Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu,
Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast :
Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin,
Kwangmin), SNSD (Hyoyeon), BtoB (Sungjae, Hyunsik, Changsub, Eunkwang)
Genre
: teen romance, family
Length : part
***
“Bisakah
kita mengikuti ke mana Hoya pulang?”
Myungsoo
dan Dongwoo yang mendengar itu, langsung menghentikan kegiatan mereka yang saat
itu tengah memasang sabuk pengaman. Keduanya saling tatap seolah berbicara
melalui mata. Dongwoo sempat menoleh ke tempat Hye Ra berada. Di susul Myungsoo
kemudian.
Di
tatap seperti itu, Hye Ra tampak panic. Ia harus memutar otak agar mendapat
alasan yang tepat untuk melancarkan keinginannya. “Hmm… Jam tangan lama milikku
terbawa Hoya. Itu hadiah dari Sunggyu oppa,” serunya kemudian.
“Biar
ku coba telpon.” Myungsoo langsung merogoh saku celananya dan mengeluarkan
ponsel dari dalamnya. Ia langsung mengontak nomor Hoya. Sementara Dongwoo mulai
menyalakan mesin mobilnya.
Di
tempatnya berada, Hye Ra semakin tak tenang. Pasalnya ia tak mungkin
menceritakan bahwa ia bertemu kakaknya Hoya, dan Hyoyeon mengatakan bahwa nanti
mereka akan pulang ke rumah Sungyeol. Bisa di pastikan gadis itu sangat ingin
bertemu dengan Sungyeol. Pemuda yang sudah beberapa minggu tak ia ketahui
keberadaannya.
“Ponsel
Hoya tidak aktiv,” kata Myungsoo yang tadi mencoba menghubungi Hoya.
Mendengar
itu, diam-diam Hye Ra menghela napas lega. Itu artinya kemungkinan besar ia
akan segera mengetahui tempat Sungyeol tinggal sekarang.
Myungsoo
menoleh ke arah Dongwoo penuh arti. “Bukankah tadi Hoya sempat menanyakan
sebuah alamat padamu? Kau masih ingat?”
Dongwoo
langsung berusaha mengingat-ingat. Sementara Hye Ra ikut menegang menunggu
jawaban dari Dongwoo. “Seingatku itu dekat daerah rumahnya Jinyoung. Ya sudah,
kita coba ke sana saja dulu. Mungkin nanti kita menemukan mobil yang dikendarai
Hoya. Kau masih ingat, kan?” Dongwoo balik melempar pertanyaan pada Myungsoo
untuk di ajak bekerja sama menemukan Hoya.
Tanpa
sepengetahuan Dongwoo serta Myungsoo, Hye Ra tak bisa menahan bibirnya untuk
tidak tersenyum karena harapannya terkabul. Meski kemungkinan ia bisa bertemu
dengan Sungyeol masih belum sepenuhnya bisa dipastikan.
***
Di
saat Hyunsik dan Sungyeol sedang berbincang seru di ruang tamu, Haesa tampak
sibuk di dapur membuatkan minuman. “Akh, aku tampak seperti wanita yang sudah
berumah tangga,” kekehnya seorang diri mengingat apa-apa saja yang sudah ia
lakukan sejak menginjakkan kaki di rumah tersebut.
“Kau
sedang apa?”
Haesa
sedikit terlonjak mendapati suara Hyoyeon yang sedikit membuatnya terkejut.
Saat menoleh, ia melihat gadis yang pernah sangat mencintai kakaknya—bahkan
sampai saat ini—itu sudah berada di ambang dapur. Hyoyeon juga tampak telah
berganti pakaian.
“Oh,
eonnie?”
Hyoyeon
maju beberapa langkah hingga akhirnya mendapati empat gelas coklat hangat di meja
dekat Haesa berdiri. “Kau membuat minuman?”
Haesa
hanya mengangguk mendengarnya.
“Biar
aku yang bawa ke luar,” tawar Hyoyeon. Awalnya Haesa mencegah, namun Hyoyeon
bersikeras ingin membawakannya ke luar, ke tempat Hyunsik dan Sungyeol berada.
Haesa
akhirnya hanya bisa mengalah. Membiarkan Hyoyeon membawa baki tersebut ke luar.
Dan ia sendiri hanya bisa menyusul kemudian.
“Kau
yang membuatkan minuman?” seru Hyunsik riang ketika melihat kedatangan Hyoyeon
yang membawakan baki berisi empat gelas minuman.
“Bukan,”
jawab Hyoyeon. “Aku bahkan tidak tau jika adiknya Sungyeol sedang sibuk di
dapur.”
Mendengar
jawaban Hyoyeon, ke dua pemuda di sana langsung menatap penuh minat ke arah
Haesa yang baru saja muncul dari arah dalam. Namun belum sempat ada yang mengeluarkan
suara, sudah terlebih dulu terdengar suara deru mesin mobil yang berhenti tepat
di depan rumah Sungyeol.
“Ku
rasa itu adiknya Hyoyeon,” tebak Hyunsik. Dan ucapannya membuat Sungyeol
bergegas melesat ke luar untuk melihat. Diikuti yang lain kemudian.
***
Hoya
menghentikan mobil yang dikendarainya tepat di depan sebuah rumah. Setelah
memastikan sekali lagi alamat rumah yang ia maksud, pemuda itu barulah
memunculkan diri ke luar. “Hyung?” seru Hoya yang tampak lega melihat sosok
Hyunsik yang berdiri tak terlalu jauh di belakang Sungyeol. “Ini kunci
mobilnya, hyung.” Hoya menyodorkan benda di tangannya pada Hyunsik.
Ragu-ragu
Hyunsik menerimanya. Ia kemudian melirik ke arah Sungyeol yang masih berdiri
menatap Hoya. “Sungyeol,” ujarnya pelan sambil menyenggol lengan Sungyeol.
“Hmm…”
Hanya itu yang di katakan Sungyeol. Bisa di pastikan pemuda itu juga mengawasi
keberadaan mobil mewahnya yang sebelum ini ada di tangan Hyunsik.
Hyunsik
menarik salah satu tangan Sungyeol. “Ini ku kembalikan,” ujarnya yang sudah
meletakkan kuncil mobil tersebut langsung ke telapak tangan Sungyeol.
Sungyeol
sontak menoleh ke arah Hyunsik. Lalu kemudian menatap benda dalam genggaman
tangannya. Dan terkahir, tatapan Sungyeol jatuh pada Hoya yang tampak baru
menyadari keberadaan Haesa di sana juga.
“Kau
di sini?” ujar Hoya sedikit kurang percaya jika ia bisa bertemu Haesa di tempat
itu.
Hyoyeon
yang menyadari itu langsung menengahi keduanya. “Hoya, dia adiknya Sungyeol,”
jelasnya.
Hyoyeon
memang sempat berkata kalau mereka akan menginap di rumah Sungyeol. Dan bahkan
Hoya belum sempat menyapa sang pemilik rumah. “Hyung, terima kasih telah
bersedia menampung kami di rumahmu.”
“Akh,
iya.” Sungyeol tampak sedikit tak siap dengan ucapan Hoya. “Terima kasih juga
kau menolongku waktu itu,” ujar Sungyeol akhirnya sambil menjabat tangan Hoya.
“Sama-sama,
hyung. Kebetulan aku lewat,” kata Hoya sedikit merendah.
“Ayo
ke dalam,” ajak Sungyeol sambil merangkul Hoya dan mengajaknya untuk masuk.
Sementara Hyoyeon dan Hyunsik sudah lebih dulu melesat ke dalam.
Hanya
Haesa yang tampaknya belum berniat untuk masuk. Matanya membulat melihat
sesuatu di luar pagar. “Hye Ra?”
Semua
orang membeku di tempat tanpa terkecuali. Hoya dan Sungyeol langsung kembali
membalikkan badan. Mereka menemukan seorang gadis yang berdiri membelakangi.
Melihat itu, Haesa menerobos di antara Hoya dan Sungyeol.
***
“Mobil
itu belok kanan!” seru Dongwoo.
“Tidak.
Itu di depan sana!” balas Myungsoo tak mau kalah.
Mereka
berdebat tentang mobil Hoya yang tadi mereka ikuti. Dongwoo kini bahkan sudah
berhenti di tengah persimpangan jalan sebuah perumahan.
Di
jok belakang, Hye Ra hanya bisa mendengus kesal mendengarkan perdebatan tak
penting antara teman sekelas dan sepupunya itu. Tak satupun dari mereka yang
mau mengalah.
“Kau
juga lihat, kan? Kalau mobil Hoya tadi belok sana!” Kali ini Dongwoo mencoba
mencari dukungan dari Hye Ra.
Tentu
saja Myungsoo tak mau begitu saja mengalah. “Jelas-jelas mobilnya yang di sana
itu,” tunjuk Myungsoo pada salah satu jalan.
“Aku
tak percaya pada kalian berdua,” putus Hye Ra yang lebih memilih ke luar dari
dalam mobil.
“Hye
Ra!” pekik Myungsoo dan Dongwoo hampir bersamaan untuk mencegah gadis itu yang
sudah lebih dulu menutup pintu dengan sedikit kasar dari luar mobil.
Belum
sempat salah satu dari Myungsoo dan Dongwoo mengejar Hye Ra, suara klakson
mobil dari belakang lebih dulu mendesak mereka untuk menyingkirkan mobil.
Karena yang menyetir adalah Dongwoo, tentu saja Myungsoo lebih memilih
meninggalkan Dongwoo untuk mengejar Hye Ra. Tak peduli dengan teriakan Dongwoo
yang kesal di teriakkan seperti itu.
“Mereka
benar-benar tak bisa di andalkan.” Hye Ra berdecak kesal. Ia memang sejak tadi
memperhatikan mobil yang mereka ikuti. Dan mobil itu bertolak belakang dengan
apa yang dilihat Myungsoo, apalagi Dongwoo. Maka dari itu ia lebih memilih
untuk mengikuti kata hatinya sendiri.
Dan
itu dia. Hanya berjarak beberapa meter dari tempat Hye Ra berdiri saat ini. Gadis
itu langsung mempercepat langkahnya. Samar-samar Hye Ra melihat beberapa orang
berada di teras sebuah rumah.
“Ayo,
ke dalam.”
Mendengar
itu, Hye Ra membeku. Pendengarannya sama sekali tak salah. Bahkan meski 2 tahun
tak bertemu, ia masih ingat dengan suara pemuda yang menolongnya dari
tenggelam.
Seorang
pemuda tinggi tampak merangkul pemuda lain yang tingginya sedikit di bawahnya.
Pemuda yang di rangkul itu mengenakan kemeja berwarna biru laut dengan lengan
yang di gulung hingga bawah siku. Itu Hoya. Dan berarti pemuda tinggi itu
adalah Sungyeol. Tidak salah lagi. Meski keduanya berada di posisi
membelakanginya. Dan yang semakin membuat pandangannya tak salah adalah ketika
ia melihat Haesa berada di antara mereka. Gadis itu juga menyadari
keberadaannya. Buru-buru Hye Ra membalikkan badan.
“Hye
Ra!”
Panggilan
Haesa menghentikan langkah Hye Ra. Namun gadis itu tak langsung membalikkan
badan. Hati dan pikirannya seakan tak sejalan. Ia tak siap bertemu Sungyeol,
entah apapun alasannya. Tapi tak mungkin di pungkiri lagi, ia benar-benar
merindukan mantan karyawan café kakaknya itu.
***
Melihat
kedatangan seorang gadis yang menurutnya adalah Hye Ra, tanpa buang waktu Haesa
langsung melesat bahkan sampai menerobos jalan di antara Hoya dan Sungyeol. Namun
langkahnya terhenti seiring munculnya sebuah taksi yang bahkan berhenti di
hadapan mereka. Semua menunggu hingga penghuni taksi memunculkan diri.
“Ibu?”
seru Hye Ra dan Haesa hampir bersamaan. Hanya saja yang membedakan hanya nada
suara mereka. Haesa berujar dengan sedikit keras karena ia memang merindukan
sosok ibunya itu. Sementara Hye Ra hanya sebatas gumaman kecil bahkan nyaris
tak terdengar.
Hye
Ra sudah ingin menghampiri ibunya Sungyeol yang bahkan sudah menganggapnya anak
sendiri ketika mereka pertama kali bertemu. Namun kakinya terasa berat
melangkah karena mendengar suara Haesa tadi. Belum lagi gadis itu sudah lebih
dulu menghampiri ibu Sungyeol, bahkan memaksa untuk membantu membawakan tasnya.
Mata
wanita itu sempat bertemu dengan tatapan Hye Ra. Terlihat jelas bahwa ia juga
merindukan gadis itu. Gadis pertama yang Sungyeol bawa ke rumah meski saat itu
kejadiannya sangat tidak disengaja.
Hye
Ra seperti tak sanggup menerima perlakuan itu. Mendapat tatapan hangat yang
sangat ia rindukan justru membuatnya beban saat ini. “Dia bahkan juga memanggilnya dengan sebutan ‘ibu’.” Gadis itu
buru-buru menyingkir, bahkan tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Hye Ra
melarikan diri dengan taksi yang baru saja beberapa meter meninggalkan tempat
itu. Ia benar-benar perpikir bahwa antara Haesa dan Sungyeol pernah memiliki
hubungan yang sangat dekat.
Sungyeol
sudah bergerak dan ingin mengejar taksi tersebut. Namun kenyataannya, ia tak
mungkin mengejar karena Hye Ra meminta supir taksi untuk mengabaikan Sungyeol,
dan berjalan lebih cepat lagi.
Ketika
di dalam taksi, Hye Ra menghubungi Woohyun yang sempat menelponnya beberapa
kali, namun belum sempat gadis itu respon. “Oppa, aku sudah dalam perjalanan
pulang. Iya, sebentar lagi sampai.”
***
Dengan
kecepatan tinggi, Sungyeol memacu motornya menuju rumah Hye Ra. Dari dalam
rumah ia hanya sempat menyambar helm, kunci motor, serta jaket baru pemberian
Hyoyeon yang masih tergeletak di sofa ruang tamu.
Demi
mengejar gadis yang ia cintai selama ini, Sungyeol sampai rela menahan rasa
perih di hati, dan terutama di perutnya karena ia belum makan apa-apa sejak
siang. Makan malamnya juga harus tertunda karena mengejar Hye Ra.
Sungyeol
sempat tersenyum lega karena ia melihat taksi yang di tumpangi Hye Ra berhenti
tepat di depan rumah gadis itu. Namun itu hanya berlangsung sesaat, sebelum
akhirnya taksi itu pergi dan menampakkan pemandangannya yang akan di benci
pemuda itu.
Hye
Ra dan Woohyun berpelukan di depan matanya. Pemuda itu hanya bisa menatap nanar
kedua orang tersebut. Woohyun yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri,
bersama seorang gadis yang sudah menyita perhatiannya sejak lama.
Demi memastikan sendiri
kebenaran antara keduanya, Sungyeol sampai meninggalkan motornya agar bisa
mendekat tanpa di curigai Hye Ra maupun Woohyun. Sungyeol mengawasi dari balik
sebuah pilar yang memungkinkan ia bisa mendengar pembicaraan keduanya.
“Aku
mencintaimu… Aku mencintaimu…”
Sungyeol
membeku mendengar kalimat itu langsung dari bibir Hye Ra. Semuanya hancur tak
tersisa. Sudah tidak ada tempat lagi di hati Hye Ra untuknya. “Harusnya aku tak perlu menyusul mereka.” Sungyeol
berujar menyesal. Tak ingin berlama-lama, Sungyeol memilih pergi dari sana. Ia
melangkah kembali ke tempat motornya berada dengan pandangan kosong.
Selama
perjalananpun dua kata tadi masih sangat menghantui otaknya. Apakah setelah ini
ia harus egois dan menentang hubungan Sunggyu dan Haesa hanya karena ia tak
sanggup mendapati Hye Ra akan menjadi keluarga barunya kelak? Buru-buru
Sungyeol menepiskan pikiran piciknya seperti itu.
Kebahagiaan
Haesa adalah kebahagiaannya juga. Jika ia benar menentang Sunggyu dan Haesa,
itu sama saja melihat Hye Ra menderita karena Sunggyu juga pasti tak
mendapatkan kebahagiaannya.
Setelah
beberapa menit, Sungyeol akhirnya sampai di rumahnya. Ia melangkah berat
memasuki rumah. Di dalam sana telah berkumpul orang-orang yang menunggu
kedatangannya. Haesa, Hoya, Hyoyeon, Hyunsik, bahkan Dongwoo dan Myungsoo juga
berada di sana.
“Hyung,
kau menemukan Hye Ra?” cecar Myungsoo. Ia memang tampak yang paling khawatir
karena Hye Ra adalah sepupunya. Meski yang lain juga tampak khawatir. Belum
lagi sejak tadi Sunggyu terus menanyakan keberadaan Hye Ra. Sejak meninggalkan
rumah Sungyeol, Hye Ra memang mematikan ponselnya.
“Dia
sudah pulang,” Jawab Sungyeol singkat. Ia lantas melesat ke dalam dan tak
mempedulikan pertanyaan-pertanyaan lain yang terus dilemparkan padanya.
Yang
lainnya hanya mampu saling melempar tatapan penuh Tanya tanpa ada yang bisa
menjawabnya walau hanya satu katapun.
***
Sudah
beberapa menit Woohyun menunggu di depan rumah Hye Ra dan Sunggyu yang masih
tampak gelap. Itu artinya Sunggyu masih berada di café, sementara Hye Ra baru
saja menghubunginya dan mengatakan sudah dalam perjalanan pulang. Pemuda itu
duduk di atas motornya dan dengan sabar menunggu sampai sang pemilik rumah
datang.
Beberapa
saat kemudian, tampak sebuah taksi muncul dari kejauhan. Woohyun langsung
menegakkan badan. Ia yakin taksi itu pasti membawa Hye Ra. Tidak mungkin
Sunggyu.
Benar
saja, Hye Ra muncul dari dalam taksi. Beberapa saat gadis itu tertegun
menangkap sosok Woohyun dengan kedua matanya. Lega karena pemuda itu masih
menunggunya di sana. Hye Ra langsung melesat memeluk Woohyun. “Aku mencintaimu…
Aku mencintaimu…”
Mendengar
Hye Ra mengatakan hal itu dalam pelukannya, Woohyun bukannya senang justru
merasa semakin terbebani. Tanpa sadar matanya seperti menangkap sosok pemuda
tinggi yang berjalan menjauh. “Sungyeol?” gumamnya tanpa suara. Tak lama
Woohyun merasakan pelukan Hye Ra merenggang, bahkan terlepas. Ia mengulurkan
tangan untuk menyeka bekas air mata yang mengalir di pipi Hye Ra.
“Pernyataan
cinta itu bukan untukku, kan?”
Hye
Ra melemas mendengarnya. Ia kemudian memilih duduk di depan pagar rumahnya yang
masih terkunci. Perlahan, Woohyun mendekat dan ikut duduk di samping gadis itu.
“Kenapa
oppa bisa bicara seperti itu?” Tanya Hye Ra seakan tak terima dengan ucapaan
Woohyun tadi.
Bukannya
merasa bersalah, Woohyun justru terkekeh menanggapinya. “Mulutmu menggatakan
itu, tapi hatimu tidak.” Setelah menyelesaikan kalimatnya, Woohyun menoleh.
Tepat ketika Hye Ra juga perlahan memalingkan wajah padanya.
Hye
Ra menatap Woohyun nanar. Namun Woohyun justru menyunggingkan senyumannya. Membiarkan
Hye Ra sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara pemuda itu tampak memeriksa
tasnya, lalu mengeluarkan sebuah botol minum yang langsung ia sodorkan untuk
Hye Ra. Gadis itu tak langsung menerimanya. Woohyun tak kehabisan akal. Ia
menarik salah satu tangan Hye Ra dan memaksa gadis itu menerimanya.
“Minum
dulu.”
Dengan
malas Hye Ra membuka tutup botol. Dari aromanya saja sudah bisa di tebak. Itu
sama seperti apa yang Woohyun berikan tadi pagi. Sambil menatap Woohyun sedikit
curiga, Hye Ra menenggak minuman di tangannya dan hanya ia habiskan setenggak.
“Kenapa
oppa sering membawakanku minuman ini?”
Woohyun
tak langsung menjawab. Ia mengalihkan pandangan sementara Hye Ra justru menoleh
padanya. “Bossku yang memberikannya. Dan kau juga tau kan kalau aku tak suka?”
Kali ini Woohyun melirik Hye Ra di saat tatapan gadis itu semakin menyiratkan
kecurigaan.
Hye
Ra menatap Woohyun tajam. “Bossmu? Siapa?”
Kembali,
Woohyun bungkam untuk beberapa saat. “Tak ingin menebak?”
“Sungyeol
oppa?” Hye Ra menjawab cepat.
Mendengar
itu, Woohyun merasa hatinya mencelos. Kecurigaannya seperti terjawab. Sungyeol
dan Hye Ra. Keduanya seperti saling memiliki perasaan khusus.
“Harusnya
aku tidak memulai ini semua.” Woohyun kembali menyesali saat-saat ia menyatakan
perasaannya pada Hye Ra. “Andai aku tau apa yang terjadi padamu waktu itu.”
Sejak
Woohyun mulai bicara, tanpa sadar Hye Ra sedikit demi sedikit kembali menyesap
minuman kesukaannya itu. Pikirannya melayang ke saat sebelum ia bertemu
Woohyun. Hye Ra nekat menyambangi rumah Sungyeol, namun tak menemukan pemuda
itu di sana. Lalu ketika berada di taman, ia melihat pemuda yang ia yakini
adalah Sungyeol sedang berpelukan dengan seorang gadis yang baru ia ketahui
sebagai kakaknya Hoya.
“Ku
rasa aku frustasi karena patah hati,” ujar Hye Ra akhirnya.
Terdengar
helaan napas berat dari Woohyun. “Dan akhirnya, bukan hanya aku yang akan patah
hati seperti apa yang kau takuti.”
Hye
Ra meletakkan botol minum di antara dirinya dan Woohyun. Ia menyunggingkan
senyum seakan apa yang dikatakan Woohyun tidak mungkin terjadi. “Chorong eonnie
kembali?” tebaknya.
Woohyun
menoleh cepat. Tidak ada keterkejutan sama sekali ketika mendengar ucapan Hye
Ra. “Waktu itu aku hanya frustasi karena beberapa bulan Chorong tak memberiku
kabar. Hingga aku bercerita padamu kalau kami putus. Tapi akhirnya, besok dia
pulang.”
Hye
Ra mengangguk mengerti. “Ku rasa kita memang tidak berjodoh sebagai sepasang
kekasih.”
Woohyun
terkekeh mendengarnya, di susul Hye Ra kemudian yang ikut terkekeh. “Kau benar,”
serunya mendukung ucapan Hye Ra. Woohyun melirik arlojinya. Tak terasa sudah
setengah jam ia duduk di sana bersama Hye Ra. Perlahan Woohyun bangkit, lalu
membantu Hye Ra berdiri. “Ku rasa café sedikit ramai,” ujarnya ketika melihat
suasana rumah Hye Ra yang masih gelap.
“Sunggyu
oppa pasti sudah dalam perjalanan. Kau tenang saja.”
Woohyun
mengangguk kecil. “Kalau begitu, kita akhiri semuanya?”
“Setuju!”
Tanpa pikir panjang, Hye Ra menyodorkan tangan sebagai tanda menyepakati
keputusan mereka. Woohyun kembali terkekeh di buatnya sebelum akhirnya
menyambut tangan Hye Ra.
“Aku
bekerja di restoran Sungyeol.” Woohyun menyadari perubahan raut wajah Hye Ra
yang terkejut. “Semua berjalan tanpa rencana. Kau dipertemukan kembali dengan
Sungyeol juga karena takdir.” Woohyun menatap lembut ke dalam bola mata Hye Ra.
“Kejarlah Sungyeol. Hanya dia penangkal traumamu.”
Awalnya
Hye Ra tertegun dengan segala yang dikatakan Woohyun. Namun di akhir kalimat
pemuda itu, Hye Ra kembali terpingkal. Cukup menggelikan jika teringat tentang
traumanya dulu.
***
Malam
itu, di saat yang lain sudah terlelap, hanya Sungyeol yang masih terjaga.
Pemuda itu menatap satu-persatu orang yang tidur memenuhi ruang tengah
rumahnya. Mulai dari Hyunsik, Hoya, Myungsoo dan Dongwoo.
Perlahan
Sungyeol bangkit dan melangkahkan kaki menuju dapur. Ia baru ingat bahwa belum
ada makanan yang masuk ke perutnya sejak sore. Beruntung masih ada jatah
makanan miliknya. Belum sempat Sungyeol menikmati makan malamnya yang sudah
lewat, pandangan pemuda itu tersita pada botol minuman milik restorannya.
Sungyeol
mengulurkan tangan untuk meraih benda itu. Tadi Dongwoo yang memberikannya. Dia
bilang benda itu tergeletak di jalan. Dan Dongwoo juga mengaku sempat melihat
benda itu di bawa oleh Hye Ra. Sungyeol menatap lekat-lekat botol itu. Masih
ada sisa minuman di dalamnya. Ia membuka penutupnya dan mencoba menebak minuman
tersebut dari aromanya.
Dan…
terjawab sudah. Milk shake stroberti, dan Woohyun. Yang artinya, minuman
tersebut tidak di konsumsi oleh Woohyun. Melainkan diberikan kembali pada Hye
Ra. Sungyeol mengacak rambutnya, frustasi.
“Bagaimana
aku bisa lupa? Woohyun hyung tidak menyukai ini!”
Sungyeol
meletakkan kembali botol itu ke atas meja. Ia juga tak berniat menyantap
makanannya yang sama sekali belum ia sentuh sedikitpun. Nafsu makannya lenyap
sudah. Semua karena Hye Ra dan Woohyun. Belum lagi pernyataan cinta yang
dikatakan Hye Ra pada Woohyun beberapa jam yang lalu.
“Harusnya
aku sadar. Mereka sangat dekat seperti itu bukan tanpa alasan.” Sungyeol
menatap nanar botol minuman tadi.
Cukup
lama Sungyeol merenung. Mengingat kembali masa-masa kebersamaannya dengan Hye
Ra di café milik Sunggyu itu. Belum lagi gambaran-gambaran kedekatan Woohyun
dan Hye Ra. Semua tampak jelas. Hingga tak terasa, sudah hampir jam 3 pagi
Sungyeol berdiam diri di dapur. Matanya sudah sangat pedas, namun ia sama
sekali tak ingin tidur.
Kemudian,
terdengar suara dering sebuah ponsel dari arah ruang tengah. Sungyeol sempat
melirik sekilas dan mendapati tangan Myungsoo terjulur dari dalam selimut dan
meraba-raba ke samping bantalnya.
“Hmm…”
terdengar suara berat milik Myungsoo menjawab panggilan Minwoo.
“Hyung! Cepat pulang. Hye Ra ada di rumah
kita sekarang.” Terdengar suara panic milik Minwoo.
“Hye
Ra tidak ikut menginap di rumah Sungyeol hyung,” jawab Myungsoo yang sama
sekali tak menyimak apa yang dikatakan Minwoo.
Mendengar
Myungsoo menyebut nama Hye Ra, Sungyeol merasakan badannya seakan menegang.
“Hye Ra noona ingin menceburkan diri di
kolam!” seru Minwoo agar lebih meyakinkan kakaknya lagi.
Kali
ini bisa dipastikan Myungsoo mendengar dnegan jelas. Pemuda itu bahkan sampai
bangkit, hingga membuat Sungyeol benar-benar menoleh padanya. “Bagaimana bisa
Hye Ra tercebur di kolam renang rumah kita? Tadi dia sudah pulang ke rumahnya.”
Myungsoo
mendongak dan sedikit terkejut karena mendapati Sungyeol sudah berdiri tak jauh
dari tempatnya berada. Sungyeol dengan jelas menunjukkan kekhawatirannya.
“Kau
tidak bercanda, kan?” Sungyeol mendengar semua apa yang dikatakan Myungsoo pada
Minwoo. Dan tatapan Myungsoo sudah mewakili semuanya. Tanpa pikir panjang lagi,
Sungyeol segera melesat pergi.
“Hyung!
Tunggu!” teriak Myungsoo yang langsung mengejar Sungyeol.
Tanpa
sepengetahuan keduanya, ternyata Hoya belum sepenuhnya tertidur. Tatapannya
sempat tertuju pada jaket milik Sungyeol yang tergeletak di sofa. Warna dan
bentuknya sama persis seperti apa yang dilihat Hye Ra di toko tadi sore.
Kemudian Hoya kembali menoleh ke arah Sungyeol pergi. Ia bahkan sempat bangkit
untuk mengawasi kepergian Sungyeol dan Myungsoo dari balik jendela rumah.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar