Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
Kang Jun (C-Clown)
·
Jung Eun Ji (A-Pink)
·
Jang Wooyoung (2PM)
·
Choi Jinri ‘Sulli’ (F(x))
Support
Cast :
·
Kang Minhyuk (CN Blue)
·
Peniel Shin (BtoB)
·
Bae Sooji ‘Suzi’ (Miss-A)
·
Jung Daehyun (B.A.P)
Genre
: romance, friendship
Length : 3 shoot
Summary :
“Jun pasti membenciku setelah ini. Tapi setidaknya, aku tak
melihat Jun sakit hati karena Sulli dan Wooyoung oppa. Karena aku mencintaimu. Tapi
aku tak bisa memilikimu.”
***
Akhirnya…. Sampai juga di part akhir….
Masih Big thanks to C-Clown… terutama untuk MV
dramanya yang berjudul ‘Far Away’ udah menginspirasi banget… Pemeran utama
masih Kang Jun …
Hmm… kira-kira, bagaimana sebenarnya perasaan
Jun pada Eun Ji? Lalu, kenapa Minhyuk menjauhi Eun Ji, padahal awalnya mereka
mulai bisa saling membuka hati satu sama lain… Tentu saja jawabannya ada di
‘Far Away’ part terakhir ini…
***
Kang Jun POV
Jam 3
pagi aku terbangun. Padahal aku yakin, aku baru saja bisa tidur ketika sudah
lewat tengah dalam. Perasaanku tak enak, terutama ketika melihat kasur Wooyoung
hyung yang masih kosong. Dia tak pulang malam ini. Dan dia juga tak mengabarkan
apapun padaku semalam. Padahal selama ini dia tak pernah seperti itu. Belum
lagi di luar sedang hujan deras.
Akhirnya,
aku terjaga sampai pagi. Segera saja aku melesat ke kampus. Tak lupa aku juga
menjemput Eun Ji di apartmennya. Selain sebagai upaya ‘menghargai’ Wooyoung
hyung dan Sulli karena telah mengenalkan kami. Eun Ji juga gadis yang asik, terlebih
dia ternyata teman lamaku. Tak ada salahnya aku bersikap seperti ini.
“Kau
kenapa Jun?”
Eun
Ji menatapku curiga. Tentu saja. Aku tak bisa menutupi ekspresi wajahku. Sulli
dan terutama Wooyoung hyung belum ada kabar sampai sekarang.
“Apa
Sulli menghubungimu? Atau kau tau di mana dia sekarang?” tanyaku ketika Eun Ji
belum naik ke atas boncengan motorku.
Eun
Ji hanya menggeleng. “Bukankah semalam kita masih melihatnya? Mungkin Wooyoung
oppa tau. Kau belum mencoba bertanya padanya?” gadis itu justru kembali
melontarkan pertanyaan padaku.
Aku
hanya bisa menghela napas. “Wooyoung hyung bahkan tak pulang ke apartmen
semalam. Dia juga tak mengabari,” jelasku. Dan tentu saja membuat Eun Ji
terpaku mendengarnya.
***
Author POV
Esoknya,
sore itu Eun Ji tampak berjalan-jalan seorang diri di sebuah pusat perbelanjaan
karena ada sesuatu yang tengah ia cari. Ia memang tak meminta Jun menemaninya
karena pemuda itu belum tau keberadaan Wooyoung dan Sulli.
Tiba-tiba
gadis itu menghentikan langkahnya dan membeku melihat seorang pemuda yang sudah
tidak asing lagi. Wooyoung. Pemuda itu merangkul mesra seorang gadis yang
berpakaian sedikit seksi.
Tertangkap
basah oleh Eun Ji seperti itu, Wooyoung langsung melepaskan rangkulannya
terhadap gadis yang bersamanya itu. Dan tanpa merasa bersalah, Wooyoung justru
menyuruh gadis tadi untuk pergi dari sana.
“Mana
Sulli?” Tanya Eun Ji dengan nada tegas.
Wooyoung
sempat tersenyum meremehkan. “Kau pikir aku ibunya yang tau di mana dia?”
Mendengar
itu, Eun Ji hanya bisa menahan gejolak dadanya. Jika saja ini bukan tempat
umum, mungkin ia sudah menendang Wooyoung sekarang juga.
***
Kang Jun POV
Sulli
masih belum ku ketahui keberadaannya. Dan aku juga membiarkan Eun Ji pergi
sendiri padahal bisa saja aku menemaninya. Dengan berbekal sedikit rasa
bersalahku pada Eun Ji, aku berinisiatif menjemputnya di sebuah pusat
perbelanjaan. Ku yakin Eun Ji juga pasti masih ada di sana.
Dan
ada pemandangan yang tak ku sangka-sangka. Wooyoung hyung bergandeng mesra
dengan gadis lain. Bukan Sulli. Sial! Beraninya dia melakukan itu. Jika masih
seperti ini, lebih baik aku menyuruh Wooyoung hyung melepaskan Sulli untukku.
Diam-diam
aku mengikutinya. Mungkin aku baru akan memunculkan diri di tempat yang tidak
terlalu ramai seperti ini. Tak lama ku lihat Wooyoung hyung berhenti. Ia
seperti bertemu seseorang, tapi aku tak bisa melihatnya. Lalu kemudian dia
menyuruh gadis bersamanya tadi untuk pergi. Dan di saat itulah aku bisa melihat
siapa yang tengah berbicara dengan Wooyoung hyung. Eun Ji?
Aku
mengubah rencanaku yang akhirnya mendekat. Eun Ji yang pertama kali menyadari
kedatanganku. Wooyoung hyung juga ikut menoleh. Dia menunjukkan senyumannya
melihat kedatanganku.
“Akh…
Jun? Kenapa tak bilang jika kau ternyata bisa menjemput Eun Ji. Dia sampai
meminta tolong diriku untuk menjemputnya di sini,” kata Wooyoung membual. Tentu
saja aku tidak mempercayai ucapannya sedikitpun.
Ku
lihat Eun Ji panic dan berusaha menyampaikan sesuatu padaku bahwa apa yang
dikatakan Wooyoung hyung tidak seperti kenyataannya. Tenang Eun Ji. Aku
mempercayaimu.
“Ya
sudah, Jun! Aku pergi dulu.”
Wooyoung
hyung langsung merealisasikan ucapannya. Tentu saja dia akan bersikap seperti
itu karena takut aku menanyainya tentang kejadian dua hari lalu dan tentang
keberadaan Sulli. Akan ku selesaikan itu nanti.
Dan
sekarang, ketika aku menoleh, ku lihat Eun Ji seperti ingin menghindariku. Aku
yakin dia pasti malu dengan perkataan Wooyoung hyung. “Kau sudah selesai?”
tanyaku yang sukses menghentikannya. Aku melangkah mendekat. Dan Eun Ji juga
menoleh kembali ke arahku.
“Jun…
Aku tidak meminta Woo…”
“Aku
percaya padamu.” Aku menyela ucapan Eun Ji sebelum gadis itu menjelaskan hal
tersebut untuk membela dirinya. “Aku juga melihat Wooyoung hyung dengan gadis
yang tadi.”
Ku
lihat Eun Ji bernapas lega. Mengingat kepanikannya tadi membuatku tak bisa
berhenti tersenyum.
“Tapi
Wooyoung oppa juga tak mau memberitahu keberadaan Sulli.” Eun Ji berujar.
Senyumanku
langsung memudar meski sebenarnya tak ku tunjukkan itu di depan Eun Ji. “Aku
tau.” Aku lalu memberanikan diri untuk menggenggam tangan Eun Ji dan membawanya
pergi bersamaku.
***
Author POV
“Jun!”
Pemuda
itu menoleh setelah mendengar Eun Ji menyebut namanya. Jun bahkan membatalkan
niat ketika hendak mengenakan helmnya. “Hmm…?” Jun menatap Eun Ji penuh Tanya.
Eun
Ji tak langsung menjawab. Ia menghela napasnya, berat. Ingin rasanya ia tak
mengatakan hal itu, tapi di sisi lain, itu memang akan terjadi. Jun sendiri
masih menunggunya dengan sabar. “Besok aku sudah akan kembali ke rumah. Aku
telah menyelesaikan semester ini,” kata Eun Ji akhirnya yang dengan susah payah
ia ucapkan.
Jun
menoleh cepat. Sementara Eun Ji langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain.
Di sana Jun menangkap ketidak relaan dari Eun Ji mengatakan hal itu. Jun
langsung mengangguk singkat. Ia sadar jika hari itu akan tiba juga. Dan entah
kenapa, ia juga tak rela jika itu terjadi meski sebenarnya Jun dan Eun Ji
berasal dari kota yang sama. Bisa saja mereka bertemu di sana. Tapi suasananya
pasti berbeda. Sepulangnya ke sana, Eun Ji akan bertunangan dengan seorang
pemuda.
“Aku
akan mengantarmu ke stasiun,” ujar Jun akhirnya sambil tersenyum. Ia hanya
ingin berusaha ceria. Namun ketika ia mengenakan helm, Jun memudarkan
senyumannya.
Eun
Ji juga melakukan hal yang serupa. Dan saat ia sudah naik ke boncengan motor
Jun, tentu saja pemuda itu tidak melihat bahwa senyuman Eun Ji juga memudar.
Gadis itu hanya menatap nanar punggung Jun ketika mereka dalam perjalanan
pulang. “Ini saat terakhir kami berada di
posisi seperti ini. Aku pasti akan merindukan saat-saat bersamamu, Jun.”
Setengah
jam kemudian, Jun dan Eun Ji sudah sampai di gerbang apartmen tempat Eun Ji
tinggal. Sesaat, Eun Ji masih memeluk helm yang selalu ia kenakan ketika
berboncengan dengan Jun. Benda itu juga Jun yang membelinya. “Ini boleh untukku?”
Jun
mengangguk cepat. Benda itu hanya boleh dimiliki Eun Ji.
Eun
Ji tersenyum senang. Ia bahkan semakin erat memeluk helmnya. “Aku masuk dulu,
Jun.” Eun Ji berpamitan.
Dengan
berat hati, Jun membiarkan Eun Ji meninggalkannya ke dalam.
***
Kang Jun POV
Sepulang
dari mengantar Eun Ji, aku langsung ke apartemenku. Suasana di dalam masih
gelap. Itu artinya Wooyoung hyung belum pulang. Aku menyalakan lampu di ruang
tamu, lalu menghempaskan tubuhku yang sedikit lelah ini ke sofa.
Cukup lama aku terdiam.
Sampai akhirnya, suara ponselku yang memecah keheningan. Langsung saja ku rogoh
saku jinsku. Sesaat aku terpaku membaca nama sang penelpon di layar ponselku. ‘Sulli’?
Segera ku jawab panggilan Sulli.
“Sulli,
kau di mana? Kenapa ponselmu mati terus beberapa hari ini?” Aku langsung
menyecarnya karena seperti yang ku katakan tadi, ponselnya mati selama beberapa
hari.
Aku
menunggu jawaban dari Sulli yang tak kunjung merespon ucapanku. Cukup lama.
“Sulli,
kau masih di sana?” seruku lagi karena Sulli masih saja diam.
“Jun…”
Aku
membeku akhirnya bisa mendengar suara Sulli lagi. Dan hatiku mencelos karena
nada suaranya seperti… menangis. Sulli menangis? “Kau baik-baik saja?” ujarku
tak tenang.
***
Author POV
Di
sebuah kamar. Sulli mendekap tubuhnya ke dalam selimut. Satu tangan ia gunakan
untuk menempelkan ponsel di telinganya. Sementara tangannya yang lain menyeka
air matanya yang meleleh di sekitar pipi. Rambut gadis itu juga tampak sedikit
berantakan.
Sementara
di tempatnya berada, Jun masih saja tampak tak tenang sambil menunggu jawaban
Sulli berikutnya.
Sulli
berusaha menenangkan hatinya dengan menghirup udara dalam-dalam. “Jun…
Woyoung…” Lagi, Sulli tak sanggup melanjutkan kata-katanya.
“Kenapa
lagi dengan Wooyoung hyung?” desak Jun tak sabar. Wooyoung juga tak bisa
dihubungi kembali setelah mereka tak sengaja bertemu di pusat perbelanjaan tadi
sore.
“Jun,
maafkan kami.”
“Ceritakan
semuanya!”
Sulli
kembali meneteskan air mata. Merasa bersalah karena ia baru mengetahui dari
Wooyoung bahwa Jun selama ini memendam perasaan padanya. Begitu pula
sebaliknya. Ia mengenalkan Jun pada Eun Ji juga karena ingin mengalihkan
perasaannya karena ia dan Wooyoung sudah… “Jun, aku hamil…” setelah itu Sulli
langsung semakin terisak.
Jun
merasakan tubuhnya melemah seketika. Ia bahkan nyaris melepaskan ponsel dari
genggamannya. Matanya kosong. “Cepat temui aku sekarang juga!” tegas Jun dan
langsung mematikan ponselnya. Untuk melampiaskan kekesalannya, Jun membanting
figura yang membingkai foto dirinya dan Wooyoung. “Sial kau hyung! Kenapa kau
menghamili Sulli!” teriaknya frustasi. “Jika si Wooyoung itu tidak mau
bertanggung jawab! Aku yang akan bertanggung jawab pada Sulli.” Jun meyakinkan
hatinya.
Tepat
di depan apartmen mereka, tampak Wooyoung baru kembali. Ia sempat membuka
sedikit pintu tersebut dan mengawasi suasana di dalam. Betapa terkejutnya ia
ketika mendapati Jun membanting figura sambil memaki dirinya. “Sulli hamil?”
ujarnya pelan mengulangi ucapan Jun. Setelahnya, Wooyoung langsung kembali
meninggalkan apartmen.
***
Di
sinilah Sulli sekarang. Duduk seorang diri di sebuah café yang malam itu sudah
cukup sepi. Ia memilih meja yang sedikit dalam dan dekat dengan jendela kaca
yang menjadi dinding utama café tersebut. Gadis itu masih menangis. Menangisi takdirnya
lebih tepatnya. Sulli bahkan hanya merapihkan diri dan mengenakan pakaian
seadanya. Ia sudah tak terlalu memikirkan penampilannya.
Ada
dua pintu akses masuk ke dalam café. Dan Jun memilih pintu depan sehingga ia
bisa langsung melihat posisi bahkan keadaan Sulli saat itu. Matanya menatap
Sulli nanar. Tepat di bagian mata. Gadis itu pasti sudah menangis beberapa hari
ini.
Jun
sudah ingin melangkah masuk. Namun ia langsung membatalkannya karena melihat
sosok Wooyoung masuk ke dalam café melalui pintu yang lain dan langsung menuju
ke meja tempat Sulli berada. Wooyoung menarik tubuh Sulli untuk berdiri dan
berusaha memeluk gadis itu.
“Lepaskan aku!” Sekuat
tenaga Sulli berusaha memberontak, tapi Wooyoung juga tak ingin melepaskannya
begitu saja.
Wooyoung
akhirnya bisa memeluk tubuh Sulli meski gadis itu masih saja memberontak di
sana. “Kenapa harus Jun yang pertama kali kau beritahu?” bisik Jun lembut.
“Kenapa bukan aku? Aku yang telah melakukan itu padamu.”
Sulli
semakin deras menangis. “Kau yang ke mana akhir-akhir ini?” Apa pedulimu
tentang keadaanku?” Sulli bahkan sampai memukuli punggung Wooyoung agar pemuda
itu melepaskannya.
“Aku
minta maaf untuk itu,” kata Wooyoung yang tak merubah sedikitpun posisi mereka.
“Apa kau tidak menginginkan aku untuk bertanggung jawab? Aku menghilang karena
aku mengurusi skripsimu. Setelah lulus nanti, aku akan segera melamarmu.”
Sementara
di luar sana, Jun tampak tak bisa menahan emosinya. Namun ia juga tak mungkin
bersikap gegabah. Jun hanya bisa mengepalkan ke dua tangannya. Dadanya semakin
terasa sesasak. Dan hatinyapun seperti mencelos melihat Sulli perlahan mereda
lalu akhirnya membalas pelukan Wooyoung.
Setelah itu Wooyoung dan
Sulli saling tatap kemudian Wooyoung mendekatkan wajahnya. Jun hanya mampu
membulatkan matanya. Ini yang sebenarnya tak ingin ia lihat dari mereka. Namun
ternyata, ia justru merasakan bibirnya mendapat sentuhan lembut dari sesuatu
dan ada yang menghalangi pandangannya juga terhadap Sulli dan Wooyoung.
Perlahan
Jun mengarahkan matanya pada anting yang menggantung di telinga gadis itu.
Anting berbentuk bintang yang sering ia lihat di pakai oleh Sulli. Tapi tidak
mungkin gadis itu yang ada di hadapannya.
“Jun pasti membenciku setelah ini. Tapi setidaknya,
aku tak melihat Jun sakit hati karena Sulli dan Wooyoung oppa.”
Jun menjauhkan
tubuh gadis itu dengan lembut. Matanya juga tak lepas agar ia bisa melihat
wajah gadis tersebut. “Eun Ji?” Seru Jun pelan.
Mendengar Jun menyebut
namanya, Eun Ji justru sama sekali tak berani membuka namanya. Tak ingin
melihat Jun membencinya, Eun Ji memilih berbalik lalu menjauh untuk menghindari
Jun.
Jun hanya
bisa membeku melihat kepergian Eun Ji. Dan ia baru tersadar ketika Eun Ji
meraih koper besarnya yang ia letakkan di sana. “Eun Ji, tunggu!” teriak Jun
seraya mengejar gadis itu.
Pergerakan
Jun sedikit menarik perhatian Sulli yang masih di dalam café.
Jun menarik
tangan Eun Ji agar berhenti. “Kau akan pergi sekarang?”
Buru-buru
Eun Ji menghapus air matanya. Tapi ia juga tak langsung menoleh ke arah Jun. Bahkan
ia menolak ketika Jun memintanya berbalik. Rasa bersalah itu masih tersisa.
Jun akhirnya
mengalah. Ia tak memaksa Eun Ji lagi. “Kenapa kau melakukan itu padaku?”
serunya.
Sementara Eun Ji masih
membelakanginya sambil terisak. “Karena… Karena aku mencintaimu. Tapi aku tak
bisa memilikimu.”
Jun kembali
membeku, kali ini karena mendengar ungkapan cinta dari Eun Ji. Tak menyangka
ternyata Eun Ji menyimpan perasaan padanya. “Ke… Kenapa kau… Kenapa kau bicara
seperti itu?” Jun menatap nanar punggung Eun Ji seakan tak terima jika gadis
itu berkata demikian.
Eun Ji
menghela napas untuk sekedar menenangkan diri. “Aku pernah kehilangan Peniel
oppa. Dan aku tidak ingin kehilangan Minhyuk oppa juga.” Tanpa menunggu reaksi
dari Jun, Eun Ji sudah lebih dulu kembali melangkah.
Jun sendiri
memang tak langsung mengejar karena ia merasakan ponselnya bergetar. Ada sebuah
pesan masuk dari ‘Minhyuk hyung’.
Kapan kau pulang? Minggu depan aku akan
bertunangan. Ku harap kau bisa datang. Dan… maaf jika aku belum bisa menjadi
hyung yang baik untukmu, Jun. (Kang Minhyuk)
Setelah
membaca pesan tersebut, Jun langsung mendongak. Eun Ji sudah menghentikan
taksi. Jun segera melesat untuk mengejar gadis itu. Jun menghentikan tangan Eun
Ji tepat sebelum Eun Ji membuka pintu taksi. Gadis itu lalu menoleh cepat.
“Jika
kita memang tidak bisa bersatu, setidaknya aku juga ingin kau tau kalau…” Jun
menggantung ucapannya sesaat. Ia menatap mata Eun Ji. “Aku juga mencintaimu.”
Belum
sempat Eun Ji menetralisir keterkejutannya, Jun sudah lebih dulu mengecup
singkat bibirnya. Pemuda itu lalu tersenyum sambil membukakan pintu untuk Eun
Ji. Eun Ji seperti masih tak ingin cepat-cepat meninggalkan Jun. Namun tak bisa
di pungkiri jika malam itu ia bahagia. Begitu pula dengan Jun. Meski kebahagiaan
itu hanya berlangsung sesaat.
***
Seminggu
kemudian. Eun Ji akan menghadapi pertunangannya dengan Minhyuk malam ini. Gadis
itu menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun mewahnya terasa biasa saja karena
setelah kejadian itu, Eun Ji justru sama sekali tak bisa melupakan Jun. Berbeda
ketika ia harus berpisah dengan Peniel.
“Apa
harus Minhyuk yang menyeretmu dari sini agar kau mau turun ke bawah?”
Eun Ji
hanya menghela napas mendengar suara milik Daehyun. “Jun seharusnya tidak mengatakan perasaannya waktu itu,” sesalnya. Eun
Ji kemudian menoleh dan mendapati Daehyun sudah berdiri di sampingnya. “Apa
Minhyuk oppa sudah datang?”
Daehyun
membawa salah satu tangan Eun Ji agar menggamit lengannya. “Ku rasa,” serunya
tak yakin. Namun ia tetap membawa Eun Ji ke luar dari kamar itu.
Eun Ji
sendiri hanya bisa pasrah mengikuti langkah Daehyun. Saat menuruni tangga yang
langsung terhubung dengan ruangan pertunangan, suasana justru terasa hening
meski sudah banyak tamu undangan yang datang. Daehyun menatap bingung ke arah
orang tua Eun Ji. Begitu pula dengan Eun Ji yang menatap penuh Tanya ke arah orang
tua Minhyuk.
Daehyun
membawa Eun Ji ke belakang seorang pemuda yang ia pikir adalah Minhyuk. Sementara
Eun Ji tak melepas pandangannya pada orang tua Minhyuk. Mereka seperti menatap
Eun Ji penuh rasa bersalah, tapi mereka juga tak memberikan penjelasan apapun
tentang apa yang terjadi.
“Kau
cantik sekali Eun Ji.”
Eun Ji
membeku mendengarnya. Bukan karena pujian yang dilontarkan pemuda itu padanya,
tapi karena suara pemuda itu sangat familiar. Eun Ji memang sudah hapal dengan
suara Minhyuk. Tapi suara itu bukan milik Minhyuk. Eun Ji langsung menoleh
untuk memastikan semuanya. “Jun?” Seru Eun Ji. Ia tak tau harus berekspresi seperti
apa ketika bertemu pemuda itu. “Kau datang untuk melihatku bertunangan?”
Jun tersenyum.
“Bukan hanya untuk melihat.”
Eun Ji
hanya menatap Jun menuntut penjelasan. Dan semakin membingungan ketika Jun
meminta sebuah cincin dari tangan ibu Eun Ji. Setelah itu Jun menarik lembut
tangan Eun Ji untuk menyematkan sebuah cincin di jari manis gadis itu.
“Tapi
juga untuk menggantikan Minhyuk hyung bertunangan denganmu.” Jun mencium tangan
Eun Ji yang tersemat cincin.
“Minhyuk
hyung?” ujarnya memastikan karena cara Jun menyebut nama pemuda itu terkesan
mereka sangat akrab.
Jun tak
langsung menjawab. Ia juga sempat melirik ke orang tuanya. Jun mengangguk samar
karena orang tuanya sudah mendesak agar Jun menjelaskan sesuatu.
Flashback…
Jun bergegas
ke luar dari stasiun. Sambil menunggu bis yang akan mengantarnya menuju rumah,
Jun menatap berkeliling. Kebetulan lalulintas tidak terlalu ramai. Dan tak jauh
di sampingnya, ia melihat seorang pemuda tengah menyebrang. Setelahnya, pemuda
tersebut mengalami kecelakaan karena tak menyadari bahwa ada sebuah mobil yang
melaju dengan kecepatan tinggi.
Jun segera
menghampiri tubuh pemuda itu yang tergeletak beberapa meter di depannya. Pemilik
mobil langsung melarikan diri. Jun meminta seseorang untuk menghentikan taksi
karena ia berniat membawa pemuda tersebut ke rumah sakit.
Minhyuk
yang baru saja ingin meninggalkan rumah sakit, langsung membatalkan niat ketika
melihat kedatangan Jun bersama seorang pasien kecelakaan. Mereka berjalan tepat
di depan Minhyuk. Namun hanya Jun yang berhenti di samping kakaknya. Sementara para
perawat membawa pemuda itu ke dalam.
“Peniel…?”
gumam Minhyuk karena ia sempat melihat wajah pemuda tadi.
“Kau
mengenalnya, hyung?”
Minhyuk
tidak menjawab pertanyaan Jun. Ia langsung melesat menuju tempat Peniel tadi di
bawa. Sementara Jun juga menyusulnya. Di dekat apotik rumah sakit, Minhyuk
sekilas melihat seorang ibu hamil yang sudah sangat ia kenal, berdiri mengambil
obat. Sooji. Dari sanalah Jun tau cerita antara Minhyuk, Peniel dan Sooji.
Mereka
menunggu Peniel selesai menjalani perawatan. Saat seorang dokter muncul, mereka
langsung berdiri tak terkecuali.
“Hyung!”
hanya itu yang Minhyuk katakan pada rekan seprofesinya mengenai keadaan Peniel.
Dokter
yang di panggil ‘hyung’ oleh Minhyuk tadi sedikit tertunduk. “Maaf, kami tak
bisa menyelamatkannya.”
Mendengar
itu, Sooji langsung lemas. Beruntung Jun yang berdiri di belakang Sooji sigap
menangkapnya. Minhyuk menghampiri Sooji dan Jun. Ia lalu menarik Sooji ke dalam
pelukannya. Membiarkan gadis itu menangis hingga membasahi kemejanya.
“Aku
yang akan menggantikan Peniel,” ujar Minhyuk yakin.
“Tapi
kau akan bertunangan. Pikirkan juga perasaan Eun Ji dan keluarganya.” Sooji
tampak menolak. Tak selayaknya Minhyuk bertanggung jawab atas apa yang tidak ia
lakukan. Meski tak bisa di pungkiri hati kecilnya masih mencintai Minhyuk.
Jun masih
di sana. Dan ia menyaksikan semuanya yang mengingatkannya tentang Sulli. Jika Wooyoung
tak mau bertanggung jawab, ia yang akan menggantikannya. Lalu Sooji menyebut
nama… ‘Eun Ji’.
“Hyung,
aku yang akan menggantikanmu bertunangan,” putus Jun.
“Tapi…”
Minhyuk tak tau haru berkata apa.
“Aku
pernah berada di posisimu seperti ini. Dan aku tak ingin kau juga mengalami hal
sepertiku.”
Mendengar
Jun berkata seperti itu, Minhyuk langsung memeluk adiknya. “Maafkan aku karena
tak bisa menjadi hyung yang baik untukmu. Dan justru kau yang berkorban
untukku.”
Flashback end…
Jun dan
Eun Ji kini berada di balkon rumah keluarga Eun Ji setelah semua rangkaian acara
terlaksana. Tadi Eun Ji memang benar-benar merasakan kebahagiannya karena ia
bertunangan dengan Jun. Tapi kini kesedihan itu menjalar karena kepergian
Peniel untuk selama-lamanya. Eun Ji menangis di sana.
Jun
menyampirkan jasnya ke pundak Eun Ji. Dan ia hanya bisa memeluk gadis itu dari
belakang agar Eun Ji merasa sedikit nyaman.
“Sekarang
aku benar-benar kehilangan Peniel oppa,” kata Eun Ji yang masih terisak.
“Aku
tak melarang untukmu menangisi Peniel.” Jun semakin mengeratkan pelukannya. “Tapi
Peniel juga tak akan senang melihatmu seperti ini.” Cukup lama mereka berada di
posisi seperti itu. Hingga akhirnya Jun melepaskan pelukannya lalu memutar
pundak Eun Ji agar menghadap ke arahnya. Ia mengusap lembut pipi Eun Ji yang
basah.
“Aku
bahagia melihat kebahagiaan Sulli dan Wooyoung hyung. Ku yakin kau juga bahagia
jika Minhyuk hyung bahagia bersama Sooji. Begitu pula dengan Peniel. Dia juga
pasti akan bahagia melihatmu bahagia.”
Eun Ji
justru sedikit cemberut mendengar ucapan Jun. “Tapi kebahagiaanku belum lengkap
karena aku yang pertama kali menyatakan perasaan. Bukan kau.”
“Dasar
gadis.” Jun mendengus kesal, sementara Eun Ji terkekeh pelan. “Tapi kau tidak
tau kan kalau aku yang menawarkan diri untuk menggantikan Minhyuk hyung?”
Eun Ji
sempat terkejut sesaat, tapi ia pintar untuk langsung menyembunyikannya. “Bagaimana
jika gadis itu bukan diriku?” seru Eun Ji tak mau kalah begitu saja.
Jun tersenyum
penuh kemenangan. “Sayangnya aku sudah tau lebih dulu,” kata Jun penuh percaya
diri. Ia bahkan sudah mengeluarkan foto Minhyuk dari saku celananya. “Kau
menjatuhkannya ketika kita berciuman di depan café.”
Wajah
Eun Ji sontak bersemu merah. Tentu saja yang membuat Eun Ji malu adalah karena
Jun mengungkit ciuman pertama mereka.
“Kemungkinannya
kecil kan jika ada dua orang yang memiliki wajah dan nama yang sama?” Jun tersenyum
puas karena berhasil menggoda Eun Ji. “Lalu…”
Eun Ji
menatap Jun penuh Tanya. Dan dengan penuh percaya diri, Jun menunjuk ke arah
bibirnya dengan tatapan menggoda. Eun Ji menempelkan foto Minhyuk ke bibir Jun
lalu meninggalkan pemuda itu di sana seorang diri.
Jun menatap
tak suka foto Minhyuk yang tadi menempel di bibirnya. “Aku tak sudi jika
berciuman denganmu, hyung!” Ketika melihat ke arah pintu, sosok Eun Ji sudah
melesat ke dalam. “Eun Ji! Tunggu!”
*_E_N_D_*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar