Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu,
Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast :
(Boy Friend) Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin, Kwangmin
Genre
: teen romance, family
Length : part
***
Sungjong
berlari ke arah belakang sekolah. Di sana ada Dongwoo. Ia sempat sedikit
menubruk pundak pemuda itu saat Dongwoo beranjak dari sana. Tentu saja Sungjong
sedikit mengabaikan keberadaan Dongwoo karena tujuannya adalah menghampiri Hoya
dan Haesa. Tentu saja Hoya yang lebih dulu menyadari kedatangan Sungjong. Tapi
ia sama sekali tak merubah posisi mereka.
Haesa
dan Hoya berdiri berhadapan. Wajah mereka cukup dekat. Dari belakang, mereka
terlihat seperti tengah berciuman.
“Kalian
gila! Ini masih di lingkungan sekolah!” bentak Sungjong membuat Haesa terlonjak
hingga menjauhkan tubuhnya dari tubuh Hoya.
“Apa
kau juga mengira kami berciuman?” Tanya Hoya setengah menantang. Karena
sebenarnya memang tidak ada yang terjadi pada mereka.
Haesa
menatap Hoya tajam sebelum Sungjong merespon apapun. “Ini sudah cukup
keterlaluan. Dan ku harap, ini menjadi yang pertama dan yang terakhir.” Baik
Sungjong maupun Hoya, tidak ada yang menghalangi langkah Haesa.
“Apa
aku benar sudah keterlaluan?” Tanya Hoya pada Sungjong karena ia cukup merasa
bersalah.
“Apa
yang membuatmu melakukan itu?” Sungjong justru balik bertanya.
Hoya
tak langsung menjawab. “Karena…” Ia sedikit memperlambat ucapannya. “Hye Ra
tadi bersama Dongwoo,” serunya penuh penekanan.
***
“Noona,
kau kenapa?” tegur Minwoo yang tersentak dengan kedatangan Hye Ra yang
tiba-tiba di ruang kesehatan. Gadis itu menghempaskan tubuh ke atas sofa, tepat
di samping Minwoo duduk saat ini. “Kau baik-baik saja?” Tanya Minwoo lagi,
semakin khawatir dengan keadaan kakak sepupunya itu.
Hye
Ra menoleh dengan tatapan sendu. “Boleh aku memelukmu?” pintanya.
Minwoo
menautkan alisnya. Bingung dengan permintaan Hye Ra. Tapi melihat cara gadis
itu menatapnya, Minwoo sadar bahwa ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu. Apa
lagi kalau bukan karena pemuda bernama Hoya?
Tanpa
menunggu persetujuan dari Minwoo, Hye Ra sudah mendekap pemuda yang sudah ia
anggap seperti adiknya sendiri. “Maaf jika merepotkanmu. Myungsoo sudah
memiliki dunianya sendiri.”
“Noona, aku adikmu juga, bukan? Jangan sungkan
padaku. Lagi pula, bukankah aku pernah berjanji padamu?” Minwoo mengusap
punggung Hye Ra. “Maafkan Myungsoo hyung yang kini sedikit mengabaikan
keberadaanmu.”
Tak
lama, pintu ruang kesehatan kembali terbuka. Minwoo dan Hye Ra sama-sama
menoleh sambil melepaskan pelukan mereka.
“Donghyun
oppa?” gumam Hye Ra pelan.
“Hye
Ra? Akhirnya aku bertemu denganmu di sini,” balas Donghyun yang saat itu
berseragam dokter lengkap. “Sebentar.” Ia lalu menatap Minwoo. “Sudah ku
buatkan surat izin dan resep obat. Kau bisa hubungi kakaknya untuk mengantar
mereka pulang.”
Hye
Ra mengalihkan pandangannya pada Youngmin dan Kwangmin yang masih tertidur di
atas ranjang. “Kakaknya Youngmin dan Kwangmin? Siapa?” desaknya penasaran
sambil menatap Minwoo menuntut. Ia tidak pernah tau jika si kembar temannya
Minwoo itu memiliki kakak di sekolah mereka.
Belum
sempat ada yang menjawab, pintu kembali terbuka. Dongwoo muncul dengan raut
wajah panic. Ia langsung mendekati Youngmin dan Kwangmin. Berdiri di
tengah-tengah tempat tidur ke dua adiknya.
“Bukankah
sudah ku katakan sejak pagi agar kalian tidak usah ke sekolah hari ini?”
omelnya.
Hye
Ra tiba-tiba menyeruak berdiri. “Kau kakaknya Youngmin dan Kwangmin?” seru Hye
Ra. Tentu saja pada Dongwoo.
***
Beberapa
menit kemudian, ruang kesehatan hanya berisi Hye Ra, Donghyun dan Minwoo.
Sementara Dongwoo sudah membawa pulang ke dua adiknya.
“Oppa,
kenapa kau ada di sini?” Tanya Hye Ra pada Donghyun.
“Ada
penyuluhan di sekolahmu untuk murid kelas 1. Dan kebetulan, aku yang diminta
menjadi narasumbernya. Setelah itu, aku diminta memeriksa Youngmin dan Kwangmin
yang sakit,” jelas Donghyun.
“Noona,
mau aku bawakan teh hangat?” tawar Minwoo. Ia baru ingat bahwa saat datang
tadi, keadaan gadis itu cukup kacau.
“Iya,
tolong bawakan saja.” Hye Ra hendak menolak, namun Donghyun lebih dulu
menyelaknya. “Kau sakit?” Tanya Donghyun setelah Minwoo pergi.
“Tidak,
oppa. Aku hanya ingin istirahat saja sebentar,” ujar Hye Ra beralasan. Tentu
saja ia tidak akan mengatakan hal yang sesungguhnya tentang apa yang membuatnya
seperti ini.
Donghyun
tidak ingin mendesak Hye Ra dengan berbagai pertanyaan. Ia anggap Hye Ra memang
tidak ingin bercerita tentang alasan sesungguhnya. “Oiya. Kau tau siapa gadis
yang tengah dekat dengan Sunggyu?”
“Sunggyu
oppa?” pekik Hye Ra memastikan. Ia cukup terkejut dengan apa yang dikatakan
Donghyun. “Aku tidak pernah mendengarnya. Apa dia bercerita padamu?” Hye Ra
tampak penasaran. Terlebih berita tersebut menyangkut kakaknya.
“Waktu
itu Sunggyu menemuiku. Dan dia bilang…” ucapan Donghyun terputus karena pintu
ruang kesehatan kembali terbuka dengan sedikit kasar.
“Hye
Ra…!” teriak Myungsoo yang masih berdiri di ambang pintu. Pemuda itu langsung
mendekat. Ia bahkan seakan tidak sadar saat sedikit menggeser tubuh Donghyun,
lalu duduk di tengah-tengah antara Donghyun dan Hye Ra. “Minwoo bilang kau
sakit. Kau sakit apa?” cecar Myungsoo yang khawatir. Ia bahkan sempat memeriksa
kening Hye Ra.
Tiba-tiba
bel berdentang.
Hye
Ra sedikit bernapas lega karena tidak perlu membahas lagi tentang kejadian
antara Hoya dan Haesa. “Jangan berlebihan. Ayo kembali ke kelas.” Gadis itu
sudah berdiri dan tak lupa menarik tangan Myungsoo.
“Noona
teh mu,” seru Minwoo yang ternyata sudah kembali sambil membawa segelas air di
tangannya.
“Ah
iya,” Hye Ra seperti teringat sesuatu. Ia lalu melirik Donghyung. “Minuman itu
untukmu saja ya, oppa.”
Donghyun
sedikit tak siap dengan perkataan Hye Ra. Namun sedetik kemudian, ia mengangguk
setuju lalu menerima gelas yang disodorkan Minwoo. “Terima kasih.”
“Oppa,
aku ke kelas dulu. Lain kali kita mengobrol lagi.”
Donghyun
hanya mengangguk. Kemudian Minwoo dan Myungsoo tampak sedikit membungkukkan
badan pada Donghyun sebelum mereka meninggalkan dokter muda itu seorang diri di
ruang kesehatan.
***
“Aku
akan segera kembali,” ujar Sungyeol yang langsung meninggalkan dapur. Ia
diminta Woohyun untuk membelikan beberapa bahan makanan di supermarket.
Pemuda itu segera melesat
menggunakan motornya. Sudah beberapa tempat yang ia kunjungin, namun tidak menjual
barang yang dibutuhkan Sungyeol. Hingga akhirnya pemuda itu mencari ke tempat
yang sedikit lebih jauh. Bahkan sampai harus melewati depan sekolah Hye Ra. Dan
tiba-tiba saja pemuda itu menghentikan motornya. Tepat di depan sebuah halte
saat ia pertama kali menjemput Hye Ra dari sekolah beberapa waktu lalu.
“Hye
Ra?” teriak Sungyeol. Pemuda itu menghentikan motor karena melihat keberadaan
Hye Ra di sana.
Hye
Ra yang menyadari keberadaan Sungyeol di sana, langsung menegakkan badan lalu
menghampiri pemuda itu dengan sangat khawatir. Ini bahkan belum waktu pulang
sekolah.
“Kenapa
kau di sana?” tegur Sungyeol saat Hye Ra sudah berdiri di sampingnya. “Kau
tidak sekolah?”
“Tadi
aku izin pulang,” ujar Hye Ra.
“Kau
sakit?” kali ini Sungyeol yang tampak khawatir melihat raut wajah Hye Ra yang
sangat tidak bersemangat.
Hye
Ra menggeleng. “Aku hanya sedang tidak ingin berada di sekolah. Tapi aku janji
ini untuk yang pertama dan yang terakhir kalinya. Dan ku mohon jangan ceritakan
hal ini pada Sunggyu oppa ataupun yang lain,” pinta Hye Ra penuh harap.
Jika
bukan Hye Ra yang meminta, tentu saja Sungyeol sama sekali tidak akan
mengabulkan hal itu. “Ya sudah, kau mau ke mana sekarang? Biar ku antar.”
Tepat
setelah Sungyeol berkata demikian, sebuah mobil melintas lalu berhenti tak jauh
di depan motor yang dikendarai Sungyeol.
Hye
Ra yang sudah menyadari bahwa mobil itu milik Donghyun, segera melirik
Sungyeol. “Aku akan pergi dengan Donghyun oppa. Dia juga teman Sunggyu oppa. Dan
ada yang ingin dia katakan tentang oppaku,” ujarnya panjang lebar, lalu segera
melesan ke mobil Donghyun. Meninggalkan Sungyeol dengan terburu-buru.
Baru
saja Hye Ra membuka mobil Donghyun, ia kembali menatap ke tempat Sungyeol
berada. Pemuda itu masih belum beranjak dari sana. Hye Ra hanya mampu menghela
napas sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil. Entah kenapa, melihat tatapan
Sungyeol tadi ia menjadi merasa sedikit bersalah. Jika bukan karena Donghyun
yang membantunya ke pergi dari sekolah dan ada yang ingin pemuda itu bicarakan
tentang Sunggyu, bisa dipastikan Hye Ra sudah akan pergi bersama Sungyeol ke
manapun.
***
Donghyun
kembali ke mobil sambil membawakan kotak makanan yang baru saja di belinya. “Akan
lebih aman dari Sunggyu jika kita makan di mobil saja.”
“Aku
mengerti, oppa.”
Beberapa
saat, baik Hye Ra ataupun Donghyun sibuk dengan makanan mereka masing-masing.
“Apa
yang ingin oppa bicarakan tentang oppaku?” Tanya Hye Ra tak lama setelah mereka
selesai makan.
Donghyun
tak langsung menjawab. Ia menenggak minumannya terlebih dahulu. “Apa kau tau
siapa kekasih Sunggyu?”
Pertanyaan
Donghyun membuat Hye Ra cukup tersentak. Pantas saja pemuda itu menyuruh Hye Ra
menyelesaikan makan sebelum membahas tentang Sunggyu. Karena jika tidak, bisa
dipastikan Hye Ra akan tersedak setelah mendengar pertanyaannya.
“Gadis
yang tengah dekat dengan Sunggyu oppa pun aku tidak tau.”
Donghyun
mengangguk mengerti dengan jawaban Hye Ra. “Ku rasa Sunggyu tengah dekat dengan
seorang gadis.”
“Jadi
kau hanya ingin membahas itu?” Hye Ra mengerutkan keningnya. Bingung, kenapa
Donghyun tiba-tiba membahas hal itu. Harusnya pemuda membiarkan saja jika
Sunggyu memang sedang dekat dengan seseorang.
“Bukan
hanya itu,” ujar Donghyun cepat-cepat sebelum Hye Ra merasa dirinya tengah
melakukan hal yang tidak penting. “Sunggyu juga ingin kau memiliki kekasih.”
“Untuk
apa? Selama ini Sunggyu oppa justru tidak pernah setuju ketika aku menyukai
teman sekelasku.” Hye Ra bercerita dengan nada kecewa dengan perlakuan Sunggyu
selama ini padanya.
Donghyun
menghela napas dengan kasar. “Karena dia ingin aku yang menjadi kekasihmu.”
Mata
Hye Ra membulat ketika menatap Donghyun. Cukup terperangah dengan apa yang baru
saja ia dengar. “Apa oppa menyetujuinya?” tanyanya pelan dan sedikit ada rasa
takut saat mengatakan hal tadi.
“Tentu
saja tidak. Aku yakin pasti sudah ada seseorang yang kau sukai. Lagipula, kau
juga tau kan kalau aku sudah memiliki kekasih?”
Hye
Ra hanya merespon dengan anggukan. “Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan?”
“Aku
sudah sempat membahasnya dengan kekasihku. Dan dia menyarankan agar Sunggyu
percaya bahwa aku benar-benar menjagamu seperti apa yang dia inginkan. Kalau
perlu, jika kau memiliki kegiatan di luar namun tak ingin Sunggyu mengetahuinya,
katakan saja kau pergi bersamaku.”
“Tapi,
apa maksud Sunggyu oppa ingin menjaodohkan kita?” Hye Ra masih tak habis pikir
dengan niat Sunggyu.
“Ku
rasa maksud Sunggyu itu baik. Dia hanya ingin kau mendapatkan seorang pemuda
yang tepat. Dan menurutnya, itu ada pada diriku. Tapi aku yakin ‘tidak’ menurut
dirimu.”
Hye
Ra menghembuskan napasnya. Apa yang dikatakan Donghyun tidak sepenuhnya salah.
Dalam beberapa saat, Hye Ra menghindari tatapan Donghyun dengan menatap ke luar
jendela.
“Apa
yang harus kita lakukan, oppa?” Hye Ra menoleh setelah menyelesaikan
pertanyaannya. Ia sudah tidak tau harus berbuat apa dan terpaksa menyerahkan
beban ke pundak Donghyun.
Donghyun
tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk mengacak rambut Hye Ra. Gadis itu
sudah bener-benar ia anggap sebagai adiknya sendiri. “Seperti yang ku katakan
tadi. Jika kita sudah mengetahui kebenaran tentang Sunggyu, barulah kita sudahi
sandiwara itu.”
***
Sore
itu Hye Ra tampak datang lebih terlambat dari biasanya ke café. Saat memunculkan
diri dari balik pintu, tatapan Hye Ra langsung tertuju pada Sungyeol yang
berdiri di balik meja bar. Pemuda itu juga tengah menghadap padanya.
Hye
Ra mengambil napas dalam sebelum melangkah masuk ke dalam café. Tujuan utamanya
adalah meja bar tempat biasa ia menghabiskan waktu di sana. Hye Ra sempat
berhenti sesaat saat berjalan di belakang Sungyeol. Aneh, pemuda itu seperti
tak menyadari keberadaannya. Sambil menahan kesal, Hye Ra kembali berjalan ke
ujung meja bar.
Seperti
biasa, setelah sampai café, Hye Ra akan langsung menyibukkan diri dengan
pelajaran sekolahnya. Sesekali ia mengawasi Sungyeol melalui sudut matanya.
Pemuda itu benar-benar tak merubah posisinya. Dan bahkan kini Sungyeol sudah
kembali disibukkan dengan pekerjaannya.
Tidak
biasanya suasana canggung terjadi antara dua penghuni meja bar tersebut. Biasanya
Sungyeol akan berinisiatif untuk menawari Hye Ra sebuah minuman. Tau mungkin
Hye Ra yang akan mengganggu pekerjaan Sungyeol dengan beberapa pertanyaan
tentang pelajaran yang kurang ia mengerti. Tapi semuanya sama sekali tidak
terjadi sore itu.
Beberapa
menit kemudian, Hye Ra berusaha menyibukkan diri dengan pelajaran meski
hasilnya benar-benar nihil. Saat menoleh, ternyata Sungyeol sudah tidak berada
di tempatnya. Hye Ra menyapu pandangan ke penjuru café. Ternyata Sungyeol
sedang melayani pelanggan.
Tak lama Sungyeol kembali,
namun tatapan Hye Ra justru tak terlepas dari pelanggan yang baru saja di
layani oleh Sungyeol. Sebuah keluarga kecil yang terdiri dari dua anak laki-laki.
Mereka tampak baru pulang dari tempat berenang. Terbukti dari rambut sang ibu
yang terlihat masih basah serta anak mereka yang paling kecil masih memeluk
erat ban renangnya.
Jeongmin
mendekat sambil memperhatikan Hye Ra. Beberapa kali ia bertukar tatapan ke arah
Hye Ra dan keluarga itu. “Kau baik-baik saja?” tegur Jeongmin yang merasa ada
sesuatu yang janggal dari Hye Ra. Hampir seluruh penghuni café mengetahui
tentang phobia Hye Ra yang
berhubungan dengan kegiatan berenang.
Hye
Ra hanya menatap Jeongmin sesaat lalu menoleh ke arah Sungyeol tepat saat
pemuda itu juga memberikan tatapan padanya. Keringat dingin mengucur dari
kening gadis itu. Sungyeol seperti malaikat penolongnya saat ia tengah
mengalami phobia.
“Kau
ke ruangan Sunggyu hyung saja. Jika pelanggan itu sudah pergi, kau bisa kembali
lagi ke sini,” ujar Jeongmin. Namun tak ada respon dari Hye Ra.
Gadis
itu masih menatap Sungyeol. Dengan cara itu, Hye Ra seakan bisa melupakan phobia-nya.
“Jeongmin,”
seru Woohyun yang sudah menyembulkan kepalanya pada jendela antara dapur dengan
meja bar. “Bisa tolong kau belikan…”
“Biar
aku saja, hyung.” Sungyeol memotong ucapan Woohyun bahkan sebelum pemuda itu
menyelesaikannya.
Hye
Ra memutar kembali badannya menghadap Jeongmin yang berdiri di luar meja bar.
“Apa phobia mu dengan renang sudah
berkurang?” Tanya Jeongmin yang nampaknya tidak terlalu menyadari ada sesuatu
yang terjadi antara Hye Ra dengan Sungyeol.
Hye
Ra tidak menjawab. Ia malah justru disibukkan dengan pikiran-pikirannya tentang
Sungyeol. Dua kali pemuda itu membuatnya melupakan phobia akan kolam renang. Tapi kenapa hanya Sungyeol? Bahkan selama
ini Sunggyu, Myungsoo atau pemuda lain yang dekat dengannya saja tidak bisa
membuatnya merasa setenang itu. Padahal mereka adalah orang-orang yang sangat
ia percaya untuk menjaganya.
***
Bel tanda
istirahat. Seperti biasa setelah memiliki kekasih, Myungsoo akan selalu
bersemangat untuk cepat meninggalkan kelas. “Nanti aku akan menyuruh Minwoo
untuk menemanimu,” ujarnya pada Hye Ra sambil mengusap lembut puncak kepala
gadis itu sebelum pergi.
Myungsoo
sama sekali tak bisa membaca suasana hati Hye Ra. Gadis itu tampak semakin
suram dan kehilangan minat untuk meninggalkan kelas seperti apa yang dilakukan
Myungsoo.
Hye Ra
menyandarkan badannya ke kursi dengan malas. “Kau pikir Minwoo tidak punya
kesibukan lain?” seru Hye Ra pelan. Bahkan setelah beberapa saat Myungsoo
pergi.
Tak jauh
dari tempat Hye Ra berada, tampak Dongwoo yang sedikit memperhatikan
gerak-gerik Hye Ra. Ia bahkan sempat mendengar apa yang diucapkan Hye Ra tadi. “Keberatan
jika pergi ke kantin bersamaku dan Sungjong?” Tanya Dongwoo yang masih duduk di
kursinya. Sementara Sungjong yang sudah berdiri, hanya mengawasi Hye Ra dari
tempatnya.
“Ayo,”
Hye Ra sudah menegakkan badannya. Setelah Dongwoo dan Sungjong mulai
meninggalkan meja mereka, Hye Ra baru menyusul dari belakang.
Biasanya
Hye Ra akan menyempatkan diri melirik Hoya meski yang ia tau pemuda itu sudah
berpacaran dengan salah seorang gadis di kelas mereka. Yang tak lain adalah
teman semeja Hoya. Tapi kali ini berbeda. Gadis itu seperti sudah tidak ingin
memikirkan Hoya lagi.
“Sepertinya
Hye Ra sudah mulai bisa menyingkirkanmu.”
Hoya yang
masih duduk di kursinya sama sekali tak menoleh sedikitpun saat Haesa
berbicara. Kali ini bukan Hye Ra yang selalu menyempatkan diri melirik Hoya
setiap kali ingin meninggalkan kelas, tapi kini justru Hoya yang selalu
memperhatikan gerak-gerik Hye Ra kapanpun gadis itu tertangkap matanya. Meski sebenarnya
sudah cukup lama ia telah melakukan hal itu.
Merasa
diabaikan, Haesa sedikit memutar badannya agar bisa menatap pemuda di
sampingnya dengan leluasa. “Mau sampai kapan, Hoya?”
Hoya hanya
meresponnya dengan lirikan tajam. Hanya sesaat. Lalu pemuda itu kembali mengalihkan
tatapannya ke depan.
“Aku
bukan hanya kasihan pada Hye Ra. Tapi padamu juga. Sesakit apapun, kau harus
tetap mengungkapkan perasaanmu padanya.”
Di tempat
berbeda, Dongwoo, Hye Ra serta Sungjong berjalan beriringan menuju kantin.
Dalam
perjalanan, Sungjong sempat menatap Dongwoo. “Apa jika tidak ada kegiatan,
kolam renang sekolah boleh di pakai untuk umum?”
Hye Ra
tampak menegang mendengar pertanyaan Sungjong. Dan Dongwoo langsung mengawasi
perubahan sikap Hye Ra. Ia tidak menyangka Sungjong akan menanyai hal itu. Tapi
wajar saja karena Sungjong belum mengetahui tentang phobia Hye Ra. Gadis itu bahkan pernah sampai pingsan meski baru
sampai di depan pintu masuk ketika harus mengikuti kegiatan tersebut.
Dongwoo
sedikit menarik tubuh Hye Ra yang awalnya berada di tengah-tengah untuk
bertukar posisi dengannya. “Bisa,” kata Dongwoo sedikit berbisik pada Sungjong
ketika menjawab pertanyaan pemuda itu. “Untuk lebih jelasnya, kau bisa melihat
jadwalnya di sana.”
Hye Ra
sendiri sama sekali tak berniat mendengar pembicaraan Dongwoo dengan Sungjong
meski tanpa sengaja sekalipun. Ia sudah tau arah pembicaraan mereka. Dan gadis
itu cukup berterima kasih karena Dongwoo sangat menjaganya dari rasa phobia tersebut.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar