Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu,
Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa
Support cast :
SNSD (Hyoyeon), BtoB (Sungjae, Hyunsik, Peniel)
Genre
: teen romance, family
Length : part
***
“Hyung,
aku kembali ke ruanganku dulu sebentar,” pamit Sungyeol. Setelah Woohyun
mengangguk, Sungyeol langsung melesat pergi meninggalkan dapur.
Woohyun
sempat mengawasi sosok Sungyeol hingga menghilang di balik pintu. Ia kemudian
menatap gelas di hadapannya. “Bukankah kau tau jika aku tak menyukai milk shake
seperti ini?” gumam Woohyun, seakan berbicara pada minuman itu. Tapi ia juga
tak mungkin membuangnya.
Woohyun
mencari-cari sesuatu di dalam rak. Ia akhirnya menemukan sebuah botol. Kemudian
Woohyun membawanya untuk wadah milk shake stroberi. Ia berniat membawa minuman
itu pulang. Dan mungkin akan ia berikan untuk Hye Ra. Buru-buru Woohyun
memasukkannya ke dalam ransel sebelum rekan kerjanya yang baru bahkan mungkin
Sungyeol muncul.
Sementara
di dalam ruangannya, kini Sungyeol memeriksa laci di meja kerjanya. Ia
menyambar ponselnya yang tergeletak di sana. Kemudian ia juga mematikan laptop
yang sejak tadi menyala. Sambil menunggu, pikiran Sungyeol melayang kembai ke
dapur tempat ia meninggalkan Woohyun sendirian.
“Kenapa
aku membuatkan Woohyun hyung milk shake?” gumamnya menyalahkan diri. “Dia sama
sekali tak suka minuman itu,” lanjut Sungyeol. Sedikit merasa bersalah karena
ia yang selalu menekankan hal tersebut pada Jeongmin dan Hyunseong. Tapi kini
justru ia yang melupakannya. Terlebih ia juga ingat bahwa tadi Woohyun sama
sekali belum menyentuh minuman tersebut.
Buru-buru
Sungyeol kembali ke tempat Woohyun berada. “Hyung!”
Woohyun
yang tengah menyusun piring-piring bersih, langsung menoleh. “Ada apa?”
Sungyeol
tak menjawab. Ia mengedarkan pandangannya ke tiap sudut dapur. Bahkan meja
ketika ia dan Woohyun makan tadi sudah bersih. “Apa Woohyun hyung meminumnya?”
“Sungyeol?”
tegur Woohyun karena mendapati Sungyeol membeku di tempatnya berdiri. “Kau
kenapa?”
“Tidak
ada, hyung.” Sungyeol menyembunyikan apa yang ia pikirkan sebenarnya. “Kau baru
bekerja penuh besok. Sekarang tinggalkan saja itu semua,” lanjutnya sedikit
memerintah. Ia juga tak berani mengungkit masalah milk shake tersebut.
***
Esoknya.
Myungsoo menghentikan mobilnya tak jauh dari gerbang sekolah karena ia melihat
pemandangan yang tidak biasanya. Hye Ra baru saja datang dan di antar oleh
Woohyun. Ia juga bisa melihat ketika Woohyun memberikan sebuah botol minuman
pada Hye Ra. Gadis itu bahkan sangat senang menerima minuman pemberian Woohyun.
Minwoo yang juga berada di
sana langsung menoleh ke arah kakaknya untuk menuntut penjelasan. “Apa mereka sekarang
sedekat itu?”
“Entahlah.
Baru kemarin Hye Ra tampak frustasi mencari Sungyeol hyung.” Myungsoo menjawab
tanpa menoleh. Kemudian ia melajukan kembali mobilnya memasuki gerbang sekolah
setelah Hye Ra juga sudah ke dalam dan Woohyun sudah tak tampak lagi di sana.
“Hyung.
Semoga kau lulus,” kata Minwoo sebelum meninggalkan mobil Myungsoo lebih dulu.
Myungsoo
sendiri hanya mengangguk singkat do’a yang diberikan adiknya itu.
***
“Dongwoo!”
panggil Hye Ra ketika melihat pemuda itu baru saja hendak masuk ke dalam kelas.
Dongwoo
langsung menghentikan langkah dan menunggu Hye Ra di depan pintu masuk. “Kau
tampak ceria sekali hari ini?” komentar Dongwoo melihat suasana hati Hye Ra
yang tampak baik.
“Ku
rasa Hye Ra baru saja mendapatkan pacar.”
Hye
Ra dan Dongwoo langsung menoleh karena tiba-tiba Sungjong muncul di belakang
mereka sambil berkata seperti itu. Namun Sungjong tampak mengabaikan keduanya.
Ia menerobos ke duanya sambil menyembunyikan senyuman. Nampaknya kini Sungjong
memiliki kesenangan sendiri untuk menggoda Hye Ra.
“Benarkah?”
desak Dongwoo memastikan.
Hye
Ra langsung salah tingkah. “Apa Hoya sudah datang?” Ia justru bertanya tentang
Hoya untuk mengalihkan pembicaraan. Namun Dongwoo tak menjawab karena mereka
merasakan seseorang berhenti tepat di samping mereka. Keduanya langsung menoleh
dan mendapati Haesa di sana dengan tatapan yang sulit di artikan.
“Hey!
Apa yang kau bawa?” seru Dongwoo mengalihkan. Ia juga sempat menggeser tubuhnya
sebagai tanda agar Haesa lebih baik untuk cepat masuk ke dalam.
Hye
Ra memeriksa sesuatu dalam genggaman tangannya. Botol minum berisi milk shake
stroberi pemberian Woohyun. “Woohyun oppa yang memberikannya padaku. Dia bilang
itu dari restoran tempat ia bekerja sekarang.”
Dongwoo
melebarkan mata. “Woohyun hyung sudah tidak bekerja di café Sunggyu hyung?”
Hye
Ra mengangguk cepat. Kembali, pembicaraannya dengan Dongwoo mengalami sedikit
hambatan. Kali ini dengan kemunculan Myungsoo.
“Hoya
jadi berangkat hari ini?” Tanya Myungsoo.
Di
tempatnya, Hye Ra membulatkan mata. “Ke Jepang?”
“Nanti
siang,” kata Dongwoo menjelaskan.
“Tapi
tadi aku baru saja melihatnya datang,” seru Hye Ra.
“Hanya
sebentar. Hoya juga sudah pulang.” Setelahnya, tak ada yang kembali berbicara.
Namun sesuatu yang di genggam Hye Ra kembali menyita perhatian Dongwoo. “Milk
shake stroberi?” tebaknya.
Hye
Ra menatap botol minum di tangannya sambil mengangguk. “Woohyun oppa yang
memberikan,” jelasnya lagi tanpa di minta.
“Ku
pikir dari karyawan Sunggyu hyung yang tinggi itu.”
Mendengar
Dongwoo berkata seperti itu, Hye Ra dan Myungsoo saling melempar tatapan.
Dipikiran mereka yang di maksud oleh Dongwoo adalah Sungyeol. Tidak salah lagi.
***
Sungyeol
kini tinggal di rumah sederhana seperti yang kini di tempati Hye Ra dan
Sunggyu. Dan pagi itu tampak Sungyeol siap berangkat dengan sepeda motor yang
selalu menemaninya selama menjadi karyawan di café Sunggyu.
Pemuda
itu membatalkan niat menutup pintu pagar ketika menyadari ada seseorang di
belakangnya. Sungyeol langsung membalikkan badan untuk memastikan siapa yang
berada di sana. Hyoyeon.
“Aku
hanya ingin berpamitan. Siang ini aku kembali ke Jepang.”
Sungyeol
tak terlalu memberikan reaksi terkejut. Meski dalam hati ia lega karena mungkin
ia bisa menjalani hidup seperti apa yang ia harapkan. Dan bisa jadi ia akan
langsung menyelesaikan masalahnya dengan Hye Ra. Tapi yang membuat Sungyeol
tidak bisa menyembunyikan rasa bersalahnya adalah kehadiran Hyunsik di sana.
Pemuda itu berdiri sedikit jauh dari tempat Hyoyeon berdiri.
“Kalian
datang bersama?” tuntut Sungyeol dengan tatapan penuh Tanya pada Hyunsik.
“Aku
tidak akan menganggumu setelah ini.”
Tatapan
Sungyeol berganti untuk Hyoyeon. Gadis itu tersenyum. Bukan seperti senyum yang
selama ini ia lihat.
“Pemuda
yang menolongmu ketika kecelakaan itu adik kandungku,” jelas Hyoyeon.
Hyunsik
kini sudah bergabung berdiri dengan Sungyeol dan Hyoyeon. Sementara Sungyeol
diam membeku mendengar cerita Hyoyeon.
“Aku
belajar sesuatu darinya. Hoya melepaskan gadis yang ia cintai untuk orang lain,”
lanjut Hyoyeon.
Namun perkataan Hyoyeon
justru membuat Sungyeol bingung. Ia melirik Hyunsik untuk membantunya
menjelaskan. Hyoyeon sendiri terkekeh melihat reaksi Sungyeol.
Hyunsik
memegang pundak Sungyeol. “Kebetulan aku mendapatkan proyek di Jepang. Dan aku
akan berusaha merebut kembali hatinya,” ujarnya sambil memberikan tatapan
tersirat untuk Hyoyeon.
Sungyeol
masih sibuk mencerna ucapan Hyunsik. Namun akhirnya, perlahan ia mengerti
maksud ucapan dua orang di hadapannya. “Kalian…” Sungyeol tak melanjutkan
ucapannya karena tak percaya dengan apa yang dialami temannya itu.
“Tidak
seperti itu,” protes Hyoyeon. “Aku malu karena…”
“Jangan
bicara seperti itu.” Sungyeol menyela ucapan Hyoyeon. “Itu karena Hyunsik
memang sudah bekerja keras selama ini.”
Hyunsik
mengusap tengguknya. Malu karena Sungyeol memujinya seperti itu.
Sungyeol
melirik jam di tangannya. “Kalian membuatku terlambat ke restoran,” seru
Sungyeol pura-pura merasa terganggu. Namun ia memang harus segera bekerja.
“Sungyeol.”
Hyoyeon menahan tangan pemuda itu yang hendak mengenakan helm ke kepalanya.
“Aku menunggu kabar bahagiamu dan gadis itu.”
Sungyeol
mendesah berat. Ia tau gadis yang Hyoyeon maksud adalah Hye Ra. “Jika aku tidak
bisa mengabulkannya?” tanyanya sedikit frustasi mengingat kejadian yang membuat
hubungannya dan Hye Ra merenggang.
Hyoyeon
berusaha tersenyum. “Apapun itu. Aku ingin tetap dengar berita bahagiamu.”
Sungyeol
mengangguk setuju. Ia kemudian menoleh Hyunsik dan membalas pelukan sahabatnya
itu. “Jaga Hyoyeon seperti kau menjaga persahabatan kita,” pinta Sungyeol. “Dan
jangan lupa kirimi aku undangan jika kalian akan menikah nantinya.”
“Sungyeol!”
protes Hyoyeon.
Sungyeol
dan Hyunsik hanya terkekeh melihatnya. “Aku hanya mendoakan. Apa tidak boleh?”
Hyoyeon
tertunduk malu mendengar Sungyeol menggodanya seperti itu. “Akh, iya. Aku
hampir saja melupakan sesuatu.” Hyoyeon mengulurkan tangannya yang membawa
sebuah tas karton. “Hanya bingkisan kecil.”
“Terima
kasih.” Dengan penuh semangat, Sungyeol menerimanya.
***
“Kau
pikir bisa pergi begitu saja dariku?”
Hoya
yang baru saja berjalan beberapa meter dari depan apartemennya sambil menggeret
sebuah koper besar serta ransel di punggungnya, langsung menghentikan langkah
ketika mendengar suara seseorang. “Hye Ra?” seru Hoya sedikit gugup karena
melihat gadis itu muncul di hadapannya. Hye Ra bahkan masih mengenakan seragam
sekolahnya.
Flashback…
Pagi
itu Woohyun mengantar Hye Ra pergi ke sekolah. Tepat bersamaan dengan
melintasnya motor Hoya memasuki gerbang sekolah. Tanpa sadar ketika baru turun
dari motor Woohyun, pandangan Hye Ra mengikuti arah perginya Hoya. Dan Woohyun
menyadari itu. Tapi pemuda tersebut sama sekali tak mempermasalahkannya.
“Itu
Hoya, kan?”
“Hmm?”
Hye Ra menoleh cepat.
“Benar
dia akan pindah ke Jepang?” Tanya Woohyun memastikan. Ia memang sudah mendengar
cerita tentang Hoya, Haesa dan Sungjong. Sementara Hye Ra hanya menjawab dengan
anggukan. “Kapan?”
Hye
Ra mengangkat bahunya, malas. “Tidak tau.”
“Kau
masih memiliki perasaan padanya?” seru Woohyun sedikit berbisik.
“Jangan
ingatkan itu.” Hye Ra sempat menoleh sesaat, lalu kembali membuang
pandangannya. “Aku sudah milikmu, oppa.” Malu-malu Hye Ra meraih tangan
Woohyun.
Woohyun
tampak mengangguk mengerti sambil tersenyum mendapat perlakuan seperti itu dari
Hye Ra. “Kenapa tak kau ajak Hoya berkencan sebelum dia pindah?”
“Apa?”
pekik Hye Ra. Ia melotot galak ke arah Woohyun. Ia bahkan sampai melepaskan
tangan Woohyun. “Bagaimana bisa oppa menyuruh pacar oppa sendiri berkencan dengan
pemuda lain?”
Woohyun
justru terkekeh mendengarnya. “Aku tau kau, Hye Ra.” Woohyun membuka tasnya dan
mengeluarkan sebotol minuman yang kemudian ia berikan untuk Hye Ra. Gadis itu
melempar tatapan penuh Tanya padanya. “Milk shake…”
“Stroberi?”
lanjut Hye Ra riang. Ia bahkan langsung menyambar botol di tangan Woohyun.
Tak
lama setelahnya, Hye Ra langsung kembali ke kelas. Ia memikirkan perkataan
Woohyun tadi. Setidaknya mereka memiliki sedikit kenangan.
Flashback end…
“Kau
tidak akan berangkat sekarang juga, kan?” Tanya Hye Ra hati-hati. “Kita tidak
memiliki kenangan manis sedikitpun. Meski dalam hubungan pertemanan sekalipun.”
Hoya
melirik jam tangan, lalu memeriksa ponselnya. “Sebenarnya aku hanya
meninggalkan apartmen hari ini. Dan baru akan benar-benar pergi besok.” Hoya
mendongak memastikan keberadaan Hye Ra. “Apa kau sudah tau semuanya?”
“Hmm?
Tentang…?”
“Tentang…”
Hoya tak langsung menyelesaikan kalimatnya. Mendadak pemuda itu menjadi sedikit
gugup. “Ya semuanya.”
“Tapi
banyak yang… Hey! Hoya!” seru Hye Ra karena Hoya justru telah menarik
tangannya. Mereka melesat masuk ke dalam lift. Hoya bahkan mengabaikan semua
pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan Hye Ra.
Hoya
menutup bagasi mobil setelah memasukkan kopernya ke dalam sana. “Bisakah kita
pergi kencan untuk yang pertama dan yang terkahir kalinya?” pinta Hoya.
Hye
Ra membeku mendengarnya. Yang dikatakan Hoya sama persis seperti maksud
tujuannya ke sana.
“Atau
kau mau aku meminta ijin pada kekasihmu?” sela Hoya.
“Eh?
Maksudmu?” Tanya Hye Ra bingung. Tidak mungkin pemuda itu tau bahwa ia kini
berpacaran dengan Woohyun.
“Pemuda
tinggi yang menolongmu tenggelam di sekolah waktu itu. Ku pikir dia kekasihmu.”
Hye
Ra meremas ujung kemejanya. Tadi pagi Dongwoo. Dan sekarang Hoya yang menyangka
dia berpacaran dengan Sungyeol, bukan dengan Woohyun seperti yang terjadi
sebenarnya.
“Sudahlah,
lupakan.” Hoya langsung mengalihkan pembicaraannya karena melihat perubahan
raut wajah Hye Ra. “Apa Hye Ra tau
tentang kecelakaan yang menimpa Sungyeol hyung?” Namun pemuda itu tak
sampai hati untuk menanyakannya. Yang harus ia lakukan sekarang adalah mengukir
sedikit saja kenangan manis sebelum ia meninggalkan tempat ini. “Bisa pergi
sekarang?”
Buru-buru
Hye Ra mengangguk lalu mengikuti Hoya masuk ke dalam mobil.
Hoya
mulai menjalankan mobilnya dan meninggalkan apartmen. “Dongwoo?” seru Hoya
tanpa suara. Di luar sana ia melihat sosok Dongwoo bersama Myungsoo di seberang
gerbang apartmennya. “Dongwoo pasti
menceritakan semuanya.” Meski demikian, Hoya bisa bernapas lega untuk
masalah itu.
“Itu
mereka!” seru Dongwoo sedikit mengagetkan Myungsoo. “Ayo cepat!”
Myungsoo
langsung menurut dan memasuki mobilnya. Namun di tengah-tengah berkonsentrasi
mengemudi, Myungsoo seperti teringat sesuatu tentang mobil yang dikendarai Hoya
tersebut. Mobil tersebut mengingatkannya dengan mobil yang pernah di kendarai
Sungyeol.
***
Mereka
memulainya dengan makan siang. Sepulang sekolah, Hye Ra memang belum sempat
mengisi perutnya. Tapi gadis itu sudah mengganti bajunya ketika sampai di
sebuah pusat perbelanjaan yang mereka kunjungi saat itu.
“Aku
ke kasir sebentar,” pamit Hoya.
Hye
Ra hanya mengangguk meresponnya sambil menyeruput kembali minuman yang ia
pesan. Milk shake stroberi. Gadis itu tak sanggup menghabiskannya. Bukan karena
sudah merasa kenyang. Perlahan Hye Ra menjauhnya gelasnya ke tengah meja.
Dilihatnya minuman milik Hoya sudah habis. Lalu ia teringat sesuatu di dalam
tasnya. Minuman itu masih utuh.
“Harusnya
aku tidak memesan milk shake stroberi tadi,” sesalnya.
“Apa
Dongwoo juga yang menyarankanmu untuk menemuiku?” seru Hoya yang tiba-tiba
muncul sambil menghempaskan tubuhnya ke kursi. Ia menunjukkan rau wajah sedikit
kesal.
Hye
Ra menggeleng polos. “Ini keinginanku.”
Hoya
merasakan tenggorokannya seperti tercekat mendengar pengakuan Hye Ra. “Lebih baik aku mendengarnya berbohong,” ujarnya
dalam hati. Apa yang di ucapkan Hye Ra tadi memang menjadi beban tersendiri
untuknya.
“Memangnya
kenapa?”
“Dongwoo
dan Myungsoo mengikuti kita,” kata Hoya tak suka.
Hye
Ra menatao Hoya, bingung. “Ku pikir mereka meninggalkanku di apartmenmu.” Gadis
itu lalu mengeluarkan ponselnya. “Aku akan menyuruh mereka berhenti mengikuti
kita.”
“Jangan!”
cegah Hoya.
“Bukannya
kau tidak nyaman…”
“Biarkan
saja. Ku pikir itu bisa menjadi kesenangan tersendiri untukku di hadapan
mereka,” ujar Hoya penuh semangat. “Ayo pergi ke tempat lain,” lanjutnya yang
tak lupa meraih tangan Hye Ra untuk ikut bersamanya.
Setelah
itu, Hoya dan Hye Ra melanjutkan acara kencan mereka ke arena permainan. Hoya
langsung menarik gadis itu ke arena permainan basket. Hanya Hoya yang
memainkan. Hye Ra menolak dengan alasan, ia ingin melihat Hoya bermain. Dan Hye
Ra juga mengabadikannya dengan memoto Hoya menggunakan kamera ponselnya.
“Bagaimana
jika setelah ini kita ‘photo box’?” tawar Hye Ra. Dan ketika Hoya
menyetujuinya, gadis itu langsung menarik tangan Hoya ke luar dari arena
permainan.
Puas
bernarsis ria, Hoya dan Hye Ra langsung melihat-lihat hasil foto mereka.
“Tidak ada yang bagus,”
cela Hoya. Ia bahkan sudah bersiap seperti ingin merobek foto mereka.
“Apa
yang kau lakukan?” pekik Hye Ra sambil menyambar lembaran foto di tangan Hoya.
“Lebih baik aku saja yang menyimpan,” serunya kesal. Hye Ra bahkan sudah
memasukkan semua foto ke dalam tasnya.
“Aku
hanya bercanda. Apa tidak ada satupun yang boleh ku bawa ke Jepang?” rayu Hoya.
Hye
Ra menggeleng tegas. “Aku tau kau sudah mengoleksi beberapa fotoku yang di
ambil diam-diam oleh Dongwoo. Ayo ke tempat lain.”
Hoya
hanya terkekeh melihat tingkah Hye Ra. Terutama ketika gadis itu dengan leluasa
menarik tangannya. Meski tak dipungkiri, ia juga sedikit kesal karena rahasia
tentang foto Hye Ra yang ia dapat dari Dongwoo juga di bongkar oleh pemuda itu.
Ia bahkan sempat melirik ke belakang untuk memastikan bahwa Dongwoo dan
Myungsoo masih penuh semangat mengikuti mereka. Dan ia tersenyum puas
melihatnya.
Di
tempatnya berada, Dongwoo hanya bisa menahan kesal melihat Hye Ra memperlakukan
Hoya seperti itu. “Kita akhiri saja!” serunya, frustasi.
Buru-buru
Myungsoo menahan kerah seragam Dongwoo sambil berdecak kesal. “Tak akan ku
biarkan kau pergi. Kita harus tetap mengawasi mereka!” Paksanya. Myungsoo
bahkan sampai menarik dengan kasar tubuh Dongwoo agar tetap bersamanya.
***
Sungyeol
mengunjungi Woohyun yang masih berkutat dengan pekerjaannya di dapur. “Jangan
terlalu keras bekerja, hyung.”
“Oh,
Sungyeol?” seru Woohyun yang tampak senang dengan kunjungan Sungyeol di sana.
“Jika aku tidak menyelesaikan ini, restoranmu bisa hancur perlahan.”
Sungyeol
tertawa geli mendengarnya.
Dari
arah dalam, muncul seseorang berseragam sama seperti Woohyun menghampiri
mereka. “Biar aku lanjutkan, hyung. Kau bisa istirahat sebentar.”
“Peniel
benar,” kata Sungyeol menyetujui saran karyawannya itu yang kini justru sudah
mengambil alih pekerjaan Woohyun.
“Baiklah.
Itu sebentar lagi selesai.” Woohyun akhirnya mengalah. “Aku ke dalam sebentar,”
pamitnya sambil menepuk pelan pundak Sungyeol.
“Hyung,
aku pulang duluan, ya.” Sungyeol berteriak karena Woohyun sudah terlanjur masuk
ke dalam.
Woohyun
memunculkan kembali wajahnya dari balik pintu. “Apa kau sedang ada kerjaan di
luar?” Woohyun balik bertanya. Mereka sudah terlalu akrab sejak masih di café
Sunggyu.
“Ada
sesuatu yang harus ku kerjakan. Anak teman ibu yang kemarin itu nanti malam
akan menginap sebelum mereka terbang ke Jepang besok.” Sungyeol bahkan tak
segan-segan bercerita panjang lebar pada Woohyun.
“Memang
kemarin kau jadi bertemu dengan mereka?” lanjut Woohyun. Ia juga sambil
mengingat-ingat kejadian kemarin.
Sungyeol
justru mengusap tengkuknya. “Tidak, hyung.” Ia berujar polos. Di tempatnya,
Peniel juga sedikit terkekeh melihat Sungyeol.
“Dasar
kau. Ya sudah ya.” Kali ini Woohyun benar-benar menutup pintu yang mengarah ke
bagian belakang restoran. Tempat mereka mendapat kiriman bahan makanan. Di sana
juga baru saja pergi sebuah truk pengantar bahan makanan mereka.
Woohyun
mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Sungyeol benar-benar memberikan
kebebasan karyawannya memegang ponsel. Persis seperti yang biasa dilakukan
Sunggyu. Namun karena Woohyun menghargai pekerjaannya dan Sungyeol juga, ia
lebih memilih mematikan ponsel ketika bekerja. Dan kali ini ia memiliki
kesempatan untuk mengaktivkannya kembali.
Pemuda
itu berniat untuk menelpon Hye Ra. Langsung saja ia menekan panggilan cepat
atas nama gadis itu. “Hei… Kau jadi pergi dengan Hoya?”
“Iya, oppa. Aku di pusat perbelanjaan,” kata
Hye Ra yang saat itu baru saja ke luar dari arena bermain. Ia bahkan sampai
sedikit menjauh dari Hoya ketika menerima panggilan dari Woohyun. “Oppa, maaf.”
“Kenapa
justru kau yang meminta maaf?” seru Woohyun heran. “Kan aku juga yang
menyarankannya.”
Hye
Ra tak berani menjawabnya.
Woohyun
terkekeh karena membayangkan betapa Hye Ra merasa bersalah. “Sudahlah. Kau
bersenang-senang saja dengan Hoya. Nanti malam aku yang akan ke rumahmu. Aku
juga ingin bertemu Sunggyu hyung,” kata Woohyun mengalihkan. Ia tau jika Hye Ra
sudah tak bisa berkata apa-apa.
“Aku akan menunggumu, oppa.”
“Baiklah.
Salam untuk Hoya,” goda Woohyun yang bahkan sudah menutup telpon sebelum Hye Ra
meresponnya.
“Oppa!”
Hye Ra masih saja memanggil-manggil Woohyun. Namun sambungan sudah terputus.
“Bagaimana bisa dia menitip salam untuk seseorang yang sedang pergi bersama
kekasihnya sendiri?” cibirnya pelan tanpa ingin mencurigakan Hoya.
“Kekasihmu?”
tebak Hoya.
Hye
Ra hanya menghela napas dan tak berniat menjawab. Sementara tangannya
memasukkan kembali ponsel ke dalam saku celananya.
“Pemuda
di kolam renang?” Tanya Hoya lagi tak menyerah begitu saja.
Hye
Ra menoleh cepat.
Melihat
itu Hoya bisa langsung menarik kesimpulan bahwa pemuda tersebut bukan Sungyeol.
“Bukan Dongwoo juga, kan? Karena dia dan Myungsoo masih mengikuti kita.”
Hye
Ra mengikuti arah pandangan Hoya. Hanya beberapa meter di belakang mereka,
Myungsoo dan Dongwoo tengah berpura-pura melihat barang-barang yang terpajang
di etalase sebuah toko untuk menghindari kecurigaan Hoya dan Hye Ra. Meski
sudah jelas keberadaan mereka sudah terbaca sejak awal.
“Sudahlah.
Kita tidak punya banyak waktu.” Hye Ra kembali menarik tangan Hoya sekaligus
mengakhiri pembicaraan mereka tentang siapa kekasih Hye Ra.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar