Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast :
·
B2ST/Beast Lee Gikwang
·
Infinite Lee Howon (Hoya)
·
SNSD Im Yoona
Support cast :
·
Other member B2ST/Beast, Infinite and SNSD
·
Yong Hwa, Lee Jonghyun CN Blue
·
Siwan Ze:a
·
Jonghyun, Minho and other member Shinee
·
Member Super Junior, A-Pink, F(X)
Genre
: romance, family,
friendship
Length : chapter
***
“Yoon! Yoona!”
Mendengar
teriakan dari luar rumah, Yoona buru-buru melesat pergi. Tak peduli suara keras
Lee Jonghyun yang meneriaki namanya. Lee Jonghyun bahkan sempat melirik
Doojoon, namun cowok itu hanya mengangkat bahu lalu menyusul Yoona ke depan.
Sementara di luar rumah, tampak Eun Ji menunggu Yoona dengan sedikit gelisah.
“Ada
apaan, Ji?” tanya Yoona ikut panik melihat Eun Ji.
“Yoon,
bokapnya Hoya meninggal. Sekarang kita ke rumahnya, yuk.”
Tanpa
berpikir dua kali, Yoona langsung mengangguk. Saat berbalik, ia mendapati
Doojoon bersama Lee Jonghyun yang sudah berada di sana mengawasinya.
“Yoona
mau ke luar dulu,” pamit cewek itu. Setelah Doojoon mengangguk, ia melesat ke
dalam. Dan tidak lama kemudian kembali ke luar sambil mengenakan jaket dan
menenteng kunci motornya. “Ayo, Ji!”
***
Sungmin
membawa Gikwang menyingkir dari depan kamar rawat Siwon. “Kamu sadar, siapa
wanita yang kamu peluk tadi?” desis Sungmin dengan nada tajam. Saat kembali
bertemu dengan mantan istrinya tersebut, entah mengapa pria itu justru sama
sekali nggak menginginkan Gikwang untuk bertemu dengan Ga In.
“Aku
aja baru tadi ketemu,” jawab Gikwang seadanya.
“Terus
kenapa kamu mau dipeluk sama dia?” Lagi, Sungmin seakan menunjukkan ketidak
sukaannya. Namun Gikwang sama sekali tidak menyadari hal tersebut.
Cowok itu terdiam tanpa
bisa membalas ucapan ayahnya.
“Papa
peringatin sama kamu, jangan menemui wanita tadi lagi.”
“Emangnya
kenapa?” Gikwang mengerutkan kening. Bingung dengan permintaan ayahnya yang di
luar dugaan. “Lagian, aku juga nggak kenal kok, Pa. Kemungkinannya kecil kalo
ketemu lagi sama ibu-ibu tadi.”
Sungmin
menghela napas, berat. “Papa cuma nggak nyangka kamu bisa ketemu sama dia di
sini.”
***
“Itu
Yoseob,” seru Yoona pada Eun Ji saat ia melihat salah satu teman sekelasnya
berada di ujung koridor rumah sakit.
Yoseob di sana bersama
Sungyeol dan Dongwoon juga menemani Howon yang sedang berduka. Mereka duduk di
sebuah kursi panjang. Sementara Minho duduk di seberang mereka dan tampak
membantu menenangkan Sulli dibantu pula oleh Tiffany.
Eun
Ji tampak berusaha sekuat tenaga menghampiri Howon. Cowok itu kini tampak mengeluarkan
air mata. “Hoya,” ujarnya pelan.
Mendengar
namanya disebut, Howon mendongak. Namun tatapannya justru jatuh pada sosok
Yoona yang lebih memilih menghampiri Minho. Cewek itu tak canggung memeluk
Minho sebagai ungkapan belasungkawa darinya. Sama seperti Howon, Minho juga
masih mengenakan seragam sepakbolanya.
“Yang
sabar ya,” kata Yoona pada Minho yang dibalas anggukan oleh cowok itu. Yoona
juga sempat memeluk Sulli. Sementara untuk Tiffany, mereka hanya saling tatap.
Cewek itu juga tidak tampak cemburu saat Yoona memeluk Minho karena ke duanya
memang menjadi teman dekat saat Tiffany dan Minho berpacaran.
Ditempatnya
berada, Howon sama sekali nggak merespon Eun Ji sedikit pun. Dan hanya Sungyeol
yang menepuk-nepuk pelan pundak Eun Ji agar cewek itu tidak terlalu ambil
pusing dengan sikap Howon. Eun Ji hanya mengangguk mengerti.
“Jadi
kamu mau misahin Gikwang dengan ibu kandungnya?” Suara Ga In yang berdiri
didekat persimpangan koridor sukses menyita perhatian semua pasang mata di
sana. Tak terkecuali.
***
“Emangnya
dia siapa, Pa?”
“Sudahlah,
kamu nggak perlu tau. Lebih baik kita pulang sebelum kamu ketemu ladi sama
wanita tadi.”
Gikwang
hanya mampu menuruti ucapan Sungmin tanpa bisa membantahnya. Mereka siap
berbalik, namun sudah ada Ga In yang menghalangi langkah ke duanya.
“Jadi
kamu mau misahin Gikwang dengan ibu kandungnya?” tanya Ga In dengan nada sedih
bercampur kecewa. Di sisi lain, ia juga tengah dalam keadaan berduka.
Sungmin
dan Gikwang sontak saling melempar tatapan. Gikwang tampak melebarkan mata
tanda ia cukup terkejut sambil menuntut penjelasan dari ucapan Ga In. Sementara
Sungmin hanya ingin mengawasi perubahan raut wajah anaknya.
Sungmin
menarik Gikwang agar berdiri sedikit di belakangnya seperti ingin melindungi
anaknya dari orang jahat. Tentu saja maksud Sungmin adalah dari seorang Ga In,
mantan istrinya yang ia curigai kemungkinan besar ingin merebut Gikwang
darinya.
“Bukannya selama ini kamu
yang nggak menginginkan kehadiran Gikwang? Lalu kamu mau apa lagi sekarang?
Gikwang sudah cukup menderita selama ini. Dan aku harap kalian nggak akan
pernah lagi bertemu setelah ini,” seru Sungmin panjang lebar. Sebuah peringatan
yang sekaligus tersirat ancaman di dalamnya.
Sungmin
tampak menarik tangan Gikwang agar ikut pergi bersamanya. Namun Ga In juga tak
kalah cepat dengan menyambar sisi lain tangan Gikwang. Sementara Howon juga
sudah memegangi ke dua pundak Ga In, tapi tatapannya justru jatuh pada Gikwang.
Hal
yang sangat teringat jelas oleh Gikwang adalah saat melihat Howon berboncengan
sepeda dengan Yoona. Dan mengingat kembali hal tersebut justru membuat Gikwang
menjadi sedikit kesal dengan Howon. Belum lagi, akhirnya Gikwang menemukan
sosok Yoona juga sudah berada di sana.
“Lepas!”
tegas Sungmin yang bahkan sampai melepaskan tangan Ga In dari tangan Gikwang
dengan sedikit paksaan. Gikwang sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.
“Hei,
Pak! Tolong jangan kasar dengan perempuan!” protes Howon yang nggak terima
melihat ibunya disakiti.
“Hoya,
jangan!” cegah Ga In karena Howon seperti ingin menghampiri Sungmin.
Sungmin
menatap Howon yang menurutnya cukup kurang ajar. Namun sama sekali nggak bisa
ia luapkan secara lepas emosinya itu. Ia kini hanya mampu melirik Ga In dengan
tatapan meremehkan. “Ajarin anak kamu sopan santun!” desisnya tajam.
“Yoon,”
gumam Gikwang yang masih belum melepaskan tatapan dari Yoona. Cewek itu juga
berdiri tak jauh di belakang Ga In dan Howon.
“Gikwang,
ayo!” Kali ini Sungmin benar-benar menyeret Gikwang untuk pergi dari sana.
“Nanti
gue telpon deh,” kata Gikwang akhirnya karena ia nggak mungkin melawan perintah
ayahnya meski sebenarnya ada hal yang sangat ingin ia tanyakan pada cewek itu.
Yoona
hanya sempat mengangguk sebagai jawabannya karena Gikwang sudah lebih dulu
dibawa pergi oleh Sungmin. Tepat di samping Yoona, Sulli melirik cewek itu
dengan tatapan iri. Sejak pertama kali bertemu di UKS sekolahnya, Sulli memang
tampak menyukai Gikwang. Namun belum ada satu pun yang mengetahui hal tersebut.
Nggak
lama kemudian, seorang dokter menghampiri Ga In. Melihat itu, Minho langsung
berinisiatif menghampiri dan meminta Tiffany untuk menjaga Sulli.
***
Sungmin
membawa Gikwang langsung pulang ke apartmen yang mereka tempati sekarang. Dan
tanpa berbicara apa-apa lagi, Sungmin segera melesat menuju kamarnya. Gikwang
sendiri langsung berusaha mencegak ayahnya untuk masuk ke dalam kamar.
“Kali
ini aku biarin Papa nenangin diri. Tapi besok pagi, aku menuntut penjelasan
dari Papa tentang semuanya,” ujar Gikwang yang sedetik kemudian mendahului
Sungmin untuk masuk ke dalam kamarnya yang tepat bersebelahan dengan kamar
Sungmin.
Sungmin
sendiri sama sekali nggak merespon ucapan Gikwang dalam bentuk apa pun. Ia
hanya menatap punggung putranya yang kini menghilang di balik pintu. Sungmin
menghela napasnya, kasar. Tidak menyangka bahwa Gikwang ternyata juga berada di
rumah sakit tempat Siwon dirawat sebelum meninggal.
Pria
itu masuk ke dalam kamarnya dan menghempaskan tubuh ke atas kasur. Pikirannya
kembali melayang saat berada di rumah sakit tadi. Yang sedang menggelayuti
pikiran Sungmin saat ini justru bukanlah masalah Gikwang yang bertemu Ga In.
Tapi tentang Howon. Dengan jelas Ga In memanggilnya dengan nama ‘Hoya’. Sebuah
nama yang dulu ingin ia berikan untuk Gikwang dan akhirnya menjadi nama
panggilan untuk Howon.
Belum
lagi dengan tatapan Howon padanya tadi. Meski Howon juga menunjukkan
ketidaksukaannya, entah mengapa Sungmin justru tak bisa membencinya.
“Kenapa
akhirnya hatiku meyakini kalau Hoya bukan anak Ga In dengan Siwon,” gumam
Sungmin. Memang awalnya ia menyangka jika anak bernama Hoya itu mungkin adalah
anak dari pernikahan Ga In dengan Siwon. Tapi kini semuanya berubah.
***
Seulong
tampak mendorong kursi roda yang ditempati Siwan ke tepi lapangan. Ia memang
ada jadwal melatih hari ini. Dan berhubung Siwan juga sudah diperbolehkan ke
luar dari rumah sakit, Seulong akhirnya membawa pemuda yang ternyata anak
kandungnya itu untuk menemaninya ke stadion.
Siwan
sendiri tampak antusias menerima ajakan Seulong. Meski nggak bisa dipungkiri
kalau hati kecilnya ingin menjerit melawan takdir. Ia sudah tidak bisa bermain
sepakbola lagi seperti dulu. Harusnya ia marah karena dibawa ke tempat yang
bisa menyakiti hatinya, namun cowok itu tentu saja tidak bisa melakukannya.
Siwan kini terhanyut dalam cara melatih seorang Im Seulong.
“Kalo
nggak salah, om Seulong kan pelatih idolanya Gikwang. Tapi, gue nggak nyangka
kalau itu bener-bener bokapnya Doojoon. Gue dulu jarang-jarang banget sih
ketemunya. Dan sekarang ternyata bokap kandung gue juga.”
Cowok
itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan membuka fitur kamera. Ia memotret
Seulong yang sedang berkonsentrasi memberikan materi latihan anak didiknya di
klub sepakbola ‘Locket Boys’.
“Bisa buat pamer ke
Gikwang, nih,” seru Siwan sambil terkekeh menertawai ide jahilnya. Namun
kegiatannya sedikit terganggu karena sebuah panggilan dari Doojoon. “Kenapa,
Jun?” seru Siwan.
***
Gikwang
membuka pintu kamarnya. Semalam ia tertidur sampai pagi. Ia kemudian melangkah
menuju dapur. Tangannya terjulur ke atas meja makan dan membuka tudung saji.
Tersedia sepiring nasi goreng di sana dan segelas susu.
“Tumben
papa pagi-pagi nyempetin sibuk di dapur,” gumam Gikwang sedikit heran. Namun
ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Terselip sebuah kertas di bawah gelas.
Gikwang buru-buru menyambarnya.
Papa ada
urusan ke Surabaya. Mungkin selama seminggu. Itu sarapan untuk kamu. Jaga diri
baik-baik. Dan tolong jangan temui wanita itu dulu sebelum papa pulang.
Gikwang
berdecak kesal membaca surat itu. “Masalah itu lagi yang di bahas.” Cowok itu
masih berdiri di sana. Ia tampak mengacak-acak rambutnya. “Papa kan emang punya
rencana ke Surabaya. Ternyata berangkat hari ini.”
Kemudian tatapan Gikwang
jatuh pada jendela di dapur yang mengarah ke luar gedung apartmen. Baju milik
Howon masih menggantung di sana. Memang belum sempat ia pindahkan sejak
kemarin.
Gikwang
lalu melirik lagi kertas di tangannya. Dan
tolong jangan temui wanita itu dulu sebelum papa pulang. Kalimat terakhir
itu seperti menyimpan sebuah makna dibaliknya.
“Apa
artinya papa bakal ngijinin gue ketemu orang itu kalau papa udah pulang?”
***
Eun
Ji menyambar pashminanya dan siap bergegas menghadiri upacara pemakaman Siwon. Namun,
belum sempat ia meraih kunci mobilnya, sebuah panggilan masuk ke dalam
ponselnya. Mau tidak mau, Eun Ji memeriksa ponselnya terlebih dulu. Kontak
dengan nama Kibum yang menelponnya.
“Kenapa,
Bum?” tanya Eun Ji tanpa ada rasa antusias sedikit pun.
“Ji, sorry kalo gue ganggu. Naeun masuk rumah
sakit lagi. Bisa tolong lo ke sini. Lo tau sendiri, kan? Naeun cuma mau sama
lo.”
Eun
Ji merasakan jantungnya mencelos. Kibum, mantan kekasihnya. Itu alasan terbesar
Howon sedikit menjaga jarak dengan Eun Ji. Namun tidak ada yang tau pasti
kenapa Eun Ji tidak bisa benar-benar melepaskan diri dari baying-bayang seorang
Kibum.
Eun
Ji mengepalkan tangannya untuk menguatkan diri menghadapi Kibum. Yang
membuatnya lemah seperti ini memang bukanlah Kibum. Tapi seorang gadis bernama
Naeun yang juga adik kandung Kibum. Ia dan Naeun sangat dekat. Bahkan Naeun
sudah menganggap Eun Ji seperti kakaknya sendiri. Eun Ji pun mengganggap hal
yang sama. Terlebih, mereka juga seumuran.
***
“Bukannya
dia janji mau nelpon gue,” gumam Yoona pelan. Beberapa kali ia tampak memeriksa
ponselnya. Yoona seperti menunggu kabar dari seseorang.
“Upacara
pemakaman udah mau selesai. Tapi si Eun Ji masih belum bisa dihubungin juga.
Gimana, nih?”
Mendengar
suara Sungyeol di dekatnya, Yoona sontak mendongak. Ia berdiri sejajar dengan
posisi Howon berdiri. Meski di depannya berdiri beberapa orang, namun bisa
dipastikan Howon dapat melihat keberadaannya. Dan dibalik kacamata hitamnya,
Howon tak melepaskan pandangan pada Yoona.
“Kemaren
dia balik duluan, ya?” tanya Yoseob.
“Gue
jadi kasian sama Eun Ji. Kesannya Hoya jadi ngegantungin dia,” timpal Sungyeol.
“Hoyanya
juga, sih? Pake naksir cewek lain,” kata Dongwoon yang sukses mendapat cubitan
kecil dipinggangnya dari Yosoeb. “Sakit, Seob!” serunya tak terima.
Yoseob
tampak memberikan tatapan membunuh untuk Dongwoon. Sungyeol bahkan sampai
mengawasi keberadaan Yoona yang memang nggak jauh dari tempat mereka berada.
Dan Dongwoon sendiri baru menyadari jika cewek yang ia maksud tadi ada di
depannya sekarang. Padahal kemarin Eun Ji dan Yoona datang bersama ke rumah
sakit.
***
Ponsel Yong Hwa mengeluarkan suara keras. Sementara
sang pemilik, tampak mengulurkan tangannya dari balik selimut. Berusaha
menyampar ponselnya yang tergeletak di atas kasur.
“Siapa
sih yang berani ganggu gue di hari libur gini?” kesal Yong Hwa. Namun saat
melihat nama ‘Myungsoo’ yang tertera di layar, cowok itu mengerutkan kening.
“Tumben nih anak,” komentarnya tepat sebelum menjawab panggilan dari adik salah
satu sahabatnya tersebut.
“Bang
Yong Hwa…!” seru Myungsoo penuh semangat. Ia sendiri sedang berada di dalam
kamar sebuah rumah sakit.
Sontak
saja Yong Hwa menjauhkan ponsel dari dekat telinganya karena suara keras
Myungsoo tadi. “Apaan sih, Myung?” protesnya.
Myungsoo
tampak mengawasi Sunggyu yang kini terbaring di atas kasur rumah sakit
tersebut. “Bang Sunggyu mencret-mencret. Sekarang lagi gue bawa ke rumah
sakit.”
“Heh!
Bahasanya yang enak, kek. Bilang kalo gue kena sembelit parah. Bukan
mencret-mencret!” Sunggyu melancarkan protes keras.
Sementara Myungsoo hanya
memutar bola matanya, malas menanggapi reaksi Sunggyu yang menurutnya
berlebihan. “Sama aja!”
Sunggyu
tampak berusaha menatap Myungsoo dengan tatapan tajam. Namun kondisi yang
sangat tidak mendukung. Sunggyu justru semakin meremas perutnya. “Akh!” jerit
Sunggyu yang sontak saja segera bangkit lalu melesat masuk ke dalam kamar
mandi.
Myungsoo
sendiri hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan kakaknya itu. “Ya udah.
Kalo bisa tolong dateng ya, Bang. Ajakin Bang Gikwang sama Bang Jonghyun juga.
Soalnya gue tadi teleponin mereka nggak ada yang jawab.”
“Oke,
Myung,” seru Yong Hwa singkat sebelum mereka mengakhiri pembicaraan.
Selanjutnya, Yong Hwa langsung mengiri dua temannya—Gikwang dan Jonghyun—sebuah
pesan singkat.
Sunggyu
masuk rumah sakit. Kalian tengokin duluan aja. Gue baru bisa ke luar kalo
sepupu gue yang dari Surabaya itu udah dateng.
***
Yoona
masih saja menatap ponselnya dengan gusar. “Kok Gikwang masih belum telpon gue,
sih?” keluhnya. Ia bahkan sedikit kurang memperhatikan jalannya upacara
pemakaman Siwon.
“Yoon,
lu nggak mau pulang?” tegur Yoseob dengan suara pelan. Namun tepat di dekat
telinga cewek itu hingga sukses membuat Yoona sedikit terkejut. Yoona bahkan
sampai menoleh cepat. Dan ia baru menyadari bahwa orang-orang sudah mulai
meninggalkan pemakaman.
Yoona
kembali melirik layar ponselnya yang masih hanya menampilkan foto dirinya
bersama Doojoon sebagai wallpaper. Bahkan sebuah pesan pun tidak ada yang
masuk. Yoona lalu mendongak dan mendapati Minho bersama Tiffany yang masih
berjongkok di hadapan pusara Siwon. Mereka dalam posisi membelakangi Yoona.
Sementara di depannya, Ga In juga masih berjongkok di sana bersama Sulli.
Flashback…
Hujan
masih menemani Gikwang dan Yoona yang terjebak di dalam sebuah halte. Mereka
berbincang seru tentang kehidupan mereka.
“Orang
tua gue udah lama cerai. Gue bahkan nggak pernah tau gimana wajah nyokap gue.
Soalnya bokap nggak pernah cerita. Bahkan nunjukin fotonya aja, nggak.” Gikwang
tampak bercerita tentang keluarganya.
“Kenapa
lo nggak nyoba buat cari tahu?”
Gikwang
menghembuskan napas, berat. “Nggak tau lah, Yoon. Di mata gue, bokap udah bisa
ngasih gue semuanya. Kasih sayang, dan sebagainya. Juga orang-orang di sekitar
gue yang bikin gue nggak pernah ngerasa kesepian.”
Flashback end…
Kali
ini tatapan Yoona hanya jatuh pada Ga In. “Nyokapnya
Hoya ngaku sebagai ibu kandungnya Gikwang? Berarti Gikwang sama Hoya….” Cewek
itu nggak melanjutkan ucapannya karena perlahan matanya mengawah pada sosok
Hoya yang masih berdiri tegak. Bahkan tatapan cowok itu seakan tak lepas dari
dirinya.
***
Dengan
pakaian serba hitam, Eun Ji harusnya menghadiri pemakaman Siwon. Namun pada
akhirnya, ia justru melesat menuju rumah sakit untuk menemui Naeun, adik dari
mantan kekasihnya, Kibum. Cewek itu kini duduk seorang diri di depan kamar
Naeun.
“Antara aku dan Kibum sudah selesai. Tapi
kenapa kamu masih nyuekin aku? Aku di sini untuk Naeun, bukan karena Kibum,” gumam
Eun Ji dalam hati. Sementara matanya menatap lurus ke layar ponselnya yang
terpajang wajah Howon.
“Eun
Ji? Lo bener Eun Ji, kan?” tegur seseorang yang sukses membuat Eun Ji mendongak
padanya.
“Myungsoo?”
balas Eun Ji.
Myungsoo
tersenyum lega karena tebakannya benar. Ia lalu duduk di samping cewek itu.
“Setelah lulus SMP waktu itu, gue udah nggak pernah liat lo lagi.”
Eun
Ji berusaha memaksakan mengukir senyuman untuk Myungsoo yang juga teman lamanya
saat di SMP. “Kita kan udah beda sekolah, Myung.”
Mendengar
itu, Myungsoo tertawa canggung. “Oiya, lu ngapain di sini? Siapa yang sakit?”
tanya Myungsoo akhirnya untuk sedikit mencairkan suasana.
“Adenya
mantan gue, Myung.”
“Adenya
mantan?” Myungsoo tampak mengulagi ucapan Eun Ji. “Kok bisa lo yang di sini?”
“Gitu
deh, Myung. Kita emang deket banget. Mungkin karena seumuran juda. Tadi Kibum
sempet cerita, dia bilang adenya nge-drop
karena pisah sama pacarnya. Dan seharusnya juga sekarang ini gue ada di
pemakaman bokapnya cowok gue,” ujar Eun Ji dengan nada sendu. Ia benar-benar
ingin berada di samping Howon.
“Lah,
gimana ceritanya? Kenapa lo nggak…” Myungsoo nggak melanjutkan ucapannya karena
pintu kamar di dekat Eun Ji duduk terbuka dan memunculkan seorang cewek yang
mengenakan pakaian pasien rumah sakit tersebut.
“Kak
Eun Ji,” ujar cewek itu.
Myungsoo
dan Eun Ji sama-sama menoleh, namun Myungsoo yang tampak paling terkejut. Ia bahkan
sampai berdiri untuk memastikan penglihatanya. “Naeun? Jadi lo yang di…”
Lagi-lagi Myungsoo kehilangan ucapannya.
***
Minho,
Ga In, Sulli, Tiffany, bahkan Howon mulai meninggalkan pusara Siwon. Yoseob,
Sungyeol serta Dongwoon pun tampak membalikkan badan untuk persiap meninggalkan
pemakaman. Yoona sendiri akhirnya menyusul setelah Howon hanya tinggal berjarak
beberapa meter lagi dari sana.
“Gue
langsung nganter Tiffany pulang,” kata Minho saat melewati Yoona. “Lo mau
sekalian? Gue denger cowok lo dateng ya?”
“Yoona
balik sama gue,” seru Howon yang bisa mendengar suara Minho saat saudara
tirinya itu menawari diri untuk mengantar Yoona pulang.
“Gue
sendiri aja, Min.” Yoona terdengar bersuara. Dan secara tidak langsung, ia juga
menolak tawaran Howon yang ingin mengantarnya pulang. Yoona lalu melirik
Tiffany sambil berujar, “sampe ketemu besok di kelas.”
Tiffany
mengangguk cepat. “Hati-hati, Yoon.”
Howon
sempat berhenti sesaat tepat di depan Minho dan Tiffany. Sedetik kemudian, ia
mempercepat langkah untuk mengejar Yoona. “Gue nggak akan ngebiarin lo pulang
sendiri,” putus Howon. Tanpa sungkan, Howon meraih pergelangan tangan Yoona dan
sedikit menarik paksa cewek itu agar ikut bersamanya.
“Eh!
Hoya!” protes Yoona.
Minho
dan Tiffany yang melihat itu, segera bergegas mengikuti ke duanya. “Adik tiri
kamu pemaksa juga ya?” cibir Tiffany dengan memasang tampang waspada saat
melirik Minho. Mereka tetap dalam posisi berjalan cepat mengejar Howon dan
Yoona.
Minho
melirik tajam. “Maksud kamu?”
Tiffany
justru terkekeh geli melihat ekspresi wajah Minho. “Sebelas dua belas sama
kamu.”
***
Eun Ji
bergegas sekuat tenaga belari ke tengah area pemakaman tempat Siwon di
makamkan. Rasa haru di dadanya bercampur aduk. Antara senang dan menyesal. Senang
karena setidaknya ia bisa menghadiri acara pemakaman tersebut. Dan menyesal
karena datang terlambar. Mungkin jika bukan karena Myungsoo, ia masih terjebak
di koridor rumah sakit menunggui Naeun.
Flashback…
Myungsoo
yang sudah lebih dulu berdiri, sama sekali tak melepaskan tatapannya untuk
cewek bernama Naeun tersebut. “Lo bisa perki ke pemakaman bokapnya cowok lo
itu. Dan gue yang akan ngegantiin lo nemenin Naeun di sini,” ujarnya tanpa
sedikit pun mengalihkan tatapan pada Naeun.
Eun Ji
buru-buru berdiri. Ia hampir tidak percaya dengan ucapan Myungsoo tadi. “Tapi,
Myung….”
“Na,”
ujar Myungsoo untuk Naeun. “Eun Ji punya kehidupan sendiri. Taemin pun sama. Dan
begitu pula dengan lo. Biarin mereka menikmati hidup mereka masing-masing. Karena
kini Eun Ji udah bersama orang lain, bukan dengan kakak lo lagi.”
Eun Ji
sedikit terperangah dengan semua ucapan Myungsoo. Tentu saja cowok itu sudah
bisa menarik sedikit kesimpulan tentang apa yang terjadi pada Eun Ji saat itu.
“Tapi
gue sama Eun Ji sekarang temenan,” protes Naeun.
“Kenapa,
nih? Kenapa Naeun ke luar kamar?”
Semua
yang ada di sana menoleh ke arah sumber suara. Kibum datang bersama seorang
cewek. Mereka bahkan bergandengan tangan. Dan itu menegaskan pada semuanya jika
Kibum sudah memiliki kekasih.
Karena
tidak ada yang menjawab pertanyaan Kibum, Myungsoo berinisiatif untuk mengambil
alih suasana. “Eun Ji bakal ke sini lagi jengukin lo sebagai seorang teman. Tapi
sekarang, tolong kasih dia kesempatan ketemu sama pacaranya,” pinta Myungsoo
sungguh-sungguh. Tentu saja pada Naeun.
Naeun
sempat melirik Kibum dan Eun Ji bergantian. Mereka memang sudah tidak terlihat seperti
sepasang kekasih yang dulu Naeun tau. Dan akhirnya cewek itu melunak. “Tapi
janji temuin gue lagi ya di sini?”
Eun Ji
mendongak dengan tatapan cerah. Itu artinya, ia bisa segera menemui Howon di
pemakaman. Semoga saja acaranya belum berakhir.
Flashback end…
Namun
semuanya baru saja berakhir. Eun Ji bahkan menemukan Sungyeol, Yosoeb dan
Dongwoon yang berjalan ke arah yang berlawanan dengannya.
“Maaf
gue telat. Hoya mana?”
Ke tiga
teman dekat Howon tersebut saling melempar tatapan. Merek tidak ada yang berani
menjawab dengan gamblang kondisi yang sebenarnya terjadi. Eun Ji sendiri tampak
menunggu dengan sabar.
“Hoya,
lepas!”
Dan suara keras milik
Yoona menjawab semuanya. Howon sedang menarik paksa lengan cewek itu. Meski
Yoona terlihat memberontak, tetap saja membuat Eun Ji mencelos melihatnya.
“Hoya…”
gumam Eun Ji pelan. Bahkan nyaris terdengar seperti bisikan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar