Minggu, 11 Mei 2014

Oh My School (chapter 4)


“Secret Remember”

Author      : N-Annisa (@nniissaa11)
Cast          :
·        Jung Hyerim (A-Pink)
·        Kim Seok Jin (BTS)
·        Kim Himchan (BAP)
·        Jung Taekwoon (VIXX)
·        Choi Minho (SHINee)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
Genre       : Life school, teen romance, tragedy
Length      : Chapter

***

        Selama sisa pelajaran yang ada, Seok Jin tampak harus berbagi pikirannya dengan Hyunseung yang sedang mengajar, dan dengan Hyerim yang kini duduk di sampingnya. Ia yang meminta Dongwoo untuk bertukar tempat sementara dengan Hyerim agar teman semejanya itu duduk dengan Minhyuk di meja depan. Tentu saja harus ada sedikit perang mulut dulu antara Minhyuk dan Dongwoo yang terkenal cukup kurang akrab.
        Saat Seok Jin menoleh ke kiri, ia mendapati Hyerim sedang melihat ke arah luar jendela yang mengarah ke koridor. Dan ekspresi cewek itu cukup aneh. Lalu Seok Jin mengikuti arah pandangan Hyerim. Di sana ia mendapati Ho Seok berjalan pelan sambil memegangi tulang rusuknya dan terlihat seperti sedang kesakitan.
        Kemudian Seok Jin menatap Hyerim lagi. Kali ini cewek itu seperti menghindarinya. Hyerim tampak sibuk dengan buku catatan di tangannya.
        “Jin! Seok Jin! Pssttt! Kim Seok Jin!”
        Buru-buru Seok Jin menoleh ke tempat Minhyuk berada. Temannya itu seperti memberikan isyarat dengan lirikan mata. Tepat di dekat Minhyuk, Pak guru Hyunseung tampak memberikan tatapan membunuh untuk Seok Jin.
        “Kamu dengar apa yang bapak katakan tadi?”
        Seok Jin hanya mampu menelan ludahnya yang tiba-tiba terasa pahit. Tatapan datar dari Pak Hyunseung terasa seperti menusuk tepat di jantung.
        Hyunseung kemudian tersenyum penuh arti tepat setelah bel pulang berdentang. “Kerja sosial selama 3 hari, ya. Dan di mulai hari ini,” ujarnya lembut sebelum balik badan untuk bersiap meninggalkan kelas. Sementara siswa yang lain menatap Seok Jin penuh simpatik. “Sampai bertemu di pelajaran berikutnya. Selamat siang.”
        “Siang, Pak…!” seru para siswa di kelas 3 dengan kompak.
        “Hyerim balik sama gue aja, Jin.”
        Seok Jin mendongak pelan. Di hadapannya Minhyuk sudah berdiri sambil menutup resleting ranselnya. “Emang tadi Pak Hyunseung ngomong apa, Min?”
        Minhyuk dan Hyerim saling tatap. Cowok itu juga seperti menuntut jawaban pada Hyerim tentang Seok Jin. Namun Hyerim hanya mengangkat bahunya karena memang ia tidak tahu apa yang terjadi pada Seok Jin.

***
Flashback…
        “Jika sekolah itu sudah tidak bisa menerima murid baru lagi, tentu akan semakin bagus dan sekolah itu akan segera ditutup. Dan kau harus tetap di sana memastikan semuanya. Jangan sampai ada rencana yang gagal.”
        “Tenang, Yah. Sekolah itu akan menjadi milik ayah. Doojoon dan keluarganya harus menerima semua penderitaan yang keluarga kita pernah rasakan.”
        Prank…!
        “Siapa di sana?”
        “Mampus, gue ketahuan!” Cowok itu panik seketika saat kakinya tak sengaja menendang sebuah kaleng minuman yang sudah kosong. Derap langkah kaki dari arah dalam, membuat cowok itu berbalik dan melesat pergi sejauh mungkin.
        Cowok itu melintasi jalan raya yang sudah cukup sepi dan gelap. Ia yang muncul dari dalam sebuah gang dengan berlari, tidak sempat menghindar saat ada sebuah mobil yang melintas. Dan… kecelakaan pun tidak terhindarkan. Cowok itu sempat terpental ke samping dan kepalanya membentur trotoar jalan.
        Sementara tak jauh dari sana, pria yang tadi mengejar cowok tadi, tampak tersenyum samar. Setidaknya, ia merasa aman karena rahasianya tidak sempat terbongkar melihat kecelakaan dan luka yang dialami cowok tadi. “Paling tidak, dia hanya akan terkena amnesia. Baru setelah itu, kupikirkan cara lain untuk membungkamnya.”
Flashback end…
     
        Sebuah panggilan dari nomor dengan nama ‘Kim Himchan’. Cowok tinggi itu segera menjawabnya. Sementara ia sendiri sudah menyalakan mesin mobil dan bersiap meninggalkan pelataran parkir sebuah SMA. Namun ia lebih mendahulukan untuk menjawab panggilan Himchan.
        “Yang lo cari udak ketemu?”
        Himchan sendiri masih berada di kelasnya yang sudah kosong. “Nggak ada, Ho. Semua berjalan normal. Dan gue juga nggak nemuin ada hal yang janggal kecuali tentang cewek bernama Eun Ji.” Cowok itu bicara sambil melempar tatapan ke luar jendela lantai 2. Beberapa murid SMA Paradise dapat terlihat dari sana sedang berjalan menuju gerbang sekolah.
        “Udah nggak ada lagi siswi yang bernama Eun Ji di sana,” seru cowok dalam mobil tersebut dengan penuh penekanan. “Eun Ji dan keluarga udah pindah ke luar negeri.”
        “Tapi, cowok itu manggil salah satu temen sekelas gue dengan nama Eun Ji.”

***

        Seok Jin menyeka keningnya yang dipenuhi peluh. Pakaiannya juga terlihat sudah cukup berantakan. Ia lalu menutup pintu di bawah tangga yang biasa digunakan untuk menyimpan alat-alat kebersihan. Seok Jin baru saja menyelesaikan tugas ‘kerja sosial’ yang diistilahkan oleh Hyunseung sebagai bersih-bersih sekolah. Sama seperti apa yang dilakukan Jungkook saat istirahat tadi.
        Seok Jin kemudian melangkah ke atas. Tepatnya lantai 2 tempat kelasnya berada. Ia berniat mengambil ranselnya yang memang ia tinggalkan di sana. Cowok itu menyeretkan langkah beratnya.
        “Tapi, cowok itu manggil salah satu temen sekelas gue dengan nama Eun Ji.”
        Seok Jin melihat punggung seseorang di dalam kelasnya berdiri menghadap jendela luar. Ia berusaha melangkah sepelan mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan pada orang itu. “Himchan?” gumamnya pelan.

***

        “Siapa maksud lo?”
        “Gue juga nggak tau, Ho. Tapi yang pasti, cewek itu kayaknya pacaran sama ketua kelas gue.”
        “Apa? Nggak mungkin,” tolak cowok itu. “Lo pasti salah orang.”
        Himchan tak langsung menjawab karena ia juga melihat pantulan sosok Seok Jin di belakangnya. “Seok Jin?” seru Himchan bahkan suaranya bisa terdengar sampai ke telinga pemuda yang bicara padanya melalui telepon.
        Cowok dalam mobil tadi tampak menegakkan tubuhnya. “Apa lo bilang? Seok Jin? Maksud lo Kim Seok Jin?” cecarnya. Namun Himchan seperti tidak mendengarnya.
        Himchan sudah lebih dulu membalikkan badan dan terlihat gugup mendapati ketua kelasnya berada di sana. Seseorang yang baru saja ia bicarakan. “Sejak kapan lo…”
        “Him! Himchan! Kim Himchan! Lo masih di sana, kan!” pekik cowok itu yang merasa seperti diabaikan oleh Himchan. Merasa tidak ada respon, ia mematikan panggilan kemudian menjalankan mobilnya untuk meninggalkan tempat tersebut.

***

        Seok Jin dan Himchan kini berdiri saling berhadapan. Himchan tampak menggenggam erat ponselnya. Ia juga seperti melupakan seseorang yang tadi ia telepon. Sementara Seok Jin menatap Himchan bingung. Namun ia juga tidak terlihat seperti mencurigai sesuatu pada Himchan.
        “Yang lo maksud ketua kelas itu, gue kan?” Seok Jin bertanya dengan nada polos. Seolah ia memang tidak tahu apa-apa.
        Himchan masih berdiri membeku di tempatnya. Ia seperti menyesali perkataannya tadi. Sementara Seok Jin tampak melangkah mendekat. Membuat Himchan semakin menegang. Namun Seok Jin hanya melewati Himchan yang berada di dekat meja milik Eunkwang, karena yang ia tuju adalah mejanya sendiri.
        Himchan masih mengawasi Seok Jin. Matanya sedikit terbelalak karena ia melihat Seok Jin mengambil ranselnya yang diletakkan di atas kursi. Dan Himchan tidak menyadari jika benda tersebut ada di sana yang artinya, Seok Jin pasti akan kembali ke sana kapan saja.
        “Oiya, gue juga belom punya cewek kok, Him.” Seok Jin bicara sambil memakai ranselnya. “Hmm… mungkin lo sempet liat gue sama Hayoung anak kelas 2 itu, ya?” tebaknya. “No…! Lo salah,” kata Seok Jin sambil menggerak-gerakkan jari telunjukkan ke hadapan Himchan. Ia bahkan seperti terkekeh pelan. “Hayoung tuh lagi deket sama Taekwoon. Temen sekelas kita juga, tapi dia hari ini nggak masuk.”
        Himchan sama sekali belum merubah posisinya saat itu.
        Kali ini Seok Jin bersiap pergi dari sana. Namun ia menyempatkan diri untuk melirik ke tempat Himchan berada. “Besok juga lo bakal ketemu Taekwoon, kok. Dia duduk di sana.” Seok Jin tampak menunjuk ke tempat Taekwoon duduk di kelas tersebut. Sebuah kursi kosong bersama cewek bernama Dasom.
        “Gue duluan ya, Him.” Seok Jin kemudian berpamitan. Ia setengah terburu-buru. Dan bahkan ia sampai tidak mempedulikan Himchan meresponnya atau tidak.

***

        Taekwoon melirik jam tangannya. Cowok itu resah menunggu seseorang di depan gerbang SMA Paradise. “Sekolah udah sepi, tapi Jin belom muncul-muncul juga,” gerutunya. Ia sempat turun dari motor sport-nya hanya untuk memeriksa ke dalam area sekolah. Suasana di dalam tak kalah sepinya. Dan Taekwoon menangkap sebuah motor tersisa di lapangan parkir.
        “Itu si Jin motornya masih ada,” ujar Taekwoon lagi.
        TIIINNN…!
        Taekwoon sontak terlonjak. Jelas ia terkejut karena suara kelakson mobil yang tepat berada di belakangnya. Taekwoon sudah ingin menghampiri pengendara mobil untuk melakukan protes. Namun si pengemudi justru sudah lebih dulu ke luar.
        “Taek, Jin masih di dalam?” tanyanya.
        Taekwoon membeku melihat cowok di hadapannya kini. Itu adalah cowok yang beberapa waktu lalu menerima panggilan dari Himchan tadi.
        “Lo masih inget gue, Ho?” Taekwoon justru balik bertanya dengan tatapan tak percaya pada cowok tersebut. “Ho! Minho!” seru Taekwoon karena cowok tadi lebih memilih melesat ke dalam gerbang sekolah. Setelah tertinggal beberapa langkah, Taekwoon baru melesat untuk menyusul cowok yang tadi ia panggil dengan nama Minho.
       
***

        Seok Jin memain-mainkan kunci motornya saat melangkah menuju parkiran motor yang hanya menyisakan kendaraan miliknya tersebut. Seok Jin memilih memasukkan blazer sekolahnya ke dalam bagasi kecil di bawah jok motor.
        “Jin! Seok Jin!”
        Seok Jin membatalkan niat mengenakan helm saat mendengar teriakan seseorang memanggil namanya. Saat menoleh, Seok Jin mendapati seorang cowok berlari ke arahnya. Seok Jin bahkan sampai turun dari atas motor dan meletakkan kembali helmnya ke atas spion.
        Sementara dari gerbang gedung A, tampak Himchan melangkah mendekat juga. Taekwoon pun tampak masih mengejar cowok tadi.
        “Minho?” seru Seok Jin.
        Cowok itu berhenti beberapa meter di hadapan Seok Jin. Ia membungkukkan tubuhnya dengan ke dua tangan bertumpu pada lutut. Napasnya juga tampak sedikit tersengal-sengal.
        Seok Jin menatap Minho dengan tatapan setengah tak percaya. “Lo masih inget gue?”
        “Gosip kalau Himchan amnesia gara-gara kecelakaan, ternyata itu kejadian yang menimpa Minho,” sahut Taekwoon. Ia sempat mengawasi ekspresi Himchan yang tidak menyiratkan apa-apa. Di sisi lain, Taekwoon juga menatap Himchan takjub karena ia juga baru melihat cowok itu lagi hari ini. Tepat di depan matanya.
        “Sial!” Seok Jin terdengar mengumpat. “Kenapa nggak pernah kepikiran Minho! Lo juga ke mana aja selama ini?”
        “Banyak hal yang nggak bisa gue certain, Jin.” Minho tak langsung meneruskan ucapannya. Ia mengawasi orang-orang yang ada di hadapannya. Termasuk juga Himchan.
        “Lo juga amnesia, Ho?”
        Minho menoleh cepat pada Taekwoon. Ia menatap cowok tinggi itu sedikit merasa bersalah. “Maaf, Taek. Gue bukannya nggak ngenalin lo waktu itu. Tapi gue terpaksa bohong hampir ke semua orang. Sebenernya gue emang kecelakaan, tapi gue nggak sampe amnesia.”
        “Eun Ji udah nggak sekolah di sini, Ho.”
        Minho mengangguk, namun terlihat pasrah. Ia juga berusaha terlihat tegar dengan tersenyum. “Gue tau.”
        “Jadi, kalian juga udah saling kenal?” Himchan akhirnya terdengar bersuara. Di sisi lain, ia juga seperti menyembunyikan kekecewaan karena hanya dia yang tidak mengetahui apa pun di sana. “Tapi gue nggak bisa inget apa-apa.”
        “Him!” pekik Minho karena melihat Himchan tiba-tiba memegangi kepalanya. Ia bahkan belum sempat menjelaskan apa pun. “Kita pulang,” putusnya sambil merangkul Himchan.
        Taekwoon dan Seok Jin menatap Minho bersama Himchan. Mereka khawatir, namun mereka tidak berani melakukan apa-apa. Reaksi Himchan cukup menyeramkan karena sulit ditebak. Dan kemungkinan juga sulit untuk dikendalikan.
        “Himchan masih belum bisa diingetin apa pun tentang masa lalunya,” kata Minho yang secara tidak langsung memperingati Taekwoon dan Seok Jin agar lebih bisa berhati-hati menghadapi Himchan yang sekarang. “Bahkan waktu pertama ketemu gue setelah kecelakaan, Himchan sampe pingsan karena maksain buat inget gue.”
        “Lo cepet bawa Himchan pulang aja,” tegas Seok Jin yang sudah tidak tahan melihat penderitaan Himchan saat itu.
        Taekwoon tampak menyentuh lengan Seok Jin seperti mengisyaratkan sesuatu. “Kita ngikutin lo dari belakang.”
        “Jangan!” Minho menoleh cepat.
        “Kenapa?” protes Taekwoon.
        “Pokoknya jangan. Biar nanti gue aja yang ngabarin kalian.”
        Melihat ekspresi Minho yang tidak bisa dikatakan sedang bercanda, Taekwoon dan Seok Jin tidak berani untuk memprotes lagi atau pun mendesak untuk minta penjelasan. Mereka cukup mengerti hal itu. Taekwoon akhirnya memilih berlari lebih dulu ke luar gerbang SMA Paradise. Menuju mobil Minho, dan membukakan pintu untuk mereka, terutama Himchan.

***

        “Hai…. Udah baikan?”
        “Ho Seok?” Hyerim menoleh cepat menghadap Ho Seok. “Lo kenapa kemaren? Diapain sama anak baru itu?”
        Ho Seok langsung mengawasi sekitar melihat kekhawatiran Hyerim untuknya. Dan tanpa berkata, ia menarik lengan Hyerim untuk ikut bersamanya menuju samping gedung A. Ekspresi cowok itu pun cukup terlihat serius. Setelah dirasa aman, Ho Seok menatap Hyerim.
        “Harusnya gue yang tanya, ada hubungan apa lo sama Sungjae? Keliatannya dia protect banget ke lo.” Ada nada tak suka saat Ho Seok membicarakan Sungjae.
        “Nggak ngerti, Seok! Tapi gue rasa, dia nyangkain gue itu Eun Ji.”
        “Tapi Eun Ji udah nggak sekolah di sini.”
        “Kita mungkin tau, tapi dia nggak!”
        Selanjutnya, Ho Seok dan Hyerim saling diam. “Sebenernya, siapa sih si Sungjae itu?” kesal Ho Seok. “Pas dia baru masuk kelas gue juga udah bikin gue naruh curiga sama dia. Aneh aja, ada anak baru yang mau masuk ke SMA Paradise. Belom lagi reaksi Hayoung waktu pertama kali ngeliat Sungjae.”
        “Hayoung?” Hyerim mengulangi ucapan Ho Seok untuk memastikan. “Gue jadi kepikiran waktu dia ngajak Jin ngomong.”
        “Ngomongin apa?” Ho Seok menatap Hyerim, penasaran. Namun Hyerim hanya mengangkat bahu saja.

***

        Himchan terlihat turun dari sebuah mobil mewah. Dan tentu itu cukup mencolok untuk para siswa dari SMA Paradise. Beberapa dari mereka bahkan hanya menumpang bus umum. Atau sebagian, masih bisa mengendarai sepeda motor biasa.
        Sementara di seberang jalan, tampak Jungkook berlari kecil untuk sampai ke tempat Himchan berada. Tepat ketika mobil mewah Himchan sudah berlalu.
Jungkook mengikuti arah tatapan Himchan. Cowok itu sedang melihat seorang cewek yang bisa dibilang cukup mencurigakan. Cewek itu mengenakan pakaian serba tertutup. Ia bahkan mengenakan masker dan memakai sebuah topi. Ke dua cowok tadi cukup terpaku dibuatnya. Bukan karena terpesona, tapi karena mereka mencurigai sesuatu.
        “Dia nggak niat sekolah?”
        Jungkook mendongak cepat saat mendengar samar suara Himchan. Namun saat ia menatap Himchan, cowok itu sudah melangkah pergi dan berusaha untuk tidak mempedulikan cewek tadi. Namun tidak untuk Jungkook. Ia justru memilih menghampiri cewek tadi.
        “Ikut gue!” bisik Jungkook. Ia bahkan terlihat hanya seperti melintas saja. Seolah tidak terjadi apa-apa. Ia terus berjalan lalu berbelok di sebuah gang. Setelah itu, Jungkook menghentikan langkah sambil langsung berbalik.
        “Jungkook!” seru cewek itu sambil memeluk Jungkook.
        Jungkook tidak bereaksi apa-apa. Saat cewek itu sudah melepaskan pelukannya, ia menatapnya intens. “Kok kak Eun Ji bisa ada di sini?”
        Cewek itu akhirnya membuka masker serta topi yang menutupo hampir seluruh wajahnya. Cewek bernama Eun Ji itu sangat terlihat mirip dengan Hyerim. Namun rambutnya sedikit terlihat kecoklatan, dan penampilannya jauh lebih modis dari Hyerim yang biasa berpenampilan sederhana.
        “Gue nyari Minho, Jung. Gue denger dia digebukin sampe amnesia sama Sungjae. Dan sialnya gue baru tau beberapa hari lalu.” Wajah Eun Ji terlihat suram.
        “Ternyata ada nuker berita tentang mereka!” desis Jungkook.
        “Maksud lo, Jung?”
        “Yang di gebukin sampe amnesia itu Himchan, bukan Minho. Minho kecelakaan, dan kabarnya dia juga amnesia. Tapi…” Jungkook tak melanjutkan ucapannya karena ia seperti baru menyadari sesuatu dari ucapan Eun Ji tadi. “Digebukin sama siapa tadi lo bilang? Sungjae? Bukan Yook Sungjae, kan?”
        “Lo kenal dia, Jung?” Eun Ji justru balik bertanya. Namun tangannya sibuk bermain di atas layar sentuh ponselnya. “Yang ini bukan orangnya?” Eun Ji menunjukkan sebuah foto pada Jungkook.
        Tentu Jungkook sukses dibuat terkejut oleh Eun Ji. Untuk beberapa saat, Jungkook bahkan tak melepaskan tatapannya pada layar ponsel Eun Ji. “Gimana ceritanya lo bisa kenal sama Sungjae?” desak Jungkook yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.
        “Dia temen lama gue,” kata Eun Ji. Namun terdengar sedikit ragu. “Sungjae juga suka sama gue udah lama banget. Dan gue rasa dia ngincer Minho karena tau Minho itu cowok gue.”
        Jungkook sempat melirik jam tangannya. Dan waktu sudah menunjukkan saatnya ia masuk kelas. “Pulang gue sekolah, kita ketemu lagi. Gue harus masuk kelas dulu.”
        Eun Ji mengangguk cepat. “Jangan lupa kabarin gue.”

***

        Himchan yang baru tiba di kelas, menatap Hyerim bingung. “Kok lo udah ada di sini aja? Bukannya tadi lo masih di luar gerbang? Dan pakaian lo aneh banget.”
        Hyerim tak langsung menjawab. Ia sibuk mencerna ucapan Himchan yang menurutnya cukup janggal. Cewek itu lalu menatap Minhyuk yang sebenarnya sudah berdiri di dekat Himchan. Dan kemungkinan Minhyuk juga mendengar pertanyaan Himchan tadi. Minhyuk juga mencurigai sesuatu, namun ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
        “Hyerim dari tadi ada di sini, Him. Sama gue juga. Dan mungkin yang lo liat cuma mirip aja. Orang kan emang suka gitu. Ada yang mirip sama orang lain,” ujar Minhyuk untuk mengalihkan keadaan.
Mungkin jika tidak dalam keadaan amnesia, Himchan pasti akan sadar jika nada bicara Minhyuk yang canggung cukup mencurigakan. Namun nyatanya, Himchan lebih memilih membenarkan ucapan Minhyuk. Tentu saja ia merasa tidak ada hal yang harus dicurigai.
        “Sepuluh menit untuk ganti pakaian olahraga!”
        Himchan hanya sempat menoleh sesaat pada salah satu guru SMA Paradise yang akan mengajar mereka olahraga. Setelah itu tanpa bicara apa-apa, ia melangkah pergi menuju mejanya.
        Minhyuk juga kembali ke tempat duduknya untuk mengambil seragam olahraga sambil mengawasi Himchan. “Untung dia nggak curiga,” ujarnya yang tentu ia tujukan untuk Hyerim. “Kasian kalo dia dipaksa inget sama Eun Ji.”
        “Lo juga mikir kalo itu Eun Ji? Bukannya dia pindah ke luar negeri?” tanya Hyerim.
        “Nggak ada yang tau juga, Rim.”
        “Hyerim, ayo ke toilet,” seru Chorong saat ia melintas di depan meja Minhyuk dan Hyerim.
        “Gue tunggu di lapangan,” ujar Minhyuk sebelum Hyerim menyusul Chorong ke luar kelas.

***

        “Sini cepet lempar tas lo!” desis Taekwoon yang menunggu Seok Jin dari bawah. Ia juga sambil mengawasi sekitar agar keberadaan mereka aman.
        “Cari tangga kek, Taek!” seru Sok Jin yang masih tampak ragu untuk melompat dari dinding pembatas sekolah. Ia bahkan sama sekali belum memberikan ranselnya pada Taekwoon yang menunggu dengan gusar di bawah.
        “Makanya, kalo nggak biasa nerobos masuk begini, jangan telat!” ejek Taekwoon. “Putar balik dulu badannya!” serunya setengah memerintah dengan gemas.
        Seok Jin meneguk ludahnya, pahit.
        “Jangan ngeliatin ke bawah terus!” pekik Taekwoon karena sejak tadi, Seok Jin hanya menatap rerumputan di bawahnya. Taekwoon menggapai-gapai kaki Seok Jin yang kini menggantung.
        “Woy! Jangan di tarik kaki gue!” protes Seok Jin.

***

        Howon dan Yoongi bertemu dengan beberapa siswa kelas 2—Myungsoo, Daehyun, Jinri dan Youngjae—di tangga. Wajah ke empatnya tampak suram. Mereka berhenti tepat di tengah-tengah anak tangga.
        “Kenapa lo pada?” tanya Howon yang cukup terlihat peduli dengan para adik kelasnya.
        “Proposal kita buat ikut olimpiade ditolak,” jawab Daehyun.
        Sontak Yoongi dan Howon melebarkan mata. “Lho, kenapa? Padahal bagus kan kalo sekolah kita perlahan bisa bangkit lagi?”
        “Mereka nggak bisalah ngalangin kalian untuk berprestasi,” timpal Yoongi mendukung ucapan Howon tadi.
        “Udahlah, Kak. Nggak ada harapan. Angkatan gue bakal jadi yang terakhir di sini,” sahut Myungsoo, terdengar cukup frustasi. Youngjae yang berdiri tepat di samping Myungsoo, merangkul cowok itu.
        Howon dan Yoongi tampak saling melempar tatapan. Mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa. Kecuali, “kita bakal coba minta bantuan Minhyuk.”
        Howon mengangguk setuju dengan ucapan Yoongi tadi. “Gue juga bakal bantuin sebisa gue.”
        Daehyun tampak tersenyum, lega. “Makasih banyak ya, Kak, sebelumnya.” Ia juga yang mewakili teman-temannya mengucapkan terima kasih pada dua kakak kelasnya itu.
        “Ya udah. Kita ke lapangan dulu ya,” pamit Howon yang kemudian diikuti Yoongi untuk pergi dari sana.

***

        “Akh! Tangan gue, Taek!” pekik Seok Jin saat sudah berhasil mendaratkan kaki di atas tanah berumput. Ia terjatuh tepat di dekat kaki Taekwoon.
        Sementara Taekwoon sendiri hanya berdiri dan tidak membantu apa-apa untuk Seok Jin. “Jangan lebay deh Pak ketua kelas,” ejeknya. “Ayo cepet bangun. Keburu ketahuan nih,” perintah Taekwoon sambil berbalik dan bersiap melangkah dari sana.
        “Tunggui napa, Taek! Akh!” seru Seok Jin sambil sesekali meringis karena rasa sakit di tangan, bahkan kakinya juga. Susah payah Seok Jin mengejar Taekwoon.
        “Kok buru-buru, sih! Mau langsung kerja sosial, ya? Anak pintar memang harus langsung sadar diri.”
        Mendengar ada suara orang lain diantara mereka, Seok Jin dan Taekwoon sontak menghentikan langkah. Perlahan ke duanya juga membalikkan badan dengan cukup takut-takut. Karena suara lembut tadi milik salah satu guru ‘tersayang’ mereka. Hyunseung.
        “Tiga hari, kan?” Tanya Hyunseung yang menganggap dua muridnya itu mengerti maksudnya. Namun nyatanya memang semua penghuni SMA Paradise tahu dan mengerti kebiasaan Hyunseung beserta istilah-istilah yang digunakan oleh guru yang juga menjadi wali kelas 3 tersebut.
        Setelah Hyunseung berbalik dan mulai melangkah pergi, pundak ke duanya—Taekwoon dan Seok Jin—tampak merosot. Atau lebih tepatnya terpaksa menerima hukuman dengan lapang dada.
        “Biasanya gue nggak pernah ketahuan, Jin!” desis Taekwoon yang kini terkesan menjadi tak ikhlas membantu Seok Jin memanjat dinding juga. Taekwoon melirik dengan tatapan dingin. “Sekalinya ada temen, malah sukses kepergok Pak Hyunseung.” Cowok itu berujar dengan nada sangat menyesal Seok Jin bersamanya.
        “Yaelah, Taek. Jangan gitu napa!” ujar Seok Jin, lesu sambil menatap Taekwoon dengan wajah polosnya.

***

        Salah satu guru SMA Paradise yang mengajar pelajaran olahraga, Junhyung, tampak membawa para muridnya dari kelas 3 ke halaman belakang sekolah yang masih cukup terbilang luas. Sudah tidak ada lapangan khusus untuk berolahraga. Gedung basket mereka menjadi salah satu bagian sekolah yang disegel.
        “Seperti biasa, pemanasan. Lari lima putaran,” putus Junhyung sekaligus menjadi perintah untuk muridnya. “Cepat! Cepat!” serunya yang tak ingin menanggapi terlalu berlebih keluhan dari para murid perempuan di kelas itu.
        “Dasom! Luna! Jangan ngerumpi mulu!” teriak Junhyung dari tepi halaman. “Yongguk! Changsub! Eunkwang! Lebih cepat lagi! Kejar Minhyuk dan Dongwoo! Hyorin, jangan lama!”
        Setelah beberapa menit, satu-persatu siswa kelas 3 tersebut mulai mengakhiri lari mereka.
        “Tadi pagi gue liat akun sosial, Sungyeol ulang tahun nih,” goda Bomi yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat cowok tersebut berada. “Bisa kali traktir minum,” ledeknya lagi.
        Sungyeol sendiri hanya tersenyum menanggapi candaan Bomi tersebut. “Minum aja gapapa, kan?”
        “Tapi di sini nggak ada kantin,” keluh Bomi kemudian.
        “Nanti gue beli di super market depan,” kata Sungyeol.
        Mendengar itu, Bomi justru terkekeh canggung. “Gue bercanda kok, Yeol.”
        “Gapapa sekali-sekali. Gue juga udah bilang Jonghyun buat nemenin, kok.”
        “Ayo berdiri semuanya!” Suara keras Junhyung menginterupsi obrolan-obrolan siswa kelas 3 tersebut. Dan semuanya langsung menuruti perkataan guru mereka tersebut. “Minhyuk ke depan!” perintahnya. “Cari teman untuk berpasangan. Kita akan melakukan ­sit-up.”
        “Chorong sama aku,” seru Bomi yang tampak selalu heboh.
        Setelah itu, yang lainnya mulai memisahkan diri. Masing-masing hanya terdiri dari 2 orang. Satu orang akan melakukan sit-up pertama kali. Sementara rekannya akan memegangi kaki mereka. Setelah mereka siap dengan posisi masing-masing, sontak suasana langsung berubah sunyi. Dan semua mata bergantian menatap Hyerim juga Himchan. Memang hanya tersisa dua orang itu saja.
        Di tempatnya berada, mereka yang mengetahui rahasia Himchan dari Jungkook, tampak menatap Hyerim khawatir. Hyerim sendiri masih bingung harus bersikap seperti apa pada Himchan.
        “Gue tukeran buat jadi partnernya Himchan, ya?” bisik Howon yang kebetulan berpasangan dengan Kibum.
        Himchan juga tampak menguatkan diri untuk berani mengajak Hyerim memisahkan diri. Cowok itu hanya menggerakkan kepalanya samar sebagai tanda ia mengajak Hyerim bekerja sama. Hyerim pun tampak memaksakan langkahnya. Tepat sebelum Howon menjalani rencananya.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar