Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun (2PM)
·
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan (Exo-M)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support
cast :
·
Yong Hwa (CN Blue)
·
Yoona (SNSD)
·
Minho (SHINee)
·
Yunho (TVXQ)
·
Sungmin (Super Junior)
Genre : romance
Length : part
***
Pagi-pagi
sekali Hye Ra sudah siap dengan koper kecilnya. Ia berniat untuk kembali ke
Jepang hari ini. Gadis itu ke luar dari kamarnya dan langsung menuju kamar
bawah tempat Minho berada.
“Oppa!”
teriak Hye Ra sambil mengetuk pintu kamar kakaknya. “Bisakah kau ke luar
sebentar? Aku hanya ingin berpamitan padamu.”
Tak lama pintu terbuka dan
memunculkan Yoona dari baliknya. Tentu saja Yoon ada di sana. Ia sudah resmi
menjadi istri Minho sekarang. “Kenapa kau pergi pagi-pagi sekali?” protes Yoona
karena ia baru saja bertemu adik iparnya itu kemarin. Dan sekarang gadis itu
sudah akan kembali meninggalkannya.
“Eonnie, aku mau menemui
Joon sebentar. Aku belum melihatnya kemarin di pestamu,” Hye Ra berusaha
meminta Yoona memberikan pengertian untuknya.
“Kau
sangat merindukannya, ya?” goda Yoona sambil mencolek dagu Hye Ra. Ia sangat
gemas dengan cerita cinta pemuda masa lalunya dengan adik iparnya sendiri.
Hye
Ra melotot. “Eonnie!”
Yoona
tersenyum memaksa. “Oke, terserah kau saja.” Gadis itu kemudian berbalik.
“Oppa! Adikmu sudah ingin pergi. Kau tidak ingin menemuinya?” teriaknya pada
Minho yang masih bermimpi di dalam. “Oppa!” pekik Yoona sekali lagi karena
tidak ada jawaban dari suaminya itu.
“Iya!”
balas Minho akhirnya. Setengah malas ia turun dari ranjangnya. “Kenapa kau
buru-buru sekali? Kita bahkan belum sempat jalan-jalan.”
“Kalau
kursusku telah selesai, kita bisa pergi ke manapun yang oppa mau.”
“Dia
ingin menemui Joon dulu,” bisik Yoona pada Minho, namun suaranya bisa sampai di
telinga Hye Ra.
Hye
Ra cemberut karena sejak tadi ia habis di goda oleh Yoona. “Aku pergi.” Gadis
itu membalikkan badan, namun Yoona dan Minho dengan sigap menahannya.
“Hye
Ra, aku hanya bercanda.” Yoona tampak merayu Hye Ra karena sedikit merasa
bersalah.
“Oppa
akan mengantarmu ke bandara,” Minho menawarkan diri.
Yoona
mencubit lengan Minho. “Adikmu ingin menemui kekasihnya dulu. Tidak langsung ke
bandara.”
“Siapa
yang eonnie maksud dengan kekasihku?” lagi-lagi Yoona menguji kesabaran Hye Ra.
“Sudahlah, lupakan!” gadis itu mengibaskan tangannya sebelum Yoona menjawab.
Siapa lagi kalau bukan Joon. Dan Hye Ra sangat ingin cepat-cepat meninggalkan
tempat itu.
Minho
menarik tangan Yoona sebelum istrinya itu mengejar Hye Ra. “Biarkan saja.”
***
“Joon!
Bukankah kau sedang sakit?” terdengar Siwan meneriaki Joon yang muncul dari
dalam kamarnya karena ia sudah tidak mengenakan piyamanya.
Luhan
yang berdiri di dekat Joon, berusaha menggapai kening hyungnya menggunakan
punggung tangan. Kejadian itu tak berlangsung lama karena Joon buru-buru
menyingkirkan tangan Luhan.
“Biar
aku atau salah satu dari kami yang menemanimu, hyung,” Luhan menyarankan.
“Aku
bisa sendiri, lagipula aku pergi ingin menemui Hye Ra. Bukan ingin jalan-jalan.
Dan aku janji setelah itu aku akan langsung pulang,” seru Joon.
“Janjimu
tidak bisa di pegang, Joon,” sambar Nichkhun enteng.
“Kau
sama sekali tak menghargai niat baik si maknae,” tambah Siwan ikut memojokkan
Joon. Mereka akan selalu kompak untuk urusan menganiaya leader mereka.
Sementara itu, Joon hanya bisa menatap sinis satu-persatu membernya.
Joon
sudah ingin membuka mulut.
“Luhan
tidak akan mengganggumu dengan Hye Ra,” tampak Doojoon yang baru muncul dari
arah dapur memotong ucapan Joon yang bahkan belum mengucapkan sepatah katapun.
“Dia hanya akan menemanimu saja,” lanjutnya.
Joon
melempar kunci mobilnya tepat mengarah ke Luhan. Lalu tanpa berkata-kata lagi,
pemuda itu berjalan ke arah pintu utama.
“Kabari
jika terjadi sesuatu pada Joon,” ujar Nichkhun mengingatkan sebelum Luhan
benar-benar menyusul Joon.
***
Hye
Ra tergesa-gesa menyeret kopernya ke luar dari rumah. Saat akan berniat
menyeberangi jalan, tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti tepat di depannya.
“Yong
Hwa?” tebak Hye Ra. Benar saja. Tak lama pemuda yang dimaksud Hye Ra
memunculkan diri dari dalam mobil.
Yong
Hwa menatap Hye Ra dari atas ke bawah. “Kau ingin pergi ke mana? Apa kau akan
tinggal sendiri di apartmenmu lagi?” cecar Yong Hwa. Mereka cukup lama tak
saling berhubungan. Jadi pemuda itu tidak tau tentang cerita Hye Ra sejak
mereka putus di acara pertunangan Minho dan Yoona.
“Untuk
apa lagi kau datang?” Tanya Hye Ra dingin. Ia bahkan tak berniat menjawab
pertanyaan yang Yong Hwa lontarkan tadi.
Yong
Hwa menghela napas. “Maaf,” sesalnya. Ia memang sengaja menghilang dari
kehidupan mantan kekasihnya itu. “Ku mohon jawab dulu pertanyaanku. Dan setelah
itu, kau boleh menghajarku sesuka hatimu.”
Hye
Ra melirik sekilas. Ia masih mempertahankan sikap dinginnya. “Sekarang aku
ingin ke dorm ‘Blue Flame’. Dan setelah itu aku harus kembali ke Jepang. Aku
mendapat beasiswa kursus desain di sana,” jelas Hye Ra akhirnya. Ia memang
tidak bisa marah pada Yong Hwa. Pemuda itu datang dan pergi seperti ini sudah
biasa terjadi di antara mereka.
Yong
Hwa cukup membulatkan matanya mendengar penjelasan Hye Ra. “Jepang?” ia
mengulangi ucapan Hye Ra. “Berapa lama?”
“Setengah
tahun, tapi aku sudah menjalaninya selama tiga bulan.”
Yong
Hwa cukup lama terdiam. “Ya sudah, ku antar kau kemanapun,” ujar Yong Hwa
akhirnya lalu berbalik dan berniat untuk kembali ke mobil, tapi Hye Ra tak
mengikuti langkahnya. “Hye Ra!” tegurnya. Gadis itu tidak bergerak sedikitpun
membuat Yong Hwa tepaksa kembali sambil mendorong gadis itu untuk masuk ke
dalam mobilnya.
***
Yong Hwa dan Hye Ra dalam perjalanan menuju dorm ‘Blue Flame’.
Suasana hening mendominasi mereka.
“Hmm…” Yong Hwa berusaha memulai pembicaraan. Tapi tak ada satu
katapun yang meluncur dari bibirnya.
“Katakan saja,” ujar Hye Ra.
Yong Hwa mengacak rambutnya, frustasi. Ia mengetuk-ngetukkan
jari ke stir mobil sambil mencari kata yang tepat untuk bicara. “Sebenarnya aku…
Hmm, ingat waktu kita berpacaran dulu. Ah, iya. Setahun bukan waktu yang sebentar.”
Hye Ra melirik Yong Hwa intens.
“Sudahlah lupakan saja,” seru Yong Hwa cepat-cepat.
“Sebenarnya apa yang kau bicarakan?” desak Hye Ra yang merasa
ada sesuatu yang disembunyikan Yong Hwa darinya.
“Ah, iya. Selama kita berpacaran, apa kau pernah sedikit saja
memiliki perasaan padaku?” Tanya Yong Hwa. “Aku tau, pasti jawabannya tidak.”
Ia menjawab pertanyaannya sendiri. “Apa kau tau bahwa aku pernah memiliki
perasaan padamu?”
“Yong Hwa! Katakan yang jelas. Aku sedang tidak ingin bermain
tebak-tebakan.”
“Apa kau bahagia bersama Doojoon sekarang?” Tanya Yong Hwa
akhirnya.
“Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan?” Hye Ra mulai kesal
karena pembicaraan Yong Hwa tidak jelas maksud dan tujuannya.
“Jawab saja pertanyaanku yang terakhir.”
“Aku bahagia melihat Doojoon. Dia sudah kembali bersama Sung
Hye sekarang,” jelas Hye Ra. Gadis itu juga sudah tidak terlihat sulit
mengatakan kebenaran tentang Doojoon.
“Apa?”
“Kau tak salah dengar.”
Suasana kembali hening dalam beberapa saat.
“Kau tau kenapa aku mau membantu melupakan perasaanmu pada
Doojoon waktu itu?”
“Apa kau pernah mengatakannya?”
Yong Hwa tersenyum mengingat kebodohannya bertanya seperti
itu. Ia tak pernah sekalipun menunjukkan kesan serius selama hubungan mereka. Jadi
jangan salahkan jika Hye Ra masih beranggapan dirinya dan Yong Hwa hanya
bersenang-senang dalam hubungan mereka.
“Aku menyukaimu bahkan sebelum kita berpacaran. Saat aku tau
kau memiliki perasaan pada Doojoon, sementara pemuda itu bersama gadis lain. Aku
mulai mencintaimu dan ingin berada di sisimu selamanya.”
Hye Ra membeku dengan perkataan Yong Hwa. “Kenapa tidak kau katakan
sejak awal? Jadi aku tidak akan menyakitimu seperti ini,” omelnya.
“Aku bahagia dengan kebersamaan kita selama ini.”
“Tapi kau tetap harus mencari gadis yang tulus mencintaimu!”
“Aku tau. Dan kalau kau tidak keberatan, aku ingin memulai
lagi dari awal bersamamu. Tapi dengan membawa serta perasaanku padamu.”
“Kenapa waktu itu kau justru ingin kita putus?” Hye Ra cukup
menyalahkan pemuda di sampingnya ini.
“Aku hanya ingin mengakhiri sandiwaraku. Di sisi lain, aku
juga ingin memberikanmu kebebasan bersama pemuda lain. Tapi nyatanya, aku tak
sanggup jauh darimu, Hye Ra.”
Hye Ra menghempaskan punggungnya ke sandaran jok mobil. Pikirannya
semakin kacau. Dipikirnya Yong Hwa sudah benar-benar pergi. Ia tak menyangka pemuda
itu akan berkata seperti tadi. Dan sekarang, perasaan campur aduk antara Yong
Hwa dan Joon.
“Apa kau mau menerimaku kembali?” Tanya Yong Hwa meminta
kepastian. Meski resiko penolakkan lebih besar, Yong Hwa tetap ingin tidak
menyesal untuk yang ke dua kalinya.
Untuk beberapa saat, Hye Ra tak tau harus berkata apa. “Tunggu
sampai aku bertemu Joon,” ujar Hye Ra akhirnya. Gadis itu tidak bisa
benar-benar meninggalkan Joon. Sebenarnya ia cukup yakin pada Yong Hwa jika
saja tidak ada sosok Joon yang mengisi kekosongan hatinya.
Sementara itu, Yong Hwa hanya bisa pasrah menunggu keputusan
Hye Ra.
***
“Ku
rasa keputusanku untuk menemanimu sangat tepat.”
“Diam,
kau!” kesal Joon. Ia dan Luhan baru saja dari rumah Hye Ra. Namun belum sempat
bertemu dengan gadis itu, Hye Ra sudah lebih dulu di bawa pergi oleh Yong Hwa. Mereka
bahkan melihat semua kejadian tadi.
Luhan
hanya mampu menghela napas menanggapi kekesalan Joon. “Sekarang kau mau ku
antar ke mana?” Tanya Luhan yang menyetir mobil.
“Pulang,”
jawab Joon singkat.
“Oke,”
balas Luhan sambil mengangguk tanda mengerti. Ia mengambil jalan pintas untuk
kembali ke dorm. Sesekali Luhan melirik Joon yang sejak tadi diam sambil
memandang ke luar jendela.
Tak
lama, mereka sudah hampir sampai di gedung tempat dorm ‘Blue Flame’ berada.
“Berhenti
berhenti…” perintah Joon tiba-tiba.
Dengan
sangat terpaksa Luhan menginjak pedal rem dengan tiba-tiba. “Kenapa kau
menyuruhku berhenti mendadak!” protes Luhan karena keningnya nyaris saja
terantuk stir mobil.
“Apa kau
tidak melihat mobil tadi?”
Luhan
sedikit memajukan badan untuk menajamkan penglihatannya. Tak jauh dari sana
adalah gerbang utama gedung tempat dorm ‘Blue Flame’ berada. “Banyak mobil yang
lewat, hyung,” ujarnya malas menanggapi pertanyaan Joon yang menurutnya tidak
terlalu penting.
“Itu
mobil yang tadi membawa Hye Ra pergi.”
“Oh…”
Luhan hanya ber-oh ria menanggapi ucapan Joon membuat leadernya itu meliriknya
tajam. Tapi pemuda itu tak mau ambil pusing dengan apa yang dilakukan Joon
padanya.
***
Doojoon
membuka pintu dormnya. “Hye Ra?” seru Doojoon yang terkejut mendapati temannya
itu sudah muncul di depan dorm ‘Blue Flame’ sepagi ini. Pemuda itu menjulurkan
kepalanya ke luar dan menoleh ke ujung koridor. “Kau sendiri?” tanyanya penuh
selidik.
Hye
Ra menggeleng, “Yong Hwa menungguku di bawah.”
“Kau
datang bersamanya?” Doojoon tampak tak suka jika Yong Hwa masih mendekati Hye
Ra.
“Ayolah
Doojoon, dia hanya mengantarku,” rayu Hye Ra.
“Ya
sudah.” Doojoon menggerakkan kepalanya ke dalam. “Masuk,” ajaknya.
Hye
Ra berjalan melewati Doojoon untuk masuk ke dalam. Di sana ia menemukan Siwan
tengah menonton televisi.
“Hai
Hye Ra,” sapa Siwan sambil menggeserkan badan sebagai tanda ia menyuruh Hye Ra
untuk duduk di sampingnya. “Apa Joon tidak mengabarimu?”
Hye
Ra duduk lalu melirik Siwan dengan tatapan bingung. “Mengabari apa?” ia justru
balik bertanya.
“Dia
tadi ke luar dengan Luhan. Katanya mau menemuimu,” jelas Siwan. “Tapi kenapa
justru kau malah ke sini juga?”
Hye
Ra melirik Doojoon yang masih berdiri. Ia seperti menuntut penjelasan pada
temannya itu. “Aku akan mencoba menghubungi mereka,” ujarnya sebelum masuk ke
kamar untuk mengambil ponselnya. Tak lama Doojoon kembali dengan posisi ponsel
menempel di telinganya.
Siwan
berdiri dan berjalan ke arah kamar Joon. Ia mendengar sebuah suara dari dalam
sana. Saat membuka itu, ia langsung mendapati sebuah ponsel dengan lampu
layarnya yang berkedip.
Yeah, yeah,
love is pain, love is pain
Love is
over, love is over, that, that, that’s it
O-o-o-o-over,
love love is pain, pain
O-o-o-o-over,
love, break it
(‘Mystery’ : B2ST)
“Dasar
payah!” Siwan berdecak kesal lalu menutup kembali pintu kamar Joon. “Joon
meninggalkan ponselnya. Coba kau hubungi Luhan.”
Doojoon
hanya mengangguk sambil mencari kontak Luhan dalam ponselnya.
***
Sementara
itu, suasana hening masih menguasai sebuah mobil yang dihuni Joon dan Luhan.
Tak lama kemudian, terdengar sebuah dering ponsel. Luhan sudah merogoh saku
celananya.
Every day I just can't control.
Every night the loneliness, my love.
Every night the loneliness, my love.
(‘Shock’ : B2ST)
Joon buru-buru menyambar ponsel Luhan. Ia tau bahwa lagu
tersebut adalah nada khusus untuk panggilan dari Doojoon.
“Hyung!” protes Luhan karena Joon sudah merebut ponselnya. Ia
juga berusaha merebut kembali ponsel itu, namun Joon menghalanginya.
Benar dugaan Joon, itu panggilan dari Doojoon. “Aku tak mengijinkanmu
menerima telpon darinya,” putus Joon seenaknya.
“Memangnya kenapa, hyung?” Tanya Luhan yang tidak mengerti
dengan apa yang dipikirkan leadernya itu.
“Doojoon pasti ingin memberitahumu bahwa Hye Ra di dorm
sekarang.” Joon bicara tanpa menatap Luhan.
Luhan semakin bingung dengan Joon. “Bukannya bagus kalo Hye
Ra ada di dorm kita? Lagipula, bukankah kau ingin bertemu dengannya?”
“Jangan banyak Tanya. Kau tak mengerti apa-apa.”
Luhan hanya menghela napas karena tak tau lagi harus
bagaimana dengan leadernya itu. Ia bersandar malas ke jok mobil. Sementara Joon
kembali sibuk dengan dunianya sendiri. Ia masih mengabaikan panggilan dari
Doojoon.
“Hyung, apa jangan-jangan kau cemburu dengan pemuda yang
bersama Hye Ra tadi?” Tanya Luhan penuh selidik. Dalam hati, ia sangat puas
dengan reaksi Joon yang sontak menoleh dan menatap tajam padanya. Luhan hanya
mengangkat bahu sebelum memutuskan kontak mata terhadap Joon.
***
“Luhan tidak menganggat telponku,” seru Doojoon dengan nada
kesal.
“Apa mungkin ponselnya tertinggal?” pikir Siwan.
“Tidak. Tadi aku melihat Luhan membawanya,” ujar Doojoon
pasti. Ia masih berusaha menghubungi nomor Luhan. “Astaga! Ke mana anak itu?”
Merasa tidak ada harapan untuk bertemu Joon, Hye Ra berdiri. “Sudahlah,
nanti biar aku yang akan menghubunginya jika sudah sampai di Jepang.”
“Kau akan kembali sekarang?” Tanya Doojoon seolah tak terima
jika Hye Ra sudah harus kembali meninggalkan Korea.
“Satu jam lagi aku harus sudah sampai di bandara.” Nada
bicara Hye Ra seakan ia tak ingin mengatakan itu. “Dan semalam aku juga tidak
sempat bertemu dengannya.”
“Apa?” seru Doojoon dan Siwan nyaris bersamaan membuat Hye Ra
terlonjak karena terkejut dengan suara mereka.
“Bagaimana bisa? Padahal Joon datang ke acara pernikahan
Minho hyung,” seru Doojoon yang tak mengerti kenapa Hye Ra dan Joon bisa sampai
tidak bertemu semalam.
“Tapi…” Hye Ra tak melanjutkan ucapannya. Ia cukup menyesal
karena telah melewati kesempatan untu bisa bertemu dengan Joon. Seandainya ia
tak terlalu lelah hingga tertidur di ruang ganti kemarin, ia pasti akan mencari
pemuda itu di tengah-tengah tamu undangan.
“Kau benar-benar ingin bertemu dengannya?”
Hye Ra mendongak seperti tersadar dari lamunannya. Dan
perasaannya kini semakin bercampur aduk. Terlebih yang bertanya seperti tadi
adalah seorang Doojoon. Benarkah ia sangat ingin bertemu dengan Joon? Gadis itu
tidak memiliki jawaban pasti. Ia tidak tau apa yang membawanya sampai ke dorm
‘Blue Flame’ dan hanya untuk bertemu dengan leader mereka. Ia juga tidak
mengerti mengapa ia sangat menyesal tidak bisa bertemu dengan Joon, padalah
mereka berada dalam satu lokasi yang sama.
Rasanya keberadaan Joon selama 3 bulan terakhir cukup
berpengaruh pada hidup Hye Ra. Komunikasi mereka yang cukup intens membuat Hye
Ra tak bisa melepaskan pemuda itu begitu saja. Dan sekarang, ia harus ikhlas
tak bisa bertemu dengan Joon setelah selama 3 bulan mereka hanya berhubungan
melalui telpon.
“Joon yang menggatikan Yong Hwa bersamaku.”
Doojoon terkekeh mendengar ucapan Hye Ra.
“Kenapa tertawa?” protes Hye Ra yang merasa tidak ada hal
lucu dalam ucapannya. Doojoon masih terkekeh, sementara Siwan berusaha menahan
tawanya. “Aku menyesal berkata seperti tadi.” Hye Ra berdiri dan berniat untuk
pergi. Kedatangannya tidak membawakan hasil.
“Aku antar ke bawah,” Doojoon menawarkan diri sebagai tanda
permohonan maafnya.
“Oppa, aku pergi dulu,” pamit Hye Ra pada Siwan dan
mengabaikan Doojoon. “Salam untuk Nichkhun oppa, Luhan dan…”
“Tentu saja terspesial untuk Joon,” sambar Siwan membuat Hye
Ra memutar bola matanya sebagai ekspresi kekesalan.
Siwan sendiri hanya menggeleng melihat kelakuan gadis pujaan
leader mereka saat gadis itu pergi bersama Doojoon meninggalkan dorm.
“Hye
Ra, aku minta maaf.”
Gadis itu menoleh pada Doojoon yang berjalan di sampingnya. “Untuk
apa?” Tanya Hye Ra bingung. Ia merasa Doojoon tidak memiliki kesalahan apapun
padanya.
“Maaf karena tidak bisa membalas perasaanmu padaku.”
Hye Ra tertegun sesaat. Ia lalu menghela napas. “Jangan
merasa bersalah. Karena itu sama saja kau membuatku juga merasa seperti itu.”
“Yong Hwa?” tebaknya.
Hye Ra akhirnya menceritakan kejadian beberapa saat lalu saat
ia hanya bersama Yong Hwa di dalam mobil.
“Apa itu artinya kau akan memilih Yong Hwa kembali?”
“Aku harus bertemu dengan Joon terlebih dahulu,” seru Hye Ra
tegas. Ia memang sangat ingin bertemu dengan pemuda itu. “Menurutmu, siapa
sebaiknya yang aku pilih?”
Doojoon menatap Hye Ra bingung karena gadis itu meminta saran
padanya. Terlebih untuk memilih satu di antara dua pemuda. “Kenapa malah
bertanya padaku? Siapa yang benar-benar kau sukai?”
“Jadi kau mendukung jika aku memilih Yong Hwa?” Tanya Hye Ra
iseng.
“Aku tidak berkata seperti itu!” sergah Doojoon.
Hye Ra hanya terkekeh menanggapinya. Dan itu sama saja
Doojoon lebih mendukung hubungannya bersama Joon. “Aku pergi dulu,” pamitnya
saat mereka telah sampai di lapangan parkir.
Doojoon memeluk Hye Ra sesaat. “Jaga dirimu baik-baik.”
Hye Ra hanya mengangguk lalu berjalan meninggalkan Doojoon
seorang diri.
“Cepatlah kembali. Aku pusing melihat Joon seperti orang gila
memikirkanmu,” teriak Doojoon untuk yang terakhir kali.
Hye Ra sebenarnya mendengar teriakan Doojoon, tapi ia hanya
tersentak sesaat dan tak ingin menoleh untuk membenarkan perkataan Doojoon.
“Kau sudah menemukan jawabannya?” Yong Hwa menagih janji pada
Hye Ra saat gadis itu baru masuk ke dalam mobilnya.
Hye Ra tak langsung menjawab. “Joon tidak ada di dorm. Ponselnya
juga tertinggal. Aku belum bisa menghubunginya sekarang,” jelasnya setelah
mengenakan sabuk pengaman.
“Kita ke bandara sekarang?” Tanya Yong Hwa.
Hye Ra hanya mengangguk samar.
“Aku akan tetap menunggu jawaban darimu,” ujar Yong Hwa
sebelum meninggalkan area parkir gedung tempat dorm ‘Blue Flame’ berada.
***
yah.. kebiasaan.. lagi enak2 baca abis.. hahaha
BalasHapusaduh.. knp Yong Hwa harus muncul lagi?? bikin Hye Ra galau.. tp gpp sih.. ceritanya makin seru.. hehehe
yah..
Changsun knp sakit?? apa dy sakit gara2 Hye Ra yah??
wah makin galau deh Joon liat Hye Ra sama Yong Hwa tadi..
kasian Cgangsun ku.. (?)
gak seru kalo perasaannya Joon gak dipermainkan...
BalasHapuskasian Yong Hwa kalo ngilang gitu aja...
tetep ya, Joon suka seenaknya...
ahahahaha
BalasHapusdari hati banget itu bilangnya...
berarti selama ini kau juga dipermainkan perasaanya oleh Joon yah??
oh iye bener...
berarti jadi nih bikin 20 part??
emang... suka2 dy lah mau ngapaiin...
tapi kasian juga Joonnya... :)
gak nyampe 20 part paling...
BalasHapusJoon keren tau kayak gitu...
trz mau berapa part jadinya??
BalasHapushahaha
iye bener... dapet banget lagi perannya kaya gitu.. jarang2 loh FF yang main castnya ada Joon yang segalau itu.. hihihi
banyak aja kalo mau nyari mah...
BalasHapuscuma kebetulan aja di sini perannya Joon bikin meleleh... *ngelap bibir*
hahahaha
BalasHapusapaan aja deh ka??
weits... bener banget..
*ngelap bibir ala Donghae*
ya cari aja... pasti banyak lah...
BalasHapushahahaha
BalasHapusiye bener...
banyak ajah...
ada 18..
bener tak??
apanya 18??
BalasHapusFF nya yang ada Changsun..
BalasHapusbener ga?? apa salah??
sebenernya lo ngerti gak sih maksud gue??
BalasHapusmasih bingung..
BalasHapusapa maksudnya suruh cari di google yah??
nanti lah kalo ketemu...
BalasHapus