Author : N-Annisa (@nniissaa11)
Main Cast :
·
Lee
Hongbin (Vixx)
·
Krystal
Jung (Fx)
·
Yook
Sungjae (BtoB)
Support Cast :
·
Kwon
Yuri (SNSD)
·
Park
Cheondung (M-Blaq)
·
Son
Naeun (A-Pink)
·
Park
Hyungsik (Ze:a)
·
Other
member VIXX
Genre : romance, friendship, yaoi
Length :
3 shoot
Summary :
“Aku tau tentang kamu. Pacarnya Cheondung. Mahasiswa tingkat
akhir S2 di sini. Dan kalau kamu berani bocorin hubunganku dengan Sungjae.
Bakal aku pastiin foto kita akan sampai di tangan Cheondung dan ngancurin
hubungan kalian.”
***
“Hyungsik
kenapa baru sekarang sih, bawa cewek itu jadi fotografer di sini?” seru Won Sik
saat ia dan lima temannya kembali ke ruang ganti untuk menukar pakaian mereka.
“Inget
pacar kamu, Won!” sahut Hackyeon yang berjalan tepat di belakang Won Sik.
Won
Sik hanya terkekeh menanggapinya. Sementara yang lain mulai membuka baju yang
mereka pakai saat pemotretan tadi. Namun Hongbin lebih memilih ke dalam bilik
untuk mengganti pakaiannya dari pada di luar sana. Cowok itu nggak mau melihat
tubuh-tubuh bagus teman-temannya yang secara tidak langsung akan saling
mengekspos.
Ucapan
Sungjae pada Hongbin tentang takdir antara pria dan wanita benar-benar sukses
meracuni otak cowok itu. Hongbin tak ingin ketidak normalannya semakin parah
jika ia ‘mungkin’ melihat tubuh-tubuh indah temannya sesama model. Cukup
Sungjae yang membuatnya seperti itu.
“Won
Sik sih nggak ngaruh udah punya pacar atau belum,” ledek Jaehwan. Bahkan
suaranya masih bisa terdengar sampai tempat Hongbin berada saat ini.
“Tapi
tadi aku sempet nanya, ternyata dia kuliah di tempatnya Hongbin, loh. Sama-sama
semester akhir,” jelas Wok Sik kemudian.
“Hongbin
sih udah lagi lanjut S2,” sela Hackyeon.
Mendengar
itu, Hongbin sempat menghentikan kegiatannya saat ingin membuka kancing kemeja
yang melekat ditubuhnya. Tentu ia berpikir keras tentang ucapan Won Sik
tersebut.
“Kamu
nggak kenal, Hong?” teriak Wok Sik. Jelas tujuannya adalah Hongbin yang berada
di dalam. “Kalo dia sih, aku yakin pasti kenal kamu,” lanjutnya.
Sementara di dalam, Hongbin
tampak berpikir keras tentang Krystal. “Kayaknya sih, iya. Aku pernah liat dia
di kampus.” Hongbin berujar pelan saat akhirnya teringat tentang Krystal.
Kemarin, saat ia mengira ada Sungjae di area parkir kampus.
Setelah
selesai berganti pakaian, Hongbin langsung bergegas ke luar bilik. “Berarti dia
adik kelas aku,” ujarnya saat memunculkan diri. Hongbin lalu menjatuhkan diri
ke atas sofa, tepat di samping Taekwoon yang sedang mengikat tali sepatunya.
“Jae,
jadi bareng sama aku atau Hackyeon?” tanya Taekwoon pada Jaehwan. Namun
tatapannya tetap fokus mengarah sepatunya.
“Jaehwan
sama aku aja, deh. Sekalian ada yang mau aku ambil di rumahnya dia.” Hackyeon
yang menjawab dan dibalas anggukan oleh Taekwoon.
Setelah itu, satu-persatu
dari mereka bersiap untuk meninggalkan ruangan tersebut. Dan yang terakhir
terlihat berdiri adalah Hongbin. Namun yang lain tampak menunggu untuk keluar
bersama-sama. Kemudian Hongbin terlihat menyambar ranselnya lalu menyusul
teman-temannya yang mulai berjalan. Tak lupa syal pemberian Sungjae yang seakan
tak pernah ia abaikan begitu saja.
Mereka
saling mengobrol satu sama lain. Namun Hongbin terlihat hanya lebih fokus pada
Taekwoon karena mereka berjalan dibarisan terakhir. Sesampainya di area
parkiran, beberapa dari mereka tampak berpencar. Terutama Hongbing yang kini
berjalan sendiri.
Sambil
memain-mainkan kunci mobil ditangannya, Hongbin berjalan santai. Sementara
tatapannya tanpa sadar menoleh ke kiri. Tempat sebuah mobil baru saja
terparkir. Kaki cowok itu tetap melangkah, tapi matanya justru seperti tak
ingin melepaskan tatapan pada mobil tersebut.
“Kayak
mobil Sungjae?” gumam Hongbin pelan. Dan akhirnya ia memutuskan untuk
benar-benar berhenti. Hongbin bahkan sampai cepat-cepat berbalik dan
menghampiri pintu pengemudi tanpa ada rasa ragu sedikit pun.
***
Hongbin
sudah berada di dalam mobil tersebut yang memang benar milik Sungjae. “Aku
pikir kamu ke sini karena pengen ketemu aku,” goda Hongbin dengan penuh percaya
diri.
Sungjae
terkekeh sebentar. “Kamu kan tadi cuma bilang ada pemotretan di studio. Tapi
nggak ngasih tau jelas studio mana yang kamu maksud.” Tangan Sungjae dengan
lihainya menggamit lengan Hongbin hingga membuat cowok itu mengacak rambut
Sungjae dengan tatapan gemas.
“Tapi
kenapa bisa pas banget ya kita ketemu di sini?” seru Sungjae takjub.
Saat
bersama Sungjae seperti ini, nampaknya membuat Hongbin enggan melepaskan
senyumannya. Begitu pula sebaliknya. Senyum lebar juga terpampang jelas di
wajah Sungjae. Mereka kemudian tenggelam dengan obrolan-obrolan seru. Sampai
akhirnya pintu di samping Hongbin dibuka oleh seseorang.
“Jae…
makasih udah…” ucapan cewek itu sontak terputus seiring dengan tatapan Sungjae
juga Hongbin yang sama terkejutnya. Krystal melebarkan mata saat Sungjae dan
Hongbin yang bahkan belum merubah posisi mereka sejak tadi. Kali ini tatapan
tajam Krystal tertuju pasti untuk Sungjae. “Jadi… Hongbin…” ujarnya lirih.
Tanpa bisa melanjutkan ucapannya, Krystal lebih memilih menutup pintu dengan keras
dan melesat pergi meninggalkan mereka di sana.
Dengan
perasaan yang bercampur aduk, Krystal melangkah cepat tanpa menoleh ke
belakang. Mungkin sepertinya ia juga tak peduli jika salah satu dari Hongbin
atau Sungjae mengejarnya. Cewek itu langsung menghentikan taksi saat ia sudah
berada di tepi jalan.
***
Pagi
itu, Krystal tampak turun dari bus yang mengantarnya hingga halte depan kampus.
Cewek itu mengenakan kacamata untuk sedikit menutupi lingkaran hitam disekitar
matanya. Semalaman ia sulit tidur karena memikirkan tentang Hongbin dan
Sungjae. Jika bukan Hongbin, mungkin Krystal tidak akan seperti ini. Ia bahkan
sempat menangis selaman.
Dan saat melangkah menuju
gerbang kampusnya, Krystal mendapati Hongbin di sana. Menyadari bahkan menatap
intens pada cewek itu. Krystal sempat menghentikan langkahnya sesaat. Terutama
karena ia menangkap syal pemberian Sungjae yang menjuntai pada ransel cowok
itu. Namun sekuat tenaga ia berusaha mengabaikan keberadaan Hongbin yang
memberikan tatapan tak bersahabat untuknya.
Krystal
sudah berhasil melintasi Hongbin. Tapi ternyata, cowok itu justru mengikuti
Krystal dari belakang dengan sebelumnya memakai topi dan kacamatanya serta syal
yang ia lilitkan dileher. Krystal memasuki lift. Tentu Hongbin juga melakukan
hal yang sama. Tidak hanya mereka berdua di sana. Namun usaha Hongbin ternyata
berhasil. Tak satu pun cewek di sana yang menyadari keberadaannya. Termasuk
Krystal.
Sampai
di lantai 6, Hongbin melangkah ke luar karena Krystal sudah lebih dulu
melakukannya. Suasana di sana tidak terlalu ramai. Hongbin mensejajarkan
langkahnya. Lalu seolah hanya ingin mendahului, ternyata tangan Hongbin
menyambar tangan Krystal dan menyeret cewek itu ke suaru tempat.
“Hei!
Siapa kamu! Lepas!” jerit Krystal berusaha memberontak. Ia bahkan sampai
memukuli tangan Hongbin yang justru tak bereaksi apa-apa. Namun pukulannya
melemah saat melihat syal yang dikenakan Hongbin. Sampai akhirnya, tanpa sadar
ternyata Krystal dibawa hingga atap kampus yang hanya butuh menaiki sebuah
tangga saja dari lantai 6.
Hongbin
menutup pintu dibelakangnya. Lalu setelah melepaskan Krystal, ia membuka semua
benda yang menutupinya. Hongbin tampak lega setelah benda-benda itu sudah tidak
menyembunyikan wajahnya.
“Hongbin…”
Krystal bergumam samar.
Hongbin
menghirup oksigen dalam-dalam sebelum akhirnya membalas tatapan Krystal yang
kini justru menghindari tatapannya. “Kamu tahu hubunganku dengan Sungjae?”
Dengan
gugup Krystal menatap mata indah milik Hongbin. Namun sesekali ia juga melempar
tatapan ke arah lain. Langkah kaki cewek itu mulai bergerak mundur seiring
Hongbin yang mendekat. Sampai akhirnya sebuah tembok membuat Krystal tak bisa
menjauh lagi dari wajah Hongbin yang kian mendekat.
Saat
Krystal sudah tersudutkan, Hongbin justru tak mengurangi jarak antara mereka.
Tangan kiri cowok itu terangkat dan tak diduga Hongbin menarik tengkuk Krystal.
Sedetik kemudian, bibir Hongbin mendarat paksa di atas bibir pink milik Krystal. Cewek itu hanya
mampu membulatkan matanya seiring terdengar suara ‘klik’ seperti pada sebuah
kamera.
Dengan
kasar Krystal mendorong tubuh Hongbin menjauh. Tatapan cewek itu tajam menusuk
mata Hongbin sambil menyeka bibirnya seolah menunjukkan kekecewaannya pada
ciuman tersebut. Namun Hongbin justru tampak tersenyum penuh kemenangan. Dan
suara kamera tadi ternyata berasal dari ponsel Hongbin yang ia gunakan untuk
memfoto adegan ‘ciuman’ tadi.
“Aku
tau tentang kamu. Pacarnya Cheondung. Mahasiswa tingkat akhir S2 di sini,”
desis Hongbin dengan nada dingin. “Dan kalau kamu berani bocorin hubunganku
dengan Sungjae. Bakal aku pastiin foto kita akan sampai di tangan Cheondung dan
ngancurin hubungan kalian.” Dengan wajah tersenyum puas, Hongbin memberikan
sebuah ancaman serius.
Krystal
melirik ponsel di tangan Hongbin. Tepat saat layarnya masih memajang foto tadi.
Hongbin terlihat serius seperti mereka benar-benar memiliki hubungan khusus.
Dan kali ini, Krystal yang tampak tersenyum. “Kamu pantes kalo jadi aktor,”
ujarnya yang sukses membuat Hongbin bingung. Belum lagi senyuman Krystal yang
terlihat penuh arti. “Foto kita bener-bener sempurna.”
***
“Hongbin
mana, sih?” Sungjae berdecak kesal karena panggilannya selalu diabaikan oleh
Hongbin. Namun cowok itu tak lelah untuk kembali menghubungi Hongbin. Di saat
yang bersamaan, Sungjae melihat seseorang turun dari tangga yang mengarah ke
atap kampus. “Krystal?”
Krystal
menghentikan langkah saat mendapati Sungjae mendekat. Buru-buru ia mengalihkan
pandangannya agar Sungjae tidak melihat kalau mata cewek itu berkaca-kaca.
Beruntung Krystal masih mengenakan kacamata berbingkai hitamnya.
“Temuin
tuh pacar kamu,” kata Krystal sambil mengarahkan lirikannya ke belakang.
Sungjae
mendongak. Dan benar saja, Hongbin menampakkan diri dari arah tangga tempat
Krystal muncul tadi. Krystal sendiri langsung pergi dari sana tanpa pamit.
Cewek itu melesat menuju toilet lalu mengunci dirinya di dalam salah satu
bilik. Krystal melepas kacamata, sementara tangannya yang lain membukan kran
air agar suara air tersebut bisa meredam tangisannya.
“Kenapa
harus Hongbin?” lirih Krystal sambil mencengkeram pakaiannya dibagian dada
sebelah kiri.
***
“Krystal
nggak mungkin ngebongkar rahasia kita!” desis Sungjae penuh dengan penekanan. Tentu
ia harus benar-benar menjaga ‘rahasia’ antara dirinya dengan Hongbin.
“Siapa
yang tau, Jae!” Hongbin membalas.
“Aku
percaya Krystal. Karena aku lebih tau dia dari pada kamu!” Sungjae masih tak
ingin terlihat kalah. Jelas ia menolak pernyataan Hongbin tentang Krystal.
Hongbin
menatap Sungjae, dalam. “Lebih tau?” ulangnya untuk memastikan. Tiba-tiba ia
teringat sesuatu. “Krystal itu sahabat leuke…”
“Nggak
usah dipertegas untuk masalah penyakit Krystal.” Sungjae terdengar tak suka
dengan cara Hongbin menyebut Krystal. Sungjae menghela napas, panjang. Seakan
kecewa dengan perlakuan Hongbin pada Krystal. Tentu Hongbin sudah menceritakan
semua yang ia lakukan kepada Krystal di atap tadi. “Krystal nggak seburuk yang
kamu pikir.” Sungaje membalikkan badan karena tak sanggup berhadapan lebih lama
dengan Hongbin.
“Kamu
marah?” Hongbin terdengar bersuara untuk menghentikan langkah Sungjae.
Sungjae
pun menghentikan langkah. Namun bukan karena suara Hongbin. Melainkan karena
kehadiran seorang cewek di sana. “Naeun?” ujarnya pelan tapi tetap bisa
terdengar oleh Hongbin.
“Aku
duluan,” seru Hongbin yang jelas merasa sedikit tak nyaman karena kehadiran
Naeun. Cewek itu adalah seseorang yang dijodohkan pada Sungjae. Tentu Hongbin
lebih memilih tidak berada di antara mereka.
***
“Sungjae!”
Hongbin melangkah cepat. Mengejar Sungjae yang terlihat dengan sengaja
menghindarinya. “Kamu tau di mana Krystal?”
Mendengar
Hongbin menanyakan tentang Krystal, justru membuat Sungjae semakin mempercepat
langkahnya.
Hongbin
sendiri masih terus mengejar tanpa putus asa. “Aku nanya kamu, Jae. Ini
penting. Di mana Krystal? Atau kamu kasih nomor dia ke aku. Biar aku yang
telepon.” Hongbin bahkan sudah mempersiapkan ponselnya untuk mencatat nomor
ponsel Krystal.
Sungjae
berhenti dengan tatapan tajam menusuk mata Hongbin. “Masih berani nanyain
Krystal setelah apa yang kamu lakuin ke dia kemarin?”
Hongbin
menurunkan tangannya. Jelas, Sungjae tak akan memberikan nomor ponsel Krystal
padanya. “Cheondung berhubungan sama kakak aku, Yuri.” Hongbin langsung berujar
ke pokok permasalahan. Karena jika tidak seperti itu, mungkin Sungjae akan
langsung melesat pergi dari hadapannya.
Flashback…
Seusai
ditinggal Sungjae pergi bersama Naeun di kampus tadi, Hongbin langsung kembali
ke rumah. Membatalkan niat untuk melanjutkan kuliah. Bahkan tak satu kelas pun
yang ia hadiri pagi itu. Di halaman rumah mewahnya tersebut, ada sebuah mobil
yang tampak asing terparkir di sana. Tanpa harus menyibukkan diri
menebak-nebak, Hongbin lebih memilih untuk segera melesat masuk.
Hongbin
melangkahkan kaki ke arah tangga untuk segera naik menuju kamarnya yang berada
di lantai 2 rumah tersebut. Ia bahkan tak bersuara apa pun sebagai tanda ia
sudah kembali ke rumah itu.
“Hongbin!”
Langkah
cowok itu terhenti saat mendengar suara Yuri meneriaki namanya dari arah ruang
tengah. Dengan terpaksa, Hongbin berhenti tepat di tengah-tengah tangga, lalu
berbalik. Ia mendapati Yuri berdiri di depan sofa bersama dengan seorang cowok
dengan wajah tak asing lagi baginya.
“Kok
udah pulang aja? Bukannya kamu baru berangkat?” tanya Yuri. Namun tampaknya
Hongbin enggan untuk menjawab. “Aku mau ngenalin kamu sama seseorang, nih.”
Dengan penuh semangat, Yuri menarik tangan cowok di sampingnya ke tempat
Hongbin berada. Hongbin juga tampak melangkah menuruni tangga.
Cowok
itu mengulurkan tangan setelah berhadapan dengan Hongbin di bawah tangga.
“Cheondung. Aku pacarnya Yuri.”
Hongbin
tidak berkata apa-apa. Padahal ia sudah membalas uluran tangan cowok itu. “Aku
ke atas dulu.” Hanya itu yang Hongbin katakan sebelum akhirnya melangkah cepat
ke atas.
Flashback end…
“Kamu
yakin mereka orang yang sama?” seru Sungjae yang tak begitu saja percaya dengan
ucapan Hongbin. Meski sebenarnya itu hanya untuk memastikan. Ia hanya tak ingin
Krystal terluka jika itu benar-benar Cheondung yang ia ketahui sebagai kekasih
Krystal.
Hongbin
tersenyum meremehkan. “Aku punya banyak mata-mata di sini. Bukan hal sulit
untuk cari tau tentang Krystal, Cheondung atau siapa pun di kampus ini.”
Hongbin menunggu Sungjae kembali bereaksi. “Mungkin kamu punya foto Cheondung
biar lebih meyakinkan aja. Soalnya kamu kayak nggak percaya sama aku.”
Sungjae
memaksakan diri untuk menatap Hongbin. “Apa yang bakal kamu lakuin ke Krystal?”
“Akh…
sayang banget kalo Krystal bener-bener tutup mulut tentang hubungan kita.”
Hongbin melirik jahil ke arah Sungjae yang menatapnya tajam. “Padahal aku
pengen ngabocorin foto kami ke Cheondung. Sesuai perjanjianku sama Krystal.”
“Hongbin!”
cegah Sungjae karena ‘pacarnya’ itu sudah ingin melangkah pergi. “Jangan sampe
apa yang kamu lakuin berakibat fatal ke Krystal.”
“Haaah…!”
Hongbin mendesah berat. “Sebenernya pacar kamu tuh aku atau Krystal, sih?
Perhatian banget?”
Sungjae
justru tersenyum pahit mendengarnya. “Terus, kenapa kamu juga pusingin masalah
Cheondung sama Krystal?”
Hongbin
sudah membuka mulut, namun tak ada kata yang ke luar dari bibirnya. Ia kini
justru juga sibuk berpikir alasan yang tepat. Padahal ia juga tak tau pasti apa
yang membuatnya seperti itu. “Karena kakakku juga pacaran sama si Cheondung
itu!” seru Hongbin akhirnya.
***
Krystal
menerima sebuah panggilan dari telepon restoran tempat ia bekerja siang itu.
“Dengan Destiny Resto. Ada yang bisa kami bantu?” Sementara tangan kanan cewek
itu sibuk mencatat pesanan dari penelepon tersebut. “Akan kami antar
secepatnya. Terima kasih,” ujarnya sebelum mengakhiri pembicaraan. “Jiyeon!”
Krystal memanggil salah satu temannya tersebut untuk memberikan catatan pesanan
tadi. “Aku siap-siap dulu. Nanti aku yang nganter pesanannya.”
“Oke,”
Jiyeon berujar pasti.
Krystal
sempat menatap pantulan wajahnya dicermin. Terlihat sedikit pucat. Ia sendiri
juga sedikit merasa pusing. Namun hal tersebut tidak menghalangi niatnya untuk
bekerja. Belum lagi sebuah tanggung jawab ada di depan matanya saat ini.
Beberapa
menit kemudian, Krystal telah siap lalu mengambil bungkusan pesanan
pelanggannya. Dengan menggunakan sepeda motor, Krystal mengantarkan pesanan
kesebuah alamat yang berada di sebuah perumahan mewah. Segera saja Krystal
menekan bel milik rumah tersebut.
***
“Hongbin! Buka pintunya!”
Mendengar
teriakan Yuri di luar kamarnya, membuat Hongbin justru semakin menenggelamkan
wajahnya dibalik selimut. Terganggu dengan perlakuan kakaknya.
“Ada yang mau kakak omongin. Penting, dek!” teriak
Yuri lagi dari luar kamar Hongbin. Yuri bahkan sampai menggedor-gedor pintu
karena sama sekali belum ada respon dari si pemilik kamar.
Dengan
kasar Hongbin menyingkap selimutnya. Cowok itu mengangacak rambutnya, kesal.
“Iya, Kak!” teriak Hongbin akhirnya. Ia lalu memaksakan langkah untuk
membukakan pintu.
Baru saja Hongbin memutar
anak kunci, pintu sudah langsung dipaksa buka oleh Yuri dari luar. Yuri
menerobos masuk dengan tak sabar. Cewek itu bahkan sampai mendorong Hongbin ke
dalam sambil menutup pintu kamar kembali. Tak lupa Yuri juga menutup kembali pintu
tersebut.
Yuri
menatap Hongbin, dalam. “Kamu nggak mungkin kayak gitu, kan?” serunya membuat
Hongbin justru tampak kebingungan.
“Kayak
gitu gimana?” Hongbin balik bertanya. Jelas ia tak mengerti dengan semua ucapan
Yuri. “Emang aku ngapain sih, Kak?”
Yuri
menghirup oksigen dalam-dalam. “Kamu masih normal, kan?” desis Yuri dengan
suara pelan namun penuh penekanan. “Kamu nggak mungkin pacaran sama co…”
Mengerti
maksud ucapan kakaknya, Hongbin menyelak ucapan Yuri. “Kakak denger berita itu
dari mana?” Hongbin bertanya pelan. Tentu ia berusaha tak menimbulkan
kecurigaan di hadapan Yuri.
Yuri
mengalihkan tatapannya dari mata Hongbin. Sekuat tenaga Yuri kembali menatap
Hongbin yang memang menunggunya mengatakan sesuatu. Cewek itu sudah membuka
mulutnya, namun belum sempat mengucapkan apa pun, Yuri harus langsung kembali
menutup mulut karena ibunya sudah terlanjur lebih dulu menerobos masuk ke dalam
sana.
Wanita
tersebut menarik tangan Hongbin agar cowok itu berdiri. Ia menatap Hongbin
tajam. Lalu sedetik kemudian, satu tamparan mendarat mulus di wajah tampan
Hongbin.
“Ibu!”
seru Yuri yang ikut terkejut atas perlakuan ibunya.
Hongbin
sendiri hanya tertunduk sambil memegangi pipinya yang memerah. Sementara sang
ibu semakin tajam menatap Hongbin. Rasa kecewa juga terlihat terpancar dari
sana. “Memalukan kamu Hongbin!” Wanita itu bahkan melempar dua lembar foto
tepat ke wajah Hongbin. Foto Hongbin saat berpakaian seperti perempuan, dan
foto Hongbin bersama Sungjae.
“Ibu,
jangan!” Pekik Yuri sambil menahan tangan ibunya yang sudah terangkat dan ingin
kembali menampar Hongbin. “Ini nggak seperti yang ibu pikirin. Hongbin nggak…”
“Apa
kamu nggak malu kalau sampai orang tau adik kesayangan kamu ternyata memiliki
hubungan khusus dengan sesama laki-laki?” desis wanita ibu yang juga melempar
kekesalannya pada Yuri.
“Aku
akan mengakhiri hal tersebut, Bu.”
Sang
ibu menatap Hongbin yang masih tertunduk. Jelas cowok itu merasa bersalah.
“Bagus kalau kamu sudah bisa berpikir seperti itu. Tapi ibu nggak bisa percaya
gitu aja. Kamu baru boleh pulang kalau bisa membawa serta wanita yang akan kamu
nikahin.”
Hongbin
mendongak. Namun ibunya sudah lebih memilih berbalik dari sana dan berjalan ke
luar kamar.
“Tapi
bu…” ucapan Yuri terputus begitu saja karena ia tak sanggup menghentikan
langkah ibunya. Saat menoleh, Yuri mendapai Hongbin sudah terduduk di tepi
tempat tidurnya dengan tatapan kosong. Yuri kemudian ikut duduk sambil memeluk
Hongbin dari samping.
“Artinya
aku diusir ya, Kak?” Hongbin berujar lirih. Membuat Yuri semakin mempererat
pelukannya.
“Kamu
jangan pergi ya, dek. Kakak nggak akan ngijinin kamu ke luar rumah.”
Hongbin
menyingkirkan tangan Yuri karena kini gantian ia yang memeluk Yuri. “Perbuatan
aku emang sulit dimaafin, Kak. Kalau ini memang yang terbaik, aku pasti bakal
lakuin. Walau aku yakin itu sulit.”
***
Krystal
menutup pintu pagar sebuah rumah mewah setelah ia mengantar pesanan
pelanggannya. Ia langsung menuju motornya yang terparkir dan berniat untuk
langsung pergi dari sana. Bertepatan dengan munculnya seorang cowok dari rumah
sebelah tempat Krystal ke luar.
Krystal
membatalkan niat memakai helmnya karena merasa mengenali cowok dengan sebuah
koper dan ransel besar tersebut. “Hongbin?” serunya.
Cowok
itu mendongak dan cukup terkejut mendapati Krystal juga berada di sana. “Kamu
ngapain…” Hongbin tak melanjutkan ucapannya karena ia melihat motor di samping
Krystal memiliki sebuah box bergambar nama sebuah restoran. Belum lagi seragam
yang dikenakan cewek itu sudah bisa menjelaskan semuanya.
“Kamu
mau pergi? Ke mana?” Krystal tak bisa menahan rasa penasarannya. Namun sedetik
kemudian, ia berasa bersalah. “Maaf, aku nggak maksud…”
Kemunculan
sebuah mobil di sana membuat Krystal tak melanjutkan ucapannya. Ia
memperhatikan mobil tersebut yang tampak tak asing lagi baginya. Hongbin pun
melakukan hal yang sama. Karena jelas ia juga mengenali mobil tersebut.
Sementara
dari dalam, Yuri tampak memunculkan diri. “Hongbin!” jeritnya sambil berlarian
ke arah adiknya tersebut. Bersamaan itu, cowok pemilik mobil tersebut juga
memunculkan diri. “Cheondung, bilang sama Hongbin agar dia jangan pergi dari
rumah.”
Ucapan
Yuri membuat Krystal tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Ia dan Cheondung
juga saling melempar tatapan. Sementara itu, Hongbin tampak menyadari
kebingungan Krystal. Cowok itu mendekat ke arah Krystal dengan sebelumnya ia
juga sempat melirik Cheondung yang tampak tak berkutik karena dihadapkan oleh
Krystal juga Yuri di sana.
“Sesuai
perjanjian. Walau aku tau bukan kamu yang ngebongkar rahasia aku dan Sungjae,
tapi aku harus tetap…”
Krystal
menyela ucapan Hongbin. “Terserah kamu, Hong.” Krystal berbalik dan sudah ingin
melangkah pergi, namun tangan Hongbin sudah lebih dulu menahannya.
Cheondung
seakan ingin bergerak saat melihat Hongbin menahan tangan Krystal. Namun ia
batalkan karena di sana ada Yuri. Hongbin sendiri menatap tak suka reaksi
Cheondung tersebut. Sementara Yuri hanya terdiam karena memang ia tidak tahu
apa-apa.
Krystal
tampak tidak memberontak. Ia sama sekali tak sanggup untuk melakukan itu. Yang
dilakukan Krystal adalah menyeka hidungnya yang tiba-tiba saja mengeluarkan
setitik darah. Hongbin yang juga merasa heran karena Krystal seperti tak
mempedulihan hubungannya dengan Cheondung akibat foto mereka, menatap punggung
cewek itu.
Hongbin
menyentuh pundak Krystal. Berharap cewek itu menoleh. Namun ternyata tidak.
Krystal justru menghindari tatapan Hongbin agar cowok itu tidak tahu apa yang
terjadi padanya.
Perlahan
Krystal berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Hongbin. “Aku pergi dulu.”
Merasa
ada yang aneh, Hongbin justru langsung memaksa tubuh Krystal agar mengarah
padanya. Tetesan darah justru terjatuh tepat di lengan baju Hongbin yang
kebetulan berwarna putih. “Krys…” Hongbin bergumam pelan. Ia mengangkat wajah
Krystal, namun cewek itu seperti menolak perbuatannya. Dapat jelas tertangkap
oleh mata Hongbin wajah pucat cewek itu. “Kamu…” ucapan Hongbin terputus karena
merasakan genggaman keras Krystal pada lengannya. Dan sedetik kemudian,
genggaman Krystal melemah hingga akhirnya tubuh cewek itu ambruk ke dalam
pelukan Hongbin. “Krystal!” pekik Hongbin sambil berusaha menyadarkan Krystal
dalam pelukannya.
“Hong,
bawa dia ke rumah sakit.” Yuri sudah berdiri tepat di samping Hongbin karena ia
cukup merasa simpatik dengan apa yang terjadi pada Krystal. Ia bahkan sampai
membantu Hongbin yang ingin mengangkat tubuh Krystal. “Cheondung!” seru Yuri
untuk menyadarkan keterpakuan Cheondung. Dan dengan kata lain, ia juga meminta
bantuan Cheondung untuk mengantar Krystal ke rumah sakit menggunakan mobilnya.
Cheondung
yang terkejut tampak mendongak dan tatapannya langsung tertuju pada Hongbin.
Cowok itu menatap Cheondung tajam seakan menyiratkan kebencian. Sesuatu yang
tidak diketahui Cheondung apa kesalahannya pada Hongbin.
***
“Leukemia-nya masih stadium 2, tapi nggak menutup kemungkinan untuk bertambah.
Dan seharusnya tiga bulan lalu Krystal menjalani operasi. Tapi dia masih
menolaknya. Saya khawatir kondisi Krystal akan semakin buruk jika tidak segera
melakukan operasi.”
Hongbin
tertunduk dengan tatapan kosong di koridor rumah sakit. Setelah membawa Krystal
ke sana, ia menemui dokter yang merawat Krystal. Mungkin seharusnya yang berada
diposisi seperti itu adalah Cheondung. Namun Hongbin menyelaknya karena
Cheondung seperti menutupi hubungannya dengan Krystal dihadapan Yuri. Bukan
seperti, tapi memang benar menutupi. Bahkan Cheondung hanya diam saja saat
Hongbin bersikap seperti ia adalah kekasih Krystal sesungguhnya.
“Kenapa
Krystal tidak melakukan operasi itu?”
Sungjae
menghempaskan diri di samping Hongbin. Ia tidak terlalu terkejut dengan
pertanyaan Hongbin. Ternyata Hongbin sudah menyadari kedatangan Sungjae di sana
yang tiba-tiba.
“Dia
udah nggak punya siapa-siapa. Semua uang hasil kerja kerasnya dia gunain untuk
biaya kuliah. Dan impiannya cuma satu. Bisa makai gaun pengantin di acara
pernikahannya. Tapi dia juga nggak yakin kalau ada yang mau nikahin cewek yang
memiliki penyakit seperti Krystal saat ini.”
Hongbin
dan Sungjae bicara tanpa saling menatap. “Kenapa nggak kamu yang nikahin dia?
Bukannya kamu bisa nerima keadaan dia seperti dia nerima ketidak-normalan kamu?”
Hongbin akhirnya menatap Sungjae penuh arti.
Mendengar
itu, Sungjae tersenyum pahit sambil membalas menatap Hongbin. “Dan Krystal
nolak aku mentah-mentah. Sampai akhirnya kita…” Sungjae tidak melanjutkan
ucapannya karena Hongbin sudah lebih dulu berdiri. “Hongbin!” seru Sungjae,
namun Hongbin tetap melangkah masuk ke dalam sebuah kamar. Melihat itu, Sungjae
menyusul ke sana.
Sungjae
menutup pintu di belakangnya. Ia mendapati punggung Hongbin berdiri di sana.
“Aku kangen sama kamu, Hong.” Sungjae memeluk Hongbin dari belakang.
Tak
disangka, Hongbin justru menyingkirkan kedua tangan Sungjae yang berada di
pinggangnya. Hongbin meneguk ludah. Ia sendiri juga bingung apa yang membuatnya
bersikap demikian. Seharusnya ia senang dengan perlakuan Sungjae padanya. Namun
saat ini, Hongbin seperti tidak sedang menginginkan hal tersebut. Ia hanya
mampu menatap Sungjae dengan tatapan penuh rasa bersalah.
“Apa
impian Krystal cuma itu?” tanya Hongbin. Dan semakin membingungkan karena
tiba-tiba ia lebih memikirkan Krystal dari pada Sungjae yang masih berstatus
sebagai ‘pacarnya’ tersebut.
“Aku
yakin nggak. Dia pasti juga ingin merasakan apa yang cewek lain rasain pada
umumnya. Menikah, memiliki anak.” Sungjae menghela napas, berat. “Tapi dia
nggak yakin bisa melewati itu semua.”
“Kalau
aja dia mau ngejalanin operasi itu…” Hongbin sengaja menggantungkan ucapannya
karena Sungjae pasti mengerti kelanjutannya.
“Aku
nggak pernah ngerti jalan pikiran Krystal. Aku bisa aja ngebantu dia untuk
biaya operasi tersebut, tapi sama seperti waktu aku mau nikahin dia. Krystal
menolak dengan pasti.” Sungjae membentuk tanda silang di depan dadanya. Lalu
setelah itu, tidak ada lagi yang bicara. Namun Sungjae justru menatap Hongbin
curiga. “Kenapa kamu jadi…”
“Jangan
bahas itu,” sela Hongbin yang tak ingin mendengar kelanjutan kecurigaan Sungjae
padanya.
*_To_Be_Continue_*