Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast :
·
B2ST/Beast Lee Gikwang
·
Infinite Lee Howon (Hoya)
·
SNSD Im Yoona
Support cast :
·
Other member B2ST/Beast, Infinite and SNSD
·
Yong Hwa CN Blue
·
Siwan Ze:a
·
Jonghyun, Minho and other member Shinee
·
Member Super Junior
·
All member A-Pink
·
Sulli, Victoria F(x)
Genre
: romance, family,
friendship
Length : chapter
***
Howon
tiba di kamar rawat Siwon. Sepulang sekolah ia memang langsung ke rumah sakit.
Ia bahkan masih mengenakan seragam sekolahnya. Saat itu Siwon tidak sedang
tidur, dan hanya menonton tivi saja. Nggak ada orang lain juga di sana.
“Hai
ganteng. Kamu kok nggak pulang dulu?” Siwon menyapa duluan anak tirinya itu.
Howon
hanya tersenyum singkat. “Aku bawa baju ganti kok, Yah.” Setelah itu Howon
terlihat melesat ke dalam kamar mandi. Dan beberapa saat kemudian ke luar dan
telah berganti pakaian. “Aku sengaja dateng sekarang, soalnya nanti sore harus
latihan bola di sekolah buat persiapan pertandingan ‘away’ lawan SMA Paradise
nanti,” jelas Howon yang sudah duduk di tepi tempat tidur Siwon.
“Waah…
seru tuh. Mudah-mudahan nanti ayah bisa nonton ya.”
Mendengar
itu, Howon tersenyum lebar. “Aku sama Minho pasti seneng banget kalo ayah
beneran dateng. Makanya, Ayah cepet sembuh ya.”
Siwon
mengulurkan tangannya untuk menyentuh kepala Howon. Pria itu menatap Howon
penuh kasih sayang selayaknya anak kandung sendiri. “Oh, iya. Kamu nggak bareng
Minho ke sini?”
“Minho
lagi ada kerja kelompok dulu di sekolah. Dia kan juga dicalonin jadi ketua OSIS
yang baru. Jadi, dia sibuk banget sekarang.”
“Terus,
kamu nggak dicalonin jadi ketua OSIS juga?”
“Nggak
deh, Yah. Kalo aku sama Minho sibuk, siapa yang gantiin Ibu jagain Ayah di
sini? Lagian, aku juga nggak terlalu minat buat jadi ketua OSIS. Kalo jadi
kapten bola sih gapapa,” candanya dengan sedikit terkesan membanggakan diri.
***
Sungmin baru saja tiba di apartmennya. Ia berjalan
ke arah dapur lalu membuka pintu yang menuju balkon. Di sana juga biasanya
digunakan untuk menjemur pakaian. Dan ada sebuah seragam sepakbola yang
tergantung. Jelas saja sangat menarik perhatian Sungmin karena hanya ada benda
itu di sana. Terlebih sebuah nama yang tertera di bagian belakang kaosnya
adalah nama ‘HOYA’. Nama yang sangat melekat di hatinya.
Sebuah
suara gemericik air dari kamar mandi yang terdengar membuat Sungmin menoleh
seketika. Ia yakin anaknya sudah pulang. Sungmin mendekat karena orang tersebut
membuka pintu.
“Itu
baju yang namanya Hoya punya siapa?” tanya Sungmin bahkan sebelum ia benar-benar
melihat wajah orang itu.
“Eh,
Om Sungmin?” seru orang itu yang ternyata adalah Yong Hwa.
“Oh,
Yong Hwa? Om kira Gikwang. Ke mana dia?” tanya Sungmin mencari-cari anaknya.
“Lagi
ke luar Om sama Sunggyu,” kata Yong Hwa.
Lalu seseorang
muncul dari dalam kamar Gikwang. Itu Jonghyun. Ia sibuk menatap ponselnya. “Kok
Gikwang sama Sunggyu lama banget, sih?” tanyanya tanpa memastikan ada siapa
saja di sana. Kemudian Jonghyun mendongak karena Yong Hwa nggak langsung
menjawab. “Wah, Om Sungmin udah pulang?” serunya sedikit terkejut.
“Iya,
baru aja,” ujar Sungmin.
Setelah
itu, pintu utama apartmen terbuka dan memunculkan Gikwang yang datang bersama
Sunggyu dan Myungsoo juga. “Makanan datang…” terdengar suara Gikwang. “Loh,
Papa udah pulang?” serunya nggak kalah terkejut seperti Jonghyun tadi saat
melihat sosok Sungmin di sana. “Aku kira belom, makanya aku nggak beliin
makanan juga buat Papa,” jelas Gikwang sedikit merasa bersalah.
“Santai
aja. Papa udah makan, kok,” kata Sungmin yang nggak ingin anaknya terlalu
merasa bersalah. “Kalian kan lagi pada ngumpul, ya udah lanjutin aja acaranya.
Papa masuk dulu,” pamitnya pada Gikwang dan teman-temannya juga.
Jonghyun
tampak mengajak Yong Hwa untuk bergabung ke ruang tamu tempat Sunggyu sudah
duduk dan bahkan meletakkan pesanan mereka. Ke lima cowok itu duduk di lantai
dan mengelilingi meja.
“Bokap
gue udah lama pulangnya?” tanya di sela-sela kesibukkannya membuka bungkus
makanan. Tentu saja pertanyaan itu ia lontarkan untuk Yong Hwa dan Jonghyun yang
memang ada di sana.
“Nggak
terlalu kok. Pas banget waktu gue di kamar mandi,” jelas Yong Hwa. Dan memang
saat itu posisinya berada di depan pintu kamar mandi.
“Nah,
lo bocah!” tunjuk Jonghyun pada Myungsoo. “Kok bisa ikutan nongol di sini.
Perasaan tadi nggak ada deh. Ngintilin Sunggyu mulu lo,” ledeknya pada adik
kandung Sunggyu tersebut.
Myungsoo
menunjukkan wajah kesalnya. “Ya elah, bang. Pelit banget lo kalo gue ikutan
gabung. Lagian temen-temen gue si Dongwoo, Woohyun sama Sungjong tuh lagi pada
ngapel. Maklum, ini kan malem minggu. Nah, kebetulan gue nggak punya pacar,
jadilah ngumpulnya sama cowok-cowok jomblo juga,” kata Myungsoo panjang lebar
dan terdengar nggak mau kalah dari Jonghyun tadi.
“Tapi
ini kan belom malem, Myung!” seru Sunggyu meralat ucapan adiknya.
“Sama
aja akh, bang!” balas Myungsoo cuek.
“Ade
lo songong banget, sih!” protes Gikwang yang malah ia tujukan untuk Sunggyu.
“Tau,
nih. Kan nggak semua dari kita masih jomblo,” timpal Yong Hwa.
“Bener
tuh,” Jonghyun juga mendukung ucapan Yong Hwa. “Kan Yong Hwa doang yang udah
punya pacar,” ujarnya mempertegas.
Mendengar
itu, Yong Hwa justru menjadi nggak terlalu memusingkannya. Ia lebih memilih
sibuk dengan makanannya. Melihat Yong Hwa yang seperti itu, Sunggyu dan Gikwang
tiba-tiba saling melempar tatapan curiga.
Sunggyu
menatap Yong Hwa curiga secara terang-teranga. “Biasanya Yong Hwa ngapelin
Seohyun juga. Kok lo malah ikutan ngumpul di sini, Yong?”
“Oh,
itu…” Yong Hwa terdengar cukup gugup meresponnya. “Seohyun… sebenernya… hmm… kita udah… putus,”
ujarnya susah payah mengatakan hal itu.
Gikwang,
Jonghyun, Sunggyu dan nggak terkecuali Myungsoo langsung menoleh cepat ke
tempat Yong Hwa berada. Yong Hwa sediri sudah tertunduk dan hanya mampu
mengaduk-aduk makanannya tanpa minat. Namun sedetik kemudian, terdengar gelak
tawa Gikwang dan yang lain. Tentu saja untuk menertawakan Yong Hwa.
Yong
Hwa sendiri langsung melempar tatapan horornya. “Temen lagi patah hati, hibur
kek! Bukannya di ketawain!” protes Yong Hwa yang justru semakin menyulut tawa
teman-temannya.
***
Di
dalam kamar, Sungmin tampak menatap sebuah foto usang di tangannya. Itu foto
pernikahan ia dan mantan istrinya yang juga Ibu kandung Gikwang. Wanita di
dalam foto tersebut adalah Ga In, ibu kandung Howon. Sungmin dan Ga In memang
pernah menikah dan menghasilkan Gikwang dari pernikahan mereka tersebut. Namun
sayangnya Sungmin sedikit merahasiakan tentang keberadaan Ga In dari Gikwang.
“Apa
kamu memberi nama Hoya pada anakmu bersama Siwon?” ujar Sungmin pada foto
tersebut. Ia seolang tengah berbicara langsung dengan Ga In.
Sungmin juga mengenal
Siwon, bahkan ia juga mengetahui pernikahan Ga In dan Siwon. Hanya saja yang
tidak Sungmin ketahui yaitu tentang anak dari hasil pernikahan Ga In dengan
Siwon itu adalah Sulli, bukan anak yang ia pikir bernama Hoya. Sungmin langsung
mengingat nama tersebut karena melihat sebuah kaos bola yang di jemur oleh
Gikwang. Dan ia yakin nggak pernah mendengar Gikwang menyebutkan salah satu
temannya ada yang bernama Hoya.
“Kenapa
kau melakukan itu? Padahal kau sama sekali nggak setuju saat aku ingin menamai
Gikwang dengan nama Hoya,” seru Sungmin dengan nada kecewa.
Sungmin
memasukkan kembali foto tersebut ke dalam sebuah laci di dekat tempat tidurnya.
Suasana hening yang terjadi membuat gelak tawa Gikwang dan temannya terdengar
menembus tembok yang membatasi ruang tamu dan kamar tidur Sungmin.
“Setidaknya,
aku masih bisa mendengar tawa Gikwang dan selalu ada di sampingnya.”
***
Yoona
hampir tidak pernah melepaskan kebiasaannya berjalan-jalan sore menggunakan
sepeda kesayangannya. Meski ia sudah terbebas secara sepihak dari Howon, cewek
itu masih melakukan hobinya. Termasuk sore ini. Namun tanpa sengaja, ia justru
tetap bertemu Howon di tempat yang sedikit jauh dari lokasi biasa mereka
bertemu.
Yoona
menghentikan laju sepedanya saat sosok Howon tampak mendekat. Howon memang
sedang menunggu kedatangan cewek itu.
“Apa
maksud lo nyuruh Eun Ji yang nganter seragam ini?” desis Howon cukup tajam. Ia
bahkan sampai menyerahkan paksa bungkusan di tangannya pada Yoona. Bisa
dipastikan Howon baru saja bertemu dengan Eun Ji beberapa saat lalu.
Yoona
nggak langsung menjawab. Pikirannya melayang pada saat ia pertama kali bertemu
Eun Ji. Cewek itu justru mendesak agar Yoona menceritakan tentang Howon. Dari
situ bisa disimpulkan kalao hubungan antara Eun Ji dan Howon sedang tersandung
masalah. Terlebih dengan tatapan yang ditunjukkan Howon sekarang ini. Entah apa
masalah mereka.
“Eun
Ji bener cewek lo, kan?” Yoona justru balik bertanya.
Di
saat yang bersamaan, muncul Sungyeol, Yoseob dan Dongwoon di sana. Mereka memang
mencari-cari sosok Howon yang ternyata sedang bersama Yoona.
“Hoya!
Kita cariin ke mana-mana. Ternyata lo di…” Yosoeb langsung membungkam mulutnya
sendiri karena melihat suasana dingin di sana. Yoona dan Howon saling tatap dan
seakan mengabaikan kedatangan Yoseob dan yang lain.
“Eun
Ji emang masih cewek gue, tapi…”
“Nah,
kan!” sela Yoona. “Apa salahnya kalo dia mau ngelakuin itu buat lo? Dan lo juga
nggak mikirin posisi gue, kan? Gimana ternyata gue udah punya cowok juga, lalu
cowok gue tau kalo gue sering ketemuan dengan cowok lain di taman?”
Yoseob,
Sungyeol dan Dongwoon yang nggak mengerti apa-apa, hanya menatap Yoona serta
Hoya secara bergantian. “Kalian pada kenapa, sih?” tanya Dongwoon penasaran.
“Kayaknya
tadi gue denger sempet nyebut-nyebut nama Eun Ji juga,” ujar Sungyeol
menimpali. “Waah, lagi terlibat cinta segitiga nih kayaknya?” tanyanya jahil.
Howon
masih saja nggak mempedulikan keberadaan tiga temannya itu. Yang mengganjal
dipikirannya saat ini adalah ucapan Yoona yang mengatakan cewek itu udah
memiliki pacar. Tentu saja karena sejak hubungannya dengan Eun Ji bermasalah
dan ia bertemu dengan Yoona, perasaannya sedikit teralih pada cewek itu.
“Udah
cukup beberapa minggu ini gue ngejalanin permintaan lo,” kata Yoona lagi karena
Howon nggak juga memberikan respon. “Apa itu masih kurang? Mau sampe kapan,
hah?”
Howon
udah hampir buka mulut, namun Yoseob udah lebih dulu menghalanginya sambil
berujar, “lanjutin nanti aja ya ngobrolnya. Minho udah SMS gue buat cepetan
dateng ke sekolah.” Yoseob bahkan sampai menunjukkan bukti pesan singkat yang
dikirim Minho padanya. Ia kemudian mengisyaratkan Sungyeol dan Dongwoon juga
untuk membantunya menarik Howon dari tempat itu.
Yoona
langsung berinisiatif melempar kembali bungkusan dari Howon tadi dan jatuh
tepat di pelukan cowok itu. Lalu tanpa berkata-kata lagi, ia memutar sepedanya
dan pergi dari sana.
***
Seusai
makan, Gikwang yang membereskan seluruh peralatan makan yang kotor karena ia
kalah dalam sebuah permainan kecil yang mengharuskan ia mendapatkan hukuman.
Gikwang bahkan harus mencuci seluruh peralatan yang terpakai.
“Untung
gue udah biasa ngelakuin ini,” seru Gikwang sekedar menghibur diri juga. Teman-temannya
yang lain juga sama sekali nggak ada yang berniat membantu. Karena sebenarnya
jarang-jarang Gikwang kalah dalam permainan seperti itu. Kecuali setelah pindah
ke apartmen tersebut, Sungmin memang nggak membayar pembantu dan jadilah
Gikwang yang dengan keinginannya sendiri bertanggung jawab untuk urusan
pekerjaan rumah.
Setelah
beberapa menit, Gikwang benar-benar selesai dari pekarjaannya. Ia kemudian
beralih ke dispenser untuk mengambil segelas air minum. Dan di sana ia sempat
melirik ke jendela dan dapat dengan jelas melihat seragam bola milik Howon yang
tanpa rencana bisa ada di tangannya.
“Kok
kayaknya gue familiar ya sama yang namanya ‘Hoya’ itu?” gumam Gikwang yang
sibuk dengan pikirannya sendiri.
***
Sementara
di tempat lain, Howon tengah bersiap menjalai latihan sepakbola rutin di
sekolahnya. Ia hanya tinggal mengenakan kaos yang ada di tangannya. Namun cowok
itu masih saja menatap deretan huruf yang membentuk nama ‘Gikwang’ di bagian
punggung kaos.
“Gue
nggak pernah denger temen sekolah gue ada yang namanya Gikwang. Tapi kenapa
rasanya gue kayak udah kenal deket ya sama pemilik baju ini,” ujar Howon untuk
dirinya sendiri.
“Lo
kenal sama temen sekelas gue yang namanya Gikwang?”
Howon
langsung menoleh dan mendapati Yoseob di sana. Yoseob sendiri langsung duduk di
samping Howon yang masih duduk di tepi lapangan.
“Emang
temen sekelas lo ada yang namanya Gikwang?” Howon justru balik bertanya dengan
tatapan bingung. “Oh, yang anak baru itu bukan?” serunya lagi.
Yosoeb
sama sekali nggak terlihat antusias menanggapi tebakan Howon. “Masalahnya pas
kemaren gue latihan di ‘Running Boys’, gue liat Gikwang pake baju lo. Apa mungkin
Eun Ji salah ambil baju lo?” pikirnya. “Soalnya kan Yoona tiba-tiba nyerahin
tanggung jawabnya ke Eun Ji.”
Howon
tampak mengangkat bahunya.
“Dipikirin nanti lagi aja.
Mending sekarang kita latihan,” ujar Yoseob sekaligus mengingatkan bahwa mereka
sudah di tunggu untuk segera ke tengah lapangan.
Howon nggak langsung
menyusul Yoseob. Pikirannya melayang kembali saat ia bertemu dengan Eun Ji di
taman.
Flashback…
“Ini
baju siapa?” protes Howon ketika memeriksa bungkusan yang diberikan Eun Ji
padanya. “Mana baju gue?”
Eun
Ji sedikit meremas ujung seragamnya. Nggak biasanya Howon bersikap cukup kasar
seperti ini. “Baju lo kemarin mendadak dipinjem sama temennya Yoona. Dan tadi
pagi Yoona nyuruh gue ngasih lo baju itu dulu,” jelasnya sambil menunduk.
Kalau
saja Eun Ji tidak menyinggung masalah Yoona, mungkin ia akan melemparkan protes
lagi pada cewek itu. Namun karena ia juga harus bergegas latihan sepakbola,
Howon akhirnya lebih memilih meninggalkan Eun Ji di sana.
Flashback end…
***
Yoona
tiba di rumahnya. Ia kembali lebih cepat karena suasana hatinya sedang sedikit
buruk akibat berdebat dengan Howon tadi. Sebenarnya alasan Yoona berkata
seperti itu bukan karena ia memang sudah memiliki kekasih, tapi karena Gikwang.
Semenjak Yoona tau dirinya dan Siwan saudara kandung, ia semakin gencar
melupakan perasaannya pada Siwan. Salah satunya dengan cara dekat dengan
Gikwang.
Setelah
memarkirkan sepedanya, Yoona melangkah ke pintu utama. Ada sesuatu yang janggal
di sana. Pintu tidak tertutup rapat. Padahal ia yakin telah menguncinya sebelum
pergi. Padahal saat ini Yoona juga sudah memegang kunci rumahnya.
“Jangan-jangan,
ada maling?” ujar Yoona yang entah dari mana mendapat pikiran seperti itu.
Segera saja ia melesat masuk ke dalam. Sepi. Yoona melangkahkan kaki semakin
dalam. “Hwaaa…!” jeritnya karena tiba-tiba tubuh seseorang menghalangi jalannya
saat berbelok ke arah dapur.
“Ada
apaan, sih?” seru seseorang yang juga muncul dari arah dapur dengan nada panic.
Itu Doojoon. Ia memang baru saja tiba beberapa menit lalu. “Yoona? Lo gapapa?”
Doojoon segera mendekati adiknya yang menatap seorang cowok yang tadi tiba-tiba
menghalangi jalannya itu.
“Lee
Jonghyun? Kok lo bisa ada di sini?” tanya Yoona pada cowok itu. Ia bahkan
sedikit mengabaikan keberadaan Doojoon di sana.
Cowok
yang dipanggil Yoona dengan nama Lee Jonghyun itu justru menunjukkan raut wajah
kecewanya. “Jadi kamu nggak suka aku dateng? Kita kan udah lama nggak ketemu.
Kamu nggak kangen gitu?” tanya Lee Jonghyun dengan nada di buat semanja
mungkin.
“Lebay
deh lo, Jong!” cibir Doojoon pelan.
Lee Jonghyun
mendekatkan wajahnya ke telinga Doojoon. “Gue denger loh, bang,” bisiknya.
Yoona
sendiri hanya memutar bola matanya. Malas menanggapi dua cowok di hadapannya.
“Berarti Bang Siwan udah pulang juga, kan?” Tanpa menunggu respon Doojoon
ataupun Lee Jonghyun, Yoona sudah lebih dulu balik badan dan melesat pergi ke
luar rumah.
Doojoon
dan Lee Jonghyun saling tatap. Namun sedetik kemudian mereka baru menyadari
bahwa Yoona sudah nggak ada di sana. “Yoona! Tunggu!” teriak keduanya dengan
kompak. Namun sudah lebih dulu menghilang di sana.
“Siwan
kan masih di Surabaya,” lirih Doojoon karena tidak sempat memberitahukan hal
tersebut pada adiknya.
***
“Kamu
suka bermain sepakbola?” tanya dokter yang menangani Siwan.
Saat ini Siwan sendiri
baru saja menjalani pemeriksaan. Luka terberatnya ada pada kaki. “Iya,” jawab
Siwan pendek dengan tatapan kosong ke depan.
Dokter itu menghela
napasnya, berat. “Kamu juga pernah cedera parah di kaki yang sama. Jika masih
memaksa bermain, akan fatal akibatnya.”
Mendengar
itu, Siwan menoleh cepat. “Maksud dokter?” serunya tajam. Tentu saja ia kurang
bisa menerima perkataan dokter itu. “Saya harus berhenti bermain sepakbola?”
“Sesekali
kamu boleh bermain. Tapi, tidak untuk menjalani pertandingan.”
Sementara
di luar kamar rawat Siwan, tampak Seulong berdiri dengan cukup tegang. Jelas ia
mendegar semua pembicaraan Siwan dan sang dokter. Ia cukup terpukul
mendengarnya. Apapun kondisinya sekarang, Siwan adalah anak kandungnya. Dan ia
wajib bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Siwan.
***
Sebagai
pemain sepakbola, tentu saja Gikwang pernah mengalami yang namanya cedera.
Meski sudah sembuh, namun ia harus tetap rutin menjalani pemeriksaan. Termasuk
hari ini. Sepulang sekolah, ia melakukan pemeriksaan di sebuah rumah sakit.
Gikwang
tampak baru saja ke luar dari ruangan dokter yang memeriksanya. Ia berjalan
menelusuri koridor rumah sakit. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti karena
sebuah pintu terbuka dan memunculkan seorang wanita yang sedang menangis. Ga
In. Melihat itu, Gikwang perlahan mendekat. Ia hanya memperhatikan Ga In secara
intens.
Sadar dirinya
diperhatikan, Ga In menoleh. Ia menatap Gikwang melalui matanya yang basah. Dan
sedetik kemudian, Ga In memeluk Gikwang, sementara Gikwang sendiri langsung membalas
pelukan wanita itu. Tidak ada yang mereka lakukan selain berpelukan. Selayaknya
dua orang yang baru bertemu setelah sekian lama terpisah.
***
“Lo
kenapa nggak bilang dari kemarin-kemarin, sih?” protes Sungmin saat ia dan
Eunhyuk terburu-buru berjalan di koridor sebuah rumah sakit.
“Gue
juga baru tau, Min!” seru Eunhyuk membela diri.
Beberapa
meter di depan mereka, ada dua orang yang tengah saling berpelukan. Dan di
dekat sana, tampak sebuah pintu terbuka dan memunculkan Howon. Eunhyuk langsung
mengajak Sungmin mendekat.
“Gimana
Siwon?” tanya Eunhyuk sedikit hati-hati pada Howon. Raut wajah cowok itu jelas
menyiratkan sesuatu yang buruk terjadi.
Howon
menggeleng lemah. Dan itu sudah cukup menjelaskan semuanya. Meski sedih, Howon
tidak menangis. Lalu ketika melihat itu, Sungmin tanpa sadar menarik Howon ke
dalam pelukannya. Eunhyuk sendiri tampak membiarkan keduanya dalam posisi
seperti itu dan lebih memilih untuk masuk ke dalam.
“Hoya!”
Terdengar teriakan beberapa orang sekaligus. Yoseob, Sungyeol serta Dongwoon. Dan
suara itu sukses menginterupsi Howon dan Sungmin untuk melepaskan pelukan
mereka.
“Bokap
lo…” ucapan Sungyeol terdengar tertahan.
Howon
menggeleng lemah. Sungyeol serta Dongwoon langsung memberikan ucapan duka cita
pada Howon. Namun tidak untuk Yoseob. Ia justru menatap Gikwang yang saat itu
tengah memperhatikan Howon dan masih dalam keadaan memeluk Ga In.
“Gikwang,
lo di sini juga?” tanya Yoseob.
Howon
dan Sungmin cukup tersentak karena mereka baru menyadari keberadaan Gikwang yang
padahal hanya berjarak beberapa meter saja.
Di
dalam pelukan Gikwang, Ga In juga terkejut mendengar nama itu. Ia lalu perlahan
menjauhkan tubuhnya dari tubuh Gikwang. Ga In memperhatikan tiap lekuk wajah
pemuda yang baru saja memeluknya itu.
Sungmin
sendiri semakin terkejut karena wanita yang berpelukan dengan Gikwang adalah Ga
In yang tak lain mantan istrinya sendiri. “Ga In?” seru Sungmin dengan suara
lemah. Namun tentu saja bisa terdengar sampai telinga Ga In.
Ga In
melebarkan mata melihat sosok Sungmin di sana. Berdiri tepat di samping Howon.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar