Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu,
Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast :
Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin,
Kwangmin), SNSD (Hyoyeon), BtoB (Sungjae, Hyunsik, Changsub, Eunkwang)
Genre
: teen romance, family
Length : part
***
“Oppa,
siapa gadis itu?” desak Haesa, setelah Hyoyeon benar-benar meninggalkan kamar
rawat Sungyeol. “Benar dia kekasihmu?” sambungnya dengan nada tak suka.
Sungyeol
menghela napas.
“Kenapa
tak pernah cerita padaku sebelumnya? Sudah berapa lama kau dengan gadis itu?”
Tanya Haesa lagi. Padahal Sungyeol belum menjawab pertanyaan sebelumnya.
“Tak
lama setelah Hye Ra pindah dari sekolahku.” Sungyeol memberi jeda sesaat dalam
ucapannya. “Seperti yang kukatakan tadi. Itu semua aku dan Changsub lakukan
untuk Hyunsik. Dia yang benar-benar mencintai Hyoyeon. Gadis itu memiliki masa
lalu yang sedikit buruk. Dan Hyunsik merasa belum pantas bersama Hyoyeon. Maka
dari itu aku tidak pernah sedikitpun menyinggung masalah Hyoyeon padamu.
Lagipula, yang ku tau dia dan keluarga sudah pindah ke Jepang,” jelas Sungyeol.
“Tak ku sangka dia kembali lagi.”
Mendengar
sesuatu tentang Jepang, Haesa langsung teringat Hoya. Pemuda itu juga memiliki
niat untuk pindah ke sana. Setelah itu tak ada yang bicara lagi. Sampai
akhirnya pintu kembali terbuka dan memunculkan Sungjong dari baliknya.
“Hyung,
kau baik-baik saja?” Tanya Sungjong setengah khawatir.
Sungyeol
tersenyum sebagai jawaban dirinya baik-baik saja. Sedetik kemudian, ia baru
menyadari sesuatu. Sungyeol langsung mengarahkan pandangannya pada jam dinding
di salah satu sudut ruangan. Masih jam 9 pagi.
“Bukankah
harusnya kalian sekolah?” omel Sungyeol karena dua adiknya ada di sana.
Terlebih mereka juga masih mengenakan seragam sekolah.
Sunjong
dan Haesa bungkam dan hanya mampu saling tatap menghadapi kemarahan Sungyeol.
***
Myungsoo
menyenggol lengan Hye Ra hingga gadis itu sedikit tersentak dari lamunannya.
“Tak ingin pulang?”
Hye
Ra menoleh cepat ke sekitar. Hampir seluruh teman-teman sekelasnya sudah
meninggalkan kelas. Dan kini hanya tersisa dirinya dan Myungsoo tak lama
setelah Dongwoo serta Hoya ke luar. Gadis itu segera membereskan peralatan
sekolahnya.
“Sebenarnya
apa yang kau pikirkan? Untung tadi kau tak di tegur guru.”
Hye
Ra menghela napas berat. “Entahlah. Perasaanku tak enak. Mungkin Sunggyu oppa
sakit,” kata Hye Ra berusaha setenang mungkin. Ia meraih pulpen yang disodorkan
Myungsoo padanya. “Bisa antar aku ke café?” pintanya.
Myungsoo
menggangguk cepat. Ia lalu menggandeng tangan Hye Ra meninggalkan kelas. Myungsoo
membukakan pintu depan untuk Hye Ra, namun gadis itu menahannya. Myungsoo menoleh
cepat dengan tatapan bertanya.
“Tidak
menunggu Minwoo?” Hye Ra meningatkan.
Myungsoo
menggeleng. “Dia mau mengerjakan tugas bersama si kembar.”
Dua
puluh menit kemudian Myungsoo sudah membelokkan mobilnya di parkiran café
Sunggyu. “Aku langsung pulang,” kata Myungsoo tepat ketika Hye Ra akan membuka
pintu mobil. Gadis itu sempat berhenti sesaat lalu mengangguk sebelum akhirnya
melompat ke luar dari mobil Myungsoo.
“Oppa!”
teriak Hye Ra di depan pintu café. “Akh!” pekiknya kemudian karena sebuah lap mendarat
tepat di kepalanya. “Oppa!” protesnya pada Sunggyu yang tadi melakukan itu.
“Kau
pikir ini di hutan!” desis Sunggyu tajam bercampur kesal. Pasalnya saat ini
beberapa pengunjung sudah menghadiahi mereka tatapan tajam.
Berbalik
dengan Hye Ra. Gadis itu justru berbinar mendapati Sunggyu di depan matanya
berdiri tegak. Sedetik kemudian, ia sudah berhamburan memeluk Sunggyu. “Oppa,
kau baik-baik saja?”
“Apa-apaan
kau, Hye Ra?” kata Sunggyu sedikit risih. Bukan karena tak suka jika Hye Ra
memeluknya seperti ini. Hanya saja suasanya sedang tidak tepat. Dengan penuh
permohonan, Sunggyu meminta Hye Ra melepaskannya.
“Jika
Sunggyu hyung tak mau di peluk, biar aku saja yang menggantikan,” goda Jeongmin
yang kebetulan berada tak jauh dari sana. Ia tengah membersihkan meja yang baru
saja ditinggalkan pelanggan.
Sunggyu
menghadiahi karyawannya itu pelototan tajam, namun Jeongmin justru hanya
terkekeh menanggapinya. “Sana ke dalam,” perintahnya pada Hye Ra.
Hye
Ra melangkah malas menuju meja bar. Seperti hari-hari sebelumnya, Hye Ra selalu
memiliki teman yang sama-sama menghuni meja bar tersebut. Hye Ra tak langsung
masuk. Ia memilih berdiri di luar meja bar, tepat di depan mesin kasir.
“Selamat
siang. Ada yang bisa saya bantu?” Tanya pemuda yang berdiri di sana.
Hati
Hye Ra serasa mencelos. Itu bukan Sungyeol. Melainkan seorang karyawan baru
yang menggantikan tugas Sungyeol di belakang meja bar. Hye Ra langsung melesat
ke dalam meja bar dan berhenti tepat di depan pemuda itu.
Pemuda
itu sudah ingin melarang Hye Ra untuk masuk, namun tak sanggup ia lancarkan
karena tatapan tajam yang diberikan Hye Ra.
“Siapa
kau?” Tanya Hye Ra yang sama sekali tak merubah tatapannya.
“Yook Sungjae,” jawabnya
polos.
Hye Ra lalu menoleh ke
jendela untuk melihat Woohyun. “Oppa! Mana Sungyeol oppa?”
Dari
dalam tampak Woohyun merunduk lalu melipat tangannya di meja. Melihat Hye Ra
dari dalam jendela dengan tatapan bingung. “Kemarin hari terakhir Sungyeol
bekerja di sini. Kau lupa?”
“Oppa
bahkan tak pernah cerita apa-apa padaku!” seru Hye Ra dengan nada tinggi.
“Oh,
ya?” Woohyun menatap Hye Ra bingung. Yang ia tau selama ini mereka cukup dekat.
Tidak mungkin Sungyeol tak bercerita tentang hal itu.
Hye
Ra tak menanggapi Woohyun. Ia melangkah gontai menuju kursi yang biasa ia tempati
di sana. Pikirannya melayang tiap detail kebersamaannya dengan Sungyeol selama
ini. Dua kali ia kehilangan pemuda itu begitu saja.
“Hei…”
Sunggyu mencolek lengan adiknya. “Kau merasa kehilangan Sungyeol?” tanyanya
membuat Hye Ra mendongak cepat. “Aku juga.”
Hye
Ra juga tak terlalu menghiraukan perkataan Sunggyu.
Sunggyu
mengusap lembut puncak kepala Hye Ra. “Sudahlah, lebih baik kau belajar untuk
ujian negaramu.” Lalu Sunggyu meninggalkan Hye Ra di sana bersama karyawan
barunya.
***
Hoya
yang baru tiba di apartmennya, dibuat bingung dengan adanya sebuah tas wanita
di sofa ruang tamu. Pikirannya melayang. Siapa yang kira-kira mengetahui
password apartmennya.
“Akhirnya
kau pulang!”
Hoya
mendongak dan mendapati Hyoyeon berdiri di ambang dapur. “Kenapa noona ada di
sini? Aku belum mau ke Jepang. Minggu depan aku baru akan ujian Negara.”
Hyoyeon
mendengus kesal. “Kau pikir urusanku hanya denganmu!” katanya tak suka lalu
membanting tubuh ke sofa.
Takut-takut
Hoya duduk di seberang Hyoyeon yang tampak sangat kesal. “Lalu untuk apa kau ke
sini kalau bukan untuk menyuruhku kembali ke Jepang?” Cukup lama Hyoyeon tak
menjawab. “Mencari kekasihmu?”
Kali
ini Hyoyeon mendelik. Sedikit kesal karena tebakan adiknya tepat sasaran.
“Eunkwang menduakanku,” katanya dingin.
Hoya
hanya berdecak menanggapinya. “Apa bedanya denganmu? Bukankah di sini kau juga memiliki
2 kekasih sekaligus?” sindirnya tajam.
“Tapi
yang ku cintai hanya Sungyeol!” jelas Hyoyeon tak terima.
Hoya
menegakkan badannya cepat. “Sungyeol?”
“Kenapa?
Kau mengenalnya? Tapi dia sedang di rawat sekarang. Semalam Sungyeol
kecelakaan.” Hyoyeon bersuara ketus.
“Apa?”
pekik Hoya dengan perasaan mencelos. “Kenapa
aku baru sadar? Semalam aku yang mengantar Sungyeol ke rumah sakit. Dan berarti
yang dimaksud Haesa tadi… Akh! Kenapa dunia sempit sekali. Sungyeol itu
kakaknya Haesa.”
“Sudahlah.
Aku ingin istirahat!” kata Hyoyeon yang sudah beranjak dari sana karena Hoya
bungkam sejak tadi.
***
Dua
minggu berlalu. Hye Ra dan yang lainnya baru saja menyelesaikan ujian Negara
mereka. Sepulangnya dari sekolah, seperti biasa Hye Ra langsung menuju café.
“Hai…
bagaimana ujian terakhirmu?” sapa Sungjae ceria. Pemuda itu menggantikan
Sungyeol menjadi teman meja bar Hye Ra.
Hye
Ra mendesah sesaat. “Tidak terlalu baik. Tapi tidak buruk juga.” Gadis itu
tampak tak bersemangat. Sangat kontras dengan Sungjae.
“Kemarin
Woohyun hyung bilang, kau sangat suka milk shake stroberi. Mau mencoba
buatanku?” tawar pemuda tinggi itu.
Hye
Ra menoleh cepat. Dan tanpa menunggu persetujuannya, Sungjae sudah mulai sibuk
dengan kegiatannya. Hye Ra terkesiap melihat pekerjaan Sungjae. Cara pemuda itu
membuat minuman, dan juga postur tubuhnya yang tinggi sangat mengingatkan Hye
Ra akan sosok seorang Sungyeol.
Gadis
itu hampir tak berkedip menatap Sungjae. Sungjae menoleh dan memberikan
senyuman pada Hye Ra. Seketika itu pula Hye Ra tersadar. Belum lama ia
menetralisir pikirannya, Sungjae sudah lebih dulu menyuguhkan minuman buatannya
di hadapan Hye Ra.
Tak
ingin menyakiti hati Sungjae yang sudah susah payah membuatkannya minuman,
tanpa pikir panjang Hye Ra langsung menenggaknya hingga tersisa setengah gelas.
Semua milk shake stroberi pada dasarnya sama, hanya saja Hye Ra tetap merasakan
ada sedikit perbedaan antara buatan Sungyeol dan Sungjae.
“Terima
kasih atas minumannya. Hmm… kalau Sunggyu oppa bertanya, bilang saja aku ada
janji bertemu Donghyun oppa.” Tanpa menunggu jawaban apapun dari Sungjae, Hye
Ra segera melesat pergi dari sana. Ia menuju rumah Sungyeol tanpa sepengetahuan
siapapun. Cukup lama ia berdiri di sana, menatap rumah besar tersebut.
Gadis
itu tersentak ketika melihat pintu utama terbuka dan memunculkan sesosok
pemuda. Cukup tampan. Tapi itu bukan Sungyeol. Pemuda tersebut membatalkan niat
membuka pintu mobilnya karena melihat Hye Ra berdiri di depan pagar rumahnya.
“Maaf,
kau mencari siapa?” tegur pemuda itu.
Hye
Ra menatap nanar pemuda di hadapannya. “I… Ini benar rumah Lee Sungyeol, kan?”
“Kau
siapa?” pemuda itu justru balik bertanya. Ia tampak berhati-hati pada siapa
saja yang bertanya mengenai Sungyeol.
“Katakan
saja dari Kim Hye Ra,” ujarnya cukup bersemangat mengingat ia sudah merasa
kehilangan sosok Sungyeol dua minggu terakhir ini.
Pemuda
itu cukup lama berfikir. Ia tak ingin salah menjawab.
***
Myungsoo
menghentikan mobilnya di depan rumah Eun Gi ketika ia mengantarkan kekasihnya
itu sepulang sekolah. Ia lalu menoleh dan tatapannya jatuh pada seorang gadis
di depan rumah yang ia ketahui dari Eun Gi milik Sungyeol.
“Myung.”
Eun Gi menegur kekasihnya. Namun Myungsoo justru memilih ke luar dari mobilnya
dan menghampiri gadis yang sedang berbicara dengan seorang pemuda tersebut.
“Katakan
saja dari Kim Hye Ra.”
Myungsoo
membulatkan mata mendengar gadis itu menyebut dirinya ‘Hye Ra’. Pemuda itu juga
tak kunjung memberikan jawabannya.
“Kau
di sini?” tegur Myungsoo, bahkan ia juga meraih tangan gadis itu.
“Myungsoo,
aku hanya ingin bertemu dengan Sungyeol oppa,” tegas Hye Ra.
Eun
Gi juga berada di sana menyusul Myungsoo. Ia bahkan tengah menatap pemuda yang
tadi bicara dengan Hye Ra dari atas ke bawah. Sementara pemuda itu sedikit tak
nyaman dengan perlakuan Eun Gi padanya.
“Hyunsik
oppa!” pekik Eun Gi bersemangat. Semua yang ada di sana menoleh cepat padanya. “Sudah
seminggu kau di sini. Tapi kita baru bertemu sekarang.”
Pemuda
yang panggil Hyunsik tadi hanya mengangguk canggung.
Myungsoo
menarik lengan Eun Gi lalu berkata setengah berbisik, “kau mengenalnya?”
Eun
Gi menepis pelan tangan Myungsoo dari lengannya. “Hyunsik oppa ini temannya
Sungyeol oppa,” jelas Eun Gi. Ia lalu kembali melirik Hyunsik. “Oppa kau ke
mana saja selama ini? Tak ku sangka ternyata kau yang membeli rumah Sungyeol
oppa.”
Hye
Ra dan Myungsoo saling tatap setelah mendengar ucapan Eun Gi.
“O,
iya. Apa Sungyeol oppa sudah bertemu lagi dengan adiknya? Kalau tidak salah,
namanya Haesa. Benar kan, oppa?” lanjut Eun Gi yang tak menyadari perubahan
raut wajah Myungsoo dan Hye Ra. Ia terus berbincang dengan Hyunsik yang ia
ketahui sebagai teman lama Sungyeol.
“Lee
Haesa teman sekelasku?” Tanya Myungsoo yang kembali mencoba menarik perhatian
Eun Gi.
“Sejak
kapan kau memiliki teman sekelas bernama Haesa?” Eun Gi balik bertanya dan
berusaha kembali pada Hyunsik, namun Myungsoo lagi-lagi mencegahnya agar Eun Gi
tak mengabaikannya.
“Haesa
anak baru di kelasku,” tegas Myungsoo.
“Benarkah
di kelasmu ada anak baru?” Tanya Eun Gi polos. “Aku tidak pernah tau. Tapi bisa
jadi mereka orang yang berbeda.”
Myungsoo
menatap Eun Gi gemas.
“Sudahlah
Myungsoo. Eun Gi benar. Bisa saja mereka orang yang berbeda,” kata Hye Ra
berusaha menengahi meski sebenarnya ia juga tak yakin mengingat ia pernah
melihat Haesa bersama Sungyeol. Hye Ra lalu menatap Hyunsik. “Jadi Sungyeol
oppa sudah pindah?” tanyanya.
Dengan
berat hati Hyunsik mengangguk. “Iya,” ujarnya pendek.
“Ke
mana?” Hye Ra setengah mendesak karena ia benar-benar sudah frustasi dengan
keberadaan Sungyeol sekarang.
Sementara
itu, Myungsoo masih sibuk beradu argument dengan Eun Gi dan sedikit mengabaikan
keberadaan Hye Ra serta Hyunsik. “Waktu itu aku pernah melihat Sungyeol bersama
Haesa teman sekelasku itu. Mereka bahkan sempat ke luar dari sini,” tunjuknya
pada rumah besar di belakang Hyunsik tersebut.
“Benarkah?”
ujar Eun Gi mengalah. “Tapi, kenapa tak pernah cerita kalau di kelasmu ada anak
baru?” protesnya kemudian.
Myungsoo
menepuk keningnya. “Apa itu penting?”
“Maaf,
Sungyeol tak pernah mengatakannya,” kata Hyunsik kembali membuat hati Hye Ra
mencelos.
Gadis
itu hanya mengangguk tanpa melancarkan protes atau mungkin desakan pada
Hyunsik. Ia harus mempercayai perkataan pemuda itu, meski hati kecilnya tidak
berkata demikian. “Terima kasih. Dan kalau kau bertemu dengan Sungyeol oppa.
Tolong katakan aku mencarinya.”
Hyunsik
tak menjawab. Hye Ra juga sudah terlanjur pergi dari sana. Sedikit banyaknya
pemuda itu menyesal dengan keputusannya. Ia merasa ada sesuatu pada gadis itu.
Tapi tentu saja ia tak berani melanggar janjinya pada Sungyeol.
Beberapa
menit kemudian, Myungsoo dan Eun Gi berhenti dari perdebatan panjang yang tidak
penting itu. Dan saat menoleh, ternyata Hyunsik serta Hye Ra sudah tidak ada di
sana.
“Mana
Hye Ra?” seru Myungsoo sambil menyapu pandangan ke sekitar.
“Gadis
itu sudah pergi,” kata Hyunsik dari dalam mobil. Ia lalu meninggalkan Myungsoo
bersama Eun Gi di sana.
Myungsoo
berdecak kesal. “Aku mencari Hye Ra dulu,” pamit Myungsoo kemudian, dan Eun Gi
hanya mengangguk tanpa protes kalau kekasihnya itu sangat mengkhawatirkan
sepupunya.
***
Hye
Ra berjalan seorang diri menelusuri taman kota. Tak jauh di depannya ada
Hyoyeon duduk seorang diri di kursi taman. Namun tentu saja Hye Ra tak mengenal
Hyoyeon. Gadis itu berusaha mengabaikan keberadaan Hyoyeon. Tapi tidak setelah
ada seorang pemuda tinggi dengan balutan kemeja putih yang tampak elegan
membungkus tubuh rampingnya. Tanpa dasi, sementara bagian lengan kemejanya di
gulung hingga siku. Pemuda itu, Sungyeol, terlihat sangat berbeda dari apa yang
Hye Ra ketahui selama ini.
Andai
Sungyeol datang sendiri dan tidak menghampiri Hyoyeon, mungkin Hye Ra sudah
akan berlari lalu memeluknya dengan erat. Hye Ra menatap tak suka dengan
Hyoyeon karena gadis itu langsung memeluk Sungyeol. Memang tak terlalu lama
karena Sungyeol tampak tak membalasnya. Setelah itu, Hyoyeon menarik tangan
Sungyeol agar duduk di sampingnya.
Hye
Ra yang melihat kejadian itu, segera membalikkan badan. Jika bisa, ingin di
depannya tiba-tiba muncul sebuah kolam renang besar dan ia akan langsung
menceburkan diri ke dalamnya. Dengan begitu Sungyeol pasti akan mengabaikan
keberadaan Hyoyeon. Namun itu semua hanya khayalan belaka. Dan Hye Ra
memutuskan untuk meninggalkan tempat itu.
Kembali
Hye Ra menelusuri taman yang tadi sudah sempat ia lalui Di depannya muncul
Woohyun yang setengah berlari dan tampak seperti mengejar seseorang, namun
orang tersebut sudah tak terlihat.
Hye
Ra belum menyadari keberadaan Woohyun. Namun tampaknya Woohyunlah yang pertama
kali melihat Hye Ra. Dan ia langsung tersenyum lalu mendekati Hye Ra.
“Ternyata
benar yang ku lihat itu, kau.”
Hye
Ra mendongak karena merasa ada seseorang yang bicara dengannya. Terlebih suara
itu sangat familiar di telinganya. “Woo… Woohyun oppa?” kejutnya setengah
terbata.
Woohyun
masih menyunggingkan senyumnya. Perlahan Woohyun melangkah semakin dekat. “Sedang
apa kau di sini?”
“Oppa
sendiri?” Hye Ra malah balik bertanya.
Woohyun
tak menjawab. Ia justru meraih tangan Hye Ra. “Bagaimana kalau kita jalan?”
ajaknya. “Ke mana saja yang kau mau,” sambungnya melihat Hye Ra yang bingung.
***
Hye
Ra dan Woohyun menghentikan langkah di depan sebuah makan atas 2 nama. Kim
Heechul dan Jung Jessica. Kedua orang tua Hye Ra dan Sunggyu. Sesuai janji
Woohyun tadi, Hye Ra meminta pemuda itu menemaninya ke makam orangtuanya.
Mereka meletakkan masing-masing bucket bunga yang mereka bawa. Setelah berdoa
sebentar, mereka duduk dan masih menghadap makam orang tua Hye Ra.
Cukup
lama mereka terdiam, dan Hye Ra baru menyadari Woohyun tak mengenakan seragam
café seperti biasanya. “Oppa kau sedang mengambil cuti bekerja?” tanyanya
penasaran. Terlebih ini belum waktunya jam kerja Woohyun selesai.
Woohyun
menunduk dan memastikan pakaian yang ia kenakan saat ini. Kemudian pemuda itu
tersenyum lalu menoleh. “Kenapa kau selalu ketinggalan berita tentang café?”
kata Woohyun sedikit meremehkan.
Hye
Ra mengerutkan keningnya, bingung. Namun Woohyun juga tak kunjung memberitau
apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya Hye Ra hanya berdecak. Sedikit kesal.
Seperti yang Woohyun baru saja katakan, ia selalu ketinggalan berita. Pertama
tentang perginya Sungyeol, lalu Sungjae yang tiba-tiba sudah bekerja di sana.
Setelah ini apa lagi? Mungkin Jeongmin atau Hyunseong mengikuti jejak Sungyeol
meninggalkan café.
Setelah
beberapa saat berspekulasi dengan pikirannya sendiri, Hye Ra membulatkan mata.
Ia lalu memutuskan kontak mata dengan Woohyun. “Jangan bilang oppa juga ke luar
dari café?” tanyanya takut-takut. Ia sangat berharap Woohyun mengatakan hal
sebaliknya.
Woohyun
menggenggam lembut tangan Hye Ra.
Gadis
itu tak langsung menoleh. Ia memejamkan mata sesaat dan berusaha menyadari
sesuatu. “Oppa layak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sekedar koki di
café kecil seperti milik keluargaku,” ujarnya pelan tanpa menatap Woohyun sedikitpun.
Woohyun
terkekeh pelan karena Hye Ra ternyata menyadari hal tersebut. Ia lalu membawa
tangan kanan Hye Ra dan ia letakkan di atas pahanya. Woohyun menepuk-nepuk
lembut tangan gadis itu. “Tak ku sangka kau bisa berpikir seperti itu.”
Hye
Ra perlahan menoleh, menatap senyuman pemuda di sampingnya tanpa sedikitpun
menarik tangannya menjauh dari kekuasaan tangan Woohyun. Ia nyaman diperlakukan
seperti itu. Terlebih dari seorang Woohyun. “Oppa sudah seperti Sunggyu oppa ke
dua untukku.”
Mendengar
itu, senyuman Woohyun menghilang tanpa sisa. Ia menghembuskan napas sebelum
membalas tatapan Hye Ra. “Harusnya aku memang sudah menyadari itu sejak awal,”
ujarnya sambil perlahan mengembalikan tangan Hye Ra seperti semula dan kembali
membuang pandangannya.
Hye
Ra memiringkan kepalanya agar bisa menatap wajah Woohyun lebih jelas. Ia juga
menaruh curiga di sana. “Maksud oppa?” serunya pelan namun terkesan sedikit
mendesak. Cukup lama ia menunggu Woohyun meresponnya.
Woohyun
akhirnya menoleh. Ia bahkan sedikit memutar tubuhnya agar bisa menghadap Hye
Ra. “Kau hanya menganggapku kakak, kan?” tegasnya memastikan, dan Hye Ra
menjawabnya dengan anggukan. “Aku tau, dan…” Woohyun memberikan jeda sesaat
sebelum kembali melanjutkan ucapannya. “Dan aku tak bisa menganggapmu sama
seperti kau menganggapku.”
Hye
Ra memberikan penekanan dalam tatapannya agar Woohyun lebih detai lagi
menjelaskannya.
“Aku
sadar dengan posisiku.” Woohyun mengalihkan pandangannya. Ia tak sanggup
berlama-lama menatap gadis di hadapannya. “Kau adalah pemilik café tempat aku
bekerja. Dan aku dengan lancangnya mencintaimu diam-diam.”
Hye
Ra membeku mendengar pernyataan cinta Woohyun. Matanya menatap Woohyun, namun
pikirannya melayang dari sana.
Sementara
Woohyun sendiri tampak terkekeh dengan semua yang ia katakan. Seakan itu adalah
hal memalukan yang pernah terjadi di hidupnya. Woohyun berusaha terlihat santai
di hadapan Hye Ra. “Kau jangan terlalu me…” ucapannya langsung terputus ketika
menoleh dan mendapati Hye Ra menangis.
Gadis
itu buru-buru menyeka air matanya dengan kasar. “Oppa, aku bukan menangis
karenamu,” ujarnya cepat-cepat sebelum Woohyun memikirkan hal tersebut. Hye Ra
memang bukan menangis karenanya. Tapi karena semua. Tentang Sungyeol, Hoya,
bahkan tentang Haesa dan Sunggyu. Juga kenyataan antara Haesa dan Sungyeol yang
baru saja ia ketahui. Terakhir, ia teringat pemandangan beberapa waktu lalu
ketika Hyoyeon memeluk Sungyeol.
Woohyun
menahan tangan Hye Ra dan menggantikannya menghapus sisa air mata di pipi gadis
itu dengan lembut. “Aku hanya mengatakan apa yang aku rasakan selama ini. Jujur
aku cemburu melihat kedekatanmu dengan Sungyeol. Padahal kalian belum lama
bertemu. Tapi ku mohon, kau jangan terlalu ambil pusing dengan apa yang aku
katakan tadi. Aku hanya ingin menyatakan perasaanku tanpa menginginkan balasan
apapun darimu.”
Tak lama setelah
menyelesaikan kalimatnya, Woohyun berdiri dan berniat meninggalkan tempat itu. Namun
ia merasakan seseorang menahan tangannya. Saat menoleh, ia mendapati Hye Ra
sudah berdiri di sampingnya.
“Kau
mau ke mana?” cegah Hye Ra. “Tak ingin mendengar jawabanku?”
Tanpa
sadar Woohyun menggerakan tubuhnya hingga kembali berhadapan dengan gadis itu.
Menatapnya tak percaya karena seolah memberikan harapan padanya. Meski ia sudah
mempersiapkan diri untuk jawaban terburuk sekalipun.
Hye
Ra menatap Woohyun lembut. “Oppa… aku…”
Woohyun
sampai menahan napasnya, menunggu jawaban yang ke luar dari bibir Hye Ra dengan
sedikit tidak sabar.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar