Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu,
Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast :
Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin, Kwangmin)
SNSD (Yoona, Taeyeon)
B1A4 (Jinyoung, Sandeul)
Genre
: teen romance, family
Length : part
***
Myungsoo dan Hye Ra
berjalan beriringan di koridor sekolah mereka yang sepi. Tentu saja karena ini
hari libur. Kedatangan mereka ke sana hanya untuk mengerjakan tugas kelompok.
Mereka juga sama sekali tidak mengenakan seragam.
“Di
mana kau akan mengerjakan tugas?” Tanya Myungsoo.
“Perpustakaan,”
jawab Hye Ra singkat.
“Baguslah.
Aku jadi tidak harus pergi sendiri ke sana.” Dari ucapan Myungsoo bisa langsung
diartikan bahwa dia juga akan ke perpustakaan.
Hye
Ra berjalan mendahului Myungsoo lalu membuka pintu perpustakaan sekolah. “Maaf
aku telat,” serunya.
Hari ini perpustakaan di
kuasai oleh Hye Ra dan beberapa teman sekelasnya. Di dalam sana sudah lebih
dulu hadir Sungjong, Sandeul, Haesa dan Taeyeon berkumpul di satu meja. Mereka teman
sekelompok Myungsoo.
Sementara
itu, teman sekelompok Hye Ra berada di sisi lain perpustakaan. Cukup jauh dari
tempat Mungsoo berada. Hye Ra sendiri langsung bergabung dengan kelompoknya. Ada
satu kursi kosong di samping Hoya dan Dongwoo yang kala itu duduk
berseberangan. Dan tentu saja Hye Ra lebih memilih bersama Dongwoo. Duduk di
antara Dongwoo dan Yoona.
“Maaf
aku telat,” seru Hye Ra yang masih sedikit merasa bersalah.
Dongwoo
mendekatkan kepalanya ke arah Hye Ra. “Tidak masalah, sayang.” Pemuda itu
mencoba merayu Hye Ra.
“Berani
bersikap seperti itu lagi, ku pastikan kau akan mati di tanganku!” desis Hye Ra
tajam. Dongwoo sendiri hanya terkekeh mendengar ancaman membunuh dari Hye Ra.
“Hye
Ra, bisa bantu akau mencari buku untuk referensi?” pinta Yoona.
“Tentu
saja,” seru Hye Ra tanpa berpikir dua kali. Ini lebih baik dari pada ia habis
di goda oleh Dongwoo. Dengan penuh semangat, Hye Ra menggandengan tangan Yoona
dan membawanya ke deretan buku-buku yang tersusun rapi dalam rak.
Hoya
sendiri tampak sibuk membolak-balikkan buku di hadapannya. Bahkan saat Hye Ra
datang, pemuda itu hanya melirik sekilas dan tidak mau lebih lama meninggalkan
bukunya. “Akh, ini dia,” pekik Hoya sambil menunjukkan sebuah halaman buku yang
sedang terbuka. Ia menunjukkannya pada Jinyoung.
“Benar,”
seru Jinyoung menyetujui apa yang Hoya pikirkan.
“Jinyoung!”
Pemuda itu menoleh ke arah Yoona dan Hye Ra yang tadi memanggilnya. “Ke sini
sebentar.” Dua gadis itu sampai menggerak-gerakkan tangannya sebagai tanda agar
Jinyoung datang pada mereka.
“Kau
bisa menggambarnya, kan? Aku ke sana dulu sebentar,” ujar Jinyoung pada Hoya.
“Tentu
saja,” jawab Hoya singkat.
Sementara
itu, Dongwoo tampak menyibukkan diri dengan membolak-balikkan halaman buku di
hadapannya tanpa minat. Dan karena memang sedang tidak ada yang ia kerjakan
saat itu. Sesekali Dongwoo mencuri pandangan pada kertas tempat Hoya menggambar
sebuah bagan seperti yang ada pada buku.
“Apa
kau benar-benar ingin melepaskan Hye Ra?” Tanya Dongwoo, iseng.
Hoya
sama sekali tak terpengaruh dengan ucapan Dongwoo tadi. “Sudahlah. Jangan bahas
itu. Dan kalau kau ingin mendekatinya, silahkan saja.” Hoya berbicara dengan
tidak menatap Dongwoo sedikitpun. “Aku tidak akan melarangmu,” lanjutnya masih
sambil sibuk menggambar.
“Hanya
itu?” Dongwoo tampak tak puas dengan jawaban Hoya.
Dan
kali ini Hoya benar-benar menghentikan kagiatannya. Ia mendongak dan menatap
lurus ke arah Dongwoo. “Aku akan pindah ke Jepang. Meninggalkan kota ini,
meninggalkanmu, Hye Ra, Myungsoo, juga yang lain. Dan kau harus ingat itu,”
tegas Hoya.
“Sekedar
mengatakannya pun tidak?”
“Tidak,”
jawab Hoya penuh keyakinan.
Dongwoo
menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. “Kau harus tetap mengatakannya
sebelum kau pindah. Setidaknya, biarkan Hye Ra tau bahwa cintanya selama ini
tidak bertepuk sebelah tangan.”
Hoya
tertegun dengan perkataan Dongwoo.
“Jika
kau tidak ingin melakukan itu, lantas untuk apa lagi kau berlama-lama di sini?
Lebih baik besok kau pergi saja ke Jepang,” lanjut Dongwoo seakan mendesak
Hoya. “Tapi kau jangan khawatir aku pasti akan tetap menepati janjiku. Jika ke
Jepang, aku akan menemuimu.”
***
Hyunseong
masuk ke belakang meja bar. “Hyung, aku mau ke luar sebentar. Mengantarkan
bekal makanan milik Hye Ra,” seru Hyunseong sambil melepaskan celemek di
pinggangnya.
Woohyun
dengan terkejutnya menjulurkan kepala ke jendela dari dalam dapur. “Kau mau
pergi? Bagaimana dengan pesananku?”
Hyunseong
menepuk keningnya seakan baru mengingat sesuatu.
“Letak
sekolah Hye Ra dan supermarket bertolak belakang. Kau pergi membeli belanjaanku
saja. Dan biarkan Sungyeol yang mengantarkan makanan Hye Ra,” titah Woohyun.
“Aku?”
Sungyeol yang terkejut atas perintah dadakan tadi, hanya sanggup membalikkan
badan sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Iya,
sudah sana cepat!” tegas Woohyun sekali lagi agar Hyunseong dan Sungyeol segera
menjalankan tugas mereka karena Woohyun sendiri juga harus kembali bekerja.
Hyunseong
menepun pundak Sungyeol. “Maaf merepotkanmu,” serunya sedikit merasa bersalah.
Ia sendiri segera melesat meninggalkan café.
“Aku
titip meja bar sebentar, ya?” pinta Sungyeol pada Jeongmin yang kebetulan
melintas. Setelah melepas celemeknya, Sungyeol segera mengukuti jejak Hyunseong
yang sudah lebih dulu meninggalkan café.
***
Hye
Ra, Dongwoo, Hoya, Jinyoung dan Yoona kembali berada dalam satu meja. Mereka
sibuk dengan tugas masing-masing. Dan sesekali mereka saling berdiskusi satu
sama lain.
Tak
lama kemudian, Hye Ra tampak berdiri. “Aku ke toilet sebentar, ya.” Gadis itu
berpamitan dengan yang lain, lalu segera ke luar dari perpustakaan.
“Mau
ke mana?” tegur Myungsoo yang menyadari kepergian Hye Ra.
“Toilet,
mau ikut?” Hye Ra membalas dengan pertanyaan jahilnya. Tentu saja Myungsoo
menolak ajakannya itu.
Dari
kejauhan, Hye Ra melihat sosok Haesa yang baru keluar dari toilet. Ia tidak
mengetahui jika gadis itu sudah lebih dulu ke sana. Dan dari arah yang
berlawanan dengannya, Hye Ra melihat seorang pemuda bertubuh tinggi dengan
sebuah kotak makanan di tangannya.
“Sungyeol
oppa?”
Hye
Ra tampak menggumamkan nama pemuda itu. Tapi bukan suaranya yang terdengar di
sana. Melainkan suara Haesa yang juga menggumamkan nama Sungyeol.
Jelas
terlihat raut wajah kelegaan ditunjukkan Sungyeol. “Aku beruntung menemukanmu
di sini,” seru pemuda itu.
Tentu
saja Haesa dengan penuh semangat menghampiri Sungyeol. Sementara Hye Ra
langsung merapatkan tubuhnya pada dinding terdekat, tepat ketika Sungyeol dan
Haesa berpelukan.
“Apa
sebenarnya yang kau mau, Haesa? Hoya, Sunggyu oppa atau Sungyeol oppa?” Hye Ra
mengepalkan tangannya sambil berusaha menahan tangis. Ingin rasanya ia
mengeluarkan kata-kata tadi tepat di depan wajah Haesa. Tapi ia sama sekali tak
tega untuk benar-benar melakukannya.
Hye
Ra menjulurkan sedikit kepalanya untuk melihat keadaan terakhir yang terjadi
antara Sungyeol dan Haesa. Kini pemuda itu mengacak rambut Haesa dengan penuh
sayang. Mereka juga tampak terlihat sangat dekat.
Sebutir
Kristal beningpun akhirnya terjun bebas dari tepi mata Hye Ra. Gadis itu
kembali menarik badannya sambil segera menyeka tepi matanya yang basah.
“Kenapa aku justru menangis melihat Haesa
dengan Sungyeol oppa? Bahkan ketika mengetahui Haesa berpacaran dengan Hoya,
perasaanku tidak sesakit ini.”
Semua
yang terjadi sama sekali tidak bisa dimengerti oleh Hye Ra. Dan yang bisa
dilakukan oleh gadis itu saat ini hanyalah pergi sejauh-jauhnya dari tempat
Haesa berada bersama Sungyeol.
***
“Jadi
kau ke sini untuk mengantarkan makanan milik Hye Ra?” Haesa mengulangi ucapan
Sungyeol yang langsung dibalas sebuah anggukan dari pemuda itu. “Ah, aku iri
sekali dengan perhatian Sunggyu oppa padanya.” Gadis itu berbicara dengan nada
sedikit sedih. Terlebih ia juga memiliki sebuah kedekatan khusus dengan seorang
Sunggyu. “Ayo, ku antar untuk menemui Hye Ra,” ajak Haesa cukup bersemangat. Ia
langsung merubah suasana hatinya dengan cepat. Tak lupa, Haesa juga menggandeng
lengan Sungyeol tanpa canggung.
“Ku
lihat kau juga cukup dekat dengan Sunggyu hyung. Apa Hye Ra mengetahuinya?”
Pertanyaan Sungyeol kembali membuat Haesa murung. Gadis itu menggeleng dan
tentu saja mengundang pertanyaan di benak Sungyeol. “Kenapa?”
Haesa menghembuskan napas
dengan cukup kasar. “Ada sesuatu yang membuat Hye Ra tidak menyukaiku.”
“Memangnya
apa yang kau lakukan?”
“Aku
hanya membantu temanku. Dan ku harap ketika semua sudah selesai, Hye Ra bisa
memaafkanku.”
“Iya,
tapi ku mohon ceritakan padaku.” Sungyeol cukup mendesak adiknya. Terlebih, apa
yang tengah mereka bicarakan kini adalah menyangkut tentang Hye Ra.
Haesa
menghentikan langkah lalu menghadapkan tubuhnya ke Sungyeol. “Aku janji nanti
akan ku ceritakan. Karena sekarang kita telah sampai.” Tangan kiri Haesa
menyambar knop pintu. Gadis itu langsung mengarahkan pandangan ke tempat
kelompok Hye Ra berada. Tapi ia tidak menemukan gadis itu di sana.
Sungyeol
sendiri juga ikut mengintip ke dalam dari belakang tubuh Haesa.
“Dongwoo,
mana Hye Ra?” teriak Haesa yang membuat hampir seluruh penghuni ruangan
menengok ke arahnya.
Tak
terkecuali Myungsoo. Pemuda itu bahkan sampai menegakkan badannya saat
mendapati seorang Sungyeol juga berada di sana. Dan pikirannya pun mulai
melayang ke mana-mana. “Untuk apa
Sungyeol hyung ada di sini?”
“Dia
ke toilet, memang kau tidak bertemu dengannya di luar?” jawab Dongwoo yang
langsung kembali melontarkan sebuah pertanyaan.
Haesa
menautkan alisnya, lalu menggeleng. Mata gadis itu sontak melebar saat
mendapati kursi yang tadi ditempati Hoya kini kosong.
***
Kolam
renang. Tempat yang seharusnya sangat dihindari oleh seseorang yang memiliki phobia terhadapnya. Tapi tidak untuk Hye
Ra. Entah apa yang membawa gadis itu kini sudah berada di sana. Tepatnya di
kursi tribun paling atas area kolam renang sekolah.
Sebenarnya
sudah sejak lama tempat itu adalah tempat favorit Hye Ra untuk menyendiri karena
tempatnya berada di dalam ruangan dan cukup tertutup di bandingkan dengan area
olahraga yang lainnya. Tapi karena adanya insiden tak terlupakan dua tahun
lalu, Hye Ra benar-benar telah menghindarinya.
Gadis
itu kini duduk sambil memeluk lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Kedua
bahunya sudah bergetar karena menangis. Tak lama Hye Ra mendongak sambil
menyeka wajahnya yang sudah basah karena air mata.
“Oppa,
maafkan aku.” Hye Ra teringat sikap dinginnya pada Sunggyu sejak kemarin sore. “Tapi
kau harus menjauhi Haesa. Dia…” gadis itu tak sanggup melanjutkan ucapannya
karena baru tersadar di mana keberadaannya saat ini. Gadis itu merapatkan
punggungnya ke dinding. “SUNGYEOL OPPA…!” jeritnya cukup histeris, namun tak
bisa berbuat apa-apa.
***
Minwoo
dan si kembar Youngmin Kwangmin, terlihat baru saja ke luar dari area lapangan
bulu tangkis, lengkap dengan kostum dan perlatan terkait.
Youngmin
yang memiliki rambut berwarna pirang kecoklatan, tampak menyadari keberadaan
Hoya yang muncul dari arah kantin. “Hoya hyung!” teriaknya penuh semangat
sambil melambaikan tangan agar Hoya menyadari keberadaannya.
Minwoo
dan Kwangmin langsung menoleh ke arah Hoya berada. Hoya sendiri juga langsung
menyadari bahwa ada yang memanggil namanya.
“Sayang
kau telah kelas 3, hyung. Kita jadi akan jarang berolahraga bersama lagi,” ujar
Kwangmin saat mereka sudah berada di satu titik yang sama.
Hoya
tampak membeku dan tak bisa membalas ucapan adik kelasnya itu. “Bukan hanya jarang, tapi mungkin sudah
tidak akan pernah lagi.” Pemuda itu akhirnya hanya bisa menunjukkan
senyuman untuk menutupi kebenaran yang ada. Youngmin dan Kwangmin yang juga
adik kandung dari Dongwoo. Tentu saja Hoya sudah menganggap mereka seperti adik
sendiri. Bahkan kedekatan itu sudah terjalin sebelum si kembar sekolah di SMA
tersebut.
“Kau
mau minuman?” Tanya Hoya seraya mengalihkan pembicaraan mereka. Apalagi, ia
memang baru saja dari kantin untuk membeli beberapa jenis minuman. Hoya segera
membuka bungkusan di tangannya yang langsung di sambut antusias oleh tiga adik
kelasnya ini.
“Apa
setelah ini kau akan piknik, hyung?” Tanya Minwoo asal setelah mengambil sebuah
botol minuman yang menjadi pilihannya.
Hoya
terkekeh mendengarnya. “Aku sedang mengerjakan tugas di perpustakaan dengan teman-teman
kelas. Hyung kalian juga ada di sana.”
“Tapi
sepertinya aku ingin pulang duluan saja.”
“Aku
juga,” lanjut Youngmin dan Kwangmin bersamaan.
Hoya
sempat terkejut sesaat dengan kekompakan pada anak kembar di hadapannya itu. Sedikit
takjub pada mereka. “Kalian akan pulang sekarang? Nanti aku akan katakan itu
pada Dongwoo dan Myungsoo.”
Ke
empat pemuda itu berdiri beriringan ke arah yang sama, dan tepat sesaat sebelum
terdengar sebuah teriakan dari suatu tempat.
“SUNGYEOL OPPA…!”
Hoya
segera menghentikan langkah dan diikuti yang lainnya beberapa saat kemudian. “Kalian
dengar sesuatu?” Tanya Hoya memastikan bahwa bukan hanya ia yang mendengar
sebuah teriakan seseorang.
“Sepertinya…”
seru Minwoo yang terkesan tidak yakin. Namun pemuda itu sudah menunjuk ke arah
belakangnya.
Hoya dan
yang lain langsung berbalik. Menghadap luruh ke arah yang menuju area kolam
renang.
“Noona?”
gumam Minwoo pelan. Meski demikian, suara Minwoo masih bisa terdengar sampai ke
telinga Hoya yang kebetulan benar-benar tengah berdiri di sampingnya.
“Cepat
temui Myungsoo di perpustakaan,” perintah Hoya secara sepihak. Ia sendiri kini
sudah melesat ke arah kolam renang dan membiarkan kantong belanjaannya
tergeletak begitu saja di aspal.
Tanpa
aba-aba, Youngmin dan Kwangmin sudah berlari bersama menuju perpustakaan. Sementara
Minwoo masih bingung antara menyusul si kembar atau mengikuti Hoya yang kini
bahkan sudah menghilang ke dalam kolam renang.
***
Karena
merasa Hye Ra tidak mungkin lama di toilet, Haesa meminta Sungyeol untuk
menunggu gadis itu sebentar di perpustakaan. Sementara Haesa sendiri sudah
kembali melanjutkan mengerjakan tugas bersama teman kelompoknya.
Sungjong sendiri hanya
sedikit mengangguk ketika Sungyeol sudah menyadari keberadaannya. Walau belum
terlalu dekat, tapi Sungyeol juga kakaknya meski status mereka hanya saudara ‘tiri’.
Tersisa
Myungsoo yang tampaknya tak bisa berkonsentrasi. Ia sedikit mencuri pandang ke
arah Sungyeol dan Haesa bergantian. “Kenapa
mereka bisa sangat dekat jika hanya bertemu di café Sunggyu hyung kemarin?” Myungsoo
sibuk dengan pikirannya tentang Haesa dan Sungyeol.
“Apa Hoya sudah tau hubungan pemuda itu dan
Haesa?” Di sisi lain, Dongwoo juga sempat memikirkan hal serupa dengan
Myungsoo.
Sungyeol
melirik jam tangannya. “Kenapa Hye Ra
lama sekali?” gumamnya dalam hati dan kini pemuda itu mulai sedikit resah. Ia
juga mulai tidak tenang sekarang. Dan tiba-tiba Sungyeol memegangi cincin yang
tergantung di balik seragam café yang justru membuatnya semakin tak tenang.
Tak lama,
keributan sedikit terjadi karena pintu yang terbuka dengan kasar oleh si kembar
Youngmin dan Kwangmin. “Hyung!” seru mereka kompak.
Dongwoo
langsung berdiri mendapati adiknya yang muncul dan sedikit membuat keributan. “Jangan
buat keributan di sini! Kami sedang mengerjakan tugas!” omel Dongwoo yang
secara tidak langsung sedikit merasa malu dengan kelakuan dua adiknya. “Kalian
bisa pulang berdua, kan?”
“Bukan
itu hyung, tapi…” Youngmin berusaha menengahi, namun kemudian ia sendiri
bingung untuk melanjutkan ucapannya.
“Kwangmin!
Katakan yang jelas!” cecar Myungsoo yang tak bisa hanya diam saja. Pasti ada
sesuatu yang akan mereka sampaikan. Mungkin tentang Minwoo karena anak itu
tidak bersama si kembar.
“Hyung,
aku Kwangmin!” protes pemuda itu karena Myungsoo salah menuduh.
“Terserah
kalian!” balas Myungsoo agak malas menanggapi perdebatan tak penting hanya karena
ia salah menyebutkan nama. “Sekarang katakan, di mana Minwoo?”
Youngmin
dan Kwangmin saling melempar tatapan. “Memang kau tidak melihat ke mana Minwoo?
Aku kan sudah lari duluan ke sini,” Kwangmin terdengar membela diri.
“Mungkin
Minwoo mengikuti Hoya hyung,” tebak Youngmin.
“Kenapa
kalian malah mengobrol berdua? Apa di luar kalian tidak melihat Hoya atau Hye
Ra?” Dongwoo tampak melerai perbincangan si kembar sambil sedikit mengalihkan
dari pembicaraan yang sebelumnya.
Dengan
kompaknya Youngmin dan Kwangmin menatap Myungsoo yang sukses membuat pemuda itu
bingung di buatnya. “Hoya hyung memanggilmu,” seru mereka masih tetap
bersamaan. Mereka seperti hanya terdiri dari satu orang.
“Maksud
kalian?” Myungsoo tampak tak mengerti.
“Biar
aku saja,” potong Youngmin saat Kwangmin sudah ikut membuka mulut. “Kami
bertemu Hoya hyung di lapangan. Saat akan kembali, ada suara seseorang
berteriak dan menyebut nama Chanyeol.”
“Sungyeol!”
Kwangmin buru-buru meralat ucapan Youngmin.
Tepat
setelah itu, Sungyeol yang merasa namanya di sebut, tanpa sadar melirik ke
tempat Myungsoo berada. Dan ternyata pemuda itu juga melirik kepadanya.
“Ah
iya. Maksudku Sungyeol,” ujar Youngmin membenarkan ucapan Kwangmin.
***
“Hye
Ra!” Hoya berteriak hingga suaranya bergema ke seluruh penjuru area kolam
renang. Entah kenapa perasaannya mengatakan yang tadi berteriak adalah suara
Hye Ra.
Di sudut
tribun penonton, tampak Hye Ra mengangkat wajahnya dan melihat sosok Hoya yang
sudah sampai di tepi kolam renang. “Hoya,” ujarnya pelan. Namun karena suasana
yang sangat sepi, membuat suaranya terdengar sampai ke telinga Hoya.
Hoya pun
berbalik dan mendapati gadis yang ia cari ada di sana. “Hye Ra?” seru Hoya yang
akhirnya bisa bernapas lega. Tanpa pikir panjang ia segera melesat ke tempat
Hye Ra berada. “Kau tidak apa-apa?” Pemuda itu langsung khawatir melihat
keadaan wajah Hye Ra yang sudah basah.
Hye Ra
hanya tertegun melihat Hoya ada di depan matanya. “Benarkah Hoya yang datang menolongku?” Gadis itu semakin terkesiap
saat jari-jari Hoya dengan lembutnya menghapus sisa air mata di pipinya.
“Apa
yang kau lakukan di sini?” Tanya Hoya lembut.
Hye Ra
sudah membuka mulut, namun rasanya bibir itu kelu untuk mengeluarkan satu
katapun. Kejadian ini terlalu di luar dugaan. “Jika ini hanya mimpi. Aku rela untuk tertidur selamanya.”
Hoya sampai
sedikit memiringkan kepalanya karena ia lihat Hye Ra justru melamun sejak
kedatangannya. “Kau tak senang aku di sini?”
“Bukan
begitu,” akhirnya Hye Ra bersuara. “Hwaa…
tentu saja aku senang. Sangat-sangat senang. Malah aku ingin kita bisa seperti
ini terus tanpa ada Haesa dan Sungyeol oppa di antara kita.” Gadis itu
hanya bisa mengungkapkan perasaannya dalam hati saja. Namun sedetik kemudian,
Hye Ra tersentak akan apa yang dipikirkannya. “Kenapa Haesa dan Sungyeol oppa juga terlibat?”
***
Myungsoo
berdiri hingga membuat kursi dan meja yang ia tempati sedikit bergeser. “Di
mana Hoya?” Tanya Myungsoo tak sabar. Pikirannya sudah melayang jauh. Jika memang
harus, ia akan menemui Hoya sekarang. Mungkin saja ini ada sangkut pautnya
dengan Hye Ra. Terlebih gadis itu tidak diketahui keberadaannya saat ini.
“Sepertinya
kolam renang,” ujar Youngmin ragu.
Awalnya
Myungsoo juga berdecak kecewa karena Youngmin memberikan berita yang masih
abu-abu. Namun karena Sungyeol telah berdiri, pergerakan pemuda itu langsung menyita
perhatiannya.
Myungsoo segera menoleh,
dan mendapati Sungyeol juga menatapnya meski sedetik kemudian Sungyeol langsung
memutuskan kontak matanya. Dan itu semakin menguatkan perasaannya bahwa Hye Ra
juga terlibat.
Tanpa
pikir panjang lagi, Myungsoo melesat meninggalkan perpustakaan dan langsung
diikuti oleh Sungyeol kemudian.
“Oppa!”
pekik Haesa yang heran karena Sungyeol mengikuti langkah Myungsoo. Karena tidak
mendapat respon, gadis itu pun terpaksa mengejar kakaknya.
Youngmin
dan Kwangmin hanya menatap bingung orang-orang yang berjalan melewatinya. Tak lama
mereka juga mendapati Dongwoo melintas di depannya. “Hyung, tunggu!” pekik
mereka bersamaan, lalu mengejar Dongwoo.
“Kau
tidak ikut pergi?” Tanya Sandeul pada Sungjong yang sudah kembali menyibukkan
diri dengan buku.
Sungjong
mendongak menatap salah satu teman kelompoknya itu. Ia juga sempat melirik
Taeyeon sesaat, namun gadis itu tampak tak terlalu ikut campur. “Masalah itu
belum melibatkanku,” ujar Sungjong untuk mengalihkan pikiran Sandeul karena
pemuda itu tau bahwa ia dan Haesa saudara. Dan beruntung, Sandeul juga sudah
tidak ingin membahas lagi.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar