Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast :
·
B2ST/Beast Lee Gikwang
·
Infinite Lee Howon (Hoya)
·
SNSD Im Yoona
·
A-Pink Jung Eun Ji
Support cast :
·
Other member B2ST/Beast, Infinite and SNSD
·
Yong Hwa, Lee Jonghyun CN Blue
·
Jonghyun, Minho and other member Shinee
·
Member Super Junior, A-Pink, F(X)
Genre
: romance, family,
friendship
Length : chapter
***
“Eun
Ji…” lirih Yoona saat berpapasan dengan cewek itu di koridor sekolah. Kemarin
ia memang berhasil melepaskan diri dari sosok Howon. Namun ia tidak tahu jika
Howon justru tidak berbuat apa-apa untuk memperbaiki hubungannya dengan Eun Ji.
“Lo
tau, kan? Hoya cowok gue?” desis Eun Ji yang masih merasa kecewa dengan Yoona.
“Gue
tau tapi…”
“Yoona
nggak salah!” sela Howon yang tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapan Eun Ji
dan menghalangi Yoona yang kini berada di belakangnya.
Eun
Ji tersenyum pahit. “Kalau emang lo udah nggak mau jadi cowok gue, ngomong
baik-baik. Bukan dengan cara kampungan kayak gini.” Eun Ji berkata sedikit
kasar sambil melirik tak suka pada Yoona.
“Lo
pikir cara lo nggak kampungan?” balas Howon, namun Eun Ji sudah lebih dulu
berbalik dan meninggalkan mereka.
Yoona
yang sudah malas berurusan sama Howon, lebih memilih berbalik dan berniat pergi
ke arah yang berlawanan dengan Eun Ji. Namun seseorang sudah lebih dulu
menghalangi jalannya “Ini, lagi! Mau apa lo?” serunya kasar. “Janji mau
ngehubungin gue, tapi sampe sekarang nggak ada kabar.”
Howon
sontak berbalik dan mendapati Yoona sudah bersama Gikwang di belakangnya.
“Dari
siang nomor lo nggak aktif, Yoon.” Gikwang terdengar membela diri. Dan Yoona
tidak berhasil membalas kata-katanya.
Yoona
sendiri sedang tidak ingin berurusan dengan dua cowok tersebut. Ia lebih
memilih menghindari ke duanya dengan bergegas pergi dari sana. Howon sudah
ingin menyusul, namun Gikwang lebih dulu mencegahnya dengan menghalangi Howon
menggunakan tas karton di tangannya. Gikwang bahkan sampai memberikan paksa
benda tersebut yang jatuh tepat di dada Howon. Kemudian ia menyusul Yoona pergi
dari sana.
Sesampainya
di kelas, Gikwang langsung menuju mejanya dengan harapan ia bertemu Yoona.
Namun yang ia dapati justru Yoseob yang kini menempati kursi Yoona.
“Sorry, Kwang. Ini pemaksaan,” seru
Yoseob setengah bersalah sambil menunjuk ke arah meja yang biasa ia tempati
bersama Tiffany. Di kursinya tampak ditempati oleh Yoona.
Melihat
itu, Gikwang hanya mampu mendesah pasrah. “Gapapa kok, Seob.” Ia kemudian
menghempaskan tubuh ke kursinya.
***
Sepulang
sekolah, Howon sengaja mengulur waktu untuk sampai ke rumah. Ia bahkan tidak
pulang bersama Minho dan Sulli seperti biasanya. Cowok itu lebih memilih
menumpang bus setelah ia melihat Yoona yang mengendarai motornya melintas di
depan halte tempat Howon menunggu sekarang.
Sesampainya
di rumah, suasa yang ia dapati cukup sepi. Howon melangkah masuk tanpa suara.
Ia juga sampai melangkah sepelan mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan.
“Ibu
nggak akan meninggalkan kalian. Kita tetap akan tinggal di sini selamanya
dengan ada atau tanpa kehadiran ayah kalian.”
Langkah
Howon terhenti saat mendengar suara parau ibunya. Saat mengintip dari balik
pilar, ia menemukan Minho sedang memeluk Ga In juga Sulli. Namun yang membuat
Howon membulatkan mata bukan karena pemandangan di depannya. Melainkan sebuah
kaos sepakbola yang berada digenggaman tangan Ga In. Secepat mungkin Howon
mendekat dan menyambar benda itu. Benar saja. Ia seragam sepakbola milik
Gikwang yang sempat ia pakai.
“Lo
apa-apaan sih, Won!” protes Minho karena ia menganggap Howon telah bersikap
tidak sopan pada ibunya.
Howon
tidak mempedulikan Minho. Ia lebih memilih menatap Ga In dan menuntut
penjelasan. “Siapa pria bersama Gikwang kemarin?”
“Won!”
desis Minho agar Howon tidak terlalu emosional.
Howon
sontak menatap tajam ke tempat Minho berada. “Gue butuh kepastian tentang bokap
kandung gue, Min! Lo liat sendiri kan kejadian dua hari lalu?”
Sulli
berinisiatif memeluk Ga In yang perasaannya kembali terguncang. “Mas, ngomong
pelan-pelan sama ibu,” serunya memperingatkan.
“Bu…”
Howon berusaha melunak. “Kalau ibu mau menceritakan semuanya, aku rela
bener-bener dilarang bermain bola sampai kapan pun. Aku harus mastiin, Gikwang
saudara aku atau bukan. Tapi aku harap memang bukan.”
Diam-diam,
Sulli merasakan hatinya mencelos. Gikwang, pemuda yang ditaksirnya justru
dibenci oleh kakaknya sendiri. Dan yang lebih mengkhawatirkan adalah jika
Gikwang juga kakaknya.
***
Di
tempat berbeda, Yoona juga tampak baru tiba di rumahnya. Kedatangan cewek itu
langsung disambut oleh Doojoon yang sepertinya memang sengaja menunggu di sana.
Karena saat Yoona sampai, ia langsung mencegah adiknya untuk memasukkan motor
ke dalam halaman rumah.
“Apaan sih, bang?” protes
Yoona.
“Jonghyun
nunggu lo di Phoenix apartmen.”
Yoona
berdecak malas. “Mau ngapain lagi, sih?” keluhnya.
“Yoon,
kalau lo emang udah nggak nyaman sama cara pacaran kalian, lebih baik selesain
sekarang juga. Jonghyun besok balik ke Surabaya. Sekarang waktu yang tepat
untuk lo temuin dia. Sepupunya bernama Yong Hwa. Lo bisa cari tau sendiri kalau
udah di sana,” kata Doojoon panjang lebar.
Yoona
tertegun sesaat. Ia akhirnya mengangguk. Gikwang, Howon, Jonghyun. Masalah ke
tiga cowok itu dengannya harus segera terselesaikan satu-persatu. Dimulai dari
Jonghyun karena cowok itu akan segera meninggalkan kota ini.
Dengan
memaksakan mood-nya, Yoona kembali
meninggalkan rumahnya bahkan sebelum ia sempat masuk untuk sekedar beristirahat
sebentar.
***
“Gimana
temen lo, Yong?”
Yong
Hwa menghempaskan tubuh di samping Lee Jonghyun, sepupunya. “Ada-ada aja emang
tuh si Sunggyu,” serunya seakan tak habis pikir. Ia memang baru saja dari rumah
sakit menjenguk Sunggyu.
“Besok
gue balik ke Surabaya, Yong.”
Yong
Hwa memutar badannya menghadap Lee Jonghyun. “Kok buru-buru banget, sih? Masih
liburan, juga!”
Lee
Jonghyun terkekeh karena wajah kecewa Yong Hwa. Jelas saja sepupunya selama ini
hampir selalu tinggal seorang diri. Tentu Yong Hwa cukup merasa terhibur saat
Lee Jonghyun menemaninya di sana.
“Gue
mau persiapan kuliah, Yong. Gue juga nggak enak lama-lama cuti sama klub bola
gue. Lo juga punya klub bola, kan?” Lee Jonghyun mencoba menghibur. Cukup lama
mereka terdiam. Sampai akhirnya, Lee Jonghyun kembali bersuara. “Terus, temen
lo itu sama siapa di rumah sakit?” tanyanya mencoba mengalihkan pembicaraan
mereka. Ia juga sambil meraih bantalan sofa di dekatnya.
“Ada
temen gue yang namanya Jonghyun itu loh, Jong. Terus, tadi juga sih lagi ada
Myungsoo, adiknya Sunggyu.” Yong Hwa berbicara tanpa mengawasi Lee Jonghyun.
Sepupunya itu sedang terpaku karena tak sengaja menemukan selembar foto yang
terjatuh saat ia mengambil bantalan sofa tadi.
“Ini
siapa?” tanya Lee Jonghyun. Ia pura-pura tidak mengenal sosok dalam foto
tersebut. Namun nada bicaranya cukup menyelidik. Dan tentu tanpa sepengetahuan
Yong Hwa.
Tanpa
ada rasa curiga, Yong Hwa meraih foto dalam tangan Lee Jonghyun. “Oh… ini sih
gebetannya Gikwang,” serunya cepat. “Pantes aja Gikwang nyariin, ternyata
fotonya jatoh di sini,” ujar Yong Hwa lagi dan dengan santainya meletakkan foto
Yoona tadi di atas meja kecil di sampingnya.
“Gikwang?”
ulang Lee Jonghyun.
“Iya,
salah satu temen deket gue juga. Dulu kayaknya lo pernah gue kenalin, deh. Itu
loh, dia yang ngefans banget sama pelatih bola Im Seulong.” Yong Hwa seperti
berusaha mengingatkan Lee Jonghyun akan sosok Gikwang.
Sekilas
Lee Jonghyun memang langsung teringat sosok Gikwang. “Lo kenal sama cewek itu?”
tanyanya dengan nada dibuat sesantai mungkin.
Yong
Hwa tampak berpikir sesaat. “Nggak terlalu, sih. Tapi yang gue tahu, dia itu
juga deket sama adiknya Sunggyu. Si Myungsoo.”
Lee
Jonghyun hanya bisa meneguk ludahnya mendengar penuturan Yong Hwa tadi. Ia juga
tak habis pikir dengan Yoona. Dan tentu saja cerita tentang Gikwang yang dekat
dengan Yoona, juga tentang Myungsoo yang juga dekat dengan ceweknya, sukses
meracuni otak cowok itu.
Yong
Hwa kemudian tampak berdiri sambil mengibas-ngibaskan bagian leher kaosnya.
“Gue mandi dulu ya, Jong. Abis ini kita ke luar cari makan.” Cowok itu kemudian
melesat begitu saja tanpa menunggu reaksi apa pun dari Lee Jonghyun.
***
Yoona
baru saja memarkirkan motornya setelah sampai di apartmen yang dimaksudkan oleh
Doojoon tadi. Ia kemudian memeriksa ponselnya yang sama sekali belum ia
keluarkan dari dalam tas. Dan ternyata apa yang dikatakan Gikwang benar.
Ponselnya dalam keadaan mati total. Belum lagi, ia memang tidak memeriksanya
dari kemarin setelah frustasi menunggu telepon yang dijanjikan Gikwang.
Cewek
itu terpaksa tetap melangkah masuk dengan mengandalkan satu nama, yaitu Yong
Hwa. Cuma itu petunjuknya untuk bisa bertemu dengan Lee Jonghyun, cowok yang
masih berstatus sebagai pacaranya.
Yoona
melangkah masuk dan tujuan pertamanya adalah lift. Ada orang yang baru saja
masuk dan kemungkinan besar bisa ia tanyai tentang Yong Hwa. Segera saja Yoona
menekan tombol ‘buka’ sebelum pintu lift benar-benar tertutup. Dan ternyata
orang yang ia lihat masuk ke sana tadi adalah Gikwang. Tentu Yoona sudah tidak
bisa kabur karena pintu lift sudah terlanjur tertutup dan ia jugs sudah
terlanjur melesat masuk.
“Kok
lo bisa ada di sini, Kwang?” seru Yoona mengalihkan keterkejutannya..
“Harusnya
gue yang tanya,” balas Gikwang santai dan berusaha tak terpengaruh dengan cewek
itu. “Gue sama bokap tinggal di apartmen ini,” jelasnya kemudian.
Yoona
hanya tertunduk mendengar pengakuan Gikwang. Ia juga cukup memberi jarak antara
ia dan Gikwang. Belum lagi mereka memang hanya berdua.
“Yoon,
gue minta maaf. Meski gue nggak tau salah gue apa ke lo,” ujar Gikwang akhirnya
memecah keheningan. Ia juga bahkan tidak berani menatap Yoona.
“Gue
yang harusnya minta maaf. Gue nggak tau kalau hape gue ternyata beneran mati.
Dan gue malah nyalahin lo,” sesal cewek itu juga. Meski susah payah ia
mengatakan hal tersebut, namun kini akhirnya Yoona merasa lega karena satu
masalahnya selesai. Hanya tinggal tentang Lee Jonghyun dan Howon.
Beberapa
saat, hening menguasai mereka. Sampai akhirnya, suara nyaring Gikwang memecahkan
suasana. “Kita kelewatan, Yoon!” pekiknya setelah baru menyadari bahwa mereka
sudah berada di lantai 8. Padahal apartmen Gikwang berada di lantai 4.
“Emang
apartmen lo di lantai berapa?” tanya Yoona santai.
“Lantai
4,” Gikwang menjawab cepat. “Lo sendiri, mau ketemu siapa di sini?” tanyanya
yang baru teringat ia belum menyanyai hal tersebut.
Yoona
mengusap tengkuknya, gugup. “Nggak tau, Kwang.”
“Gimana
ceritanya lo ke sini? Atau…” Gikwang sengaja menggantungkan ucapannya sambil
menatap Yoona pura-pura curiga. “Lo ke sini karena pengen tau apartmen gue,
kan?” serunya asal.
Yoona
tersenyum meremehkan. “Narsis banget sih lo! Gue mau ketemu sepupunya Yong Hwa.
Lo kenal Yong Hwa?” tanya Yoona akhirnya.
“Oh,”
Gikwang sontak merespon datar. “Maksud lo Jung Yong Hwa?” serunya untuk
memastikan ia mengenal orang yang Yoona maksud. “Atau mungkin lo punya
fotonya?”
Yoona
menggeleng cepat. “Nggak ada, Kwang. Cuma itu petunjuknya. Atau nggak, lo kasih
tau aja tetangga lo yang punya nama Yong Hwa juga. Biar nanti gue yang cari
sendiri.”
“Mending
sekalian lo tanya satpam, Yoon.”
“Yaahh…
ya udah deh, yang lo kenal aja.” Yoona akhirnya pasrah dengan keadaan. Karena
memang petunjuk yang ia miliki hanya nama. Dan kemungkinan besar, nggak cuma
ada satu Yong Hwa di apartmen tersebut.
“Kalau
Yong Hwa temen gue itu lagi ke luar. Baru aja dia SMS gue tadi. Cuma cari makan
aja, sih. Dan kalau mau, tunggu di apartmen gue aja dulu. Biar nanti gue suruh
Yong Hwa ke apartmen gue,” kata Gikwang memberi masukan.
“Ya
udah, Kwang.” Antara terpaksa dan tidak Yoona menyetujui saran Gikwang. Meski
kemungkinannya kecil, ia tetap memilih menunggu di apartmen Gikwang.
***
“Ke
tempat Gikwang dulu, ya? Lo mau ikut atau nunggu di apartmen gue?”
Lee
Jonghyun berpikir sesaat atas pertanyaan Yong Hwa tadi saat mereka baru tiba
lagi di gedung apartmen setelah membeli makanan tadi. “Ikut lo aja deh,” ujar
Lee Jonghyun akhirnya. Tentu itu semua bukan tanpa alasan. Ia hanya ingin tahu
seperti apa cowok yang telah mengagumi pacarnya tersebut.
Setelah
menunggu lift beberapa menit, mereka akhirnya sampai di depan pintu apartmen
Gikwang yang berada di lantai 4 tersebut. Yong Hwa berjalan di depan, sementara
Lee Jonghyun mengikutinya dari belakang.
***
Gikwang
membukakan pintu apartmennya lalu mempersilahkan Yoona masuk. “Duduk, Yoon. Gue
mau ambilin minum dulu,” ujar Gikwang sambil berlalu ke arah dapur.
“Lo
cuma tinggal sama bokap kan ya, Kwang?”
Gikwang
yang baru kembali, hanya mengangguk sebagai jawabannya sambil meletakkan dua
minuman kotak di atas meja, lengkap dengan setoples kue kering. “Tapi bokap
lagi ke Surabaya, Yoon. Ada tugas. Tapi gue sih ngarepnya dia bisa ketemu sama
pelatih sepakbola idol ague, Im Seulong,” serunya bangga diiringi kekehan
keras.
“Im
Seulong pelatih Locket Boys?” ujar Yoona untuk memastikan.
Gikwang
melirik dengan tatapan kagum. “Lo tau juga? Gue pikir…” ucapan cowok itu
terputus karena suara bel apartmennya. Buru-buru Gikwang bangkit untuk
membukakan pintu.
“Waahh…
Yong Hwa!” seru Gikwang penuh semangat.
Sementara di tempatnya
berada, Yoona sempat menghentikan kegiatannya sesaat. Namun saat menoleh, ia
belum bisa melihat wajah Yong Hwa karena tertutup oleh tubuh Gikwang.
Yong
Hwa sendiri sudah menjulurkan tangannya yang menggenggam sebuah plastik berisi
makanan. “Lo pasti belom makan?” tebaknya yang tepat sasaran.
“Bisa
aja lo.” Tanpa ada rasa canggung, Gikwang menerima bungkusan tersebut. “Sepupu
lo, ya?” tanyanya perihal seorang cowok yang datang bersama Yong Hwa saat itu.
Cowok
yang dimaksud Gikwang hanya mengangguk. Namun diam-diam, Lee Jonghyun menatap
tak suka pada Gikwang.
“Kalau
nggak salah, namanya Jonghyun, kan?” Gikwang menebak dengan cukup antusias.
Karena nama cowok itu sama seperti salah satu nama teman dekatnya.
Tapi
tidak untuk Yoona yang setelah Gikwang menyebut nama itu, ia justru langsung
tersedak. Yoona bahkan sampai menyemburkan minuman di dalam mulutnya.
“Yoon,
lo gapapa?” pekik Gikwang terdengar khawatir. Ia langsung menghampiri Yoona
yang sudah berdiri untuk memberikan cewek itu selembar tissue dari atas meja.
Sementara
di luar, tentu Lee Jonghyun langsung menerobos karena sekilas ia mendengar
Gikwang menyebut sebuah nama yang mirip dengan nama ceweknya. Dan ternyata
benar. Cewek itu memang Yoona. Nama ‘Yoon’ yang dimaksudkan Gikwang, memang
awalan dari nama Yoona.
Yoona
sendiri tampak melebarkan matanya saat mendapati Lee Jonghyun di sana. Ia
sambil menahan batuknya yang masih belum reda.
“Pantes
lo dingin sejak gue dateng!” desis Lee Jonghyun dengan bahasa yang sebenarnya
sudah tidak pernah ia perdengarkan, terutama untuk Yoona. “Dan kalau lo ada di
sini untuk ngasih gue kejutan besar, lo berhasil dengan nilai sempurna!”
“Lo
pikir apa alasan gue dateng ke sini?” balas Yoona.
Lee
Jonghyun hanya tersenyum pahit. “Makasih untuk semuanya, Yoon!” sedetik
kemudian, Lee Jonghyun lebih memilih melesat pergi dari sana.
“Lee
Jonghyun!” pekik Yoona, namun tidak langsung mengejar.
Gikwang
sendiri bersama Yong Hwa tampak saling melebarkan tatapan. Tapi tak satu pun
dari mereka yang bisa memberikan jawaban. Dan akhirnya, Yoona justru terlihat
menyusul Lee Jonghyun dengan langkah pasti. Meski cewek itu tidak terlihat
nafsu untuk mengejar.
Dan
setelah Yoona pergi, Gikwang menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa. “Apa lo berpikir
Yoona punya hubungan khusus sama sepupu lo itu?”
Yong
Hwa mendekat dengan tidak sabar. Ia bahkan sampai duduk tepat di samping
Gikwang. “Bagaimana bisa lo berpikir kayak gitu?” desaknya.
Gikwang
mendesah berat. “Yoona ke sini nyari sepupu dari orang yang katanya bernama
Yong Hwa. Terus saat gue nyebut nama Jonghyun tadi, Yoona juga ampe keselek.
Dan sekarang, dia lagi ngejar cowok itu,” serunya frustasi.
Yong
Hwa hanya mampu menepuk-nepuk pundak Gikwang sebagai tanda simpatiknya. “Sabar,
Kwang. Gue juga cuma bisa ngomong gitu.”
***
Eun
Ji yang duduk sendiri di salah satu bangku taman, tampak meremas tali tas
karton di tangannya. Saat melirik jam, ternyata baru pukul 3 sore. Sedangkan
jadwal yang Yoona berikan untuk bertemu Howon adalah setengah 4 sore. Itu
artinya, ia masih harus menunggu selama 30 menit lagi. Namun tampaknya itu
bukan menjadi penghalang cewek itu untuk tetap di sana.
Sementara
tidak jauh dari sana, tampak Howon memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.
Setelahnya, ia menyeberang ke arah taman tempat ia biasa bertemu Yoona untuk
mengambil seragam sepakbolanya sebelum berlatih. Dan kenangan-kenangan tersebut
masih terekam jelas di benak pemuda itu.
Dan
sudah hampir setengah jam ia berada di sana. Bersandar di pagar pembatas taman.
Menunggu seseorang yang tidak pasti untuk ia nanti. Howon bahkan sampai
memperhatikan setiap kendaraan yang melintas. Terutama pengguna sepeda dan
motor. Juga para pejalan kaki yang tak luput dari perhatiannya.
Sampai
akhirnya, ada seorang pengendara motor yang benar-benar menyita perhatiannya.
Pemuda itu membonceng seorang cewek dan perilaku mereka jelas menandakan bahwa
mereka adalah sepasang kekasih. Cewek itu melingkarkan tangannya ke pinggang si
pengendara.
Namun
bukan hal tersebut yang Howon maksud. Melainkan cowok yang mengendarai motor
tersebutlah yang menarik perhatiannya. Kibum. Seorang cowok yang membuatnya
menjauh dari Eun Ji. Tapi jelas cewek bersama Kibum tersebut bukanlah Eun Ji.
Ia sempat melihatnya tadi.
Jika
memang Eun Ji kembali menjalin hubungan dengan Kibum, berarti Kibum yang telah
mempermainkan cewek itu. Dan tanpa sadar, pikirannya tersebut membuat Howon
mengepalkan tangannya. Ia ikut sakit hati jika itu memang benar terjadi. Hati
kecilnya memang masih menganggap Eun Ji. Namun ego yang memaksanya tetap
memilih Yoona.
***
Yoona
tetap menyusul Lee Jonghyun dengan langkah santai. Mereka mengarah ke lift.
Namun karena keberadaan lift yang masih di lantai 9, Lee Jonghyun membatalkan
niat untuk menunggu. Ia lebih memilih melalui tangga. Dan tentu saja Yoona
masih senantiasa mengejar.
“Cowok
macam apa yang nggak ngasih kesempatan ceweknya ngejelasin sesuatu,” ujar Yoona
seolah menyerang Lee Jonghyun.
Lee
Jonghyun sendiri masih tetap melesat menuruni anak tangga. “Kalau emang lo
masih nganggep gue pacar, lantas, apa yang lo lakuin mencerminkan seorang pacar
yang baik?”
“Kalau
gitu, berarti lo bisa ngasih keputusan untuk kelanjutan hubungan kita, dong?”
Kali
ini ucapan Yoona sukses menghentikan langkah Lee Jonghyun. Namun Lee Jonghyun
sama sekali tidak berbalik. Sementara cewek itu sendiri tetap melangkah turun.
Meski terlihat semakin santai.
“Siapa
Gikwang dan siapa Myungsoo bagi lo?”
Yoona
jelas terkejut dengan pertanyaan Lee Jonghyun. Namun ia tetap berusaha setenang
mungkin meresponnya. Yoona memejamkan mata untuk menguatkan diri. “Gue nggak
akan ngelakuin itu kalau lo nggak melakukannya duluan,” ujarnya sekuat tenaga.
Lee
Jonghyun sempat menolehkan kepalanya. “Jadi, lo akhirnya tau kalau gue dan
Dasom…” cowok itu sengaja menggantungkan ucapannya.
Yoona
tak langsung menjawab. Ia tampak menghela napasnya, kasar. “Apa lo nggak
ngerasa hubungan kita udah nggak sehat?” Yoona menunggu sampai cowok itu
memberikan jawaban. Namun tampaknya tidak. Lee Jonghyun tetap bungkam. “Orang
lain mungkin bisa melakukan hubungan jarak jauh. Tapi sepertinya kita bukan
termasuk orang-orang yang bisa seperti itu.”
Cowok
itu akhirnya mengalah. Ia berbalik dan menaiki satu tangga untuk bisa lebih
dekat dengan Yoona. “Kalau ini yang terbaik, kita harus lakukan.”
Yoona
akhirnya bisa tersenyum lega. “Kita pernah bertemu secara baik-baik. Dan gue
ingin perpisahan kita juga dengan cara yang baik.”
Tanpa
berkata-kata, Lee Jonghyun menarik Yoona ke dalam pelukannya. “Cari pacar yang
lebih ganteng dari gue,” bisik Lee Jonghyun setengah menggoda yang sukses
membuat Yoona mendorongnya dengan kasar.
“Lo
pikir lo ganteng, gitu?” canda Yoona dengan wajah meremehkan membuat Lee
Jonghyun terkekeh puas.
“Kalau
cara yang baik itu dengan nganter gue ke bandara, keberatan nggak?”
“Besok?”
seru Yoona menegaskan, dan dijawab anggukan oleh Lee Jonghyun. “Gue kan
sekolah, Jong.”
“Gue
berangkat dengan penerbangan terakhir. Jadi, nggak ada alasan untuk sekolah.
Oke?” paksa cowok itu. Yoona hanya mengangguk penuh semangat sebagai tanda ia
setuju.
***