Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu,
Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast :
Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin, Kwangmin)
SNSD (Yoona, Taeyeon)
B1A4 (Jinyoung, Sandeul)
Genre
: teen romance, family
Length : part
***
Seusai
dari kantin, Hye Ra tampak mengikuti Dongwoo dan Sungjong dari belakang. Namun
sepertinya Dongwoo menyadari ada seseorang yang mengikutinya.
Dongwoo
berhenti dan langsung berbalik. “Kau masih di sini?” tanyanya heran pada Hye
Ra. “Ayo, ku antar kau ke kelas dulu,” ajak Dongwoo sambil menggerakkan
kepalanya sebagai tanda.
“Tidak
usah,” Hye Ra mencegah langkah Dongwoo. Sungjong sendiri hanya memperhatikan
mereka. “Kau bisa temani Sungjong. Biar aku pergi sendiri.” Gadis itu buru-buru
menyingkir dari hadapan Sungjong dan Dongwoo yang juga langsung kembali
melanjutkan perjalanan mereka.
Diam-diam,
Hye Ra masih mengikuti Sungjong dan Dongwoo. Sebentar lagi mereka sampai area
olaharaga yang terletak di bagian belakang gedung sekolah. Untuk bisa sampai di
kolam renang, harus melewati lapangan tennis. Dan ini termasuk langkah terjauh
Hye Ra. Biasanya gadis itu sudah akan menyerah meski baru melihat papan nama
yang menunjukkan arah kolam renang.
Dongwoo
dan Sungjong sudah memasuki area kolam renang. Namun Hye Ra masih ragu untuk
kembali mengikuti mereka. Gadis itu berhenti sesaat. Keringat dingin mulai
membasahi keningnya. Dan bayangan-bayangan saat ia tenggelam kembali berputar
seperti kilasan bagian sebuah film.
Setelah menarik napas
cukup panjang, Hye Ra memberanikan diri untuk kembali berbalik. Ia tidak
mempedulikan apa yang akan terjadi setelah ini. Tidak peduli jika Sunggyu,
Myungsoo, Minwoo atau mungkin Woohyun sekalipun akan memarahi sikap bodohnya.
Dan tepat setelah berbalik, ada seseorang yang menghalangi jalannya.
“Kau
ke sini?” Tanya pemuda itu yang ternyata adalah Hoya dengan raut wajah heran
sekaligus khawatir. Ia salah satu orang yang mengetahui tentang kenangan buruk
Hye Ra terhadap kolam renang.
Hye
Ra membeku beberapa saat. Hoya adalah salah satu pemuda yang cukup
diinginkannya. “Bisa temani aku ke dalam?” pintanya tanpa berpikir dua kali. Tanpa
pula mempertimbangkan bahwa sudah ada seorang gadis yang menjadi kekasih Hoya. Satu-satunya
pertimbangan Hye Ra hanya karena Hoya adalah seorang ketua ekskul olahraga.
Pemuda itu pasti bisa melindunginya.
“Kau
yakin?” Tanya Hoya memastikan.
Hye
Ra tak menjawab. Ia hanya menatap mata Hoya dalam-dalam.
“Pegang
tanganku.” Tanpa meminta izin, Hoya sudah menyambar tangan Hye Ra bahkan
sebelum gadis itu meresponnya. “Jika terjadi sesuatu padamu, aku akan lebih
cepat merasakannya.” Dengan lembut Hoya membimbing Hye Ra untuk lebih dekat
lagi dengan pintu masuk kolam renang.
Baru
beberapa langkah, Hoya sudah kembali menghentikan langkahnya. Ia menghembuskan
napasnya sebelum berbalik dan mendapati Hye Ra menatapnya penuh Tanya.
Pemuda
itu berhenti dengan tiba-tiba bukan tanpa alasan. Genggaman tangan Hye Ra yang
semakin kuatlah yang akhirnya membuat Hoya tidak tega untuk melanjutkan langkah
mereka. “Ini belum saatnya.”
Hye
Ra tertunduk lalu mengangguk. Gadis itu menunduk untuk menutupi air mata yang
mulai ke luar dari tepi matanya. Ia lalu berbalik sebelum Hoya mengetahui bahwa
dirinya tengah menangis. Tapi tidak semudah itu. Hoya belum melepaskan
genggamannya.
Hoya
menyentuh pundak Hye Ra dan membimbing gadis itu agar kembali berhadapan
dengannya. “Jangan di paksakan. Aku tau kau sangat ingin terlepas dari phobia mu itu,” ujarnya sambil menghapus
kristal bening itu sebelum jatuh membasahi pipi Hye Ra.
“Terima
kasih,” seru Hye Ra sedikit terisak namun ia berusaha memunculkan senyumnya.
Dan… buuuk! Tubuh Hye Ra ambruk, tepat ke arah tubuh Hoya meski gadis itu
sebenarnya tidak pingsan.
“Hye
Ra, kau baik-baik saja?” Tanya Hoya setengah panic. Tak ada jawaban. Dan pemuda
itu berinisiatif untuk membawa Hye Ra ke ruang kesehatan sekolah. Tepat ketika
Sungjong dan Dongwoo muncul.
“Hoya!”
teriak Dongwoo sambil mengejar Hoya. Firasatnya mengatakan bahwa gadis dalam
gendongan Hoya adalah Hye Ra. “Kau kenapa?” Tanya Dongwoo tak kalah panic saat
mendapati gadis itu benar-benar Hye Ra.
“Aku
baik-baik saja,” ujar Hye Ra pelan.
“Aku
akan siapkan ruang kesehatan.” Sungjong sudah melesat lebih dulu meninggalkan
yang lain.
“Bagaimana
bisa kau sampai…”
“Tolong
kabari Myungsoo.” Hoya menyelak ucapan Dongwoo bahkan sebelum pemuda itu
menyelesaikan ucapannya.
Hoya
berusaha secepat mungkin membawa Hye Ra ke ruang kesehatan yang letaknya cukup
jauh dari area gedung olahraga. Di sampingnya, Dongwoo juga menemani sambil
berusaha menghubungi Myungsoo.
Selama
perjalanan, Hye Ra hanya bisa menatap wajah khawatir yang ditunjukkan Hoya
meski pemuda itu sedang tidak menatapnya. Ia sangat nyaman berada dalam dekapan
seorang Hoya. Pemuda yang sama sekali tidak bisa digapainya. Namun anehnya, Hye
Ra sama sekali tidak bisa mengatasi phobia
tersebut. Bahkan meski sudah menggenggam tangan Hoya pun, itu semua sama
sekali tidak berpengaruh. Beda hal nya saat bersama Sungyeol. Hye Ra bahkan yang
menghampiri kolam renang seorang diri.
Masih
dalam posisi menatap Hoya, Hye Ra langsung melebarkan matanya setelah
pikirannya terhenti pada sosok seorang Sungyeol. Pemuda yang bahkan baru
beberapa minggu dikenalnya.
Di
sisi lain, Hoya sempat memperlambat langkahnya ketika hampir sampi di depan
ruang kesehatan. Beberapa siswa berkerumun untuk melihat kejadian tadi. Tapi
matanya menangkap sosok Haesa di tengah-tengah kerumunan. Gadis itu langsung
menghindar setelah melakukan kontak mata dengan Hoya.
“Bawa
Hye Ra masuk,” tegur Dongwoo membuyarkan lamunan Hoya.
Hoya
langsung membaringkan Hye Ra pada kasur yang kosong. Tak lama, tampak Myungsoo
muncul dan tak kalah khawatirnya. Sementara itu, Hoya masih berada di sisi
ranjang yang ditempati Hye Ra. Lalu Dongwoo serta Sungjong mengawasi dari jarak
yang sedikit jauh.
“Kenapa
bisa kau dan Hye Ra di area kolam renang?” Tanya Myungsoo yang terkesan menuduh
pada Hoya. Tak lupa ia memberikan tatapan membunuhnya. “Kau tau kan, kalau Hye
Ra phobia dengan kolam renang?”
serunya lagi masih dengan nada tinggi.
Hye
Ra menyambar tangan Myungsoo sebelum pemuda itu melakukan adu fisik dengan Hoya
yang hanya bisa berdiri dalam diam. “Ini semua salahku.”
“Bukan!”
selak Dongwoo. “Tapi salahku juga. Aku tidak tau kalau Hye Ra mengikutiku dan
Sungjong ke kolam renang.”
Myungsoo
menghirup udara dalam-dalam. “Ku antar kau pulang sekarang,” putusnya.
“Tidak
mau!” tolak Hye Ra.
***
Sepulang
sekolah, Myungsoo dan Minwoo memaksa untuk mengantar Hye Ra pulang ke café
karena gadis itu menolah di antara pulang saat jam sekolah masih berlangsung. Meski
itu artinya, mereka harus putar balik dari arah rumah mereka yang sebenarnya.
“Terima
kasih telah mengantar,” ujar Hye Ra yang siap membuka pintu mobil yang
dikendarai Myungsoo berhenti di area parkir café Sunggyu.
Tanpa
di duga, Myungsoo dan Minwoo ikut turun dari mobil.
Hye
Ra menatap dua sepupunya, bingung. “Kalian ingin mampir?”
“Sekalian
memastikanmu sampai di hadapan Sunggyu hyung dengan baik,” seru Myungsoo
santai. Tanpa menunggu Hye Ra merespon, Myungsoo mengisyaratkan Minwoo untuk
lebih dulu melangkah ke dalam.
“Tunggu!”
Hye Ra mempercepat langkah, lalu mendahului Myungsoo serta Minwoo, dan berhenti
tepat di depan pintu masuk. Seakan menghalangi dua pemuda di hadapannya itu
untuk masuk ke dalam. “Apa kau akan mengadukanku pada Sunggyu oppa?” tuduhnya
yang khawatir jika Myungsoo benar-benar akan melakukan apa yang dipikirkannya.
“Asal
kau tidak lagi melakukan tindakan bodoh seperti tadi,” seru Myungsoo tajam.
Terdengar seperti sebuah ancaman, namun tentu saja itu bentuk kekhawatiran yang
ditunjukkan Myungsoo.
Minwoo
mendekat ketika Myungsoo sudah lebih dulu melesat ke dalam, lalu menepuk pundak
Hye Ra sebagai bentuk rasa simpatiknya pada gadis itu. “Maksud Myungsoo hyung
baik. Mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama padamu.”
Belum
sempat Hye Ra melakukan pembelaan, ternyata Minwoo sudah lebih dulu menyusul
Myungsoo ke dalam. Setelah menghembuskan napas keras, Hye Ra pun akhirnya masuk
ke dalam café dengan harapan bahwa Myungsoo tidak mengatakan apapun jika bertemu
Sunggyu.
Hye
Ra menutup pintu di belakangnya, lalu langsung mengedarkan pandangan. Di salah
satu meja pelanggan, tampak Sungyeol tengah mengantarkan pesanan pelanggan
tersebut dan sangat terlihat ramah. Terlebih yang ia layani ada dua orang gadis
yang masih muda.
“Kenapa
harus hal itu yang pertama kali ku lihat di sini?” kesal Hye Ra seorang diri.
***
Sunggyu
ke luar dari dalam ruangannya sambil membawa beberapa lembar kertas. Pemuda itu
juga sibuk mencerna isi dari kertas-kertas tadi masih dalam keadaan berjalan. Saat
langkahnya menuju meja bar, entah kenapa ada sesuatu yang menyita perhatian
Sunggyu. Ia pun segera menghampiri tempat adiknya biasa berada.
“Apa
Hye Ra berbuat masalah lagi?” tebak Sunggyu karena mendapati Myungsoo juga ada
di sana. Duduk berhadapan dengan Hye Ra.
Hye
Ra menoleh mendengar suara Sunggyu yang terdengar jelas di telinganya karena
Sunggyu berdiri di belakang adiknya itu. Melihat tatapan Sunggyu yang seperti
mencurigai sesuatu, Hye Ra sontak melirik Myungsoo. Berusaha memohon sekaligus
mengancam agar sepupunya itu tidak menceritakan apa yang terjadi padanya di
sekolah.
“Apa
aku harus mempunyai alasan untuk bisa datang ke sini, hyung?” Myungsoo justru
balik bertanya dengan nada setengah bercanda.
Sunggyu
justru menjawabnya dengan tawa. “Kau sendirian saja? Di mana Minwoo?” pemuda
itu sedikit mengalihkan topic pembicaraan. Dan itu cukup membuat Hye Ra bisa
bernapas lega.
“Aku
di sini, hyung.” Terdengar suara teriakan Minwoo. Tak lama pemuda itu
menjulurkan kepalanya dari balik jendela yang menghubungkan antara meja bar
dengan dapur tempat Woohyun dan yang lain biasa memasak. “Aku mencoba belajar
memasak dengan Woohyun hyung,” seru Minwoo penuh semangat.
“Kau
membuatkan satu untukku, kan?” Tanya Myungsoo dengan sedikit teriakan juga.
“Apapun
hasilnya, kau janji akan tetap memakannya kan, hyung?” Minwoo segera menarik
kembali kepalanya tanpa menghiraukan apa yang akan dilakukan Myungsoo setelah
ini.
Myungsoo
diam sesaat. “Perasaanku tidak enak,” gumam Myungsoo namun masih sampai di
telinga Sunggyu dan Hye Ra.
“Kau
harus hargai perjuangan adikmu,” kata Sunggyu yang membuat Myungsoo semakin tak
yakin dengan hasil karya masakan Minwoo. “Sudahlah… ku tinggal dulu, ya?” pamit
Sunggyu sambil mengacak gemas puncak kepala adiknya sebelum pergi.
“Oppa!”
pekik Hye Ra tak suka. Kini ia sibuk membenarkan ikat rambutnya. “Oiya, untuk
tugas pelajaran Kimia besok, kau sekelompok dengan siapa?”
Myungsoo
menyeruput minumannya sebelum menjawab pertanyaan Hye Ra. “Sungjong, Sandeul,
Haesa dan Taeyeon. Kau dengan Hoya, kan? Pasti kau sudah menunggu-nunggu saat
itu tiba?” tanyanya setengah menggoda. Berharap Hye Ra akan tersipu malu atas
perbuatannya.
Tak
seperti apa yang diharapkan Myungsoo, Hye Ra justru tampak tak bersemangat. “Aku
sedang berusaha melupakan perasaanku pada Hoya. Tapi kami justru disatukan,”
ujar Hye Ra sedikit kecewa. “Setidaknya masih ada Dongwoo, Jinyoung dan Yoona
yang bisa mengalihkan pikiranku tentang Hoya saat kami mengerjakan tugas itu
besok,” lanjutnya seakan berusaha menghibur diri.
“Makanan
datang…” pekik Minwoo penuh semangat sambil membawakan dua piring berisi
makanan yang ia letakkan masing-masing di hadapan Hye Ra dan Myungsoo. Cukup
mencairkan suasana antara Myungsoo dan Hye Ra.
“Kau bisa
menjamin bahwa ini enak?” Tanya Myungsoo yang sudah mengantisipasi makanan yang
di bawa Minwoo.
“Tentu
saja, hyung,” seru Minwoo penuh percaya diri. “Karna yang membuatnya Woohyun
hyung.”
“Jadi
kau tidak melakukan apa-apa?” Hye Ra ikut bertanya.
“Aku
yang menuangnya ke dalam piring,” kata Minwoo polos membuat Hye Ra dan Myungsoo
terkekeh mendengarnya.
Myungsoo
tampak lega mendengar pengakuan Minwoo. “Aku pasti akan menghabiskannya.”
Myungsoo bersiap menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. Tapi itu semua batal
ia lakukan karena melihat Minwoo yang masih berdiri di sampingnya. “Mana
punyamu? Kau tidak makan?”
Minwoo
menepuk keningnya setelah teringat sesuatu. “Akh, masih di dalam, hyung.”
Pemuda itu segera melesat kembali ke dapur. Tak lama ia kembali sambil membawa
sepiring makanan miliknya.
“Biasanya
Sungyeol hyung di sini? Kemana dia?” Tanya Myungsoo di tengah-tengah acara
makannya.
“Sepertinya
sedang ke luar,” Hye Ra menjawab seadanya.
“Karyawan
baru itu?” Minwoo tak ingin hanya diam saja.
“Iya.”
Myungsoo yang menjawab karena tiba-tiba pikiran Hye Ra saat itu tersita oleh
kedatangan seorang siswi SMA seperti dirinya.
Gadis
itu terlihat sedikit berbincang pada Jeongmin yang tak sengaja di temuinya saat
baru masuk. Nampaknya gadis itu bukan pelanggan biasa karena Jeongmin terlihat
menunjuk-nunjuk ke arah meja bar tempat Hye Ra, Myungsoo dan Minwoo berada.
Hye
Ra yang setengah menahan kesal, menancapkan garpu ke atas makanannya dengan
sedikit kasar. “Mau apa dia ke sini?” gumamnya tak suka dengan kedatangan gadis
itu.
Myungsoo
yang menyadari perubahan sikap Hye Ra, segera menoleh ke arah di mana mata Hye
Ra menatap tajam. “Haesa?” serunya dengan nada tak percaya.
“Siapa?”
Minwoo sendiri tampak penasaran dan ikut menoleh ke arah yang di tatap Myungsoo
dan Hye Ra.
Gadis
itu memang benar Haesa. Bukannya tak suka, tapi Hye Ra lebih memilih
menghindari Haesa karena yang ia tau gadis itu adalah kekasih Hoya.
“Maaf
mengganggu kalian,” seru Haesa sedikit berbasa-basi yang tak lama kemudian,
tampak membongkar isi tasnya. Sementara Hye Ra hanya memberikan senyuman
terpaksa. “Aku hanya ingin mengmbalikan ini.” Haesa menyodorkan kotak kacamata
pada Hye Ra. “Sungjong yang menemukannya tertinggal di laci meja mu. Aku tau
kau sangat membutuhkan itu.”
Hye
Ra tak langsung menerimanya. Sesekali ia melirik Myungsoo yang tampak tak
membantu apa-apa. Pemuda itu justru telah kembali menikmati makanannya.
Kekesalannya bertambah, dan kini disebabkan oleh Myungsoo. Sambil menahan
kesal, Hye Ra tampak meraih ranselnya yang terletak di kolong meja.
Mencari-cari sesuatu hingga akhirnya gadis itu panic karena tidak bisa
menemukannya.
“Kacamata
ku!”
Haesa
menggerak-gerakkan benda di tangannya ke hadapan Hye Ra seolah memberi tau
sesuatu. “Ini punya mu,” jelasnya.
“Terima
kasih,” ujar Hye Ra meski terlihat sedikit tak ikhlas saat mengatakan hal itu,
tak lama setelah meraih kotak kacamata miliknya. “Andai yang mengantarkan ini bukan Haesa.”
“Kau
sudah makan?” Tanya Myungsoo yang berusaha memecah keheningan. Ia sadar bahwa
sepupunya itu masih kurang nyaman berada di dekat Haesa. Padahal niat gadis itu
sudah sangat baik, ingin mengantarkan barang milik Hye Ra yang tertinggal.
“Atau, bagaimana jika bergabung dengan kami,” lanjutnya yang langsung dihadiahi
pelototan dari Hye Ra. Jika saja bagian bawah meja bar tidak tertutup, Hye Ra
mungkin akan dengan penuh semangat menendang ataupun menginjak kaki Myungsoo
yang sudah bersikap seenaknya.
“Terima
kasih atas tawarannya. Aku hanya mengantarkan itu saja,” Haesa tampak menolak
ajakan Myungsoo. Setelah berpamitan, Haesa segera meninggalkan tempat itu.
Awalnya ia berjalan mundur, setelah beberapa langkah, Haesa berbalik dan tidak
menyadari bahwa ada seseorang di belakangnya. Ia menabrak seorang pemuda di
sana. “Maaf,” pekiknya yang sontak saja berjongkok untuk membantu pemuda itu
membereskan barang-barang belanjaannya yang kini cukup berceceran di lantai.
“Tidak
apa-apa, aku bisa sendiri.”
Haesa
tertegun mendengar suara pemuda itu. Saat tangan mereka bersentuhan, sontak
saja Haesa mendongak dan semakin membeku saat menyadari siapa pemuda yang kini
berhadapan dengannya. “Sungyeol oppa?” gumamnya pelan.
Sementara
itu, Hye Ra yang sudah berniat membantu Sungyeol, tiba-tiba menghantikan
langkahnya saat Haesa menyebut nama ‘Sungyeol’.
Di
sisi lain, Sungyeol juga bingung karena gadis itu mengetahui namanya. Saat
mendongak… “Haesa? Kau ada di sini?” serunya seakan tak percaya dengan apa yang
ia alami saat ini.
Minwoo mengikuti Hye Ra
yang kini sudah berjalan ke arah belakang café. Myungsoo yang menyadari
kepergian Minwoo juga langsung menyusul adiknya. Sungyeol sendiri hanya mampu
menatap langkah Myungsoo sambil memunguti belanjaannya yang didominasi sayuran.
Jeongmin dan Haesa juga tampak membantunya.
***
Minwo
membuka pintu belakang café. “Noona, kau di sini?” pemuda itu langsung
mengambil satu tempat di samping Hye Ra.
Selang
beberapa waktu, Myungsoo juga ikut duduk di kursi panjang yang diduduki Hye Ra
dan Minwoo. Pemuda itu duduk di sisi Hye Ra hingga memposisikan gadis itu di
tengah-tengah.
Hye
Ra dan Minwoo menoleh nyaris bersamaan. Tak lama, Myungsoo pun menoleh dengan
tatapan penuh Tanya. Namun tak ada yang meresponnya. “Bagaimana kalau kita
pergi makan es krim?” ajaknya yang membuat Hye Ra dan Minwoo yang awalnya sudah
mengalihkan tatapan mereka dari Myungsoo, langsung kembali menoleh ke arah
Myungsoo.
“Tadinya
aku berpikir seperti itu dan berniat mentraktir.”
Hye
Ra menoleh penuh semangat. Kali ini untuk Minwoo karena pemuda itu baru saja
menyelesaikan ucapannya. Myungsoo juga terlihat bersemangat merespon ucapan
adiknya.
“Tapi
karena Myungsoo hyung sudah mengatakannya lebih dulu, jadi dia lah yang harus
mentraktir kita,” lanjut Minwoo polos.
“Minwoo!”
Myungsoo menatap adiknya galak.
“Minwoo
benar,” seru Hye Ra yang secara tidak langsung telah mendukung Minwoo.
Myungsoo
menghembuskan napasnya, panjang. “Baiklah,” ujarnya sambil terpaksa berdiri.
Hye
Ra dan Minwoo saling menatap, puas karena bisa mengerjai Myungsoo. “Kita lewat
sana saja.” Hye Ra menghentikan langkah Myungsoo yang sudah ingin kembali ke
dalam.
Myungsoo
pun berbalik dan mendapati Hye Ra menunjuk ke arah salah satu gang sempit di
sana. Dan kembali terpaksa menuruti karena Hye Ra dan Minwoo sudah lebih dulu
meninggalkannya di sana.
***
Di
tempat berbeda, tampak Sunggyu baru kembali ke café. Senyumnya melebar saat mendapati
Hye Ra masih di sana. Tapi pemuda itu sama sekali tak menaruh curiga karena Hye
Ra tidak duduk di dalam meja bar, melainkan di luar seperti Myungsoo tadi.
Gadis itu juga tampak berbincang dengan Sungyeol.
“Hye
Ra itu adik boss ku,” kata Sungyeol sambil membersihkan gelas-gelas di
hadapannya.
Sunggyu
yang muncul tiba-tiba, tanpa izin telah merangkul gadis tadi dari belakang.
“Tumben kau duduk di sini biasanya…” ucapan Sunggyu terputus ketika gadis itu
menoleh. Gadis itu ternyata bukan Hye Ra.
“Oppa?”
Gadis yang ternyata Haesa itu langsung menjauhkan tubuh Sunggyu dari tubuhnya.
Namun karena kursi yang ia tempati cukup tinggi, membuat Haesa tidak bisa
mengimbangi dorongan yang ia lakukan. Kondisi kursi mulai tidak stabil.
“Haesa!”
pekik Sungyeol dan Sunggyu yang nyaris bersamaan karena Haesa nyaris terjatuh
dari kursi. Beruntung, Sunggyu bisa dengak cekatan menangkap tubuh gadis itu
dan hanya kursi saja yang roboh ke lantai. “Kau baik-baik saja?” Tanya Sunggyu
sambil membawa Haesa berdiri.
“Iya
aku baik-baik saja, oppa. Bagaimana oppa tau kalau aku di sini?”
Sunggyu
tak langsung menjawab. Ia sempat melirik Sungyeol yang masih berdiri di
tempatnya.
“Sunggyu
hyung itu…”
“Biar
aku yang menjelaskan,” Sunggyu memotong ucapan Sungyeol. “Ayo bicara sebentar.”
Pemuda itu menarik tangan Haesa dan membawanya ke salah satu meja pelanggan di
sana.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar