Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun,
Youngjae,
Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast :
·
A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo, Hayoung)
·
G.Na (Soloist)
·
B2ST (Doojoon)
·
BtoB
·
VIXX
Genre
: romance, family,
brothership
Length : chapter
***
Youngjae,
Doojoon dan Zelo tampak meninggalkan rumah mewah milik Junhyung. Youngjae
menempati kursi pengemudi. Namun Doojoon tidak langsung menyusul Youngjae untuk
masuk. Sama halnya dengan Doojoon, Zelo juga tak langsung masuk ke dalam mobil.
Ia mengikuti arah pandangan ayahnya. Sebuah mobil yang terparkir tidak jauh
dari sana tampak baru meninggalkan tempat tersebut.
“Itu…”
Doojoon tidak melanjutkan kalimatnya. Ia justru melesat masuk ke dalam mobil
dan menatap Youngjae seperti menuntut sesuatu. “Kamu bilang mobil kamu masuk
bengkel, kan? Kapan selesai diperbaiki?”
Youngjae
meneguk ludahnya. Ia melirik Doojoon dengan tatapan panik. Sementara Zelo jelas
menunjukkan bahwa ia tidak tahu apa-apa masalah mobil tersebut.
Doojoon
menegaskan tatapannya. Seolah menekan Youngjae untuk mengakui sesuatu. Tentu
tentang kebenaran keberadaan mobil Youngjae. “Youngjae…” desisnya pelan namun
terasa penuh penekanan.
Flashback…
Tidak
butuh waktu lama untuk Minhyuk menghabisi Youngjae. Mereka juga tak luput jadi
tontonan orang-orang yang kebetulan melintas di sana. Eunkwang bahkan sudah
berusaha melerai mereka. Namun ia justru juga mendapat pukulan dari Minhyuk.
Hingga akhirnya, Youngjae sudah tidak mungkin melawan. Bahkan dari awal pun
Youngjae memang tak melakukan perlawanan.
“Lo
bakal dapet yang lebih parah dari itu kalau masih berani ngalangin gue
ngedeketin Eun Ji!” ancam Minhyuk serius. Ia yang melihat kunci mobil Youngjae
yang tergeletak di aspal, langsung saja merampasnya. “Gue bakal balikin mobil
lo, kalau Eun Ji bener-bener udah jadi milik gue!”
Flashback end…
Youngjae
menghindari tatapan Doojoon yang masih menatapnya dengan ekspresi yang sulit
diartikan. “Eun Ji bahkan lebih berharga dari pada mobil itu.”
Doojoon
mendesah, berat. Sambil menghempaskan punggung ke sandaran jok, Doojoon
mengusap wajahnya. Tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Youngjae.
Yang ia tahu, Youngjae menghamili seorang gadis. Dan anak itu juga kehilangan
mobil mewahnya.
“Sebelum
nikah, selesain program dari perusahaan om yang di Palembang. Sekalian untuk
kamu mempercepat kuliah.”
Youngjae
jelas menolak keputusan Doojoon. Namun Doojoon seperti tidak bisa ditawar lagi.
“Nggak
ada penolakan!”
***
“Mas
mau ke mana setelah ini?”
Yongguk
melirik jam di tangannya. “Rumah Chorong,” jawabnya pendek. “Kamu sendiri?” Ia
balik bertanya sambil bersiap menaiki bus yang akan mereka tumpangi ke café
tadi. Kendaran keduanya masih tertinggal di sana akibat di bawa paksa oleh dua
anak buah Junhyung tadi.
Himchan
tidak langsung menjawab. Ia masih berdiri di tempat bahkan setelah bus tiba dan
Yongguk sudah lebih dulu melangkah masuk ke sana. Saat berbalik, ia menatap
Himchan heran karena adiknya tidak bergerak sedikit pun.
“Mas
Yongguk duluan aja,” putus Himchan. Bahkan sebelum Yongguk sempat bertanya. Ia
kemudian memutuskan untuk melesat pergi dari sana. Sekaligus membatalkan niat
untuk ikut menyusul Yongguk menaiki bus.
Yongguk
sendiri sudah tidak mungkin mencegah Himchan karena pintu bus sudah lebih dulu
tertutup dan berangkat beberapa saat kemudian.
***
Titik-titik
hujan tiba-tiba mulai berjatuhan. Sontak membuat Himchan melesat secepat
mungkin ke sebuah halte untuk berteduh. Tepat bersamaan dengan datangnya
sepasang muda-mudi yang mengenakan sebuah jaket yang dibentangkan di atas
kepala sebagai pengganti payung.
Cowok
itu sedikit mengibas-ngibaskan jaketnya yang basah. Tanpa sadar, percikan air
sampai mengenai Himchan.
“Eh,
maaf.”
Himchan
sempat hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukan protes. Namun
semuanya sirna saat mengetahui dua orang di hadapannya sekarang. Bomi bersama
Jongup.
“Dari
tadi kalian berdua?” Himchan bertanya, dingin. Tidak terdengar bernada tinggi
memang. Namun sorot matanya tidak mungkin berbohong. Perasaannya bercampur
aduk.
“Abisnya
aku ditinggal sendiri di rumah. Dan cuma mbak Bomi aja yang bisa nemenin aku.”
Jongup terdengar membela diri.
Himchan
bungkam.
Diselingkuhi pacarnya.
Dituduh menghamili anak orang. Kakaknya akan menikahi pacarnya yang juga
dihamili orang lain. Dan sekarang, ia melihat adiknya ‘berpacaran’ dengan
tetangganya sendiri.
Entah
mengapa, melihat raut wajah Jongup yang jelas menyiratkan setitik kebahagiaan
sukses membuat Himchan tersulut cemburu. Ia iri karena jika Jongup dan Bomi
memang menjalani sebuah hubungan, adiknya mendapatkan sosok cewek baik-baik
yang tidak menuntut banyak hal.
Selanjutnya
tidak ada yang bicara. Hanya suara gemericik air hujan yang mendominasi.
Terlebih Bomi yang bahkan seperti tidak sanggup melirik Himchan.
Sampai
akhirnya, Himchan mengeluarkan ponselnya dan menerima sebuah pesan dari
Yookyung.
Sayang…
aku ada di resto tempat kita pertama kali ketemu waktu itu. Kamu bisa nyusul,
kan? Aku tunggu ya…
Himchan
menekan tombol berwarna merah tanpa membalas pesan tersebut baik satu kata pun.
Tidak
ada tanda-tanda hujan akan mereda. Yang terlihat justru semakin deras. Membuat
Himchan teringat jaket ditangannya saat mendapati Bomi memeluk tubuhnya
sendiri. Tanpa ada tanda-tanda apa pun, Himchan menyampirkan jaket tersebut ke
pundak Bomi.
“Kalian
lanjut aja,” ujar Himchan tanpa menoleh. Ia lalu terlihat melesat menerobos
hujan dan tidak mempedulikan teriakan Jongup yang menyuruhnya berhenti.
***
Esoknya,
Eun Ji memaksa Ilhoon untuk membawanya kabur dari kediaman orang tua mereka.
Eun Ji meminta untuk diantar ke kampus. Cewek itu ingin meluapkan emosinya yang
tertahan beberapa hari ini akibat kejadian salah paham tentang kehamilannya.
Ilhoon
mengalihkan sesaat tatapannya dari buku tebal dipangkuannya. Ia terkekeh
melihat kegiatan Eun Ji saat itu. Mengenakan seragam taekwondo, dan dengan
murka menghajar sebuah samsak yang tergantung di salah satu sudut aula.
“Jangan
terlalu kasar. Kasian calon keponakan aku,” ledek Ilhoon.
Eun
Ji menatap sinis. Ia bahkan berniat melemparkan samsak tadi ke arah Ilhoon.
Melihat perlakuan kakaknya, Ilhoon semakin terkekeh keras.
“Apa
cewek yang mau ngakhirin masa lajang selalu begitu ya? Suka ngelakuin kegiatan
yang agak-agak ekstrim.”
Eun
Ji membatalkan niat untuk menghajar samsak tadi saat mendengar suara orang lain
di dalam aula tersebut. Dan tanpa harus menoleh, ia tahu jika orang tersebut
adalah Peniel.
“Tolong
jangan ngajak ribut, ya!”
Peniel
tampak menghempaskan tubuhkan ke samping Ilhoon yang menunggu di pinggir
lapangan. “Eun Ji bakal nikah sama siapa jadinya?” tanya Peniel pada Ilhoon.
Tak peduli dengan tatapan membunuh dari Eun Ji.
Ilhoon
menutup bukunya kemudian tampak memikirkan jawaban yang tepat. “Fansnya Naeun?”
Ia justru membuat Peniel ikut berpikir.
“Jangan
mulai ya lo berdua!” desis Eun Ji. Ia menatap tajam ke dua cowok dihadapannya.
Lalu mengambil kasar sebuah botol minuman isotonic yang tergeletak di antara
Ilhoon dan Peniel. Eun Ji menenggak minumannya cukup banyak. Lalu menghempaskan
tubuh ke lantai. “Ada apaan lo ke kampus gue?”
“Proyek
besar tim kita. Bulan depan di Jogja.” Peniel berujar pelan. Namun penuh dengan
penekanan.
Eun
Ji terdengar mendesah, berat. “Ya kalau gue tetep tinggal di rumah, bisa minta
Ilhoon buat bantuin gue kabur. Nah kalau semisal gue tinggal di rumah
Youngjae?”
“Emang
gue mau bantuin kakak kabur?”
PLAK!
Botol kosong bekas minuman milik Eun Ji mendarat mulus di kepala Ilhoon. Bonus
tatapan membunuh dari Eun Ji.
“Kejam
banget sih, Kak!” Ilhoon memprotes keras sambil memegangi kepalanya yang
berdenyut.
***
Zelo
tampak bangkit saat melihat sosok Hayoung mengintip dari balik pintu kelas.
Namun seketika Zelo membatalkan niat karena mendapati Jongup dengan semangatnya
melesat menghampiri Hayoung. Tidak sampai disitu, Jongup bahkan mengajak
Hayoung ke luar kembali sebelum cewek itu sempat menginjakkan kaki ke dalam
kelas.
“Pak
Himchan nggak masuk. Kita langsung ke ruang musik aja.”
Jongup
menarik pelan tangan Hayoung. Sementara cewek itu sama sekali tidak melakukan
protes. Namun diam-diam Hayoung masih sempat mencuri pandang ke tempat Zelo
berada melalui jendela kelas. Zelo hanya menatap ke dalam halaman bukunya
seakan tidak ada hal lain yang lebih menarik perhatiannya.
“Yaahh…
Jong. Belum dibuka.”
Jongup
tidak menggubris komentar Hayoung. Ia memilih ke dekat balkon sambil menunggu
petugas untuk membukakan pintu.
Jongup
menumpu tangannya ke pembatas balkon sambil menatap Hayoung penuh minat. “Eh,
Young. Lo deket nggak sama Namjoo?”
Hayoung
menoleh dengan mata membulat. Cukup lama sampai akhirnya Hayoung membuka mulut
karena ia ingin memastikan kembali pendengarannya. “Lo kenal Mbak Namjoo di
mana?” Cewek itu justru balik melemparkan pertanyaan.
“Hmm…”
Jongup, ia sibuk memikirkan jawaban yang pas. Agak riskan jika ia mengakui
‘pernah’ bekerja disebuah kelab malam. Jongup malah mengusap tengguknya.
Hayoung
melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap Jongup, mengintimidasi. “Gue
curiga…”
“Psstt!!”
Jongup tanpa sadar membekap mulut Hayoung.
“Heh!”
Dengan kasar Hayoung menyingkirkan tangan Jongup. “Gue belom selesai ngomong,
Jong!”
Jongup
tersenyum sambil menunjukkan deretan giginya yang tampak putih rapih.
***
Bomi
menatap heran kepulangan Daehyun saat itu. Ia sendiri bahkan baru bersiap untuk
berangkat ke kampus. Melihat gerak-gerik Daehyun yang tampak panik, Bomi
berinisiatif untuk menghampiri. Sesaat ia membatalkan niat untuk segera kampus.
“Daeh!”
Bomi meneriaki cowok itu. “Mas Himchan sakit?” sambarnya.
Daehyun
masih mengenakan jas putih yang menjadi cirri khas seorang dokter. Cowok itu
menatap takjub sekaligus heran. Bomi sudah mengetahui alasan kepulangannya yang
mendadak. Padahal baru beberapa jam ia meninggalkan rumah.
“Mas
Himchan ngabarin lo?”
Kali
ini Bomi yang tampak bingung dengan pertanyaan Daehyun. Dengan tatapan polos,
Bomi menggeleng pelan.
Flashback…
Hujan
yang mengguyur kota terjadi sampai malam. Jongup yang merasa bertanggung jawab
atas Bomi, dengan rela mengeluarkan uang lebih untuk membayar taksi yang
mengantar mereka pulang.
Setelah
beberapa jam kemudian, hujan sudah mereda. Namun Bomi belum ingin memejamkan
mata. Ia mengintip jalanan yang tampak basah dari balik jendela kamarnya.
Sementara suasana rumah keluarga Jongup sudah gelap.
Bomi
sudah ingin menutup tirai, tapi terpaksa ia singkap kembali karena ia melihat
seorang cowok menuju rumah tersebut. Hanya melihat dengan sekilas saja, Bomi
sudah bisa menyimpulkan jika cowok itu adalah Himchan. Jelas terlihat dari
bentuk badannya.
Segera
Bomi melesat ke luar kamarnya. Menerobos pintu dan mendekati pagar rumahnya.
Bomi hanya menatap Himchan dari jauh. Dan cowok itu tampaknya tidak menyadari
kehadiran Bomi. Di sana Bomi mendapati tubuh Himchan yang basah kuyup dan wajah
putih Himchan terlihat pucat.
Bomi
menggigit bibirnya. Berpikir ingin melakukan sesuatu untuk Himchan. Bomi sudah
berniat membuka pagar. Namun suara keras pintu yang ditutup Himchan, membuat
Bomi membatalkan niat.
Flashback end…
“Jadi
bener kalau Mas Himchan sakit?” Bomi mengulangi pertanyaannya. Keyakinannya
cukup kuat tentang kondisi Himchan saat ini.
“Ikut
masuk aja deh,” putus Daehyun yang bahkan sudah membuka pintu pagar dan
mendahului Bomi masuk ke dalam.
***
Eun Ji masih berada di
aula kampusnya bersama Ilhoon dan Peniel.
“Mending cari aman aja.
Karena nanti posisinya lo udah nikah, lebih baik lo ijin baik-baik sama
Youngjae.”
Eun
Ji memikirkan baik-baik perkataan Peniel. Meski ia tidak terlalu yakin tentang
hal tersebut.
“Eh,
calonnya Eun Ji namanya Youngjae kan?” Peniel menyikut lengan Ilhoon karena
tidak yakin jika ia telah mengucapkan nama yang benar.
Ilhoon
hanya mengangguk. “Eh, Kak! Kayaknya kita udah harus pergi nih. Gue dikabarain
bentar lagi temen gue datang. Mereka mau ada sparing taekwondo.” Ilhoon bicara,
namun tangannya sibuk membereskan barang-barang bawaannya.
Peniel
juga sudah tampak berdiri dan bersiap pergi. Sementara Ilhoon mengulurkan salah
satu tangannya ke arah Eun Ji.
Belum
sempat Ilhoon membantu Eun Ji untuk berdiri, segerombolan orang berseragam
taekwondo sudah tampak mulai bermunculan. Beberapa dari mereka tampak menatap
keberadaan Eun Ji penuh minat. Bahkan dua diantaranya sampai menghampiri ke
tempat Eun Ji berada.
“Ya
ampun, Ji. Lo ke mana aja? Kita mau sparing dan kekurangan orang untuk tim
cewek. Lo bisa gabung, kan?” kata cowok tinggi bernama Hackyeon tersebut.
Menatap penuh harap agar Eun Ji mengabulkan permintaannya.
“Tapi
gue nggak ikut pemanasan ya. Gue udah mulai dari tadi soalnya.”
“Oke,
Ji.” Cowok di samping Hackyeon tadi langsung meluluskan perimtaan Eun Ji. “Kita
mulai dulu ya,” pamit Hongbin sambil menepuk pundak Hackyeon untuk mengajaknya
meninggalkan Eun Ji.
Eun
Ji menatap punggung Hackyeon dan Hongbin dengan perasaan ringan. Mood-nya langsung membaik karena ajakan
dua cowok tadi. Namun senyuman Eun Ji memudar saat melihat Ilhoon sibuk dengan
ponselnya.
“Lo
ngapain, Hoon?” Eun Ji bertanya dengan nada curiga.
Ilhoon
hanya melirik sekilas ke arah Eun Ji. Lalu kembali mengalihkan pandangannya ke
layar ponsel. “Mau ngabarin Mas Youngjae kalau kakak mau ada sparing. Siapa tau
dia mau ngasih semangat,” kata Ilhoon, enteng.
Dengan
gerakan cepat, Eun Ji menyambar ponsel Ilhoon dan memeriksanya. Ilhoon
benar-benar mengirimi pesan pada Youngjae. Dan tepat di depan mata Eun Ji,
sebuah laporan masuk yang menandakan bahwa pesan sudah benar-benar terkirim.
“Akh!”
Ilhoon menjerit karena Eun Ji menendang tulang kering kakinya. Saat mendongak,
Ilhoon mendapati Eun Ji sudah pergi menjauh. Kemudian terdengar kekehan kecil
yang membuat Ilhoon menatapnya, kesal.
Peniel
merangkul Ilhoon tanpa merasa bersalah sedikit pun karena telah
menertawakannya. “Kalau lo nanti ketemu Youngjae, lo bilang sama dia buat
belajar ilmu bela diri mulai sekarang.”
***
Daehyun
melesat masuk. Ia langsung duduk di tepi ranjang Himchan sambil membongkar
tasnya yang berisi beberapa peralatan kedokteran miliknya.
Sementara di tempat tidur,
Himchan tampak terpejam dengan wajah putinya yang semakin terlihat pucat.
Menyadari ada seseorang di dekatnya, perlahan Himchan membuka mata.
“Mas
Himchan semalem pulang jam berapa? Aku tanya Jongup bahkan Mas Yongguk, nggak
ada yang tahu.”
Himchan
tidak langsung menjawab pertanyaan Daehyun. Ia justru melirik ke ambang pintu,
tempat Bomi berdiri mematung di sana.
Daehyun
juga ikut melihat ke arah mata Himchan menatap. Seolah-olah ia mengerti maksud
tatapan Himchan jika Bomi mengetahui jawaban dari pertanyaan Daehyun.
Bomi
menghindari tatapan Himchan. Cara Himchan melihatnya seolah cowok itu juga
menyadari keberadaan Bomi semalam saat ia baru pulang. Sementara Bomi sendiri
hanya mampu memain-mainkan ujung kemejanya. Ia tidak ingin salah menjawab
karena bisa saja Himchan tidak menginginkan jawaban dari mulutnya.
“Hampir
jam 2 pagi.” Bomi tersentak dengan jawabannya sendiri. Seolah ia tidak
mengharapkan kata itu yang meluncur dari mulutnya.
Bomi
memberanikan diri melirik Himchan untuk memastikan reaksi cowok atas
jawabannya. Saat itu Himchan terlihat melirik Daehyun dengan tatapan seakan
membenarkan perkataan Bomi.
Daehyun
meraih pergelangan tangan Himchan. Sontak saja suhu badan Himchan yang hangat
sangat terasa di telapak tangannya. “Mas Himchan kehujanan?” tanya Daehyun.
Namun karena tidak mendapat jawaban langsung dari sang pasien, Daehyun
melemparkan beban pada Bomi.
Bomi
mengangguk samar. Dan itu sudah menegasnya semuanya.
Daehyun
mengeluarkan sebuah buku kecil dari dalam tas. Menulis-nulis sesuatu di atasnya.
“Nanti aku anterin surat keterangan ini ke sekolah Jongup.”
Himchan tidak merespon
apa-apa. Daehyun kemudian berdiri dan meninggalkan Bomi dan Himchan di sana.
Bomi dan Himchan sendiri saling menghindari tatapan satu sama lain. Himchan
bahkan sampai memiringkan tubuhnya menghadap tembok dan merapatkan selimutnya
hingga sebatas leher.
Tidak
lama kemudian, Daehyun kembali dengan beberapa jenis obat di tangannya. Ia
duduk kembali di samping Himchan sambil memeriksa obat-obat tersebut.
***
Zelo melangkah
pelan. Namun tiba-tiba ia menarik kembali tubuhnya ke belakang karena melihat
pemandangan antara Jongup dan Hayoung yang hanya berdua. Zelo menjulurkan
sedikit kepalanya ke luar dari balik tembok. Tepat saat Jongup terlihat
membekap mulut Hayoung.
Zelo
tidak menyadari keberadaan Sungjae di sana. Sungjae juga melihat ke tempat
Jongup dan Hayoung berada. Namun ia melakukannya dengan terang-terangan.
Sungjae bahkan sampai memperhatikan baik-baik gerak-gerik Zelo saat melihat
itu.
“Jadi
pengen punya pacar juga.”
Zelo
menoleh cepat. Sedikit terkejut dengan suara yang tiba-tiba masuk ke dalam
telinganya. Dan Zelo langsung menarik tangan Sungjae yang terlihat berniat
mendekati Jongup dan Hayoung yang berada tepat di depan ruang musik.
“Apa
sih, Zel?” Sungjae memprotes. Sementara tangannya dengan kasar menjauhkan
tangan Zelo.
Zelo
memutar bola matanya. Sedikit kesal karena Sungjae bereaksi cukup berlebihan.
“Jadi mereka bener pacaran?”
Sungjae
mengangkat bahunya. “Tahu deh,” ujarnya enteng yang kemudian melesat pergi
begitu saja.
“Harusnya
nggak usah gue tanyain,” desis Zelo. Menyesal telah bertanya pada cowok yang
juga teman dekat Jongup tersebut.
***
Keriuhan
terjadi di aula kampus Eun Ji. Sparing antar klub taekwondo telah berlangsung. Cowok
bernama Hackyeon tadi sedang melakukan pertandingan satu lawan satu. Sementara
Eun Ji masih menunggu gilirannya di pinggir area pertandingan bersama Hongbin
dan Leo.
“Lawannya
si Hackyeon itu yang kemaren juara Nasional ya?” Eun Ji bertanya pada dua cowok
yang duduk di ke dua sisinya.
“Ravi?”
Hongbin memastikan.
“Bukan
Ravi,” Leo terdengar menyahut. “Tapi si Hyuk.” Dia menunjuk ke seorang cowok
yang duduk berseberangannya dengannya. Tempat klub lawannya berkumpul.
“Oh…
iya iya…” Hongbin berseru karena ia baru menyadari hal tersebut. “Dia masih SMA
kan, ya?”
Belum
sempat ada yang merespon ucapan Hongbin, suasana kembali riuh. Kali ini
terdengar sorak kemenangan dan tepuk tangan seiring wasit pertandingan
mengangkat tangan kanan Hackyeon ke atas sebagai tanda telah memenangkan
pertandingan.
Berikutnya,
giliran Leo yang akan merasakan skill dari
cowok yang ia bicarakan tadi. Hyuk. Ia telah bersiap di pinggir area
pertandingan seiring dengan langkan Hackyeon yang meninggalkan area. Mereka
saling berpelukan singkat.
Hackyeon
menjatuhkan tubuh di samping Eun Ji. Kemudian Hongbin berpindah karena ingin
mengucapkan selamat pada Hackyeon. Hongbin memeluk Hackyeon dari belakang
sambil mengacak-acak puncak kepala cowok itu.
***
Daehyun
sudah bersiap dengan motornya. Sementara Bomi hanya berdiri dengan bimbang.
Entah apa yang cewek itu pikirkan sampai-sampai ia tak juga naik ke atas
boncengan motor Daehyun.
“Lo
mau gue anter sampai mana?” Cukup lama Daehyun menunggu jawaban dari Bomi yang
tak kunjung meluncur dari bibir cewek itu. Saat menoleh, Bomi masih saja
berdiri dan sibuk dengan pikirannya sendiri. “Bomi. Ayo dong. Gue buru-buru
nih.”
“Lo
berangkat aja,” putus Bomi. Sebelum Daehyun memprotesnya, cewek itu sudah lebih
dulu melesat ke dalam rumahnya. Membatalkan niat untuk pergi ke kampus.
“Bomi!
Yoon Bomi!” Daehyun meneriaki nama cewek itu. Tapi Bomi sama sekali tidak
terpengaruh. Cewek itu bahkan sudah sampai menutup pintu pagar rumahnya dari
dalam. “Nggak jadi kuliah, apa?” Daehyun sedikit memijat keningnya. Tidak habis
pikir dengan keputusan Bomi.
Tanpa
ingin buang waktu lebih lama, Daehyun lebih memilih pergi dari sana. Karena
urusannya sendiri saja sudah cukup banyak. Setelah mengantarkan surat kesehatan
milik Himchan ke sekolah, ia harus segera langsung kembali ke rumah sakit.
Tugasnya belum selesai di sana.
Sementara
di dalam rumahnya, Bomi langsung meluncur ke dapur. Cewek itu meletakkan tasnya
begitu saja di atas meja makan. Kemudian menggulung sedikit lengan kemejanya
yang panjang. Lalu mengikat rambut sebelum akhirnya berkutat dengan beberapa
bahan makanan yang ia ambil dari dalam kulkas.
Bomi
mulai mempersiapkan bahan makanan untuk ia masak. Dan hampi setengah jam, cewek
itu berkutat di dapur. Yang membuat Bomi sedikit mengalihkan fokusnya dalam
memasak adalah saat Naeun meneleponya.
“Halo,
Na.” Bomi menjepit ponsel di antara telinga dan pundaknya. Ia tidak ingin
membuang-buang waktu jika ia meninggalkan masakahnnya walau sesaat.
“Lo
di mana? Daehyun lagi dinas. Eun Ji nggak tau di mana. Gue sendirian nih di
kampus,” cerocos Naeun dengan nada tidak sabar.
Bomi
sedikit meringis mendengar suara Naeun yang menerobos langsung ke dalam gendang
telinganya. Cewek itu tertegun sesaat. Bomi menegakkan kepalanya dan tangannya
yang menopang ponsel. “Mas Himchan sakit. Gue sih maunya nemenin dia. Tapi
nggak tahu juga. Lo tau sendiri Mas Himchan gimana ke gue. Liat nanti deh gue
ke kampus atau nggak.”
“Oke
deh. Good luck ya pendekatannya,”
goda Naeun. Ia sama sekali tidak keberatan dengan keputusan sahabatnnya itu.
Bomi
terkekeh mendengar ucapan Naeun. Selanjutnya, Naeun tampak yang mengakhiri
pembicaraan mereka. Lalu Bomi kembali menyibukkan diri dengan masakannya yang
sudah hampir selesai.
***
Youngjae
baru saja tiba di kampusnya dengan menumpang bus umum. Lokasi halte yang sangat
dekat dengan gerbang kampus, tentu saja didominasi dengan mahasiswa di sana.
Dan tentu saja cukup banyak yang mengetahui siapa Youngjae. Terutama dikalangan
cewek-cewek.
Kedatangan
Youngjae dengan menumpang bus umum jelas menarik perhatian. Tatapan para
mahasiswi yang penuh minat, namun beberapa ada yang menatap aneh dan penuh
selidik. Tentu karena Youngjae muncul tanpa mobil mewahnya.
Buru-buru
Youngjae mempercepat langkah karena tak nyaman dengan perlakuan teman-temannya.
Secepat mungkin menghilang dari pandangan mereka. Namun tanpa sadar langkah
Youngjae terhenti karena melihat sesuatu yang sangat familiar baginya. Mobil mewah
Youngjae yang dibawa paksa oleh Minhyuk.
“Brengsek
si Minhyuk. Mobil gue dibawa ke kampus!” desis Youngjae.
Kemudian,
cowok itu menerima sebuah pesan dari Ilhoon yang mengabarkan tentang keberadaan
kakaknya, Eun Ji.
“Ada-ada
aja sih si Eun Ji.”
Youngjae kemudian
memasukkan kembali ponselnya. Lalu ia melanjutkan langkahnya yang sempat
terhenti. Melesat menuju aula tempat sparing taekwondo terlaksana. Dan langkah
cowok itu semakin cepat karena melihat sosok Minhyuk berjalan menuju aula yang
sama seperti tujuan Youngjae.
***
Eun Ji
sudah bersiap di area pertandingan. Berhadapan dengan lawan yang memiliki tubuh
sedikit lebih tinggi darinya dan berambut pendek. Eun Ji menghirup udara
dalam-dalam sebelum wasit memberi tanda untuk memulai pertandingan. Jika dilihat
secara fisik, lawan Eun Ji tampak sedikit lebih unggul.
Berikutnya,
pertandingan sudah berlangsung beberapa menit. Dan hampir tampak serupa seperti
yang sudah diperkirakan. Eun Ji sedikit sulit melakukan perlawanan lebih. Klimaksnya,
satu pukulan mendarat di wajah Eun Ji hingga membuat cewek itu terjungkal ke belakang.
Sementara
di pintu utama aula. Minhyuk tampak memunculkan diri. Cowok itu membeku melihat
seseorang yang sedang menghadapi pertandingan. Eun Ji. Minhyuk sudah ingin
melangkah mendekat. Namun sudah ada cowok yang mendahuluinya.
“Jung
Eun Ji!”
Teriakan Youngjae
membuatnya menjadi pusat perhatian. Tak terkecuali untuk Eun Ji. Sementara Ilhoon
sampai berdiri mendapati kemunculan Youngjae yang bisa dipastikan sudah membaca
pesannya. Di samping Ilhoon, Peniel menatap bingung ke tempat Ilhoon, Eun Ji
dan Youngjae berada secara bergantian.
Eun Ji
perlahan bangkit seiring Youngjae yang melangkah mendekat. Cewek itu sudah
memberikan ancaman melalui tatapannya agar Youngjae berhenti. Namun sepertinya
itu bukan masalah untuk Youngjae.
Youngjae
tanpa ada rasa berdosa, menerobos hingga akhirnya ia sampai di hadapan Eun Ji.
“Ngapain
lo ke sini? Lo ngerusak…” Ucapan Eun Ji terputus karena tangan Youngjae
mengusap tepi bibir Eun Ji yang berdarah.
“Harusnya
lo sadar dengan apa yang lo lakuin.” Youngjae menunjukkan jarinya yang terdapat
darah Eun Ji. “Kalau orang tua lo nanya dari mana asal luka-luka lo ini, lo mau
jawab apa? Sparing Taekwondo? Dan harusnya lo udah keguguran kalau lo bener
jawab begitu.” Youngjae berucap pelan. Ia tidak ingin banyak yang mendengar
suaranya.
“Apa
pertandingan bisa dilanjutkan?” Suara wasit pertandingan menginterupsi pikiran
Eun Ji.
Youngjae
berbalik. Sementara tangannya diam-diam meraih pergelangan tangan Eun Ji. “Eun
Ji meyerah. Dia nggak bisa melanjutkan pertandingan.”
Sementara
dari pinggir lapangan, Hackyeon, Hongbin dan beberapa rekan tim Eun Ji berdiri.
Mereka siap melancarkan protes karena sikap Youngjae yang merusak pertandingan.
Eun Ji
sendiri seperti tidak bisa menolak penarikan tangannya yang dilakukan oleh Youngjae.
Ia hanya bisa menatap Hackyeon, Hongbin dan Leo penuh rasa bersalah. Dan ketiganya
juga membatalkan niat untuk memprotes.
Hasil pertandingan juga
sudah diputuskan. Eun Ji kalah dalam pertandingan tersebut. Dan pertandingan
berikutnya juga harus segera terlaksana.
Tanpa
mempedulikan keberadaan Minhyuk, Youngjae berlalu begitu saja di depan cowok
itu. Eun Ji juga terlihat menghindari tatapan Minhyuk. Kemudian Ilhoon dan
Peniel juga tampak ikut meninggalkan aula kampus.
“Gue
mau ngomong sama Eun Ji dulu ya,” kata Youngjae saat mereka sudah di luar.
Ilhoon
dan Peniel mengangguk cepat. “Kita tunggu di parkiran ya.” Peniel yang
menjawab, lalu ia mengajak Ilhoon untuk mengikuti langkahnya. Mereka berjalan
ke arah yang berbeda dengan arah tujuan Youngjae juga Eun Ji.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar