Minggu, 12 Januari 2014

PERFECT LOVE (chapter 2)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun, Youngjae,
  Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast     : A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo,
                          Hayoung), G.Na (Soloist), B2ST (Doojoon,
  Hyunseung), BtoB
Genre               : romance, family, brothership
Length              : chapter

***

        Naeun celingukan mencari seseorang di dalam perpustakaan. Saat sudah menemukan apa yang ia cari, segera saja Naeun melesat menghampiri orang tersebut. Siapa lagi kalau bukan Daehyun? “Sibuk banget kayaknya?” seru Naeun yang sudah duduk di samping Daehyun.
        “Eh? Kamu?” Daehyun sedikit terkejut mendapati kekasihnya di sana. “Ini si Eun Ji. Nilai dia semester ini parah banget.”
        Mendengar Daehyun bicara seperti itu, Naeun justru langsung terlihat kecewa. Sebenarnya jika menyangkut soal Eun Ji dan Daehyun, Naeun memang sedikit cemburu. Meski ia sendiri sadar bahwa tidak mungkin di antara mereka akan mengkhianatinya. Tapi Naeun juga nggak bisa menahan diri untuk tidak cemburu.
        “Separah apa?” Tanya Naeun dengan nada tak suka.
        Hampir saja Daehyun sudah ingin mengatakannya, namun ketika melihat ekspresi Naeun yang kurang bersahabat, cowok itu lebih memilih mengurungkan niat. Ia kemudian membereskan buku-buku di hadapannya. Lalu menarik tangan Naeun dan membawa cewek itu meninggalkan perpustakaan.
        “Daehyun, aku gapapa kok.” Naeun sama sekali nggak bisa menghalangi niat kekasihnya itu untuk membawanya sampai ke atap kampus.
        Daehyun menutup pintu di belakangnya. Ia berdiri berhadapan dengan Naeun. Menatap lembut mata kekasihnya. “Aku nggak ngelarang kamu untuk cemburu. Dan maaf kalau apa yang aku lakukan untuk Eun Ji berlebihan menurut kamu.”
        “Aku juga nggak mau kayak gini. Padahal kalo kamu sama Bomi aku bisa biasa aja.”
        Daehyun menghela napasnya. “Eun Ji lebih membutuhkan bantuan dari pada Bomi. Kalo nilainya sama sekali nggak ada perubahan yang lebih baik.” Cowok itu sempat memberi jeda sesaat dalam ucapannya. Memberikan kesan sedikit dramatis. “Aku nggak tau apa yang akan dilakuin orang tuanya untuk Eun Ji.”
        Naeun menghempaskan tubuhnya ke dalam pelukan Daehyun.

***

        Eun Ji mengacak rambutnya, frustasi. Seperti apa yang dikatakan Daehyun tadi, nilai-nilainya semester ini sangat tidak memuaskan. “Gini nih kalo kuliah di jurusan yang kepaksa.” Eun Ji menyingkirkan laptop di pangkuannya ke samping. Eun Ji yang sedang duduk bersila di lantai, menyandarkan punggungnya ke tembok.
        Tak lama, muncul Bomi yang bahkan sudah ikut duduk di samping Eun Ji. “Akhirnya gue ketemu sama lo. Nyari Naeun sama Daehyun dari tadi nggak ketemu-ketemu,” ujar Bomi dengan napas yang sedikit tersengal.
        “Lagi mojok kali. Kayak nggak tau aja.” Eun Ji berujar santai.
        Bomi menyambar botol minum milik Eun Ji tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Tapi Eun Ji sendiri juga nggak terlalu memprotesnya. Bomi sempat melirik jam di tangannya. “Jam 4 masih lama banget lagi,” keluhnya.
        Eun Ji ikut memeriksa arlojinya yang masih menunjukkan pukul 2 siang. “Kenapa emang jam 4?” tanyanya bingung.
        “Jam pulang ngajarnya mas Himchan jam 4.”
        Eun Ji memutar bola matanya, malas jika Bomi mulai membicarakan tentang Himchan. “Emang tadi pagi nggak ketemu?” tanyanya santai sambil memeriksa ponselnya karena ada sebuah pesan masuk.
        “Belum, Ji. Tadi gue agak kesiangan. Berangkat aja nggak sama Daehyun,” jelasnya. Tepat ketika Eun Ji sibuk menatap layar ponselnya.

-Hi dear… I’m here, and I will found you… Wait me, okay?-

      Buru-buru Eun Ji menjauhkan ponselnya dari depan wajahnya. “Mampus gue. Minhyuk kayaknya ke sini nih, Bom.” Eun Ji panic seketika sambil merapihkan laptopnya yang kemudian ia masukkan ke dalam ransel. “Dia kan suka muncul tiba-tiba.”
        “Akh, serius lo?” Bomi tampak tak yakin. Namun pandangannya mulai melebar. “Ji… itu di sana!” Bomi sama paniknya. Terutama ketika ia menunjuk ke salah satu sudut koridor kampus yang ramai itu.
        Eun Ji menoleh cepat. Dan benar saja, ia mendapati sosok cowok yang sama sekali nggak ingin ia temui. Minhyuk. Yang mulai mengajak bicara beberapa orang yang ia temui di sana. Bisa dipastikan cowok itu sedang mencari keberadaan Eun Ji. Karena percuma saja jika bertanya langsung, bisa dipastikan Eun Ji nggak akan menjawabnya.
        “Gue cabut dulu ya. Lo ngerti kan apa yang harus lo lakuin kalo nanti lo ketemu Minhyuk?” tanpa menunggu persetujuan apapun dari Bomi, Eun Ji lebih memilih berlari sekencang-kencangnya untuk menghindari Minhyuk.
        Tapi sepertinya Minhyuk sempat melihat sosok Eun Ji. “Eh, lo temennya Eun Ji, kan? Tadi lari ke mana dia?” Tanya Minhyuk setengah mendesak pada Bomi.
        Bomi pura-pura berpikir. “Akh, kepala gue pusing!” ujar Bomi sambil memegangi kepalanya. Sementara satu tangannya yang lain ia gunakan untuk menggamit lengan Minhyuk. “Anterin gue ke ruang kesehatan, donk.”
        Minhyuk yang merasa risih mulai menyingkirkan lengan Bomi. “Apaan sih lo?” protesnya. “Gue ke sini buat ketemu Eun Ji. Bukan buat nganterin lo ke ruang kesehatan!” Setelah berhasil melepaskan diri, Minhyuk buru-buru pergi untuk mengejar Eun Ji.
        Bomi berdecak melihat Minhyuk yang sudah berlari menjauh. “Kasian banget temen gue yang satu itu.” Bomi kemudian melangkah ke arah yang berlawanan dari tempat Eun Ji dan Minhyuk pergi tadi.

***

        BRUUUK!
        Youngjae menutup dengan kasar pintu mobilnya. Ia kemudian sempat memukul stir mobil dengan ke dua tangannya. Kesal dengan apa yang ia lihat tadi. Saat ingin menyendiri di atas gedung kampus, Youngjae justru melihat sosok Naeun bersama Daehyun yang berciuman.
        “Kenapa gue mesti kalah terus dari Daehyun!” pekiknya tak terima.
        Cowok itu menghempaskan punggung ke sandaran jok mobil mewahnya. Youngjae sempat menghembuskan napasnya dengan kasar. Kejadian beberapa menit lalu masih menyesakkan dadanya. Belum lagi obrolan tadi pagi saat sarapan dengan Doojoon dan Zelo.

Flashback…
        “Kayaknya ayah nggak pernah tau kalian lagi deket sama cewek,” kata Doojoon jahil saat menikmati sarapan dengan anak dan keponakannya. Tepat ketika Youngjae baru saja bergabung di meja makan sebelum berangkat ke kampus.
        “Mas Youngjae aja tuh. Zelo kan masih SMA.” Terdengar Zelo membela diri.
        Mendengar Zelo menyinggung namanya, Youngjae menatap tajam ke arah adik sepupunya itu. “Kalo emang lo mau pacaran duluan ya silahkan. Nggak perlu nunggu gue.”
        “Masih belom move-on dari cewek yang namanya Naeun itu ya, mas?” goda Zelo penuh semangat. Nggak peduli bahwa Youngjae semakin menatapnya tajam seolah ingin memangsanya.
        Doojoon sedikit terkekeh mendengarnya. “Kok gitu?” tanyanya yang seperti tak bisa menahan rasa penasaran.
        “Naeunnya udah punya pacar, yah.” Mendengar ucapan Zelo, buru-buru Youngjae menyumpalnya dengan roti tawar. “Makasih, mas.” Zelo justru tersenyum dengan mulut penuh roti yang kemudian ia lahap sampai habis.
        “Ya kalo udah punya pacar, kamu cari yang lainlah. Cewek kan nggak Cuma yang namanya Naeun doank.” Doojoon memberikan masukan.
        “Om jangan ikutan deh,” ujar Youngjae kesal. Youngjae yang sudah nggak nafsu makan karena kekehan Doojoon dan Zelo yang senang menggodanya, memilih menyambar tas ranselnya lalu segera berangkat ke kampus.
        “Semester depan jangan lupa ikut om ke kantor ya?” teriak Doojoon selagi Youngjae belum terlalu jauh melangkah. “Kamu harus mulai praktek mengurus perusahaan ayahmu,” sambungnya. Namun Youngjae sama sekali tak berniat merespon.
Flashback end…

      ‘Cewek kan nggak Cuma yang namanya Naeun doank.’
        Perkataan Doojoon masih terdengar jelas di telinga Youngjae. “Cewek emang bukan Cuma Naeun doank. Gue juga tau. Tapi…” ucapan Youngjae tertahan karena dari balik spion mobil, ia melihat seorang cewek mengenakan kemeja yang dipadukan dengan celana jins sedang berlari ke arah mobilnya yang terparkir.
        Youngjae sampai membuka jendela lalu menjulurkan kepalanya karena penasaran dengan cewek itu yang bersembunyi ke belakang mobilnya. Nggak ada tanda-tanda kehadiran cewek itu. Yang Youngjae lihat di kejauhan hanya seorang cowok yang seperti mencari sesuatu. Bisa di pastikan cewek tadi yang dicarinya.
        Merasa nggak ada sesuatu menarik yang terjadi, Youngjae menarik kembali kepalanya ke dalam lalu menutup jendela mobil. Bersamaan dengan bunyi suara pintu mobil bagian belakangnya seperti di tutup karena ada orang yang masuk. Saat menoleh, Youngjae menemukan cewek tomboy tadi bersembunyi di sana. Itu Eun Ji. Tapi tampaknya Eun Ji belum menyadari bahwa mobil itu berpenghuni.
        “Ngapain lo di situ?” tegur Youngjae sedikit galak.
        Eun Ji membeku sesaat. Ia lalu mendongak dan matanya membulat lebar mengetahui bahwa orang itu adalah Youngjae. Seorang cowok yang ia tau menyukai bahkan sampai sekarang masih mengejar Naeun. Tapi ia sedang tidak ada urusan untuk itu.
        “Gue numpang ngumpet bentar ya. 5 menit… aja,” pinta Eun Ji penuh permohonan.
        Youngjae berdecak sebal. “Lo pikir mobil tempat penampungan?”
        “Gue mohon banget, Young. Bentar… aja. Gue kasih lo satu permintaan, deh.” Eun Ji masih tetap berusaha meluluhkan hati Youngjae.
        Youngjae melirik penuh arti. Tawaran Eun Ji cukup menarik untuknya. “Kalo gue minta lo bikin Naeun sama Daehyun putus?”
        Eun Ji melotot lebar. “Lo gila ya?” cewek itu malancarkan protes keras. “Yang lain,” serunya tanpa pikir panjang. Eun Ji benar-benar seperti di ujung tanduk. Ia yakin Minhyuk masih berada di sekitar sana.
        Tanpa sepengetahuan Eun Ji, Youngjae tersenyum tipis. “Kalo gitu, gue minta lo bermalam sama gue?”
        Eun Ji membeku mendengarnya.
        “Harusnya lo beruntung. Karena gue cowok popular di sini. Cewek lain harus ngemis-ngemis ngedapetin gue, tapi lo justru dapet tawaran langsung dari gue,” lanjut Youngjae tak peduli dengan tatapan penuh kebencian dari Eun Ji yang merasa di lecehkan.
        Eun Ji sempat melirik sekilas ke luar jendela. Sosok Minhyuk tertangkap matanya sedang melintas.
        “Cuma itu pilihan dari gue.”
        Suara Youngjae membuyarkan pikiran Eun Ji. Dan tanpa berkata-kata lagi, Eun Ji memilih ke luar dari mobil Youngjae. Nggak peduli kalo resikonya harus bertemu dengan Minhyuk.
        “Eh Eun Ji, dari tadi lo di situ?” Seru Minhyuk saat melihat sosok Eun Ji.
        Eun Ji nggak menjawab pertanyaan Minhyuk. Tatapannya masih tajam menembus jendela mobil Youngjae. Youngjae sendiri sudah menyalakan mesin mobilnya dan berencana pergi dari sana. Nggak lupa cowok itu mengenakan kacamata hitamnya.
        Karena merasa diacuhkan, Minhyuk menyambar tangan Eun Ji.
        “Apaan sih lo?” Protes Eun Ji galak sambil menepiskan tangan cowok itu lalu pergi dari sana. Minhyuk juga tetap mengejarnya, nggak peduli kalo Eun Ji bersikap galak padanya.

***

        Youngjae kembali ke rumahnya bersamaan dengan Zelo yang juga baru tiba beberapa menit lalu. Zelo menatap heran kakak sepupunya itu. Ia bahkan sempat berhenti menunggu Youngjae.
        “Tumben mas Youngjae udah pulang?” tegur Zelo.
        “Dosennya nggak ada,” seru Youngjae tanpa menoleh dan tetap melangkah masuk. Cowok itu langsung melesat ke kamarnya. Youngjae berjalan ke pintu yang mengarah ke balkon dan membukanya lebar-lebar. Terlihat pemandangan bagian belakang rumah mewah tersebut.
        Youngjae berdiri di tepi pagar balkon. Pikirannya melayang ke kejadian beberapa jam yang lalu di kampus saat ia menemukan Eun Ji masuk untuk bersembunyi di dalam mobilnya. Yang membuat Youngjae bisa berkata melecehkan seperti tadi adalah karena semalam ia sempat datang ke sebuah kelab malam dan mendengar percakapan antara Minhyuk dan Eunkwang. Ia ingin membuktikan perkataan Minhyuk tentang Eun Ji.

Flashback…
Sesaat Eunkwang masih memperhatikan permainan apik yang ditunjukkan cowok bernama Ilhoon itu. Ia kemudian kembali melirik Minhyuk. “Lo nggak ngajak cewek lo ke sini?” tanyanya iseng.
        Tanpa ada niat disengaja, Youngjae yang sebenarnya duduk tepat di samping Minhyuk mencuri dengar obrolan cowok itu dengan Eunkwang.
        Minhyuk membeku sesaat. Ia lalu meletakkan gelasnya yang sudah kosong sebelum akhirnya menoleh ke tempat Eunkwang berada. Minhyuk kemudian tersenyum mengejek. “Eun Ji bukan cewek yang mau di ajak ke tempat kayak gini.”
        Mendengar Minhyuk menyebut nama Eun Ji, Youngjae semakin menajamkan pendengarannya meski ia sendiri belum yakin kalau Eun Ji yang di maksud oleh Minhyuk adalah orang yang sama seperti yang Youngjae kenal sebagai sahabat Naeun.
        Eunkwang menatap Minhyuk penuh minat. Sambil memutar kursi menghadap ke meja bar karena Minhyuk memberikannya soft-drink. “Kalian udah beneran jadian?”
        “Belom. Tapi gue tetep bakal berusaha ngedapetin Eun Ji.”
        “Cewek-cewek di sini kan banyak. Nggak ada gitu satu aja yang nyantol di hati lo?”
        Minhyuk sempat menghela napas berat. “Yaa… walau yang lo tau gue cowok brengsek, tapi gue tetep mau cewek baik-baiklah yang bakal gue ajak nikah suatu hari nanti,” kata Minhyuk terdengar serius. Namun Eunkwang justru terkekeh mendengarnya. Nggak peduli kalo Minhyuk melototinya sebagai tanda protes.
Flashback end…

        “Kayaknya yang ngejar Eun Ji tadi orang yang sama deh sama yang gue liat di kelab semalem. Ternyata dia cinta mati sama Eun Ji” Mengingat itu, Youngjae justru tersenyum sinis. “Tapi Eun Ji kan orang yang paling nentang gue ngedeketin Naeun!”
        Klik… klik…
        Pikiran Youngjae langsung teralih karena mendengar suara kamera yang mengganggunya. Saat menunduk, ia melihat Zelo di dekat kolam renang sedang tersenyum puas ke arahnya. Bisa di pastikan Zelo baru saja mendapat objek bagus. Yaitu Youngjae.
        “Zelo!” teriak Youngjae sebagai ungkapan kekesalannya. “Ngapain lo ngambil foto gue?”
        “Lo keren mas. Ekspresi galaunya dapet banget,” kata Zelo. Sesekali ia mengagumi hasil jepretannya.
        Youngjae tak membalas lagi. Ia lalu teringat sesuatu. “Lo bilang kamera lo rusak? Itu punya siapa?”
        “Punya gue lah,” jawab Zelo bangga. Sambil menunjukkan senyumannya, Zelopun meninggalkan Youngjae.

***

        Jongup sudah berganti baju dan bersiap pulang dari kelab milik Minhyuk tempat ia bekerja setiap Jum’at dan Sabtu malam. Saat kembali ke luar, cowok itu melihat sosok Ilhoon yang baru saja selesai merapihkan peralatan DJ-nya. Ilhoon juga tampak bersiap untuk pulang. Namun langkah Ilhoon justru tertuju pada meja bar yang hanya dihuni seorang cewek. Wajahnya tidak terlihat karena cewek itu menelungkupkan wajahnya ke meja. Tampaknya cewek itu mabuk.
        “Kayaknya gue nggak liat cewek itu deh tadi,” gumam Jongup untuk dirinya sendiri. Perlahan ia mulai melangkah.
        Ilhoon tampak berusaha mengangkat pundak cewek itu. “Kok balik ke sini lagi sih, mbak? Perasaan kemaren-kemaren udah nggak pernah,” komentar Ilhoon untuk cewek itu.
        Samar-samar, cewek itu melihat sosok Ilhoon di hadapannya. Ia tersenyum. “Eh, Ilhoon? Kirain lupa sama gue?” racaunya dengan suara berat, khas seseorang yang sedang dalam pengaruh alcohol. “Biasa, Hoon. Cowok gue si Hyunsik lagi nggak ada. Jadi nggak bakal ada yang ngomelin gue.”
        Ilhoon hanya berdecak menanggapinya. Ia sudah terbiasa menghadapi cewek itu kalau sedang mabuk di sana. “Ayo aku anter pulang.”
        Saat sedang ingin membopong tubuh cewek itu untuk di bawa pergi dari sana, Ilhoon tampak sedikit kehilangan keseimbangan dan tubuh cewek itu nyaris saja terlepas dari jangkauannya. Beruntung masih ada Jongup di sana yang menangkap tubuh ramping cewek tadi.
        Mata keduanya bertemu. Cukup lama Jongup dan cewek itu saling tatap. Nggak peduli kalau tangan Ilhoon sempat terjepit di antara mereka.

***

        Ilhoon menggendong cewek itu di punggungnya. Sementara Jongup berjalan di sampingnya sambil membawakan ransel milik Ilhoon juga. Mereka berjalan kaki di tengah sepinya malam.
        “Oiya, gue baru liat lo di kelab,” kata Ilhoon berbasa-basi setelah hening sejak tadi. Padahal mereka sudah berjalan cukup jauh meninggalkan kelab tersebut.
        “Gue Jongup. Baru mulai kerja kemarin,” jelas Jongup. Tapi ia tidak meminta Ilhoon berjabat tangan karena tentu saja tangan Ilhoon sibuk menjaga tubuh cewek itu agar tidak terjatuh.
        “Gue Ilhoon,” serunya singkat.
        Jongup menatap wajah cewek yang tertidur lelap di pundak Ilhoon. “Lo kenal dia? Kok wajahnya kayak familiar gitu ya?”
        Ilhoon sempat terkekeh kecil dan sukses membuat Jongup bingung. “Sebenernya dia sepupu temennya kakak gue. Yaa… bisa di bilang, temennya kakak gue juga sih. Namanya Namjoo. Dia juga model. Dan mungkin lo pernah liat dia di sebuah majaln fashion.”
        Jongup hanya mengangguk-angguk tanda mengerti.
        “Tapi jangan cerita ke siapa-siapa kalo lo kenal sama cewek ini. Terlebih lo tau dia sering mabuk di kelab.”
        Jongup kembali mengangguk. “Terus, lo yang selalu nganterin dia pulang kayak gini?” Tanya Jongup yang semakin penasaran.
        “Kalo emang ketemu, ya pasti gue yang nganterin. Tapi dia juga jarang-jarang kok dateng ke kelab. Lagian, rumahnya juga nggak terlalu jauh.”
        Seperti apa yang dikatakan Ilhoon tadi, rumah Namjoo tidak telalu jauh. Dan beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di sebuah rumah mewah. Namjoopun terbangun dan melangkah masuk seorang diri meski dengan langkah yang sempoyongan.
        Ilhoon dan Jongup sempat berbincang sedikit tentang kehidupan mereka. Ternyata mereka seumur. Ilhoon baru saja menjadi mahasiswa kedokteran dan itu karena di paksa ayahnya yang juga salah satu dokter di sebuah rumah sakit. Dan saat ini Ilhoon tinggal bersama kakaknya di sebuah apartmen.

***

        “Jong, nanti Fisika sekelompok sama gue, ya?” ajak Hayoung pada cowok yang duduk di meja sebelah kanannya. “Ajak Sungjae juga.”
        Mendengar namanya di sebut, Sungjae menoleh. “Sama Zelo juga?”
        Hayoung mengangguk riang. “Iya.”
        Sementara Zelo tampak berdecak tak suka. Jika bukan karena Hayoung yang meminta, bisa di pastikan Zelo akan menolak terang-terangan untuk sekelompok dengan Jongup.
        Himchan merapihkan buku-bukunya setelah selesai mengajar di kelas Jongup. “Jangan lupa tugasnya untuk minggu depan. Selamat siang,” pamitnya sebelum meninggalkan kelas.
        “Siang pak…” sahut anak-anak dengan kompak.
        Baru sampai di ambang pintu, Himchan berbalik kembali. “Jongup. Ikut saya sebentar.”
        Jongup menyusul setelah Himchan tak terlihat lagi di ambang pintu. Himchan menunggu adiknya di ruang guru. Kebetulan suasana sedang sepi karena dewan guru yang lain tengah melakukan kegiatan mengajar. Hanya ada beberapa guru saja termasuk Himchan. Meja Himchan berada di barisan paling belakang dan memungkinkan obrolan mereka tidak terlalu terdengar oleh guru-guru yang lain.
        “Aku hanya punya ini.” Himchan menyodorkan sebotol air mineral ke hadapan Jongup. “Kamu masih kerja part-time di tempat kakaknya Sungjae?”
        Dengan santainya Jongup menenggak minuman yang diberikan Himchan. “Mau gimana lagi? Kameranya Zelo belom lunas.”
        “Berapa lama lagi?”
        Jongup sempar berpikir sesaat. “Dua atau tiga bulan lagi,” jawabnya datar.
        “Bisa di percepat? Biar sisanya mas Himchan yang lunasin.”
        Terdengar desahan berat dari Jongup. Ia masih ingin menemani Ilhoon mengantar Namjoo pulang. Dan itu sudah terjadi beberapa kali.
        “Kamu nggak mau kejadian tahun lalu terulang, kan?”
        “Ya nggak lah, mas. Lagian yang kemaren itu kan bukan karena Jongup bego.”
        Himchan berdecak kesal karena Jongup selalu bisa membalikkan ucapannya. “Iya mas tau kalo kamu sebenernya pinter. Tapi, ya udahlah. Kamu balik ke kelas sana.”
        Karena sudah mendapat lampu hijau, Jongup nggak nyia-nyiain kesempatan untuk kembali ke kelasnya.

***

        Malam itu, Yongguk baru saja ke luar dari kantor penerbit tempat ia bekerja juga. Ada seorang cewek yang duduk di atas motornya. Yongguk mempercepat langkah.
        “Chorong?” panggilnya pelan. Namun cewek itu langsung menoleh. Dan benar saja, itu memang Chorong. “Ngapain kamu di situ?”
        Cewek itu hanya menunjukkan senyumannya. Chorong berdiri tepat di hadapan kekasihnya, Yongguk. “Masih sempet makan malam bentar, kan?”
        Yongguk sempat melirik sesuatu dalam genggaman tangan Chorong. Sebuah helm. Cewek itu ternyata benar-benar mempersiapkan semuanya karena ia tahu Yongguk lebih senang berkendara dengan motornya. Yongguk sempat menghembuskan napasnya berat sebelum akhirnya mengangguk.
        Chorong tersenyum semakin lebar. Ia benar-benar sudah menunggu malam ini. Saat mereka meninggalkan kantor itu, Chorong melingkarkan tangannya di pinggang Yongguk. Tentu saja Yongguk tidak akan menolaknya.
        Mereka makan di sebuah café yang buka hingga malam. Hening sesaat sebelum pesanan mereka datang. Chorong tampak memberanikan diri menyentuh tangan Yongguk. Sementara cowok itu sempat sedikit terkejut.
        “Maafin aku tentang yang waktu itu.”
        Mendengar Chorong berkata seperti itu, Yongguk mengusap tangan Chorong yang menggenggam salah satu tangannya itu. “Aku yang minta maaf karena belum bisa ngabulin permintaan kamu.”
        Chorong tersenyum lega. Tiba-tiba suasana di antara mereka sedikit canggung seperti saat pertama mereka baru saja menjadi sepasang kekasih.
        Yongguk tampak terkekeh. “Kok jadi aneh gini, ya?”
        Chorong sempat menunduk sesaat. “Nggak tau. Mungkin karena kita baru aja saling minta maaf?” kata Chorong asal.
        Yongguk kembali terkekeh sambil menarik tubuh Chorong ke dalam pelukannya. Tidak terlalu lama karena setelah itu, Chorong hanya tampak bersandar di pundak milik Yongguk.
        “Mas Yongguk?”
        Mendengar ada yang menyebut namanya, Yongguk menoleh. Chorongpun juga melakukan hal yang sama bahkan sampai menjauhnya kepalanya dari pundak Yongguk.
        Tampak Daehyun yang sudah berjalan mendekat. Tak jauh di belakang Daehyun, ada Himchan yang justru berusaha menghalangi langkah Daehyun.
        “Apaan sih, mas?” protes Daehyun karena sejak tadi Himchan menarik-narik tangannya.
        “Lo nggak bisa baca suasana banget. Abang lo tuh lagi kencan sama ceweknya,” omel Himchan yang sampai terdengar oleh Yongguk dan Chorong juga.
        Yongguk hanya terkekeh, sementara Chorong tersenyum penuh arti. Semperti ada sesuatu yang ia sembunyikan.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar