Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu,
Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast :
Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin,
Kwangmin), SNSD (Hyoyeon), BtoB (Hyunsik)
Genre
: teen romance, family
Length : part
***
Setelah
Woohyun pergi, Hye Ra masih di sana menunggu sampai Sunggyu pulang beberapa
saat kemudian. Gadis itu membukakan pagar rumah agar mobil Sunggyu bisa masuk.
“Kau
baru pulang? Dari mana saja?” omel Sunggyu yang mendapati adiknya masih berada
di luar rumah tengah malam seperti ini.
Hye
Ra hanya menghela napas. Malas beradu argument untuk hal yang tak penting
dengan Sunggyu. “Oppa, aku ingin bicara,” ujarnya setelah menutup pintu utama.
Sunggyu
yang sudah melangkah ke dalam, berhenti lalu menoleh dan menatap adiknya
bingung. “Sejak kapan aku menyuruhmu meminta ijin dulu jika ingin bicara denganku?”
Mendengar
tanggapan Sunggyu yang seperti itu, Hye Ra memilih menghempaskan tubuhnya ke
sofa. “Ceritakan padaku apa-apa saja yang oppa ketahui tentang hubungan antara
Sungyeol oppa dan Haesa.”
“Mereka
saudara kandung. Sungyeol ikut ibunya, sementara Haesa ikut ayahnya setelah
orang tua mereka berpisah. Sudah cukup lama. Kira-kira sekitar 7 sampai 8 tahun
yang lalu. Setelah itu ayahnya Haesa menikah lagi dengan ibunya Sungjong,”
jelas Sunggyu. Ia bahkan tak terlalu memperhatikan perubahan raut wajah Hye Ra.
Gadis
itu membeku mendengarkan setiap detail kata yang diucapkan Sunggyu. Pikirannya
sontak melayang tentang kejadian-kejadian yang melibatkan Sungyeol. Atau
terkadang ketika pemuda itu bersama Haesa. Salah satunya saat Sungyeol datang
kesekolahnya dan sampai akhirnya terjadi sedikit insiden yang tidak diinginkan.
“Jadi selama ini aku salah paham dengan
mereka?” Hye Ra masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Bahkan sampai ia
kembali ke kamarpun, sosok Sungyeol masih menghantuinya.
Malam
itu Hye Ra juga tidak bisa tidur. Hampir serupa seperti apa yang dialami
Sungyeol. Namun setidaknya, masalah tentang Woohyun sudah teratasi. Meski tak
semudah itu membuatnya tenang. Gadis itu mengacak rambutnya. Cukup terlihat
frustasi tentang perasaannya saat ini.
Gadis itu melihat ponselnya tergeletak
manis di atas meja belajarnya. Hye Ra meraih benda hitam tersebut yang masih
dalam keadaan mati. Saat dinyalakan, ternyata banyak pesan masuk dari Myungsoo
dan Dongwoo yang menanyakan keberadaannya.
Hye
Ra melemparkan ponselnya ke atas kasur, namun benda itu seperti membentur
sebuah benda. Saat dilihat, ternyata adalah novel yang akhirnya membongkar
tentang pemuda yang 2 tahun lalu menyelamatkannya dari tenggelam.
Tiba-tiba
Hye Ra teringat Minwoo. Sepupunya yang mengingatkan tentang curhatannya di
novel tersebut. Langsung saja ia menyambar ponselnya dan menghubungi Minwoo.
Tidak peduli jika saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi.
Cukup
lama Hye Ra menunggu sambil menggenggam kalung berbandul cincin di lehernya,
sampai akhirnya Minwoo menjawab setelah beberapa kali ia menghubungi. “Orang
tuamu masih di luar kota, kan? Bisa tolong aku?” Pintanya.
Setelah
menghubungi Minwoo, Hye Ra langsung melesat ke luar kamar. Menuju kamar
kakaknya yang tepat bersebelahan dengan kakaknya. Tanpa mengetuk pintu lebih
dulu, Hye Ra menerobos masuk. Ia mengguncangkan tubuh Sunggyu tanpa rasa
bersalah. Tak peduli bahwa kakaknya baru tidur beberapa jam saja.
“Oppa,
ayo temani ke rumah Myungsoo!”
“Kau
tidak tau ini jam berapa?” protes Sunggyu yang merasa jam tidurnya terganggu.
“Oppa,
aku harus mengejar cintaku pada Sungyeol oppa.”
“Hmm?”
Sunggyu akhirnya menoleh penuh minat meski dengan mata yang masih setengah
terpejam. “Sungyeol?”
“Kenapa?
Tak suka? Jika kau tidak mau menolongku, jangan harap hubunganmu dan Haesa bisa
berjalan lancar,” ancam gadis itu yang kemudian langsung melesat ke luar. Tentu
saja membuat Sunggyu sedikit terperangah, dan mau tidak mau ia harus menyusul
adiknya.
***
“Minwoo!
Buka pintunya!” Myungsoo menggedor, bahkan meneriaki rumahnya sendiri. Tepat
dibelakangnya, berdiri Sungyeol yang menunggu dengan tidak sabar.
“Apa
kau tidak memiliki kunci cadangan?”
Myungsoo
hanya menoleh sesaat. Sama sekali tak berniat menanggapi ucapan Sungyeol. “Jika
ada, aku tidak akan melakukan hal ini,” desisnya kesal. Kemudian ia kembali
melanjutkan menggedor pintu rumahnya. “Minwoo!”
Sementara
di dalam, Hye Ra dan Minwoo langsung saling melempar tatapan setelan mendengar
teriakan Myungsoo dari luar. Hye Ra bersiap bangkit, namun Sunggyu sudah lebih
dulu menahannya.
“Bagaimana
jika Sungyeol tak datang?”
“Anggap
saja Sungyeol memang bukan jodohku,” kata Hye Ra santai merespon ucapan
Sunggyu. Ia lalu melepaskan tangan Sunggyu dengan lembut sebelum akhirnya memilih
melangkah ke bagian belakang rumah tersebut.
Saat
membuka pintu yang mengarah langsung ke arah kolam renang, Hye Ra semakin
mengeratkan pegangannya ke badan pintu. Hye Ra sempat menoleh kembali ke
belakang. “Akankah Sungyeol oppa juga datang?” Sempat ragu gadis itu untuk
melanjutkan rencananya. Namun ia
meyakinkan diri bahwa jawaban dari semua kerisauannya itu hanya ada jika ia
benar-benar menjalankan rencana.
Sekuat
tenaga, Hye Ra melangkah ke tepi kolam. Tujuannya adalah kursi kayu di depan
sana. Baru beberapa langakah saja, Hye Ra sudah merasakan kakinya gemetaran.
Gadis itu akhirnya berjongkok, bahkan akhirnya sampai merangkak di tepi kolam
dengan mata tertutup. Bau kaporit yang menguar dari permukaan kolam mulai
membuat Hye Ra pusing dan dihantui masa lalunya saat tenggelam.
“Hye
Ra!”
Mendengar
seseorang meneriaki namanya, Hye Ra berhenti kemudian menoleh. Ia melihat sosok
Myungsoo yang mendekat. Di susul kemudian seorang pemuda bertubuh tinggi yang
sukses membuat bibir Hye Ra tersenyum tipis.
***
Myungsoo
menyentuh pundak Hye Ra yang duduk di sampingnya. “Ku rasa kalian butuh waktu
untuk bicara berdua,” ujarnya yang kemudian berdiri. Meninggalkan Hye Ra di
kursi kayu dekat kolam renang hanya bersama Sungyeol.
Sungyeol
sendiri tampak menatap Myungsoo sampai pemuda itu menghilang ke dalam rumah. Suasana
canggung menguasai keduanya. Sungyeol berinisiatif melepaskan jaketnya dan ia
berikan pada Hye Ra. “Udaranya sangat dingin.”
Hye
Ra menerimanya dengan tatapan bingung. “Ini punyamu?”
“Itu
pemberian Hyunsik dan Hyoyeon,” jelas Sungyeol. Namun tampaknya bukan itu
jawaban yang diinginkan Hye Ra. “Kau heran karena sama dengan milikmu?”
“Dari
mana kau tau jika aku juga memiliki benda seperti ini?”
Sungyeol
tersenyum penuh arti. “Myungsoo yang cerita.” Kembali hening mendominasi. “Aku
juga awalnya tak percaya jika kita memiliki benda yang sama seperti itu.
Semuanya di luar dugaan.”
“Kenapa
kau mau datang ke sini?”
Sungyeol
sempat membeku sesaat setelah mendengar Hye Ra bicara seperti tadi. Namun
pemuda itu sama sekali tak menoleh sedikitpun ke arah Hye Ra. “Hanya
membuktikan bahwa perasaanku sejak 2 tahun lalu masih ada. Meski aku sadar, itu
semua sudah terlambat.” Setelah menyelesaikan kalimatnya, Sungyeol akhirnya
melirik Hye Ra. Dan hal yang menyita perhatiannya adalah kalung yang kini
berada di genggaman Hye Ra.
“Masih
ingat benda ini?”
Sungyeol
terkekeh kecil sambil meraihnya dari tangan Hye Ra. “Aku yang menemukannya di
dasar kolam. Dan aku juga yang menjaganya selama 2 tahun ini.”
Di
saat Sungyeol seperti melepas rindu dengan kalung tersebut, Hye Ra justru
menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dengan malas. “Apa semuanya akan
berakhir begitu saja?” ujarnya seakan hilang harapan. Gadis itu bahkan tak
sedikitpun melirik Sungyeol.
“Semuanya
memang sudah berakhir saat kau telah memilih Woohyun hyung.” Sungyeol menatap
ke arah lain. Menutupi raut wajahnya dari kecurigaan Hye Ra. Harusnya gadis itu
sadar jika hati dan ucapan Sungyeol sangat bertolak belakang.
“Woohyun
oppa bahkan bilang kalau hanya kau penangkal traumaku.”
Suara
Hye Ra terdengar sedikit jauh dari telinga Sungyeol. Dan ketika menoleh, pemuda
itu justru mendapati Hye Ra sudah berdiri di tepi kolam. Kemudian, dengan
santainya Hye Ra menceburkan diri di sana.
“Hye
Ra!” Teriak Sungyeol. Kejadian 2 tahun lalu benar-benar terulang. Tanpa
berpikir 2 kali, Sungyeol sudah melesat bahkan ikut menceburkan diri ke kolam. Setelah
itu tidak ada suara-suara teriakan Hye Ra yang terdengar meminta tolong. Saat
mengedarkan pandangan ke seluruh permukaan kolam untuk mencari keberadaan Hye
Ra, Sungyeol justru merasakan pelukan hangat di belakang tubuhnya.
“Aku
hampir frustasi saat melihat kau berpelukan dengan gadis lain di taman. Dan aku
tidak tau bagaimana jadinya jika kau benar-benar dimiliki orang lain. Mungkin
aku akan langsung menceburkan diri ke kolam renang sampai kau datang
menolongku. Ingat, hanya kau yang bisa menyelamatkanku. Dan kau pasti akan tau
akhirnya jika kau memang tak datang.”
Sungyeol
meneguk ludahnya ketika mendengar kata-kata Hye Ra. Perlahan ia melepaskan
tangan gadis itu yang melingkar di pinggangnya. Sungyeol membalikkan badan di
dalam kolam yang tingginya ternyata hanya sebatas dada Hye Ra.
“Kau
pikir aku tak ingin mati rasanya saat mendengar banyak pemuda yang dekat
denganmu? Belum lagi ternyata kau bahkan menyatakan cinta pada Woohyun hyung.”
“Oppa,
maafkan aku. Aku bahkan tak tau jika telah terjadi sesuatu padamu. Tentang
kecelakaan, hingga rumahmu yang di jual.”
“Kau
tau dari mana tentang itu?”
“Aku
mengancam Sunggyu oppa. Jika ia tak menceritakan tentang kau dan Haesa, aku
tidak akan menyetujui hubungan mereka.”
Sungyeol
terkekeh geli sambil mengacak rambut Hye Ra dengan gemas. “Kenapa kau jadi
sejahat itu?”
“Jika
mereka berjodoh, kau akan menjadi kakak iparnya Sunggyu oppa. Kita akan menjadi
keluarga juga. Kemungkinan kita juga jadi sering bertemu. Kau pikir aku mau
melihatmu bergandengan dengan gadis lain?”
Sungyeol
benar-benar di buat tak bisa berkata-kata di hadapan gadis itu.
“Lagi
pula, kau sudah merebut first kiss-ku
dulu. Dan aku tak ingin melepaskanmu begitu saja.”
“Jika
aku mengatakan hal yang sama, apa kau juga akan bertanggung jawab?”
“Bertanggung
jawab seperti apa? Dengan menjadi kekasihmu?”
“Hanya
kekasih? Tak ingin menikah?”
“Oppa!”
seru Hye Ra yang tentu saja malu dengan pernyataan Sungyeol. Ia mencubit gemas
lengan pemuda itu.
“Akh,
sakit!” Sungyeol meringis sambil mengusap lengannya yang memerah itu. Namun
kemudian, ia menarik Hye Ra ke dalam pelukannya.
***
3
tahun kemudian. Seorang pemuda tampak berdiri di depan cermin. Ia mengancingkan
lengan kemeja putihnya. Kemudian menyampirkan jasnya di pudak. Ia mengabaikan
dasi, dan membiarkan kancing teratas kemejanya terbuka.
Tak
lama, ponselnya yang tergeletak di atas kasus berbunyi. Sebuah panggilan dari
Haesa. Pemuda itu, Sungyeol, langsung menjawabnya. “Kau sudah di Jepang?”
“Oppa!
Kau kapan menyusul ke sini?” desak Haesa yang baru saja mendaratkan kaki di
bandara International Jepang. “Sungjong tak jadi datang. Dia ada ujian penting
di kampusnya.” Tangan gadis itu sama sekali tak melepaskan gandengannya
terhadap pemuda yang bersamanya itu. Sunggyu.
Mereka
juga datang bersama Donghyun dan istrinya yang baru menikah beberapa minggu
lalu.
“Kalian
masih menunggu orang lagi?”
“Aku
akan menghubungimu lagi,” putus Haesa yang mengakhiri sambungannya secara
sepihak. Di hadapannya kini, sudah berdiri seorang pemuda yang sudah 3 tahun
tak ia temui. Teman semejanya saat SMA. Hoya.
“Tidak
ada. Haesa hanya menelpon Sungyeol tadi.” Sunggyu yang menjawab pertanyaan
Hoya.
Hoya
tampak mengangguk mengerti. “Bisa kita berangkat sekarang?”
Semuanya
mengangguk kompak. Haesa dan istrinya Donghyun berjalan lebih dulu menyusul
Hoya. Sementara Sunggyu serta Donghyun sendiri menyusul kemudian.
“Kau
tau? Takdir itu tidak ada yang bisa menebaknya,” ujar Sunggyu.
“Termasuk
kisah antara adikmu dan Sungyeol?” tebak Donghyun. Pemuda itu memang sangat
dekat dengan Sunggyu dan keluarganya. Ia bahkan pernah dijodohkan oleh Sunggyu
untuk Hye Ra. Tentu saja sebenarnya ia menolak karena sudah memiliki kekasih
yang kini menjadi istrinya.
“Iya.
Dan jangan lupakan pertemuan kita di sini. Kau ingin berbulan madu, kan?” tebak
Sunggyu.
“Dan
menghadiri pernikahan Hyunsik Hyoyeon,” sambung Donghyun seakan melengkapi
pernyataan Sunggyu. Mendengar itu, Sunggyu menoleh cepat dengan tatapan penuh
Tanya. “Hyunsik masih sepupuku.”
“Benarkah?”
Donghyun
tampak tak ingin menjelaskan lebih lanjut.
***
“Ibu
guru hati-hati di jalan,” sapa anak-anak berseragam TK dengan riang pada
seorang gadis yang berdiri di depan gerbang sekolah mereka.
“Kalian
juga. Belajar yang rajin ya,” balas gadis itu ramah sambil melambaikan tangan
pada beberapa muridnya. Termasuk orang tua murid yang menjemput anak-anak
mereka.
Tak
lama, berhenti sebuah mobil mewah tepat di depan gadis itu. Seseorang muncul
dari dalamnya, dan langsung melesat mendekati gadis tadi.
“Selamat
siang ibu guru yang cantik,” seru Sungyeol pada kekasihnya, Hye Ra. “Sudah siap
berangkat ke Jepang bersamaku?”
Hye
Ra tak langsung meresponnya.
Sungyeol
berdecak kesal melihat reaksi kekasihnya itu. “Hye Ra, ayo. Sebelum Haesa
menerorku kembali dengan…” Sungyeol tak melanjutkan kalimatnya, karena ketika
ia menunjukkan layar ponselnya, Haesa kembali menelponnya setelah itu.
Hye
Ra hanya terkekeh melihatnya. “Ayo pergi.”
Sungyeol
menahan tangan Hye Ra yang sudah ingin melangkah. “Jika bertemu Hoya, janji kau
tidak akan berpaling dariku?”
Hye
Ra hanya memutar bola matanya, malas. “Sayangnya aku tak memiliki bahan untuk
membalasmu.”
Sungyeol
tersenyum penuh kemenangan. Memang tidak ada gadis lain yang sempat mengisi
hatinya sebelum ia dan Hye Ra resmi menjadi sepasang kekasih.
***
Seusai
pesta resepsi pernikahan Hyunsik dan Hyoyeon, mereka semua berkumpul di satu
meja. Hye Ra, Sungyeol, Sunggyu, Haesa, Hoya, Donghyun dan istri, serta
sepasang pengantin baru tersebut.
“Kapan
kau akan melamar Haesa?” goda Donghyun pada Sunggyu yang duduk tepat di
sampingnya.
“Tunggu
Haesa lulus kuliah dulu, hyung.” Sunggyu menjawab setengah malu-malu,
membuatnya ditertawakan yang lain.
“Akh,
iya. Oppa, ada undangan untukmu,” kata Hye Ra yang ditujukan untuk Sunggyu.
“Jangan
bilang itu undangan kau dan Sungyeol?” Tuduh Sunggyu. “Jadi kalian diam-diam
sudah merencanakan pernikahan? Tidak bisa. Kau itu adikku. Harusnya aku dulu
yang menikah.”
“Hyung.
Haesa juga adikku,” sela Sungyeol tak mau kalah. “Kalau aku juga tak
mengijinkannya menikah lebih dulu dariku, bagaimana?”
Hye
Ra hanya geleng-geleng kepala melihatnya. “Jangan asal tuduh. Lihat dulu!” Hye
Ra lantas menyodorkan sebuah undangan pada Haesa yang kemudian diteruskan untuk
Sunggyu.
Sambil
menahan rasa kesal sekaligus malu, Sunggyu membukanya perlahan. Ia sempat
membeku sesaat ketika melihat nama pasangan yang akan menikah. “Woohyun?”
Pemuda itu melempar tatapan ke Hye Ra untuk memastikan.
Hye
Ra hanya menjawab dengan anggukan karena ia disibukkan dengan makanannya.
“Minggu depan, kan?”
“Apanya
yang minggu depan? Ini tanggal untuk besok!” seru Sunggyu yang bahkan sudah
mengembalikan undangan tersebut ke tangan Hye Ra agar gadis itu memeriksanya
sendiri.
Sungyeol
mendekatkan wajahnya untuk ikut memastikan kebenaran tanggal pernikahan di
kartu undangan milik Woohyun tersebut. Sungyeol bahkan sampai mencocokkan
tanggal dengan yang tertera di ponselnya.
“Astaga!
Itu benar besok!” Ujar Sungyeol setengah panic. Ia dan Hye Ra bahkan sudah
saling tatap.
Haesa
menyenggol lengan Hye Ra yang duduk di sampingnya. “Bagaimana ini?”
“Kita
harus beli tiket untuk pulang sekarang.” Hye Ra sontak berdiri. “Woohyun oppa
bisa membunuh kita jika tidak datang ke pesta pernikahannya.”
***
Hoya
langsung memesan tiket kembali ke Korea. Termasuk juga untuk dirinya yang ingin
menghadiri acara pernikahan Woohyun meski mereka belum terlalu dekat. Pemuda
itu bahkan tidak membawa persiapan apa-apa selain ransel yang tak terlalu besar
untuk menemani perjalanannya. Setidaknya di sana ada Dongwoo atau Myungsoo yang
bisa meminjamkannya pakaian.
Hoya,
Hye Ra, Sungyeol, Sunggyu dan Haesa baru saja sampai di bandara setelah di
antar langsung oleh Hyunsik dan Hyoyeon yang tidak bisa ikut ke Korea.
Satu-persatu
dari mereka perlahan menghentikan langkah. Mereka terpaku melihat 5 pemuda yang
hanya berjarak beberapa meter saja di depan. Dua diantaranya memiliki wajah
sama. Dan kini, 5 pemuda tersebut juga berangsur menghentikan langkah saat
mendapati 3 pemuda bersama 2 orang gadis.
“Myungsoo!”
seru Hye Ra riang. Pemuda yang dimaksud langsung melesat memeluknya setelah
menyadari gadis yang memanggilnya adalah orang yang ia kenal selama ini.
Dongwoo,
Myungsoo, Minwoo, Kwangmin dan Youngmin. Hoya yang melihat salah satu
sahabatnya ada di sana, langsung saja mendekat dan memeluk Dongwoo. Sementara
Minwoo menghampiri Sunggyu.
“Sedang
apa kau di sini?” Tanya Hye Ra setelah melepaskan pelukan Myungsoo.
“Liburan!”
Myungsoo berseru senang. Melihat orang-orang di hadapannya kini, pemuda itu
langsung bersikap lebih tenang. “Kalian pasti sedang menjemput kami, kan?”
tebaknya antusias. “Kenapa harus semuanya? Cukup Hoya dan Hye Ra, mungkin. Atau
Hoya dengan Sunggyu hyung?”
“Aku
bahkan tak tau kalau kalian akan datang,” ujar Hoya membela diri dengan tatapan
polos.
Myungsoo
menoleh ke arah Dongwoo seakan meminta pertanggung jawaban. Dongwoo sendiri
hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
“Aku
ingin memberikan kejutan untuk kalian,” seru Dongwoo riang. Namun semangatnya
tak berimbas ke Hoya ataupun yang lain.
Sunggyu
tampak bergerak untuk menengahi. “Hmm… Kita justru ingin kembali ke Korea.”
“Kembali?”
seru Myungsoo memastikan.
“Ke
Korea?” sambar Dongwoo.
“Sekarang,
hyung?” lanjut Minwoo sama terkejutnya dengan yang lain.
“Tapi
kita baru saja sampai?” ujar si kembar Youngmin dan Kwangmin dengan kompaknya.
***
“Hyung…!”
Seorang
pemuda yang saat itu sedang sibuk di dapur rumahnya, menoleh saat mendengar
teriakan dua pemuda lain dari arah luar. Dia Woohyun. Pemuda tampan itu hanya
berdecak kesal saat menyadari siapa yang berani mengganggu ketentraman rumahnya
siang itu. Siapa lagi kalau bukan mantan rekan kerjanya di café milik Sunggyu. Hyunseong
dan Jeongmin.
“Apa?”
Tanya Woohyun sedikit malas ketika dua pemuda itu sudah memunculkan diri di
hadapannya.
“Ada
tamu istimewa di luar,” kata Jeongmin.
Woohyun
mengerutkan kening. “Siapa?” tanyanya, namun tidak ada yang memberikan jawaban.
Pemuda itu akhirnya memilih ke luar, diikuti Jeongmin dan Hyunseong kemudian.
Tepat
di depan rumah Woohyun, sudah berjejer dua mobil. Tak lama penghuni mobil
tersebut memunculkan diri. Di mobil ke dua, tampak Hye Ra yang tidak sabar
untuk menemui Woohyun. Gadis itu keluar dari mobil yang dikendarai Sungyeol.
Muncul kemudian Dongwoo beserta adiknya yang kembar dari mobil yang sama.
Sementara
di mobil yang lain, muncul Sunggyu bersama Haesa serta Myungsoo, Hoya dan
Minwoo.
Woohyun
sedikit menegang melihat orang-orang yang muncul di kediamannya siang itu.
Terlebih tatapan mereka seperti ingin memakannya. “Hai…” sapanya canggung.
Hye
Ra melesat ke samping Woohyun. “Bukankah oppa akan menikah? Tapi kenapa…” gadis
itu tentu saja tak melanjutkan kalimatnya karena melihat Woohyun yang masih
mengenakan pakaian rumah.
“Kan
acaranya minggu depan.” Semua tatapan tertuju pada Hyunseong. Namun tanpa di
duga Woohyun justru menyikut perutnya seperti memaksa Hyunseong untuk
merahasiakan sesuatu.
Tentu
saja itu semua percuma. Hye Ra dan yang lain terlanjur menaruh curiga pada
Woohyun. “Jadi oppa hanya mengerjai kita?”
“Ini
apa maksudnya?” Sunggyu bahkan sampai turun tangan dengan menyodorkan undangan
‘palsu’ yang di bawa Hye Ra ke Jepang.
“Aku
takut kalian lupa karena terlalu asik di Jepang.”
“Hyung!
Aku, Minwoo, Dongwoo dan si kembar bahkan baru saja sampai di Jepang, dan harus
langsung kembali lagi ke Korea,” keluh Myungsoo mengingat ia dan 4 pemuda yang
datang bersamanya belum sedikitpun menikmati keindahan negeri Sakura itu.
“Aku
juga butuh bantuan kalian semua.”
Hye
Ra dan yang lain hanya bisa menghela napas kasar mendengar ucapan terakhir
Woohyun.
“Ya
sudah, hyung. Kami sudah terlanjur ada di sini. Apa yang bisa kami bantu
untukmu?” Sungyeol akhirnya bersuara. Tentu saja langsung membuat Woohyun
sumringah seketika.
“Ayo
ke dalam,” ajak Woohyun penuh semangat. Yang lain langsung mengikuti meski
setengah ikhlas. Termasuk juga si kembar serta Minwoo yang tampaknya tak
mengerti apa-apa. Dan hanya Sungyeol yang dengan senang hati membantu Woohyun.
TINN…
TINN…
Semua
langkah terhenti dan tak terkecuali setelah mendengar suara klakson sebuah
motor sport yang berhenti tepat di belakang mobil yang tadi dikendarai
Sungyeol. Mereka bertanya-tanya siapa pemuda yang wajahnya masih di tutupi helm
tersebut.
Haesa
tampak memperhatikan dengan teliti pemuda tersebut. “Sungjong?” tebaknya dengan
suara pelan. Namun karena Sunggyu berdiri tepat di sampingnya, bisa di pastikan
pemuda itu mendengarnya.
“Oh,
iya. Hanya anak itu yang belum datang,” seru Sunggyu yang secara tak langsung
mendukung tebakan Haesa.
“Hai…”
sapa pemuda itu akhirnya setelah membuka helmnya.
“Sungjong!”
“Sungjong
hyung?”
Hampir
semua menyerukan nama pemuda itu. Sampai akhirnya kini Sungjong sudah menyapa
secara pribadi satu-persatu dari mereka yang ada di sana.
“Aku
belum telat ke acara pernikahan Woohyun hyung, kan?” Tanya Sungjong polos.
Padahal ia sudah bersalaman langsung dengan Woohyun tadi. Namun tak ada yang
menjawab pertanyaannya. Woohyun justru kembali menginstruksikan untuk para
tamunya masuk ke dalam tanpa mempedulikan apa yang terjadi pada Sungjong.
“Kenapa
kalian meninggalkanku? Acara pernikahannya belum telat, kan?” Masih tak ada
yang berniat menjelaskan pada Sungjong. “Hyung!” Teriak pemuda itu sedikit
terdengar frustasi.
*_E_N_D_*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar