Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun,
Youngjae,
Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast :
A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo,
Hayoung), G.Na (Soloist), B2ST (Doojoon,
Hyunseung), BtoB
Genre
: romance, family,
brothership
Length : chapter
***
Naeun
celingukan mencari seseorang di dalam perpustakaan. Saat sudah menemukan apa
yang ia cari, segera saja Naeun melesat menghampiri orang tersebut. Siapa lagi
kalau bukan Daehyun? “Sibuk banget kayaknya?” seru Naeun yang sudah duduk di
samping Daehyun.
“Eh?
Kamu?” Daehyun sedikit terkejut mendapati kekasihnya di sana. “Ini si Eun Ji.
Nilai dia semester ini parah banget.”
Mendengar
Daehyun bicara seperti itu, Naeun justru langsung terlihat kecewa. Sebenarnya
jika menyangkut soal Eun Ji dan Daehyun, Naeun memang sedikit cemburu. Meski ia
sendiri sadar bahwa tidak mungkin di antara mereka akan mengkhianatinya. Tapi
Naeun juga nggak bisa menahan diri untuk tidak cemburu.
“Separah
apa?” Tanya Naeun dengan nada tak suka.
Hampir
saja Daehyun sudah ingin mengatakannya, namun ketika melihat ekspresi Naeun
yang kurang bersahabat, cowok itu lebih memilih mengurungkan niat. Ia kemudian
membereskan buku-buku di hadapannya. Lalu menarik tangan Naeun dan membawa
cewek itu meninggalkan perpustakaan.
“Daehyun,
aku gapapa kok.” Naeun sama sekali nggak bisa menghalangi niat kekasihnya itu
untuk membawanya sampai ke atap kampus.
Daehyun
menutup pintu di belakangnya. Ia berdiri berhadapan dengan Naeun. Menatap
lembut mata kekasihnya. “Aku nggak ngelarang kamu untuk cemburu. Dan maaf kalau
apa yang aku lakukan untuk Eun Ji berlebihan menurut kamu.”
“Aku
juga nggak mau kayak gini. Padahal kalo kamu sama Bomi aku bisa biasa aja.”
Daehyun
menghela napasnya. “Eun Ji lebih membutuhkan bantuan dari pada Bomi. Kalo
nilainya sama sekali nggak ada perubahan yang lebih baik.” Cowok itu sempat
memberi jeda sesaat dalam ucapannya. Memberikan kesan sedikit dramatis. “Aku
nggak tau apa yang akan dilakuin orang tuanya untuk Eun Ji.”
Naeun
menghempaskan tubuhnya ke dalam pelukan Daehyun.
***
Eun
Ji mengacak rambutnya, frustasi. Seperti apa yang dikatakan Daehyun tadi,
nilai-nilainya semester ini sangat tidak memuaskan. “Gini nih kalo kuliah di
jurusan yang kepaksa.” Eun Ji menyingkirkan laptop di pangkuannya ke samping.
Eun Ji yang sedang duduk bersila di lantai, menyandarkan punggungnya ke tembok.
Tak
lama, muncul Bomi yang bahkan sudah ikut duduk di samping Eun Ji. “Akhirnya gue
ketemu sama lo. Nyari Naeun sama Daehyun dari tadi nggak ketemu-ketemu,” ujar
Bomi dengan napas yang sedikit tersengal.
“Lagi
mojok kali. Kayak nggak tau aja.” Eun Ji berujar santai.
Bomi
menyambar botol minum milik Eun Ji tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Tapi Eun
Ji sendiri juga nggak terlalu memprotesnya. Bomi sempat melirik jam di
tangannya. “Jam 4 masih lama banget lagi,” keluhnya.
Eun
Ji ikut memeriksa arlojinya yang masih menunjukkan pukul 2 siang. “Kenapa emang
jam 4?” tanyanya bingung.
“Jam
pulang ngajarnya mas Himchan jam 4.”
Eun
Ji memutar bola matanya, malas jika Bomi mulai membicarakan tentang Himchan.
“Emang tadi pagi nggak ketemu?” tanyanya santai sambil memeriksa ponselnya
karena ada sebuah pesan masuk.
“Belum,
Ji. Tadi gue agak kesiangan. Berangkat aja nggak sama Daehyun,” jelasnya. Tepat
ketika Eun Ji sibuk menatap layar ponselnya.
-Hi dear… I’m here, and I will found you… Wait me, okay?-
Buru-buru Eun Ji menjauhkan ponselnya dari depan
wajahnya. “Mampus gue. Minhyuk kayaknya ke sini nih, Bom.” Eun Ji panic
seketika sambil merapihkan laptopnya yang kemudian ia masukkan ke dalam ransel.
“Dia kan suka muncul tiba-tiba.”
“Akh,
serius lo?” Bomi tampak tak yakin. Namun pandangannya mulai melebar. “Ji… itu
di sana!” Bomi sama paniknya. Terutama ketika ia menunjuk ke salah satu sudut
koridor kampus yang ramai itu.
Eun
Ji menoleh cepat. Dan benar saja, ia mendapati sosok cowok yang sama sekali
nggak ingin ia temui. Minhyuk. Yang mulai mengajak bicara beberapa orang yang
ia temui di sana. Bisa dipastikan cowok itu sedang mencari keberadaan Eun Ji.
Karena percuma saja jika bertanya langsung, bisa dipastikan Eun Ji nggak akan
menjawabnya.
“Gue
cabut dulu ya. Lo ngerti kan apa yang harus lo lakuin kalo nanti lo ketemu
Minhyuk?” tanpa menunggu persetujuan apapun dari Bomi, Eun Ji lebih memilih
berlari sekencang-kencangnya untuk menghindari Minhyuk.
Tapi
sepertinya Minhyuk sempat melihat sosok Eun Ji. “Eh, lo temennya Eun Ji, kan?
Tadi lari ke mana dia?” Tanya Minhyuk setengah mendesak pada Bomi.
Bomi
pura-pura berpikir. “Akh, kepala gue pusing!” ujar Bomi sambil memegangi
kepalanya. Sementara satu tangannya yang lain ia gunakan untuk menggamit lengan
Minhyuk. “Anterin gue ke ruang kesehatan, donk.”
Minhyuk
yang merasa risih mulai menyingkirkan lengan Bomi. “Apaan sih lo?” protesnya.
“Gue ke sini buat ketemu Eun Ji. Bukan buat nganterin lo ke ruang kesehatan!”
Setelah berhasil melepaskan diri, Minhyuk buru-buru pergi untuk mengejar Eun
Ji.
Bomi
berdecak melihat Minhyuk yang sudah berlari menjauh. “Kasian banget temen gue
yang satu itu.” Bomi kemudian melangkah ke arah yang berlawanan dari tempat Eun
Ji dan Minhyuk pergi tadi.
***
BRUUUK!
Youngjae
menutup dengan kasar pintu mobilnya. Ia kemudian sempat memukul stir mobil
dengan ke dua tangannya. Kesal dengan apa yang ia lihat tadi. Saat ingin
menyendiri di atas gedung kampus, Youngjae justru melihat sosok Naeun bersama
Daehyun yang berciuman.
“Kenapa
gue mesti kalah terus dari Daehyun!” pekiknya tak terima.
Cowok
itu menghempaskan punggung ke sandaran jok mobil mewahnya. Youngjae sempat
menghembuskan napasnya dengan kasar. Kejadian beberapa menit lalu masih
menyesakkan dadanya. Belum lagi obrolan tadi pagi saat sarapan dengan Doojoon
dan Zelo.
Flashback…
“Kayaknya
ayah nggak pernah tau kalian lagi deket sama cewek,” kata Doojoon jahil saat
menikmati sarapan dengan anak dan keponakannya. Tepat ketika Youngjae baru saja
bergabung di meja makan sebelum berangkat ke kampus.
“Mas
Youngjae aja tuh. Zelo kan masih SMA.” Terdengar Zelo membela diri.
Mendengar
Zelo menyinggung namanya, Youngjae menatap tajam ke arah adik sepupunya itu.
“Kalo emang lo mau pacaran duluan ya silahkan. Nggak perlu nunggu gue.”
“Masih
belom move-on dari cewek yang namanya
Naeun itu ya, mas?” goda Zelo penuh semangat. Nggak peduli bahwa Youngjae
semakin menatapnya tajam seolah ingin memangsanya.
Doojoon
sedikit terkekeh mendengarnya. “Kok gitu?” tanyanya yang seperti tak bisa
menahan rasa penasaran.
“Naeunnya
udah punya pacar, yah.” Mendengar ucapan Zelo, buru-buru Youngjae menyumpalnya
dengan roti tawar. “Makasih, mas.” Zelo justru tersenyum dengan mulut penuh
roti yang kemudian ia lahap sampai habis.
“Ya
kalo udah punya pacar, kamu cari yang lainlah. Cewek kan nggak Cuma yang
namanya Naeun doank.” Doojoon memberikan masukan.
“Om
jangan ikutan deh,” ujar Youngjae kesal. Youngjae yang sudah nggak nafsu makan
karena kekehan Doojoon dan Zelo yang senang menggodanya, memilih menyambar tas
ranselnya lalu segera berangkat ke kampus.
“Semester
depan jangan lupa ikut om ke kantor ya?” teriak Doojoon selagi Youngjae belum
terlalu jauh melangkah. “Kamu harus mulai praktek mengurus perusahaan ayahmu,”
sambungnya. Namun Youngjae sama sekali tak berniat merespon.
Flashback end…
‘Cewek kan nggak Cuma yang namanya Naeun doank.’
Perkataan
Doojoon masih terdengar jelas di telinga Youngjae. “Cewek emang bukan Cuma
Naeun doank. Gue juga tau. Tapi…” ucapan Youngjae tertahan karena dari balik
spion mobil, ia melihat seorang cewek mengenakan kemeja yang dipadukan dengan
celana jins sedang berlari ke arah mobilnya yang terparkir.
Youngjae
sampai membuka jendela lalu menjulurkan kepalanya karena penasaran dengan cewek
itu yang bersembunyi ke belakang mobilnya. Nggak ada tanda-tanda kehadiran
cewek itu. Yang Youngjae lihat di kejauhan hanya seorang cowok yang seperti
mencari sesuatu. Bisa di pastikan cewek tadi yang dicarinya.
Merasa
nggak ada sesuatu menarik yang terjadi, Youngjae menarik kembali kepalanya ke
dalam lalu menutup jendela mobil. Bersamaan dengan bunyi suara pintu mobil
bagian belakangnya seperti di tutup karena ada orang yang masuk. Saat menoleh,
Youngjae menemukan cewek tomboy tadi bersembunyi di sana. Itu Eun Ji. Tapi
tampaknya Eun Ji belum menyadari bahwa mobil itu berpenghuni.
“Ngapain
lo di situ?” tegur Youngjae sedikit galak.
Eun
Ji membeku sesaat. Ia lalu mendongak dan matanya membulat lebar mengetahui
bahwa orang itu adalah Youngjae. Seorang cowok yang ia tau menyukai bahkan
sampai sekarang masih mengejar Naeun. Tapi ia sedang tidak ada urusan untuk
itu.
“Gue
numpang ngumpet bentar ya. 5 menit… aja,” pinta Eun Ji penuh permohonan.
Youngjae
berdecak sebal. “Lo pikir mobil tempat penampungan?”
“Gue
mohon banget, Young. Bentar… aja. Gue kasih lo satu permintaan, deh.” Eun Ji
masih tetap berusaha meluluhkan hati Youngjae.
Youngjae
melirik penuh arti. Tawaran Eun Ji cukup menarik untuknya. “Kalo gue minta lo
bikin Naeun sama Daehyun putus?”
Eun
Ji melotot lebar. “Lo gila ya?” cewek itu malancarkan protes keras. “Yang
lain,” serunya tanpa pikir panjang. Eun Ji benar-benar seperti di ujung tanduk.
Ia yakin Minhyuk masih berada di sekitar sana.
Tanpa
sepengetahuan Eun Ji, Youngjae tersenyum tipis. “Kalo gitu, gue minta lo
bermalam sama gue?”
Eun
Ji membeku mendengarnya.
“Harusnya
lo beruntung. Karena gue cowok popular di sini. Cewek lain harus ngemis-ngemis
ngedapetin gue, tapi lo justru dapet tawaran langsung dari gue,” lanjut
Youngjae tak peduli dengan tatapan penuh kebencian dari Eun Ji yang merasa di
lecehkan.
Eun
Ji sempat melirik sekilas ke luar jendela. Sosok Minhyuk tertangkap matanya
sedang melintas.
“Cuma
itu pilihan dari gue.”
Suara
Youngjae membuyarkan pikiran Eun Ji. Dan tanpa berkata-kata lagi, Eun Ji
memilih ke luar dari mobil Youngjae. Nggak peduli kalo resikonya harus bertemu
dengan Minhyuk.
“Eh
Eun Ji, dari tadi lo di situ?” Seru Minhyuk saat melihat sosok Eun Ji.
Eun
Ji nggak menjawab pertanyaan Minhyuk. Tatapannya masih tajam menembus jendela
mobil Youngjae. Youngjae sendiri sudah menyalakan mesin mobilnya dan berencana
pergi dari sana. Nggak lupa cowok itu mengenakan kacamata hitamnya.
Karena
merasa diacuhkan, Minhyuk menyambar tangan Eun Ji.
“Apaan
sih lo?” Protes Eun Ji galak sambil menepiskan tangan cowok itu lalu pergi dari
sana. Minhyuk juga tetap mengejarnya, nggak peduli kalo Eun Ji bersikap galak
padanya.
***
Youngjae
kembali ke rumahnya bersamaan dengan Zelo yang juga baru tiba beberapa menit
lalu. Zelo menatap heran kakak sepupunya itu. Ia bahkan sempat berhenti
menunggu Youngjae.
“Tumben
mas Youngjae udah pulang?” tegur Zelo.
“Dosennya
nggak ada,” seru Youngjae tanpa menoleh dan tetap melangkah masuk. Cowok itu
langsung melesat ke kamarnya. Youngjae berjalan ke pintu yang mengarah ke balkon
dan membukanya lebar-lebar. Terlihat pemandangan bagian belakang rumah mewah
tersebut.
Youngjae
berdiri di tepi pagar balkon. Pikirannya melayang ke kejadian beberapa jam yang
lalu di kampus saat ia menemukan Eun Ji masuk untuk bersembunyi di dalam mobilnya.
Yang membuat Youngjae bisa berkata melecehkan seperti tadi adalah karena
semalam ia sempat datang ke sebuah kelab malam dan mendengar percakapan antara
Minhyuk dan Eunkwang. Ia ingin membuktikan perkataan Minhyuk tentang Eun Ji.
Flashback…
Sesaat Eunkwang masih
memperhatikan permainan apik yang ditunjukkan cowok bernama Ilhoon itu. Ia
kemudian kembali melirik Minhyuk. “Lo nggak ngajak cewek lo ke sini?” tanyanya
iseng.
Tanpa
ada niat disengaja, Youngjae yang sebenarnya duduk tepat di samping Minhyuk
mencuri dengar obrolan cowok itu dengan Eunkwang.
Minhyuk
membeku sesaat. Ia lalu meletakkan gelasnya yang sudah kosong sebelum akhirnya
menoleh ke tempat Eunkwang berada. Minhyuk kemudian tersenyum mengejek. “Eun Ji
bukan cewek yang mau di ajak ke tempat kayak gini.”
Mendengar
Minhyuk menyebut nama Eun Ji, Youngjae semakin menajamkan pendengarannya meski
ia sendiri belum yakin kalau Eun Ji yang di maksud oleh Minhyuk adalah orang
yang sama seperti yang Youngjae kenal sebagai sahabat Naeun.
Eunkwang
menatap Minhyuk penuh minat. Sambil memutar kursi menghadap ke meja bar karena
Minhyuk memberikannya soft-drink. “Kalian
udah beneran jadian?”
“Belom.
Tapi gue tetep bakal berusaha ngedapetin Eun Ji.”
“Cewek-cewek
di sini kan banyak. Nggak ada gitu satu aja yang nyantol di hati lo?”
Minhyuk
sempat menghela napas berat. “Yaa… walau yang lo tau gue cowok brengsek, tapi
gue tetep mau cewek baik-baiklah yang bakal gue ajak nikah suatu hari nanti,”
kata Minhyuk terdengar serius. Namun Eunkwang justru terkekeh mendengarnya.
Nggak peduli kalo Minhyuk melototinya sebagai tanda protes.
Flashback end…
“Kayaknya
yang ngejar Eun Ji tadi orang yang sama deh sama yang gue liat di kelab
semalem. Ternyata dia cinta mati sama Eun Ji” Mengingat itu, Youngjae justru
tersenyum sinis. “Tapi Eun Ji kan orang yang paling nentang gue ngedeketin
Naeun!”
Klik…
klik…
Pikiran
Youngjae langsung teralih karena mendengar suara kamera yang mengganggunya.
Saat menunduk, ia melihat Zelo di dekat kolam renang sedang tersenyum puas ke
arahnya. Bisa di pastikan Zelo baru saja mendapat objek bagus. Yaitu Youngjae.
“Zelo!”
teriak Youngjae sebagai ungkapan kekesalannya. “Ngapain lo ngambil foto gue?”
“Lo
keren mas. Ekspresi galaunya dapet banget,” kata Zelo. Sesekali ia mengagumi
hasil jepretannya.
Youngjae
tak membalas lagi. Ia lalu teringat sesuatu. “Lo bilang kamera lo rusak? Itu
punya siapa?”
“Punya
gue lah,” jawab Zelo bangga. Sambil menunjukkan senyumannya, Zelopun
meninggalkan Youngjae.
***
Jongup
sudah berganti baju dan bersiap pulang dari kelab milik Minhyuk tempat ia
bekerja setiap Jum’at dan Sabtu malam. Saat kembali ke luar, cowok itu melihat
sosok Ilhoon yang baru saja selesai merapihkan peralatan DJ-nya. Ilhoon juga
tampak bersiap untuk pulang. Namun langkah Ilhoon justru tertuju pada meja bar
yang hanya dihuni seorang cewek. Wajahnya tidak terlihat karena cewek itu
menelungkupkan wajahnya ke meja. Tampaknya cewek itu mabuk.
“Kayaknya
gue nggak liat cewek itu deh tadi,” gumam Jongup untuk dirinya sendiri.
Perlahan ia mulai melangkah.
Ilhoon
tampak berusaha mengangkat pundak cewek itu. “Kok balik ke sini lagi sih, mbak?
Perasaan kemaren-kemaren udah nggak pernah,” komentar Ilhoon untuk cewek itu.
Samar-samar,
cewek itu melihat sosok Ilhoon di hadapannya. Ia tersenyum. “Eh, Ilhoon? Kirain
lupa sama gue?” racaunya dengan suara berat, khas seseorang yang sedang dalam
pengaruh alcohol. “Biasa, Hoon. Cowok gue si Hyunsik lagi nggak ada. Jadi nggak
bakal ada yang ngomelin gue.”
Ilhoon
hanya berdecak menanggapinya. Ia sudah terbiasa menghadapi cewek itu kalau
sedang mabuk di sana. “Ayo aku anter pulang.”
Saat
sedang ingin membopong tubuh cewek itu untuk di bawa pergi dari sana, Ilhoon
tampak sedikit kehilangan keseimbangan dan tubuh cewek itu nyaris saja terlepas
dari jangkauannya. Beruntung masih ada Jongup di sana yang menangkap tubuh
ramping cewek tadi.
Mata
keduanya bertemu. Cukup lama Jongup dan cewek itu saling tatap. Nggak peduli
kalau tangan Ilhoon sempat terjepit di antara mereka.
***
Ilhoon
menggendong cewek itu di punggungnya. Sementara Jongup berjalan di sampingnya
sambil membawakan ransel milik Ilhoon juga. Mereka berjalan kaki di tengah
sepinya malam.
“Oiya,
gue baru liat lo di kelab,” kata Ilhoon berbasa-basi setelah hening sejak tadi.
Padahal mereka sudah berjalan cukup jauh meninggalkan kelab tersebut.
“Gue
Jongup. Baru mulai kerja kemarin,” jelas Jongup. Tapi ia tidak meminta Ilhoon
berjabat tangan karena tentu saja tangan Ilhoon sibuk menjaga tubuh cewek itu
agar tidak terjatuh.
“Gue
Ilhoon,” serunya singkat.
Jongup
menatap wajah cewek yang tertidur lelap di pundak Ilhoon. “Lo kenal dia? Kok
wajahnya kayak familiar gitu ya?”
Ilhoon
sempat terkekeh kecil dan sukses membuat Jongup bingung. “Sebenernya dia sepupu
temennya kakak gue. Yaa… bisa di bilang, temennya kakak gue juga sih. Namanya
Namjoo. Dia juga model. Dan mungkin lo pernah liat dia di sebuah majaln
fashion.”
Jongup
hanya mengangguk-angguk tanda mengerti.
“Tapi
jangan cerita ke siapa-siapa kalo lo kenal sama cewek ini. Terlebih lo tau dia
sering mabuk di kelab.”
Jongup
kembali mengangguk. “Terus, lo yang selalu nganterin dia pulang kayak gini?”
Tanya Jongup yang semakin penasaran.
“Kalo
emang ketemu, ya pasti gue yang nganterin. Tapi dia juga jarang-jarang kok
dateng ke kelab. Lagian, rumahnya juga nggak terlalu jauh.”
Seperti
apa yang dikatakan Ilhoon tadi, rumah Namjoo tidak telalu jauh. Dan beberapa
menit kemudian mereka sudah sampai di sebuah rumah mewah. Namjoopun terbangun
dan melangkah masuk seorang diri meski dengan langkah yang sempoyongan.
Ilhoon
dan Jongup sempat berbincang sedikit tentang kehidupan mereka. Ternyata mereka
seumur. Ilhoon baru saja menjadi mahasiswa kedokteran dan itu karena di paksa
ayahnya yang juga salah satu dokter di sebuah rumah sakit. Dan saat ini Ilhoon
tinggal bersama kakaknya di sebuah apartmen.
***
“Jong,
nanti Fisika sekelompok sama gue, ya?” ajak Hayoung pada cowok yang duduk di
meja sebelah kanannya. “Ajak Sungjae juga.”
Mendengar
namanya di sebut, Sungjae menoleh. “Sama Zelo juga?”
Hayoung
mengangguk riang. “Iya.”
Sementara
Zelo tampak berdecak tak suka. Jika bukan karena Hayoung yang meminta, bisa di
pastikan Zelo akan menolak terang-terangan untuk sekelompok dengan Jongup.
Himchan
merapihkan buku-bukunya setelah selesai mengajar di kelas Jongup. “Jangan lupa
tugasnya untuk minggu depan. Selamat siang,” pamitnya sebelum meninggalkan
kelas.
“Siang
pak…” sahut anak-anak dengan kompak.
Baru
sampai di ambang pintu, Himchan berbalik kembali. “Jongup. Ikut saya sebentar.”
Jongup
menyusul setelah Himchan tak terlihat lagi di ambang pintu. Himchan menunggu
adiknya di ruang guru. Kebetulan suasana sedang sepi karena dewan guru yang
lain tengah melakukan kegiatan mengajar. Hanya ada beberapa guru saja termasuk
Himchan. Meja Himchan berada di barisan paling belakang dan memungkinkan
obrolan mereka tidak terlalu terdengar oleh guru-guru yang lain.
“Aku
hanya punya ini.” Himchan menyodorkan sebotol air mineral ke hadapan Jongup.
“Kamu masih kerja part-time di tempat
kakaknya Sungjae?”
Dengan
santainya Jongup menenggak minuman yang diberikan Himchan. “Mau gimana lagi?
Kameranya Zelo belom lunas.”
“Berapa
lama lagi?”
Jongup
sempar berpikir sesaat. “Dua atau tiga bulan lagi,” jawabnya datar.
“Bisa
di percepat? Biar sisanya mas Himchan yang lunasin.”
Terdengar
desahan berat dari Jongup. Ia masih ingin menemani Ilhoon mengantar Namjoo
pulang. Dan itu sudah terjadi beberapa kali.
“Kamu
nggak mau kejadian tahun lalu terulang, kan?”
“Ya
nggak lah, mas. Lagian yang kemaren itu kan bukan karena Jongup bego.”
Himchan
berdecak kesal karena Jongup selalu bisa membalikkan ucapannya. “Iya mas tau
kalo kamu sebenernya pinter. Tapi, ya udahlah. Kamu balik ke kelas sana.”
Karena
sudah mendapat lampu hijau, Jongup nggak nyia-nyiain kesempatan untuk kembali
ke kelasnya.
***
Malam
itu, Yongguk baru saja ke luar dari kantor penerbit tempat ia bekerja juga. Ada
seorang cewek yang duduk di atas motornya. Yongguk mempercepat langkah.
“Chorong?”
panggilnya pelan. Namun cewek itu langsung menoleh. Dan benar saja, itu memang
Chorong. “Ngapain kamu di situ?”
Cewek
itu hanya menunjukkan senyumannya. Chorong berdiri tepat di hadapan kekasihnya,
Yongguk. “Masih sempet makan malam bentar, kan?”
Yongguk
sempat melirik sesuatu dalam genggaman tangan Chorong. Sebuah helm. Cewek itu
ternyata benar-benar mempersiapkan semuanya karena ia tahu Yongguk lebih senang
berkendara dengan motornya. Yongguk sempat menghembuskan napasnya berat sebelum
akhirnya mengangguk.
Chorong
tersenyum semakin lebar. Ia benar-benar sudah menunggu malam ini. Saat mereka
meninggalkan kantor itu, Chorong melingkarkan tangannya di pinggang Yongguk.
Tentu saja Yongguk tidak akan menolaknya.
Mereka
makan di sebuah café yang buka hingga malam. Hening sesaat sebelum pesanan
mereka datang. Chorong tampak memberanikan diri menyentuh tangan Yongguk.
Sementara cowok itu sempat sedikit terkejut.
“Maafin
aku tentang yang waktu itu.”
Mendengar
Chorong berkata seperti itu, Yongguk mengusap tangan Chorong yang menggenggam
salah satu tangannya itu. “Aku yang minta maaf karena belum bisa ngabulin
permintaan kamu.”
Chorong
tersenyum lega. Tiba-tiba suasana di antara mereka sedikit canggung seperti
saat pertama mereka baru saja menjadi sepasang kekasih.
Yongguk
tampak terkekeh. “Kok jadi aneh gini, ya?”
Chorong
sempat menunduk sesaat. “Nggak tau. Mungkin karena kita baru aja saling minta
maaf?” kata Chorong asal.
Yongguk
kembali terkekeh sambil menarik tubuh Chorong ke dalam pelukannya. Tidak
terlalu lama karena setelah itu, Chorong hanya tampak bersandar di pundak milik
Yongguk.
“Mas
Yongguk?”
Mendengar
ada yang menyebut namanya, Yongguk menoleh. Chorongpun juga melakukan hal yang
sama bahkan sampai menjauhnya kepalanya dari pundak Yongguk.
Tampak
Daehyun yang sudah berjalan mendekat. Tak jauh di belakang Daehyun, ada Himchan
yang justru berusaha menghalangi langkah Daehyun.
“Apaan
sih, mas?” protes Daehyun karena sejak tadi Himchan menarik-narik tangannya.
“Lo
nggak bisa baca suasana banget. Abang lo tuh lagi kencan sama ceweknya,” omel
Himchan yang sampai terdengar oleh Yongguk dan Chorong juga.
Yongguk
hanya terkekeh, sementara Chorong tersenyum penuh arti. Semperti ada sesuatu
yang ia sembunyikan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar