Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu,
Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast :
Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin, Kwangmin), SNSD (Hyoyeon)
Genre
: teen romance, family
Length : part
***
“Jadi
kau itu Lee Sungjong…”
“Pemuda
berseragam SMP yang kau temui sedang menangis di depan sekolah SMA Paradise
sekitar 5 tahun lalu,” lanjut Sungjong seakan meneruskan kalimat Hye Ra yang
kembali terpotong.
Flashback (4 tahun lalu)…
“Aku
tidak ingin punya saudara tiri…!” gumam seorang bocah berseragam SMP yang duduk
di depan gerbang sekolahnya yang sudah sepi sambil menenggelampan wajahnya ke
lutut. Suaranya tak terdengar jelas karena sudah sejak tadi menangis.
Tak
jauh dari sana, sebuah mobil mewah berhenti dan ke luarlah seorang gadis yang
juga masih berseragam SMP meski berbeda dengan bocah laki-laki tadi. Gadis
kecil itu berjalan ke arah gerbang SMA Paradise. Di sana langkahnya terhenti
melihat anak lelaki duduk tak jauh dari sana. Gadis itu sudah ingin melangkah
memasuki gerbang SMA Paradise, namun ia membatalkan niat dan justru memilih
menghampiri bocah itu.
“Kau
menangis?” Tanya gadis kecil yang ternyata adalah Hye Ra, dan sudah ikut
berjongkok di depan bocah itu.
“Jangan
campuri urusanku!” seru bocah itu ketus yang merasa terganggu dengan kehadiran
Hye Ra tanpa merubah posisinya sedikitpun.
“Aku
hanya bertanya. Dan tak masalah jika kau tidak ingin menjawabnya.”
Bocah
itu akhirnya mendongak dengan wajah basah penuh air mata. “Kau tidak akan
mengerti masalahku,” ujarnya lagi masih dengan nada tak ramah.
Hye Ra seakan tak
mempedulikan bentakan bocah tadi. “Aku tau semua orang pasti memiliki masalah
hidupnya. Tak terkecuali anak kecil seperti kita. Meski aku tidak berjanji bisa
membantu, setidaknya aku masih bisa mendengarkan cerita bahkan menjadi temanmu.
Mungkin…”
Bocah
itu menatap Hye Ra sambil menyeka matanya dengan kasar dan masih sesegukan
karena habis menangis. “Benar kau ingin berteman denganku? Kita bahkan tidak
saling kenal.”
Mendengar
bocah tadi berucap seperti itu, Hye Ra dengan riangnya berinisiatif mengulurkan
tangan lebih dulu untuk mengajaknya berkenalan. “Namaku Hye Ra… Kim Hye Ra…”
Dengan sedikit ragu, bocah laki-laki itu
mengulurkan tangannya. “Aku Lee Sungjong.”
“Sekarang,
apa kau mau bercerita?” seru Hye Ra tak lama setelah mereka selesai berkenalan.
“Kau
punya kakak atau adik?” Sungjong justru balik bertanya.
Tanpa
memprotes, Hye Ra menjawab, “aku hanya punya satu kakak laki-laki.”
Sungjong
manggut-manggut mengerti. “Bagaimana rasanya?”
“Menyenangkan.
Kau tidak merasa kesepian di rumah.”
“Tapi,
bukannya menjadi anak tunggal lebih enak? Kau bisa meminta apa saja yang kau
inginkan pada orang tuamu tanpa harus memikirkan saudara atau yang lainnya.
Semua akan menjadi milikmu.”
Hye
Ra menggeleng kuat. “Jika kakakku pergi, aku akan semakin merasa kesepian di
rumah. Karena kedua orang tuaku sibuk bekerja.” Dilihatnya Sungjong yang
tertegun. “Apa kau memiliki masalah dengan saudaramu?”
“Ibuku
akan menikan lagi. Dan pria itu juga sudah memiliki anak gadis yang seumuran
denganku. Aku hanya takut jika dia ternyata bukan anak yang baik.”
Hye
Ra tersenyum untuk menyembunyikan tawanya mendengar cerita Sungjong. “Kau
dekati dulu dia. Dan yakinlah, jika kau berbuat baik padanya, dia juga pasti
akan membalas kebaikanmu.”
Flashback end…
“Aku
cukup malu padamu saat itu. Tapi kau benar. Aku mendekati Haesa dan berbuat
baik padanya.” Sungjong tersenyum di tengah ceritanya. “Dan sekarang kita
bahkan seperti anak kembar yang tak terpisahkan karena terlalu kompaknya.”
Hye
Ra ikut tersenyum mendengar kebahagiaan teman kecilnya dulu. Meski mereka hanya
sekali bertemu. Namun ketika Sungjong menyebut nama Haesa, gadis itu tersenyum
miris. Haesa masih sangat berkaitan dengan masalahnya akhir-akhir ini. Sunggyu,
Sungyeol, Hoya. Semua pemuda yang ia sayangi itu seakan dalam penguasaan Haesa
seutuhnya.
“Apa
kau membenci Haesa?”
Hye
Ra menoleh cepat. “Maksudmu?”
Sungjong
melirik perlahan sambil tersenyum. Senyum meremehkan karena ia tau Hye Ra
kecewa dengan apa yang dilakukan Haesa padanya.
Hye
Ra mengalihkan wajahnya dari hadapan Sungjong. “Ku rasa kau tau banyak hal.
Harusnya aku memang membencinya. Tapi aku tak bisa. Kakakku sangat
menyayanginya. Dan aku tak ingin Sunggyu oppa kecewa padaku.”
Haesa
mendengar semua yang di ucapkan Hye Ra tentangnya. Sampai tak sadar, air mata
itu meleleh di wajah cantik Haesa. Gadis itu langsung menegakkan badan ketika Sungjong
muncul bersama Hye Ra. Ia juga cepat-cepat mengusap wajahnya yang basah karena
air mata.
“Kau
kenapa?” Tanya Sungjong khawatir.
Haesa
tak menjawab. Air matanya kembali menetes ketika tatapannya jatuh pada Hye Ra.
“A… Aku…” Haesa seakan kehabisan kata-kata. Ia terus terisak di sana.
“Kau
menyayangi kakakku?” sekuat tenaga Hye Ra melontarkan pertanyaan seperti itu. Meski
rasa sakit mendominasi dadanya. Terutama jika teringat kebersamaan Haesa dengan
Hoya atau Sungyeol.
Dengan
tegas Haesa mengangguk.
Hye
Ra sempat memejamkan mata sejenak. Ia lalu menghela napasnya berat. “Apa itu
artinya kau bisa merelakan salah satu dari Hoya dan Sungyeol oppa?” Tanya Hye
Ra sakartis.
Haesa
tak langsung menjawab. “Dia menginginkan
Sungyeol oppa?” Ia sempat melirik Sungjong untuk membantunya menjawab.
Namun tak ada yang ia dapat. Kembali Haesa memusatkan perhatiannya pada Hye Ra.
Hati
Hye Ra sendiri langsung terasa mencelos karena Haesa tak kunjung memberikan
jawaban. Dan itu artinya, Haesa tak bisa melepaskan satu dari mereka. Hye Ra hanya
bisa mengangguk pasrah.
Haesa
juga sudah tak kuat terus berhadapan dengan Hye Ra. Ia yang belum sanggup
mengucap kata ‘maaf’, hanya mampu berlari menghindari kenyataan. Bahkan
teriakan Sungjong juga tak mampu menghalanginya.
Salah
satu tangan Hye Ra meraih tembok terdekat untuk membantunya bertumpu. Kakinya
lemas seketika. “Aku tau jawabannya,” ujarnya pelan namun Sungjong bisa jelas
mendengar.
Sungjong
menggeleng cepat. “Kau tidak tau kebenaran yang terjadi.”
***
Sambil
setengah berlari, Haesa kembali menuju kelasnya. Namun ketika di
perjalanan—hanya beberapa meter dari pintu kelasnya—Haesa menerima sebuah panggilan
masuk ke ponselnya. Sebuah nomor asing. Namun gadis itu tetap menjawabnya tanpa
menaruh curiga sedikitpun.
Cukup
lama Haesa tertegun sambil mendengarkan dengan baik setipa detail kata yang di
ucapkan seseorang dari seberang telpon. Sampai akhirnya Haesa tanpa sadar
membekap mulutnya sendiri dan air matanya turun dengan deras. Haesa merasakan
tubuhnya cukup limbung. Ia juga nyaris saja melepaskan ponselnya begitu saja
jika tidak ada Dongwoo yang dengan sigap menangkapnya.
“Kau
kenapa?” Tanya Dongwoo yang baru saja datang. Ia bahkan masih membawa ransel
sekolahnya. Haesa hanya menggeleng. Namun ia tetap tak bisa tenang. Terlebih
suasana sekolah yang entah mengapa masih sepi. “Hoya!” teriaknya dan berharap
orang yang dimaksud bisa mendengar dari dalam kelas.
Haesa
buru-buru menegakkan badannya. “Aku gapapa.” Ia sedikit mendorong tubuh Dongwoo
agar menjauh, lalu secepat mungkin melesat ke dalam kelas. Di sana ia hanya
menyambar tasnya yang kebetulan masih rapi sejak ia datang tadi.
Hoya
yang tengah membaca buku hanya melirik sekilas ke arah Haesa. Namun ketika
menyadari sesuatu terjadi, Hoya langsung mencampakkan bukunya lalu menarik
tangah Haesa yang sudah ingin pergi lagi dari sana.
“Apa
yang terjadi?” Tanya Hoya sedikit mendesak.
Dengan
lembut Haesa menyingkirkan tangan Hoya. “Kau tak perlu tau masalah ini,”
ujarnya sambil tersenyum karena tak ingin mengecewakan Hoya saat itu.
Hoya
mengangguk mengalah. Ia tak akan mendesak lagi. “Tapi kau mau ke mana?” Hoya
mangganti pertanyaannya. Ia hanya sekedar ingin tau apa yang akan teman
sebangkunya itu lakukan karena Haesa juga membawa tas sekolahnya.
“Kakakku
kecelakaan,” kata Haesa yang sudah kembali berurai air mata. “Dan setelah ini,
ku mohon ungkapkan perasaanmu pada Hye Ra.”
Mendengar
nama ‘Hye Ra di sebut, Myungsoo menoleh penuh rasa ingin tau. Namun Haesa sudah
terlanjur lebih dulu meninggalkan kelas. Sementara Hoya tiba-tiba sibuk dengan
pikirannya sendiri. Ada sesuatu yang terjadi padanya sebelum ini.
***
Akhirnya
Sungjong bisa membawa Hye Ra kembali ke kelas karena bel masuk sudah
berdentang. Hye Ra segera melesat ke mejanya. Namun tidak untuk Sungjong. Ia
masih berdiri di dekat pintu karena ketidakberadaan Haesa di samping Hoya.
“Mana
Haesa?”
Hoya
langsung mendongak karena ia yakin Sungjong mengajaknya bicara. “Dia bilang
kakaknya kecelakaan,” jawab Hoya apa adanya. Karena memang hanya itu yang ia
tau. Namun ia belum menyadari sesuatu.
“Apa!”
pekik Sungjong yang segera saja menuju mejanya. Ia hanya menyambar tas dan tak
menghiraukan pertanyaan-pertanyaan Dongwoo padanya.
“Apa
yang terjadi padamu, Sungjong dan Haesa?” desak Myungsoo pada sepupunya itu tak
lama setelah Sungjong ikut pergi dari kelas karena Myungsoo melihat beberapa
kejadian mencurigakan antara tiga orang yang ia maksud tadi.
Sisa-sisa
tangisan masih terlihat jelas di wajah Hye Ra. Ia sempat mengawasi keberadaan
Hoya melalui sudut matanya.
Flashback…
Sungjong menggeleng cepat. “Kau tidak tau
kebenaran yang terjadi.”
Hye Ra melirik Sungjong cepat, namun pemuda itu
sudah lebih dulu membelakanginya. “Bisa kau katakan padaku apa-apa saja yang
belum ku ketahui tentang diriku sendiri?”
Sungjong
sedikit menengokkan wajahnya, namun tak sampai menatap Hye Ra yang berdiri di
belakangnya. “Selama ini Hoya memiliki perasaan padamu. Ia sengaja ‘pura-pura’
pacaran dengan Haesa agar kau tidak terlalu berharap padanya.”
Hye
Ra membeku dengan semua cerita Sungjong. “Jadi
selama ini perasaanku tak bertepuk sebelah tangan pada Hoya?” Ada setitik
kegembiraan di hati Hye Ra. Namun tiba-tiba saja pikirannya melayang dan jatuh
pada sosok Sungyeol yang kini entah di mana keberadaannya.
“Karena
setelah lulus nanti, Hoya akan pindah dan menetap di Jepang,” lanjut Sungjong.
Dan kali ini sukses membuat hati Hye Ra serasa mencelos.
“Pi…
Pindah?” Hye Ra mengulang pertanyaan Sungjong dengan sedikit tergagap.
Sungjong
hanya mengangguk membenarkannya. “Itu karenanya, Hoya sama sekali tak berani
mengungkapkan perasaannya padamu.”
“Tapi…”
Hye Ra tak langsung meneruskan perkataannya. Dari semua yang di ungkapkan
Sungjong, masih ada yang janggal di hati Hye Ra. “Dari mana kau tau semuanya?”
Sungjong
hanya tersenyum menanggapi tatapan tak percaya yang berikan Hye Ra untuknya
meski hanya untuk beberapa saat. “Dari pertemuan pertama kita, aku menyukaimu.”
Sungjong buru-buru mengalihkan tatapannya karena ia tau setelah itu Hye Ra akan
kembali menatapnya. “Tapi aku tak mau terlalu jauh mengusik hidupmu karena kita
baru dipertemukan lagi beberapa bulan yang lalu.”
“Aku
bisa melihat kecemburuanmu karena Haesa mendekati Hoya,” lanjut Sungjong karena
Hye Ra tak merespon apapun. “Aku mendesak Hoya untuk mengakui perasaannya
padamu. Ternyata benar. Dan setelah itu Hoya memutuskan bersandiwara dengan
mengakui Haesa sebagai kekasihnya.” Sungjong terkekeh sesaat. “Padahal mereka
baru saja saling kenal.”
Di
saat Sungjong sibuk bercerita, Hye Ra juga di sibukkan dengan
pikiran-pikirannya tentang Hoya dan Haesa yang selama ini ia pikir benar-benar
menjalin hubungan. Ia bahkan pernah men-cap Haesa bukan gadis baik-baik saat
memergoki gadis itu juga didekati kakaknya, Sunggyu, dan Sungyeol juga.
“Aku
senang bisa melihatmu lagi. Bahkan kita ditakdirkan sekelas.”
“Ke
mana kau selama ini?”
“Dua
tahun setelah menikah, ayahnya Haesa mengajak aku, ibu, serta Haesa pindah ke
luar kota. Dan baru tahun ini kami kembali.” Sungjong memutar tubuhnya menghadap
Hye Ra. “Aku hanya tidak ingin melihatmu menderita karena Hoya tak bisa
membalas perasaanmu.”
Hye
Ra hanya menatap nanar ke mata Sungjong. Ia tak menyangka pemuda itu tau banyak
hal, bahkan ia terlibat di sana.
Flashback end…
Myungsoo
tak berani menatap Hye Ra selama gadis itu bercerita. Namun tangannya tak lepas
menggenggam tangan Hye Ra. Setelah itu, mereka sama-sama mendongak karena
kehadiran Dongwoo. Pemuda itu bahkan sudah memutar kursi lalu duduk menghadap
Hye Ra.
Dongwoo
mengulurkan tangannya untuk menyeka sisa air mata di tepi mata Hye Ra sambil
tersenyum. Beberapa saat, tak ada kata yang meluncur dari bibirnya. “Sejujurnya,
aku sangat ingin melihatmu bahagia bersama Hoya. Tapi karena suatu keadaan, aku
justru tidak ingin itu sampai terjadi. Lepaskan Hoya.”
Hye
Ra menatap Dongwoo nanar. Myungsoo juga menatap Dongwoo dengan bingungnya. Yang
Myungsoo tau, Dongwoo juga memiliki perasaan pada sepupunya itu. Tapi mereka
tidak tau bahwa Dongwoo sudah menyadari perasaan Sungyeol saat mereka terakhir
kali bertemu.
“Masih
banyak pemuda yang pantas membahagiakanmu.” Ucapan Dongwoo memberikan makna
ganda. Tidak ada yang tau pasti siapa yang di maksud pemuda itu. Karena Dongwoo
sudah lebih dulu kembali ke mejanya sebelum salah satu dari Myungsoo dan Hye Ra
mendesaknya lebih dalam.
Hye
Ra masih tertegun setelah kepergian Dongwoo. Myungsoo melingkarkan salah satu
tangannya ke pundak Hye Ra. Sementara tangan satunya meraih tangan Hye Ra
sambil meletakkan sesuatu di sana. Myungsoo menoleh karena merasakan Hye Ra
menatapnya bingung. Benda yang diselipkan Myungsoo di telapak tangan Hye Ra
adalah kalung berbandul cincin milik Hye Ra yang selama dua tahun ini berada
pada Sungyeol.
Myungsoo
mengedipkan kedua matanya penuh makna agar Hye Ra mau menerima kalung tersebut.
“Itu milikmu.”
***
“Oppa!”
jerit Haesa setelah membuka pintu sebuah kamar pasien di salah satu rumah
sakit. Ia mendapati seorang pemuda yang sudah lama ia kenali terbaring lemah di
sana. Tangan dan kepala pemuda itu penuh tertutup perban. “Oppa!” Haesa
melangkah perlahan. Kakinya sedikit lemah karena pemuda itu benar-benar
Sungyeol.
Sungyeol
yang sadar, menyunggingkan senyumnya ketika melihat Haesa berada di sana.
Menemaninya. Meski di lubuk hati terdalam, tentu saja ia mengharapkan sosok Hye
Ra yang datang menjenguknya.
“Oppa,
apa yang terjadi?” Haesa sudah kembali terisak. Ia menggenggam tangan Sungyeol
yang tak tertusuk infuse dengan erat.
Sungyeol
menggeleng lemah karena tak ingin membuat adiknya sedih. “Hanya kecelakaan
kecil,” gumamnya pelan.
Haesa
menyerah terhadap kakaknya. Ia menarik kursi ke dekat tempat tidur Sungyeol,
lalu duduk di sana. Gadis itu sama sekali tak melepaskan tatapan dan genggaman
tangannya terhadap Sungyeol.
“Jika
seperti ini terus, kau bisa membuat oppa jatuh cinta padamu,” goda Sungyeol dan
sukses membuat Haesa terkekeh meski sisa tangisan masih kentara di wajahnya.
Haesa
mengulurkan tangannya ke arah leher Sungyeol. Sungyeol yang menyadari maksud
Haesa, menahan tangan adiknya itu lalu menatap Haesa gugup. “Kau tidak memakai
kalung itu lagi?”
Benar
apa yang dipikirkan Sungyeol. Adiknya pasti akan membahas kalung itu. Sungyeol
hanya meneguk ludah untuk mengurangi kegugupannya.
“Oppa
bertemu gadis itu? Bagaimana reaksinya ketika bertemu oppa?” desak Haesa
setengah bersemangat. Ia lupa bahwa gadis yang ia maksud adalah teman
sekolahnya yang tadi sedikit mengalami sebuah kejadian tak mengenakkan
dengannya.
“Hye
Ra teman sekelasmu, kan?”
Haesa
tersentak. Ia baru menyadari itu ketika Sungyeol berkata demikian.
“Ku
mohon jangan ceritakan apapun yang terjadi padaku sekarang ini. Terutama pada
Hye Ra.”
“Tapi…”
Buru-buru Sungyeol menyela
ucapan adiknya. “Aku akan ceritakan semuanya.”
Flashback…
Semalam.
Di hari yang sama saat Sungyeol mengundurkan diri dari café milik Sunggyu. Sepulang
dari bank ketika mengambil uang untuk membayar gaji para karyawan yang bekerja
di restoran ibunya, Sungyeol tak langsung menemui ibunya untuk memberikan
uang-uang tersebut. Perasaan Sungyeol yang masih bercampur aduk itu, membuatnya
memilih berkeliling dengan mobilnya sampai malam.
Sungyeol
benar-benar tak ikhlas mengakhiri nasib percintaannya bahkan sebelum ia mulai
dengan Hye Ra. Tapi pemuda itu juga tak berani menemui Hye Ra secara langsung.
Masih terlalu cepat sejak Hye Ra mengetahui kebenaran akan dirinya dan pemuda
masa lalu yang belum sempat ditemui gadis itu.
Di
sisi lain, sang ibu juga tak tampak mengingatkannya untuk cepat kembali.
Membuat Sungyeol semakin tenggelam dalam kesendiriannya.
Saat
itu pula, sebuah kejadian tak diinginkan itu terjadi. Mobil yang dikendarai
Sungyeol di hadang tiga sampai empat pria yang berpakaian seperti preman.
Terlebih itu sudah larut malam dan suasa jalan yang sudah sangat sepi.
Sungyeol
di hajar habis-habisan. Bahkan mobilnya di bawa kabur beserta uang-uang yang
berada di dalamnya. Beruntung tak lama setelah itu, ada seorang pemuda yang
mengendarai sepeda motor menemukan bahkan sampai mengantarnya ke rumah sakit.
Flashback end…
Haesa
semakin erat menggenggam tangan kakaknya. Air matanya bahkan sampai kembali
mengalir deras setelah mendengar cerita Sungyeol. “Oppa aku harus ceritakan
semuanya.” Haesa sudah melangkah ke arah pintu untuk ke luar.
“Kalau
kau berani melakukannya, jangan anggap aku ‘oppa’ mu lagi,” desis Sungyeol yang
sukses membuat Haesa bergidik ngeri dan membatalkan niatnya untuk pergi.
“Tapi
oppa…” ucapan Haesa terputus begitu saja ketika matanya dan Sungyeol bertemu.
“Biarkan
Hye Ra menenangkan diri dulu setelah ia mengetahui semuanya.”
Perlahan
Haesa kembali ke sisi Sungyeol. “Bagaimana perasaanmu padanya saat ini?”
Sungyeol
hanya menatap adiknya. Tak lama. Setelah itu ia memalingkan wajah. Seakan ada
yang ia sembunyikan. Ia kembali menoleh ketika merasakan sesuatu menyentuh
tangannya. Di sana Sungyeol menemukan Haesa menatapnya lembut. Gadis itu
mengkhawatirkan kakaknya.
Belum
sempat Sungyeol mengatakan sesuatu, perhatiannya teralihkan pada pintu
ruangannya yang tiba-tiba terbuka. Dari sana muncullah seorang gadis cantik seumuran
dengan Sungyeol. Penampilannya tidak bisa dikatakan ia berasal dari kalangan
biasa. Meski ‘style’ khas mahasiswi melekat padanya, tapi barang-barang yang ia
kenakan adalah keluaran brand terbaik.
“Kenapa
aku harus tau dari orang lain tentang keadaanmu?” tuntut gadis itu pada
Sungyeol.
“K…
Kau?” gugup Sungyeol. Inilah ketakukan terbesarnya.
“Kata
Hyunsik beberapa bulan ini kau menghilang. Kau pikir selama aku di Jepang aku
tidak memikirkanmu? Apa kau sudah tidak menganggap aku adalah kekasihmu?”
Sungyeol
membulatkan matanya. Kerongkongannya terasa tercekat. Ia sempat menatap Haesa
yang sama terkejutnya. Namun tangan gadis itu menarik dagunya untuk kembali
menatap gadis itu.
“Jawab
aku tuan Lee Sungyeol!” paksa gadis itu dengan penuh penekanan. “Dan siapa
dia?” tanyanya tajam sambil menunjuk Haesa menggunakan dagunya. “Kekasih
barumu? Atau selingkuhanmu?” tuduhnya tajam.
“Cukup
Hyoyeon!” bentak Sungyeol yang sukses membuat gadis itu bungkam. “Jaga
bicaramu! Haesa adikku. Adik kandungku!” jelasnya masih dengan nada tajam.
Gadis
bernama Hyoyeon itu menghela napasnya, keras.
Sungyeol
berusaha tak mempedulikannya. “Hyunsik bohong. Dia tau aku ke mana selama
beberapa bulan ini. Dan aku yang menyuruhnya membohongimu.”
Hyoyeon
membulatkan mata lalu tersenyum meremehkan. “Kau pikir kau hebat? Atau kau
masih mengingat bocah kecil yang kau tolong karena tercebur kolam renang?”
Haesa
menegang saat Hyoyeon menyinggung masalah Hye Ra. Tidak salah lagi.
“Kau
tak perlu mengurusiku.”
“Tapi
kau masih kekasihku!”
“Dan
Changsub juga?” kata Sungyeol setengah menyindir. Hyoyeon semakin menegang. Kali
ini Sungyeol yang tersenyum meremehkan. “Kau pikir aku tidak tau? Aku,
Changsub, Hyunsik.”
Perlahan
air mata Hyoyeon jatuh. Tapi ia tetap bertahan di sana.
Sungyeol
melemah melihat air mata gadis itu. Tapi ia tak ingin memperlihatkan itu. “Aku
tau kau tidak bisa melepaskan aku dan Changsub karena status social kami. Dan
kami bertahan karena Hyunsik. Maaf aku menghilang. Karena aku ingin menjalani
hehidupanku secara normal. Hyunsik yang tulus mencintaimu. Bukan aku ataupun
Changsub.”
“Tapi
aku mencintaimu,” ujar Hyoyeon membela diri.
Sungyeol
menggeleng. “Tidak akan lagi setelah kau tau apa yang terjadi padaku sekarang
ini.”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar