang.
Yuri
melirik Lee Joon sesaat. Lee Joon hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.
Kemudian Lee Joon mendekatkan wajahnya pada Yuri untuk membisikkan sesuatu.
“Kalau kau menang, kau boleh meminta apa saja dariku.”
“Ck.” Hyuna
yang berdiri paling dekat ternyata bisa mendengar apa yang diucapkan Lee Joon
hanya geleng-geleng kepala melihat atasannya seperti itu.
***
Yuri dan
Hyomin berdiri bersebelahan di baris papan target nomor 4 dan 5. Berkat
kejahilan Lee Joon, kedua anggota wanita itu kini akan terlibat pertandingan.
Hyomin yang memang penembak terbaik wanita di camp tentu saja tidak menolak tantangan tersebut. Belum lagi
sebenarnya ia mendengar dari beberapa anggota lain yang memuji kemampuan Yuri
meski meski baru mencoba beberapa kali.
Hyungsik
berdiri diantara Yuri dan Hyomin. Pemuda itu didaulat sebagai pengadil. “Karena
aku tidak memiliki koin, kalian pilih sendiri saja mau mulai pertama atau
kedua,” ujarnya.
Hyomin
menatap Yuri, tajam. “Biarkan putri komandan yang main duluan,” kata Hyomin
yang kali ini melempar pandangan ke arah lain.
“Baiklah,”
jawab Yuri diiringi anggukan.
Hyungsik
menengok ke arah Kevin dan Minho yang berdiri di dekat Yuri. Kemudian ke arah
lain menuju Kiseop dan Jungshin yang berada sedikit di samping Hyomin. Mereka
berempat akan menjadi juri dan mencatat perolehan skor antara Yuri dan Hyomin.
“Oke, nona Yuri, anda bisa mau sedikit ke depan. Dan anda bisa mulai ketika
anda siap.” Hyungsik sedikit memberikan arahan.
Yuri
mengangguk tanda ia mengerti. Kemudian maju selangkah dengan pistol yang sudah
siap ditangannya.
“Semangat Sunbae.” Minho berseru pelan sambil
tersenyum ketika Yuri sedikit melintasi mereka.
Ditempatnya
berada, Hyomin tidak melepaskan tatapannya ke arah Lee Joon yang jelas terlihat
jika sedikit lebih memihak pada Yuri. Belum lagi terdengar suara sorakan dari
para anggota yang menonton dan menyemangati Yuri.
Lee Joon
tampak mengangkat tangannya untuk memberikan isyarat agar anggotanya untuk
diam. Butuh konsentrasi untuk melakukan adegan tersebut. Seketika suasana
langsung senyap. Mereka langsung terbawa suasana tegang ketika Yuri mulai
mengangkat pistolnya dan membidik sasaran.
DOR!
Satu
tembakan berhasil dilepaskan Yuri ke arah papan target. Sebuah peluru pun
berhasil bersarang di dalam lingkarang dengan nomor 8. Yuri langsung menunduk.
Sedikit lemas mendapati sasarannya masih meleset. Namun beberapa anggota
langsung bertepuk tangan, termasuk Lee Joon. mereka tetap memberikan dukungan
untuk Yuri.
Hyungsik
langsung berinteraksi dengan Minho dan Kevin yang kompak mengangguk. Menandakan
mereka sudah mencatat skor milik Yuri. Selanjutnya Hyungsik mempersilahkan
Hyomin untuk melakukan tembakan berikutnya. Yuri dan Hyomin akan menembak
secara bergantian.
“Ku harap
putri komandan yang menang.” Di kejauhan, tampak Yoona berbisik pada seseorang
yang berdiri di sebelahnya, Naeun.
Naeun
langsung mengangguk setuju dan balas membisikkan sesuatu. “Ah, iya aku juga
berharap demikian. Hyomin semakin sombong saja.”
DOR!
Tembakan
berikutnya terdengar sudah bersarang pada papan target. Banyak yang bersorak
kecewa karena peluru milik Hyomin hanya bersarang pada nomor 6. Ditempatnya
berada, Yoona dan Naeun saling lirik dan tersenyum penuh kemenangan. Mereka
bahkan sampai melakukan high-five
pelan.
***
Suara
sirine terdengar mengudara. Jihoon, Shinwon dan Rowoon yang berjaga di pintu
gerbang langsung bergegas membukakan pintu setelah Rowoon membuka gemboknya.
Mereka memang sudah mendapat berita jika akan ada yang datang. Sebuah mobil
patrol polisi tampak memimpin masuk, lalu di susul sekitar 3 mobil ambulans,
satu mobil pribadi, serta satu mobil patroli polisi lagi di bagian belakang. Ke
tiga anggota militer yang berjaga langsung bersikap siap dan memberi hormat.
Dua kaca
mobil di bagian kanan tampak terbuka dan memperlihatkan empat pemuda dengan
pakaian serba putih, pakaian kedokteran. Di bagian kemudi, tampak Soohyun yang
menyetir. Pemuda yang duduk depat di belakang Soohyun sampai menjulurkan
kepalanya ke luar.
“Yak! Ko
Shinwon!”
Shinwon dan
dua temannya yang lain langsung mendekat. “Wonho hyung!” Shinwon dengan gemas memeluk kepala seorang dokter bernama
Shin Wonho.
“Lepas!”
Wonho memukul-mukul badan Shinwon agar melepaskannya.
“Mungkin
sekitar 1 jam lagi anggota lain akan tiba,” kata Soohyun pada Jihoon dan Rowoon
yang menghampirinya.
Rowoon dan
Jihoon mengangguk kompak. “Iya, dokter. Kami sudah mendapat perintah.” Jihoon
yang mewakili untuk menjawab. Keduanya juga tidak lupa menyapa seseorang yang
duduk di sebelah Soohyun, serta seorang yang di kursi belakang bersama Wonho,
yaitu Yoo Sungoh dan Choi Woosung.
“Dokter
Yonghwa dan yang lain sudah menunggu.”
Soohyun mengangguk menanggapi ucapan
Rowoon. “Kalian selamat bekerja kembali.”
Sementara
itu Wonho dan Shinwon tampak masih saling mengganggu. Mereka memang cukup
akrab. Dan selama beberapa bulan Wonho serta Seungoh dan Woosung dipindah tugas
ke kantor camp pusat.
***
Dua
tembakan terakhir yang dilepaskan Yuri berhasil mendarat mulus di titik dengan
nilai 10, sementara Hyomin hanya bisa mendapat skor 8 untuk nilai tertinggi.
Hampir seluruh anggota yang ada memberikan tepukan tangan yang meriah merayakan
kemenangan Yuri. Beberapa tampak mengangguk bangga melihat kemenangan Yuri.
Termasuk Moon Hyuna dan Euaerin.
“Kelemahan Hyomin
itu dia sulit berkonsentrasi jika ada hal yang mengganggunya.” Yoona dan Naeun
masih saling berbisik, mengomentari pertandingan antara Yuri dan Hyomin.
Yoona mengangguk
setuju dengan ucapan Naeun. “Itu pasti karena Captain J memihak pada Yuri. Kita
semua tau kalau Hyomin menyukai Captain J.”
Di sisi
lain, terlihat Hyomin langsung meninggalkan tempatnya berdiri dan memberikan
paksa pistolnya pada Seungjun yang tidak sengaja ia lewati. Tepat ketika
Jaeyoon melaporkan sesuatu pada Lee Joon yang membuat pemuda itu langsung
meninggalkan halaman belakang camp. Jaeyoonpun
menyusul di belakang Lee Joon.
“Oke kalian
bisa langsung istirahat dan makan siang!” Seru Hyuna memimpin anggota. Dibantu
Euaerin yang langsung membimbing anggota wanita untuk lebih dulu masuk ke dalam
aula. Untuk anggota laki-laki, mereka semua langsung membereskan peralatan yang
mereka gunakan untuk latihan menembak.
Jaeyoon
tampak kembali ke halaman belakang camp.
Dia hanya mengajak bicara beberapa orang terdekat yang ia temui. Setelah bicara
sesuatu Jaeyoon bersama Junkyu, Chanyoung, Youjin, Hongbin dan Woonshik
meninggalkan halaman belakang setelah mereka melaporkan hal tersebut pada
Gunwoo. Setelah semua beres, Sanghyuk bersama Myungsoo, Changhyun dan Jihoo
bekerja sama membawa koper berisi senjata untuk latihan menembak yang mereka
bawa kembali ke ruang penyimpanan senjata, dekat dengan ruang office camp.
***
Mendengar
suara sirine dari kejauhan, Changmin langsung keluar dari ruang kesehatan,
menyusul Junhong di belakangnya. Sementara Yonghwa dan Jaehyo langsung
menyambar sneli kemudian mengenakannya sebelum ikut keluar dari ruang
kesehatan. Dari arah gerbang, tampak mobil polisi diikuti 2 ambulan di
belakangnya. Saat itu tampak juga Lee Joon muncul dari arah aula bersama
Inseong yang langsung membantu Junhong mengarahkan ambulans agar memutar balik
untuk mengarahkan bagian belakangnya ke pintu masuk ruang kesehatan.
Pintu
belakang ambulanspun terbuka. Seorang petugas langsung melompat turun dan
mengeluarkan salah satu tempat tidur yang dihuni seseorang. Lee Joon sendiri
ikut turun tangan membantu.
“Sangho
bertahanlah. Kau sudah aman di camp.”
Lee Joon menggenggam tangan pemuda yang masih terpejam dengan wajah pucat.
Yonghwa
sendiri sudah melesat kembali ke dalam, mempersiapkan tempat tidur yang sudah
mereka beri label nama Jo Sangho. Lee Joon, Junhong, Jaehyo dan salah satu
petugas lain bekerja sama memindahkan tubuh Sangho ke atas tempat tidur.
Yonghwa sendiri kemudian langsung memaskang stetoskop di kedua telinganya
sambil melakukan cek tekanan darah pada Sangho.
“Mereka
masih dalam pengaruh obat bius,” lapor Jaehyo pada Yonghwa, lalu memberikan
sebuah catatan pada Yonghwa.
Pintu ruang
kesehatan kembali terbuka, Changmin memimpin masuk. Dibantu dengan Inseong,
Junhong dan Soohyun. Mereka memindahkan Johyung pada salah satu tempat yang
kosong. Soohyun langsung melakukan hal yang sama pada Johyung seperti yang
Yonghwa lakukan.
“Turunkan
suhu pendingin ruangan!” Seru Yonghwa pada siapapun yang berada di sana.
Changmin dan Lee Joon langsung bergerak ke arah yang berbeda. Ada sekitar 4
pendingin ruangan berada di sudut berbeda.
Junkyu,
Chanyoung, Youjin, Hongbin dan Woonshik tampak silih berganti membantu. Masih
ada 3 orang lagi yang harus dipindahkan ke dalam ruang kesehatan. Shin Wonho
langsung menangani Kim Yoohwan. Yoo Sungoh tampak langsung memeriksa Lee
Seyoung. Sementara Choi Woosung langsung menangai Shin Jongkook. Secara
bergiliran, Jaehyo mencatat hasil pemeriksaan rekannya pada papan yang
tergantung di bagian kaki tempat tidur pasien tersebut.
Tersisa Lee Joon dan Changmin dari
anggota militer yang berada di sana. Junhong dan yang lain sudah meninggalkan
ruang kesehatan dan berjaga di luar. Menerima laporan dari pihak kepolisian
yang mendampingi anggota medis camp
saat datang tadi.
“Tanganku
gemetar, sepertinya aku tidak bisa memasangkan infus.”
Wonho yang
berdiri paling dekat dengan Yonghwa langsung menoleh. “Tolong siapkan yang lain
saja, nanti aku yang pasangkan.” Setelah saling melempar kontak mata dengan
Yonghwa, Wonho langsung berlari menuju wastafel untuk mencuci tangan.
“Satu jam
setelah ini, kembali periksa kondisi mereka sambil kita menunggu dokter Himchan
kembali dari rumah sakit,” ujar Soohyun mengingatkan dan langsung di balas
anggukan oleh yang lain. “Masing-masing kembali tanggung jawab orang yang
sama.”
Setelah
selesai mencatat, Jaehyo langsung beralih membantu Yonghwa untuk mempersiapkan
peralatan lain. Sementara Lee Joon dan Changmin hanya bisa memperhatikan
ketegangan yang terjadi tanpa bisa membantu apapun karena memang bukan
kemampuan mereka.
“Aku tunggu
luar,” kata Lee Joon akhirnya yang sudah tidak sanggup melihat anggota tim
medis yang sudah ia anggap anggotanya sendiri terbaring lemah.
Changmin
hanya menoleh sekilas melihat Lee Joon meninggalkan ruangan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar