“The Memories”
Author :
N-Annisa (@nniissaa11)
Cast :
·
Jung
Hyerim (A-Pink)
·
Kim
Seok Jin (BTS)
·
Kim
Himchan (BAP)
·
Jung
Taekwoon (VIXX)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
Genre :
Life school, teen romance, tragedy
Length :
Chapter
***
“Mau
tambah minuman?” tawar Seok Jin. Masih terlihat canggung akibat perlakuannya
sendiri tadi pada Krystal.
Krystal
menyeruput sisa minumannya dalam gelas sambil menggeleng. Ia bahkan tak berani
menoleh ke tempat Seok Jin yang berada di sampingnya.
Cukup
lama mereka kembali saling diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai
akhirnya, Seok Jin terdengar berdeham pelan.
“Lo
udah lebih baik kan, Krys?”
Krystal
tersenyum tipis. “Berkat Kak Jin. Makasih, ya…”
“Uhuk!”
Seok Jin menepuk-nepuk dadanya. Tiba-tiba ia tersedak tanpa sebab.
“Kak
Jin nggak pa-pa?” ujar Krystal. Sementara tangannya menyodorkan gelas milik
Seok Jin sendiri.
“Makasih,
Krys.” Seok Jin menerima gelas yang disodorkan Krystal. Setelah beberapa saat,
cowok itu akhirnya terlihat lebih baik. Ia juga meletakkan kembali gelasnya ke
atas meja. “Syukur deh kalau lo udah ngerasa lebih baik. Karena gue yakin,
besok lo pasti bakal ngerasa lebih baik lagi dari sekarang.”
Krystal
menatap Seok Jin penuh arti karena ucapan cowok itu yang terasa misterius.
“Emang bakal ada apa besok?”
Seok
Jin sengaja mengulur waktu untuk menjawab. “Lo pasti bakal seneng. Karena…
beberapa temen-temen kita dari Destiny bakal balik ke Paradise.”
Krystal
tampak speechless. Matanya menatap
Seok Jin, namun pikirannya melayang dari sana.
“Biar
gue tebak. Pasti lo ngarepin Dongwoon atau mungkin Jaehwan yang balik, kan?”
tebak Seok Jin dengan nada jahilnya. Dan ia terkekeh puas saat melihat ekspresi
Krystal yang justru menatapnya, tajam.
***
Minhyuk
melirik jam di tangan kanannya. Sesekali ia melempar pandangan ke ujung koridor
dengan tatapan resah. “Hyerim beneran nggak balik ke sini lagi, apa?”
“Kamu
temannya Himchan?”
Minhyuk
sedikit terlonjak karena mendapat sebuah tepukan pelan di pundak dan suara
seseorang bicara padanya. Buru-buru cowok itu membalikkan badan sambil berdiri
dan mendapati ke dua orang tua Himchan di sana. “Iya om, tante. Saya Minhyuk.”
“Kami
ada keperluan di luar. Bisa minta tolong kamu temenin Himchan dulu? Soalnya,
Yura belum datang sampai sekarang?” pinta wanita yang juga ibu kandung dari
Himchan tersebut.
Tentu
Minhyuk langsung mengangguk tanpa harus pikir panjang. Setelah orang tua
Himchan pergi, Minhyuk kemudian menyambar ranselnya yang tergeletak di kursi,
lalu melangkah masuk ke dalam kamar tempat Himchan dirawat saat ini.
Minhyuk
menutup pintu di belakangnya dengan sangat pelan. Tidak ingin mengganggu
istirahat Himchan. Minhyuk kemudian mendekat dan menghempaskan tubuh di kursi
dekat tempat tidur. “Gue tenang karena ternyata lo baik-baik aja.”
“Min!”
Minhyuk
menoleh karena Taekwoon dan Hayoung ternyata memunculkan diri di sana. “Berdua
aja? Jin mana?” tanya Minhyuk, heran.
“Jin
ada urusan sama Krystal,” jawab Taekwoon saat sudah berdiri di dekat ujung
tempat tidur Himchan. “Gara-gara berita pernikahan Pak Doojoon, gue yakin cewek
itu pasti sakit hati,” jelasnya kemudian dengan cukup berhati-hati. Ia
menyadari perubahan waut wajah Minhyuk tadi saat ia menceritakan tentang Jin
dan Krystal.
Hayoung
juga sebenarnya menyadari sikap Minhyuk. Dan ia berusaha untuk mengalihkan
suasana. “Kak Hyerim mana, Kak?”
Minhyuk
menoleh cepat, namun ia tak langsung menjawab. Dan itu menandakan bahwa kondisi
Hyerim tidak bisa dikatakan dalam keadaan ‘aman’.
***
Eun
Ji ke luar dari dalam sebuah ruangan sambil memegangi salah satu lengannya yang
terdapat sebuah plester kecil pada lipatan tangannya. Cewek itu menyeret
langkah menuju kursi tempat Yura menunggunya dan Hyerim juga.
Yura
sontak berdiri dan menghampiri Eun Ji. “Kakak nggak pa-pa?” tanyanya yang
khawatir karena melihat wajah Eun Ji kini tampak sedikit pucat.
Eun
Ji menghempaskan tubuhnya ke kursi tanpa berkata apa-apa. Ia bahkan tidak
menjawab pertanyaan Yura tadi. Pikirannya sibuk melayang seorang diri.
“Coba tanyakan pada orang tuamu. Saya yakin
ada rahasia besar antara dirimu dan Hyerim yang belum diketahui siapa pun.
Sekalian, saya akan melakukan tes DNA pada kalian berdua.”
Eun
Ji mendesah panjang. Ia lalu melirik Yura yang duduk di sampingnya. “Mungkin
nggak sih kalau gue sama Hyerim itu beneran kembar?”
“Hmm?”
Yura terdengar tak siap dengan pertanyaan Eun Ji. “Hyerim itu cewek yang…”
ucapannya menggantung, namun tangan Yura menunjuk ke arah sebuah pintu kamar
rawat.
“Yura?
Kenapa kamu di sini?”
Mendengar
ada yang memanggil, sontak Yura menoleh cepat. Bahkan Eun Ji juga melakukan hal
yang sama. Ke dua orang tua Himchan tampak berada di sana.
“Ma,
Pa, aku nyaris kecelakaan tadi. Tapi untung ada yang…”
“Mau
apa lagi kamu di sini?”
Eun
Ji menatap bingung wanita itu yang kini justru menatapnya tajam.
“Kamu
cewek yang dulu itu, kan? Kamu di sini pasti tau kondisi Himchan? Dan kamu
berniat jengukin dia di sini?” tuduh ibu Himchan. “Saya nggak akan ngebiarin
itu terjadi. Dan harusnya Himchan juga nggak kembali ke sekolah itu. Tapi…”
Eun
Ji tersenyum sedikit meremehkan. Ia sadar dengan siapa ia berhadapan saat ini.
Dan berita tentang Hyerim waktu itu menyebar cepat. Terutama diantara
orang-orang yang dekat dengan Hyerim juga Himchan. Termasuk dirinya. “Jadi,
tante itu ibunya Himchan yang udah ngusir Hyerim waktu itu?”
“Apa
maksud kamu?” desis ibu Himchan tak suka. Sementara tuan Kim sontak merangkul
istrinya agar bersikap lebih tenang.
Eun
Ji berdiri sambil menyambar tas dan jaketnya. “Tante salah orang. Karena saya
adalah Eun Ji, bukan Hyerim.”
Mendengar
ucapan Eun Ji, ibu Himchan menatap cewek itu dari atas ke bawah. Jelas
penampilan dua cewek yang memiliki kemiripan wajah tersebut memang jauh
berbeda. Hyerim adalah cewek sederhana, sementara Eun Ji sangat mementingkan
penampilan.
“Anak
tante nyaris menjadi korban kecelakaan kalau aja Hyerim nggak nyelametin dia.”
Ke
dua orang tua Himchan tersebut sontak melempar tatapan pada Yura. “Bener gitu?”
tanya tuan Kim untuk memastikan.
“Iya,”
kata Yura, pendek. “Dan sekarang cewek itu lagi mendapat perawatan di dalam.”
Eun
Ji tampak sudah sedikit malas berada di sana. Ia lalu mendekatkan wajahnya ke
arah telinga Yura. “Gue balik dulu, Ra. Agak anemia gara-gara donor darah
tadi.” Eun Ji kemudian menegakkan kembali tubuhnya dan bersiap untuk berpamitan
dengan orang tua Himchan. “Om, tante, saya permisi dulu.” Tanpa ingin
berbasa-basi, Eun Ji membalikkan badan lalu melangkah pergi dari sana.
***
“Him!”
seru mereka kompak. Minhyuk, Taekwoon, dan Hayoung langsung mendekat ke tempat
tidur untuk memastikan sendiri kondisi Himchan saat cowok itu mulai membuka
matanya.
Himchan
menegakkan badannya dengan bantuan Taekwoon dan Minhyuk di ke dua sisinya.
“Makasih Taek, lo udah ngebawa gue ke sini. Sama Hayoung juga,” ujar Himchan,
lalu tatapannya terhenti pada sosok Minhyuk. “Oh, ada lo juga, Min? Maaf gue
nggak inget.”
Taekwoon
dan Minhyuk saling melempar tatapan, bingung. Tak terkecuali dengan Hayoung.
Namun tak ada yang bisa memberikan jawaban tentang kondisi Himchan.
“Tapi…”
suara Himchan kembali menarik perhatian. Belum lagi dengan reaksi
keterkejutannya yang cukup menghebohkan. Himchan memeriksa hampir seluruh
bagian tubuhnya. “Young, kaca!” ujarnya setengah memerintah. Hayoung sendiri
tanpa sadar langsung menuruti permintaan Himchan dengan memberikan cowok itu
sebuah kaca kecil yang ia ambil dari dalam ranselnya.
Cukup
lama Himchan terdiam sambil menatap pantulan wajahnya dicermin. “Nggak
mungkin,” gumamnya pelan.
“Him,
lo nggak pa-pa?” tanya Taekwoon berhati-hati.
“Berapa
lama gue pingsan?”
“Nggak
sampe 2 jam.” Minhyuk yang menjawab.
Himchan
menurunkan kaca di tangannya. Sementara tatapannya mengarah pada Taekwoon,
menuntut penjelasan. “Nggak mungkin luka bekas pukulan di wajah bisa ilang
dalam 2 jam, kan? Ini bukan dunia Harry Potter!” Himchan berseru sedikit
histeris.
“Coba
Kak Himchan cerita apa yang kakak rasain.” Hayoung berusaha mencari jawaban.
Karena dapat dipastikan Minhyuk dan Taekwoon benar-benar tidak bisa menerka apa
yang terjadi pada Himchan.
Himchan
tertegun sesaat. “Gue dipukulin sama orang yang nggak gue kenal di kelas.”
Taekwoon
meneguk ludahnya mendengar Himchan bercerita. Ia kembali teringat Sungjae yang
muncul dengan pakaian penuh darah. Taekwoon juga sempat melirik Hayoung yang
ternyata sejak tadi mengawasinya. Belum lagi ia juga sedikit merasakan kekuatan
tendangan seorang Sungjae.
“Gue
sempet liat Hayoung dari luar jendela.” Kali ini Himchan tampak menoleh ke arah
Hayoung untuk memastikan bahwa ingatannya tak salah.
“Hmm…
apa artinya, ingatan lo udah balik seutuhnya?” tanya Minhyuk. Terdengar ragu,
namun ia memaksa diri untuk tetap menanyakan hal tersebut. Karena ucapan
Himchan memang sudah mengarah ke sana.
Himchan
melempar tatapan hampir ke seluruh penjuru kamar rawatnya. Ada sebuah kalender
bertulisan besar yang bisa dengan jelas ia lihat. “Jadi, selama setengah tahun
lebih ini gue lupa ingatan? Termasuk tentang Hyerim, dong?”
***
“Mau
sekalian gue anter pulang nggak, Krys?” tawar Seok Jin. Ia dan Krystal baru
saja ke luar dari café tadi.
“Hmm…”
Krystal cukup lama mempertimbangkan tawaran Seok Jin. Cewek itu kemudian
melirik ke tempat Seok Jin. “Gue mau main ke rumah Hayoung dulu aja mungkin.
Dan bakal balik agak malem. Takutnya Pak Doojoon tau-tau ada di rumah gue buat
ngurusin pernikahannya.”
Seok
Jin menatap prihatin cewek di sampingnya. Ia berpikir keras untuk nasib cewek
itu setelah ini. Tentu karena Seok Jin tahu Hayoung pergi dengan Taekwoon ke
rumah sakit untuk menjenguk Himchan. “Lo ikut gue aja, ya!” putusnya sepihak.
Seok Jin bahkan sampai menarik paksa cewek itu untuk ikut bersamanya.
Krystal
duduk diboncengan motor Seok Jin. Cewek itu tampak sedikit tegang. Belum lagi
ini kali pertama dirinya berboncengan dengan ketua kelas 3 tersebut. Krystal
akhirnya hanya mencengkeram ujung jaket yang dikenakan Seok Jin tanpa berbicara
apa pun.
“Hayoung
lagi pergi sama Taekwoon jenguk Himchan.”
“Apa,
Kak?” seru Krystal yang tampak tidak terlalu mendengar ucapan Seok Jin. Memang
karena posisi mereka saat itu adalah sudah dalam perjalanan.
“Hayoung
lagi pergi sama Taekwoon jenguk Himchan.” Seok Jin mengulangi ucapannya. “Tadi
ada sedikit insiden di sekolah,” lanjutnya kemudian dengan suara yang sedikit
lebih dikeraskan. “Lo mau ke rumah temen lo yang lain? Jinri, Naeun atau Namjoo
gitu?”
“Tadinya
mau ke rumah Jinri, tapi kayaknya dia lagi sibuk nyiapin buat lomba cerdas
cermat itu.”
“Oh,
ya udah. Lo pergi sama gue aja, ya?” ajak Seok Jin kemudian. Jelas ia tak tega
jika Krystal pergi sendiri dengan kondisi seperti sekarang. Belum lagi cewek
itu juga tidak ingin pulang.
“Ke
mana, Kak?” tanya Krystal memastikan.
Seok
Jin hanya tersenyum tipis tanpa sepengetahuan Krystal. Ia juga tidak berniat
mengatakan apa-apa pada cewek itu.
“Kak
Jin!” jerit Krystal karena tiba-tiba Seok Jin menambah kecepatan laju motornya.
Mau tidak mau, Krystal terpaksa melingkarkan tangannya di pinggang Seok Jin.
Dan tidak diduga, perbuatan Krystal sukses membuat Seok Jin juga membeku.
***
“Gue
ngabarin ke mana ya tentang kondisi Hyerim?” Eun Ji sibuk mengotak-atik
ponselnya. Karena tidak menemukan apa yang ia butuhkan, Eun Ji mengalihkan
tatapannya ke luar jendela mobil. “Ke SMA Paradise, Pak!” ujarnya pada sang
supir.
Mobil
pun melaju ke tempat yang dimaksud oleh Eun Ji. Dan cewek itu sama sekali tidak
melepaskan tatapannya ke arah jendela. Eun Ji tampak menegakkan badan saat
melihat cewek dan cowok berseragam SMA Paradise sedang berboncengan motor.
“Itu
Luna?” seru Eun Ji. “Pak, cegat motor itu.” Eun Ji sendiri sudah membuka
jendela mobilnya. “Luna! Ji… Jin. Eh, Jimin!” teriaknya yang sukses membuat
Jimin menghentikan motornya. Setelah mobil berhenti, Eun Ji melesat ke luar.
Jimin
sontak melepas helmnya dengan cepat. “Kak Hyerim? Tapi kok udah ganti baju aja?
Terus rambutnya…” Jimin tidak melanjutkan ucapannya karena ia merasakan Luna
turun dari boncengan motornya.
“Eun
Ji?” seru Luna yang sejak tadi tidak melepaskan tatapannya ke arah Eun Ji.
“Iya,
Lun. Gue Eun Ji. Dan gue butuh bantuan kalian. Siapa aja yang sampe sekarang
masih deket sama Hyerim?”
Jimin
dan Luna sontak saling melempar tatapan. “Kak Jin, Kak Minhyuk.” Jimin yang
menjawab. “Nah… Ho Seok juga,” lanjutnya. Kali ini terdengar sedikit heboh.
Eun
Ji terlihat tidak puas dengan jawaban Jimin. Dan nggak sengaja, tatapannya
terhenti pada seorang cowok yang juga berseragam SMA Paradise. “Jeon!”
teriaknya.
“Jeon?”
Jimin menatap Eun Ji, bingung. Ia kemudian ikut menoleh ke arah yang dimaksud
Eun Ji. “Oh, maksudnya Jeon Jungkook?”
Dikejauhan,
Jungkook tampak terdiam sesaat untuk memastikan siapa orang-orang yang
meneriaki namanya tersebut. Namun Jungkook akhirnya tetap melanjutkan langkah.
Ia tidak akan menemukan jawaban apa pun jika tetap di sana.
“Lho, Kak Eun Ji? Sama…”
Jungkook tidak melanjutkan ucapannya karena heran melihat Eun Ji bersama Luna
dan Jimin.
“Makasih
ya kalian berdua,” ujar Eun Ji cepat. Ia bahkan sambil menyambar salah satu
tangan Jungkook dan membawanya masuk ke dalam mobil.
“Ada
apaan sih, Kak?” Jungkook tak bisa menahan rasa penasarannya setelah mobil Eun
Ji mulai berjalan.
“Kayaknya
sekolah lagi sibuk banget ya?” Eun Ji justru balik bertanya. “Abis ada kejadian
apa?”
Jungkook
menghela napas, panjang. Cukup melelahkan apa yang terjadi di SMA Paradise
akhir-akhir ini. “Gue ampe bingung mau cerita dari mana.” Jungkook menggaruk
tengkuknya yang tidak gatal. Ia sudah ingin membuka mulut, namun tidak ada kata
yang ke luar dari mulutnya karena melihat wajah Eun Ji yang tampak sedikit
pucat.
“Kak
Eun Ji sakit?”
Eun
Ji menoleh sambil tersenyum penuh rahasia.
***
Sedikit
ketegangan justru terjadi di dalam kamar rawat Himchan. Seluruh orang yang
berada di sana tidak ada yang bersuara satu pun. Sementara Taekwoon dan Hayoung
berusaha saling komunikasi melalui tatapan. Namun diakhiri dengan reaksi
frustasi dari Taekwoon yang tidak bisa menangkap maksud tatapan Hayoung.
“Tolong
rahasiain kondisi gue saat ini,” kata Himchan yang akhirnya memecah keheningan.
“Jadi
lo mau pura-pura tetap lagi amnesia?” seru Minhyuk.
Himchan
mengangguk cepat. “Nggak ada hal penting yang terjadi, kan? Oh, iya. Minho
kenapa nggak nyusul ke sini?”
Untuk
pertanyaan tersebut, jelas Minhyung angkat tangan. Ia justru melemparkan
tatapan pada Taekwoon untuk menjawabnya.
“Hmm…
sebenernya, banyak yang udah terjadi di Paradise,” tukas Taekwoon akhirnya.
Secara bergiliran, Hayoung dan Minhyuk melengkapi setiap penjelasan Taekwoon.
Mulai tentang kondisi SMA Paradise, hingga apa yang telah terjadi setelah
Himchan kembali ke sekolah tersebut. Termasuk juga cerita tentang Minho serta
Sungjae.
***
Pagi
itu keramaian terjadi di halaman SMA Paradise. Pemandangan yang sudah lama
tidak terlihat, akhirnya kembali mewarnai sebagian besar area parkiran.
Mobil-mobil mewah tampak berjejer rapih di sana. Dan hampir seluruh penghuni
mobil yang muncul adalah menggunakan seragam SMA Destiny.
Sementara
di titik berbeda, siswa yang memang masih menjadi siswa SMA Paradise tampak
berkumpul. Kelas 2 dan kelas 3 membaur menjadi 1. Ke dua kubu belum ada yang
beranjak menuju gedung sekolah. Tampak masih menunggu teman-teman mereka yang
lain. Mungkin karena hari ini lain, dan tidak seperti hari biasanya.
Di
antara siswa berseragam SMA Destiny, hanya Yuri yang berdiri mengarah ke
belakang. Dan Hackyeon hanya menatapnya khawatir tanpa berkata apa-apa. Ia
yakin, cewek itu menyembunyikan sesuatu. Namun Hackyeon belum ingin
mengusiknya.
“Kayaknya
lo nyantai banget ya pindah ke sini lagi?” cibir Yoona secara terang-terangan
pada Yuri. “Pasti dalam hati lo seneng karena bisa ngeliat Taekwoon. Cuma lo
pendam aja karena ada Hackyeon di sini,” lanjutnya. Sempat melirik kesal ke
arah Hackyeon.
“Gue
rasa untuk masalah Taekwoon, itu urusan gue sama Yuri.” Hackyeon bicara dengan
nada dingin. Kemudian ia melirik Yoona, datar. “Mending lo awasin Gikwang.
Takut dia masih ngelirik Chorong. Oiya, Naeun juga masih sekolah di sini, kan?”
balasnya.
Sontak
Yoona menatap Hackyeon tak bersahabat. Sementara Yuri sama sekali tak berniat
ikut campur sedikit pun dengan perdebatan mereka.
“Eh,
itu mobilnya Minho kan ya?”
Kemudian,
kehebohan sedikit terjadi. Yoona dan Hackyeon sontak menoleh. Namun tidak untuk
Yuri. Tepat saat sebuah mobil mewah melintas dan terparkir bergabung dengan
mobil-mobil yang lainnya.
***
Seok Jin
baru bergabung ke dalam gerombolan SMA Paradise. Ia terlihat datang bersama
Kibum, Jinki, juga Ho Seok dan Youngjae. Seok Jin menghampiri Hayoung yang
berdiri bersama Jinri.
“Taekwoon
belum dateng?” ujar Seok Jin pelan.
Hayoung
melirik jam tangannya. “Udah,” ujarnya pendek. Lalu ia menatap Seok Jin. Dengan
tatapan seolah hanya mereka yang mengetahui kebiasaan tentang Taekwoon. “Tapi
nggak lewan pintu depan.”
Seok
Jin sontak terkekeh mendengar jawaban Hayoung. Ia teringat saat diajak memanjat
pagar belakang sekolah. “Nggak lagi-lagi deh gue ngikutin kebiasaan gilanya si
Taekwoon.”
“Oiya,
gimana keadaan Kak Himchan kemarin?” Jinri terdengar mengajukan pertanyaan.
Mendengar
itu, Seok Jin juga menatap Hayoung penuh minat. Tentu ia tertarik dengan pertanyaan
Jinri dan sama ingin tahunya seperti cewek itu.
Hayoung
tampak menegakkan badan. Menggerak-gerakkan bola matanya, menggambarkan
kepanikan. “Hmm… kemarin sih…” cewek itu tidak melanjutkan ucapannya karena
kedatangan sebuah mobil yang menarik perhatian.
Mobil
mewah yang terparkir berjejeran dengan mobil-mobil milik siswa dari SMA
Destiny. Hayoung sempat melirik Seok Jin yang menatap penuh minat ke arah mobil
tersebut. Mau tidak mau, cewek itu juga menatap ke tempat mobil tadi berada.
Ikut merasa penasaran. Terutama saat sang pengendara tampak membuka pintu
mobil. Warna celana yang terlihat mencolok—siswa SMA Paradise berwarna hitam,
sementara SMA Destiny berwarna kecoklatan—hingga membuat beberapa orang menahan
napas, penasaran.
Cowok
tinggi itu menampakkan diri dengan seragam milik SMA Paradise. Ia menutup pintu
mobil sambil melempar senyuman kebeberapa siswa yang berada di dekatnya. Dan
kebetulan yang berada disekitar sana adalah siswa berseragam SMA Destiny.
“Apa
besok kita harus pakai seragam itu juga?”
Yoona
melirik kesal ke tempat Hackyeon berada. Jelas, ia menolak ucapan cowok itu.
“Jangan bercanda, Hack!”
Yuri
akhirnya menoleh karena merasakan suasana aneh di sana. Sedikit terasa sunyi,
namun suara bisik-bisik para siswa di sana cukup jelas terdengar.
“Itu Minho?” Yuri
bergumam. Sedikit tidak mempercayai penglihatannya.
***
TAP!!
Sepasang
sepatu mendarat mulus di atas rumput halaman belakang SMA Paradise. Cowok itu
melirik jam di tangannya karena merasa suasana yang sangat terasa sepi. “Gue
kecepetan ya?”
Cowok
tinggi itu menegakkan badan. Melempar tatapan ke sekitar. Belum bisa menemukan
kejanggalan di sana, Taekwoon memilih melangkah menuju gedung yang berada
paling dekat dengan tempatnya berada sekarang.
Taekwoon
menatap ke dalam jendela kelas yang tampak masih kosong dari luar gedung. “Pada
ke mana nih anak-anak?” Cowok itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak
gatal. Bingung dengan keadaan yang terjadi. Taekwoon akhirnya berinisiatif
mengeluarkan ponsel untuk menghubungi salah satu teman sekelasnya, mungkin.
BRAAK!!
“Akh!”
Taekwoon tanpa sadar melepaskan ponselnya hingga terjun bebas ke lantai. Akibat
suara benturan keras yang berasal dari dalam kelas.
Taekwoon tak langsung
memungut ponselnya. Namun ia sedikit merunduk karena seseorang tampak memasuki
kelas tersebut. “Pak Junhyung?” gumamnya pelan.
“Gue tahu itu memang musibah! Tapi kenapa
Paradise juga terlibat buat nampung mereka! Belum lagi Minho juga termasuk yang
balik ke sini! Dan semua rencana gagal total!”
Taekwoon
sampai membekap mulutnya mendengar penuturan keras dari Junhyung tersebut.
Salah satu guru tampan tersebut tampak berbicara dengan seseorang melalui
telepon.
“Sungjae udah tahu, tapi dia sama sekali
nggak peduli dengan rencana ini. Dia punya misi sendiri di sini. Masalah
cewek!”
“Eun Ji,” Taekwoon bergumam pelan. Cowok tinggi
itu merunduk kembali hingga bawah jendela. Kemudian ia memungut ponselnya yang
ternyata terhubung dengan nomor milik Seok Jin. Belum lagi panggilan masih
berjalan dan sudah terlewat sampai beberapa menit.
“Oke, gue bakal pastiin Minho masih
amnesia.”
Taekwoon
masih membeku di sana. Ia juga belum mematikan sambungannya dengan Seok Jin. Hanya
menatap layar ponselnya. Tidak ada suara apa pun yang terdengar dari dalam
ponsel. Dan Taekwoon bisa bernapas lega saat mendengar tanda-tanda Junhyung
meninggalkan kelas tersebut.
Taekwoon
mendekatkan ponselnya ke telinga. “Lo di mana, Jin?”
***
“Ada
apaan sih, Kak?” tegur Hayoung yang curiga dengan perubahan sikap Seok Jin.
Seok
Jin hanya mengangkat tangan tanpa ingin mengatakan apa pun. Ia kemudian melangkah ke luar
rombongan. Di sisi lain, Minho juga berjalan ke arah yang bersamaan dengan Seok
Jin. Namun sepertinya Seok Jin tidak terlalu menghiraukan keberadaan Minho
dengan seragam Paradise yang dikenakannya.
“Jiiinnn!”
Taekwoon teriak histeris sambil berlari. Fokus cowok itu hanya pada Seok Jin. Dan
akhirnya… BRUKK!!
“Akh,
Taek!” Minho meringis karena tertabrak tubuh Taekwoon. Bukan hanya itu,
Taekwoon bahkan sampai menindihnya.
“Ya
ampun, Taek… lo apa-apaan, sih?” seru Seok Jin yang sudah mengulurkan
tangannya. Berniat membantu Taekwoon juga Minho untuk berdiri.
Hampir
seluruh siswa di sana sontak menghampiri lokasi insiden antara Minho dengan
Taekwoon.
“Sorry, Min!” seru Taekwoon, menyesal.
“Nggak
pa-pa, Taek.” Minho menepuk-nepuk celananya untuk menghilangkan kotoran.
Di
tempatnya berada, Gyuri tampak menyenggol-nyenggol lengan Chaerin. Memberi
tanda tentang keberadaan Seok Jin juga Taekwoon di sana. “Itu OB ganteng yang
kemarin.”
Chaerin
hanya melirik sekilas. Berusaha tidak terpengaruh dengan ucapan Gyuri. Jika
Seok Jin dan Taekwoon memang OB, tentu cewek itu tidak ingin ada yang tahu jika
ia ‘mengagumi’ ketampanan dua cowok itu.
“Mereka
bukan OB,” desis Yuri yang kebetulan berada tidak terlalu jauh dari tempat
Chaerin dan Gyuri. Ada rasa tidak suka saat dua temannya mengatakan demikian,
baik untuk Seok Jin atau pun Taekwoon. Yuri yang menyadari Hackyeon
mengawasinya, lebih memilih menghindari tatapan cowok itu dengan balik badan
dan menyeruak ke luar dari kerumunan.
***
Jungkook
terkekeh kecil melihat seorang cewek berseragam SMA Paradise, mengintip ke
dalam gerbang sekolah tersebut. Ia mengenal jelas siapa cewek itu.
“Ayo
buruan masuk,” ujar Jungkook yang dengan jahilnya menggamit lengan cewek itu
dan menyeretnya untuk masuk bersama.
“Jung!
Jeon Jungkook!” protes Eun Ji. Namun ia juga tidak berniat melepaskan diri dari
cengkeraman kuat adik kelasnya tersebut. “Gue takut, Jung.”
“Kalau
takut, kenapa kemarin minta?”
Eun
Ji tidak bisa membalas ucapan cowok itu. “Tunggu…!”
Jungkook
sontak tertarik ke belakang karena Eun Ji berhenti tiba-tiba. Beruntung ia
masih bisa mengimbangi tubuh hingga tidak sampai terjatuh. Namun… BRUUKK!!
“Sorry…!”
Eun
Ji dan Jungkook sontak berbalik dan mendapati tubuh tinggi Himchan di sana.
“Him…
Chan…” Eun Ji menjadi yang paling terperangah. Karena ini pertama kalinya ia
melihat Himchan kembali.
“Lo
nggak bareng Minhyuk atau si Jin, Rim?” tanya Himchan polos. Namun diam-diam,
ia mencurigai Eun Ji yang ia sangka sebagai Hyerim. Jelas tetap ada yang
berbeda dari cewek itu meski Eun Ji sudah berusaha berpenampilan sama persis
dengan Hyerim.
“Kita
baru aja nyampe, Kak.” Jungkook yang menjawab.
“Ayo
masuk,” ajak Himchan kemudian. Ia bahkan tidak sungkan untuk merangkul Jungkook
dan Eun Ji di kedua sisinya. “Waah… masih pada di luar.”
“Anak
SMA Destiny juga udah pada dateng,” seru Jungkook.
***
“Ayo
masuk kelas. Sebentar lagi bel.” Minhyuk tampak mengingatkan sambil menepuk
pundak Seok Jin. Kemudian, satu-persatu siswa SMA Paradise mulai meninggalkan
lapangan.
Cheondung
tampak sengaja menghampiri Minho untuk mengajaknya masuk bersama. Di sisi lain,
Taekwoon juga terlihat mengulurkan salah satu tangannya yang kemudian disambut
oleh Hayoung.
Hackyeon
yang melihat kejadian antara Taekwoon dan Hayoung, sontak membuatnya teringat
Yuri. Ia tidak langsung menghampiri ceweknya itu tadi. Hackyeon kemudian mulai
mencari Yuri yang justru lebih memilih ke arah berbeda dari teman-temannya yang
lain.
Yuri
menghentikan langkah karena berpapasan dengan Jungkook, Himchan dan Eun Ji.
Namun tatapan cewek itu justru tertuju pada sesuatu di belakang ketiganya.
Hackyeon
yang tadi mengejar Yuri, sama terlihat terkejutnya. “Itu kan…”
Jungkook
yang sudah ingin buka mulut, tampak membatalkan niat karena melihat reaksi Yuri
dan Hackyeon. Ia kemudian mengintip dari balik pundak Himchan yang berdiri di
sampingnya. Cowok itu membulatkan mata melihat seseorang melangkah di belakang
mereka.
Tanpa
pikir panjang Jungkook menyingkirkan tangan Himchan yang masih merangkulnya.
Jungkook lalu menyambar tangan Eun Ji. Dan lagi-lagi ia menarik paksa cewek
itu. “Jangan nengok ke belakang. Itu Sungjae,” bisik Jungkook. Tapi nyatanya,
suara Jungkook masih bisa sampai ke telinga Himchan.
Himchan
sontak membeku mendengar ucapan Jungkook. Tentu ia sudah tahu siapa cowok
bernama Sungjae. Lengkap dengan perlakuan cowok itu terhadapnya. Himchan harus
berpikir cepat agar Sungjae tidak sempat menangkap wajahnya.
Hackyeon
dan Yuri. Beruntung Himchan sudah bisa mengingat ke dua orang tersebut. Teman
lamanya yang sempat pindah ke SMA Destinya. Sontak saja Himchan memaksa Yuri
dan Hackyeon agar berbalik dan segera menyusul teman-teman mereka lainnya yang
sudah lebih dulu masuk ke dalam gedung.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar