Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu,
Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast :
Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin, Kwangmin)
Genre
: teen romance, family
Length : part
***
“Bukankah
aku sudah pernah bilang bahwa aku memiliki sebuah café?” Sunggyu tampak memulai
pembicaraan. “Di sinilah tempatnya,” lanjutnya setelah melihat Haesa
mengangguk.
“Dan
Hye Ra…” Haesa tampak menggangtungkan ucapannya karena menunggu Sunggyu untuk
melanjutkannya.
“Dia
adikku,” jawab Sunggyu singkat.
Haesa
menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi lalu membuang pandangannya ke luar
jendela. “Kenapa oppa tidak pernah cerita bahwa Hye Ra adik oppa? Bukankah oppa
sudah tau bahwa aku pindah sekolah? Dan itu artinya aku dan Hye Ra bersekolah
di tempat yang sama?” Haesa bertanya tanpa menatap Sunggyu.
“Jadi
kau sudah pernah mengatakan itu?” Sunggyu justru balik bertanya dengan polosnya.
Haesa
pun sontak menoleh dengan tatapan kesal. “Oppa melupakan itu?”
“Aku benar-benar
minta maaf untuk itu,” ujar Sunggyu sungguh-sungguh. Ia bahkan sudah menarih
tangan Haesa untuk bisa ia genggam.
“Hye Ra pasti semakin membenciku jika tau
aku ternyata dekat dengan kakaknya,” gumam Haesa dalam hati dan cukup
terdengar sedikit frustasi. Tak lama gadis itu tersenyum sambil mengusap
punggung tangan Sunggyu. “Sudahlah, oppa. Aku tau banyak sekali yang sedang kau
pikirkan saat itu. Dan setidaknya, kini kau sudah mengetahui semuanya.”
Sunggyu
balas tersenyum. Lega rasanya mendengar ucapan Haesa. “Dan kalau boleh aku tau,
di mana kau mengenal Sungyeol? Ku lihat kalian cukup akrab. Makanya aku sempat
berpikir bahwa kau adalah Hye Ra.” Sunggyu berusaha menstabilkan nada bicaranya
agar tidak terdengar seperti ia tengah cemburu.
“Jadi, Sungyeol oppa dan Hye Ra juga cukup
dekat?” batin Haesa. “Ku rasa banyak kejadian hari ini yang mengejutkan
kita.”
“Maksudmu?”
Sunggyu tampak tak mengerti karena masih banyak hal yang tersirat dari apa yang
baru saja dikatakan Haesa.
Haesa
mengawasi Sungyeol yang tengah bekerja dari jauh. Ia bahkan tak bisa menahan
senyum saat menatap pemuda itu. “Sungyeol oppa mengenalku sejak aku lahir.”
“Jadi,
Sungyeol tetanggamu sejak kecil?” tebak Sunggyu.
Haesa
menggeleng. “Sungyeol oppa adalah kakak kandungku.”
Sunggyu
tampak melebarkan matanya yang sedikit sipit itu. “Bagaimana bisa? Bukankah
Sungjong…”
Haesa
kembali menggeleng bahkan sebelum Sunggyu menyelesaikan ucapannya. “Orang tua
kami berpisah. Lalu ayahku menikah dengan ibunya Sungjong. Sementara Sungyeol
oppa ikut ibu kandungku.”
Setelah
Haesa mengakhiri ceritanya, Sunggyu sedikit memutar badan untuk melihat
keberadaan Sungyeol. Pemuda itu baru saja mengantarkan pesanan ke salah satu
meja pelanggan yang letaknya cukup jauh dari tempat Sunggyu dan Haesa berada.
Sunggyu menatap Sungyeol penuh arti. Banyak hal yang berkecamuk di pikirannya
saat itu.
***
“Sunggyu
oppa pasti menghabisiku,” keluh Hye Ra sambil berusaha secepat mungkin kembali
ke café. Terlebih hari sudah semakin sore. Sementara itu, Myungsoo dan Minwoo
juga ikut menyusulnya dari belakang.
Mereka
sudah memasuki area luar café. Dari sana cukup terlihat suasana café karena
dinding depan café terbuat dari kaca. Dari kejauhan Hye Ra tampak melihat sosok
Sunggyu yang tengah bercengkerama dengan seseorang. Mereka bahkan tampak sangat
akrab.
Hye
Ra mengepalkan tangannya dan menahan kesal saat tau siapa gadis yang tengah
bersama kakaknya. Terlebih saat itu tangan Sunggyu tengah menggenggam salah
satu tangan Haesa. Hye Ra menghentakkan kaki lalu membuka pintu café dengan
sedikit kasar. Ia bahkan tampak tak ingin menatap apalagi sekedar melirik
tempat kakaknya berada.
“Hyung…”
bisik Minwoo pada Myungsoo sekaligus menghentikan langkah Myungsoo.
Sementara
itu di salah satu meja pelanggan, Haesa tampak menarik tangannya saat melihat
kedatangan Hye Ra lalu berusaha menyamarkan wajahnya agar tidak terlalu
terlihat mencolok di mata Hye Ra, Myungsoo ataupun Minwoo.
“Ada
apa?” Tanya Sunggyu yang segera memutar badannya karena tidak mendapat
tanggapan dari Haesa. Di sana Sunggyu menemukan Minwoo tengah berbisik pada
Myungsoo seperti tengah memberitau sesuatu. Apalagi setelah itu tampak Myungsoo
seperti sedang mencuri-curi pandang ke arahnya.
Hye
Ra sendiri tampak terburu-buru saat sedang membereskan buku pelajarannya untuk
ia bawa besok. Dan anehnya, semua pelarajan untuk besok telah tersusun rapi di
tumpukan paling atas. Ia sedikit melirik Sungyeol yang langsung tampak
pura-pura sibuk. Gadis itu seperti mencurigai Sungyeollah yang melakukan itu.
Tapi tampaknya hari ini
Hye Ra sedang tidak ingin beramah-tamah dengan Sungyeol. Terbukti setelah
urusannya selesai, gadis itu segera melesat pergi tampa berucap sepatah katapun
pada Sungyeol. Ia hanya dengan sengaja sedikit menubrukkan ranselnya ke
punggung Sungyeol sambil pura-pura sibuk dengan ponselnya. Dan Sungyeol hanya
menatap langkah Hye Ra yang semakin jauh dengan penuh Tanya. Sebenarnya apa
yang terjadi dengan gadis itu?
“Hye
Ra!” teriak Sunggyu saat melihat adiknya sudah melangkah menuju pintu café.
Namun langkahnya terhenti saat mendapati sebuah pesan singkat masuk ke dalam
ponselnya.
Oppa, aku pulang dengan Myungsoo dan Minwoo!
Sunggyu
langsung mendongak dan tatapannya bertemu dengan Myungsoo. Myungsoo memberikan
isyarat yang mengatakan bahwa ia yang akan mengantar Hye Ra pulang dan meminta
Sunggyu untuk tidak khawatir. Sunggyu sendiri hanya mengangguk lemah. Sakit
rasanya mendapati Hye Ra berpamitan hanya melalui pesan singkat. Terlebih saat
ini mereka tengah berada di lokasi yang sama.
Dengan
sangat terpaksa, Sunggyu kembali duduk di kursinya bersama Haesa. “Apa kau
sudah ingin pulang? Biar aku yang antar.”
Haesa
mendongak dan terlihat sedikit tidak siap dengan perkataan Sunggyu. Gadis itu
hanya mampu menahan tangan Sunggyu saat di rasanya pemuda itu seperti ingin
beranjak dari sana. “Aku baru bertemu Sungyeol oppa hari ini. Dan dia yang
berjanji akan mengantarku pulang. Sungyeol oopa sekalian ingin bertemu ayah
katanya,” jelas Haesa agar Sunggyu tak salah paham. “Dan sampaikan salam maafku
untuk Hye Ra.”
“Kau
tidak salah, tapi aku yang salah.”
Haesa
tampak tak mau kalah. “Ku mohon katakan saja ucapanku pada Hye Ra.” Dan bisa
dipastikan Sunggyu tidak akan mampu untuk menolaknya.
***
Esoknya,
saat baru sampai kelas, Haesa sudah kembali ke luar setelah meletakkan
ranselnya. Ia tak lupa untuk menyeret Hoya agar ikut bersamanya. Haesa membawa
Hoya sampai ke area parkir. Ia tidak mempedulikan protesan Hoya sebelum mereka
tiba di tempat tujuan.
“Ayo
kita akhiri sandiwara ini,” ujar Haesa setelah memastikan tidak ada orang di
sekitar sana. Terlebih ini masih cukup pagi.
“Maksudmu?”
Tanya Hoya tak mengerti.
“Di
sekolah ini statusku adalah sebagai kekasihmu meski hanya berpura-pura. Dan mulai
saat ini, katakan saja jika kita telah putus. Jika ada yang bertanya alasan
kita putus, kau bisa bilang bahwa aku berselingkuh!” Haesa benar-benar telah mempersiapkan
kata-katanya yang ingin ia sampaikan pada Hoya.
Tanpa
mereka sadari, ada seseorang yang mengawasi dari balik pilar. Semua pembicaraan
Haesa dan Hoya dapat terdengar dengan jelas di telinga Dongwoo.
“Jadi
kau sudah tidak ingin menolongku?”
“Maaf
Hoya… kau bisa cari gadis lain yang bisa kau mintai tolong untuk menjadi
kekasih pura-pura mu. Tapi tidak denganku.” Haesa tampak membalikkan badan dan
bersiap pergi, namun Hoya tebih dulu menahan tangannya.
“Tapi
kenapa? Hanya kau yang tau alasan ku bersikap seperti ini.”
Haesa
menyingkirkan tangan Hoya dengan lembut. “Aku tidak ingin Hye Ra semakin
membenciku.”
Hoya
menghela napas. “Maaf jika akhirnya Hye Ra justru membencimu.”
Haesa
tersenyum sambil menepuk pelan lengan Hoya. “Jangan merasa bersalah padaku,”
ujarnya yang membuat Hoya juga terkekeh.
Dan kejadian seperti itu
justru tampak seperti menyambut kedatangan Hye Ra yang baru saja sampai di
sekolah. Gadis itu juga menyadari kehadiran Dongwoo yang tengah menguping
pembicaraan Hoya dan Haesa.
***
Hoya
berjalan sendiri menuju belakang sekolah. Di sana sudah ada seseorang yang menunggunya.
Dongwoo.
“Apa
yang ingin kau bicarakan padaku?” Tanya Hoya setelah berdiri tepat di samping
Dongwoo.
“Apa
benar kau dan Haesa hanya berpura-pura pacaran?” Tanya Dongwoo tanpa melirik
Hoya sedikitpun.
Hoya
cukup membeku mendengar perkataan Dongwoo. Tapi pemuda itu berusaha bersikap
senormal mungkin. “Kalau ternyata yang kau tau itu memang benar, apa yang akan
kau lakukan?” tantangnya.
Dongwoo
menoleh cepat. “Kau pasti tau kan kalau Hye Ra benar-benar menyukaimu? Tapi
kenapa justru kau berpura-pura menjalin hubungan dengan gadis lain?” Dongwoo
meluapkan emosinya.
“Sudahlah…
aku tidak sebaik yang kau pikirkan!” Hoya siap melangkah namun Dongwoo lebih
cepat menahan pundaknya.
“Bohong!”
Hoya
berbalik dan mendapati Dongwoo menatapnya penuh kekecewaan. Dalam hati, ia
cukup menyesal dengan perbuatannya. Dongwoo benar, Hoya hanya berbohong.
“Apa
aku ini bukan temanmu? Atau karena kau tau bahwa aku ‘juga’ menyukai Hye Ra,
makanya kau sedikit menjauhiku?”
Penekanan
saat Dongwoo menyebut kata ‘juga’, membuat Hoya membulatkan matanya… “Tidak
mungkin kau…”
“Aku
tau kau menyukai Hye Ra lebih dulu dari pada diriku.” Dongwoo seakan
memperjelas ucapan Hoya yang sedikit tertahan.
Hoya
tertunduk.
“Apa kau masih belum mau
jujur?” Tanya Dongwoo penuh harap dengan nada lembut. Ia sangat ingin kembali
dekat dengan Hoya seperti awal-awal mereka masuk di sekolah ini.
“Dongwoo!
Aku akan pindah ke Jepang dan mungkin tidak akan kembali lagi ke sini,” seru
Hoya sambil meletakkan tangannya di kedua pundak Dongwoo. “Itu alasannya aku
sedikit menjauhimu. Aku hanya tidak ingin melihatmu merasa kehilanganku.
Terlebih untuk Hye Ra juga. Begitupun sebaliknya.”
“Untuk
masalah Hye Ra mungkin aku bisa tidak mempedulikannya. Tapi apa kau lupa jika
aku juga memiliki keluarga di sana? Suatu hari nanti mungkin aku bisa
mengunjungimu di Jepang!”
Hoya
sudah membuka mulutnya, namun tidak ada yang bisa ia ucapkan selain kata…
“Maaf.”
Dongwoo
menghela napas. “Jika kau memiliki masalah. Ku mohon berbagilah bersamaku.”
Mata
Hoya sudah hampir berkaca-kaca. Perasaannya bercampur aduk saat ini. Ia tak
menyangka bisa kembali menjalin pertemanan dengan Dongwoo. “Apa yang harus ku
lakukan sekarang?”
“Ke
kantin,” jawab Dongwoo asal. Pemuda itu sedikit merusak suasana. “Apa kau tidak
lapar?” lanjutnya setelah melihat Hoya sedikit kebingungan dengan maksud
ucapannya.
Hoya
terkekeh pelan. “Ayo!” pemuda itu sudah merangkul Dongwoo dan membawa pemuda
itu pergi bersama.
Dongwoo
dan Hoya melintasi meja yang dihuni Myungsoo dan Eun Gi. Mereka yang masih
saling berangkulan membuat Myungsoo sampai mengikuti arah langkah mereka.
“Mungkin
mereka baru balikan,” seru Eun Gi asal.
Myungsoo
menoleh kembali ke arah Eun Gi. Ia menatap kekasihnya sambil memikirkan apa
yang baru saja dikatakan Eun Gi. Dan sedetik kemudian pemuda itu tertawa sampai
Hye Ra dan Minwoo muncul di sana.
Hye
Ra menatap Myungsoo bingung. Ia sempat melirik Eun Gi untuk menuntut
penjelasan. Namun gadis itu hanya mengangkat bahunya.
***
Sabtu
pagi di kediaman keluarga Myungsoo dan Minwoo. Tampak yang tersisa hanya dua
kakak beradik itu di meja makan karena orang tua mereka sudah memulai aktifitas.
Tak lama, terdengar suara bel rumah berbunyi. Dua pemuda itu saling tatap,
bingung lebih tepatnya karena ada tamu datang pagi-pagi seperti ini. Myungsoo
mengisyaratkan Minwoo untuk membukakan pintu.
“Noona!”
pekik Minwoo heran karena yang datang adalah Hye Ra. “Kau mau ke mana? Mau
mengerjakan tugas bersama Myungsoo hyung?” Tanya Minwoo karena melihat Hye Ra
juga membawa ransel sekolahnya.
Hye
Ra tak langsung menjawab karena sibuk memikirkan alasan yang tepat tentang
kedatangannya ke sana. “Hmm… apa kau atau Myungsoo akan berencana untuk
berenang setelah ini?”
“Kenapa
noona masih membahas tentang renang? Apa kau ingin kejadian kemarin kembali
terulang. Ku mohon lupakan itu.”
Hye
Ra berpikir keras untuk meyakinkan Minwoo bahwa apa yang ingin ia lakukan bukan
tanpa alasan. “Aku akan menceritakan semuanya.”
***
Setelah
berganti pakian, Sungyeol langsung kembali ke balik meja bar. Tidak terlalu
banyak yang dilakukan Sungyeol pagi itu karena kemarin ia sudah membereskan hampir
semua pekerjaannya. Terlebih lagi, pemuda itu datang cukup lebih awal dari
karyawan yang lain. Tentu saja tak lama setelah Woohyun.
Tiba-tiba
pemuda itu teringat novel milik Hye Ra yang sudah menarik perhatiannya sejak
hari pertama ia bekerja di sana. Tapi buku itu tidak ia bawa pulang karena akan
ia baca di saat-saat waktu senggang seperti ini. Apalagi café tidak buka sepagi
ini.
“Waah…
satu part lagi,” gumam Sungyeol penuh
semangat saat mengingat ia sudah hampir melahap hampir seluruh isi buku.
“Kau
sudah hampir menyelesaikannya?”
Sungyeol
mendongak dan mendapati Hyunseong sudah berdiri di hadapannya. Pemuda itu tampak
baru saja berganti pakaian. “Sedikit lagi,” ujar Sungyeol singkat lalu kembali
tenggelam dalam bacaannya.
Hyunseong
menyandarkan punggungnya ke tepi meja bar. Posisinya kini memunggungi Sungyeol.
“Di buku itu ada salah satu tokoh yang bernama Chanyeol.” Hyunseong sedikit
memutar kepalanya untuk menatap Sungyeol yang masih sibuk membaca. “Tadinya ku
pikir namamu Chanyeol. Ternyata aku salah dengar.” Pemuda itu terkekeh sendiri
mengingat kesalah pahaman yang pernah terjadi padanya.
Sungyeol
sendiri ikut terkekeh mendengarnya.
“Aku
kembali bekerja dulu,” pamit Hyungseong yang segera saja meninggalkan Sungyeol
di meja bar.
Beberapa
menit kemudian, Sungyeol sudah sampai di halaman terakhir buku yang tengah ia
baca. Pemuda itu tampak tersenyum puas setelah benar-benar mengakhiri
bacaannya. Namun ada yang menarik perhatiannya setelah itu. Samar-samar,
terlihat seperti ada sebuah pesan yang ditulis di balik halaman terakhirnya.
Aku hampir mati tenggelam hanya demi sebuah
benda kecil namun sangat berarti untukku. Kenangan terakhir yang ditinggalkan
ayah dan ibu. Beruntung aku masih dapat hidup karena ada seseorang yang
menyelamatkanku. Pemuda itu SUNGYEOL. Tapi sayang aku belum sempat mengucapkan
terima kasihku padanya. Bagaimana caranya? Aku bahkan tidak sempat mengingat
wajahnya. Ku harap suatu hari nanti bisa bertemu dengannya meski hanya sekali
saja untuk mengatakan ‘Terima Kasih Sungyeol karena telah menyelamatkanku’.
Sungyeol membeku membaca tulisan tangan Hye Ra
pada buku itu. Belum lagi gadis itu juga membubuhkan tanggal kejadian Hye Ra
nyaris tenggelam di kolam renang. Dan itu tepat hari ini.
***
“Kau
sudah tau kalau Sunggyu hyung tidak pulang karena ada acara kampus! Dan kenapa
kau malah menginap di rumah Sungyeol? Terlebih Sungyeol adalah seorang pemuda!”
omel Myungsoo setelah mendengar cerita dari Hye Ra tentang kejadian antara
gadis itu dan Sungyeol.
“Hyung,
dengarkan dulu.” Minwoo tampak menjadi penengah untuk menenangkan kakaknya.
Hye
Ra melanjutkan cerita sampai ketika ia dengan tidak sengaja sampai di tepi
kolam renang untuk mengantarkan handuk milik Sungyeol. Tak lupa sebelumnya
gadis itu juga menjelaskan kenapa ia terpaksa menginap di sana. Semata-mata
agar Myungsoo tak kembali memarahinya. Itu memang bentuk rasa sayang seorang
Myungsoo pada Hye Ra seperti halnya Sunggyu. Meski terkadang sedikit
berlebihan.
Myungsoo
dan Minwoo sama-sama tertegun dengan cerita Hye Ra tadi. Apa yang dipikirkan ke
dua pemuda itu hampir serupa. Bagaimana bisa Hye Ra sampai di tepi kolam
renang? Padahal yang mereka tau, kemarin Hye Ra nyaris pingsan meski sama
sekali belum menginjakkan kakinya di pintu gerbang kolam renang sekolah.
“Bukankah
kau bilang pemuda yang menolongmu dulu bernama Sungyeol?” Minwoo akhirnya buka
suara karena teringat sesuatu.
Hye
Ra mengeleng dengan tegas. “Namanya Chanyeol.”
Minwoo
menatap Myungsoo untuk memastikan kebenaran yang dikatakan Hye Ra. “Yang kau
ingat, Chanyeol apa Sungyeol, hyung?”
“Tidak
tau.” Myungsoo mengacak rambutnya. “Aku lupa,” serunya sambil mengangkat bahu.
“Noona.”
Kali ini Minwoo berbicara pada Hye Ra. “Apa kau ingin mencoba melihat kolam
renang? Aku akan menemanimu.”
“Aku
tidak mengijinkan kalian melakukannya!” putus Myungsoo yang dengan tegas
melarang niat Minwoo untuk menemani Hye Ra meski mungkin tujuannya hanya
menyuruh Hye Ra melihat dari balik jendela.
Hye
Ra belum mengambil keputusan. Apakah akan menuruti larangan Myungsoo, atau
sebaliknya, nekat menerima tawaran Minwoo. Lagi pula, jika memang tidak
sanggup, ia akan segera menjauh. Gadis itu berdiri dengan tegas sambil menatap
Myungsoo sekuat tenaga. “Ku mohon sebentar saja. Jika tidak sanggup, aku janji
akan segera kembali.”
Sontak
Minwoo langsung mengejar Hye Ra yang sudah lebih dulu menuju halaman belakang
rumahnya. Gadis itu bahkan tak menghiraukan teriakan Myungsoo yang
memanggilnya.
Akhirnya
Hye Ra sampai di balik pintu kaca yang menampakkan suasana halaman belakang
sekaligus kolam renang dengan air yang jernih di rumah Myungsoo. Minwoo
berhenti tepat di belakang Hye Ra untuk mengawasi gadis itu. Sementara Myungsoo
yang langsung menyusul, hanya mengawasi adik dan sepupunya itu dari jarak yang
cukup jauh.
Hye
Ra menatap lurus-lurus pemandangan yang bisa ia lihat dari balik pintu kaca
tersebut. Tangannya mengepal sebagai usaha untuk mengumpulkan keberanian.
Sementara itu keringat dingin mulai mengalir dari keningnya. Dan
bayangan-bayangan dua tahun lalu saat ia tenggelam pun mulai kembali
menghantuinya.
“Noona…”
lirih Minwoo pelan. Tangannya bahkan sudah terulur untuk meraih pundak Hye Ra.
Gadis
itu menyerah. Ia menggeleng sebagai tanda menyerah. Rasa takutnya masih sangat
besar. Saat membayangkan Sungyeol tengah berenang di sana, Hye Ra bisa sedikit
tenang. Namun saat menyadari bahwa pemuda itu tidak benar-benar di sana, Hye Ra
menyerah. Saat berbalik, ia merasakan tubuhnya tertarik. Yang ada dipikiran Hye
Ra mungkin sebentar lagi ia akan pingsan. Tapi ternyata tidak. Myungsoo lah
yang tiba-tiba menarik tubuh Hye Ra dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya
tanpa berbicara sepatah katapun.
***
“Maaf,
Sungyeol,” ujar Sunggyu yang menabrak tubuh tinggi Sungyeol yang melintas saat
pemuda itu baru ke luar dari pintu dapur sambil membawa sebuah kotak makan.
Tanpa menunggu respon, Sunggyu tampak berlalu begitu saja. Namun tubuhnya
kembali di hadang oleh Hyunseong.
“Kenapa
kau buru-buru sekali, hyung?” Tanya Hyunseong.
Sunggyu
membenarkan letak ranselnya yang sedikit bergeser akibat tabrakan tadi. “Aku
harus ke sekolah Hye Ra mengantarkan ini.” Sunggyu menunjukkan kotak makan
dalam tangannya. “Hye Ra belum sarapan. Setelah itu aku harus ke kampus. Sudah
ya, aku hampir telat.” Sunggyu yang tampak terburu-buru, langsung melesat
menjauhi Hyungseong.
“Hyung!”
teriakan seseorang membuat Sunggyu membatalkan diri untuk masuk ke dalam
mobilnya.
Sunggyu
pun menoleh ke arah sumber suara. “Ada apa lagi Hyunseong?”
“Hyung…
sepertinya kau sangat sibuk. Bagaimana jika aku yang mengantarkan makanan Hye
Ra?” pemuda itu menawarkan diri. “Biar nanti aku yang akan meminta izin pada Woohyun
hyung.”
Sunggyu
tampak menimbang-nimbang tawaran Hyunseong. Ia memang sudah hampir terlambat.
“Apa kau tau letak sekolah Hye Ra?”
“Aku
tau, hyung. Woohyun hyung juga sudah pernah menyuruhku menjemput Hye Ra dari
sekolah.” Ucapan Hyunseong cukup meyakinkan.
Akhirnya
Sunggyu mengabulkan tawaran Hyunseong. Ia menyodorkan kotak makan pada salah
satu karyawannya itu. “Kalau bisa kau pastikan Hye Ra memakannya,” pesannya
sebelum Hyunseong kembali. “Terima kasih sebelumnya.” Sunggyu pun masuk ke
dalam mobil.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar