Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun,
Youngjae,
Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast :
·
A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo, Hayoung)
·
G.Na (Soloist)
·
B2ST (Doojoon)
·
BtoB
Genre
: romance, family,
brothership
Length : chapter
***
“Tiga
hari lalu kamu bilang lagi sibuk nyiapin soal untuk ujian. Besoknya, seharian
di sekolah karena ada rapat dewan guru. Sementara kemarin, bilangnya sibuk
nilai hasil ujian siswa. Hari ini lagi pengen sama keluarga. Terus besok mau
alasan apa lagi, Him?”
Bomi
menjadi pihak yang sangat merasa bersalah. Belum lagi, mereka sedikit menjadi
pusat perhatian sekarang. Sementara Himchan sukses bersikap seolah tidak
terjadi apa-apa. Namun saat tatapannya bertemu dengan Hayoung, ia menggerakkan
mata dengan maksud agar Hayoung menyingkir dari sana.
Himchan
sempat membisikkan sesuatu pada Bomi sebelum akhirnya ia bergerak sambil
menarik tangan Yookyung dan membawa cewek itu pergi dari sana.
Setelah
sosok Himchan tidak terlihat, Bomi mencari sosok Hayoung dan berniat menyusul
cewek itu. Ia harus melakukan hal yang Himchan perintahkan.
“Hayoung,”
seru Bomi menghentikan langkah salah satu murid Himchan tersebur. Ia
menyodorkan sebuah ponsel yang membuat Hayoung sukses menatapnya, bingung. “Ini
jaminan baju yang Mas Himchan pakai. Tapi baju yang aku pakai ini, dikembalikan
dulu aja ya?”
“Mba,
bilangin sama Pak Himchan. Dia bisa bayar di sekolah, kok.” Hayoung mendorong
lembut lengan Bomi yang mendekap ponsel milik Himchan sebagai tanda ia
menolaknya. “Tolong dibalikin lagi aja ya ke Pak Himchannya,” pinta Hayoung.
“Tapi….”
“Nggak
pa-pa, kok.” Hayoung menyelak ucapan Bomi yang merasa tak enak padanya. “Mba
kalau mau ganti baju lagi, ayo aku temenin.” Dengan lembut, Hayoung mengajak
Bomi kembali ke ruang ganti.
Beberapa
menit kemudian, Bomi ke luar dengan memakai kembali baju yang sebelumnya.
Sementara di luar sana, ternyata Hayoung masih menunggui cewek itu. Bomi
menyodorkan pakaian yang ia coba ke arah Hayoung.
Ternyata
Hayoung telah mempersiapkan tas karton untuk Bomi membawa pakaian tadi. Namun
ternyata, Bomi hanya memasukkan pakaian Himchan karena cowok itu pergi masih
mengenakan baju milik butik Hayoung. Bomi lalu menyodorkan baju baru miliknya.
Tapi ternyata Hayoung justru memasukkan benda itu ke dalam tas karton tadi
bersama baju milik Himchan.
“Eh,
itu belum dibayar.” Bomi berusaha mencegah tangan Hayoung.
“Udah.. nggak pa-pa. Sekali-sekali aku pengen ngisengin Pak Himchan.” Hayoung terkekeh atas ide jahilnya tersebut. Tapi tidak untuk Bomi yang menatap Hayoung, bingung. “Jadi gini loh, Mba. Pak Himchan tuh suka jahil ke aku. Ujian musik kemarin, masa’ aku dapet urutan terakhir. Udah gitu, dia pakai request juga lagunya.”
“Udah.. nggak pa-pa. Sekali-sekali aku pengen ngisengin Pak Himchan.” Hayoung terkekeh atas ide jahilnya tersebut. Tapi tidak untuk Bomi yang menatap Hayoung, bingung. “Jadi gini loh, Mba. Pak Himchan tuh suka jahil ke aku. Ujian musik kemarin, masa’ aku dapet urutan terakhir. Udah gitu, dia pakai request juga lagunya.”
Mendengar
cara Hayoung bercerita, Bomi tidak bisa menahan tawanya. Geli juga mengetahui
sisi lain Himchan saat di sekolah.
“Nih,
Mba.” Hayoung sedikit memaksa Bomi menerima tas karton tersebut. “Dipakai ya
pas dateng ke pernikahannya Mba Chorong.”
***
Himchan
dan Yookyung terlibat dalam pembicaraan serius. Himchan benar-benar menunjukkan
ekspresi tidak bersahabat darinya. Sementara Yookyung sudah hampir terlihat
ingin menangis. Dan tidak jauh dari sana, Bomi memperlambat langkah saat sudah
melihat Himchan dan Yookyung berada di sana. Terjadi sesuatu antara mereka.
Menyadari
keberadaan Bomi, membuat Yookyung menoleh dan menatap tajam cewek yang ia
temukan bersama Himchan. Kini bahkan air mata Yookyung benar-benar sudah
meleleh. “Gue ceweknya Himchan. Dan gue tahu kalau lo juga salah satu ceweknya
Himchan.”
Bomi
menatap Yookyung, bingung. Namun saat ia meminta penjelasan dari Himchan, cowok
itu malah hanya mengangkat bahu. Seolah ia juga tidak mengerti arah pembicaraan
Yookyung yang menuduh mereka berpacaran. Himchan bahkan sama sekali tidak
terlihat merasa bersalah. Padahal bisa dipastikan ia adalah salah satu penyebab
Yookyung menangis.
“Masih
ada satu cewek lagi yang gue tahu juga pacaran sama Himchan.” Yookyung kembali
bersuara. Ia sukses membuat Bomi kembali memberi perhatian padanya. Namun sama
sekali tidak berhasil membuat Bomi terkejut. “Dan setelah apa yang gue ucapin
tadi, apa lo masih akan tetap memilih bersama Himchan atau sebaliknya?”
Bomi
masih bungkam. Sesekali ia melirik Himchan untuk sekedar meminta bantuan dari
cowok itu.
“Jawab!”
pekik Yookyung tidak sabar.
Himchan
akhirnya bergerak. Ia menarik lengan Yookyung hingga cewek itu berdiri
menghadap padanya. Namun tatapan Himchan justru jatuh pada Bomi. “Lo udah tahu
kan, kalau gue punya pacar lebih dari satu?”
Bomi
mengangguk dengan tatapan polos. Tentu saja karena memang ia mengetahui semua
itu. Dan hal tersebut justru membuat Yookyung terkejut.
Dengan
sedikit kasar, Himchan melepaskan tangan Yookyung. “Lo pikir gue nggak tahu
kelakuan lo tanpa gue?” desisnya.
“Oh,
jadi lo lebih milih cewek ini dari pada gue?”
Himchan
berdecak, malas. “Pakai nanya,” cibirnya enggan membalas ucapan Yookyung sambil
melangkah menjauh. Saat tiba di tempat Bomi berada, Himchan memutar pelan badan
Bomi sambil merangkul cewek itu. Himchan memperkuat rangkulannya saat merasakan
Bomi sedikit memberontak.
***
Malam
itu Namjoo masih berada di rumah Youngjae. Cewek itu menemui Zelo yang sudah
menunggunya untuk makan malam bersama.
“Gimana?
Udah lebih baik?” tegur Zelo saat Namjoo sudah duduk bergabung dengannya di
meja makan.
Namjoo
mengangguk pelan. “Makasih ya atas bantuan lo dan…”
“Jongup
udah pulang dari tadi.” Zelo menegaskan. Sudah jelas kalau yang Namjoo maksud
adalah Jongup. “Kayaknya dia perhatian banget ke kakak. Apalagi pas pemakaman
kakaknya Hayoung. Kalian udah kenal lama?” Zelo yang sibuk menyendokkan nasi ke
sebuah piring kosong, sampai tidak menyadari perubahan raut wajah Namjoo saat
ia menyindir kedekatan cewek itu ke salah satu teman sekelasnya tersebut.
Namjoo masih bungkam.
“Ketemu di mana?” lanjut
Zelo meski pertanyaan sebelumya sama sekali belum direspon oleh Namjoo.
“Kelab malam.”
Mendengar
jawaban Namjoo, membuat Zelo mendongak cepat. Ia ingin memastikan kebenaran
ucapan cewek itu. “Kelab malam?” serunya. Setelah Namjoo mengangguk sebagai
tanda ia membenarkan pertanyaan Zelo, cowok itu kembali berujar. “Ngapain
Jongup ada di sana?”
“Dia
kerja. Katanya sih buat gantiin kamera temennya yang dia rusakin.”
Zelo
menjatuhkan sendok nasi yang sedang dipegangnya untuk menyendokkan makanan
tersebut. “Dia nggak cerita kamera siapa yang dirusakin?”
Kali
ini Namjoo menatap Zelo penuh tanya. “Emangnya lo nggak tahu? Bukannya kalian
temen sekelas. Berita itu mungkin aja cepet tersebar di sekolah.”
“Ya
udahlah nggak usah dibahas. Mungkin gue yang sedikit ketinggalan berita.” Zelo
mengalihkan pikiran Namjoo. Benar-benar tidak ingin membahas masalah Jongup
yang sukses membuatnya merasa cukup bersalah. “Hmm.. besok pergi ke acara
resepsi kakaknya Hayoung sama siapa? Kalo misalnya sendiri, pergi sama gue aja,
Kak.”
***
“Lo baru pulang?”
Jongup
menghentikan kegiatannya yang ingin membuka pintu pagar rumah. Di belakangnya,
Himchan menghentikan motor di tengah jalan antara rumahnya dan rumah Bomi.
Jelas saja Himchan tadi bertanya seperti itu karena Jongup sudah meninggalkan
rumah sakit sejak masih siang.
“Kayaknya
tadi siang Mba Bomi mau ngomong sesuatu, deh.” Jongup tidak menghiraukan
teguran kakaknya.
Himchan
melirik penuh minat ke arah Bomi yang sudah berdiri di sampingnya. Ia juga
menangkap maksud ucapan Jongup. Kejadian saat di kamar G.Na. “Ikut ke rumah
dulu,” seru Himchan. Ia lalu memutarkan motor menuju rumahnya. Dan tanpa harus
merasa terpaksa, Bomi akhirnya menyusul dua adik-kakak tersebut ke dalam rumah
mereka.
“Malam-malam
begini gue bikini teh hangat kayaknya enak.” Bomi meletakkan tas karton yang ia
bawa dari toko pakaian Hayoung tadi di atas sofa ruang tamu.
Jongup
sudah lebih dulu menghempaskan tubuh ke sofa. Sementara Himchan menyempatkan
diri ke kamarnya untuk berganti pakaian setelah Bomi sudah melesat menuju
dapur.
Setelah
beberapa menit, Himchan sudah memunculkan diri di ruang tamu dan sudah berganti
pakaian. Menyusul kemudian Bomi muncul dengan nampan berisi 3 gelas teh hangat.
Cewek itu menjatuhkan tubuh di samping Himchan. Tepat saat cowok itu sedang
melihat undangan yang tadi diletakkan Jongup ke atas meja. Sementara Jongup
sendiri tampak baru muncul dari kamar G.Na.
“Gue
pulang telat karena nemuin Ilhoon. Dia nitipin undangan-undangan itu ke gue,”
jelas Jongup yang memilih duduk di sofa berbeda dengan Himchan dan Bomi.
Himchan
memeriksa nama-nama yang tertera sebagai tamu undangan. Yongguk, Daehyun, G.Na,
Jongup dan Bomi. Saat Himchan menemukan undangan atas nama Bomi, ia langsung
saja memberikannya pada cewek di sampingnya tersebut.
“Setelah
Ilhoon pulang, gue ketemu seseorang lagi.” Jongup sempat memberi jeda sesaat
pada ucapannya. “Singkatnya, cewek itu akhirnya ngebawa gue ke rumah Zelo.”
Mendengar
nama Zelo disebut, membuat Himchan menoleh. Menatap penuh minat pada adik
bungsunya itu. Namun itu justru membuat Jongup menjadi salah tingkah.
Jongup
tampak menggaruk keningnya sambil memikirkan kata-kata yang tepat untuk
menjelaskan sesuatu pada Himchan, dan juga Bomi tentunya. Tidak mungkin ia
menceritakan tentang Namjoo. Tiba-tiba, Jongup jadi teringat tentang potongan
kue tar yang tidak sengaja pernah ia dan Zelo bawa ke sekolah. Dan yang
membingungkan adalah tulisan yang terbawa oleh mereka membentuk nama
‘Youngjae’.
“Gue
nemuin foto yang sama persis kayak gini.” Jongup memaksa diri memberikan foto
usang yang sempat sedikit ia sembunyikan tadi.
Himchan
berusaha mengendalikan diri untuk tidak terlalu merasa terkejut saat melihat
foto pemberian Jongup. “Zelo ngomong apa aja ke lo?” desaknya tanpa sadar.
Jongup
menggeleng. “Zelo nggak tahu apa-apa. Dia cuma bilang, kalau yang nyimpen foto
itu kakaknya. Tapi kakaknya Zelo itu lagi ke luar kota. Jadi, gue nggak bisa
dapet informasi apa-apa tentang itu.”
Bomi
menggenggam tangan Himchan yang memegang foto karena tangan cowok itu bergerak
seakan ingin meremas foto di tangannya. “Gue tahu kalian kecewa. Tapi nyokap
kalian harus melewati masa-masa paling sulit dihidupnya.”
“Harusnya
ibu berbagi kesedihan ke anak-anaknya.”
Bomi
menatap Himchan, lembut. Berusaha menenangkan pemuda itu. “Tante G.Na udah
nyesalin perbuatannya, kok.” Bomi merebut foto di tangan Himchan. Ia juga
sempat melirik Jongup dan mengisyaratkan agar cowok itu berpindah duduk ke
sampingnya. “Ini pasti mengejutkan. Tapi kalian akhirnya memang harus tahu.”
Bomi menunjuk gambar seorang pria dalam foto tersebut. “Ini ayah kalian. Jang
Hyunseung.”
Jongup
menjadi yang paling bersemangat melihat foto tersebut. Itu adalah hal yang
sangat ia inginkan sejak lama. Namun berbeda dengan Himchan. Ia sulit
mengekspresikan diri saat menatap Bomi dari jarak sedekat ini. Ternyata Himchan
justru lebih memperhatikan Bomi. Bukan foto yang berada di tangan cewek itu.
Bomi
menghela napas, berat. “Tante G.Na punya masa lalu dengan seorang pria. Lalu
setelah adik kalian, Junhong, lahir. Terjadi sebuah bencana untung rumah tangga
orang tua kalian. Junhong bukan anak kandung Om Hyunseung. Pria mana yang bisa
terima jika istrinya…”
Jongup
merangkul Bomi dan mengusap pundak cewek itu yang tampak tidak sanggup lagi
melanjutkan ucapannya. Di sisi lain, Himchan hanya mampu mengepalkan tangan
melihat perlakuan Jongup pada Bomi. Himchan sendiri juga tidak bisa untuk
menyingkirkan tangan Jongup dari pundak Bomi.
“Apa
akhirnya ayah menceraikan ibu?” Jongup tidak bisa menahan rasa penasarannya.
Bomi
mengangguk lemah. “Singkatnya seperti itu. Lalu Om Hyunseung pergi dan hanya
sempat membawa Youngjae yang sedang sendiri karena harus di rawat di rumah
sakit. Sementara Junghong juga di bawa pergi oleh seseorang beberapa hari
setelah lahir. Dan tante G.Na meyakini bahwa itu adalah perbuatan ayah kandung
Junhong.”
“Jadi,
ibu udah cerita semua ke lo?” tanya Himchan yang sama sekali tidak merubah
posisinya. Sontak membuat Bomi menoleh dan membuat wajah mereka begitu dekat.
“Mas!”
pekikan suara Jongup membuyarnya semuanya. Himchan dan Bomi terhindar dari
suasana canggung antara mereka. Jongup sendiri tampak tidak menyadari yang
terjadi dengan Bomi dan kakaknya tersebut. “Apa jangan-jangan, ayah udah nikah
lagi. Terus mereka punya anak. Dan itu Zelo?” seru Jongup berspekulasi sangat
jauh.
Bomi
juga tentu terbawa suasana penasaran dengan ucapan Jongup. Karena hal tersebut
bisa saja terjadi. Namun nyatanya, Himchan justru menggeleng tegas.
“Bokapnya
Zelo beda sama orang di foto itu,” kata Himchan akhirnya.
Sedetik
kemudian, semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Terutama Bomi yang mendadak
terbayang Youngjae dan Daehyun. Keduanya kerap kali terlibat suasana panas
sejak SMA. Sementara Jongup masih membayangkan jika ia dan Zelo bersaudara.
Tapi berakhir dengan Jongup menggeleng kuat untuk menolak kenyataan tersebut.
Berbeda
dengan Himchan. Ia lalu terbayang saat ia bertemu ibunya di dalam kamar rawat
Youngjae. Tatapan wanita itu begitu hangat. Jika memang benar Youngjae adalah
anak G.Na yang hilang, berarti wanita itu benar-benar sudah menemukannya.
“Apa
ibu udah tahu tentang keberadaan Youngjae?” Himchan bertanya dengan tatapan
kosong ke depan.
“Sama
sekali belum tahu,” jawab Bomi. Hal tersebut sekaligus menegaskan kalau ia
memang benar-benar telah tahu semua hal tentang masa lalu keluarga G.Na.
Kali
ini Himchan menoleh tegas ke arah Bomi. Apa yang ia lihat berbeda dari
kenyataannya. Saat itu G.Na benar-benar menatap Youngjae dengan penuh perasaan.
“Apa itu yang disebut naluri seorang
ibu?”
“Kayaknya
kalian perlu istirahat. Mas Yongguk bakal butuhin bantuan kalian untuk acara
pernikahannya. Lebih baik gue pulang dulu.” Bomi berdiri dengan sebelumnya
menyesap teh yang ia buat. “Dan jangan lupa tehnya diabisin.”
Jongup
dan Himchan hanya menatap kepergian Bomi dari tempat mereka berada. Lalu
kemudian, Jongup juga tampak berdiri sambil membawa gelas teh miliknya.
Meninggalkan Himchan sendiri di sana. Mata Himchan pun akhirnya menangkap tas
karton yang di bawa Bomi dari toko pakaian milik Hayoung tadi.
***
Beberapa hari kemudian.
Kediaman keluarga Himchan tampak sepi. Hanya tersisa pemuda itu di sana. Ia
sudah bersiap dengan pakaiannya yang dibeli di toko pakaian keluarga Hayoung.
Saat menatap pantulan wajahnya dicermin, Himchan teringat dengan ucapan Hayoung
saat di sekolah kemarin.
Flashback…
Himchan
mendongak cepat saat ada seseorang meletakkan tangan di atas mejanya. Bukan
sekedar meletakkan tangan, orang tersebut ternyata meninggalkan selembar
kertas. Saat mendongak, Himchan mendapati Hayoung di depannya.
“Itu
tagihan belanja Pak Himchan kemarin,” jelas Hayoung yang mengerti maksud
tatapan Himchan padanya.
Himchan
mengangguk mengerti. Ia kemudian tampak mengeluarkan dompetnya. Tentu berniat
melunasi pakaian yang dibelinya.
“Termasuk
punya Mba-Mba yang dateng sama Bapak kemarin.”
Mendengar
itu, Himchan mendongak cepat. Hayoung tampak tidak ingin tahu apapun alasan
Himchan. Yang ia inginkan hanya Himchan melunasi kewajibannya.
“Bapak
kan yang ngajak Mba itu ke toko aku. Kan nggak lucu juga kalau Bapak nyuruh
pacarnya bayar sendiri.”
Himchan
mendesah, pasrah. Mau tidak mau ia harus membayar semuanya. Melihat ekspresi
Himchan tersebut, Hayoung tersenyum puas. Itu untuk menyembunyikan ekspresi
sebenarnya yang tengah menertawai Himchan.
Hayoung
pun tentu langsung menerima uang pemberian Himchan. “Senang berbisnis dengan
Bapak. Dan ini bonusnya.” Ternyata Hayoung mempersiapkan sesuatu lagi untuk
Himchan. Foto cowok itu bersama Bomi saat mencoba pakaian di toko Hayoung.
“Cepet nikah ya, Pak.” Hayoung langsung melesat pergi setelah berucap seperti
itu sebelum Himchan sempat menahannya karena mengerjai gurunya sendiri.
Flashback end…
Himchan
membuka laci salah satu meja belajar di sana. Ternyata cowok itu menyimpan
fotonya bersama Bomi di sana. Melihat foto tersebut, tanpa sadar membuat bibir
guru tampan itu terangkat hingga membentuk sebuah senyuman tipis. Kemudian
Himchan menoleh ke samping dan menyambar sebuah tas karton. Ia membawa benda
itu ke luar kamar.
Setelah
memastikan semua pintu telah terkunci, Himchan kemudian menuju rumah Bomi.
Himchan bahkan sudah tidak canggung untuk langsung menerobos masuh hingga pintu
utama. “Bom, lo udah siap?”
Tidak
ada yang menjawab teriakan Himchan. Namun Bomi ternyata memunculkan diri. Cewek
itu juga telah rapi dengan dress
merah muda yang membalut tubuhnya.
“Kok
Mas Himchan masih di rumah?” Bomi bertanya dengan tatapan heran.
Himchan
tidak langsung merespon. Ia harus mengendalikan dari keterpanaannya melihat
Bomi sore itu. “Ini.” Himchan menyodorkan paksa tas karton di tangannya.
“Karena ini udah gue bayar lunas, jadi lo harus pakai ke acaranya Mas Yongguk.
Nggak ada penolakan.”
Belum
sempat Bomi mengeluarkan sepatah katapun, Himchan sudah lebih dulu memaksa Bomi
untuk kembali masuk ke dalam. Tentu maksudnya untuk Bomi mengganti pakaiannya.
Dan Himchan benar-benar tidak ingin ada penolakan dalam bentuk apapun.
“Nggak
pakai lama! Taksi kita udah dateng!” teriak Himchan memperingati.
***
Lift tersebut berhenti di lantai 7.
Doojoon yang berada di dalamnya, segera melesat ke luar saat pintu lift terbuka. Pria tersebut tampak cukup
tergesa-gesa. Dengan cepat Doojoon melangkahkan kaki menelusuri koridor dan
berhenti tepat di depan sebuah pintu kamar yang terletak paling ujung.
Doojoon
menekan rangkaian tombol dengan tidak sabar. Ia lalu menerobos masuk tanpa
memeriksa keadaan di dalam terlebih dulu.
“Akh!
Om Doojoon!” jerit Youngjae yang dengan kalap menarik sprei tempat tidurnya
untuk menutupi tubuh. Kehadiran Doojoon yang sangat tiba-tiba sukses membuat
cowok itu panik. Belum lagi kondisi Youngjae yang baru saja selesai mandi. Saat
Doojoon datang, ia masih hanya mengenakan sebuah boxer. Dan yang ia tahu,
Doojoon sedang tidak berada di kota tersebut.
“Kamu
udah pulang?” Doojoon justru melemparkan pertanyaan. Dan sama sekali tidak
terpengaruh dengan kondisi Youngjae saat ia datang. “Harusnya kan kamu…”
“Kerjaan
aku udah selesai semua, Om.” Youngjae sedikit menyelak ucapan Doojoon.
Doojoon
menutup pintu di belakangnya dan melangkah masuk tanpa melepaskan tatapan
curiga pada keponakannya itu. “Semua?” serunya menegaskan dan hanya dijawab
anggukan oleh Youngjae. “Kamu mau pergi, ya? Ke mana?”
Youngjae
menoleh ke arah sebuah kursi tempat ia meletakkan pakaian bersih yang
rencananya ingin ia kenakanan nanti. Dan bisa dipastikan Doojoon sudah
menyadari hal tersebut. Youngjae belum mengatakan apa-apa. Sementara Doojoon
mengarah ke sebuah nakas kecil dan mengambil sebuah dokumen yang berada di atas
sana.
Seteleh
memeriksa isi dokumen tersebut, Doojoon melirik ke tempat Youngjae berada.
Cowok itu tampak resah di tempat ia berdiri sejak tadi.
“Tapi
nanti malam aku langsung balik lagi ke sini kok, Om.” Buru-buru Youngjae
seperti memberi janji bahwa ia akan tetap bertanggung jawab atas pekerjaan yang
dibebankan Doojoon padanya.
“Lusa
kamu ke Jogja aja. Om pikir kamu bisa lebih berkreasi di sana. Ada acara
fashion besar. Dan itu juga salah satu proyek terbaru kita.”
Sesaat
Youngjae seakan tidak bisa berkata apa-apa. “Aku pikir perusahaan kita cuma…”
Doojoon
mengangkat tangannya sebagai tanda agar Youngjae tidak perlu pusing-pusing
memikirkan hal tersebut. “Mendingan kamu siap-siap aja. Nggak enak kan kalau
Eun Ji kelamaan nunggu,” goda Doojoon.
Youngjae
meneguk ludahnya. Lagi-lagi ucapan Doojoon sukses mengejutkannya. “Kok Om bisa
tahu?” seru Youngjae dengan nada pelan.
“Asal
tebak.” Ucapan polos Doojoon kali ini membuat Youngjae mendesah, sedikit kesal
karena seperti dipermainkan omnya sendiri.
***
Yongguk
tercengang melihat sosok wanita di depannya. Jelas ia terpesona. Wanita itu
terbalut gaun pernikahan yang cantik. Namun wajah wanita itu menyiratkan sebuah
beban besar. Wanita itu Chorong. Ia dan Yongguk akan segera melaksanakan
resepsi pernikahan mereka. Yongguk sendiri juga sudah siap dengan stelan jas
yang membuatnya terlihat sangat tampan dan gagah.
Dengan
langkah pasti, pemuda itu melangkah masuk seiring dengan dua orang yang merias
Chorong mulai menyingkir. Yongguk melingkarkan tangannya ke pinggang Chorong
yang berdiri di depan cermin.
“Apa
yang bikin kamu masih terasa terbebani dengan pernikahan kita?” bisik Yongguk.
Pemuda itu juga tampak meletakkan dagunya di atas pundak Chorong. “Ini udah
takdirku dan takdirmu. Takdir kita berdua yang harus kita terima. Kita tetap
ditakdirkan berjodoh, meski harus ada Changsub dulu yang sedikit memberikan
cerita pahit.”
Suasana
hening langsung menguasai mereka. Yongguk dan Chorong bahkan tidak menyadari
jika sudah ada dua orang yang mengawasi keduanya.
“Mereka
bikin ngiri aja,” seru Naeun gemas. Suara cewek itu membuat Yongguk dan Chorong
menoleh dan terkekeh bersamaan.
“Kalau
kalian masih mau di sini, berarti aku sama Naeun ya yang gantiin kalian di
luar?” cetus Daehyun seenaknya.
“Enak
aja,” sergah Yongguk tidak terima, namun dengan nada bercanda. Tentu ia tidak
ingin merusak pestanya sendiri malam ini. Yongguk menarik lembut tangan
Chorong. Tapi istrinya tersebut seperti menahannya. Yongguk menoleh untuk
memastikan keadaan Chorong. “Kenapa nggak mau aku gandeng? Minta digendong,
ya?” serunya asal. “Akh!”
Chorong
menunjukkan tatapan tajam sekaligus memberikan sebuah cubitan keras di pinggang
Yongguk hingga membuat cowok itu meringis kesakitan. Hal tersebut ia lakukan
karena ternyata Daehyun dan Naeun belum benar-benar pergi dari sana.
***
Suasana
ramai sudah terasa di sebuah gedung tempat Chorong dan Yongguk menggelar
resepsi pernikahan mereka. Sesekali Yongguk tampak merangkul Chorong. Itu
dilakukannya untuk sekedar mengingatkan Chorong bahwa ini adalah hari bahagia
mereka.
Deretan
tamu undangan sudah berbaris cukup panjang untuk memberikan ucapan selamat
kepada pasangan yang sedang berbahagia. Terlihat pula diantara para tamu, Junhyung
bersama istri dan anak laki-lakinya, Ilhoon. Mereka baru saja tiba.
Saat Hyuna dan Ilhoon
ingin melangkah menuju pelaminan, Junhyung justru menghalangi mereka. “Kakakmu
sudah sampai mana?” seru Junhyung. Tentu ia tujukan kepada Ilhoon.
Ilhoon
sempat sedikit memutar bola matanya. Sedikit malas menghadapi ayahnya jika
sedang membahas masalah Eun Ji. Belum lagi kakaknya itu memang belum ada di
tengah-tengah mereka. “Kak Eun Ji kan lagi nyobain baju pengantin, Pa.”
“Bukannya
itu udah beberapa hari lalu?”
Hyuna
menyentuh lengan Junhyung agar suaminya itu bisa sedikit lebih tenang. “Pa,
udahlah. Eun Ji pasti ingin yang terbaik untuk hari bahagianya.”
Ilhoon
sendiri bisa langsung bernapas lega karena Junhyung tampak lebih tenang setelah
mendengar ucapan Hyuna. Namun kelegaan Ilhoon hanya bertahan sesaat.
“Setelah
ini cepat kamu hubungin Eun Ji. Sudah sampai di mana dia?” Junhyung sempat
memerintahkan Ilhoon sebelum akhirnya merangkul Hyuna untuk ikut bersamanya.
Ilhoon
menghembuskan napas sekeras-kerasnya. Dan disaat yang hampir bersamaan,
terlihat Jongup menghampiri cowok itu.
“Hoon!”
seru Jongup menepuk pelan pundah Ilhoon. Namun itu cukup untuk membuat Ilhoon
sedikit terkejut.
“Eh,
Jong!”
“Kenapa,
lo?”
“Biasalah.
Yang mau nikah kakak gue, tapi yang ribet semuanya.”
Jongup
terkekeh kecil mendengar curhatan dadakan Ilhoon. Ia lalu berinisiatif untuk
merangkul Ilhoon, atau sekedar menghibur teman yang ia kenal di klub malam
tersebut. “Mendingan kita makan aja dulu. Nanti lo gue temenin ketemu Mas Yongguk
sama Mba Chorong.” Jongup membawa Ilhoon ke arah yang berlawanan.
Setelah
berbalik, Ilhoon menahan Jongup untuk berhenti. Ia melihat sososk Namjoo di
sana. Datang bersama Zelo. Dan yang paling merasa senang melihat kedatangan
cewek itu tentu saja Jongup. Jongup bahkan tidak menyadari jika Hayoung berada
didekatnya.
“Gue
ngiri sama mereka. Serasi banget.”
Jongup
hanya tersenyum tipis saat mendengar suara Hayoung di sana. “Nggak usah
cemburu. Zelo sama Namjoo nggak punya hubungan khusus apapun selain
bertetangga.” Dengan bangganya Jongup
berujar. Membuat Ilhoon yang kini terkekeh karenanya.
“Lo
beneran jatuh cinta sama Kak Namjoo?” ledek Ilhoon yang bicara tepat ditelinga
Jongup. Entah apa yang membuatnya menangkap seperti itu.
Namun
nyatanya berbeda dengan apa yang dipikirkan Jongup. Hayoung bukan sedang
membicarakan Zelo. Tapi Himchan dan Bomi yang muncul dengan pakaian mereka yang
sangat kompak.
Namjoo
dan Zelo sudah melangkah semakin dekat dengan tempat Jongup berada sekarang.
Namjoo dan Jongup saling melempar senyum. Meski demikian, Namjoo juga
menyempatkan menyapa Ilhoon. Tapi tidak halnya dengan Zelo. Cowok tinggi itu
menenggelamkan ke dua tangannya ke dalam saku celana. Menatap tak suka ke arah
Hayoung yang entah sengaja atau tidak, pergi dari samping Jongup. Tepat saat
Zelo benar-benar sudah semakin dekat dengan mereka.
Berbeda
juga dengan ekspresi Ilhoon saat ini. Dengan sedikit panik, Ilhoon menoleh ke
belakang. Tepat saat Junhyung dan Hyuna sudah turun dari pelaminan dan berjalan
ke arahnya. Kemudian Ilhoon membalikkan badan lagi. Di pintu masuk, ia melihat
Eun Ji datang bersama Peniel.
“Cari
penyakit nih kakak gue!” pekik Ilhoon membuat heran orang-orang disekitarnya. Lalu
secepat mungkin Ilhoon melesat ke tempat Eun Ji dan Peniel berada. Menghadang dua
orang tersebut sebelum Junhyung memergoki mereka. “Sorry, kalian nggak bisa masuk berdua.”
“Ilhoon!”
Eun Ji sedikit meneriaki adiknya itu. “Apa-apaan, sih! Lo ngagetin aja!”
“Kakak
mendingan masuk ke dalemnya sendirian aja. Papa bisa ngamuk kalau liat kakak
dateng sama Mas Peniel!”
Peniel
menepuk pelan pundak ke dua kakak-adik tersebut. “Gue ngerti posisi kalian,
kok. Bagus Ilhoon ngingetin lagi.”
“Terus?”
Eun Ji meminta pertimbangan.
“Kalau
Eun Ji sama gue, nggak masalah dong?”
Ilhoon,
Eun Ji, bahkan Peniel sontak menoleh bersamaan karena tiba-tiba ada seseorang
yang menyelak pembicaraan mereka. Seorang cowok dengan penampilan cukup sedikit
berantakan. Karena sepertinya cowok itu datang dengan tergesa-gesa ke sana.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar