Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
Lee
Joon/Changsun (Mblaq)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Jung
Yong Hwa (CN Blue)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast :
·
Im
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun
Horvejkul (2PM)
·
Yoon
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan
(Exo-M)
·
Im
Yoona (SNSD)
·
Choi
Minho (SHINee)
·
Choi
Sulli (F(x))
Genre :
romance
Length :
part
***
“Hyung,
kau belum tidur?” tegur Luhan yang baru saja ke luar dari kamar dormnya dan langsung
bertemu dengan Joon yang berjalan ke arah dapur sambil sibuk dengan ponselnya.
Joon
menempelkan telpon ke telinganya. “Hye Ra belum menghubungiku sampai sekarang,”
ujarnya sedikit gusar. “Ah, iya. Jam berapa Doojoon pulang?” tanyanya ketika
Luhan tengah mengambil gelas di lemari.
Luhan
melirik jam dinding yang berada di dapur. Sudah lewat tengah malam. “Sekitar
setengah jam yang lalu,” ujarnya sebelum menuangkan air dari dispenser.
Joon
yang masih tampak tak tenang, memilih duduk di kursi makan dorm mereka. “Kenapa
Hye Ra masih tidak mau mengangkat telponku? Sebenarnya Yoona sakit apa?”
“Sebenarnya
yang kau khawatirkan itu Yoona atau Hye Ra?”
Joon
dan Luhan menoleh dan mendapati Siwan yang sudah berdiri di ambang pintu dapur.
Ternyata ia mendengar pembicaraan dua temannya itu.
“Siwan
hyung benar, hyung.” Luhan tampak mendukung ucapan Siwan. “Yoona noona kan
sudah punya suami. Tak baik kalau kau masih mengkhawatirkannya,” lanjut Luhan
yang sudah duduk di samping Joon.
Siwanpun
ikut duduk di kursi makan, bergabung dengan Joon dan Luhan. Sementara Joon
sendiri hanya diam, tak menjawab pertanyaan dari siapapun.
“Hyung,
adikmu jadi pulang?” Tanya Luhan tak lama setelah menyesap kopi buatannya.
Joon
tertegun sesaat. Dan sedetik kemudian ia menepuk keningnya setelah teringat sesuatu.
Ia lalu segera memeriksa ponselnya. Namun tak ada tanda-tanda apapun dari
adiknya. Setelah itu, Joon langsung menelpon Minhyuk. “Nomornya tak aktiv,”
kata Joon. “Biar ku temui saja di apartmen,” lanjutnya.
***
“Oiya,
kau tau ‘phoenix’ apartmen?” Tanya Minhyuk ketika ia dan Hye Ra berjalan ke
luar dari kantin rumah sakit. Tujuan mereka adalah parkiran mobil.
Hye
Ra mengangguk cepat. “Cukup jauh dari sini. Kau mau ke sana? Biar ku antar,”
tawarnya karena ia memang berencana ingin pulang ke rumah untuk mengambil
pakaian Minho dan Yoona.
Minhyuk
tak langsung menerima tawaran Hye Ra. Ia masih menimbang-nimbangnya. “Apa tak
merepotkan? Aku takut kalau kau akhirnya harus putar balik untuk…”
“Tidak
terlalu putar balik. Salah satu jalan pulang ke rumahku dari sini bisa melewati
apartmen itu atau tidak,” jelas Hye Ra. “Sudahlah. Ayo,” ujarnya lagi karena
Minhyuk masih diam beberapa saat.
“Akh,
iya.” Minhyuk tersadar dari lamunannya. “Kau tunggu di mobil saja. Aku harus mengambil
koper dan ranselku dulu di ruangan Joongki hyung,” jelasnya. Minhyukpun
langsung melesat kembali ke dalam untuk mengambil barang bawaannya yang masih
berada di dalam gedung rumah sakit.
“Oke.
Jangan lama, ya!” Hye Ra sedikit mengeraskan suaranya ketika Minhyuk semakin
melangkah menjauh. Setelah itu ia langsung masuk ke dalam mobil Minho yang
kebetulan terparkir tak jauh dari tempat ia berpisah dengan Minhyuk tadi.
Benda
pertama yang Hye Ra cari adalah tas tangannya. Ia lalu mengeluarkan ponsel. Ada
beberapa pesan dan banyak panggilan tak terjawab yang semuanya dari nomor milik
Joon.
Kau ke mana saja? Kenapa tak mengangkat
telponku? Oiya, bagaimana keadaan Yoona? Sebenarnya dia sakit apa? Hye Ra,
cepat kabari aku.
Hye
Ra menghela napas setelah membaca salah satu isi pesan dari Joon. “Ternyata kau
lebih mengkhawatirkan eonnie dari pada diriku,” ujar Hye Ra lemah. Ia menunduk
untuk melihat gaun yang ia kenakan. “Gaun ini juga sebenernya untuk Yoona
eonnie, kan?” lanjutnya seakan berbicara dengan Joon. Namun Hye Ra tak berniat
untuk kembali menelpon Joon karena tak lama setelah itu, Minhyuk datang bersama
koper dan ransel besarnya yang langsung ia letakkan di jok belakang.
“Kita
pergi sekarang?” seru Minhyuk ketika siap di jok kemudi.
“Jangan
ngebut ya. Kita tidak tidur semalaman,” Hye Ra mengingatkan dan Minhyuk hanya
tersenyum sambil mengangguk. Sedetik kemudian, hening menguasai mereka. “Siapa
kekasihmu sekarang?” Tanya Hye Ra, namun dengan tatapan yang tak lepas dari
layar ponselnya.
Minhyuk
terhenyak sesaat dan tak langsung menjawab. Ia mengawasi Hye Ra melalaui sudut
matanya. Gadis itu tampak tengah tersenyum seorang diri. Sementara matanya
masih lekat menatap layar ponsel. Ternyata Hye Ra baru menyadari sebuah foto
dirinya bersama Joon ketika di sebuah optic. Mereka memakai sebuah kacamata
yang mirip.
“Sedang
melihat foto bersama kekasihmu?” tebak Minhyuk dengan nada dingin dan terdengar
tak suka. Ia juga lebih memilih focus terhadap jalanan.
Hye
Ra menurunkan ponselnya, lalu menoleh ke tempat Minhyuk berada. “Kau belum
jawab pertanyaanku.”
“Aku
masih berpacaran dengan Sulli. Tapi dia sudah bertunangan dengan seseorang.”
Hye
Ra yang sudah ingin kembali menyibukkan diri dengan ponselnya, langsung
membatalkan niatnya itu karena mendengar ucapan Minhyuk. Ia menoleh perlahan.
“Maksudmu?” tanyanya tak mengerti.
Minhyuk
menghela napas sebelum menjawab. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di
hatinya. “Orang tua Sulli sudah ingin anaknya untuk segera bertunangan dan
setelah itu menikah. Tapi aku sama sekali belum siap untuk itu semua. Akhirnya
mereka memutuskan untuk menjodohkan Sulli dengan seorang pemuda. Meski
sebenarnya aku dan Sulli belum resmi putus.”
“Kenapa
kau diam saja? Kau tak berniat merebut Sulli kembali?”
Minhyuk
tersenyum pahit mendengar Hye Ra memprotesnya seperti tadi. “Kau tidak tau
apa-apa, Hye Ra,” kata Minhyuk. “Karena
perasaanku selama ini sebenarnya hanya untukmu, bukan untuk Sulli,” lanjutnya
dalam hati.
Hye
Ra hanya mengangguk dan tak berniat bertanya lebih lanjut karena merasa belum
berhak menelisik lebih dalam kehidupan percintaan Minhyuk. Terlebih mereka baru
kembali bertemu setelah beberapa tahun.
“Akh,
itu di depan setelah supermarket kita belok kiri,” kata Hye Ra mengarahkan
jalan yang harus mereka lewati. “Itu sudah terlihat gedungnya.”
Minhyuk
menepikan mobil lalu berhenti di sana. Lalu Minhyuk ke luar dari mobil dan
diikuti Hye Ra tak lama kemudian.
“Ngomong-ngomong, kau
ingin menemui siapa di sana?” Tanya Hye Ra. Belum sempat Minhyuk menjawab, Hye
Ra terlanjur mendapatkan sebuah panggilan dari ponselnya. “Ya, oppa!” seru Hye
Ra pada seseorang di ponselnya. “Hanya itu saja? Baiklah. Nanti akan ku mintai
tolong supirmu untuk mengantarnya.”
Minhyuk
menutup pintu mobil bagian belakang setelah mengeluarkan barang-barangnya dari
sana. “Sebenernya istri Minho hyung sakit apa?” Tanya Minhyuk yang seakan lupa
bahwa pertanyaan Hey Ra sempat tak terjawab tadi.
Cukup
lama Hye Ra tak menjawab, membuat Minhyuk menatapnya penuh minat. “Aku juga
belum menanyakannya,” kata Hye Ra polos.
“Dasar,
kau! Ya sudah sana pulang,” goda Minhyuk.
“Akh, iya. Ini kartu
namaku,” kata Hye Ra yang sempat membatalkan niat untuk kembali ke mobil sambil
menyodorkan sebuah kertas kecil.
“Oke.
Hati-hati,” seru Minhyuk mengiringi kepergian Hye Ra menggunakan mobil Minho.
***
Akhirnya
Minhyuk menemukan apartmen milik kakakknya. Sesaat ia ragu untuk memasukan
password atau langsung membuka pintu. Ia yakin kakaknya sudah berada di dalam. Minhyuk
meraih knop pintu. Belum sempat ia melakukan apapun, knop pintu berputar dan
pintupun terbuka dari dalam. Dan Minhyuk merasakan tarikan kasar pada kerah
kemejanya.
“Hyung!”
protes Minhyuk yang baru menyadari bahwa semua itu perbuatan kakaknya, Joon,
atau ia lebih senang memanggil member ‘Blue Flame’ itu dengan sebutan ‘Changsun
hyung’.
“Ke
mana saja kau?” Tanya Joon. Namun perhatiannya langsung tersita pada plester
yang menutupi luka-luka di sekitar wajah Minhyuk. “Apa yang terjadi padamu?”
desaknya setengah khawatir.
Tentu
saja setelah itu Minhyuk menceritakan semua kejadian yang ia alami semalam.
Kecuali tentang pertemuannya dengan Hye Ra.
“Aku
tidak tidur semalaman karena bertemu dengan teman lamaku. Kami mengobrol sampai
pagi di kantin rumah sakit,” kata Minhyuk yang sudah membaringkan tubuhnya ke
sofa panjang. “Hyung, kau mau pergi?” Tanya Minhyuk karena melihat pakaian Joon
yang masih mengenakan celana jins dan kemeja.
Joon
buru-buru menggeleng sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa yang lebih kecil.
Tepat di dekat kaki Minhyuk yang sedikit lebih panjang dari sofa yang ia tiduri
saat itu. “Semalam resepsi pernikahan Nichkhun. Pulangnya aku menginap di
dorm.”
“Dorm
pasti semakin sepi,” kata Minhyuk dengan mata terpejam. Tapi tak bisa di
pungkiri ia cukup merindukan kakak laki-lakinya itu dan ingin bercerita banyak
tentang apapun dengannya.
“Begitulah,”
Joon berujar singkat. Ia lalu bangkit dan menuju dapur. Meja bar mini yang
membatasi dapur dan ruang tamu masih sama seperti saat Hye Ra meninggalkan
apartmen itu setengah tahun lalu.
Tak
lama Joon kembali sambil membawakan satu gelas tinggi berisi susu rasa vanilla
untuk Minhyuk. Tanpa harus susah payah Joon membangunkan, Minhyuk sudah akan
tersadar setelah hidung mancungnya mulai mencium aroma menggoda dari segelas
susu hangat tersebut. Buru-buru Minhyuk membuka mata lalu bangkit dan meraih
gelas yang di sodorkan Joon padanya.
“Apa
arsitek muda sepertimu hanya memiliki satu ponsel?” cibir Joon yang sudah duduk
bersama Minhyuk di sofa panjang tersebut karena Minhyuk sudah tidak dalam posisi
berbaring.
Minhyuk
baru akan mau menjawab pertanyaan Joon setelah menghabiskan susunya. “Aku belum
lama lulus dan belum mendapatkan pekerjaan yang layak. Ponsel terakhirku itu
masih yang kau berikan saat konser di Jepang,” jelas Minhyuk.
Ada
yang menggelitik perasaan Joon ketika Minhyuk menyinggung masalah Jepang dan
konser ‘Blue Flame’. Sedetik kemudian Joon tersadar dari lamunannya ketika ia
merasakan Minhyuk mulai menendangi dengan pelan beberapa bagian tubuhnya
sebagai tanda ia untuk menyingkir. Joonpun mengalah dan akhirnya pindah ke sofa
lain.
“Hyung,
kau ingat gaun yang itu?” Tanya Minhyuk.
Joon
sibuk berpikir. Namun ia tak berhasil menemukan apapun yang di maksud Minhyuk. “Yang
mana?”
Minhyuk
memutar bola matanya, kesal. “Bagaimana mungkin hyung melupakan itu? Bahkan aku
saja masih mengingatnya sampai sekarang.” Minhyuk berusaha membantu Joon
mengingatnya. “Gaun panjang warna merah. Hyung bilang mau hyung berikan sama
gadis yang hyung suka. Kalau tidak salah namanya Yoona.”
Joon
sedikit tersentak dan pikirannya melayang pada kejadian semalam. Ia sempat tak
mengenali Hye Ra dengan gaun merah panjangnya. Semata-mata karena yang Joon
ingat, ia telah memberikan gadis itu gaun berwarna biru muda. Dan anehnya, gaun
yang dimaksud Minhyuk itu justru dikenakan oleh Hye Ra.
“Bagaimana
reaksi gadis itu?” Minhyuk penasaran. “Padahal jika tidak kau ambil, aku yang
ingin memberikannya pada gadis yang ku sukai.” Minhyuk mulai membayangkan jika
hal itu benar-benar terjadi. Namun kenyataannya, gaun tersebut justru sudah
dikenakan langsung oleh Hye Ra semalam.
Ponsel
Joon yang tergeletak di atas meja berbunyi. Minhyuk langsung menyambarnya
karena kebetulan posisi ponsel itu lebih dekat dengannya. Minhyuk sempat
melirik sekilas layarnya dan tertera sebuah kontak dengan nama ‘Mrs Lee’.
“Ibu
atau noona?” Tanya Minhyuk sebelum menyerahkan ponsel itu pada Joon.
Joon
sendiri hanya tersenyum penuh rahasia, lalu berjalan ke salah satu kamar di
apartment tersebut. Meninggalkan Minhyuk sendiri di sana. Minhyuk yang tidak
terlalu mau ambil pusing, lebih memilih tidur dari pada mengurusi masalah
pribadi kakaknya itu.
***
Hye Ra
yang sudah mengenakan piyama tidurnya, duduk meringkuk di atas tempat tidur. Di
depannya ada dua gaun yang sengaja ia letakkan di sana. Satu miliknya yang
berwarna biru muda dan ada sedikit noda bekas tumpahan susu coklat. Satu lagi
gaun merah yang Yoona berikan padanya semalam. Namun uniknya, ke dua gaun
tersebut adalah pemberian pemuda yang sama. Joon.
Tangan
Hye Ra meraba ke atas bantal di sampingnya. Ia memungut ponselnya di sana. Hye
Ra baru ingat bahwa ia belum sedikitpun merespon semua pesan bahkan
panggilan-panggilan tak terjawab dari Joon.
Gadis
itu langsung mencari kontak atas nama Joon. Ia tak hafal di luar kepala nomor
kekasihnya itu. Cukup lama sampai akhirnya seseorang menjawab panggilannya.
“Apa
kau ingin membuat ku gila untuk ke dua kalinya?” protes Joon yang saat itu baru
saja menutup bahkan mengunci pintu kamarnya dari dalam.
Hye Ra
sempat menjauhkan ponselnya dari telinga karena suara Joon yang dahsyat itu
sedikit berteriak melalui ponsel. Beruntung Joon memiliki suara bagus karena ia
adalah seorang vocalis band terkenal. “Mau marah-marah atau akan ku tutup
telponnya?” ancam Hye Ra tak mau kalah.
Sontak
saja Joon bungkam. “Maaf,” ujarnya lirih lalu duduk di tepi tempat tidur yang
kini jadi miliknya. “Kau di mana? Aku mengkhawatirkanmu. Sungguh.” Kali ini
suara Joon terdengar lebih lembut.
“Di
rumah,” kata Hye Ra. Ia sempat menghela napas sesaat. “Maaf semalam ponselku
tertinggal di mobil Minho oppa. Di sana aku bertemu teman lama dan mengobrol
sampai pagi.”
Joon
sedikit menegang. Tiba-tiba ia teringat ucapan Minhyuk beberapa menit yang
lalu. “Aku tidak tidur semalaman karena
bertemu dengan teman lamaku. Kami mengobrol sampai pagi di kantin rumah sakit,”
kata Minhyuk yang sudah membaringkan tubuhnya ke sofa panjang. Tapi Joon
tak ingin menyimpulkan bahwa yang di maksud Minhyuk itu adalah Hye Ra atau
sebaliknya.
“Sore
nanti aku janji bertemu dengan Soo In. Dan kalau tak salah, kau dan Luhan ada
pemotretan. Mau ku bawakan sesuatu? Biar aku antar ke sana.” Apapun yang
terjadi semalam, Hye Ra tetap harus memberikan perhatian-perhatian kecil untuk
Joon. Biar bagaimanapun, Joon tetap kekasihnya.
Joon
setengah menyimak ucapan Hye Ra.
Hye Ra
sendiri sudah nyaris terpejam. Tapi ia akan bertambah merasa bersalah jika tak
cepat-cepat menghubungi Joon. “Ya sudah Joon. Kau hati-hati. Aku ingin tidur
dulu.”
“Akh,
iya.” Joon sedikit tersadar dari lamunannya. “Sampai bertemu nanti.”
“Tunggu,
Joon!” sela Hye Ra sebelum Joon benar-benar mengakhiri pembicaraan mereka. “Kau
tidak ingin menanyakan keadaan Yoona eonnie?” Tanya Hye Ra, dan niatnya hanya
ingin tau seberapa besar Joon masih memberikan perhatian pada Yoona.
Joon
menimbang sesaat. “Minho hyung pasti menjaganya dengan baik,” kata Joon
akhirnya. “Sudah ya.” Dengan berat hati Joon mematikan sambungan telpon sebelum
hal-hal lain lagi terjadi. Sebenarnya ia masih ingin menggoda dan mendengar
suara kekasihnya itu. Tapi suasananya seperti kurang mendukung.
Di tempatnya
berada, Hye Ra tercenung dengan jawaban Joon. Pikirannya kembali mengingatkan
tentang kejadian semalam. Ketika ia kembali jatuh hati pada Doojoon. Itu semua
di luar kendalinya. Dan nyaris saja membuat hubungannya dengan Joon berantakan.
***
Seusai
melakukan pemotretan, Joon segera mengganti pakaian. Di sana Luhan juga tampak
melakukan hal yang sama.
“Hyung,
kau ke dorm atau apartmen?” Tanya Luhan saat Joon sibuk dengan ponselnya.
“Aku
ke apartmen dulu sebentar mengunjungi Minhyuk,” kata Joon yang sama sekali tak
melepas tatapan dari ponselnya. Sesekali ia juga mencoba menghubungi seseorang.
“Mungkin nanti malam aku menginap di dorm.”
Luhan
tampak mengangguk. “Nanti biar aku kabari Sungmin hyung,” lanjut Luhan sebelum
akhirnya mereka berpisah.
Setengah
jam kemudian, Joon sudah sampai kembali di apartmennya. Ia langsung melesat ke
dalam karena kini ia menggunakan supir untuk mengantarnya. Lagipula, ia hanya
sebentar ke apartmen karena ada sesuatu yang ingin ia ambil.
Di sana,
Minhyuk tampak baru saja selesai mandi dan ingin kembali ke kamarnya. Tapi
Minhyuk membatalkan niat ketika melihat kedatangan Joon dengan raut wajah
sedikit kacau.
“Kau
kenapa, hyung? Kekasihmu membuat masalah?” Tanya Minhyuk setengah menggoda.
Joon menghempaskan
tubuhnya ke sofa dan melirik Minhyuk kesal. “Kekasihku memang selalu membuat
masalah,” ujar Joon seenaknya. “Masih tak di angkat juga,” umpatnya kesal. Dan Minhyuk
juga tampak tak ingin mengganggu hyungnya lebih lanjut.
Setelah
itu, Joon tampak masuk ke dalam kamarnya. Tak lama. Ia hanya ingin mengambil
koper besar miliknya. “Nanti malam aku menginap di dorm dan besok pagi langsung
ke luar kota. Kau bisa tinggal di sini saja,” jelas Joon sebelum Minhyuk
bertanya.
Minhyuk
mengangguk saja. Mengerti dengan pekerjaan kakaknya. Setelah mengantar Joon
sampai depan pintu, Minhyuk kembali ke dalam. Sebelum masuk ke dalam kamarnya,
Minhyuk sempat mencoba menerobos pintu kamar Joon, namun di kunci oleh
pemiliknya.
“Kenapa
hyung jadi penuh rahasia seperti ini?” kesalnya. Ia sempat menghela napas
pelan. Sampai akhirnya ia menatap penuh minat ke arah dapur. Ia baru ingat
kalau Joon sempat memesankan makanan untuknya. “Hyung benar-benar hebat,”
gumamnya memuji Joon.
Ketika
sibuk dengan makanannya, mata Minhyuk tersita pada sesuatu yang dijadikan alas
sebuah mug oleh Joon. Minhyuk meraih benda itu. Tampak seperti undangan.
“Tidak
lucu kalau undangan Nichkhun hyung di jadikan alas gelas seperti ini,” ujarnya
seorang diri.
Namun karena penasaran,
dan benda itu tampak sedikit familiar untuknya, Minhyuk membuka lebih dalam. Matanya
melebar ketika menemukan sebuah nama tak sudah sangat taka sing lagi untuknya. Undangan
pertunangan Sulli dan Yong Hwa. Dan undangan tersebut di tujukan untuk ‘Blue
Flame’.
“Apa
tunangan Sulli salah satu teman dekat member ‘Blue Flame’?”
***
“Hmm…”
Hye Ra bergumam pelan karena ada seseorang yang mengganggu tidurnya. “Jangan
ganggu!” ujarnya tak jelas sambil menyingkirkan sebuah tangan yang sejak tadi
menepuk-nepuk pipinya. “Biarkan aku tidur beberapa menit lagi,” kata Hye Ra dengan
mata yang masih terpejam erat.
Tak lama,
lampu kamar Hye Ra menyala terang. Gadis itupun mengerjap-ngerjap dan sibuk
menarik bantal untuk menutupi wajahnya. Sementara pemuda tersebut justru
berusaha menjauhkan bantal dari jangkauan tangan Hye Ra.
“Jika
sampai hitungan ke lima kau tidak bangun juga…” suara pemuda itu terdengar
menggantung sesaat. “…aku akan menciummu,” lanjutnya dengan penuh penekanan. “Satu…
Dua…” pemuda itu mulai menghitung. “Ti…”
“Joon!
Jangan!” jerit Hye Ra sambil memaksakan tubuhnya bangkit. “Aku sudah bangun
Joon.” Hye Ra mengusap-usap matanya yang masih terasa pedas.
Pemuda
itu—Joon—terkekeh puas melihat reaksi kepanikan yang ditunjukkan Hye Ra. Sementara
Hye Ra hanya mendengus kesal. Dipaksakan matanya untuk melihat sosok pemuda
yang tadi telah berani mengganggu tidurnya itu. Joon tampak berpakaian sangat
kasual.
“Kau
tidak pergi ke pemotretan?” Tanya Hye Ra sambil memindahkan kakinya ke bawah
hingga kini ia duduk di tepi tempat tidurnya.
Joon hanya
menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Hye Ra. “Kau lihat, sudah jam
berapa sekarang?”
Hye Ra
mendongak, dan sedetik kemudian matanya melebar. “Jam tujuh?” pekiknya tak
percaya. Ia lalu menoleh ke arah jendela. Di luar sana hari memang sudah gelap.
Hye Ra kembali menoleh, dan kini ia mendapati Joon sudah duduk di sampingnya.
“Kata
Siwan, sejak sore Soo In menelponmu. Tapi aku sudah mengatakan bahwa kau pasti
tertidur. Dan aku yakin, jika aku melakukan sesuatu padamupu, kau tak akan menyadari
jika cara tidurmu seperti itu.”
Hye
Ra melotot tegas sambil memberikan jarak antara dirinya dan Joon. “Maksudmu?”
Joon
kembali terkekeh. “Sudah setengah jam aku berusaha membangunkanmu. Dan kau
tidur seperti orang mati,” ledek Joon.
Hye Ra
menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Tiba-tiba tatapannya jatuh pada
sesuatu di belakang Joon. Gaun-gaun yang tadi ada di sana hilang. “Ke mana
gaunku?” ujar Hye Ra panic.
“Aku
menyuruh pembantumu membawanya ke laundry,” jawab Joon enteng. “Ya sudah, cepat
sana mandi.” Joon bangkit dan mengambilkan handuk Hye Ra yang tergantung di
balik pintu. “Tapi, apa yang terjadi dengan gaun pemberianku?” Tanya Joon penuh
selidik. Ia belum kembali ke hadapan Hye Ra.
Hye Ra
meneguk ludahnya, gugup. “Itu… Mi… Minho oppa…” Joon sengaja memberikan tatapan
mendesak. “Minho oppa tak sengaja menumpahkan susu coklat ke gaunku.”
“Susu
coklat?” Joon mengulangi ucapan Hye Ra.
Hye Ra
mengangguk takut-takut.
“Ya
sudah. Cepat mandi.” Joon menjulurkan tangannya yang memegang handuk Hye Ra. “Atau
mau ku mandikan?” godanya.
Hye Ra
menyambar kasar handuknya dengan tatapan tajam. Lalu menendang tulang kering
Joon sebelum melesat ke kamar mandinya.
“Akh!”
Joon mengerang kesakitan. “Kenapa dia suka sekali menyiksaku?” keluhnya. Terlebih
ketika teringat kejadian di bandara ketika Hye Ra menginjak kakinya.
***
Minhyuk masih bener2 suka sama Hye Ra...
BalasHapuskalo Hye Ra udah nagmcen Joon pasti Joon langsung mingslep... hehehe :)
koplak banget bagian yang ini :
“Jika sampai hitungan ke lima kau tidak bangun juga…” suara pemuda itu terdengar menggantung sesaat. “…aku akan menciummu,” lanjutnya dengan penuh penekanan. “Satu… Dua…” pemuda itu mulai menghitung. “Ti…”
“Joon! Jangan!” jerit Hye Ra sambil memaksakan tubuhnya bangkit. “Aku sudah bangun Joon.” Hye Ra mengusap-usap matanya yang masih terasa pedas.
Pemuda itu—Joon—terkekeh puas melihat reaksi kepanikan yang ditunjukkan Hye Ra. Sementara Hye Ra hanya mendengus kesal.
hahaha :D
ini Joon nakal banget : “Atau mau ku mandikan?” godanya.
hahaha
mau dong dimandiin sama Joon... eeehhhh... hahaha
Joon tuh puas banget ngegodain Hye Ra...
Hapusnah kalo Hye Ra? jangan tanya... dia lebih bahagia lagi ngeliat Joon menderita...
iya puas banget dy ngegodaiin Hye Ra..
BalasHapusmau dong digodaiin sama Joon.. hahahahaha :D
hahahahaha
iya bener bahagia dunia akherat kayanya dy kalo ngeliat Joon menderita.. :D