“Secret Remember”
Author :
N-Annisa (@nniissaa11)
Cast :
·
Jung
Hyerim (A-Pink)
·
Kim
Seok Jin (BTS)
·
Kim
Himchan (BAP)
·
Jung
Taekwoon (VIXX)
·
Choi
Minho (SHINee)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
Genre :
Life school, teen romance, tragedy
Length :
Chapter
***
Selama
sisa pelajaran yang ada, Seok Jin tampak harus berbagi pikirannya dengan Hyunseung
yang sedang mengajar, dan dengan Hyerim yang kini duduk di sampingnya. Ia yang
meminta Dongwoo untuk bertukar tempat sementara dengan Hyerim agar teman
semejanya itu duduk dengan Minhyuk di meja depan. Tentu saja harus ada sedikit
perang mulut dulu antara Minhyuk dan Dongwoo yang terkenal cukup kurang akrab.
Saat
Seok Jin menoleh ke kiri, ia mendapati Hyerim sedang melihat ke arah luar
jendela yang mengarah ke koridor. Dan ekspresi cewek itu cukup aneh. Lalu Seok
Jin mengikuti arah pandangan Hyerim. Di sana ia mendapati Ho Seok berjalan
pelan sambil memegangi tulang rusuknya dan terlihat seperti sedang kesakitan.
Kemudian
Seok Jin menatap Hyerim lagi. Kali ini cewek itu seperti menghindarinya. Hyerim
tampak sibuk dengan buku catatan di tangannya.
“Jin!
Seok Jin! Pssttt! Kim Seok Jin!”
Buru-buru
Seok Jin menoleh ke tempat Minhyuk berada. Temannya itu seperti memberikan
isyarat dengan lirikan mata. Tepat di dekat Minhyuk, Pak guru Hyunseung tampak
memberikan tatapan membunuh untuk Seok Jin.
“Kamu
dengar apa yang bapak katakan tadi?”
Seok
Jin hanya mampu menelan ludahnya yang tiba-tiba terasa pahit. Tatapan datar
dari Pak Hyunseung terasa seperti menusuk tepat di jantung.
Hyunseung
kemudian tersenyum penuh arti tepat setelah bel pulang berdentang. “Kerja sosial
selama 3 hari, ya. Dan di mulai hari ini,” ujarnya lembut sebelum balik badan
untuk bersiap meninggalkan kelas. Sementara siswa yang lain menatap Seok Jin
penuh simpatik. “Sampai bertemu di pelajaran berikutnya. Selamat siang.”
“Siang,
Pak…!” seru para siswa di kelas 3 dengan kompak.
“Hyerim
balik sama gue aja, Jin.”
Seok
Jin mendongak pelan. Di hadapannya Minhyuk sudah berdiri sambil menutup
resleting ranselnya. “Emang tadi Pak Hyunseung ngomong apa, Min?”
Minhyuk
dan Hyerim saling tatap. Cowok itu juga seperti menuntut jawaban pada Hyerim
tentang Seok Jin. Namun Hyerim hanya mengangkat bahunya karena memang ia tidak
tahu apa yang terjadi pada Seok Jin.
***
Flashback…
“Jika sekolah itu sudah tidak bisa menerima
murid baru lagi, tentu akan semakin bagus dan sekolah itu akan segera ditutup.
Dan kau harus tetap di sana memastikan semuanya. Jangan sampai ada rencana yang
gagal.”
“Tenang, Yah. Sekolah itu akan menjadi
milik ayah. Doojoon dan keluarganya harus menerima semua penderitaan yang keluarga
kita pernah rasakan.”
Prank…!
“Siapa di sana?”
“Mampus,
gue ketahuan!” Cowok itu panik seketika saat kakinya tak sengaja menendang
sebuah kaleng minuman yang sudah kosong. Derap langkah kaki dari arah dalam,
membuat cowok itu berbalik dan melesat pergi sejauh mungkin.
Cowok
itu melintasi jalan raya yang sudah cukup sepi dan gelap. Ia yang muncul dari
dalam sebuah gang dengan berlari, tidak sempat menghindar saat ada sebuah mobil
yang melintas. Dan… kecelakaan pun tidak terhindarkan. Cowok itu sempat
terpental ke samping dan kepalanya membentur trotoar jalan.
Sementara
tak jauh dari sana, pria yang tadi mengejar cowok tadi, tampak tersenyum samar.
Setidaknya, ia merasa aman karena rahasianya tidak sempat terbongkar melihat
kecelakaan dan luka yang dialami cowok tadi. “Paling tidak, dia hanya akan
terkena amnesia. Baru setelah itu, kupikirkan cara lain untuk membungkamnya.”
Flashback end…
Sebuah
panggilan dari nomor dengan nama ‘Kim Himchan’. Cowok tinggi itu segera
menjawabnya. Sementara ia sendiri sudah menyalakan mesin mobil dan bersiap
meninggalkan pelataran parkir sebuah SMA. Namun ia lebih mendahulukan untuk
menjawab panggilan Himchan.
“Yang
lo cari udak ketemu?”
Himchan
sendiri masih berada di kelasnya yang sudah kosong. “Nggak ada, Ho. Semua
berjalan normal. Dan gue juga nggak nemuin ada hal yang janggal kecuali tentang
cewek bernama Eun Ji.” Cowok itu bicara sambil melempar tatapan ke luar jendela
lantai 2. Beberapa murid SMA Paradise dapat terlihat dari sana sedang berjalan
menuju gerbang sekolah.
“Udah
nggak ada lagi siswi yang bernama Eun Ji di sana,” seru cowok dalam mobil
tersebut dengan penuh penekanan. “Eun Ji dan keluarga udah pindah ke luar
negeri.”
“Tapi,
cowok itu manggil salah satu temen sekelas gue dengan nama Eun Ji.”
***
Seok
Jin menyeka keningnya yang dipenuhi peluh. Pakaiannya juga terlihat sudah cukup
berantakan. Ia lalu menutup pintu di bawah tangga yang biasa digunakan untuk
menyimpan alat-alat kebersihan. Seok Jin baru saja menyelesaikan tugas ‘kerja
sosial’ yang diistilahkan oleh Hyunseung sebagai bersih-bersih sekolah. Sama
seperti apa yang dilakukan Jungkook saat istirahat tadi.
Seok
Jin kemudian melangkah ke atas. Tepatnya lantai 2 tempat kelasnya berada. Ia
berniat mengambil ranselnya yang memang ia tinggalkan di sana. Cowok itu
menyeretkan langkah beratnya.
“Tapi, cowok itu manggil salah satu temen
sekelas gue dengan nama Eun Ji.”
Seok
Jin melihat punggung seseorang di dalam kelasnya berdiri menghadap jendela
luar. Ia berusaha melangkah sepelan mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan
pada orang itu. “Himchan?” gumamnya pelan.
***
“Siapa
maksud lo?”
“Gue
juga nggak tau, Ho. Tapi yang pasti, cewek itu kayaknya pacaran sama ketua
kelas gue.”
“Apa?
Nggak mungkin,” tolak cowok itu. “Lo pasti salah orang.”
Himchan
tak langsung menjawab karena ia juga melihat pantulan sosok Seok Jin di
belakangnya. “Seok Jin?” seru Himchan bahkan suaranya bisa terdengar sampai ke
telinga pemuda yang bicara padanya melalui telepon.
Cowok
dalam mobil tadi tampak menegakkan tubuhnya. “Apa lo bilang? Seok Jin? Maksud
lo Kim Seok Jin?” cecarnya. Namun Himchan seperti tidak mendengarnya.
Himchan
sudah lebih dulu membalikkan badan dan terlihat gugup mendapati ketua kelasnya
berada di sana. Seseorang yang baru saja ia bicarakan. “Sejak kapan lo…”
“Him!
Himchan! Kim Himchan! Lo masih di sana, kan!” pekik cowok itu yang merasa
seperti diabaikan oleh Himchan. Merasa tidak ada respon, ia mematikan panggilan
kemudian menjalankan mobilnya untuk meninggalkan tempat tersebut.
***
Seok
Jin dan Himchan kini berdiri saling berhadapan. Himchan tampak menggenggam erat
ponselnya. Ia juga seperti melupakan seseorang yang tadi ia telepon. Sementara
Seok Jin menatap Himchan bingung. Namun ia juga tidak terlihat seperti
mencurigai sesuatu pada Himchan.
“Yang
lo maksud ketua kelas itu, gue kan?” Seok Jin bertanya dengan nada polos.
Seolah ia memang tidak tahu apa-apa.
Himchan
masih berdiri membeku di tempatnya. Ia seperti menyesali perkataannya tadi.
Sementara Seok Jin tampak melangkah mendekat. Membuat Himchan semakin menegang.
Namun Seok Jin hanya melewati Himchan yang berada di dekat meja milik Eunkwang,
karena yang ia tuju adalah mejanya sendiri.
Himchan
masih mengawasi Seok Jin. Matanya sedikit terbelalak karena ia melihat Seok Jin
mengambil ranselnya yang diletakkan di atas kursi. Dan Himchan tidak menyadari
jika benda tersebut ada di sana yang artinya, Seok Jin pasti akan kembali ke
sana kapan saja.
“Oiya,
gue juga belom punya cewek kok, Him.” Seok Jin bicara sambil memakai ranselnya.
“Hmm… mungkin lo sempet liat gue sama Hayoung anak kelas 2 itu, ya?” tebaknya.
“No…! Lo salah,” kata Seok Jin sambil
menggerak-gerakkan jari telunjukkan ke hadapan Himchan. Ia bahkan seperti
terkekeh pelan. “Hayoung tuh lagi deket sama Taekwoon. Temen sekelas kita juga,
tapi dia hari ini nggak masuk.”
Himchan
sama sekali belum merubah posisinya saat itu.
Kali
ini Seok Jin bersiap pergi dari sana. Namun ia menyempatkan diri untuk melirik
ke tempat Himchan berada. “Besok juga lo bakal ketemu Taekwoon, kok. Dia duduk
di sana.” Seok Jin tampak menunjuk ke tempat Taekwoon duduk di kelas tersebut.
Sebuah kursi kosong bersama cewek bernama Dasom.
“Gue
duluan ya, Him.” Seok Jin kemudian berpamitan. Ia setengah terburu-buru. Dan
bahkan ia sampai tidak mempedulikan Himchan meresponnya atau tidak.
***
Taekwoon
melirik jam tangannya. Cowok itu resah menunggu seseorang di depan gerbang SMA
Paradise. “Sekolah udah sepi, tapi Jin belom muncul-muncul juga,” gerutunya. Ia
sempat turun dari motor sport-nya
hanya untuk memeriksa ke dalam area sekolah. Suasana di dalam tak kalah
sepinya. Dan Taekwoon menangkap sebuah motor tersisa di lapangan parkir.
“Itu
si Jin motornya masih ada,” ujar Taekwoon lagi.
TIIINNN…!
Taekwoon
sontak terlonjak. Jelas ia terkejut karena suara kelakson mobil yang tepat
berada di belakangnya. Taekwoon sudah ingin menghampiri pengendara mobil untuk
melakukan protes. Namun si pengemudi justru sudah lebih dulu ke luar.
“Taek,
Jin masih di dalam?” tanyanya.
Taekwoon
membeku melihat cowok di hadapannya kini. Itu adalah cowok yang beberapa waktu
lalu menerima panggilan dari Himchan tadi.
“Lo
masih inget gue, Ho?” Taekwoon justru balik bertanya dengan tatapan tak percaya
pada cowok tersebut. “Ho! Minho!” seru Taekwoon karena cowok tadi lebih memilih
melesat ke dalam gerbang sekolah. Setelah tertinggal beberapa langkah, Taekwoon
baru melesat untuk menyusul cowok yang tadi ia panggil dengan nama Minho.
***
Seok
Jin memain-mainkan kunci motornya saat melangkah menuju parkiran motor yang
hanya menyisakan kendaraan miliknya tersebut. Seok Jin memilih memasukkan
blazer sekolahnya ke dalam bagasi kecil di bawah jok motor.
“Jin!
Seok Jin!”
Seok
Jin membatalkan niat mengenakan helm saat mendengar teriakan seseorang
memanggil namanya. Saat menoleh, Seok Jin mendapati seorang cowok berlari ke
arahnya. Seok Jin bahkan sampai turun dari atas motor dan meletakkan kembali
helmnya ke atas spion.
Sementara
dari gerbang gedung A, tampak Himchan melangkah mendekat juga. Taekwoon pun
tampak masih mengejar cowok tadi.
“Minho?”
seru Seok Jin.
Cowok
itu berhenti beberapa meter di hadapan Seok Jin. Ia membungkukkan tubuhnya
dengan ke dua tangan bertumpu pada lutut. Napasnya juga tampak sedikit
tersengal-sengal.
Seok
Jin menatap Minho dengan tatapan setengah tak percaya. “Lo masih inget gue?”
“Gosip
kalau Himchan amnesia gara-gara kecelakaan, ternyata itu kejadian yang menimpa
Minho,” sahut Taekwoon. Ia sempat mengawasi ekspresi Himchan yang tidak
menyiratkan apa-apa. Di sisi lain, Taekwoon juga menatap Himchan takjub karena
ia juga baru melihat cowok itu lagi hari ini. Tepat di depan matanya.
“Sial!”
Seok Jin terdengar mengumpat. “Kenapa nggak pernah kepikiran Minho! Lo juga ke
mana aja selama ini?”
“Banyak
hal yang nggak bisa gue certain, Jin.” Minho tak langsung meneruskan ucapannya.
Ia mengawasi orang-orang yang ada di hadapannya. Termasuk juga Himchan.
“Lo
juga amnesia, Ho?”
Minho
menoleh cepat pada Taekwoon. Ia menatap cowok tinggi itu sedikit merasa
bersalah. “Maaf, Taek. Gue bukannya nggak ngenalin lo waktu itu. Tapi gue
terpaksa bohong hampir ke semua orang. Sebenernya gue emang kecelakaan, tapi
gue nggak sampe amnesia.”
“Eun
Ji udah nggak sekolah di sini, Ho.”
Minho
mengangguk, namun terlihat pasrah. Ia juga berusaha terlihat tegar dengan
tersenyum. “Gue tau.”
“Jadi,
kalian juga udah saling kenal?” Himchan akhirnya terdengar bersuara. Di sisi
lain, ia juga seperti menyembunyikan kekecewaan karena hanya dia yang tidak
mengetahui apa pun di sana. “Tapi gue nggak bisa inget apa-apa.”
“Him!”
pekik Minho karena melihat Himchan tiba-tiba memegangi kepalanya. Ia bahkan
belum sempat menjelaskan apa pun. “Kita pulang,” putusnya sambil merangkul
Himchan.
Taekwoon
dan Seok Jin menatap Minho bersama Himchan. Mereka khawatir, namun mereka tidak
berani melakukan apa-apa. Reaksi Himchan cukup menyeramkan karena sulit
ditebak. Dan kemungkinan juga sulit untuk dikendalikan.
“Himchan
masih belum bisa diingetin apa pun tentang masa lalunya,” kata Minho yang
secara tidak langsung memperingati Taekwoon dan Seok Jin agar lebih bisa
berhati-hati menghadapi Himchan yang sekarang. “Bahkan waktu pertama ketemu gue
setelah kecelakaan, Himchan sampe pingsan karena maksain buat inget gue.”
“Lo
cepet bawa Himchan pulang aja,” tegas Seok Jin yang sudah tidak tahan melihat
penderitaan Himchan saat itu.
Taekwoon
tampak menyentuh lengan Seok Jin seperti mengisyaratkan sesuatu. “Kita ngikutin
lo dari belakang.”
“Jangan!”
Minho menoleh cepat.
“Kenapa?”
protes Taekwoon.
“Pokoknya
jangan. Biar nanti gue aja yang ngabarin kalian.”
Melihat
ekspresi Minho yang tidak bisa dikatakan sedang bercanda, Taekwoon dan Seok Jin
tidak berani untuk memprotes lagi atau pun mendesak untuk minta penjelasan.
Mereka cukup mengerti hal itu. Taekwoon akhirnya memilih berlari lebih dulu ke
luar gerbang SMA Paradise. Menuju mobil Minho, dan membukakan pintu untuk
mereka, terutama Himchan.
***
“Hai….
Udah baikan?”
“Ho
Seok?” Hyerim menoleh cepat menghadap Ho Seok. “Lo kenapa kemaren? Diapain sama
anak baru itu?”
Ho
Seok langsung mengawasi sekitar melihat kekhawatiran Hyerim untuknya. Dan tanpa
berkata, ia menarik lengan Hyerim untuk ikut bersamanya menuju samping gedung
A. Ekspresi cowok itu pun cukup terlihat serius. Setelah dirasa aman, Ho Seok
menatap Hyerim.
“Harusnya
gue yang tanya, ada hubungan apa lo sama Sungjae? Keliatannya dia protect banget ke lo.” Ada nada tak suka
saat Ho Seok membicarakan Sungjae.
“Nggak
ngerti, Seok! Tapi gue rasa, dia nyangkain gue itu Eun Ji.”
“Tapi
Eun Ji udah nggak sekolah di sini.”
“Kita
mungkin tau, tapi dia nggak!”
Selanjutnya,
Ho Seok dan Hyerim saling diam. “Sebenernya, siapa sih si Sungjae itu?” kesal Ho
Seok. “Pas dia baru masuk kelas gue juga udah bikin gue naruh curiga sama dia.
Aneh aja, ada anak baru yang mau masuk ke SMA Paradise. Belom lagi reaksi
Hayoung waktu pertama kali ngeliat Sungjae.”
“Hayoung?”
Hyerim mengulangi ucapan Ho Seok untuk memastikan. “Gue jadi kepikiran waktu
dia ngajak Jin ngomong.”
“Ngomongin
apa?” Ho Seok menatap Hyerim, penasaran. Namun Hyerim hanya mengangkat bahu
saja.
***
Himchan
terlihat turun dari sebuah mobil mewah. Dan tentu itu cukup mencolok untuk para
siswa dari SMA Paradise. Beberapa dari mereka bahkan hanya menumpang bus umum.
Atau sebagian, masih bisa mengendarai sepeda motor biasa.
Sementara
di seberang jalan, tampak Jungkook berlari kecil untuk sampai ke tempat Himchan
berada. Tepat ketika mobil mewah Himchan sudah berlalu.
Jungkook mengikuti arah
tatapan Himchan. Cowok itu sedang melihat seorang cewek yang bisa dibilang
cukup mencurigakan. Cewek itu mengenakan pakaian serba tertutup. Ia bahkan
mengenakan masker dan memakai sebuah topi. Ke dua cowok tadi cukup terpaku
dibuatnya. Bukan karena terpesona, tapi karena mereka mencurigai sesuatu.
“Dia
nggak niat sekolah?”
Jungkook
mendongak cepat saat mendengar samar suara Himchan. Namun saat ia menatap
Himchan, cowok itu sudah melangkah pergi dan berusaha untuk tidak mempedulikan
cewek tadi. Namun tidak untuk Jungkook. Ia justru memilih menghampiri cewek
tadi.
“Ikut
gue!” bisik Jungkook. Ia bahkan terlihat hanya seperti melintas saja. Seolah
tidak terjadi apa-apa. Ia terus berjalan lalu berbelok di sebuah gang. Setelah
itu, Jungkook menghentikan langkah sambil langsung berbalik.
“Jungkook!”
seru cewek itu sambil memeluk Jungkook.
Jungkook
tidak bereaksi apa-apa. Saat cewek itu sudah melepaskan pelukannya, ia
menatapnya intens. “Kok kak Eun Ji bisa ada di sini?”
Cewek
itu akhirnya membuka masker serta topi yang menutupo hampir seluruh wajahnya.
Cewek bernama Eun Ji itu sangat terlihat mirip dengan Hyerim. Namun rambutnya
sedikit terlihat kecoklatan, dan penampilannya jauh lebih modis dari Hyerim
yang biasa berpenampilan sederhana.
“Gue
nyari Minho, Jung. Gue denger dia digebukin sampe amnesia sama Sungjae. Dan
sialnya gue baru tau beberapa hari lalu.” Wajah Eun Ji terlihat suram.
“Ternyata
ada nuker berita tentang mereka!” desis Jungkook.
“Maksud
lo, Jung?”
“Yang
di gebukin sampe amnesia itu Himchan, bukan Minho. Minho kecelakaan, dan
kabarnya dia juga amnesia. Tapi…” Jungkook tak melanjutkan ucapannya karena ia
seperti baru menyadari sesuatu dari ucapan Eun Ji tadi. “Digebukin sama siapa
tadi lo bilang? Sungjae? Bukan Yook Sungjae, kan?”
“Lo
kenal dia, Jung?” Eun Ji justru balik bertanya. Namun tangannya sibuk bermain
di atas layar sentuh ponselnya. “Yang ini bukan orangnya?” Eun Ji menunjukkan
sebuah foto pada Jungkook.
Tentu
Jungkook sukses dibuat terkejut oleh Eun Ji. Untuk beberapa saat, Jungkook
bahkan tak melepaskan tatapannya pada layar ponsel Eun Ji. “Gimana ceritanya lo
bisa kenal sama Sungjae?” desak Jungkook yang tidak bisa menahan rasa
penasarannya.
“Dia
temen lama gue,” kata Eun Ji. Namun terdengar sedikit ragu. “Sungjae juga suka
sama gue udah lama banget. Dan gue rasa dia ngincer Minho karena tau Minho itu
cowok gue.”
Jungkook
sempat melirik jam tangannya. Dan waktu sudah menunjukkan saatnya ia masuk
kelas. “Pulang gue sekolah, kita ketemu lagi. Gue harus masuk kelas dulu.”
Eun
Ji mengangguk cepat. “Jangan lupa kabarin gue.”
***
Himchan
yang baru tiba di kelas, menatap Hyerim bingung. “Kok lo udah ada di sini aja?
Bukannya tadi lo masih di luar gerbang? Dan pakaian lo aneh banget.”
Hyerim
tak langsung menjawab. Ia sibuk mencerna ucapan Himchan yang menurutnya cukup
janggal. Cewek itu lalu menatap Minhyuk yang sebenarnya sudah berdiri di dekat
Himchan. Dan kemungkinan Minhyuk juga mendengar pertanyaan Himchan tadi.
Minhyuk juga mencurigai sesuatu, namun ia tidak mungkin mengatakan yang
sebenarnya.
“Hyerim
dari tadi ada di sini, Him. Sama gue juga. Dan mungkin yang lo liat cuma mirip
aja. Orang kan emang suka gitu. Ada yang mirip sama orang lain,” ujar Minhyuk
untuk mengalihkan keadaan.
Mungkin jika tidak dalam
keadaan amnesia, Himchan pasti akan sadar jika nada bicara Minhyuk yang
canggung cukup mencurigakan. Namun nyatanya, Himchan lebih memilih membenarkan
ucapan Minhyuk. Tentu saja ia merasa tidak ada hal yang harus dicurigai.
“Sepuluh
menit untuk ganti pakaian olahraga!”
Himchan
hanya sempat menoleh sesaat pada salah satu guru SMA Paradise yang akan mengajar
mereka olahraga. Setelah itu tanpa bicara apa-apa, ia melangkah pergi menuju
mejanya.
Minhyuk
juga kembali ke tempat duduknya untuk mengambil seragam olahraga sambil
mengawasi Himchan. “Untung dia nggak curiga,” ujarnya yang tentu ia tujukan
untuk Hyerim. “Kasian kalo dia dipaksa inget sama Eun Ji.”
“Lo
juga mikir kalo itu Eun Ji? Bukannya dia pindah ke luar negeri?” tanya Hyerim.
“Nggak
ada yang tau juga, Rim.”
“Hyerim,
ayo ke toilet,” seru Chorong saat ia melintas di depan meja Minhyuk dan Hyerim.
“Gue
tunggu di lapangan,” ujar Minhyuk sebelum Hyerim menyusul Chorong ke luar
kelas.
***
“Sini
cepet lempar tas lo!” desis Taekwoon yang menunggu Seok Jin dari bawah. Ia juga
sambil mengawasi sekitar agar keberadaan mereka aman.
“Cari
tangga kek, Taek!” seru Sok Jin yang masih tampak ragu untuk melompat dari
dinding pembatas sekolah. Ia bahkan sama sekali belum memberikan ranselnya pada
Taekwoon yang menunggu dengan gusar di bawah.
“Makanya,
kalo nggak biasa nerobos masuk begini, jangan telat!” ejek Taekwoon. “Putar
balik dulu badannya!” serunya setengah memerintah dengan gemas.
Seok
Jin meneguk ludahnya, pahit.
“Jangan
ngeliatin ke bawah terus!” pekik Taekwoon karena sejak tadi, Seok Jin hanya
menatap rerumputan di bawahnya. Taekwoon menggapai-gapai kaki Seok Jin yang
kini menggantung.
“Woy!
Jangan di tarik kaki gue!” protes Seok Jin.
***
Howon
dan Yoongi bertemu dengan beberapa siswa kelas 2—Myungsoo, Daehyun, Jinri dan
Youngjae—di tangga. Wajah ke empatnya tampak suram. Mereka berhenti tepat di
tengah-tengah anak tangga.
“Kenapa
lo pada?” tanya Howon yang cukup terlihat peduli dengan para adik kelasnya.
“Proposal
kita buat ikut olimpiade ditolak,” jawab Daehyun.
Sontak
Yoongi dan Howon melebarkan mata. “Lho, kenapa? Padahal bagus kan kalo sekolah
kita perlahan bisa bangkit lagi?”
“Mereka
nggak bisalah ngalangin kalian untuk berprestasi,” timpal Yoongi mendukung
ucapan Howon tadi.
“Udahlah,
Kak. Nggak ada harapan. Angkatan gue bakal jadi yang terakhir di sini,” sahut
Myungsoo, terdengar cukup frustasi. Youngjae yang berdiri tepat di samping
Myungsoo, merangkul cowok itu.
Howon
dan Yoongi tampak saling melempar tatapan. Mereka juga tidak bisa berbuat
apa-apa. Kecuali, “kita bakal coba minta bantuan Minhyuk.”
Howon
mengangguk setuju dengan ucapan Yoongi tadi. “Gue juga bakal bantuin sebisa
gue.”
Daehyun
tampak tersenyum, lega. “Makasih banyak ya, Kak, sebelumnya.” Ia juga yang
mewakili teman-temannya mengucapkan terima kasih pada dua kakak kelasnya itu.
“Ya
udah. Kita ke lapangan dulu ya,” pamit Howon yang kemudian diikuti Yoongi untuk
pergi dari sana.
***
“Akh!
Tangan gue, Taek!” pekik Seok Jin saat sudah berhasil mendaratkan kaki di atas
tanah berumput. Ia terjatuh tepat di dekat kaki Taekwoon.
Sementara
Taekwoon sendiri hanya berdiri dan tidak membantu apa-apa untuk Seok Jin.
“Jangan lebay deh Pak ketua kelas,” ejeknya. “Ayo cepet bangun. Keburu ketahuan
nih,” perintah Taekwoon sambil berbalik dan bersiap melangkah dari sana.
“Tunggui
napa, Taek! Akh!” seru Seok Jin sambil sesekali meringis karena rasa sakit di
tangan, bahkan kakinya juga. Susah payah Seok Jin mengejar Taekwoon.
“Kok
buru-buru, sih! Mau langsung kerja sosial, ya? Anak pintar memang harus
langsung sadar diri.”
Mendengar
ada suara orang lain diantara mereka, Seok Jin dan Taekwoon sontak menghentikan
langkah. Perlahan ke duanya juga membalikkan badan dengan cukup takut-takut.
Karena suara lembut tadi milik salah satu guru ‘tersayang’ mereka. Hyunseung.
“Tiga
hari, kan?” Tanya Hyunseung yang menganggap dua muridnya itu mengerti
maksudnya. Namun nyatanya memang semua penghuni SMA Paradise tahu dan mengerti
kebiasaan Hyunseung beserta istilah-istilah yang digunakan oleh guru yang juga
menjadi wali kelas 3 tersebut.
Setelah
Hyunseung berbalik dan mulai melangkah pergi, pundak ke duanya—Taekwoon dan
Seok Jin—tampak merosot. Atau lebih tepatnya terpaksa menerima hukuman dengan
lapang dada.
“Biasanya
gue nggak pernah ketahuan, Jin!” desis Taekwoon yang kini terkesan menjadi tak
ikhlas membantu Seok Jin memanjat dinding juga. Taekwoon melirik dengan tatapan
dingin. “Sekalinya ada temen, malah sukses kepergok Pak Hyunseung.” Cowok itu
berujar dengan nada sangat menyesal Seok Jin bersamanya.
“Yaelah,
Taek. Jangan gitu napa!” ujar Seok Jin, lesu sambil menatap Taekwoon dengan
wajah polosnya.
***
Salah
satu guru SMA Paradise yang mengajar pelajaran olahraga, Junhyung, tampak
membawa para muridnya dari kelas 3 ke halaman belakang sekolah yang masih cukup
terbilang luas. Sudah tidak ada lapangan khusus untuk berolahraga. Gedung
basket mereka menjadi salah satu bagian sekolah yang disegel.
“Seperti
biasa, pemanasan. Lari lima putaran,” putus Junhyung sekaligus menjadi perintah
untuk muridnya. “Cepat! Cepat!” serunya yang tak ingin menanggapi terlalu
berlebih keluhan dari para murid perempuan di kelas itu.
“Dasom!
Luna! Jangan ngerumpi mulu!” teriak Junhyung dari tepi halaman. “Yongguk!
Changsub! Eunkwang! Lebih cepat lagi! Kejar Minhyuk dan Dongwoo! Hyorin, jangan
lama!”
Setelah
beberapa menit, satu-persatu siswa kelas 3 tersebut mulai mengakhiri lari
mereka.
“Tadi
pagi gue liat akun sosial, Sungyeol ulang tahun nih,” goda Bomi yang kebetulan
berada tidak jauh dari tempat cowok tersebut berada. “Bisa kali traktir minum,”
ledeknya lagi.
Sungyeol
sendiri hanya tersenyum menanggapi candaan Bomi tersebut. “Minum aja gapapa,
kan?”
“Tapi
di sini nggak ada kantin,” keluh Bomi kemudian.
“Nanti
gue beli di super market depan,” kata Sungyeol.
Mendengar
itu, Bomi justru terkekeh canggung. “Gue bercanda kok, Yeol.”
“Gapapa
sekali-sekali. Gue juga udah bilang Jonghyun buat nemenin, kok.”
“Ayo
berdiri semuanya!” Suara keras Junhyung menginterupsi obrolan-obrolan siswa
kelas 3 tersebut. Dan semuanya langsung menuruti perkataan guru mereka
tersebut. “Minhyuk ke depan!” perintahnya. “Cari teman untuk berpasangan. Kita
akan melakukan sit-up.”
“Chorong
sama aku,” seru Bomi yang tampak selalu heboh.
Setelah
itu, yang lainnya mulai memisahkan diri. Masing-masing hanya terdiri dari 2
orang. Satu orang akan melakukan sit-up pertama
kali. Sementara rekannya akan memegangi kaki mereka. Setelah mereka siap dengan
posisi masing-masing, sontak suasana langsung berubah sunyi. Dan semua mata
bergantian menatap Hyerim juga Himchan. Memang hanya tersisa dua orang itu
saja.
Di
tempatnya berada, mereka yang mengetahui rahasia Himchan dari Jungkook, tampak
menatap Hyerim khawatir. Hyerim sendiri masih bingung harus bersikap seperti
apa pada Himchan.
“Gue
tukeran buat jadi partnernya Himchan, ya?” bisik Howon yang kebetulan
berpasangan dengan Kibum.
Himchan
juga tampak menguatkan diri untuk berani mengajak Hyerim memisahkan diri. Cowok
itu hanya menggerakkan kepalanya samar sebagai tanda ia mengajak Hyerim bekerja
sama. Hyerim pun tampak memaksakan langkahnya. Tepat sebelum Howon menjalani
rencananya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar