Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun,
Youngjae,
Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast :
·
A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo, Hayoung)
·
G.Na (Soloist)
·
B2ST (Doojoon)
·
BtoB
Genre
: romance, family,
brothership
Length : chapter
***
“Eun
Ji.” Youngjae langsung ke luar dari dalam taksi dan menghentikan langkah Eun Ji
yang sudah ingin masuk ke dalam
rumahnya. Cowok itu berdiri tepat di hadapan Eun Ji. Memegang ke dua pundak
cewek itu, lalu mencium lembut kening Eun Ji.
Awalnya
Eun Ji terkesiap dengan perlakuan Youngjae. Namun sedetik kemudian, cewek itu
tersadar. “Ada orang tua gue, ya?” tebakya sesaat setelah Youngjae menjauhkan
tubuhnya.
Youngjae
hanya menghela napas tanpa ingin membahas ucapan Eun Ji tadi yang sontak saja
membuatnya resah. “Gue berangkat dulu.” Sebisa mungkin Youngjae menghindari
tatapan langsung dengan mata Eun Ji. “Sampai ketemu di.. hari.. bahagia..
kita.”
Selesai
berkata, Youngjae langsung melesat masuk kembali ke dalam taksi yang masih
menunggunya. Takut jika Eun Ji mencurigai sikap janggalnya yang mendadak
menjadi salah tingkah saat bicara tadi.
Saat
di dalam taksi, Youngjae membuka-buka folder foto di ponselnya. Banyak tersimpan
foto Naeun di sana. Perasaannya sudah tidak sama seperti dulu saat ia melihat
gambar diri cewek yang pernah mengisi hatinya itu. Lalu tanpa pikir panjang,
Youngjae menghapus folder beserta isinya yang dipenuhi dengan foto Naeun. Dan
kemudian, pikirannya kembali melayang saat pesta ‘perusahaan’ di rumahnya.
Flashback…
“Kalau
bertemu Doojoon, aku teringat G.Na. Setelah pisah dengan Hyunseung, kita udah
nggak pernah ketemu G.Na lagi. Di mana dia sekarang? Apa dia dan anak-anaknya
hidup layak?”
Junhyung
hanya mampu merangkul istrinya saat mereka sudah sedikit menyingkir dari
kerumunan orang yang datang. Dan tidak ada satu pun yang menyadari bahwa
ternyata Youngjae mendengar obrolan mereka.
“Kalau
aku sampai ketemu G.Na, aku akan bongkar semuanya. Doojoon yang menculik Zelo.
Dan Youngjae juga tinggal dengan Doojoon sekarang.”
Junhyung
menatap Hyuna penuh arti. Mengisyaratkan agar istrinya itu tidak terlalu bicara
banyak. Memang tidak terlalu banyak orang yang tahu tentang rahasia besar itu.
“Jangan
bicara yang aneh-aneh,” tegur Junhyung. Ia bahkan sampai mengawasi sekitar
untuk memastikan memang tidak ada yang mencuri dengar obrolan mereka.
“Sebenernya
aku gemes sama Doojoon. Dia sama aja ngerebut istri dari kakak kandungnya
sendiri. Meski sebenernya Doojoon sendiri nggak tahu kalau G.Na udah nikah sama
Hyunseung.”
Flashback end…
“Apa ada sesuatu yang lo mau dari gue? Karena nggak mungkin tahu-tahu
lo mau nikahin gue. Padahal lo tahu kalau gue nggak hamil. Dan kalau pun gue
hamil, itu pasti bukan karena lo.”
Youngjae memejamkan mata
saat teringat juga dengan ucapan Eun Ji tadi saat ia membawa paksa cewek itu ke
dalam kamarnya. “Lo bener, Ji. Emang ada yang gue mau. Terutama dari ke dua
orang tua lo,” lirihnya pelan.
***
“Sorry ya, gue nggak bisa lama-lama. Dan maaf
juga udah ngerepotin lo buat dateng ke sini.” Ilhoon menepuk pelan pundak
Jongup. Sedikit merasa bersalah karena ia meminta cowok itu untuk bertemu di
sana hanya karena ingin menitipkan undangan pernikahan Eun Ji dan Youngjae
untuk keluarga Jongup.
“Nyantai.
Gue juga lagi nggak sibuk-sibuk banget, kok.” Jongup berusaha meyakinkan
Ilhoon. Setelah undangan tersebut ia terima, Ilhoon kemudian benar-benar pamit
dan meninggalkan Jongup di sana. Di depan kelab malam milik Minhyuk tempat
mereka pertama kali kenal, dan bertemu lagi saat itu.
Setelah
Ilhoon pergi, Jongup tidak langsung ikut menyusul Ilhoon meninggalkan tempat
itu. Ia menoleh ke depan gedung tempat ia pernah bekerja dulu. Dan di sana pula
pertama kali ia mengenal cewek bernama Namjoo. Tanpa sadar, Jongup mengukir
senyum tipis mengingat perkenalan singkat mereka.
Suasana
di luar gedung memang masih sangat sepi karena belum memasuki jam mereka
beroperasi. Terlebih saat itu hari masih siang dan belum menjelang sore. Jongup
melangkahkan kaki ke arah pintu masuk. Hanya sekedar ingin melihat-lihat saja.
***
Minhyuk
harus berusaha mengimbangi tubuh Namjoo yang sudah sempoyongan karena mabuk.
Namun Namjoo masih menginginkan gelas minumannya.
“Cukup!
Lo udah mabuk!” tegas Minhyuk.
“Itu
dikit lagi,” rengek Namjoo yang mengulurkan tangannya ke arah meja. Seakan ia
tidak ingin kehilangan minumannya yang masih tersisa setengah gelas.
Sekuat
tenaga Minhyuk menyeret tubuh Namjoo untuk meninggalkan tempat tersebut. Salah
satu pelayan Minhyuk yang tadi membersihkan sisa pecahan gelas, memberikan tas
milik Namjoo sebelum boss-nya itu
membawa Namjoo benar-benar meninggalkan kelab tersebut.
“Minhyuk,
gue masih mau yang tadi…”
Minhyuk
melingkarkan tangannya ke pinggang Namjoo. Mendorong paksa cewek itu menjauhi
gedung kelab. Ia berusaha mengabaikan suara Namjoo yang merengek meminta
minumannya.
Kali
ini Namjoo mulai memukuli punggung Minhyuk. “Lepas!”
Minhyuk
yang sudah tidak tahan dengan pukulan Namjoo, benar-benar dibuat kesal dengan
cewek itu. Tanpa sadar, Minhyuk justru mendorong tubuh Namjoo agar menjauh dari
tubuhnya yang sudah terasa cukup sakit. “Bisa diem, nggak!” Minhyuk terdengar
membentak.
Namjoo
terhuyung ke belakang. Beruntung ia tidak sampai terjatuh karena ternyata ada
seseorang yang menahan tubuhnya. Terlihat beberapa kartu undangan terjatuh
tepat di bawah kaki Namjoo. Namun ia dan pemuda yang menolongnya seakan tidak
mempedulikan benda tersebut.
Sementara
Minhyuklah yang justru menatap penuh minat benda itu. Sambil menahan sedikit
rasa sakit di punggungnya, Minhyuk menajamkan mata. Berusaha memastikan nama
pasangan yang akan menikah tersebut. Karena ia sendiri juga telah mendapatkan
kiriman undangan yang serupa.
Minhyuk
mendongak karena merasakan pemuda yang menolong Namjoo sedikit merasa kerepotan
karena tentu saja Namjoo masih dalam keadaan mabuk. Namun kali ini cewek itu
terlihat lebih tenang. Minhyuk sedikit terbelalak mendapati Jongup di sana.
Beruntung karena mereka berada tidak jauh dari jalan raya, Minhyuk dengan mudahnya
menghentikan sebuah taksi yang lewat.
Minhyuk membukakan pintu
taksi sambil berkata, “antar Namjoo pulang.”
Karena
masih menghormati Minhyuk sebagai seseorang yang pernah menjadi boss-nya, Jongup hanya menuruti tanpa
memprotes. Tentu saja Namjoo menjadi salah satu alasan ia tidak menolak
permintaan Minhyuk tersebut. Minhyuk sendiri masih sempatnya memungut undangan
yang kali ini bisa ia lihat dengan leluasa tulisannya. Undangan pernikahan Eun
Ji dan Youngjae.
Setelah
Jongup duduk di dalam taksi, Minhyuk sedikit melempar undangan yang ia yakini
dibawa sendiri oleh Jongup ke atas paha cowok itu. Kemudian tanpa berkata-kata
lagi, Minhyuk mengeluarkan dompet dan memberikan beberapa lembar uang kepada
sopir taksi tersebut tanpa mempedulikan Jongup yang menatapnya, heran.
***
Sekitar
15 menit, Jongup dan Namjoo sudah tiba di rumah cewek itu. Jongup membawa
Namjoo ke luar dari taksi.
“Mana
kunci rumahnya?” pinta Jongup. Namun Namjoo hanya memberikan tasnya. Dan dengan
terpaksa Jongup harus mencari kunci di dalam tas Namjoo sambil berusaha
mengimbangi berat badan cewek itu yang bersandar ditubuh Jongup.
Jongup
akhirnya bisa menemukan kunci untuk membukakan pintu. Namun cowok itu tidak
langsung membawa Namjoo masuk ke dalam. Karena ternyata rumah tersebut sudah
dalam keadaan kosong. Ia ingin meminta penjelasan, tapi tampaknya Namjoo belum
bisa ditanyai apa pun. Cewek itu masih berada di bawah pengaruh alcohol.
Dengan
terpaksa Jongup membiarkan Namjoo duduk di lantai. Ia kemudian melepaskan
kemejanya yang lalu ia jadikan alas untuk Namjoo berbaring dengan tas juga ia
pakai sebagai alas kepala. Jongup menuju kaki Namjoo untuk membukakan heels yang dipakai Namjoo.
Sesaat
Jongup tertegun menatap wajah berkeringat cewek itu. Ia tidak tega menatapnya
lama-lama. Semakin lama menatap Namjoo membuatnya teringat saat menghadiri
pemakaman Hyunsik. Jongup benar-benar tidak meninggalkan Namjoo sedikit pun.
Bahkan ia sedikit mengabaikan Hayoung yang juga sedang berduka karena Hyunsik
adalah kakak kandungnya.
Jongup
mengeluarkan sapu tangan kecil dari saku celananya. Yang kemudian ia gunakan
untuk menyeka wajah Namjoo yang berkeringat. Seketika raut wajah Namjoo
terlihat berubah. Cewek itu menunjukkan sedikit ketenangan mendapati perlakuan
Jongup padanya. Membuat Jongup akhirnya bisa tersenyum tipis karena mendapati
Namjoo baik-baik saja.
Jongup
tampak ingin bangkit. Tapi ia merasakan sebuah tarikan pada tangannya. Saat
menoleh, ternyata Namjoo menahan tangan Jongup.
“Mau
ke mana?” Terdengar Namjoo berujar pelan. Namun mata cewek itu masih dalam
keadaan terpejam.
“Tunggu
di sini sebentar, gue mau cari sesuatu.” Jongup berusaha memberikan pengertian
sambil menyingkirkan dengan lembut tangan Namjoo padanya. “Janji nggak bakal
lama.”
Jongup
akhirnya beranjak pergi. Ia menutup pintu setengah terburu-buru. Tidak ingin
berlama-lama meninggalkan Namjoo di rumah kosong itu sendiri. Tapi ternyata, di
luar sana ia justru bertemu dengan Zelo yang terlihat baru saja ke luar dari
pagar rumah mewah di depan sana. Sesaat Jongup menatap bangunan tinggi itu,
lalu kemudian kembali mengarahkan tatapannya pada Zelo.
“Lo
tinggal di sana?” seru Jongup.
Zelo
sendiri tidak langsung menjawab. Ia juga menyimpan sebuah rasa curiga pada
Jongup dan rumah Namjoo. Belum lagi ia juga melihat dengan mata kepala sendiri
saat Jongup sama sekali tidak meninggalkan Namjoo saat Hyunsik meninggal.
“Kenapa
lo bisa di rumah kak Namjoo?” Zelo balik bertanya. Tapi sebelum ia mendengar
jawaban Jongup, Zelo lebih memilih melesat menuju rumah Namjoo. Menerobos masuk,
dan mendapati Namjoo terlelap hanya dengan sebuah kemeja serta tas yang menjadi
alas untuk cewek itu tidur.
Zelo
juga terkejut melihat isi rumah Namjoo yang telah kosong. Ia lalu memaksa
Jongup untuk membantunya membawa Namjoo pergi dari sana menuju rumahnya. Namun
saat ingin membopong Namjoo, kejadian tidak terduga pun terjadi. Namjoo muntah
tepat mengarah ke Jongup.
***
Daehyun
menepuk-nepuk pelan pundak Himchan yang terlelap di sofa rumah sakit. perlaha,
Himchan pun membuka matanya sambil membenarkan posisi duduknya.
“Udah
sore, Mas. Biar aku yang nemenin ibu di sini,” kata Daehyun.
“Mas
Yongguk nggak ke sini?”
“Nanti
katanya. Mendingan Mas pulang duluan aja sama Bomi.”
Mendengar
nama Bomi disebut, Himchan menoleh ke tempat cewek itu berada. Bomi juga
menoleh disaat bersamaan ketika ia tengah mengikat rambut hingga membuat
rambutnya sedikit berkibar.
Entah
apa yang terjadi. Melihat gerakan yang dibuat Bomi, membuat Himchan tampak
seperti tersedak. Padahal Bomi hanya mengikat rambut dan tak sengaja membuatnya
berkibar. Tampak seakan menggoda Himchan. Namun tentu saja hanya Himchan yang
beranggapan demikian.
Tidak
ingin terlalu lama terlihat panik, Himchan buru-buru berdiri. Membuat Daehyun
sampai sedikit menjauhkan tubuhnya yang berada di dekat Himchan. Tidak lupa
Himchan juga menyambar jaketnya, kemudian melangkah menuju pintu.
Merasa
tidak ada hal lain yang terjadi, Himchan membalikkan badan. Ia mendapati Bomi
hanya menatapnya dari tempat ia berdiri tadi dan tanpa melakukan apa-apa.
“Lo
nunggu apa lagi?” desak Himchan tidak sabar. “Apa maunya dijemput Jongup?”
Sontak
Bomi menatap kesal. Ia lalu menoleh ke arah Daehyun, dan mendapati cowok itu
menatapnya, bingung. Jelas saja, Daehyun memang tidak tahu apa-apa tentang
Himchan dan Bomi. Kecuali kalau Himchan yang sangat menghindari Bomi dalam
bentuk apa pun. Bomi sendiri hanya menghela napas, berat. Malas menjelaskan
apa-apa pada Daehyun.
“Jaga
nyokap lo baik-baik,” ujar Bomi sebelum akhirya memutuskan menyusul Himchan
yang kali ini sudah lebih dulu meninggalkan ruangan. Sementara G.Na sedang
tertidur, dan Bomi tidak ingin mengganggu wanita itu untuk sekedar berpamitan.
Bomi
segera mengejar Himchan. Cowok itu sama sekali tidak menunggunya saat berjalan.
Sampai akhirnya Bomi menemukan Himchan yang sudah siap di parkiran motor.
Melihat Bomi tiba, Himchan langsung saja memberikan sebuah helm pada Bomi.
“Nanti
gue turun di jalan. Mau cari baju buat acara nikahannya Mas Yongguk,” kata Bomi
sesaat sebelum menaiki boncengan motor Himchan.
Himchan
yang sudah berada di atas motor, hanya menoleh sedikit dan mengangguk. Tanpa
berkata apa-apa. Lalu kemudian, mereka meninggalkan area parkiran rumah sakit.
Setelah
sekitar setengah jam, Himchan membelokkan motornya menuju sebuah gedung. Jelas
Bomi yang bingung, langsung mengedarkan pandangannya.
“Kita
mau ngapain ke sini, Mas?” tanya Bomi yang bahkan tidak terlalu menyadari kalau
Himchan sudah menghentikan motornya.
“Udah
ayo ikut dulu aja.” Terdengar Himchan bersuara, dan terkesan sedikit memerintah.
Mau
tidak mau, Bomi menuruti permintaan Himchan. Mereka lalu menuju sebuah toko
yang menjual pakaian untuk semua usia. Di bagian bawah toko, lebih didominasi
pakaian untuk anak-anak. Sementara di lantai atas, dikhususkan untuk orang
dewasa.
“Sekalian
lo cari baju di sini aja. Gue juga butuh sesuatu.” Setelah menyelesaikan
ucapannya, Himchan memisahkan diri menuju tempat khusus pakaian laki-laki.
Sementara
Bomi berjalan ke arah lain. Namun sesekali, Bomi menoleh ke tempat Himchan
berada. Cowok itu sudah sibuk dengan pakaian-pakaian yang ada.
“Dulu
Eunkwang juga pernah melakukan hal yang sama. Meski perlakuannya lebih manis,
tapi gue tetap lebih suka cara Mas Himchan perlakuin gue.” Bomi masih sibuk
dengan pikirannya sendiri. Sampai-sampai ia tidak terlalu menyadari bahwa ada
seorang cewek yang menghampirinya.
Cewek
itu sempat menangkap sosok Himchan di sana. Lalu saat kembali ke arah Bomi,
cewek itu menatap takjub. “Waaah, kakak ini pacarnya Pak Guru Himchan, ya?”
Bomi
menoleh cepat. Ia mendapati salah satu murid Himchan di sana. Hayoung. “Kamu
kenal sama Mas Himchan?”
Hayoung
hanya tersenyum penuh rahasia. Saat melirik kembali ke tempat Himchan berada,
tepat bersamaan saat guru muda itu juga melihat ke arahnya. Dengan semangat,
Hayoung melambaikan tangannya untuk memastikan agar Himchan bisa melihat
dirinya di sana.
Mendapati
Himchan melangkah, Hayoung dengan jahilnya menyeret Bomi untuk mendekat ke arah
Himchan juga. “Apa kalian mau pakaian couple?”
Himchan
dan Bomi saling melempar tatapan. “Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Himchan
pada Hayoung untuk mengalikan kecurigaan salah satu muridnya itu.
“Bapak
lupa, ya? Ini kan punya keluarga aku.” Setelah menjelasnya dengan singkat,
Hayoung dengan cepat melesat pergi.
“Mas
Himchan kenal sama anak tadi?” bisik Bomi. Penasaran dengan sosok Hayoung yang
terlihat kenal baik dengan Himchan.
“Salah
satu murid gue di sekolah. Temen sekelasnya Jongup juga,” ujar Himchan dengan
tatapan tetap mengarah ke Hayoung yang kini sudah melangkah ke arahnya lagi.
“Hayoung ini juga calon adik iparnya Mas Yongguk.”
Bomi
melirik, takjub. Lalu saat menatap Hayoung, ia mendapati raut wajah cewek itu
tidak kalah bingungnya disebabkan oleh ucapan Himchan tadi.
“Yongguk
calon suami Mba Chorong?” seru Hayoung memastikan ucapan Himchan. “Lho, bapak
kenal juga sama si Mas Yongguk itu? Setau aku, Mas Yongguk itu kakaknya Jongup.
Mas Yongguk itu temen sekolah bapak, temen kuliah, atau….”
Himchan
berpikir keras memilih kata untuk menjelaskan hal tersebut pada Hayoung. Beruntung,
ia menangkap sesuatu yang dibawa Hayoung. “Itu kamu bawa apa?” serunya
mengalihkan. Dan lucunya, Hayoung juga terpengaruh dengan perkataan Himchan.
“Ini
baju couple. Ikon baru di sini. Dan
bapak adalah tamu pertama yang aku tawarin.” Dengan semangat, ia menyodorkan
bungkusan masing-masing pada Himchan dan Bomi. “Tenang aja, aku kasih diskon
kok.”
***
Zelo
sibuk membongkar lemarinya. Membentangkan beberapa pakaian. Namun kebanyakan
membuatnya tidak puas dan berakhir dengan ia lemparkan ke atas tempat tidur.
Tentu saja karena ukuran tubuh Zelo dan Jongup yang cukup jauh berbeda. Membuat
Zelo tidak bisa meminjami Jongup pakaian miliknya.
“Zel….”
Sebuah
panggilan membuat Zelo menoleh. Ia mendapati Jongup menyembulkan kepalanya dari
celah pintu kamar mandi. Zelo mendekat sambil menyambar kimono handuk dari atas
kursi belajarnya.
“Kayaknya
baju gue kegedean buat lo.” Zelo menyodorkan benda di tangannya. “Kita ke kamar
Mas Youngjae aja.” Ia kemudian berbalik dan lebih dulu melangkah ke luar kamar.
Tidak
lama, Jongup menyusul Zelo yang sudah lebih dulu menuju ke kamar Youngjae yang
sedang ditinggal penghuninya. Jongup memaksakan langkah untuk masuk ke dalam
sana. Karena ucapan Zelo saat menyebut nama Youngjae sukses membuat Jongup
merasa serba salah.
Sebuah
nama yang sangat sensitive di dalam keluarga Jongup. Nama seseorang yang Jongup
tahu adalah salah satu kakaknya yang hilang. Hanya sekedar itu yang ia ketahui.
Memang karena tidak ada yang bisa menceritakan lebih jauh dan G.Na yang sama
sekali tidak ingin menceritakan apa pun.
Sementara
di dalam sana, Zelo mengeluarkan setumpuk pakaian milik Youngjae ke atas tempat
tidur. “Lo pilih aja. Itu baju kakak gue. Kebetulan badan kalian nggak jauh
beda, kok.”
Jongup
meraih tumpukan pakaian teratas yang dikeluarkan Zelo. Namun Zelo sendiri masih
sibuk di depan lemari Youngjae. Ternyata Joungup mendapati sebuah kaos putih
berlengan panjang. Tapi tanpa sengaja, ada sesuatu terlempar ke samping
tumpukan pakaian milik Youngjae di atas tempat tidur.
Jongup
yang merasa tertarik dengan benda itu, langsung saja memungutnya. Sebuah foto
usang berisi sebuah keluarga dengan 5 orang anak mereka yang semuanya
laki-laki. Melihat itu, Jongup sukses tertegun.
Flashback…
“Foto
apaan tuh, Mas?” seru Jongup dengan tatapan penuh minat. Ia menyambar cepat
beberapa lembar foto sebelum Himchan sempat bisa mencegahnya.
Himchan
hanya mampu menatap Jongup dari bawah. Mencoba menebak dari perubahan raut
wajah Jongup. Sementara Bomi justru mengawasi Jongup dengan tatapan khawatir.
“Kayak
kita waktu kecil. Tapi….” Jongup, ia tidak sempat melanjutkan ucapannya karena
Himchan sudah lebih dulu menyambar foto dari tangannya.
Selembar
foto lama. Berisi sebuah keluarga dengan 5 orang anak mereka yang semuanya
laki-laki. Sama persis seperti yang Youngjae temukan di apartmen pribadi
Doojoon saat di luar kota.
Flashback end…
Suasana
hening menguasai ruangan tersebut. Zelo yang merasa ada sesuatu yang aneh,
menoleh dan mendapati Jongup masih memandangi foto tadi. Namun nampaknya Jongup
menyadari bahwa ia tengah diawasi.
“Kenapa
di rumah lo ada foto ini juga?” desak Jongup yang dengan cepat menurunkan foto
tadi dari hadapannya. Ia kemudian menunjukkan foto tersebut ke hadapan Zelo karena
Jongup melihat cowok itu menatapnya tidak mengerti.
“Gue
nggak tahu. Itu Mas Youngjae yang nyimpen. Dan gue juga belum bisa nanyain
apa-apa karena Mas Youngjae lagi ke luar kota.”
Youngjae.
Nama itu jelas terdengar saat Zelo menyebutnya. Tidak ada penambahan atau
pengurangan huruf apa pun dari Zelo. Dan itu justru membuat Jongup semakin
merasa ada sesuatu yang aneh terjadi antara keluarganya dan keluarga Zelo juga,
mungkin.
“Lo kenal
orang-orang di foto itu?” Zelo tidak bisa menahan rasa penasarannya juga. “Kok
lo kaget gitu ngeliatnya?”
Jongup
menatap Zelo. Mempertimbangkan, apakah ia bisa mempercayai Zelo jika
menceritakan hal yang ia ketahui tentang foto tersebut.
“Sorry, bukannya gue mau ikut campur. Tapi
kalau lo mau cerita, mungkin nanti gue bisa bantu cari tahu lagi dari Mas
Youngjae kalau dia udah pulang.” Zelo memberikan tawaran yang sangat sulit
ditolak oleh Jongup.
“Ini
foto keluarga gue. Tapi cuma kakak gue yang ini yang nggak tinggal bareng gue.”
Jongup akhirnya membongkar rahasia tersebut. Ia juga menunjuk foto seorang anak
kecil yang digendong oleh ayahnya. “Dan gue juga nggak tahu dia ada di mana
sekarang.”
Zelo sukses
dibuat tercengang oleh Jongup.
“Setelah
ini gue langsung pulang, ya? Bisa nitip Namjoo di sini, kan?” Suara Jongup
akhirnya mengembalikan kesadaran Zelo. Namun Jongup sudah lebih dulu melesat
masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.
***
Flashback…
Tatapan
Youngjae akhirnya melemah seiring dengan desahan napas cowok itu. Youngjae juga
sempat mengalihkan pandangannya dari mata Eun Ji. Sebelum akhirnya Youngjae
memilih untuk membalikkan badan. Youngjae melangkah menjauhi Eun Ji. Menuju
tempat tidur dan menyambar kemeja yang ia lempar ke atas sana.
“Pernikahan
kita nggak bisa dibatalin gitu aja.” Youngjae, cowok itu bicara dengan posisi
membelakangi Eun Ji. “Dan setelah itu…” Youngjae sempat memberi jeda pada
kalimatnya. “Kita lihat nanti aja,” tukas Youngjae akhirnya. Seperti ada sebuah
beban yang tidak mungkin ia limpahkan pada Eun Ji juga.
Eun
Ji sama sekali tidak melepas pandangannya pada sosok Youngjae yang kini tampak
melangkah ke arah pintu. Meninggalkan Eun Ji begitu saja di dalam kamar
tersebut.
Flashback end…
Peniel menghela napas, kasar. Sejak tadi ia tidak
melepaskan tatapannya dari balik punggung Eun Ji yang berdiri di depan sebuah
cermin besar. Cewek itu sedang mencoba sebuah gaun pengantin rancangannya
sendiri. Tentu saja yang akan Eun Ji pakai dipernikahannya dengan Youngjae sekitar
kurang dari 2 minggu lagi.
“Ini
rancangan khayalan gue.”
Sesekali
Peniel melempar tatapan ke arah lain. Tidak sanggup melihat Eun Ji lama-lama
dengan tatapan hampa cewek itu melihat pantulan tubuhnya dicermin.
“Siapa yang bikin gaun dari
sketsa gue yang ilang?”
Peniel
semakin menghindari Eun Ji yang bisa dipastikan tengah menatapnya melalui
sebuah cermin besar.
“Niel!”
seru Eun Ji seakan merasa hilang harapan. Ia bahkan sampai berbalik sambil
bersusah payah menggeser bagian bawah gaunnya yang menjuntai panjang hingga
lantai. Cewek itu benar-benar memohon karena rasa penasarannya yang besar.
Terdengar
desahan berat dari Peniel. “Apa lo udah mulai ngebuka hati lo buat Youngjae?”
Cowok itu justru melemparkan pertanyaan juga untuk Eun Ji.
Pandangan
Eun Ji berubah kosong. “Apa harus seperti itu?”
“Menurut
gue memang lebih baik seperti itu. Dari pada lo harus nunggu Gikwang yang nggak
pasti keberadaannya. Atau lo mau sama Minhyuk aja?”
Eun
Ji mencari-cari sesuatu yang bisa ia lemparkan ke tempat Peniel berada. Namun
hampir segalanya jauh dari tempat Eun Ji berdiri. “Ketahuan gue sama Youngjae!”
desis cewek itu dengan wajah kesalnya.
Kini
terdengar kekehan kecil dari bibir Peniel. “Itulah yang namanya jodoh.
Benar-benar nggak terduga.”
“Lo
ngomong apa, sih? Kayak udah nemu jodoh lo aja!” Kekesalan Eun Ji seakan
bertambah. Ia kemudian berniat menuju ruang ganti untuk melepaskan gaun cantik
yang melekat ditubuhnya.
“Gue
sih nggak tahu detailnya gimana. Tapi yang pasti, Youngjae bilang dia yang
nemuin itu.”
Mendengar
penuturan Peniel, sukses menghentikan pergerakan Eun Ji yang baru saja ingin
berbalik. Eun Ji pun menatap Peniel penuh minat. Benar-benar kejadian yang
diluar dugaan.
“Terus?”
seru Eun Ji penuh antusias.
“Dia
nyewa tim kita buat ngerjain semuanya.”
Eun
Ji mengendalikan diri untuk tidak memaki Peniel. Karena biar bagaimana pun,
Peniel tidak bisa sepenuhnya untuk disalahkan. “Kenapa lo nggak cerita ke gue?
Biasanya lo selalu sharing apapun
masalah di kantor!”
“Udah,
deh. Kalau mau protes, langsung ke Youngjaenya aja.”
***
Hayoung
menoleh saat merasakan seseorang berdiri di sampingnya. “Bagaimana, Pak?”
serunya pada guru tampan yang baru saja mengenakan pakaian yang
direkomendasikan Hayoung.
Himchan
memastikan kembali penampilannya pada cermin besar yang terpajang di sana. “Pas
sih. Tapi masih ngerasa ada yang aneh. Mungkin karena baru pertama kali
pakainya.”
Kemudian,
tidak ada yang bersuara lagi karena salah satu pintu ruang ganti terbuka dan
memunculkan Bomi dengan dress panjangnya.
Benar seperti yang Hayoung katakan bahwa itu pakaian couple. Jelas terlihat karena motif di baju Bomi, sama dengan motif
pada kemeja yang Himchan gunakan bersamaan dengan jassnya.
Melihat
itu, Himchan nyaris tidak berkedip saat Bomi baru muncul tadi. Ia benar-benar
terpesona. Meski rasanya masih agak janggal bahwa cewek itu adalah cewek yang
hampir selalu membuatnya jengkel setiap mereka bertemu. Tapi jelas tidak untuk
hari itu.
Bomi sendiri
berusaha mengabaikan tatapan Himchan yang bisa saja membuatnya salah tingkah. “Agak
sedikit kepanjangan. Tapi mungkin karena aku pake sepatu flat.”
Hayoung
hanya mengangguk saja menanggapi komentara Bomi tentang pakaian yang ia
kenakan. Hayoung sempat menatap Himchan sesaat, namun tidak sampai menyadari
raut wajah Himchan yang aneh saat menatap Bomi.
“Aku
ngiri sama kalian,” goda Hayoung.
Bomi hanya
tersenyum menanggapinya. Sementara Himchan, tidak berkomentar apa-apa. Di saat
mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, tidak ada yang menyadari bahwa ada
Yookyung di sana. Dan bahkan menyadari keberadaan Himchan.
Bukan
hanya Yookyung. Ternyata Eunkwang juga berada di tempat yang sama. Ia datang
bersama seorang cewek yang terus saja menggandeng lengan Eunkwang. Setelah cewek
itu melangkah seorang diri, barulah Eunkwang mendapati Bomi juga di sana.
“Kim
Himchan,” seru Yookyung.
Merasa
ada yang menyebut namanya, Himchan sontak menoleh. “Oh, Yookyung.” Hanya itu
yang ia ucapkan seakan Yookyung hanya orang biasa dihidupnya. Ia masih ingin
berlama-lama mengagumi Bomi.
“Rasanya
aku pengen jadiin kalian model buat baju itu,” ujar Hayoung. Dan dengan
jahilnya, cewek itu menarik Himchan agar lebih dekat dengan Bomi. Tidak lupa ia
juga sedikit menggeser tubuh Bomi hingga tidak ada jarak sama sekali dengan
Himchan. Bomi bahkan sampai tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya. Beruntung
Himchan membantu cewek itu hingga tidak sampai terjatuh.
Himchan
dan Bomi tidak sadar jika mereka masih saling tatap. Kejadian langka tersebut
tidak disia-siakan oleh Hayoung yang ternyata telah siap dengan kamera
ponselnya mengabadikan momen Himchan dan Bomi yang sama sekali belum pernah
terjadi antara mereka. “Oh.. My.. God..”
Hayoung bergumam takjub. Sedikit merasa iri dengan pasangan tersebut yang
menurutnya benar-benar serasi.
“Maaf,
Mas.” Bomi akhirnya bisa mengembalikan kesadarannya. Ia melepaskan tangannya
pada lengan Himchan. Lalu kembali berusaha berdiri normal.
Hayoung
masih mengaktifkan kameranya. Namun tangan seseorang menutupi lensa dan bahkan
memaksa Hayoung untuk menurunkan ponselnya.
“Hentikan!”
desis Yookyung yang sudah memberikan tatapan tidak sukanya pada Hayoung. Cewek itu
juga memberikan tatapan yang sama pada Himchan, dan terutama Bomi.
Menerima
tatapan seperti itu, sama sekali tidak membuat Himchan memperbesar jarak antara
dirinya dan Bomi. Ia tetap berdiri di sana. Membuat Eunkwang berpikir bahwa
sudah ada pria lain yang menggantikannya berada di hati Bomi. Dan tanpa ingin
tahu lebih lanjut dengan sikap Yookyung, Eunkwang lebih memilih menyingkir dari
sana. Bomi sendiri sempat menangkap sosok pemuda yang kini menjadi mantan
kekasihnya, tapi ia tidak berniat mengejar Eunkwang.
***
KApan mau dilanjutin atuh? ceritanya keren gilaaaa ^^lanjutin ya thor
BalasHapuspart 16 udah posting kok.. ^_^
BalasHapusmakasih udah suka..