Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast :
·
Lee
Joon/Changsun (Mblaq)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Jung
Yong Hwa (CN Blue)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast :
·
Im
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun
Horvejkul (2PM)
·
Yoon
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan
(Exo-M)
·
Choi
Sulli (F(x))
·
Kim
Himchan (B.A.P)
·
Lee
Sungmin (Super Junior)
·
Cha
Hackyeon ‘N’ (VIXX)
Genre :
romance
Length :
part
***
Joon
sontak melebarkan mata mendengar ucapan Hye Ra. Tak terkecuali dengan Hyorin
dan Minhyuk tentunya. Mereka bahkan menatap langkah Hye Ra yang berjalan menuju
sofa. Ucapan gadis itu tidak bisa diremehkan. Dan tentu saja membuat Minhyuk merasa
selangkah lebih unggul dari pada Joon.
Namun tepat sebelum Hye Ra
menjatuhkan diri di sofa, Joon sudah lebih dulu menyambar tangan gadis itu dan
menariknya menjauh dari sofa.
“Joon!”
pekik Hye Ra memprotes perlakuan Joon. “Kenapa kau selalu bersikap seenaknya?”
Minhyuk
sudah ingin menahan Hye Ra untuk tetap di sana, namun kakinya seperti tertancap
pada lantai hingga membuatnya seakan sulit untuk melangkah. Yang menjadi
saingannya saat ini adalah kakak kandungnya sendiri.
Joon
sendiri seperti tidak mendengar kata-kata Hye Ra. Ia terus saja menarik
kekasihnya lalu mendorong pelan punggung Hye Ra agar gadis itu menuju kamar
yang ditempati Hyorin selama di sana. Joon kemudian menoleh ke tempat Hyorin
berada. “Noona sebaiknya beristirahat.”
“Akh,
iya.” Hyorin buru-buru menuruti perintah Joon.
Joon
sendiri kembali mendekati sofa dan menyambar dengan kasar bantal dan selimut
yang tadi ia bawa ke luar. “Cepat masuk,” seru Joon tajam tanpa menatap Minhyuk
sedikitpun. Sementara di ambang pintu kamar, Hyorin dan Hye Ra mengawasi Joon
dan Minhyuk.
“Hyung
saja.”
Mendengar
itu, Joon sontak menoleh dan menunjukkan tatapan tajamnya untuk Minhyuk. “Tidak
dengar apa yang aku katakan?” ujar Joon dingin, namun menusuk.
Minhyuk
hanya mampu menghela napasnya, kasar. Tentu saja ia menurut karena apartmen ini
adalah wilayah kekuasaan Joon. Dan status Minhyuk hanya menumpang. Dengan berat
hati pemuda itu mengikuti langkah Joon yang sudah lebih dulu melesat masuk ke
dalam kamar.
“Ayo,”
bisik Hyorin mengajak Hye Ra untuk masuk dan beristirahat.
Di
dalam kamarnya, Joon langsung menghempaskan tubuh ke kasur. “Tidur saja, dan
jangan bicara apapun padaku,” kata Joon dengan mata terpejam.
Minhyuk
sempat melirik kesal ke tempat Joon berada. Ia lalu menempatkan diri di sisi
Joon dalam diam. Minhyuk masih dalam posisi duduk, dan matanya jatuh pada sebuah
figura di salah satu dinding kamar Joon.
Foto
yang menegaskan kedekatan antara Joon dan Hye Ra. Minhyuk meremas selimut dalam
genggamannya dengan tatapan tajam yang masih menembus foto tersebut.
Seakan-akan ia memang menunjukkan perasaan tak suka terhadap hubungan dua orang
tersebut.
***
Pagi
hari, Hyorin tampak baru saja selesai mandi karena rambutnya masih terlihat
basah. Wanita itu kemudian duduk di depan meja rias dan bersiap mengeringkan
rambutnya menggunakan hairdryer. Tak
lama, Hye Ra yang masih tidur menyingkap selimutnya. Wajahnya tidak terlalu
terlihat seperti orang yang baru bangun tidur. Hye Ra kemudian mendekati Hyorin
dan merebut alat pengering rambut di tangan Hyorin dan berniat membantu wanita
itu.
“Eh?”
seru Hyorin terkejut dengan perlakuan Hye Ra. Sementara Hye Ra sendiri seperti
tanpa ekspresi menanggapinya. “Kau tidak ingin menemui Joon dulu?”
“Joon
bahkan sudah tidak ada di kamarnya sejak 1 jam yang lalu,” gumam Hye Ra lemah.
“Apa
kau bilang?” seru Hyorin sedikit terkejut. Ia bahkan sampai memutar tubuhnya
dan menghadap Hye Ra. “Apa anak itu sudah gila?”
Hye
Ra mematikan hairdryer di tangannya,
lalu mendesah berat. “Baru tahu kalau Joon suka sulit ditebak seperti itu?”
Mendegar
ucapan Hye Ra adiknya, Hyorin justru tertawa. “Joon memang sedikit aneh. Apa
yang sedang dipikirkannya sedikit sulit di tebak. Dan dia beruntung bisa
menjadi kekasihmu.”
Hye
Ra tak merespon apa-apa karena ia mendengar suara-suara di luar. Kemudian gadis
itu memilih melesat meninggalkan Hyorin yang sedikit di buat bingung oleh
perilaku kekasih adiknya tersebut. Di luar sana, Hye Ra mendapati Minhyuk juga
tampak sudah rapih dan bersiap untuk pergi.
“Kau
mau ke mana?” tegur Hye Ra sebelum Minhyuk benar-benar pergi.
Minhyuk
tetap melangkah ke dapur sambil berujar, “proyek dengan kakak iparmu harus
segera ku selesaikan.”
Hye
Ra mengigit bibir bawahnya. Ia juga terlibat dalam proyek tersebut. Semenjak
insiden Minhyuk memukul Joon di taman, firasatnya mengatakan Minhyuk memiliki
perasaan padanya. Dan itu sungguh sangat mengganggu. Namun yang penting
sekarang, ia harus mendapatkan cincin miliknya.
“Tolong
kembalikan dulu cincinku!” ujar Hye Ra yang bahkan sudah berdiri di ambang
pintu dapur mengawasi punggung Minhyuk yang saat itu berdiri membelakanginya.
Hye Ra sempat berjalan beberapa langkah.
Minhyuk
meletakkan gelas dengan kasar sehingga menimbulkan suara benturan yang cukup
keras. “Aku cukup mengetahui tentang hyungku,” ujar Minhyuk dan tetap
mempertahankan posisinya membelakangi Hye Ra. “Dan kau lihat apa yang ia
lakukan di taman? Dia sama sekali tidak membelamu. Apa itu cermin dari kekasih
yang baik? Harusnya dia memberikanmu kesempatan untuk bicara.”
Hye
Ra mengepalkan tangannya ketika mendengar Minhyuk menjelek-jelekkan Joon tepat
di hadapannya. “Tapi setidaknya Joon tidak pernah menjelek-jelekkan Doojoon dan
Yong Hwa.”
Mendengar
itu, Minhyuk membalikkan badan dan kini menghadap Hye Ra. Ia bahkan menatap
tajam ke mata gadis itu. “Aku tidak menjelek-jelekkannya. Tapi itu kenyataan. Aku
peduli padamu karena selama ini aku memiliki perasaan padamu. Aku menyukai
bahkan mencintaimu sebelum Yong Hwa hyung lebih dulu menyeretmu dengan paksa
untuk menjadi kekasihnya.”
Hye
Ra tetap diam tanpa ekspresi. Dan apa yang ia takutkan telah terjadi. Namun
yang membuat hal tersebut semakin rumit adalah ia terjebak di antara dua pemuda
yang memiliki hubungan darah.
“Tak
bisakah kau memberikanku kesempatan?” pinta Minhyuk. Kali ini terdengar lebih
lembut.
***
Sulli,
tunangan seorang Yong Hwa adalah seorang dokter muda di sebuah rumah sakit. Dan
pagi ini gadis cantik itu bersiap menjalankan rutinitasnya sebagai seorang
dokter. Namun langkahnya terhenti ketika mendapati sosok Yong Hwa berdiri di
depan pagar rumahnya.
“Sejak
kapan oppa di sana?” seru Sulli sambil berlari kecil menghampiri Yong Hwa. “Apa
oppa tidak pulang semalam?” Wajahnya terlihat cukup khawatir. Belum lagi Yong
Hwa datang pagi-pagi ke sana dengan pakaian yang sama seperti terakhir mereka
bertemu semalam.
Yong
Hwa menarik lembut lengan kekasihnya dan membawa Sulli kembali ke dalam halaman
rumah. Tiba-tiba saja Yong Hwa berlutut dan sontak saja membuat Sulli juga ikut
berjongkok.
“Apa
yang oppa lakukan?” desak Sulli sambil memegang pundak Yong Hwa. Ia juga
berusaha menarik Yong Hwa untuk berdiri, namun usahanya sia-sia. Yong Hwa tetap
memilih bertahan dengan posisinya sambil menunduk.
“Aku
mohon maaf atas segala kesalahanku padamu.”
“Kesalahan
apa? Kau tidak salah apapun. Oppa, ayo bicarakan baik-baik. Sebenarnya ada
apa?” paksa Sulli dan tetap berusaha menarik tubuh Yong Hwa agar berdiri. “Cepat
berdiri, atau aku tidak akan memberikanmu kesempatan berbicara,” ancamnya
serius.
Yong
Hwa akhirnya menurut untuk berdiri. Ia meneguk ludahnya yang tiba-tiba terasa
pahit. Rasa bersalah itu muncul sangat besar dan tanpa ada peringatan
sebelumnya. “Aku minta maaf.” Lagi-lagi hanya kalimat itu yang terlontar.
“Jika
oppa terus berbicara seperti itu, oppa hanya membuang waktuku dengan percuma.”
Sulli yang sudah kesal, akhirnya memutuskan balik badan dan bersiap melangkah.
Namun Yong Hwa sudah lebih dulu memeluk gadis itu dari belakang yang secara
otomatis menghentikan langkah Sulli.
“Mungkin
kau lupa. Hye Ra yang kau kenal itu adalah mantan kekasihku dan juga seseorang
yang pernah aku cintai,” kata Yong Hwa tepat di telinga Sulli karena ia masih
memeluk kekasihnya itu dari belakang.
Sulli
mengusap lengan Yong Hwa yang melingkar di pinggangnya. Ia juga tidak terlalu
terkejut dengan pengakuan Yong Hwa yang seperti itu. “Apa yang ingin oppa
lakukan?” tanyanya lembut tanpa ada rasa dendam sedikitpun.
“Bolehkah
aku tetap berhubungan baik dengannya?” pinta Yong Hwa.
Sulli
perlahan melepaskan tangan Yong Hwa lalu berbalik untuk menatap mata pemuda
itu. “Aku tidak ingin melarangmu berteman dengan siapapun. Dan aku kini juga
beteman dengannya.” Sulli bicara sambil tersenyum.
Yong
Hwa menghembuskan napasnya, kasar. “Aku hanya tidak bisa mengabaikannya begitu
saja.”
“Aku
mengerti,” tegas Sulli sambil menggenggam ke dua tangan Yong Hwa. “Kalian
pernah saling dekat. Bahkan sampai berpacaran. Sama halnya dengan aku dan
Minhyuk. Tapi aku mengerti batasan-batasan antara kami karena kini aku milikmu
bukan milik Minhyuk lagi.”
Entah
mengapa saat Sulli menyinggung masalah Minhyuk, Yong Hwa sama sekali tidak
keberatan. Mungkin karena ia juga berada di posisi yang sama dengan Sulli.
“Kalau begitu, bisa bantu aku menjaga Hye Ra? Karena… aku tau harus ada
batasan-batasan juga antara kami. Jadi, aku ingin melibatkanmu juga.”
“Menjaga?”
Sulli mengulangi perkataan Yong Hwa karena rasanya maksud dari kata tersebut
bermakna ganda. “Memangnya Hye Ra kena…”
“Ku
rasa ada hal yang tidak bisa diremehkan terjadi antara Hye Ra, Minhyuk dan kekasihnya
Hye Ra.” Yong Hwa sedikit menyambar ucapan Sulli.
Akhirnya
Sulli bisa sedikit memahami kondisi Hye Ra saat ini meski ia belum sepenuhnya
mengerti. “Jika Hye Ra dalam kesulitan, aku pasti akan berusaha membantunya.”
Mendengar
itu, Yong Hwa menarik tubuh Sulli ke dalam pelukannya. “Aku mencintaimu,” kata
Yong Hwa. Dengan adanya kejadian ini, ia justru semakin tidak ingin melepaskan
Sulli. Seperti yang ia katakan sebelumnya yang tidak bisa mengabaikan Hye Ra
begitu saja, tapi perasaan Yong Hwa sesungguhnya kini hanya untuk Sulli.
***
“Sial.
Kenapa bisa tertinggal?” rutuk Joon menyalahkan dirinya sendiri karena CD
materi album terbaru ‘Blue Flame’ yang harus ia pelajari tertinggal di
apartmennya. Padahal pagi ini ia juga harus ke kantor menejemennya untuk
mengurusi suatu hal.
Joon
menekan deretan angka untuk membuka pintu apartmennya. Apartmen itu tetap sepi
seperti saat ia pergi diam-diam tadi pagi. Joon langsung melesat ke dalam
kamarnya tanpa ingin mengganggu yang lain. Setelah selesai, Joon bergegas ke
luar kembali. Namun samar-samar ia mendengar suara dua seorang dari arah dapur.
“Aku cukup mengetahui
tentang hyungku. Dan kau lihat apa yang ia lakukan di taman? Dia sama sekali
tidak membelamu. Apa itu cermin dari kekasih yang baik? Harusnya dia
memberikanmu kesempatan untuk bicara.”
“Tapi setidaknya Joon tidak pernah menjelek-jelekkan Doojoon
dan Yong Hwa.”
Joon
sedikit menahan tawanya ketika Hye Ra membelanya dan bahkan terkesan tidak
ingin kalah dengan Minhyuk.
“Aku tidak menjelek-jelekkannya. Tapi itu kenyataan. Aku
peduli padamu karena selama ini aku memiliki perasaan padamu. Aku menyukai
bahkan mencintaimu sebelum Yong Hwa hyung lebih dulu menyeretmu dengan paksa
untuk menjadi kekasihnya.”
Kali
ini pemuda itu cukup tegang. Joon tetap bertahan di posisinya tanpa berniat
memunculkan diri di tengah-tengah dua orang yang bisa dipastikan adalah Hye Ra
dan Minhyuk.
“Tak bisakah
kau memberikanku kesempatan?”
Mendengar
pertanyaan seperti itu dari Minhyuk, Joon mengepalkan tangannya. Ia bahkan
tidak ingin mendengar kelanjutan perbincangan mereka dan lebih memilih sesegera
mungkin meninggalkan tempat itu. Namun Joon tidak sadar jika Hyorin ternyata
mengetahui ia ada di sana saat Joon baru saja ke luar dari pintu utama
apartmen.
Hyorin
sendiri tidak berniat mengejar Joon dan justru lebih memilih memunculkan diri
di antara Hye Ra dan Minhyuk. Aura di dapur terasa dingin karena perdebatan
yang terjadi antara dua orang di sana.
“Joon
itu hyung kandungmu. Bagaimana bisa kau meminta kesempatan pada kekasih kakakmu
sendiri?” protes Hye Ra. Namun sayang, Joon tidak mendengar saat Hye Ra berkata
seperti itu.
“Apa-apaan
kalian?” Suara Hyorin menginterupsi Minhyuk sebelum pemuda itu sempat
mengeluarkan kata-kata. Melihat berdebatan tersebut, Hyorin menaruh curiga
kalau keduanya terlibat sesuatu yang cukup serius.
Minhyuk
yang tidak ingin berdebat dengan kakak perempuannya juga, lebih memilih
menghindar dari sana. Hyorin hanya menghela napas melihat kelakuan dua adiknya
tersebut.
“Eonnie.
Aku harus pulang. Nanti aku akan mengunjungimu lagi,” kata Hye Ra kemudian
memeluk Hyorin sebelum benar-benar meninggalkan apartmen yang kini sudah
menjadi milik Joon tersebut.
***
“Aku
sedang menunggu taksi,” kata Minhyuk pada seseorang melalui ponselnya. Pemuda
itu kini berada di sebuah halte. Sudah beberapa menit ia di sana. Bahkan Hye Ra
juga tampak baru tiba di sana. Padahal gadis itu sudah berganti dengan pakaian
yang ia gunakan kemarin.
Hye
Ra memperlambat langkah ketika mendapati Minhyuk ternyata masih di sana.
Terlebih, Minhyuk juga menyadari kedatangannya.
“Ya
sudah. Tunggu saja di sana,” seru Minhyuk masih untuk seseorang di seberang
sana. Kemudian ia mematikan ponsel dan memasukkan kembali ke dalam saku
jinsnya.
Hye
Ra berusaha tidak terlalu mempedulikan keberadaan Minhyuk di sana. Ia
mengedarkan pandangan ke ujung jalan sambil berharap sebuah taksi segera
muncul.
Sebuah
mobil berhenti di depan Hye Ra. Dan gadis itu tidak menyangka bahwa yang
menyetirnya adalah Yong Hwa. Pemuda itu juga sudah membuka jendela dan bahkan
sempat menangkap sosok Minhyuk yang menatapnya tak suka dari dalam halte itu
juga.
“Ada
yang ingin aku bicarakan,” ujar Yong Hwa. Tentu saja untuk Hye Ra.
Sebelum gadis itu merespon
ucapan Yong Hwa, Minhyuk tampak bangkit dari duduknya lalu berjalan ke pinggir
halte sambil melambai tangan untuk menghentikan taksi. Setelah taksi tersebut
berhenti, Minhyuk segera melesat masuk ke dalamnya.
Hye
Ra menghela napasnya melihat kelakuan Minhyuk, kemudian menerima tumpangan dari
Yong Hwa. Gadis itu menghempaskan tubuhnya ke jok dengan sedikit kasar.
“Kau
masih tinggal di sana?” tanya Yong Hwa memulai pembicaraan setelah menjalankan
mobilnya. Tentu saja yang ia maksud adalah apartmen tersebut karena ia
menemukan Hye Ra di sekitar sana.
“Apartmen
itu sudah ku jual. Dan Joon yang ku suruh untuk membelinya,” jelas Hye Ra
sambil menahan rindu pada kekasihnya. Meski mereka sudah bertemu, namun
pertemuan tersebut sama sekali bukan seperti yang ia harapkan.
“Kau
sudah tau kalau Joon dan Minhyuk…” Yong Hwa sengaja menggantungkan ucapannya.
“Iya,”
sambar Hye Ra yang tentu saja mengerti arah pembicaraan Yong Hwa. “Baru semalam
saat kau menemukanku di taman.”
“Dan
kau sudah ada di apartmen itu pagi-pagi?” Yong Hwa menjatuhkan tatapan menyelidik.
Namun ia tetap focus dengan jalanan di depannya.
“Joon
sudah menaruh curiga terhadap hubunganku dengan Minhyuk. Semalam bahkan Minhyuk
memukul Joon.”
Mendengar
itu, Yong Hwa sontak saja menginjak pedal rem dalam-dalam. “Minhyuk memukul
Joon?” ulang Yong Hwa yang hanya di tanggapi dengan anggukan oleh Hye Ra. “Bagaimana
bisa…” Yong Hwa langsung menahan ucapannya sendiri. “Ceritakan padaku apa yang
terjadi semalam!” desaknya.
Segera
saja Hye Ra menceritakan semuanya. Tidak ada yang ia tutupi sama sekali. Gadis
itu memang masih merasa nyaman berada di samping Yong Hwa. Hye Ra juga masih
menganggap Yong Hwa teman terbaiknya.
Mereka
hanya mengobrol di dalam mobil. Yong Hwa juga hanya sempat membelikan Hye Ra
minuman. Setelah itu ia mengantar Hye Ra pulang ke rumahnya.
***
Seluruh
member ‘Blue Flame’ tengah berada di dalam gedung menejemen mereka, ‘Blitz
Entertainmen’. Dan mereka baru saja menyelesaikan rapat dengan di dampingi
Sungmin tentu saja.
Seperti
biasa, Joon hampir selalu memilih berjalan di akhir meski statusnya di sana
adalah seorang leader. Joon tidak terlalu menyadari bahwa Luhan mengawasinya
dengan tatapan khawatir. Tentu saja karena hanya Luhan yang mengetahui tentang kejadian
semalam.
“Jangan
lupa nanti malam kita sudah harus kembali ke luar kota,” ujar Sungmin
mengingatkan pada anggotanya. Yang lain langsung menjawab dengan kompak.
Kecuali Joon yang hanya mengangguk samar.
Dengan
perlahan, Luhan memperlambat langkah sampai Joon sedikit mendahuluinya. Joon sendiri
tampaknya masih belum menyadari. Sampai akhirnya, Joon menghentikan langkah
karena ponselnya menerima sebuah panggilan. Diam-diam Luhan melirik ke layar
ponsel milik Joon yang sudah sedikit tergores karena Joon sempat melempar benda
itu ke lantai. Panggilan dari sebuak kontak yang ditulis Joon dengan ‘Mrs Lee’.
Luhan dan bahkan seluruh member ‘Blue Flame’ tahu kalau itu dari Hye Ra. Namun
Joon sama sekali tidak ada niatan untuk menjawabnya.
Panggilan
tersebut berakhir, karena Joon masih tidak ingin menjawabnya. Joon kembali
melangkahkan kaki, begitu pula dengan Luhan. Namun hanya sampai beberapa
langkah, Joon berhenti karena Hye Ra kembali menghubunginya.
Dengan sebelumnya menghela
napas berat, Joon akhirnya menjawab panggilan Hye Ra. “Maaf, aku sedikit sibuk
sekarang. Nanti akan ku telpon,” seru Joon yang langsung saja memutuskan
sambungan secara sepihak. Ia bahkan tidak memberikan kesempatan sedikitpun
untuk Hye Ra mengutarakan tujuannya menelpon.
***
Hye
Ra tengah duduk bersila di tempat tidurnya. Salah satu tangan gadis itu
memegang ponsel yang ia tempelkan di telinga. Ia sedang menunggu jawaban dari
Joon.
“Maaf, aku sedikit sibuk sekarang. Nanti
akan ku telpon.”
Mendengar
jawaban seperti itu dari Joon, membuat hati gadis itu mencelos seketika. Tangan
Hye Ra yang memegang ponsel melunglai seketika. Ia hanya menatap hampa layar
ponselnya yang dihiasi gambar dirinya bersama Joon. Lalu tak lama, ponsel Hye
Ra tampak bergetar. Sebuah panggilan masuk dari Himchan.
“Halo,”
ujar Hye Ra tanpa semangat.
Himchan
sendiri saat ini tengah berada di tempat ia menangani butik Hye Ra dan Yoona.
Minhyuk juga tampak di sana mengawasi diam-diam obrolan Himchan dengan Hye Ra.
“Kau
di mana? Tidak bisakah kau datang ke butik? Yoona noona tidak bisa dihubungi,
dan ada yang harus aku bicarakan,” kata Himchan tanpa berbasa basi lagi.
“Pengerjaan butik juga sudah hampir selesai. Hanya tinggal beberapa pekerjaan
saja.”
Hye
Ra menghela napasnya, berat. Masih ada tanggung jawab lain yang menuntutnya. “Ya
sudah. Aku coba hubungi oppaku dulu. Mereka sedang tidak di rumah. Setelah itu
aku akan datang ke sana.”
Setelah
mengakhiri pembicaraannya di telpon dengan Himchan, Hye Ra berusaha menyeret
kakinya menuruni tempat tidur.
***
Beberapa
menit kemudian, Hye Ra telah bersiap menuju tempat Himchan berada. Di lokasi
calon butiknya. Gadis itu harus sedikit egois dengan sementara mengesampingkan
masalahnya dengan Joon. Belum lagi Joon memang kembali sudah disibukkan dengan
jadwal tour kota mereka yang cukup padat.
Hye
Ra sudah duduk di balik kemudi mobilnya. Setelah menyalakan mesin, ia tak
langsung terburu-buru untuk pergi. Hye Ra memeriksa laci mobil untuk mengambil
salah satu album music milik ‘Blue Flame’.
Ssaneulhage
sigeun moksori geochin ni nunchori
O chadichan mae mareun ipsul
Hey baby say na eotteoke haeya hae eotteoke
Neo dora olsu itgenni
O chadichan mae mareun ipsul
Hey baby say na eotteoke haeya hae eotteoke
Neo dora olsu itgenni
U make me cry (neon)
Naega saraganeun iyu jebal nal tteonajima
Just tell me why (why)
O nunmureul dakkajwo malhaejwo I’m so crazy (yeah)
(CRY – Mblaq)
Naega saraganeun iyu jebal nal tteonajima
Just tell me why (why)
O nunmureul dakkajwo malhaejwo I’m so crazy (yeah)
(CRY – Mblaq)
Hanya
itu yang bisa Hye Ra lakukan saat ini. Mendengarkan lagu-lagu ‘Blue Flame’
untuk sedikit melepaskan rindunya pada Joon. Lagipula selama ini ia memang
menjadi fans setia band itu bahkan sebelum ia mengenal seorang Joon secara
pribadi.
Hye
Ra menatap kembali foto Joon di layar ponselnya. “Apa kau sedang menguji
cintaku?” tanya Hye Ra seolah Joon benar-benar berada di hadapannya. “Aku ikuti
permainanmu.”
***
Hye Ra mematikan hairdryer di tangannya, lalu mendesah berat. “Baru tahu kalau Joon suka sulit ditebak seperti itu?”
BalasHapusMendegar ucapan Hye Ra adiknya, Hyorin justru tertawa. “Joon memang sedikit aneh. Apa yang sedang dipikirkannya sedikit sulit di tebak. Dan dia beruntung bisa menjadi kekasihmu.”
-> hahahaha
Bener kata kakanya, kenapa bisa pacaran sama Hye Ra tuh si Joon??