Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu,
Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast :
Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin,
Kwangmin), SNSD (Hyoyeon), BtoB (Sungjae, Hyunsik, Peniel, Changsub, Eunkwang)
Genre
: teen romance, family
Length : part
***
Sesudah
mengakhiri obrolannya dengan Hye Ra, Woohyun berniat kembali ke dalam. Namun
karena ia belum mematikan kembali ponselnya, ada sebuah pesan masuk. Mau tida
mau, Woohyun langsung memeriksanya. Dari seorang gadis bernama ‘Chorong’.
Besok aku kembali. Ku harap kau masih
menjaga hatimu untukku, chef Woohyun.
Deg.
Woohyun kembali terduduk di kursi. Ini kartu matinya. Jika bukan karena gadis
itu, Woohyun pasti akan benar-benar mengejar Hye Ra. Ia bahkan tidak akan
mengijinkan apalagi menyarankan Hye Ra untuk pergi dengan Hoya seperti saat
ini.
Woohyun
meneguk ludahnya ketika membuka kembali folder-folder rahasianya di ponsel.
Folder berisi foto-foto dirinya dengan seorang gadis. Gadis yang baru saja
mengirimi pesan singkat namun sukses mengobrak-abrik perasaannya.
“Seharusnya
aku tidak mengatakan perasaanku pada Hye Ra waktu itu,” sesalnya.
Pemuda
itu memilih mematikan kembali ponselnya lalu masuk kedalam. Di sana ia langsung
bertemu dengan Peniel yang ternyata memang mencarinya.
“Sungyeol
hyung menitipkan ini untukmu,” kata Peniel sambil menyodorkan sebuah gelas
berisi minuman yang tak lain dan tak bukan adalah milk shake stroberi.
Dengan
berat hati Woohyun menerimanya. Setelah memastikan sudah menjalankan amanat
dari Sungyeol, Peniel kembali ke dalam dan meninggalkan Woohyun di sana.
Woohyun
menghela napas, berat. Lalu tiba-tiba minuman di tangan Woohyun itu mengganggu
pikirannya. Di mata Woohyun, minuman tersebut selalu identik dengan Hye Ra dan…
Sungyeol. Seperti apa yang ia lakukan kemarin, Woohyun kembali membawa pulang
minuman tersebut.
***
Hoya
dan Hye Ra benar-benar menikmati waktu kebersamaan mereka saat itu. Mereka
bahkan tak canggung untuk saling menggandeng satu sama lain selayaknya sepasang
kekasih. Dan kali ini keduanya memutuskan untuk memasuki sebuah toko yang
menjual pakaian dan aksesoris.
“Kapan
aku bisa seperti bergandengan tangan dengan Hye Ra seperti itu?” keluh Dongwoo
yang hanya bisa menunjukkan tatapan iri pada Hoya.
Myungsoo
sendiri langsung berdecak kesal. “Bisa diam tidak?” tegurnya dengan tatapan
membunuh. Lalu ia melanjutkan perjalanan menguntit Hoya dan Hye Ra.
“Hoya!”
Hye Ra tiba-tiba berhenti tepat di depan sebuah manekin yang mengenakan jaket.
“Sayang
sekali kalian terlambat,” seru seorang karyawan toko tersebut pada Hye Ra dan
Hoya. “Pasangan jaket tersebut untuk prianya sudah ada yang membeli,” jelasnya
kemudian. “Apa kalian juga tertarik?
Hoya
melirik Hye Ra penuh arti. Memastikan apakah gadis itu benar-benar menginginkan
jaket tersebut?
“Kami
hanya melihat saja. Terima kasih,” kata Hye Ra. Ia kemudian mendorong tubuh
Hoya agar menjauh dari tempat tadi.
Hoya
hanya menuruti apa yang dilakukan Hye Ra. “Ku kira kau mengingingkannya?”
Gadis
itu menggeleng tegas. Namun diam-diam Hye Ra masih sempat melirik kembali jaket
tersebut. Ternyata Dongwoo dan Myungsoo sudah sampai sana. Dongwoo sedang
memperhatikan dengan jelas jaket yang baru saja menarik perhatian Hye Ra. Namun
ketika mata Hye Ra bertemu dengan tatapan Myungsoo, gadis itu langsung
memperhatikannya.
Kali
ini Myungsoo menatap lekat-lekat jaket tersebut. Sesaat ia juga sempat
memperhatikan Hye Ra, lalu kembali memperhatikan jaket tadi.
“Ku
rasa Hye Ra cocok jika mengenakan ini,” ujar Dongwoo yang sukses membuat
Myungsoo menoleh padanya. “Kenapa dia melewatkannya begitu saja?” Dongwoo
menepuk-nepuk pundak Myungsoo sebagai tanda agar mereka kembali melanjutkan
pengintaian.
“Tunggu
dulu.” Myungsoo menahan tubuhnya agar tak sampai terdorong oleh Dongwoo. Namun
tatapan pemuda itu sama sekali tak lepas dari jaket di hadapannya. Kemudian
Myungsoo menoleh pada Dongwoo. “Menurutmu ini cocok untuk Hye Ra?” tanyanya. Ia
merasa ada sesuatu pada jaket itu. Meski ia sendiri masih sedikit ragu.
“Hye
Ra tipe gadis yang sedikit cuek. Dan aku suka jika dia berpenampilan sedikit
tomboy.” Dongwoo tersenyum tipis. Ia benar-benar mengagumi sisi Hye Ra yang
seperti itu. “Sudahlah. Ayo.”
Dongwoo
sudah lebih dulu pergi dari tempat itu. Sementara Myungsoo mencari-cari pelayan
yang bisa ia mintai bantuan agar ia bisa mendapatkan jaket tersebut.
***
Sore
itu Sungyeol pulang lebih cepat dari biasanya karena ada hal lain yang harus ia
lakukan. Sesaat Sungyeol tertegun dengan sebuah mobil yang terparkir tak jauh
dari depan rumahnya. Ia membuka pintu utama yang tak terkunci.
“Apa ibu sudah pulang
karena tamunya datang?” Segera saja Sungyeol melesat ke dalam. Ia melempar
jaketnya sembarangan ke atas sofa, lalu bergegas menuju dapur. Terdengar
seperti seseorang yang tengah memasak.
“Kalau
ingin pulang kabari saja. Nanti aku akan datang menjemput.”
Samar-samar
Sungyeol seperti mendengar suara pemuda. “Sungjong?” serunya terkejut karena
mereka berhadapan di ambang pintu dapur.
“Oppa
kau sudah pulang?”
Sungyeol
menolehkan wajahnya. Ia menemukan Haesa sedang berkutat di dapur.
“Ibumu
belum pulang. Dan Haesa bilang ia ingin menginap di sini,” jelas Sungjong meski
Sungyeol tak menanyakan apapun.
“Kau
akan pulang?” Tanya Sungyeol.
Sungjong
mengangguk cepat. “Aku ada rencana pergi dengan teman-temanku nanti malam.”
“Salam
untuk ibumu dan ayah,” kata Sungyeol sebelum Sungjong meninggalkan rumahnya.
Setelah itu, Sungyeol masuk ke dalam dapur dan duduk di salah satu kursi makan.
“Kau sudah lama?” tanyanya sambil menuangkan air ke dalam gelas.
“Tidak
terlalu lama.”
Sungyeol
menenggak minumannya. Di sana ia benar-benar sadar jika tengah melihat Haesa
memasak. “Sejak kapan kau…” pemuda itu sengaja menggantungkan kata-katanya.
Tepat ketika Haesa datang dengan sepiring pasta yang langsung diletakkan di
depannya.
Haesa
tampak tak mempedulikan Sungyeol. Ia bahkan menikmati pemandangan di rumah baru
Sungyeol yang jauh lebih sederhana dari pada rumah lamanya. “Apa seperti ini
yang terjadi antara Sunggyu oppa dan Hye Ra?” gumamnya dan lebih untuk diri
sendiri. “Aku akan menghabiskan liburanku di sini,” seru Haesa penuh semangat.
Sungyeol
membeku mendengarnya. Bukan karena Haesa memutuskan liburan di sana, tapi
tentang Haesa yang menyinggung tentang kehidupan Sunggyu dan Hye Ra.
Haesa
menatap Sungyeol penuh minat. “Oppa, apa kau pernah berkunjung ke rumah
mereka?”
Sungyeol
tampak melilitkan pasta menggunakan garpu namun pikirannya tak berada di sana.
Pindah ke rumah seperti ini memang mengingatkannya dengan gadis itu dan
kehidupan Hye Ra juga.
“Jika
Hye Ra banyak menghabiskan waktu di café, apa aku juga bisa bermain ke restoranmu?”
Lanjut Haesa dengan segala khayalannya.
Sungyeol
semakin tersudutkan. Ia menatap adiknya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Sementara tangannya sudah melepaskan garpu begitu saja. Semua semakin
memperjelas ingatannya dengan Hye Ra.
Belum lagi misteri tentang milk shake buatannya untuk Woohyun yang
berlum terpecahkan.
***
“Aku
suka yang warna putih,” ujar Hye Ra ketika di tanyai oleh Hoya saat mereka
melihat-lihat jam tangan.
Hoya
langsung meminta tolong pelayan toko agar di ambilkan jam tangan seperti apa
yang diminta Hye Ra. “Akh, iya. Terima…” Ucapan Hoya tiba-tiba terputus karena
barang yang ia terima adalah jam tangan ‘couple’.
Hye
Ra yang tak sabar untuk melihatnya, menarik tangan Hoya yang memegang kotak
berisi 2 jam tangan sekaligus. Hoya sendiri hanya bisa meneguk ludah dan tak
berani menatap Hye Ra meski hanya dengan lirikan mata sekalipun. Ia tak
berharap hal ini untuk terjadi. Pasti banyak yang menyangka jika mereka adalah
sepasang kekasih.
“Pasti
mereka kira kita berpacaran.”
“Hmm?”
Hoya merasakan tenggorokannya seperti tercekat. Yang dikatakan Hye Ra, sama persis
seperti yang ia pikirkan. Perlahan Hoya memberanikan diri menoleh pada Hye Ra.
“Kau
tidak suka yang ini?”
“Apa?”
Hoya balik bertanya. Ia tiba-tiba menjadi sedikit tak focus. Bahkan Hoya
seperti tak mendengar apa yang baru saja di tanyakan Hye Ra tadi.
“Ini.”
Hye Ra menunjukkan benda di tangannya dengan gemas. “Kau mau tidak?”
“Oh?”
Seru Hoya singkat. Ia bahkan sedikit gelagapan. Hoya menggaruk belakang
kepalanya. “Memangnya kau mau?” Hoya justru melempar kembali keputusan pada Hye
Ra.
Hye
Ra menghela napas. “Bayar.” Gadis itu menyerahkan paksa jam tangan ‘couple’
pada Hoya.
Hoya
menghirup udara dalam-dalam untuk mengumpulkan kemberanian. Dan akhirnya ia
menuju meja kasir dengan langkah berat. Di sana Hoya melihat sosok Myungsoo
yang sepertinya juga membeli sesuatu di toko tersebut.
“Kau
beli apa?” Tanya Hoya ketika Myungsoo telah menyelesaikan transaksinya.
Myungsoo
sedikit terkejut dengan kehadiran Hoya di sana. ia pikir pemuda itu masih
berkeliling dengan Hye Ra. “Eh? Kau?”
Hoya
menyerahkan barang yang ia beli pada pelayan di kasir, namun tatapannya tersita
pada tas karton di tangan Myungsoo. “Membeli barang ‘cuple’ untuk kekasihmu?”
tebak Hoya.
Myungsoo
tak langsung menjawab. Hal tersebut terlalu sensitive untuk diceritakan. “Bukan,”
jawabnya singkat. “Ahk, iya. Maaf jika aku dan Dongwoo…”
“Santai
saja.” Hoya menyela ucapan Myungsoo sambil memberikan beberapa lembar uang
untuk membayar yang ia beli. “Mana Dongwoo?”
“Heh!
Apa kau tak lelah berjalan seharian?” protes Dongwoo untuk Hoya. “Myung, ayo
cari minuman dulu.” Dongwoo menarik paksa kerah baju Myungsoo.
“Dongwoo!”
seru Hoya menghentikan langkah Dongwoo. “Kabari aku kalian akan ke mana. Nanti
aku dan Hye Ra akan menyusul.”
“Kalian
kan sedang berkencan. Lebih baik…” Dongwoo langsung menhentikan ucapannya
karena melihat tatapan tajam dari Hoya. “Baiklah… Temui kami ya. Nanti aku
kirimi kau SMS,” ujar Dongwoo mengalah. Ia kembali menarik Myungsoo yang sudah
pasrah mengikuti kemauannya.
***
Setelah
berhasil menghindari pembicaraan tentang Hye Ra, Sungyeol akhirnya bisa
menikmati pasta yang khusus di masakkan oleh Haesa untuknya. “Waah… Kau banyak
perubahan,” pujinya.
Haesa
tersenyum bangga karena Sungyeol menyukai masakannya. “Terima kasih, oppa.”
“Kau
serius ingin menginap di sini selama liburan?”
Mendengar
Sungyeol bertanya seperti itu, senyum Haesa perlahan memudar. “Kau tidak suka
aku ada di sini?” tanyanya dengan tatapan kecewa.
Sungyeol
membeku seketika. “Bukan seperti itu,” serunya cepat-cepat agar Haesa tak salah
paham. “Aku hanya takut kau tidak terbiasa…” ucapan Sungyeol terputus seketika.
“Kau
ingin aku tumbuh menjadi gadis manja?” tantangnya.
Sungyeol
menghembuskan napasnya. Menyesal dengan apa yang ia katakan. “Maaf.”
“Bagaimana
perlakuan Sunggyu oppa padamu selama ini?”
Sungyeol
mendongak cepat. Sedikit heran karena Haesa tiba-tiba membahas masalah Sunggyu.
Namun sedetik kemudian ia tersadar. Adiknya menjalin hubungan cukup dekat
dengan mantan bossnya itu. Meski ia sendiri tidak mengetahui saat ini apakah
Haesa dan Sunggyu sudah resmi berpacaran atau belum.
“Sedikit
banyaknya aku seperti ini karena Sunggyu oppa,” lanjut Haesa karena Sungyeol
tak kunjung memberikan jawaban. “Dia dulu juga tinggal di rumah mewah, kan?
Lalu setelah orang tua Sunggyu oppa meninggal, mereka pindah rumah karena Hye
Ra…” Haesa sengaja menggantungkan ucapannya. “Yaah… kau pasti tau
kelanjutannya.”
Sungyeol
tak mampu bicara apa-apa. Semakin menyesakkan jika membahas tentang Sunggyu
yang tidak mungkin lepas dari sosok Hye Ra. Dan jika Haesa berpacaran dengan
Sunggyu, itu artinya ia dan Hye Ra tetap akan menjadi keluarga juga.
“Apa
Hye Ra menentangmu dan Sunggyu?” Tanya Sungyeol. Ini kekhawatiran terbesarnya.
Belum lagi hubungan antaranya dirinya dan gadis itu yang belum kunjung membaik.
Dan cepat atau lambat Hye Ra juga pasti akan mengetahui hubungan antara dirinya
dan Haesa.
“Tidak.”
Jawaban singkat yang dikatakan Haesa membuat Sungyeol sedikit tenang. Itu
berarti Hye Ra tak membawa-bawa hubungan buruk mereka untuk Sunggyu dan Hesa.
“Hanya saja…”
Sungyeol
menunggu jawaban Haesa selanjutnya dengan tegang.
“Itu
akan terjadi asal aku melepaskan satu antara kau dan Hoya untuknya,” lanjut
Haesa.
“Maksudmu?”
desak Sungyeol tak sabar.
“Apa
kalian bertengkar?”
“Tidak.”
Sungyeol berbohong. Dan ia berusaha menutupi kebohongannya dengan melanjutkan
kembali memakan pasta buatan adiknya.
Haesa
berdecak kesal. “Kau tidak bisa membohongiku.”
***
Hoya
dan Hye Ra baru saja keluar dari toko tadi. Mereka sekarang akan menyusul ke
tempat Dongwoo dan Myungsoo berada. Namun dalam perjalanan, mereka sedikit
mengalami hambatan karena di sana mereka bertemu dengan Hyoyeon yang berjalan
bersama Hyunsik.
“Noona,”
gumam Hoya mendapati kakaknya di sana. Mereka semua bahkan sudah saling
berhadapan.
“Noona?”
Hye Ra yang terkejut dengan ucapan Hoya, ikut berujar namun nyaris tanpa suara.
Beberapa
saat, keheningan mendominasi mereka. Hyunsik menatap Hye Ra karena merasa
pernah bertemu dengan gadis itu. Sementara Hyoyeon menatap Hye Ra sedikit tak
suka karena ia melihat kalung yang sering ia lihat di pakai oleh Sungyeol,
namun hari ini kalung tersebut ia lihat ada pada Hye Ra.
“Dia
kekasihmu?” Tanya Hyoyeon. Masih menunjukkan tatapan tak sukanya. Sementara
Hoya tampak memikirkan jawaban atas pertanyaan kakaknya.
Di
sisi lain, Hye Ra juga menyadari bahwa Hyoyeon adalah gadis yang beberapa waktu
lalu ia lihat bersama Sungyeol di taman. Hyoyeon bahkan tak sungkan-sungkan
memeluk Sungyeol. “Bukan.” Hye Ra berkata tegas.
“Cepat
pulang. Ku tunggu di rumah Sungyeol.”
Mendengar
Hyoyeon menyebut nama Sungyeol, Hye Ra menoleh cepat. Namun Hyoyeon seperti
sengaja menghindarinya. Gadis itu bahkan sudah menarik tangan Hyunsik untuk
pergi bersamanya. Sementara Hyunsik sendiri sempat melirik Hye Ra dan Hoya
sesaat seperti berpamitan.
“Memangnya
teman ibumu itu ibunya Sungyeol?” Tanya Hyunsik ketika ia dan Hyoyeon sudah
sedikit jauh dari tempat Hoya dan Hye Ra berada.
Hyoyeon
tidak langsung menjawab, tapi ia memilih untuk menghentikan langkah dan menoleh
hingga kini mereka saling berhadapan. “Maaf. Aku belum bisa sepenuhnya
melepaskan Sungyeol. Gadis bersama Hoya tadi adalah Hye Ra. Kau ingat kan gadis
yang disukai Sungyeol saat SMA itu.”
“Jadi…”
Hyunsik yang terkejut dengan cerita Hyoyeon, tak sanggup melanjutkan ucapannya.
“Kenapa tak bilang? Kau tau kan kalau Sungyeol…”
“Iya
aku tau,” sela Hyoyeon. Hyunsik bahkan sampai bungkam di buatnya. Tak ingin
bertengkar dengan pemuda itu, Hyoyeon lebih memilih melanjutkan langkahnya.
Hyunsik
hanya bisa menghela napas melihat Hyoyeon. Ia harus sabar membantu gadis itu
melupakan Sungyeol.
***
“Aku
tak tega jika mengenalkan Bomi padamu.”
“Ayolah,
Myung.” Dongwoo tampak merengek pada Myungsoo. “Kau tega melihatku tak memiliki
kekasih? Kita bahkan sudah lulus SMA.”
Myungsoo
seperti tak mendengar perkataan Dongwoo. Ia pura-pura menikmati minuman yang di
pesannya. Hingga akhirnya, Myungsoo merasakan gelasnya di rebut seseorang.
“Hei!” serunya dan sudah ingin melancarkan protes. Namun segera ia batalkan
karena orang tersebut adalah sepupunya sendiri, Hye Ra.
“Kalian
bertengkar?” tebak Dongwoo pada Hoya yang baru saja duduk karena ia melihat Hye
Ra menunjukkan suasana hatinya yang tampak buruk.
“Jangan
salahkan Hoya,” kata Hye Ra membela Hoya. Ia kemudian menoleh tegas pada
Myungsoo. “Apa ini?” serunya sambil mengangkat gelas milik Myungsoo yang masih
di tangannya.
“Milk
shake stroberi.” Myungsoo menjawab dengan santai. Ia bahkan sempat merebut
kembali gelasnya dari Hye Ra. Dan gadis itu tak tampak protes sedikitpun.
Tiba-tiba
Hye Ra teringat minuman yang sejak pagi ia bawa. Milk shake stroberi pemberian
Woohyun untuknya. Hye Ra menghabiskannya sekaligus. Rasa itu benar-benar sangat
ia rindukan. Yaa… sangat ia rindukan. Karena…
“Ini
sudah sangat sore,” seru Hoya setelah melihat jam di tangannya. Jam ‘couple’
yang baru saja ia beli bersama Hye Ra. “Kau ingin ku antar atau pulang dengan
Myungsoo dan Dongwoo?”
Hye
Ra sempat melempar tatapan untuk Myungsoo dan Dongwoo. “Ku pikir aku akan
pulang dengan Myungsoo dan Dongwoo saja,” putusnya.
Hoya
mengangguk. “Kalau begitu aku pulang dulu,” pamitnya kemudian. Ia bahkan sempat
berpamitan dengan Myungsoo dan Dongwoo juga karena besok ia sudah akan
meninggalkan Negara ini. “Aku pulang,” ujarnya khusus untuk Hye Ra.
“Hoya!”
Hye Ra bergegas berdiri. Ia memberanikan diri mengecup singkat pipi Hoya.
“Terima kasih untuk hari ini.” Hye Ra langsung duduk kembali di kursinya. Tak
di pungkiri bahwa ia juga malu melakukan hal tadi. Myungsoo dan Dongwoo hanya
tercengang melihat aksi berani Hye Ra. Namun ketika Hye Ra memergoki, mereka
pura-pura seakan tak melihat.
Hoya
sendiri kini sudah membalikkan badan lalu menjauh bahkan sampai tak sanggup
berkata-kata. Ia memegangi pipinya yang baru saja mendapatkan kenangan termanis
yang diberikan Hye Ra. Ia tak akan melupakan hari ini seumur hidup.
***
Haesa
tampak membersihkan peralatan dapur yang ia gunakan tadi. Termasuk juga piring
dan gelas kotor milik Sungyeol. Sementara pemuda itu tampak baru saja selesai
mandi. Rambutnyapun tampak basah. Setelah selesai, Haesa menyusul Sungyeol.
Tepat ketika pemuda itu ke luar dari kamarnya yang baru saja berganti pakaian.
“Anak
teman-teman ibu akan datang jam berapa?” Tanya Haesa sambil menyusul Sungyeol
yang berjalan menuju kamar ibunya.
“Aku
kurang tau,” kata Sungyeol tak yakin. “Tapi kau mau membantuku membereskan
rumah, kan?”
“Tenang
saja,” seru Haesa penuh semangat.
Sungyeol
menertawai Haesa sambil mengacak rambut adiknya dengan lembut. Beberapa saat
kemudian, dua kakak beradik ini sibuk membereskan kamar Sungyeol. Sesekali
Sungyeol mengalami kesulitan. Terutama ketika mengganti sprei.
“Aku
tau kau sangat payah melakukan itu,” sindir Haesa yang saat itu tengah
merapikan tumpukan buku milik Sungyeol. “Sini aku bantu,” ujarnya yang kemudian
sudah membantu Sungyeol.
Beberapa
menit kemudian, mereka telah selesai. Hanya tinggal membawa sprei dan sarung
bantal guling yang kotor ke luar.
“Kalau
kau menginap nanti, kau tidur di sini saja menemani anak temannya ibu itu.”
“Dia
perempuan?” Tanya Haesa memperjelas.
Sungyeol
mengangguk. “Katanya dia juga punya adik laki-laki yang seumuran denganmu.”
“Kalau
begitu, kau akan tidur di mana nanti malam?” Haesa tampak mengkhawatirkan
kakaknya itu. Terlebih di rumah itu hanya tersedia dua kamar.
“Aku
bisa tidur di ruang tivi.”
Haesa
tampak mengangguk mengerti. “Kita hanya tinggal membawa itu, kan?” tunjuknya
pada tumpukan kain di salah satu sudut kamar Sungyeol. Haesa sudah hampir
mendekati, namun Sungyeol mencegahnya.
“Biar
aku saja yang membawanya ke luar.”
Haesa
mengikuti langkah Sungyeol yang sudah lebih dulu meninggalkan kamar. Ia
tersenyum melihat kelakuan kakaknya. Kali ini Sungyeol tampak menggeser meja
dan sofa agar memberi tempat kosong di tengah ruangan yang mungkin menjadi
ruang tidur dirinya nanti malam. Sementara Haesa menuju dapur dan berniat
membuatkan minuman untuk Sungyeol.
Saat
Haesa kembali, Sungyeol sudah duduk di sofa. Sedikit beristirahat. Haesa
langsung duduk tepat di samping kakaknya sambil menyodorkan secangkir kopi
untuk Sungyeol.
“Kapan
ibu pulang? Aku sudah tak sabar ingin bertemu dengannya.”
Sungyeol
langsung teringat sesuatu. “Baru saja ingin ku ceritakan. Ibu tadi menelpon.
Urusannya masih belum selesai. Mungkin nanti malam baru akan pulang.”
Haesa
tampak sedikit kecewa dengan apa yang dikatakan Sungyeol. Buru-buru Sungyeol
merangkul Haesa dengan satu tangan agar adiknya sedikit terhibur.
“Jangan
sedih. Kau akan berada di sini selama liburan. Dan bisa ku pastikan ibu tidak
akan mengurusi restoran,” ujar Sungyeol.
Seketika
wajah Haesa tampak berbinar. Dan setelah itu, terdengar suara seseorang menekan
bel rumah. Sungyeol menyodorkan cangkir di tangannya pada Haesa.
“Biar
ku lihat siapa yang datang.” Sungyeol langsung bergegas ke luar rumah. “Kalian?
Apa ada yang tertinggal?” tanyanya heran karena melihat Hyoyeon dan Hyunsik
yang berada di sana. Seingatnya, mereka sudah berpamitan tadi pagi.
“Hyoyeon
mencari rumah teman ibunya,” jelas Hyunsik.
Hyoyeon
sendiri sudah menyodorkan ponselnya yang berisi alamat sebuah rumah. “Ini alamatnya.”
Sungyeol
meneliti alamat tersebut. “Ini alamat rumahku. Jadi kau yang…” Sungyeol tampak
tak bisa melanjutkan ucapannya.
“Ternyata
yang kau bilang pada Hoya justru benar terjadi,” seru Hyunsik sedikit menggoda
gadis di sampingnya itu.
“Hoya?
Waah, kebetulan sekali. Ada adikku di dalam. Hoya akan punya teman nanti di
sini,” kata Sungyeol semangat. Namun ia tak tau jika antara Hoya dan Haesa
pernah terlibat dalam suatu masalah yang sama. “Ayo masuk,” ajaknya. Lalu
tatapan Sungyeol berhenti pada Hyunsik. “Dan kau!” Ia merangkul pemuda
tersebut. “Harus menginap di sini juga!” putusnya dan tak ingin ada penolakan.
“Terserah
kau,” kata Hyunsik tampak pasrah.
Sungyeol
mengajak Hyoyeon dan Hyunsik ke dalam dan mempertemukan mereka pada adiknya,
Haesa. “Itu adikku,” kata Sungyeol memperkenalkan Haesa. “Kalian pernah bertemu
tapi tak sempat ku kenalnya secara baik-baik.”
“Aku
Hyoyeon.” Gadis itu mengulurkan tangannya lebih dulu. “Maaf untuk yang waktu
itu.”
Haesapun
membalasnya. “Tidak apa. Aku Haesa.”
Tak
lupa Sungyeolpun mengenalkan Hyunsik pada adiknya.
“Kalian
pasti belum makan? Sebentar lagi Hoya akan sampai dan dia juga akan membawakan
makanan untuk kita,” jelas Hyoyeon.
“Terima
kasih. Oh iya. Kau bisa gunakan kamarku.” Sungyeol menunjuk sebuah pintu.
Hyoyeon
tampak menuju kamar yang dimaksud Sungyeol. Sementara Sungyeol mengajak Hyunsik
untuk duduk. Dan mereka tak memperhatikan perubahan sikap Haesa ketika Hyoyeon
menyebut nama ‘Hoya’. Kini gadis itu tampak sibuk dengan pikirannya sendiri.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar