Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast :
·
Lee
Joon/Changsun (Mblaq)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Jung
Yong Hwa (CN Blue)
Original cast :
Hye Ra
Support cast :
·
Luhan
(Exo-M)
·
Im
Yoona (SNSD)
·
Choi
Sulli (F(x))
·
Lee
Sungmin (Super Junior)
·
Cha
Hackyeon ‘N’ (VIXX)
·
Lee
Hyorin (Sistar)
Genre :
romance
Length :
part
***
“Hye
Ra kekasih Joon. Bagaimana kau bisa bersamanya?”
Yong
Hwa menoleh cepat ke tempat Sungmin duduk di balik kemudi. “Hyung lupa dengan
foto skandal mereka? Pemuda lain yang juga tertangkap kamera bersama Hye Ra
adalah aku,” desis Yong Hwa. Tiba-tiba saja perasaannya pada Hye Ra yang sudah
ia kubur dalam-dalam, kini membuncah.
Seperti
apa perkiraan Yong Hwa. Joon dan Hye Ra memang bertemu. Namun yang Yong Hwa
temui justru hanya Hye Ra seorang diri di dalam sebuah taman dengan kondisi
menangis pilu. Kemungkinan besar sangat berkaitan dengan Joon. Terlebih pemuda
itu sudah tidak berada di sana.
“Jika
tau seperti ini jadinya, aku tidak akan melepaskan Hye Ra pada Joon. Atau
mungkin aku akan membiarkan Minhyuk mendekatinya saja,” seru Yong Hwa yang
dikuasai emosi.
“Maksudmu
Minhyuk adiknya Joon?” tanya Sungmin yang mendengar suara Yong Hwa tadi.
“Minhyuk
adiknya Joon?” Yong Hwa mengulangi pertanyaan Sungmin untuk memastikan lebih
jelas. “Apa dia juga mengenal Luhan dan Doojoon?”
Sungmin
mengangguk cepat meski sambil menyetir. “Dia satu sekolah denganmu juga
berarti. Kau tidak pernah tau itu?”
“Apa-apaan
ini? Bagaimana bisa Minhyuk dan Joon…” Yong Hwa meletakkan kepalan tangannya ke
kening sambil melempar pandangan ke luar jendela. Sulit mencerna begitu saja
sebuah fakta menarik antara Minhyuk dengan Joon.
Yong
Hwa memeriksa ponselnya. Ia juga sesekali mengawasi Sungmin melalui ekor
matanya. Yong Hwa mencari-cari sebuah kontak. Dan akhirnya ia menemukan kontak
tersebut di ponselnya dengan nama ‘Hackyeon’. Buru-buru Yong Hwa mengirimi
pemuda itu sebuah pesan singkat.
***
“Sebaiknya
aku pulang,” seru Hye Ra buru-buru. Namun belum sempat ia bangkit, Luhan
kembali lebih dulu menahannya.
“Ku
antar,” tawarnya.
Dengan
lembut, Hye Ra melepaskan genggaman tangan Luhan hingga membuat pemuda itu
menoleh. “Joon akan membunuhmu jika kau berani melakukan itu.”
Luhan
mengerutkan kening. Joon tidak akan mungkin sekejam itu. “Dan ia juga pasti
akan membunuhku kalau membiarkan kau pulang sendiri seperti ini,” balasnya
menanggapi candaan serius dari Hye Ra.
“Kau
tidak tau apa yang baru saja terjadi pada kami.”
“Kalau
begitu, katakan apa yang tidak ku tahu,” tantang Luhan. Ia menunggu reaksi Hye
Ra selanjutnya. Namun karena tidak ada jawaban, Luhan hanya mampu menghela
napas. “Joonie hyung sudah seperti saudara untukku. Dan kau, kau adalah
kekasihnya. Walau selama ini hubungan kita tidak baik, tapi apa salahnya jika
aku peduli padamu? Hyung yang lain juga pasti akan melakukan hal yang sama jika
berada di posisiku.”
Air
mata Hye Ra kembali jatuh meski tentu saja langsung terurai oleh air hujan. “Selama
ini aku tidak tahu jika Joon dan Minhyuk saudara,” ujar Hye Ra akhirnya dengan
suara sedikit bergetar.
Luhan
mendengarkan setiap kata yang ke luar dari bibir gadis itu sambil mengusap
lembut pundak Hye Ra. “Terjadi sesuatu antara kalian?” tebaknya setelah bisa membaca
suasana.
Hye
Ra mengangguk lemah dengan mata yang terpejam sesaat. Sakit karena terpaksa
teringat kembali kejadian tadi. “Minhyuk… Minhyuk, dia… Dia memukul Joon.”
Mata
Luhan sontak melebar. “Kenapa Minhyuk melakukan itu?”
Hye
Ra menggeleng. Itu pertanyaan yang sejak tadi tidak sama sekali ia dapati
jawabannya. “Tidak tahu. Saat itu Joon tengah memelukku dari belakang.”
“Mungkinkah…”
desis Luhan pelan tanpa berniat melanjutkan ucapannya. “Kau tau Minyuk selama
ini memiliki perasaan padamu?”
Mendengar
ucapan Luhan, Hye Ra mendongak kemudian menggeleng. “Aku tidak pernah tau.”
Luhan
menatap Hye Ra gemas karena kepolosan gadis itu. “Ya sudah,” ujarnya mengalah.
“Kau bawa mobil atau tidak? Biar ku temani pulang.”
“Aku
tidak bawa mobil dan tidak ingin pulang. Di rumah juga tidak ada Minho oppa dan
Yoona eonnie. Antar saja aku ke manapun,” kata Hye Ra menyerahkan semua
keputusan pada Luhan.
“Ayo,”
seru Luhan sambil menarik tangan Hye Ra dengan lembut.
***
Flashback…
“Masih
ingat kalau aku pernah bilang sangat ingin memelukmu?”
“Apa
artinya kau akan merealisasikan hal itu?” tanya Hye Ra setengah menantang dan
masih pada posisi semula. Ia membelakangi pemuda tersebut.
Di
bawah sorot lampu taman yang memang tidak terlalu terang tersebut, bisa dilihat
pemuda tadi tersenyum. Senyuman khas seorang Lee Joon, leader band ‘Blue
Flame’. Pemuda tersebut, yang bisa dipastikan memang Joon, mengeluarkan ke dua
tangannya dari dalam saku celana. Lalu ia rentangkan untuk bisa memeluk tubuh
Hye Ra dari belakang.
Hye
Ra tersenyum dengan perlakuan Joon saat itu. Namun hanya sesaat karena setelah
itu, ada seseorang yang menarik tubuh Joon menjauhinya. Dan bahkan ia
memberikan sebuah pukulan pada Joon. Saat mendongak, betapa terkejutnya pemuda
itu bahwa yang melakukan hal tersebut padanya adalah Minhyuk, adik kandungnya
sendiri.
Flashback end…
Joon
menyandarkan belakang kepala ke sandaran tempat tidur. Matanya terpejam erat
untuk berusaha mengurasi rasa sakit hatinya. Sementara satu tangannya ia
gunakan untuk menggenggam ponsel dengan erat.
“Kenapa
harus kau, MINHYUK!” jerit Joon. Setelah membuka mata, Joon langsung melempar
ponselnya ke lantai hingga beberapa bagiannya terlepas. “AKHHH…!”
Joon
terisak di sana. Ke dua kalinya ia menangis hari ini. Dan ini lebih menyakitkan
dari pada melihat Hye Ra bersama Yong Hwa atau mungkin Doojoon. Tak pernah
pemuda itu merasa sesakit ini. Bahkan saat melihat Yoona bersanding dengan
Minho, rasanya bahkan tidak separah ini.
Kesedihan
membuat Joon justru teringat semua kenangan-kenangannya bersama Hye Ra. Mulai
dari pertemuan pertama mereka saat acara fans sign ‘Blue Flame’. Saat itu
bukanlah kejadian manis yang terjadi. Tapi Joon dan Hye Ra saling berebut album
music ‘Blue Flame’ sambil saling beradu mulut.
Tapi
justru itulah yang membuat Joon merasakan sebuah sensasi tersendiri bersama Hye
Ra. Dan tanpa sadar membuat Joon tertarik pada Hye Ra meski saat acara makan
malam, Doojoon memperkenalkan Hye Ra sebagai kekasihnya. Akhirnya Joon pula
yang mengetahui ternyata semua itu hanya scenario antara Doojoon dan Hye Ra.
***
Luhan
menggenggam erat pergelangan tangan Hye Ra karena gadis itu menolak saat di
ajak kembali ke apartmen Joon. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan memunculkan
sosok Hyorin. Wanita itu tentu saja sedikit tersentak karena mendapati Luhan
kembali dan bahkan membawa gadis yang tadi ia pikir orang gila bersamanya.
“Kau?”
seru Hyorin dengan tatapan menyelidik pada Hye Ra.
Sementara Hye Ra hanya
mampu tertunduk karena secara tidak langsung ia sudah berpikir yang macam-macam
tentang keberadaan Hyorin di sana. Terlebih wanita itu sedang hamil.
Kali
ini Hyorin menatap Luhan menuntut penjelasan. “Bagaimana bisa kau bersama dia?
Tadinya ku pikir gadis ini orang gila.”
“Hmm…
noona. Ini Hye Ra. Kekasih Joonie hyung,” jelas Luhan akhirnya.
Mendengar
itu, tatapan Hyorin berubah. Tentu saja ia senang dengan berita tersebut. “Joon
memang pernah cerita sudah memiliki kekasih. Tentu saja setelah ku paksa. Dan
ternyata akhirnya aku bisa bertemu denganmu. Hmm… kau tidak datang bersama
Joon?” tanyanya.
Hye
Ra sontak melirik Luhan seperti meminta penjelasan.
“Joonie
hyung…”
“Minhyuk?”
seru Hyorin menyela perkataan Luhan. Sontak saja Luhan dan Hye Ra menoleh
kebelakang tempat Minhyuk memunculkan diri di sana.
***
Seseorang
mengetuk pintu kamar Joon dari luar. “Joon!” seru suara orang tersebut.
Joon
yang sempat tertidur, langsung terbangun karena suara ketukan itu. Joon
menyingkap selimutnya lalu bergegas membukakan pintu. Sosok Sungmin muncul di
sana. Joon langsung membukakan pintu lebih lebar lagi dan secara tigak langsung
ia menyuruh Sungmin untuk masuk ke dalam.
Sungmin
sendiri melangkah tanpa beban karena ia sudah mengantisipasi kejadian ini.
Menejer ‘Blue Flame’ tersebut menarik kursi untuk ia duduk, sementara Joon
menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.
“Kau
pasti menyadari aku di taman itu, kan?” ujar Joon dingin memulai pembicaraan.
Sungmin
hanya mengangguk menanggapinya.
“Dan
kau mengenal pemuda yang membawa Hye Ra tadi?”
Sungmin
kembali mengangguk lalu berujar, “dia Yong Hwa. Adikku.”
Joon
sontak membeku mendengarnya. “Apa kau bilang?” serunya memastikan bahwa ia
tidak salah mendengar.
“Tapi
ku rasa Yong Hwa dan Hye Ra tidak menyadari keberadaanmu di sana,” jelas
Sungmin sekaligus mengalihkan pikiran Joon tentang hubungannya dengan Yong Hwa.
“Karena jika iya, aku yakin Hye Ra tidak akan pergi dengan Yong Hwa. Yong Hwa
sendiri juga sudah bertunangan, dan kau sudah tahu itu.”
“Lalu,
di mana Hye Ra sekarang?” tanya Joon khawatir.
“Kami
sudah mengantarnya pulang. Kau tenang saja,” kata Sungmin menenangkan. “Kalau
boleh tau, kalian ada masalah? Ku lihat Hye Ra tadi tidak dalam kondisi baik.”
Sungmin berusaha membuat Joon senyaman mungkin untuk bercerita.
Joon
tidak langsung menjawab. “Ku rasa Minhyuk dan Hye Ra memiliki hubungan. Entah
apapun itu. Karena Minhyuk sampai memukulku tadi.”
“Min…
Minhyuk memukulmu?” tegas Sungmin sedikit tergagap. Sepasang kakak beradik yang
ia ketahui sangat rukun, tau-tau terlibat baku hantam seperti itu hanya karena
masalah yang belum jelas kebenarannya.
“Sudahlah,
hyung,” seru Joon enggan membahas hal tersebut. Pemuda itu kemudian bangkit
dari posisi duduknya. “Aku pulang dulu,” kata Joon setelah menyambar ponsel dan
jaketnya. Kemudian ia melesat pergi dari sana.
***
Hackyeon
berlari dan melesat ke luar rumahnya setelah menerima panggilan dari Yong Hwa
tadi. Pemuda itu mengatakan ia sudah berada di depan rumah Hackyeon.
“Ada
apa, hyung? Kau mengejutkanku dengan tiba-tiba menelpon lalu datang ke sini,”
seru Hackyeon saat menemukan Yong Hwa bersandar di badan mobilnya. Ia juga
buru-buru menghampiri pemuda itu.
Yong
Hwa menegakkan tubuhnya. Ke dua tangannya masih ia tenggelamkan ke dalam saku
celana. Ia menoleh sesaat sebelum merespon perkataan Hackyeon. “Kau mengenal
dekat dengan Minhyun? Kau tau bagaimana keluarganya? Siapa kekasihnya
sekarang?” cecar Yong Hwa sedikit tidak bisa menahan rasa penasarannya.
Hackyeon
sendiri tidak langsung menjawab. Pertanyaan Yong Hwa sedikit banyaknya cukup
mengejutkan. Pemuda itu kini sibuk memikirkan jawaban yang pas. “Minhyuk tidak
berniat merebut Sulli kembali darimu kan, hyung?” Di luar dugaan, Hackyeon
justru melemparkan pertanyaan lagi pada Yong Hwa.
Sebenarnya
Yong Hwa cukup terkejut dengan pertanyaan itu, namun ia berusaha setenang
mungkin menanggapinya. Hackyeon masih sepupuan dengan Sulli. Dan kemungkinan
besar ia memang tau tentang hubungan tunangannya dengan Minhyuk.
Yong
Hwa menggeleng. “Tolong jawab pertanyaanku.”
“Akh,
iya. Aku dan Minhyuk berteman sejak SMA. Kalau untuk keluarga, yang aku tahu
Minhyuk punya seorang kakak perempuan dan laki-laki. Hyorin noona dan Lee Joon
hyung, kau tahu ‘Blue Flame’? kakak laki-lakinya itu Lee Joon vocalis ‘Blue
Flame’. Tapi kalau untuk masalah kekasih, aku kurang tau. Terlebih setelah ia
memutuskan untuk melepaskan Sulli,” jelas Hackyeon panjang lebar tanpa
hambatan.
“Kalau
begitu, apa Minhyuk tahu siapa kekasih Lee Joon?”
“Lee
Joon hyung?” ulang Hackyeon meyakinkan. “Minhyuk tidak pernah cerita apapun
tentang hal itu selain kalau Lee Joon hyung pernah menyukai seorang model
bernama Im Yoona. Hanya itu. Lagi pula, untuk apa hyung menanyakal hal tentang
Lee Joon hyung? Maaf, bukannya apa. Tapi jika kau ingin tahu, kau bisa
mencarinya di internet. Kau tahu kan ‘Blue Flame’ sudah cukup terkenal,”
sarannya hati-hati. Takut menyinggung hati Yong Hwa.
“Informasi
yang aku butuhkan bukan sekedar berita yang tersebar di media. Tapi lebih dari
itu. Berita yang hanya diketahui oleh orang-orang terdekat saja,” kata Yong
Hwa.
Hackyeon
tampak menghembuskan napasnya, kasar. “Walaupun aku dekat dengan Minhyuk dan
cukup mengenal Luhan, tapi ku rasa tidak semudah itu juga mengetahui berita
pribadi member ‘Blue Flame’.”
Yong Hwa
tampak mengangguk mengerti. Tidak mungkin ia mendesak Hackyeon. Pemuda itu
sudah menceritakan semua yang ia ketahui. “Pertanyaan terakhir. Apa kau tahu
Minhyuk masih memendam perasaan pada Hye Ra?”
“Aku
tidak tahu pasti. Tapi yang jelas, mereka terlibat suatu proyek renovasi butik.
Dan kalau melihat dari reaksi Minhyuk jika bertemu Hye Ra, ku rasa Minhyuk
masih menyukainya.”
Yong Hwa
diam setelah mendengar penjelasan Hackyeon tadi.
“Maaf,
hyung.” Suara Hackyeon tampak membuyarkan lamunan Yong Hwa. “Apa terjadi
sesuatu?” tanyanya hati-hati. Namun karena hal tersebut cukup melibatkannya,
Hackyeon memberanikan diri bertanya.
“Entahlah,”
kata Yong Hwa tak yakin. “Sepertinya ada kesalahpahaman di sini.” Yong Hwa
tampak menepuk pundak Hackyeon. “Sudahlah. Tidak perlu kau pikirkan. Tapi yang
jelas, aku cukup berterima kasih untuk semua informasi darimu. Aku pulang dulu,”
pamit Yong Hwa kemudian.
“Hati-hati,
hyung,” seru Hackyeon sebelum Yong Hwa benar-benar masuk ke dalam mobil.
***
Hye Ra
dan Luhan masih berada di apartmen Joon. Mereka bahkan dapat pinjaman pakaian
ganti karena pakaian mereka sebelumnya basah. Hye Ra mengenakan mini dress
santai beserta kardigan milik Hyorin. Sementara Luhan dipinjami kaos dan celana
training. Mereka saat itu tengah duduk di ruang tamu dengan kondisi saling diam
dan terasa cukup canggung. Terutama antara Hye Ra dan Minhyuk.
Sementara
Hyorin tampak berada di dapur untuk mengambil sesuatu. “Minhyuk!” teriak wanita
itu dari arah dapur. “Di mana Joon meletakkan kotak obat?”
“Kotak
obat?” ulang Minhyuk seraya berpikir. Walau sudah beberapa minggu ia tinggal di
sana, namun ia belum menguasai tiap sudut apartmen tersebut. “Ada di…” serunya
terpotong karena tidak menemukan jawaban yang tepat.
Hyorin
bahkan sampai ke luar karena kesal Minhyuk tidak juga menjawabnya. “Di mana?”
“Di…”
Minhyuk kembali kehilangan kata-kata.
“Di
dekat wastafel,” ujar Hye Ra. Dan tanpa curiga, Hyorin langsung kembali ke
dapur. Sedangkan Minhyuk menatap cewek itu intens. Luhan sendiri hanya diam
mengawasi tanpa berbuat apa-apa.
“Kau?”
desis Minhyuk dengan suara tertahan.
Hye Ra
menoleh dengan tatapan yang kurang bersahabat. “Dulu apartmen ini milikku. Lalu
sekarang menjadi milik Joon. Dan sekarang aku mohon padamu untuk mengembalikan
cincinku,” ujar Hye Ra datar namun terdengar cukup memerintah. Responnya untuk
Minhyuk tidak seramah biasanya.
“Cincin
apa?” balas Minhyuk. Tentunya ia pura-pura tidak tahu tentang cincin yang di
maksud oleh Hye Ra.
Luhan
kini terlihat cukup khawatir dengan ke duanya. Ia ingin melerai, namun bingung
memutuskan hal apa yang harus ia perbuat. Terlebih ia mengetahui cerita Hye Ra
sebelum mereka datang ke sana. “Sepertinya
aku salah membawa Hye Ra ke sini,” sesal Luhan sambil mengacak rambutnya,
frustasi.
Minhyuk
dan Hye Ra masih saling melempar tatapan yang sulit untuk diartikan. Beruntung Hyorin
sudah terlanjur datang dan menginterupsi hawa dingin di antara mereka. Hyorin
duduk di samping Hye Ra dan berniat mengobati luka gadis itu karena ia sudah
membawa obat luka di tangannya.
“Kalau
aku terlalu kasar, katakan saja,” ujar Hyorin lembut. Setelah Hye Ra mengangguk
dan menunjukkan senyumannya, barulah Hyorin mulai bergerak mempersiapkan
obat-obatan di tangannya. Ia lalu menempelkan kapas yang sudah di tetesi obat
ke lutut Hye Ra.
Luhan
mengawasi Hye Ra dan Hyorin dengan cukup khawatir. Berbeda dengan Minhyuk yang
tampak tak ingin peduli dan lebih memilih untuk memfokuskan diri pada sebuah tanyangan
di televisi.
“Sudah,”
seru Hyorin yang kemudian langsung membereskan peralatan yang tadi ia gunakan. Ia
tersenyum menatap wajah manis Hye Ra. “Ternyata kau gadis yang kuat. Tadinya ku
pikir kau akan kesakitan.”
Hye Ra
hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Hyorin. “Luka ini tidak seberapa dibandingkan dengan luka hatiku karena
diacuhkan Joon,” lirih gadis itu dalam hati setelah Hyorin melesat ke dapur
untuk mengembalikan obat tadi.
***
Joon menghentikan
mobilnya di sebuah pelataran parkir. Cukup lama ia diam di dalam sana sebelum
akhirnya memutuskan untuk ke luar dari mobilnya. Pemuda itu sudah berada di
gedung apartmennya. Alasan ia ke sana hanya satu, karena ia sudah berjanji pada
Hyorin akan pulang ke apartmen. Tentu Joon tanpa berpikir dua kali untuk
setuju. Apartmen itu miliknya, dan Hyorin adalah kakaknya. Namun yang
mengganjal sekarang karena kejadian beberapa waktu lalu yang melibatkan ia dan
Minhyuk.
Dengan
langkah berat, Joon menyeret kakinya ke dalam. Perjalanan dari parkiran sampai
depan pintu apartmennya terasa cukup lama. Berkali-kali Joon meyakinkan dirinya
untuk masuk ke sana. Joon menghirup udara dalam-dalam sebelum akhirnya membuka
pintu lalu masuk ke dalam.
Pemuda
itu mendapati Hyorin muncul dari dapur. Sementara Minhyuk seakan tidak
menyadari kehadirannya dan masih menonton televisi dengan tidak minat.
Hyorin
melangkah mendekati Joon. “Kenapa kau tidak menemui kekasihmu? Dia sampai
datang ke sini.”
Mendengar
itu, Joon melebarkan matanya. “Maksudmu Hye Ra?” seru Joon memastikan. Ada setitik
kebahagiaan yang menyelimuti hatinya. Namun rasa kesal dan bersalah itu
bercampur hingga akhirnya sedikit lebih mendominasi.
“Memangnya
kau memiliki berapa kekasih?”
Joon tidak
menjawab dan lebih memilih melirik ke tempat Minhyuk berada. Pemuda itu masih
mengacuhkannya. Namun Joon sadar itu hanya trik. Minhyuk sendiri juga sebenarnya
cukup tegang dengan ucapan Hyorin yang secara tidak langsung menegaskan bahwa
Joon dan Hye Ra benar-benar menjalin sebuah hubungan.
“Tentu
saja hanya Hye Ra. Memangnya kau pikir aku punya berapa?” tegas Joon pada
Hyorin dan tentu saja pada Minhyuk juga. Namun ia tidak mengetahui jika ada
seseorang lagi di antara mereka yang mengawasi dari balik pintu toilet. Tidak terlalu
jauh dari tempat Joon berdiri sekarang.
Itu Hye
Ra. Gadis itu masih di sana. Namun Luhan sudah pulang beberapa menit sebelum
Joon sampai. Mendengar ucapan Joon tadi, membuat Hye Ra mengukir senyumnya. Ia percaya
Joon hanya membutuhkan waktu sehingga tega meninggalkannya tadi di taman.
Perlahan Hye Ra membuka pintu kamar mandi hingga menimbulkan sedikit suara deritan
yang sontak saja membuat Joon dan Hyorin menoleh.
“Joon,”
ujar Hye Ra lirih. Ia benar-benar merindukan kekasihnya itu meski mereka sudah
bertemu sebelum di sini. Namun kondisi yang terjadi justru di luar dugaan.
Joon sendiri
juga sudah hampir melangkahkan kaki dan berniat memeluk Hye Ra. Namun sekuat
tenaga ia menahan semua karena melihat mata Hye Ra. Sisa air mata masih
terlihat. Tadi, saat pemuda itu ingin kembali karena menyesal telah membuat Hye
Ra menangis, ia justru melihat kekasihnya bersama pemuda lain. Bukan Minhyuk,
tapi Yong Hwa.
“Kau
ingin menginap di sini?” tanya Joon datar. “Kau bisa sekamar dengan noonaku. Kalian
juga sudah saling kenal, kan?” lanjutnya. Kali ini ia juga sempat melirik
Hyorin.
“Joon!”
pekik Hyorin seakan mengingatkan adiknya. Aura yang ditunjukkan Joon membuatnya
merasakan hal aneh di sana. Joon dan Hye Ra sedang terlibat masalah. Dan itu
sangat jelas terlihat. “Kau…” Kata-kata Hyorin terputus karena Joon sudah lebih
dulu melesat masuk ke dalam kamarnya. “Aku belum selesai…” Hyorin kehilangan
kata-kata lagi. Kali ini karena ia melihat Hye Ra melangkah ke arah pintu. Dan Hyorin
justru lebih memilih untuk mengejar Hye Ra. Sedikit tidak peduli dengan
kondisinya yang tengah mengandung.
Hye Ra
sempat berhenti di ambang pintu dan menoleh ke dalam. Ia melihat Hyorin di
sana. “Eonnie, aku…” Hye Ra tak bisa melanjutkan ucapannya karena terinterupsi
oleh air matanya sendiri.
Hyorin
menggenggam salah satu tangan Hye Ra sambil menatap lembut ke mata gadis itu. “Aku
tidak akan memaksa kau untuk bercerita. Tapi ku mohon bertahanlah di sini. Aku tidak
akan mengijinkan kau pulang karena ini sudah malam,” pinta Hyorin
sungguh-sungguh. Ini pertemuan pertamanya dengan Hye Ra, namun ia sudah sangat
menyayangi gadis itu.
Hye Ra
sempat mengalihkan pandangannya karena ia melihat Minhyuk di sana yang tengah
menatapnya juga. Tatapan posesif yang belum pernah ia lihat dari seorang
Minhyuk selama ini. Hye Ra membalasnya dengan tatapan tajam dan menegaskan
bahwa ia adalah kekasih Joon. Namun Minhyuk justru dengan tidak merasa bersalah
sama sekali, balik badan dan meninggalkan tempat itu.
“Hye
Ra?” seru Hyorin menyadarkan Hye Ra dari lamunannya. Secara tidak langsung ia
juga ingin menanyakan jawaban Hye Ra tentang permintaannya.
Gadis
itu menyerah dengan keadaan. Ini sudah malam, dan tubuhnya juga sudah cukup
lelah. Belum lagi luka yang membuat kakinya sedikit lemah. Hye Ra akhirnya
mengangguk.
***
Joon tampak
ke luar dari dalam kamarnya sambil membawa bantal dan selimut. Namun Joon
kembali menyembunyikan diri karena mendapati Hye Ra dan Hyorin di dekat pintu
ke luar. Hye Ra tampak mengangguk yang kemudian langsung di tarik oleh Hyorin
ke dalam pelukannya.
Kemudian, Minhyuk muncul
dari arah dapur dan membuat Joon melanjutkan langkah. Ia melempar barang-barang
yang ia bawa ke atas sofa sambil menatap Minhyuk penuh arti. Minhyuk sendiri
hanya menatap bingung apa yang dilakukan kakaknya tersebut.
“Kau
menyuruh Minhyuk tidur di luar?”
Joon yang
tahu kalau itu suara Hye Ra, sama sekali tak menolehkan kepalanya. “Kau
keberatan?” tanya Joon seolah menantang. Masih tidak menatap Hye Ra.
“Tapi
di sini ada dua kamar,” balas Hye Ra.
Joon menolehkan
perlahan kepalanya ke tempat Hye Ra berada. “Apartmen ini milikku. Dan aku
berhak mengatur segalanya,” kata Joon dingin. Ia seperti bukan berbicara dengan
kekasihnya, tapi musuh. “Kau boleh saja protes. Tapi malam ini aku sama sekali
tidak mengijinkan Minhyuk masuk ke dalam kamarku.”
“Tapi…”
“Kalau
begitu, Minhyuk bisa tidur dengan noona, dan kau bersamaku,” putus Joon dengan
tatapan menantang.
Minhyuk
dan bahkan Hyorin sudah ingin buka mulut untuk menentangnya, namun Hye Ra sudah
lebih dulu menyelak. “Minhyuk bisa tetap tidur di luar.”
Mendengar
itu, Joon tersenyum samar.
“Dan
aku akan menemaninya,” seru Hye Ra dengan beraninya merespon tantangan dari
Joon.
***
Hye Ra mengangguk lemah dengan mata yang terpejam sesaat. Sakit karena terpaksa teringat kembali kejadian tadi. “Minhyuk… Minhyuk, dia… Dia memukul Joon.”
BalasHapusMata Luhan sontak melebar. “Kenapa Minhyuk melakukan itu?”
Hye Ra menggeleng. Itu pertanyaan yang sejak tadi tidak sama sekali ia dapati jawabannya. “Tidak tahu. Saat itu Joon tengah memelukku dari belakang.”
“Mungkinkah…” desis Luhan pelan tanpa berniat melanjutkan ucapannya. “Kau tau Minyuk selama ini memiliki perasaan padamu?”
Mendengar ucapan Luhan, Hye Ra mendongak kemudian menggeleng. “Aku tidak pernah tau.”
Luhan menatap Hye Ra gemas karena kepolosan gadis itu. “Ya sudah,” ujarnya mengalah. “Kau bawa mobil atau tidak? Biar ku temani pulang.”
-> ternyata Luhan gemes juga sama kepolosannya Hye Ra.. hahaha
Bagian terakhir, Dan aku akn menemaninya..
-> kagak takut tuh Joon ngamuk lagi.. hmm parah juga nih Hye Ra gak menghargai perasaannya Joon..