Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast :
·
Lee
Joon/Changsun (Mblaq)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Jung
Yong Hwa (CN Blue)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast :
·
Im
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun
Horvejkul (2PM)
·
Yoon
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan
(Exo-M)
·
Im
Yoona (SNSD)
·
Choi
Minho (SHINee)
·
Choi
Sulli (F(x))
·
Kim
Himchan (B.A.P)
Genre :
romance
Length :
part
***
“Ke
mana setelah ini?” Tanya Minhyuk setelah mereka ke luar dari café. Saat itu
hari baru beranjak sore.
Hye
Ra mendesah berat. Mood-nya agak
buruk akibat paksaan Minho tadi. Ia sempat melirik jam yang melingkar di
tangannya. “Nanti malam aku baru akan bertemu temanku itu.”
Minhyuk
tampak mengangguk mengerti. Hye Ra telah bercerita tadi ketika terpaksa
membatalkan janji dengan temannya demi bertemu Minhyuk dan Himchan.
“Kau
naik apa tadi?”
“Naik
bus umum,” jawab Minhyuk sambil melihat-lihat kamera yang menggantung lehernya.
“Kau tinggal
di Phoenix apartmen, kan? Ayo ku antar pulang. Kebetulan aku bawa mobil,” seru
Hye Ra yang sudah lebih dulu beranjak ke parkiran mobil.
“Aku
tidak ada kerjaan setelah ini. Ayo kita pergi nonton dulu. Setelah itu aku
ingin ikut kau menemui temanmu itu. Boleh?”
“Oke,”
seru Hye Ra singkat meski tak terlihat terlalu antusias. Meski demikian, ia
tetap senang bisa pergi dengan Minhyuk. Pemuda yang sudah lama berteman dekat
dengannya. Ia kemudian menyerahkan kunci mobilnya pada Minhyuk.
Minhyuk
tertegun sesaat. Tidak lama, karena setelah itu ia terkekeh. Jelas saja ia yang
menyetir. Tidak mungkin Hye Ra. Mereka kemudian melesat ke salah satu pusat
perbelanjaan besar di kota itu.
Minhyuk
meninggalkan ransel serta kamera kesayangannya di mobil Hye Ra ketika mereka
baru saja sampai di area parkir pusat perbelanjaan. Setelah itu keduanya
langsung melesat ke bioskop untuk menonton film.
“Kau
ingin menonton apa?” Tanya Minhyuk ketika mereka sedang mengantri untuk membeli
tiket.
“Terserah
kau saja.” Hye Ra menjawab seadanya.
Minhyuk
hanya mendesah pasrah. Semangat gadis itu belum kembali. Mungkin sebuah film
berbau komedi setidaknya bisa sedikit membuat Hye Ra tersenyum. “Tiket untuk
film ‘Baby And Me’, dua.” Minhyuk menyerahkan uang pada kasir yang melayani
pemesanan tiketnya. Dan hanya film itu yang sekiranya tidak terlalu berat jalan
ceritanya.
***
Sementara
itu, ‘Blue Flame’ masih tetap pada jadwalnya yang padat. Ke lima pemuda tampan
itu baru saja menyelesaikan sesi gladi resik sebelum memulai konser mereka
nanti malam. Dan saat ini, mereka masih berada di atas panggung. Mengobrol dan
saling sapa terhadap beberapa kru yang membantu mereka.
Joon
tampak masih setia berdiri di belakang standing
mic miliknya. Karena sound telah
dimatikan, Joon mendengarkan lagunya melalui headphone dan bernyanyi secara lypsing
di depan mic. Hanya leader satu itu yang kembali sedikit latihan.
Ke
lima pemuda tampan yang tergabung di ‘Blue Flame’ itu sangat bekerja keras demi
lancarnya konser mereka. Bahkan tidak hanya Joon, tapi Luhan dan Doojoon juga
masih bersama alat music andalan mereka, duduk di satu titik dan memainkannya.
Di batu Siwan dengan gitar akustiknya. Sementara Nichkhun hanya menemani mereka
di sana.
Tell me why why why neoman wonhago ittjanha
No bye bye
bye keureon seulpeun mareun hajima
I can try
try try dashi doraondamyun
You know I
want get get get your love
Love Love Love Everybody
Clap Clap
Clap I want you back to
Mekkumeseorado
nae soneul jabdeon
Keu ddaero
doragago shipeunde
(‘LOVE’ - CN Blue)
“Berhenti
dulu.” Luhan berhenti memainkan gitarnya karena merasakan suatu getaran dari
ponsel yang berada di dalam saku jinsnya. Luhan terpaku beberapa saat melihat
nama penelpon. “Dari noonanya Joonie hyung,” kata Luhan meski tak ada yang bertanya.
Ia lalu memberikan gitarnya pada Nichkhun tanpa meminta persetujuan terlebih
dulu. Kemudian melesat ke tempat Joon masih berdiri saat ini.
Tanpa
berkata apa-apa, Luhan menyodorkan ponselnya yang masih menunggu untuk di
jawab. Namun kemudian, sambungan itu putus karena Joon sama sekali tak langsung
menyambar ponsel Luhan. Melainkan hanya menatapnya dengan pandangan malas.
Joon
melepas headphone-nya. “Untuk apa
noonaku menelponmu?”
Luhan
menarik kembali ponselnya sambil menghela napas kasar. “Tentu saja pasti karena
panggilannya selalu di abaikan olehmu, hyung.”
“Joon!”
teriak Siwan yang masih duduk di atas panggung bersama Nichkhun dan Doojoon. Ia
bahkan sambil mengangkat ponselnya karena kini kakaknya Joon itu menelponnya.
“Selesaikan urusanmu.”
Dengan
terpaksa Joon melesat ke tempat Siwan berada, lalu menyambar ponsel milik
pemuda itu yang kemudian membawanya sedikit menjauh dari member yang lain.
Dengan malas, Joon menekan tombol answer pada
ponsel milik Siwan. “Hmm…” sahutnya. Entah apa yang membuat pemuda itu enggan
di ganggu oleh kakak perempuannya itu.
“Ku dengar kau memiliki apartmen baru.
Minhyuk juga ada di sana, kan? Dan aku ingin main ke tempatmu.”
KLIK!
Joon
membeku sesaat. “Noona!” teriak Joon sedikit frustasi karena kakaknya itu memutuskan
sambungan secara sepihak. “Ish! Di matikan!” pemuda itu hanya menggerutu karena
terlalu kesal. Joon melesat kembali ke tempat rekan-rekannya berada. “Ku
kembalikan.”
Siwan
menerima ponselnya dari tangan Joon tepat ketika Nichkhun bertanya, “ada apa
dengan kakakmu?”
Joon
menghela napas berat sambil bergabung duduk dengan yang lain lalu memeriksa
ponselnya. Benar saja, ada beberapa panggilan tak terjawab dari kakaknya dan
hanya satu dari Minhyuk. “Ku rasa jika tadi telpon Siwan juga tak di jawab, mungkin
noonaku juga akan menghubungi Nichkhun atau Doojoon.”
“Lalu?”
Joon
hanya melirik Nichkhun yang tadi bersuara. Namun ia sama sekali tak berniat
meresponnya karena sudah terlanjur menempelkan ponselnya ke telinga dan
menunggu jawaban dari Minhyuk. “Apa noona sudah lebih dulu mengatakan padamu
kalau dia akan datang?”
Di
tempatnya berada, Minhyuk baru saja ke luar antrian membeli tiket dan sedang
berjalan pelan menuju tempat Hye Ra berada. “Iya. Tadi pagi dia menelponku.
Tapi aku tak bisa menjemputnya untuk saat ini. Masih ada kerjaan.”
Hye
Ra yang mendengar itu, hanya mencibir ke hadapan Minhyuk. Jelas-jelas pemuda
itu sedang pergi menonton dengan seorang gadis, dan bukan sedang bekerja.
Minhyuk hanya tersenyum menanggapi reaksi sinis Hye Ra.
“Bagus.
Dan jangan mau menjemputnya. Kalau noona ingin datang, minta saja Seulong hyung
yang mengantarnya. Ya sudah, nanti ku telpon lagi.” Joon langsung mematikan
ponsel tanpa menunggu persetujuan Minhyuk terlebih dahulu.
Semua
percakapan Joon dengan Minhyuk sudah mewakili pertanyaan-pertanyaan di benak
member ‘Blue Flame’ yang lain tentang kakak perempuannya Joon. Bahwa wanita itu
akan datang mengunjungi dua adiknya.
“Hyung,
ayo makan.” Terdengar suara Luhan yang seakan mengingatkan para hyungnya bahwa
mereka butuh tenaga lagi.
Yang
lain langsung mengangguk setuju. Termasuk juga Joon. Tak sempat berdebat dengan
kakaknya membuat Joon sedikit lapar. Mereka kemudian meninggalkan panggung
setelah sebelumnya membereskan beberapa barang milik mereka.
Joon
memilih berjalan paling akhir karena ia sambil mencoba menghubungi Hye Ra.
***
“Aku
setuju denganmu,” kata Minhyuk meski ia tahu bahwa Joon sudah menutup telponnya
beberapa saat yang lalu. Minhyuk berdecak sambil memasukkan kembali ponselnya
ke dalam saku jins. Saat mendongak, ia melihat Hye Ra melangkah menjauh dan
tampaknya sedang menerima sebuah panggilan.
“Aku
tunggu di sini!” teriak Minhyuk meski tak yakin Hye Ra mendengarnya karena
gadis itu justru terus melangkah menjauh. Pemuda itu hanya bisa menghela napas.
Sementara
itu, Hye Ra berjalan ke dekat tembok kaca yang membatasi lobi bioskop. “Iya,
Joon.”
“Apa
jika bukan aku yang menelpon, kau tidak akan menelponku?” protes Joon. Hari ini
ia memang menunggu panggilan apapun dari kekasihnya itu. Namun semuanya nihil.
Justru kakaknya yang bahkan sampai menelpon Luhan dan Siwan.
Hye
Ra sempat melirik Minhyuk yang masih saja mengawasinya. Mendapati itu, Hye Ra
mengalihkan pandangannya lagi. “Bukankah aku sudah sering menelponmu dan sering
tak ada jawaban?” balas Hye Ra yang tak ingin di salahkan. “Sudah bagus aku
tidak terlalu protes dengan kesibukanmu,” lanjutnya dengan nada sedikit sinis.
“Maaf,”
lirih Joon. “Mungkin karena aku terlalu merindukanmu.”
“Kapan
kau pulang?” Tanya Hye Ra. Ia bahkan tak berkomentar apapun dengan ucapan Joon
sebelumnya.
“Ku
usahakan minggu depan,” kata Joon tak yakin.
Hye
Ra menghela napasnya berat. Ia tau kesibukan Joon membuat kekasihnya itu
sedikit tertekan. “Jangan mencemaskan aku. Aku baik-baik saja. ‘Blue Flame’
yang harus kau prioritaskan lebih dulu.”
“Bisakah
kita bersama seharian ketika aku pulang nanti?” pinta Joon penuh permohonan.
Pemuda itu kini baru saja duduk di kursi sebuah ruang makan gedung tempat ia
konser nanti bersama bandnya. Joon duduk di samping Luhan.
“Baiklah,”
seru Hye Ra tanpa pikir panjang.
Di
tempatnya berada, Joon tersenyum pernuh arti. Meski Hye Ra sama sekali tak bisa
melihatnya. Namun member lain di sekitarnya, menatap Joon sedikit aneh saat
tersenyum seperti itu. Terutama Siwan yang saat itu baru saja bergabung. Di susul
Doojoon kemudian.
“Apa
dia selalu seperti itu jika bertelpon dengan Hye Ra?” bisik Siwan pada Doojoon.
Namun ia juga tak terlalu membutuhkan jawaban. Doojoon dan Luhan terkekeh
melihatnya.
“Aku
akan menagih janjimu nanti. Nanti ku telpon lagi. Aku mencintaimu, Hye Ra.”
Hye
Ra memutar bola matanya, kesal mendengar Joon berkata seperti itu. Bukannya tak
suka, hanya saja ketika Joon yang mengatakan itu, terkesan terlalu berlebihan
di telinganya. “Aku tau, Joon.”
“Hye
Ra! Apa kau tak bisa mengatakan hal yang sama?” Joon melancarkan protes keras.
Bahkan suaranya seakan bisa memenuhi ruangan yang cukup besar tersebut.
Beberapa
staf ‘Blue Flame’ sampai menoleh ketika mendengar suara Joon. Siwan yang sedang
makan bahkan tersedak di buatnya. Buru-buru Luhan menyodorkan minuman pada
Siwan.
“Kenapa
kau selalu mengatakan ‘aku tau’, ‘aku tau’?” Joon mempraktikan cara Hye Ra
berbicara. Ia tidak tau bahwa di sana Hye Ra sibuk menahan tawa karena kelakuan
Joon.
Joon
sempat melirik tajam ke arah Siwan yang tersedak. Ia masih dengan posisi ponsel
menempel di telinganya. Ia sadar itu semua karena suaranya tadi. Doojoon yang
duduk berhadapan dengan Joon, menyodorkan piring makannya yang belum tersentuh
sama sekali.
“Sudah,
cepat makan.” Doojoon kembali berdiri untuk mengambil makanan lagi.
Joon
menarik lebih dekat lagi piring makanan pemberian Doojoon. “Kau sukses membuat mood-ku buruk hari ini. Tapi aku membenci
itu karena justru membuatku semakin mencintaimu.”
“Oh.
Aku sangat berterima kasih untuk itu, Joon.”
“Nanti
ku telpon lagi,” ujar Joon yang kemudian mematikan sambungan telponnya.
Hye
Ra memasukkan kembali ponselnya ke dalan saku jins. Sejujurnya ia senang dengan
kata-kata cinta dari Joon. Tapi ia lebih senang lagi jika mengerjai kekasihnya
itu. Gadis itu masih tersenyum mengingat percakapannya barusan. Lalu ia
berbalik dan berniat untuk menghampiri Minhyuk. Namun pemuda itu sudah tidak
ada di sana.
“Ke
mana Minhyuk?” Tanya Hye Ra untuk dirinya sendiri. Saat mengedarkan pandangan,
mata Hye Ra menangkap sosok pemuda yang ia cari. Ternyata Minhyuk baru saja
dari counter makanan untuk membeli camilan menonton nanti.
“Sudah
ku duga kau pasti akan lama menerima telpon,” kata Minhyuk saat mereka sudah
berhadapan. “Jadi, aku pergi membeli ini seorang diri.”
Hye
Ra berinisiatif membawakan sendiri jatah untuknya dari tangan Minhyuk. “Oh.
Terima kasih.”
***
Sesekali
Minhyuk melirik gadis yang duduk di sampingnya. Hye Ra begitu menikmati suguhan
film layar lebar di depannya. Suasana gadis itu cukup baik. Berbeda ketika saat
pertama mereka bertemu di café bersama Himchan juga.
Lain
halnya dengan Minhyuk. Pemuda itu justru sama sekali tak bisa menikmati
jalannya film. “Hye Ra berbubah setelah
menerima telpon itu tadi.”
Sampai akhirnya, lampu bioskop mulai terang
seiring berakhirnya film tersebut. Minhyuk dan Hye Ra tak langsung beranjak
untuk bangkit karena pintu keluar masih di padati penonton. Mereka menunggu
sampai suasana sedikit lengang.
“Kau
mau ke mana setelah ini?” Tanya Minhyuk.
Hye
Ra tak langsung menjawab karena ia sedang memeriksa pesan masuk di ponselnya.
Gadis itu lalu melirik Minhyuk yang masih duduk di sampingnya. “Ku rasa aku
akan ke rumah temanku itu setelah nanti ku antar kau pulang.”
Minhyuk
memeriksa arlojinya. “Masih terlalu sore untuk pulang ke rumah.”
“Kau
mau minum kopi?” tawar gadis itu yang sudah berdiri. “Setidaknya aku masih
punya waktu satu jam di sini.”
Minhyuk
menyusul untuk berdiri. “Padahal aku berharap kau mengajakku ke tempat temanmu
itu.” Minhyuk berpura-pura tak menatap Hye Ra, namun ia tetap mengawasi gadis
itu.
Hye
Ra tampak berfikir. Ia tak ingin langsung menolak ataupun menyetujui permintaan
Minhyuk. “Mungkin nanti kami akan mengabaikan keberadaanmu.”
“Aku
bisa menunggu sambil mengerjakan projek kita.”
Hye
Ra menghela napas. “Baiklah. Ayo temani aku.”
Minhyuk
menahan senyumnya, mengingat ia masih bisa bersama Hye Ra lagi setelah ini.
Seperti yang Hye Ra katakan tadi, sebelum benar-benar meninggalkan pusat
perbelanjaan tersebut, mereka mengunjungi sebuah café untuk menikmati kopi.
***
Yong
Hwa dan Sulli memasuki sebuah toko kaset. Sulli langsung menariknya ke sebuah
rak tempat beberapa album milik ‘Blue Flame’ terpajang. Wajah gadis itu
terlihat cerah ketika berhadapan dengan foto-foto pemuda tampan dari ‘Blue
Flame’ tersebut yang terpampang pada setiap sampul album.
“Akhirnya…
Aku punya waktu untuk ke tempat ini.”
Yong
Hwa menoleh cepat. Di sana ia melihat Sulli sangat antusias melihat-lihat
daftar lagu di bagian belakang album terbaru milik ‘Blue Flame’. “Apa kau
sesuka itu dengan mereka?” Tanya Yong Hwa. Terkesan sedikit tak suka.
Sulli
menatap heran ke arah Yong Hwa. Sementara kekasihnya itu pura-pura sibuk dengan
album music yang lain. Yong Hwa mengambil secara acak salah satu album music
yang ternyata adalah milik ‘Red Inject’. Girlband tempat istrinya Nichkhun
masih bergabung hingga sekarang.
“Bukankah
Doojoon oppa itu temanmu? Kenapa aku tidak boleh sesuka ini?” protes Sulli.
“Kakakmu juga bekerja untuk mereka, kan?”
“Jadi
kau menyukai mereka karena aku memiliki teman di sana?” balas Yong Hwa tanpa
menoleh sedikitpun.
Sulli
hanya bisa menghela napas. “Aku bahkan suka mereka sejak ‘Blue Flame’ debut.
Bukan hanya karena Doojoon oppa. Lagipula, member ‘Blue Flame’ yang ku suka
adalah Lee Joon oppa, bukan Doojoon,” kata Sulli dengan santainya. Ia bahkan
tak menyadari perubahan raut wajah Yong Hwa saat ia menyebut nama ‘Lee Joon’.
Sekuat
tenaga Yong Hwa menahan gemuruh di dadanya. Belum lagi dari dalam toko, Yong
Hwa bisa melihat dengan jelas suasana di luar karena dinding di sana terbuat
dari kaca. Dan tepat bersamaan saat Yong Hwa menangkap sosok Minhyuk dengan Hye
Ra berjalan bersama. Pemuda itu membeku seketika. Melalui ekor mata, Yong Hwa
mengawasi Sulli. Ternyata kekasihnya tak melihat apa-apa karena terlalu sibuk
dengan album milik ‘Blue Flame’ di tangannya.
“Oppa,
aku mau membayar ini dulu.”
Yong
Hwa tak merespon. Saat menoleh, Yong Hwa mendapati Sulli yang sudah lebih dulu
berjalan menuju meja kasir. Ketika menoleh kembali ke arah rak, tatapan Yong
Hwa terhenti pada album music ‘Blue Flame’ yang sama seperti yang Sulli beli
tadi. Di bagian belakang, terdapat gambar siluet seorang gadis yang entah
mengapa menurut Yong Hwa itu adalah foto siluet milik Hye Ra.
Tanpa
semangat, Yong Hwa meletakkan kembali album music di tangannya ke tempat semula
karena ia sudah mendengar suara Sulli yang meneriakinya untuk pergi dari sana.
***
Minhyuk
menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah mewah. Ia menatap rumah setinggi 2
lantai tersebut dari dalam mobil. “Yakin ini rumahnya?” Tanya Minhyuk ragu-ragu
sambil menyembunyikan sesuatu dari Hye Ra.
Hye
Ra mencocokkan kembali dengan alamat yang ia dapat. “Coba ku Tanya dulu.”
Ketika
Hye Ra sudah meninggalkan mobil, Minhyuk menghempaskan tubuhnya ke sandaran
jok. Ia tak mungkin melupakan rumah itu begitu saja meski sudah cukup lama.
“Apa
Sulli sudah pindah dari sini?” Minhyuk bicara seorang diri karena
kekhawatirannya saat ini. Yang ia tau, rumah itu adalah kediaman keluarga
mantan kekasihnya, Sulli. Tidak salah lagi. Minhyuk hanya mampu menunggu dengan
gelisah di dalam mobil.
Minhyuk
hanya mampu mengawasi Hye Ra yang berbicara dengan seorang satpam rumah
tersebut dari dalam mobil.
“Tidak
mungkin aku kabur begitu saja. Hye Ra bisa curiga karena aku yang memaksa untuk
ikut dengannya.” Minhyuk berdecak kesal dan menyesali keputusannya sendiri.
Pemuda
itu menyibukkan diri dengan melihat-lihat isi mobil Hye Ra. Dan tanpa sengaja
ia menemukan album music ‘Blue Flame’ lengkap dari album pertama hingga yang
terbaru. Bahkan yang membuatnya sedikit tercengang adalah kesemuanya telah di
tandatangani langsung oleh member ‘Blue Flame’.
“Apa
dia telah menjadi ‘Flamers’ fanatic?” Tanya Minhyuk bingung, dan masih untuk
dirinya sendiri. Di saat pikirannya sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan tentang
Hye Ra dan ‘Blue Flame’, tangan pemuda itu justru membuka salah satu kotak
album tersebut dan memutar CD-nya di player.
“I don’t know why… I love
you baby,” kata Minhyuk mengikuti salah satu lirik lagu yang dinyanyikan ‘Blue
Flame’. “Bukan ‘baby’, tapi ‘Hye Ra’,” Minhyuk meralat sendiri ucapannya.
***
Sulli
langsung mencoba album music ‘Blue Flame’ di dalam mobil Yong Hwa saat mereka
sedang menuju perjalanan pulang. Yong Hwa sendiri tak mungkin menghalangi apa
yang ingin dilakukan Sulli.
“Aku
baru mendengar beberapa judul saja,” kata Sulli. Yong Hwa masih diam. Dan Sulli
sendiri tampaknya tak terlalu menyadari perubahan sikap Yong Hwa sejak Sulli
menyebut nama ‘Lee Joon’ saat di toko kaset tadi. Bahkan tanpa sungkan, Sulli
sedikit mengeraskan volume music.
“I think about you a lot
take care I wanna do. And wish I think about you all the time my life.” Sulli
ikut bernyanyi bersama dengan suara Joon yang berasal dari speaker mobil.
Yong
Hwa menghembuskan napasnya kasar. Tentu saja Sulli tak terlalu menyadari itu
karena terlalu sibuk mengikuti lagu ‘Blue Flame’ sambil membaca teks yang
berasal dari kotak album music tersebut. “Tak
bisakah aku terlepas dari bayang-bayang Joon dan Hye Ra?” jerit Yong Hwa
dalam hati dan terdengar sedikit frustasi. “Apa
aku baru bisa tenang jika mereka sudah menikah?” Yong Hwa mengawasi
kekasihnya yang masih sibuk sendiri. “Maaf
Sulli, aku bukan ingin mengkhianatimu.”
***
I think
about you a lot take care I wanna do
And wish I
think about you all the time my life
I think
about you a lot take care, do you wanna do ?
Of course I
know your situation backwards too
See my eyes
(in my eyes), see you lips (in my lips), See my face
I would like
to know what you really think I wanna
I don’t know
why I don’t know why… I love you baby
I don’t know
why I don’t know how… To put it baby
I don’t know
how to do…
(I Don’t
Know Why-CN Blue)
Sesudah
berakhirnya lagu tersebut, seluruh member ‘Blue Flame’ kembali ke belakang
panggung untuk bersiap menghadapi konser yang kurang lebih sekitar 2 jam lagi
akan di gelar. Sungmin mengisyaratkan anak asuhnya untuk beristirahat dulu
sebelum melakukan persiapan sebelum konser.
Sungmin
tampak merangkul Joon yang turun terakhir dari atas panggung. “Manfaatkan waktu
istirahat kalian dengan maksimal. Kau terlalu keras bekerja, leader.”
Joon
terkekeh mendengar candaan Sungmin. Ia juga sempat menerima sebotol minuman
isotonic dari seorang staf mereka. “Tidak lagi setelah aku menelpon vitaminku,”
candanya sambil menengadahkan tangan di hadapan Sungmin membuat menejer mereka
itu juga terkekeh menanggapinya.
Sungmin
merogoh saku jinsnya karena mengerti dengan maksud Joon. Ponsel pemuda itu
memang berada di tangannya sejak Joon dan ‘Blue Flame’ melakukan persiapan
terakhir di panggung sebelum konser. “Jangan terlalu lama. Kau tetap butuh
istirahat.” Sungmin tampak mengingatkan sebelum meninggalkan Joon dengan
ponselnya.
“Siap
hyung,” jawab Joon yang kemudian mencari tempat yang sedikit sepi. “Ternyata
Hye Ra memang tak menghubungiku sama sekali,” kesal Joon setelah ia memeriksa
ponselnya. Tentu saja ia tak membuang waktu untuk menghubungi kekasihnya itu.
Di tempatnya
berada, tangan Hye Ra sudah terjulur untuk membuka pintu mobil. Namun ia
kurungkan niatnya karena ponsel di tangannya bergetar. Joon menelponnya. Segera
saja gadis itu menjawab panggilan dari kekasihnya.
“Kau
sedang istirahat?” tanya Hye Ra yang bahkan tidak mengucapkan salam atau
sebagainya.
“Ya…!”
Joon menjawab pendek. “Dan kau juga sama sekali tidak menghubungiku walau kau
tau aku tidak mungkin langsung menjawabnya.”
Hye Ra
mengusap keningnya karena heran dengan sikap Joon yang selalu di luar dugaan. “Baiklah.
Besok kau akan ku berikan panggilan tak terjawab dari nomorku,” ujar gadis itu
akhirnya.
Joon tersenyum
dan tentu saja Hye Ra tak bisa melihatnya. “Aku percaya kau pasti akan
melakukan itu.”
“Ya
sudah. Aku harus menemui temanku dulu,” kata Hye Ra sebelum mengakhiri obrolan
mereka.
“Aku
mencintaimu,” ujar Joon namun ia masih mempertahankan posisi ponselnya yang
menempel di telinga.
“Aku
tau, Joon.”
“Apa
sekali saja aku tak bisa mendengar pernyataan cinta darimu?” protes Joon. Ia bahkan
tak mempedulikan beberapa pekerja di sana memperhatikannya.
Hye Ra
sedikit menjauhkan ponsel dari jangkauan telinganya. “Nanti saja.”
“Tapi,
aku ingin mendengarnya sekarang!” pinta Joon setengah memerintah.
Hye Ra
sedikit menegakkan badan yang sebelumnya bersandar di badan mobil, karena ada
sebuah mobil yang mendekat bahkan memarkirkan diri tepat di depan pagar rumah
mewah yang menjadi tujuan Hye Ra saat itu.
“Kau
terlalu banyak meminta yang aneh-aneh. Sudahlah. Nanti ku telpon lagi. Temanku sudah
datang. Sukses untuk konsermu nanti malam.” Hye Ra langsung memutuskan
sambungan. Tak peduli jika Joon pastinya akan marah-marah sendiri di tempatnya
berada.
Minhyuk
juga memunculkan diri dari dalam mobil Hye Ra. Sementara gadis itu sendiri
sedikit membeku setelah memperhatian tiap detail mobil yang baru saja muncul di
hadapannya.
Seorang
gadis bertubuh tinggi keluar dari dalam mobil. Ia langsung berlari kecil
menghampiri Hye Ra. “Kau Hye Ra?” sapanya.
Hye Ra
sempat melirik ke tempat Minhyuk berada. Dan ia cukup terkejut melihat
perubahan sikap Minhyuk yang tampak membeku sambil menatap lekat-lekat gadis
yang kini di hadapan Hye Ra.
“Minhyuk?”
Hye Ra
menoleh cepat ke arah gadis itu yang tadi menyebutkan nama ‘Minhyuk’ dengan
nada sangat pelan. Gadis itu Sulli. Yang kini bahkan juga melakukan hal yang
sama pada Minhyuk. Mereka saling tatap dalam-dalam, sekaligus berusaha menutupi
kerinduan mereka yang tidak mungkin dimunculkan dihadapan Hye Ra dan seorang
pemuda yang juga baru saja memunculkan diri dari dalam mobil.
“Sulli,
jadi mereka…” pemuda itu langsung kehilangan kata-kata setelah menangkap sosok
Hye Ra yang juga secara tidak langsung melihat ke arahnya.
***