Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
Lee
Joon/Changsun (Mblaq)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Jung
Yong Hwa (CN Blue)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast :
·
Im
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun
Horvejkul (2PM)
·
Yoon
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan
(Exo-M)
·
Im
Yoona (SNSD)
·
Choi
Minho (SHINee)
·
Choi
Sulli (F(x))
Genre :
romance
Length :
part
***
Flashback (2 tahun lalu)…
Hye
Ra yang sudah sampai di ambang pintu sebuah restoran, langsung membatalkan niat
karena di dalam sana ia melihat Doojoon bersama Sung Hye. Hye Ra merapatkan
badannya ke pintu. Kali ini ia memutuskan untuk benar-benar meninggalkan
restoran. Saat berbalik, sudah ada seorang pemuda yang menghalangi jalannya.
Pemuda
itu mendengus tak suka karena ia juga melihat Doojoon dengan Sung Hye di dalam
sana.
“Yong
Hwa!” pekik Hye Ra ketika pemuda itu menarik tangannya pergi dari sana.
Yong
Hwa seperti tak mendengar protes Hye Ra. Ia membawa gadis itu ke restoran lain
yang juga ada di pusat perbelanjaan tersebut. Mereka langsung memesan makanan
tak lama setelah sampai.
“Masih
mengharapkan cinta Doojoon?” Tanya Yong Hwa tajam setengah menyindir.
Hye
Ra hanya meringis, tak menjawab. Untuk menutupi kegugupan, Hye Ra menyambar
gelas minumannya yang baru saja tiba. “Bagaimana Sulli?”
Yong
Hwa menghela napas, lalu terkekeh sejenak. “Sudah tak ada harapan bersamanya.
Dia benar-benar sudah bahagia dengan kekasihnya yang sekarang, Minhyuk.” Hye Ra
menepuk-nepuk pundak Yong Hwa sebagai tanda simpatiknya. “Oh, iya,” kata Yong
Hwa tiba-tiba, sedikit mengejutkan. “Bagaimana kalau kau menjadi kekasihku?”
ujarnya seakan mengajak Hye Ra bermain ice
skating.
Hye
Ra menatap Yong Hwa, penuh pertimbangan. Sedetik kemudian ia benar-benar
tertawa lepas. “Jangan bercanda, Yong Hwa!”
“Aku
serius. Kita sama-sama tak memiliki kekasih saat ini.”
Kali
ini Hye Ra benar-benar memikirkan ucapan Yong Hwa tadi. Ia manggut-manggut
mengerti sambil sesekali menikmati makanan pesanannya. “Oke. Setuju,” ujarnya
kemudian.
“Bagus.
Jika ada yang bertanya, bilang kita sudah resmi berpacaran.”
***
Suatu
ketika, Doojoon tampak mengikuti seseorang dengan pakaian serba tertutup.
Ketika pemuda itu masuk ke sebuah toko kaset, buru-buru Doojoon menyusul ke
sana. Pemuda yang ternyata adalah Yong Hwa itu tampak memilih-milih kaset VCD.
Salah satunya adalah album terbaru milik ‘Blue Flame’ saat itu. Doojoon sempat
tersenyum melihatnya. Namun sedetik kemudian ia tersadar akan tujuannya ke
sana. Bukan untuk melakukan survey siapa saja yang membeli album milik bandnya.
Doojoon
mendekati Yong Hwa. “Benar kau berpacaran dengan Hye Ra?” bisiknya.
Yong
Hwa menghentikan kegiatannya sesaat. Ia sama sekali tak terkejut dengan
kehadiran Doojoon di sana, karena dari awal ia memang sudah mengantisipasi
kejadian tersebut. Yong Hwa membalikkan badan dengan santainya sambil tersenyum
meremehkan.
“Apa
ada masalah untukmu?” seru Yong Hwa menantang. “Kau bukan siapa-siapanya Hye
Ra, kan?”
Dari balik
kacamata hitamnya, Doojoon menatap Yong Hwa tak suka. Hubungan mereka memang
selalu dingin. “Tapi aku yakin kau tak benar-benar mencintainya. Jangan
macam-macam. Hye Ra sudah seperti saudaraku sendiri.”
Yong
Hwa terkekeh. “Tak butuh cinta untuk bisa menjadi kekasih Hye Ra. Sudahlah,
jangan khawatir. Aku tak akan menyakitinya.” Ia menepuk-nepuk pundak Doojoon
lalu berlalu di hadapan pemuda itu dengan mambawa satu album milik ‘Blue Flame’
untuk ia bayar di kasir.
Doojoon
sendiri langsung meninggalkan tempat itu karena ia masih memiliki jadwal
bersama bandnya.
Yong
Hwa mengawasi kepergian Doojoon melalui sudut matanya. Ia tampak menghela napas
setelah itu. “Kau boleh saja tau bahwa
aku tak mencintai Hye Ra. Tapi itu semua salah. Aku benar-benar mencintainya
meski caraku salah,” ujarnya dalam hati. Setelah transaksinya selesai, Yong
Hwa ke luar dari toko kaset tersebut.
Di
depan sana, sudah menunggu seorang gadis yang langsung saja menggamit lengan
Yong Hwa ketika pemuda itu muncul. “Kenapa kau lama, oppa?”
Yong
Hwa hanya tersenyum hambar pada gadis itu. Kemudian tanpa protes ikut pergi
setelah tangannya di tarik paksa. “Tak
peduli aku memacari beberapa gadis sekalipun,” sambung Yong Hwa seakan
masih terbawa suasana beberapa saat yang lalu.
***
“Apa kau
serius menjalani hubungan dengan Yong Hwa? Pemuda itu tak mencintaimu sama
sekali!”
Hye
Ra memutar bola matanya, kesal. Sudah berbulan-bulan berlalu sejak ia dan Yong
Hwa berkomitmen mejalankan sebuah status sebagai sepasang kekasih. Dan Doojoon
hampir selalu membahas itu setiap mereka berkesempatan bertemu. Terlebih pagi
ini. Doojoon rela datang ke rumah Hye Ra, dan hanya untuk membahas masalah itu.
“Aku
bosan mendengar pertanyaan itu. Dan ku tegaskan sekali lagi. Aku tau Yong Hwa
tak memiliki perasaan apapun padaku. Begitu pula dengannya,” jelas Hye Ra entah
untuk yang keberapa kali. “Kau santai saja. Aku yang menjalani ini dengan Yong
Hwa.”
Hye
Ra mendorong piring berisi dua lembar roti tawar yang sudah ia olesi selai
coklat ke hadapan Doojoon. Ia sendiri lebih memilih menenggak susu stroberi
miliknya.
“Aku
akan berangkat kuliah, dan sebentar lagi Yong Hwa menjemputku. Kalau kau mau,
kau boleh jika masih ingin di sini menemani Minho oppa.” Ketika menyebut nama
‘Minho’, pemuda itu baru saja muncul lalu bergabung dengannya dan Doojoon.
“Kau
tidak ada jadwal?” Tanya Minho pada Doojoon.
“Doojoon
ingin menemanimu,” goda Hye Ra yang dihadiahi pelototan dari Doojoon. Gadis itu
hanya terkekeh menanggapinya. “Oppa aku berangkat,” ujar Hye Ra akhirnya. Ia
sempat mengecup singkat pipi kakaknya itu sebelum benar-benar meninggalkan
rumah.
***
Beberapa
hari kemudian. Minhyuk tiba-tiba menghentikan taksi yang ia tumpangi, lalu
melompat turun. Ia mengawasi seorang gadis yang baru turun dari sebuah mobil dari
balik sebuah pilar. Gadis itu adalah Hye Ra. Tak lama, Yong Hwa menyusul Hye Ra
ke luar dari mobil.
Minhyuk
mengepalkan tangan ketika menyaksikan Hye Ra menggamit lengan Yong Hwa. Dan
sebelum mereka berpisah, Yong Hwa tampak meletakkan satu tangannya di kepala
Hye Ra, lalu mengusap rambut kekasihnya itu dengan lembut.
Hye
Ra terkekeh dengan perlakuan Yong Hwa padanya. “Aku benar-benar seperti
memiliki kekasih sungguhan,” candanya.
“Aku
memang kekasihmu!” protes Yong Hwa pura-pura tak terima.
“Sudah,
ya.” Hye Ra buru-buru melepaskan tangan Yong Hwa dan meninggalkannya ke dalam
kampus.
Yong
Hwa sendiri langsung melesat masuk ke dalam mobilnya, namun tangan seseorang
menahannya sebelum Yong Hwa sempat menutup pintu mobilnya.
“Minhyuk?”
seru Yong Hwa terkejut. “Kau di sini?”
Minhyuk
mengangguk malas. “Sedang ada urusan di Korea. Lusa aku sudah kembali ke
Jepang,” kata Minhyuk. Ia bahkan masih membawa-bawa ranselnya. Pemuda itu
menatap Yong Hwa intens. “Hyung, sepertinya kau semakin dekat dengan Hye Ra?
Kalian tidak berpacaran, kan?” nada bicara Minhyuk terdengar tak suka.
“Kenapa
kau seperti itu? Aku bahkan tidak mempermasalahkan kau dengan Sulli.”
“Jadi
benar, hyung?” Tanya Minhyuk dengan tatapan nanar.
Yong
Hwa hanya mengangguk sekali. Setelah itu ia meninggalkan Minhyuk di sana.
Minhyuk hanya mampu mengusap wajahnya, menahan kesal dan kecewa.
***
“Kau
ingin kita segera bertunangan?” Pemuda itu mengulangi permintaan gadis di
hadapannya yang kini sudah menangis. Pemuda yang ternyata Minhyuk itu menggenggam
tangan kekasihnya. “Sulli… kau tau aku masih kuliah di Jepang. Aku belum lulus
apalagi memiliki pekerjaan yang layak. Kita tidak mungkin bertunangan secepat
itu. Apalagi setelahnya harus segera menikah.” Minhyuk berusaha memberikan
pengertian pada Sulli.
“Aku
tau Minhyuk! Aku tau! Tapi kalau tidak, aku akan dijodohkan dengan pemuda lain.
Apa kau mau itu?”
Minhyuk
tertegun mendengarnya. Selama ini ia memang berpacaran dengan Sulli. Tapi
hatinya tak sepenuhnya untuk gadis di hadapannya ini. Apalagi jika di paksa
bertunangan. Minhyuk lebih memilih mundur.
“Siapa?”
Tanya Minhyuk berusaha terlihat protektif. Ia tetap ingin Sulli mendapatkan
pemuda yang tepat.
“Hmm?”
Sulli tampak tak siap dengan pertanyaan Minhyuk.
“Siapa
pemuda beruntung yang dijodohkan denganmu itu?” Tegas pemuda itu sekali lagi.
Sulli
menghela napas sebelum menjawab, “Jung Yong Hwa. Kakak kelas SMA kita dulu.”
“Mantan
kekasihmu?” kata Minhyuk tajam. Sulli tertunduk. Minhyuk langsung menyandarkan
punggungnya dengan lemas. Lagi-lagi karena Yong Hwa. “Sulli…” tiba-tiba Minhyuk
kehabisan kata-kata. Lalu ia berdiri dan tanpa pamit, Minhyuk meninggalkan
Sulli di sana.
***
Yong
Hwa sudah mendengar berita perjodohan dari orang tuanya beberapa hari yang
lalu. Sudah sejak kemarin pula ia tak menghubungi Hye Ra dalam bentuk apapun.
Ia seolah menghilang begitu saja. Dan pagi itu, Yong Hwa tampak baru saja tiba
di sebuah café yang kebetulan sedang tidak terlalu ramai. Ia langsung
mengedarkan pandangannya mencari-cari sesuatu.
Di
ujung jendela sana, tampak seorang gadis dengan rambut panjang bergelombang
duduk sendiri sambil menikmati secangkir espresso pesanannya. Gadis itu yang di
cari Yong Hwa. Yong Hwa pun segera menghampirinya. Dan tanpa basa-basi, ia
duduk di seberang gadis itu.
“Aku
sudah dengar dari orang tuaku kalau kita di jodohkan,” kata Yong Hwa tanpa
basa-basi dan terdengar dingin.
Sulli
menghela napas tanpa menatap Yong Hwa. Ia mengusap lengannya sendiri sambil
melempar tatapan ke luar jendela. Sulli menunduk sesaat untuk mengumpulkan
keberanian menatap Yong Hwa.
“Oppa,
maaf selalu menyusahkanmu.” Sulli kembali mengalihkan pandangannya. Tak berani
lama-lama menatap ke dalam mata Yong Hwa.
Yong
Hwa mengulurkan tangannya untuk meraih salah satu tangan Sulli. “Tenanglah,”
ujarnya lembut.
Sulli
semakin ingin menyembunyikan wajahnya. Terlebih saat ini ia sudah hampir
menangis. Yong Hwa sempat menyodorkan tissue, dan Sulli meraihnya masih tanpa
menatap pemuda itu.
“Kau
masih mencintai Minhyuk?”
“Tapi
aku tak ingin mengecewakan orang tuaku.”
“Kau
masih mencintai Minhyuk?” ulang Yong Hwa kali ini dengan penuh penekanan.
Karena jawaban Sulli tak seperti apa yang ia harapkan. Sulli justru semakin
deras menangis.
“Minhyuk
masih ingin melanjutkan kuliahnya sampai selesai. Setelah itu ia ingin bekerja.
Bukan bertunangan denganku,” kata Sulli.
Yong
Hwa langsung menarik kesimpulan bahwa Sulli pasti masih mencintai kekasihnya
itu. “Lalu…” ia sengaja menggantungkan ucapannya karena ingin mendengar
langsung dari mulut Sulli.
Sulli
menyerah. Ia akhirnya menatap Yong Hwa sambil mengangguk. “Aku mencintainya.”
Yong
Hwa tersenyum lembut.
“Tapi
aku merelakannya demi kebahagiaan orang tuaku dan cita-cita Minhyuk selama
ini,” sambung Sulli membuat senyuman Yong Hwa perlahan memudar.
Kata-kata
Sulli benar-benar menusuk hati Yong Hwa. “Apa
aku bisa melakukan hal yang sama seperti Sulli?” ujarnya dalam hati.
Sejujurnya ia ragu dengan perasaannya sendiri. Ia juga tak bisa memaksakan Hye
Ra lebih lama dengannya. Gadis itu berhak memiliki kehidupan yang layak bersama
seorang pemuda yang ia cintai. Bukan berpacaran tanpa rasa saling suka seperti
dengannya saat ini.
“Oppa,
kau bisa menolaknya, bukan?” pertanyaan Sulli membuyarkan lamunan Yong Hwa.
Yong
Hwa mengangguk cepat. “Jika Minhyuk…”
Sulli
memotong ucapan Yong Hwa dengan menggelengkan kepala. “Bukan Minhyuk. Aku tau
kau juga sudah memiliki kekasih. Jika bukan denganmu, orang tuaku akan
mencarikan pemuda lain. Terima kasih atas waktumu.”
Sulli
sudah menyambar sling bag-nya, namun
Yong Hwa buru-buru mencegah. Ia menggenggam kedua tangan Sulli sambil
menatapnya lembut. “Tolong katakan dengan tulus kalau masih ada sedikit saja
perasaan cintamu untukku.”
Sulli
mencoba menyelami mata Yong Hwa untuk mendapatkan kebenaran di sana. “Aku
memang mencintai Minhyuk. Sangat.” Sulli menghirup udara banyak-banyak. “Tapi
hanya ada satu orang yang bisa menggoyahkan itu semua.”
Yong
Hwa menunggu dengan sabar karena Sulli sengaja mengulur waktu. Perasaannya
benar-benar terpecah saat ini. Untuk Hye Ra dan untuk Sulli.
“Yaitu
seorang Jung Yong Hwa,” kata Sulli akhirnya. “Jika kau bertanya tentang
perasaanku padamu. Tentu masih ada. Terlebih setelah Minhyuk pergi.”
Yong
Hwa memejamkan matanya sejenak. Lega dengan apa yang baru saja ia dengar.
Sulli
menjauhkan tangannya dari tangan Yong Hwa. “Tapi aku benar-benar tidak ingin
memaksamu, oppa.”
“Kau
tidak tau apa yang terjadi padaku dan Hye Ra. Dan aku juga tidak akan
membatalkan perjodohan ini. Karena aku tak rela jika kau jatuh ke tangan pemuda
selain aku atau Minhyuk.”
Hening
setelah itu.
“Bisa
tunggu sampai aku memastikan Hye Ra juga mendapatkan pemuda yang tepat
untuknya?”
Sulli
melebarkan matanya setelah mendengar ucapan Yong Hwa. Ia tidak mengerti dengan
apa yang di maksud Yong Hwa. Tapi setidaknya untuk saat ini ia bisa sedikit
tenang.
***
Minhyuk
mengawasi pertemuan antara Sulli dan Yong Hwa dari luar café. Ia sedikit
bersembunyi di balik pilar. Pemuda itu bahkan melakukan sedikit penyamaran
dengan menggunakan masker dan kacamata hitam.
Meski tak bisa mendengar
apa yang di bicarakan kekasihnya itu bersama Yong Hwa, tapi Minhyuk melihat
semua adegan yang terjadi. Saat Sulli menangis, Yong Hwa menyodorkan tissue
untuknya. Semuanya. Dan Minhyuk bisa langsung menarik kesimpulan bahwa Sulli
masih memiliki perasaan pada mantan kekasihnya itu.
“Sejujurnya,
kau memang bisa sedikit mengalihkan perasaanku pada Hye Ra. Tapi kenapa harus
kembali Yong Hwa yang mengambilmu dariku?” gumamnya pelan. Terdengar sedikit
frustasi. Setelahnya, Minhyuk meninggalkan tempat itu.
***
“Cepat
habiskan sarapanmu!” pekik Minho setengah berteriak karena melihat adiknya
sejak tadi sibuk dengan ponselnya. Hye Ra bahkan mengabaikan makanan di
hadapannya.
“Yong
Hwa tak bisa di hubungi sejak kemarin,” ujar Hye Ra tanpa menatap kakaknya.
Minho
hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Hye Ra.
“Oppa,”
panggil Hye Ra dengan posisi ponsel masih menempel di telinganya. “Ayah dan ibu
sudah kembali ke Prancis. Lalu, apa kau jadi ke Jepang besok?”
“Hanya
seminggu,” kata Minho.
Kali
ini Hye Ra manggut-manggut mengerti. “Ke mana anak itu?”
“Kau
cari saja pemuda lain yang bisa kau jadikan kekasih secara serius,” komentar
Minho karena Hye Ra masih mencoba menghubungi Yong Hwa meski hasilnya selalu
sama.
“Kau
tenang saja. Aku sedang dalam proses melupakan perasaanku pada Doojoon,” ujar
Hye Ra yakin. Tak lama, ia seperti teringat sesuatu. Hye Ra lalu beranjak dari
meja makan sambil membawa serta piringnya ke ruang tivi.
“Kau
mau ke mana?” teriak Minho.
“Aku
ingin melihat ‘Blue Flame’!” balas Hye Ra dengan teriakan juga. Gadis itu kini
sudah duduk tenang dengan posisi televisi yang sudah menyala dan menayangkan
sebuah program acara music di mana ‘Blue Flame’ yang tengah mengisi acara saat
ini. “Oh, Im Siwan…” gumamnya kagum saat kamera menyorot drummer mereka.
“Hye
Ra, aku berangkat.”
“Oke,
oppa! Sepulang kuliah aku langsung tinggal di apartmen baruku,” teriak Hye Ra.
“Jadi
kau benar-benar…” Minho menggantungkan ucapannya. Hye Ra hanya tersenyum penuh
misteri sambil mengangkat bahu.
***
Ke
lima member ‘Blue Flame’ baru saja dalam perjalanan tiba kembali ke dorm mereka
setelah mengisi sebuah acara music tadi pagi. Joon hampir selalu berjalan
paling akhir meski statusnya adalah ‘leader’ grup. Ia mengenakan headphone yang menutupi ke dua telinganya. Joon juga
tampak sibuk dengan ponselnya.
Karena
terlalu sibuk dengan ponsel, Joon nyaris menubruk tubuh Nichkhun yang tiba-tiba
berhenti mendadak di depannya. “Ada…” ucapan Joon terputus setelah melihat apa
yang membuat membernya itu tak langsung masuk ke dorm. Minhyuk muncul di antara
Luhan dan Siwan yang tadi berjalan paling depan. Tatapannya langsung jatuh pada
Joon.
“Ayo
masuk,” kata Doojoon memecah keheningan. Luhan sedikit tersentak karena
suaranya dan segera membukakan pintu dorm. Ia masuk kemudian di susul Siwan,
Doojoon dan Nichkhun.
Joon
dan Minhyuk sesaat saling tatap. Joon lalu menggerakkan kepalanya ke dalam agar
Minhyuk mengikutinya masuk ke dorm. “Kau tak bilang pulang ke Korea.” Joon
melemparkan ranselnya sembarangan ke lantai dan bicara tanpa menatap Minhyuk.
Minhyuk
menghela napas. “Terpaksa,” ujarnya pendek.
Joon
menatap Minhyuk penuh selidik. Seperti telah terjadi sesuatu pada adiknya. Ia lalu
mengawasi kegiatan yang di lakukan membernya yang lain. Nichkhun sudah masuk ke
kamar, Luhan langsung meringkuk di sofa dan menjadikan paha Doojoon sebagai
bantalnya. Sementara Siwan baru saja melesat ke dapur.
Tak lama, Nichkhun kembali
ke luar. Matanya terhenti pada Joon yang saat itu juga melihat ke arahnya.
Sedangkan Minhyuk tampak tertunduk di dekat Joon. Nichkhun melemparkan Tanya
melalui tatapan mata. Joon hanya mengangkat bahu, kemudian menepuk pundak
Minhyuk agar kembali mengikutinya masuk ke dalam kamar.
“Aku
sudah pesan makanan, Joon!” teriak Nichkhun mengingatkan, tepat sebelum Joon
menutup pintu kamarnya dari dalam.
“Sampai
kapan kau di Korea? Bagaimana kuliahmu?”
“Harusnya
hari ini juga aku pulang,” kata Minhyuk dan ia menunggu Joon meresponnya lgi.
“Lalu…”
Joon mengawasi Minhyuk melalui ekor matanya. Seolah bartanya ‘kenapa kau masih
di sini?’.
“Hmm…”
Minhyuk menggaruk alisnya, tak langsung menjawab. “Aku…” Ia masih memikirkan
kata-kata yang tepat. Sementara Joon sudah meliriknya tak sabar. “Aku ingin
meminjam uang untuk kembali ke Jepang.”
Joon
langsung menoleh.
“Awalnya
aku tak niat untuk pulang,” sela Minhyuk buru-buru. “Jadi aku tak mempersiapkan
uang yang cukup. Hanya untuk membeli tiket pesawat saja, hyung.”
“Nanti
ku pesankan tiket. Lagi pula, memangnya ada apa kau ke Korea?” Tanya Joon
penasaran. Karena Minhyuk sama sekali tak pernah memberitaukan rencana
dadakannya pulang ke Korea. Dan ketika mereka bertemu untuk pertama kali hari
ini, Minhyuk justru sudah berniat untuk kembali ke Jepang.
Minhyuk
merebahkan tubuhnya ke kasur Joon. Agak malas untuk menceritakannya. “Nanti saja
ku ceritakan.”
“Tak
biasanya kau seperti ini.” Joon sedikit terkekeh melihat tingkah adiknya.
“Masalah kekasihmu?” tebak Joon akhirnya.
Minhyuk
buru-buru menegakkan badannya. “Kau berpengalaman sekali, hyung. Apa kau juga
pernah merasakan ini dengan kekasihmu?” Tanya Minhyuk polos. Ia tak sadar jika
Joon sudah hampir memucat.
“Aku
tak akan bahas itu lagi.” Joon berdiri dan siap meninggalkan Minhyuk di
kamarnya, namun ketika baru membuka pintu ia kembali berbalik. “Ayo makan siang
dulu. Setelah itu kita pesan tiket. Dan nanti uangnya tak usah kau ganti.”
Mata
Minhyuk sontak berbinar. “Benarkah, hyung?”
Joon
tak menjawab. “Ayo, cepat,” ajaknya sedikit mengalihkan.
***
“Kekasihku
sudah di suruh bertunangan oleh orang tuanya. Tapi aku belum siap karena aku
belum lulus kuliah dan bekerja,” cerita Minhyuk ketika Joon mengantarnya menuju
bandara. Awalnya ia memang tak ingin meningat kejadian itu, tapi Joon sedikit
memaksa. Pemuda itu sangat ingin tau alasan adiknya tiba-tiba pulang ke Korea.
“Akhirnya
aku lebih memilih melepaskannya. Cepat atau lambat, dia akan segera
bertunangan,” lanjut Minhyuk dengan wajah cukup sedih.
Di balik kacamata hitam yang ia kenakan, Joon
juga menyembunyikan kesedihannya. Gadis yang ia cintai selama ini telah jatuh
ke pelukan pemuda lain bahkan sebelum Joon sempat menyatakan perasaannya.
Akhir-akhir
ini jika Joon teringat gadis yang dicintainya itu, Joon mengalihkannya dengan
minum-minuman beralkohol di sebuah klub langganannya. Tak terkecuali malam ini.
Ia ikut membawa kesedihan adiknya. Sepulang dari bandara, Joon langsung
melampiaskan kekesalannya itu.
Bukan
untuk kali pertama Joon pulang dalam keadaan mabuk. Tapi anehnya, Joon selalu
bisa sampai di dorm dengan selamat dan salah satu membernya itu akan menyambut
kedatangannya. Kali ini giliran Siwan.
“Hyung!
Mau sampai kapan kau mabuk seperti itu!” Siwan melancarkan protes keras
terhadap leadernya itu. Joon hanya tersenyum getir di tengah matanya yang
merah. Jika sudah seperti itu, Siwan akan langsung menggeretnya ke kamar mandi
dan Joon akan dikuncikan dari luar.
Joon
sama sekali tak berontak ketika Siwan sudah menguncinya dari luar. Ia bahkan
sama sekali tak protes sedikitpun. “Kalian pikir aku bodoh? Aku belajar dari
pengalaman.” Joon bicara seorang diri. Di dalam lemari kecil, Joon sudah
menyiapkan bantal dan selimut. Ia lalu meletakkan benda-benda itu ke dalam bathtub yang akan ia gunakan sebagai
alas tidur.
Perlahan
Joon masuk ke dalam bathtub setelah
melepaskan sepatunya. Ia berusaha senyaman mungkin tidur di dalam kamar mandi
malam ini. Joon menatap pintu kamar mandi yang terkunci. “Selamat malam
memberku tersayang,” serunya sambil tersenyum meremehkan seolah ia benar-benar
melakukan itu di hadapan ke empat anggotanya yang lain.
***
hmmm...
BalasHapusgayanya Joon, sama banget kaya ganya author yang satu ini nih...
"Ia mengenakan headphone yang menutupi ke dua telinganya."
hahaha
koplak banget dah yang ini : “Kalian pikir aku bodoh? Aku belajar dari pengalaman.” Joon bicara seorang diri.
ga bakal lupa kejadian ini nih :
Di dalam lemari kecil, Joon sudah menyiapkan bantal dan selimut. Ia lalu meletakkan benda-benda itu ke dalam bathtub yang akan ia gunakan sebagai alas tidur.
Perlahan Joon masuk ke dalam bathtub setelah melepaskan sepatunya. Ia berusaha senyaman mungkin tidur di dalam kamar mandi malam ini. Joon menatap pintu kamar mandi yang terkunci. “Selamat malam memberku tersayang,” serunya sambil tersenyum meremehkan seolah ia benar-benar melakukan itu di hadapan ke empat anggotanya yang lain.
hehehehe
bener-bener flashback dari pas FF 'Blue Flame Band' yang pertama kan?
Hapusnah, itulah yang terjadi sama JOON...
betapa frustasinya Joon sebelum ia menemukan cinta kembali pada sosok Hye Ra...
iya bener-bener flashback dari yang pertama.. :)
BalasHapushahaha
frustasi banget banget banget malah.. hihihi :)