Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun (2PM)
·
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan (Exo-M)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support
cast :
·
Yong Hwa (CN Blue)
·
Yoona (SNSD)
·
Minho (SHINee)
·
Yunho (TVXQ)
·
Sungmin (Super Junior)
Genre : romance
Length : part
***
Hye
Ra menghela napas panjang saat mobil Joon berhenti di parkiran bandara. Ini
akan benar-benar terjadi. Dan sekaranglah saatnya ia kembali ke Jepang.
Hening
beberapa saat. Tak ada satupun dari mereka yang memulai pembicaraan. Bahkan Hye
Ra juga tampak enggan untuk meninggalkan Joon di mobil tersebut.
“Apa
kau tidak ingin mengantarku ke dalam?” Tanya Hye Ra tanpa menatap pemuda di
sampingnya.
“Tidak
akan,” ujar Joon dingin. Ia juga tak berniat melirik Hye Ra. “Sudah sana, cepat
kau turun,” perintahnya.
Hye
Ra menoleh sambil melebarkan matanya. “Kau mengusirku?” protesnya.
“Terpaksa,”
seru Joon singkat. Ia lalu dengan berat hati menatap Hye Ra dan mendapati gadis
itu juga tengah melakukan hal yang sama padanya. “Kau pikir aku rela kau pergi?
Lebih baik kau masuk sendiri ke dalam, dari pada aku membuatmu kembali
ketinggalan pesawat.”
Dengan
sangat terpaksa, Hye Ra membuka pintu mobil. Meski tak berniat mengantar ke
dalam, setidaknya Joon berinisiatif melakukan sesuatu yang manis untuk Hye Ra.
Mungkin bisa dengan membukakan pintu untuk Hye Ra. Tapi nyatanya, tak ada hal
yang lain dilakukan Joon kecuali tetap diam di dalam mobil.
Hye
Ra pun ke luar dari mobil. “Bagaimana bisa aku menyukai orang seperti itu,”
cibirnya.
“Apa
kau bilang?” seru Joon yang samar-samar mendengar ucapan Hye Ra. Ia juga
membuat gadis itu membatalkan niat untuk menutup pintu mobil. “Kau menyukaiku?” ulangnya untuk
memastikan.
Hye
Ra tak langsung menjawab. Ia menutup pintu mobil dengan kasar, lalu membuka
lagi pintu mobil bagian belakang untuk mengambil koper dan tasnya. Joon sendiri
akhirnya mengalah dan ke luar dari mobil.
“Kenapa
memang jika aku menyukaimu? Masalah untukmu? Apa itu akan menghancurkan
kariermu sebagai leader sebuah band besar. Dan atau itu…” Hye Ra langsung
bungkam ketika bibir Joon mendarat kilat di pipinya. “Kau!” protesnya galak.
“Apa?
Masalah untukmu jika ku cium?” Balas Joon. “Apa itu akan membunuhmu? Atau
setelah ini kau akan… Aww!” Joon meringis karena Hye Ra dengan tega menginjak
kakinya.
“Rasakan!”
seru Hye Ra puas. Ia lalu melenggang pergi dan tak mempedulikan Joon masih
meringis kesakitan.
“Hye
Ra!” teriak Joon, namun tak dipedulikan dengan gadis itu. Karena sudah bertekad
untuk tidak masuk ke dalam bandara, Joon lebih memilih kembali ke mobil dengan
susah payah dan dengan kaki yang sedikit pincang.
***
“Hyung,
kau baik-baik saja?” seru Nichkhun panic dan langsung menghampiri Joon saat
pemuda itu baru saja sampai di dorm. Luhan yang baru muncul dari dapur juga
langsung mendekat saat melihat Nichkhun membantu Joon duduk di sofa.
“Hyung,
kau kenapa?” Tanya Luhan, namun tak ada yang memberikan jawaban.
Joon
sibuk melepas sepatunya. Sesekali ia meringis karena jari-jari kaki kanannya
masih terasa sedikit berdenyut karena aksi injak yang dilakukan Hye Ra padanya
saat di parkiran bandara tadi.
“Kakimu
kenapa?” desak Luhan lagi. Ia semakin khawatir dengan kondisi leadernya itu.
“Aku
mendapat serangan cinta dari Hye Ra,” ujar Joon asal membuat Nichkhun
menjitaknya. “Nichkhun!” protesnya.
“Saat
Hye Ra jauh, kau seperti orang gila. Dan saat kalian dekat…” Nichkhun tampak
sedikit menggantung ucapannya sesaat. “Ku rasa kau benar-benar telah menjadi
gila. Astaga… mimpi apa aku harus satu grup dengan orang sepertimu,” serunya
seperti orang menyesal.
“Kenapa
dulu kau mau menanda tangani kontrak bersama ‘Blue Flame’?” serang Joon kesal
dengan pernyataan Nichkhun.
Sementara
itu, Luhan hanya mampu menahan tawa melihat dua hyungnya saling serang seperti
itu.
***
Esoknya
setelah Hye Ra kembali ke Jepang. Dan hari itu, member ‘Blue Flame’ tengah
melakukan rekaman. Pengisi suara utama tentu saja sang vocalis mereka, Lee Joon
yang ditemani oleh Doojoon di ruang rekaman.
“I’m searching where you are… Oh, shining down on me from
where you are… I’ll always be right there, baby, always be right there, baby… Oh,
please touch my body and my face…” Joon sungguh menghayati ketika merekam
lagu itu.
Sementara
itu, Nichkhun dan Luhan yang sudah menyelesaikan tugas mereka, tampak menunggu
Joon serta Doojoon yang belum selesai melakukan rekaman.
“Aku
curiga Joonie hyung menulis lagu ini waktu Yoona noona dan Minho hyung
menyembunyikan keberadaan Hye Ra,” bisik Luhan yang duduk di samping Nichkhun.
Nichkhun
sendiri tampak terkekeh mendengar tebakan maknae mereka. “Oiya, di mana Siwan?”
Luhan
menoleh ke arah pintu. Belum sempat ia menjawab pertanyaan Nichkhun, pemuda
yang mereka maksud sudah memunculkan diri. “Kau jadi mengambil contoh desain
kostum untuk syuting MV kita, hyung?” Tanya Luhan.
Siwan
merebahkan diri di tengah-tengah antara Nichkhun dan Luhan. “Ini contoh yang
aku bawa,” seru Siwan sambil membentangkan selembar kertas berisi contoh desain
pakaian untuk kostum MV mereka.
Dan
dua minggu kemudian, mereka sudah mulai disibukkan syuting video music lagu
yang akan menjadi single perdana di album baru mereka. Jadwal hari ini hanya
syuting di dalam ruangan yang sudah disulap sedemikin rupa serta lengkap dengan
peralatan music.
Ke
lima member ‘Blue Flame’ telah bersiap dengan tugas masing-masing. Siwan berada
di balik drum, Nichkhun di belakang keyboard. Luhan yang berposisi sebagai
gitaris berdiri sedikit ke tepi, dan di ujung sana, tampak Doojoon bersama
bass-nya. Sementara itu, Joon yang berperan sebagai vocalis, berdiri di
tengah-tengah dan sedikit berada di depan. Tak lupa Joon dilengkapi dengan
standing mic.
I’m searching where you are
Can you see what I need is where you are
I’ll always be right there, baby, always be right there, baby
You know when I can be where you are
Can you see what I need is where you are
I’ll always be right there, baby, always be right there, baby
You know when I can be where you are
Only then I willl shine bright
(‘Where You Are’ : CN
Blue)
***
Siwan
mempercepat laju mobilnya. Ia bersama Doojoon yang duduk di sampingnya. Siwan lalu
menepi dan berhenti tepat di depan sebuah mobil. Ada seorang gadis yang
menghampiri mereka. Di saat yang bersamaan, Doojoon pun ke luar dari mobil yang
dikendarai Siwan.
“Maaf
kami telat,” ujar Doojoon merasa bersalah ketika ia berdiri di hadapan Soo In.
“Kami
juga belum lama,” balas Soo In tak enak hati karena Doojoon merasa bersalah
padanya. Ia lalu duduk di kursi yang di tinggalkan Doojoon.
Sementara pemuda itu
menuju mobil yang berhenti di belakang mobil Siwan. Doojoon menuju pintu
kemudi, dan ada seorang gadis ke luar dari tempat yang akan diambil alih oleh
Doojoon. Tentu saja itu semua rencana mereka agar Doojoon bisa pergi dengan
Sung Hye, sementara Siwan akan berkencan dengan Soo In.
“Akhirnya…
aku bisa berdua dengan denganmu lagi.” Siwan tampak memperhatikan Soo In sejak
tadi.
“Memang
susah memiliki kekasih seorang drummer band terkenal.”
Siwan
terkekeh mendengar ucapan Soo In. Gadis itu seakan menyesali keputusannya
menerima cinta Siwan. Tapi pasti itu hanya untuk menutupi kenyataan
sebenenarnya bahwa ia sangat bahagia bisa kembali merasakan keadaan seperti
ini.
“Oiya,
ku dengar waktu Joon oppa mengantar Hye Ra ke bandara, sebelumnya mereka
melihan sunset di tengah kota,” gumam Soo In seakan ia tengah mengajak Siwan ke
sana meski tidak ia katakan secara langsung.
Siwan
berfikir sesaat. Joon memang pernah menceritakan hal itu pada member. Bahkan
Joon sangat penuh semangat melakukannya. Namun sedetik kemudian, Siwan melirik
Soo In dengan tatapan penuh antisipasi.
“Kenapa?”
Tanya Soo In melihat tingkah aneh Siwan.
“Tapi
kau tidak akan menginjak kakiku seperti yang Hye Ra lakukan pada Joon, kan?”
Tanya Siwan takut-takut.
Soo
In justru tertawa menanggapinya. “Bulan depan kakakku akan menikah,” ujarnya mengalihkan
pembicaraan mereka.
“Dengan
siapa?” Tanya Siwan polos.
Soo
In menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Siwan. “Yunho,” jawabnya singkat
dan tentu saja Siwan terkejut mendengarnya. “Dia akhirnya bisa meyakinkan
keluargaku.”
“Ku
rasa itu memang sudah takdir mereka.”
***
Setelah
memastikan semuanya berjalan lancar sesuai rencana. Joon akhinya bisa
menginjakkan kaki di Jepang meski hari sudah gelap. Pemuda itu langsung
menghentikan sebuah taksi yang akan mengantarnya ke sebuah hotel.
Jadwal ‘Blue Flame’
ke Jepang harus di undur. Maka dari itu, Joon sangat memanfaatkan waktu yang
sempit ini untuk ke Jepang. Dan tentu saja untuk menemui Hye Ra. Mungkin besok
ia sudah akan kembali lagi ke Korea. Mungkin pagi ia baru akan menemui gadis
itu. Karena ini sudah cukup malam.
Di
tengah perjalanan, Joon sama sekali tak hentinya tersenyum. Ia sungguh
menikmati suasana malam di Jepang sambil mempersiapkan diri. Sebentar lagi ia
akan bertemu dengan Hye Ra.
Belum
sempat Joon meneruskan khayalannya, tiba-tiba taksi berhenti mendadak. Joon
sendiri langsung bergegas ke luar karena sekilas ia melihat ada seseorang yang
melintas. Ada seorang gadis yang sedang berusaha bangkit. Joon berinisiatif
untuk membantunya.
Keduanya
membeku saat menyadari siapa yang ada dihadapan mereka. “Joon?” pekik gadis itu
cukup histeris dan langsung memeluk Joon.
Tentu
saja Joon balas memeluk gadis itu dan membelai rambut panjangnya karena gadis
itu ternyata Hye Ra. “Kau baik-baik saja?” Tanya Joon khawatir. Khayalannya
hancur. Dan mereka bertemu dalam susasana seperti ini. Hye Ra terlihat cukup
kacau.
Sebelum
Hye Ra menjawab, Joon sudah lebih dulu membawa gadis itu ke dalam taksi.
Ternyata Hye Ra memang terpaksa pulang sedikit malam karena ada yang harus ia
lakukan di tempat kursus. Dan saat perjalanan pulang, ada kejadian yang tidak
di inginkan. Ia di rampok. Tasnya di bawa kabur oleh preman-preman itu.
Beruntung, gadis itu bisa melarikan diri.
Beberapa
menit kemudian, mereka telah sampai di apartmen tempat Hye Ra tinggal. Joon membimbing
Hye Ra untuk duduk di sofa. Sementara pemuda itu menuju dapur dan membawakan
Hye Ra segelas air hangat karena gadis itu masih terlihat cukup syok.
***
Sudah
lewat tengah malam. Hye Ra masih belum bisa memejamkan matanya. Ia masih resah.
Cepat-cepat ia bangkit lalu turun dari ranjangnya sambil menarik selimut. Perlahan
Hye Ra membuka pintu kamar. Suasana di luar cukup gelap. Tapi ada cahaya masuk
dari arah dapur. Ternyata pintu yang mengarah ke balkon terbuka.
Joon
di paksa untuk menginap di sana. Tentu saja pemuda itu menyetujuinya. Terlebih ia
sangat mengkhawatirkan kondisi gadis itu. Dan saat ini Joon tengah duduk seorang
diri di balkon apartmen Hye Ra.
“Kenapa
belum tidur?” tegur Hye Ra sambil mengambil tempat di samping Joon.
Joon
yang sedikit terkejut, langsung menoleh dan mendapati Hye Ra sudah duduk di
sampingnya sambil memeluk selimut. “Kau belum tidur?” Joon mengulangi
pertanyaan Hye Ra namun tak di jawab oleh gadis itu. Joon tersenyum lalu
mengusap puncak kepala Hye Ra. “Sudah lebih baik?”
Hye
Ra hanya mengangguk sekilas. Kemudian langsung mengarahkan pandangannya ke
depan. “Sebenarnya, ada apa kau datang ke Jepang?” Tanya Hye Ra tanpa menoleh.
“Ingin
menemui kekasihku.”
Hye
Ra membeku mendengar pengakuan Joon. Saat melirik pemuda itu, Hye Ra mendapati
Joon yang tengah menatapnya sejak tadi. Hanya sesaat. Hye Ra segera memutuskan
kontak matanya pada Joon. Hatinya seperti hancur tiba-tiba. “Kau sudah
menemukannya?” Hye Ra susah payah mengeluarkan pertanyaan itu.
Tanpa
sepengetahuan Hye Ra, Joon terkekeh. Ia yakin gadis itu pasti cemburu karena
salah sangka. “Iya, aku sudah menemukannya.” Tak ada reaksi apapun dari Hye Ra.
“Gadis itu ada di hadapanku sekarang.”
*flashback*
“Aku
tidak percaya Hye Ra berkata seperti itu padamu,” seru Siwan merendahkan cerita
Joon sebelum insiden Hye Ra menginjak kakiknya.
“Terserah
kau,” balas Joon yang sudah enggan bertengkar perihal Hye Ra.
“Lalu,
apa kau juga mengatakan kau juga menyukainya?” Tanya Nichkhun penasaran.
Joon
pura-pura berpikir untuk mengulur waktu. “Tidak.” Terdengar decakan kecewa dari
Luhan, Siwan serta Nichkhun. Tapi tak ada satupun dari mereka yang menyadari
keberadaan Doojoon yang sudah mengawasi sejak beberapa saat yang lalu. “Tapi
aku mencium pipinya.”
“Apa!”
pekik Doojoon bahkan sebelum yang lain meresponnya. Sedetik kemudian ia sudah
menjadi pusat perhatian. “Jadi kau sudah resmi berpacaran dengan Hye Ra?”
“Tapi
kan Joonie hyung belum mengatakan apa-apa,” seru Luhan tampak membela Joon dan
yang lain hanya mengangguk menyetujui.
Doojoon
bergegas untuk bergabung dengan yang lain. “Harusnya sudah. Meski tidak
dikatakan secara langsung, tapi yang dilakukan Joon sudah mewakili perasaannya.
Jadi mereka sudah berpacaran sekarang.”
Joon
yang sejak tadi mendengarkan perkataan Doojoon dengan serius, kini
mengembangkan senyumannya.
*flashback end*
“Benar
seperti itu?” Tanya Hye Ra dengan polosnya menanggapi cerita Joon tadi. “Kenapa
kau tidak pernah mengatakannya di telpon?” lanjutnya melancarkan protes.
“Sudahlah.
Apa kau tak senang mendengarnya?” rayu Joon mengalihkan pembicaraan.
Hye
Ra melirik Joon dengan tatapan ragu. “Berarti sudah selama 3 minggu, ya?”
serunya sambil menunjukkan tiga jarinya. Joon hanya mengangguk, sementara Hye Ra
kembali menatap ke depan dan tak mengatakan apa-apa.
“Bagaimana
kau kita pastikan lagi?”
“Maksudmu?”
“Tunggu
sebentar.” Joon sibuk mencari-cari sesuatu di dalam saku jinsnya. “Aku memiliki
sebuah cincin.” Tak lama ia mengeluarkan benda yang dimaksudnya. Tanpa meminta
izin terlebih dahulu, Joon meraih tangan kiri Hye Ra dan memasangkan cincin
tersebut.
Hye
Ra terkekeh melihat aksi Joon yang berusaha mencari-cari jari yang tepat. “Cincin
itu terlalu besar untukku.”
“Kau
benar,” seru Joon menyerah.
“Sebenarnya
untuk apa cincin itu?”
Joon
mengeluarkan sesuatu yang menggantung di lehernya. “Kau ingat ini?”
Hanya
melihat sekilas saja, Hye Ra sudah bisa memastikan ia mengenal cincin yang
dijadikan liontin kalung oleh Joon. “Jadi benda itu ada padamu? Kenapa tak kau
buang saja?” perintah Hye Ra.
“Kenapa
harus ku buang?” jelas-jelas Joon menolak perintah Hye Ra. “Cincin ini akan
selalu ku pakai sebagai pengganti karena kau belum bisa benar-benar berada di
sampingku.”
“Tapi
cincin itu pemberian Yong Hwa. Kau bisa memeriksanya karena terukir nama pemuda
itu di dalamnya.” Hye Ra bersikeras meyakinkan Joon.
“Kau
saja yang memeriksanya.”
Demi
meyakinkan Joon tentang cincin itu, Hye Ra terpaksa melihat sendiri
kebenarannya. Gadis itu mendekatkan tubuhnya karena kalung tersebut masih
tergantung di leher Joon. Setelah melihatnya, Hye Ra langsung kembali
menjauhkan tubuhnya dan mendongak untuk menatap Joon. “Bagaimana bisa ada
namaku di sana?” Tanya Hye Ra bingung.
“Mungkin
Yong Hwa diam-diam menukarnya?” ujar Joon berspekulasi. Hye Ra masih diam,
sibuk dengan pikirannya sendiri. “Kau memiliki kalung, kan?” Joon menarik
kembali tangan Hye Ra lalu memasangkan cincin tadi di ibu jari gadis itu. “Ya
sudah, kau pasang sendiri ya?”
Hye
Ra tersenyum geli melihat cincin yang melingkar di ibu jarinya. Tak habis pikir
dengan apa yang dilakukan Joon padanya.
“Kapan
Nichkhun hyung dan Minjung eonnie akan menikah?” Tanya Hye Ra setelah mereka
diam beberapa lama.
“Setelah
Siwan dan Soo In bertunangan. Mungkin.” Jawaban Joon terdengar ragu dan belum
pasti. “Tapi bisa jadi setelah Luhan bertunangan dengan Han Yoo,” lanjutnya.
Hye
Ra membualatkan matanya tanda terkejut. Namun kejutan bahagialah yang ia
rasakan. “Aku ikut senang mendengarnya. Bahkan Luhan juga sudah berencana untuk
tunangan. Dan sebentar lagi, satu-persatu dari kalian akan menikah.”
Namun berbeda dengan
Joon. Reaksinya sangat bertolak belakang. “Apa kau akan memaksaku agar kita
juga bertunangan?” Tanya Joon takut-takut. Karena sepertinya memang ada sesuatu
yang ia hindari.
Hye
Ra mengusap tengkuknya, bingung. “Entahlah. Aku saja baru menyadari hari ini
bahwa aku memiliki kekasih sekarang.”
Joon
melirik jam tangannya yang sudah menunjuk ke angka satu. “Ini sudah lewat
tengah malam. Sebaiknya kau tidur,” perintah Joon yang tidak ingin ada
penolakkan. Ia bahkan sudah menarik tangan Hye Ra dan mengajaknya ke dalam.
Hye
Ra melangkah menuju kamarnya, sementara Joon merebahkan diri di sofa yang sudah
dilengkapi dengan bantal dan selimut karena di sana hanya tersedia satu kamar. Joon
menoleh karena merasa Hye Ra masih memperhatikannya.
“Kapan
kau akan pulang?”
Joon
bangkit ke posisi duduk sambil berpikir. “Pesawatku akan terbang jam 7 pagi.”
“Secepat
itu?”
Joon
menghela napas sebelum menjawab. “Jadwalku tidak bisa di ubah sesuka hati,”
seru Joon menyesal.
“Apa
kau keberatan jika kita mengobrol sampai pagi? Kebetulan hari ini hanya aka
nada pameran desain di tempat kursusku. Dan waktunya akan di laksanakan sore
hari.”
Joon
tak langsung menyetujuinya. Ia ingin sedikit menggoda kekasihnya itu. “Tapi kau
memiliki sesuatu yang bisa di makan, kan?”
“Kau
tunggu di sana, aku akan memasakkan sesuatu untukmu.” Hye Ra buru-buru melempar
selimutnya ke dalam kamar, lalu bergegas menuju dapur.
“Aku
ingin menemanimu,” ujar Joon yang kini sudah mengikuti langkah Hye Ra ke dapur.
Sadar
bahwa mereka akan tidak bertemu dalam beberapa minggu ke depan, Joon dan Hye Ra
benar-benar memanfaatkan waktu mereka yang sempit ini dengan semaksimal
mungkin. Meski harus tidak tidur sampai pagi.
“Sepertinya
harus ada yang ku pikirkan lagi mulai sekarang,” ujar Joon di sela-sela makan
mereka.
“Apa
ada keinginanmu yang belum tercapai?” Hye Ra dengan serius menanggapi perkataan
Joon.
Joon
tersenyum dan memberikan suasana misterius di balik senyumannya itu. “Tentu
saja masih banyak sekali. Tapi untuk jangka waktu dekat, aku mungkin akan
membeli apartmen.”
“Kau
ingin meninggalkan dorm?”
“Yang
lain juga pasti akan melakukan hal yang sama jika sudah menikah. Dan aku akan
membelinya untuk kita tempati bersama nanti.”
“Uhuk!”
Hye Ra tersedak dengan perkataan Joon tadi.
Joon
menyodorkan gelas pada Hye Ra. “Aku tidak terlalu suka membuat berita yang
menghebohkan. Karena itu, mungkin aku akan langsung melamarmu tanpa harus
mengurus pertunangan terlebih dahulu.”
“Apa
kau sudah benar-benar yakin padaku?”
“Kita
tidak akan menikah besok, Hye Ra. Masih cukup banyak waktu. Kau tenang saja.”
Joon berkata lembut sambil memegang salah satu tangan Hye Ra.
Beberapa saat
kemudian, suasana hening mendominasi mereka.
“Aku
tak membayangkan jika berita dari mu akan menjadi yang paling menghebohkan di ‘Blue
Flame’,” Hye Ra akhirnya memecah keheningan.
“Kau
benar. Luhan dan Siwan memberikan berita bahwa mereka ternyata memiliki
kekasih. Sementara Doojoon dan Nichkhun membuat heboh karena berita pertunangan
mereka. Maka dari itu, aku tak mau kalah dengan berita pernikahanku.”
Hey
Ra tertawa menanggapi ucapan Joon yang terlalu percaya diri. “Itu artinya, kau
harus cepat membeli apartmen,” ujarnya memberi saran.
“Tentu
saja. Untuk lokasinya, kau yang pilihkan.” Dengan santainya Joon melemparkan
beban pada Hye Ra.
“Kau
sudah pernah mengunjungi apartmenku, kan? Bagaimana menurutmu?”
Joon
diam sesaat sambil mengingat-ingat tempat itu. Karena ia baru sekali kesana. “Di
bandingkan dengan yang ini, apartmenmu yang di Korela terlalu luas jika hanya
kau tempati sendiri. Dan aku cukup nyaman berada di sana.”
“Bagaimana
kalau kau membeli apartmen itu saja?” saran Hye Ra penuh semangat. “Ada
kenangan yang indah terjadi di sana.”
“Maksudmu
kenangan bersama Doojoon? Atau bersama Yong Hwa?” Joon bertanya dengan nada tak
suka.
“Apa
aku harus mengatakannya?” Hye Ra menatap Joon ragu. Ia tak terlalu mempedulikan
reaksi Joon yang bertolak belakang dengan apa yang dipikirkannya. “Karena, di
tempat itulah pertama kalinya aku jatuh cinta padamu,” ujar Hye Ra pelan sambil
tertunduk.
Joon
mendongak dan menatap Hye Ra. Ia terkekeh melihat gadis itu tampak malu-malu
saat mengatakan hal tadi. Tiba-tiba, terbesit sebuah ide di benaknya. Joon melepaskan
kalung lalu memakaikan cincin di jari manis Hye Ra. “Pasangkan cincin itu
padaku,” pintanya sambil menunjuk ke arah ibu jari Hye Ra. Meski bingung, Hye
Ra hanya menuruti permintaan Joon. Lalu pemuda itu mengajak Hye Ra berdiri. Dan
tak lupa ia mengeluarkan ponsel dan membuka fitur kamera. “Tunjukkan cincinnya,”
pinta Joon sambil mengangkat tangannya yang memegang ponsel, lalu mengabadikan
momen tadi dalam sebuah foto.
“Kau
kenapa?” tegur Hye Ra yang heran melihat Joon sibuk dengan ponselnya sambil
tersenyum.
Belum sempat Joon
menjawab, ponselnya berbunyi. Sebuah panggilan dari Minho.
“Jangan main-main Joon!” teriak Minho. Joon
bahkan mengaktifkan loadspeaker pada
ponselnya. “Kalian tidak bisa melakukan
pertunangan tanpa persetujuanku dan keluarga yang lain!”
Klik!
Joon dengan tidak sopannya mematikan telpon Minho.
***