“I Don’t Believe It!”
Author :
N-Annisa (@nniissaa11)
Cast :
·
Jung
Hyerim (A-Pink)
·
Kim
Seok Jin (BTS)
·
Kim
Himchan (BAP)
·
Jung
Taekwoon (VIXX)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Oh
Hayoung (A-Pink)
Genre :
Life school, teen romance, tragedy
Length :
Chapter
***
“Lo
dapet hukuman ‘kerja sosial’ berapa hari?” tanya Minhyuk di tengah-tengah makan
mereka.
Tentu Himchan sudah
bergabung di sana. Cowok itu duduk diantara Seok Jin dan juga Hyerim. Sementara
Minhyuk duduk di seberangnya. Dan ia hanya bisa menatap bergantian pada mereka
yang sedang berbicara. Jelas karena Himchan belum memiliki topik pembicaraan
yang menarik untuk dibahas.
Seok
Jin sendiri tak begitu saja menjawab pertanyaan Minhyuk. Ada rasa sedikit malas
untuk membahasnya. “Seminggu,” ujarnya pelan.
“Hah?
Lo ngapain aja, Jin?” pekik Hyerim yang tentu saja sangat terkejut dengan
ucapan Seok Jin.
Himchan
juga ikut menatap Seok Jin penuh minat.
“Tadi
pagi gue telat, terus nggak sengaja ketemu Taekwoon. Dia juga ngajak gue manjat
tembok. Karena kelamaan nunggu gue nggak turun-turun, eh… malah ketauan sama
Pak Hyunseung.” Seok Jin bercerita dengan nada sedik menyesal. Namun cukup
menggelikan untuk ditertawai.
Hyerim
juga tampak terkekeh puas. “Lo ada-ada sih, Jin? Lagi, tumben banget lo telat?”
“Iya,
nih.” Minhyuk mendukung ucapan Hyerim. “Seumur-umur gue kenal sama lo, baru
kali ini gue denger lo telat.”
Sementara
Himchan, tidak berkomentar apa-apa. Selain karena ia memang masih lupa dengan
kebiasaan Seok Jin tersebut, Himchan juga sudah terlanjur terpesona dengan tawa
Hyerim yang sangat mempesona untuknya. Eye
smile yang dimiliki cewek itu juga membuat Hyerim terlihat sangat manis dan
lucu, terutama dimata Himchan saat itu.
“Eh,
kayaknya ada yang lupa, ya?” Seok Jin meletakkan kotal bekal miliknya. Ia
tampak celingukan mencari sesuatu. Seok Jin bahkan kini sampai berdiri dan
memeriksa saku celanya. “Ah, ternyata ada,” serunya dengan ekspresi lega karena
menemukan kunci motornya di dalam sana.
“Oiya,
kalo lo aja manjat tembok, motor lo di mana, Jin?” tanya Minhyuk.
Seok
Jin kembali duduk di lantai. “Di rumah temennya Taekwoon deket belakang
sekolah. Biasanya Taekwoon juga sering nitip motor di sana,” jelasnya.
Di
saat yang lain sibuk kembali dengan obrolan mereka, Himchan justru sibuk dengan
pikirannya sendiri.
“Lo
ke sini kenapa nggak ngajak Sunggyu?”
Himchan
menoleh cepat ke arah Hyerim. Tanpa sadar, ia menyunggingkan senyuman. Melihat
itu, Hyerim justru membeku karena sulit untuk mengekspresikan wajahnya saat
itu.
“Gue
nyaris aja lupain dia,” kata Himchan yang akhirnya bersuara. “Makasih ya udah
ingetin,” lanjutnya sambil mengusap singkat puncak kepala Hyerim sebelum ia
melesat pergi dari sana.
Kali
ini bukan hanya Hyerim, tapi Seok Jin dan Minhyuk juga terlihat membeku karena
perlakuan Himchan pada Hyerim. Apalagi Himchan melakukannya juga sangat terlihat
natural seperti ia tidak pernah mengalami amnesia.
“Oh, God…!” Hyerim terdengar mengumpat. Ia
bahkan sampai menghempaskan punggungnya ke tembok.
Minhyuk
menggeser duduknya dan beringsut mendekati Hyerim. Sementara Seok Jin meraih
salah satu tangan Hyerim saat Minhyuk sudah merangkul cewek itu.
“Kalo
emang lo nggak sanggup ada diposisi kayak sekarang ini, bilang aja,” ujar Seok
Jin lembut.
“Jin
bener,” sahut Minhyuk. “Kita bisa cari cara biar lo bisa sedikit terhindar dari
Himchan.”
“Tapi
gue kangen sama Himchan, Min, Jin!” Hyerim menatap sendu ke dua temannya.
Minhyuk
mengusap pundak cewek itu masih dalam pelukannya. Sementara Seok Jin juga
semakin mengeratkan genggamannya.
“Apa
Himchan juga pura-pura amnesia kayak Minho?”
“Apa,
Jin?” seru Minhyuk yang menegaskan agar Seok Jin mengulangi ucapannya. Ia
kurang siap dengan kalimat yang diucapkan Seok Jin tadi. “Minho?”
Seok
Jin menoleh tanpa beban untuk menatap Minhyun juga Hyerim secara bergantian.
“Dan ini menegaskan kalo memang ada sesuatu terjadi. Minho dan Himchan bisa
jadi memiliki rencana yang akhirnya bikin mereka ngerencanain hal itu.”
“Minho?
Lo ketemu dia, Jin?” desak Minhyuk. Seok Jin kemudian menceritakan tentang
pertemuannya dengan Minho kemarin.
***
Suasana
ruang kelas 3 masih cukup ramai. Tidak banyak yang meninggalkan kelas saat itu.
Dan di mejanya berada, Sunggyu tampak sedang menikmati bekal makanannya saat Himchan
tiba di kelas mereka.
“Gyu!”
seru Himchan bahkan sampai membuat Sunggyu nyaris tersedak makannya sendiri.
“Apaan
sih, Min!” protes Sunggyu. “Lo dari mana aja? Gue mau ngajak makan bareng,
juga!”
Himchan
menatap temannya itu penuh rasa bersalah. “Maaf, Gyu,” lirihnya. Dan kemudian,
ia masih berdiri di sana tanpa melakukan apa-apa selain memperhatikan Sunggyu
yang kini sudah kembali menikmati makanannya.
“Lo
ke mana aja dari tadi?” Sunggyu terdengar bertanya, namun tanpa menatap
Himchan. Ia sempat menoleh ke belakang, tempat meja Himchan berada. “Lo nggak
makan?” tanyanya lagi. Kali ini Sunggyu menyempatkan diri untuk mendongak.
“Him?” serunya karena Himchan masih saja membeku.
“Ikut
gue makan di lantai 4,” kata Himchan akhirnya dengan nada datar.
Sunggyu
hanya menatap Himchan bingung. “Bareng Jin, Minhyuk sama Hyerim?” Tentu ia tau
‘markas’ ke tiga teman sekelasnya tersebut. Namun karena Himchan yang mengajak,
ia terpaksa menuruti. Meski Sunggyu sendiri merasa tak enak hati jika tiba-tiba
bergabung dengan Seok Jin, Minhyuk juga Hyerim.
***
SMA Destiny. Hampir 30% siswa yang bersekolah di sana sekarang adalah murid
pindahan dari SMA Paradise di tahun ajaran baru ini. Tentu alasan sebagaian
besar mereka adalah karena SMA Paradise sudah tidak cukup layak untuk dikatakan
sebagai sebuah sekolah. Belum lagi mereka memang termasuk dari golongan
keluarga yang berada.
Berbeda dengan siswa yang
kini masih bertahan di SMA Paradise. Selagi masih bisa bersekolah, mereka tetap
bertahan di SMA Paradise dengan segala kekurangan sekolah tersebut.
Dan
kini, di sana juga sedang memasuki jam istirahat. Di mana Minho sedang
menikmati makan siang bersama salah satu teman sekelasnya di kantin yang cukup
mewah. Setara dengan kantin di SMA Paradise dulu sebelum sekolah tersebut mulai
jatuh dan kantin mereka ditiadakan.
Di
saat Minho dan temannya itu, Cheondung, sedang menikmati makanan mereka,
duduklah beberapa murid di meja yang tidak jauh dari tempat mereka berada. Sekitar
7 sampai 8 murid. Minho dan Cheondung sempat melirik sekilas. Bisa dipastikan,
mereka adalah murid-murid yang masuk daftar siswa berprestasi di sana.
“Anak-anak
pinter di sekolah ini kan banyak, gimana kalau kita bagi dua aja. Sebagian ikut
olimpiade, dan sisanya ikut lomba cerdas cermat aja,” kata salah satu dari
mereka. Dan tentu saja suaranya cukup terdengar sampai ke telinga Minho dan
Cheondung.
“Gue
setuju. Yang ikut olimpiade anak kelas 3 aja. Jadi anak kelas 2 yang ikut lomba
cerdas cermat,” sahut yang lainnya lagi.
“Gue
yakin SMA Paradise nggak akan turun,” ucap si cowok berkacamata di antara
mereka.
Dan
mendengar itu, Minho langsung menghentikan aktifitasnya untuk sesaat. Tentu ia
tidak ingin Cheondung mencurigainya. Diam-diam, Minho tetap berusaha mencuri
dengar apa yang akan mereka katakan lagi tentang SMA Paradise, tempat ia
bersekolah dulu. Minho memang menjadi salah satu siswa yang ‘terpaksa’ pindah
ke SMA Destiny.
“Sekolah
aja cuma ada dua kelas. Udah nyaris ditutup pula,” lanjut anak berkacamata tadi
dengan nada meremehkan. “Mereka pasti nggak akan punya persiapan lebih untuk ikut
lomba bergengsi kayak gini,” ucapnya membuat yang lain ikut menertawai.
Minho
yang sudah tidak tahan dengan pembicaraan mereka, memilih untuk berdiri dan
bersiap pergi dari sana. Dari pada ia tidak bisa menahan diri untuk menghajar
mereka satu-persatu. Jujur saja, cowok itu masih ingin tetap di SMA Paradise.
Sahabat-sahabat terbaiknya masih bertahan di sana.
“Lo
mau ke mana, Min?” cegah Cheondung.
“Gue
udah kenyang. Nanti nyusul gue di atap ya.” Setelah menyelesaikan ucapannya,
Minho segera melesat pergi. Sementara Cheondung hanya mampu menatap punggung
Minho yang semakin menjauh tanpa bisa mencegahnya lagi.
***
Seok
Jin, Hyerim dan Minhyuk sudah kembali ke posisi mereka sebelum Himchan pergi
tadi. Dan saat itu, dikejauhan sosok Himchan pun muncul bersama dengan seorang
pemuda di sampingnya. Sunggyu.
“Lo
bener-bener nyamperin Sunggyu di kelas, Him? Padahal kan lo bisa SMS atau
telpon aja,” kata Minhyuk.
“Nah,
iya!” seru Sunggyu yang seperti baru mendapat pencerahan. “Ngapain juga lo
repot-repot turun-naik tangga gini?”
Himchan
hanya menggaruk tengguknya, canggung. “Nggak ada yang ingetin gue, Gyu.”
Seok
Jin terkekeh sambil menepuk-nepuk pundak Himchan yang kembali mengambil tempat
di sampingnya. “Sorry, Him. Kita
nggak ada yang kepikiran kesitu. Soalnya lo juga langsung kabur gitu aja.”
“Gapapa
kok, Jin.” Himchan hanya mengangguk mengerti.
Sunggyu
sendiri mengambil tempat diantara Himchan dan Hyerim. Ia sempat memberikan
senyum untuk cewek satu-satunya yang berada di sana. “Softlens-nya cocok Rim buat lo,” komentarnya. Tentu untuk sekedar
memulai basa-basinya karena baru bergabung di sana.
“Cocok
nggak cocok, ini darurat Gyu.” Hyerim tampak terkekeh diikuti yang lain.
Sementara Himchan hanya tersenyum menanggapinya.
Mereka
kemudian melanjutkan sisa makan siang mereka yang sempat tertunda. Tentu
Sunggyu juga sampai membawa bekal makannya untuk ia lanjutkan di koridor atas
tersebut.
***
Seperti
janjinya tadi, Minho menunggu Cheondung di atap. Saat Cheondun datang, Minho
sedang menyandarkan punggungnya ke tembok pembatas dengan wajah yang menoleh ke
samping. Minho bahkan tidak melirik sedikit pun saat Cheondung sudah tiba di
sana dan melangkah mendekatinya.
“Lo
minta ini buat apa?” Cheondung bertanya, sementara tangan kanannya menyodorkan
selembar kertas ke arah Minho.
Setelah
itu, barulah Minho menoleh sambil menerima kertas tersebut. “Sorry, Cheon. Kertas ini mau gue gunain
untuk apa, gue belum bisa cerita,” kata Minho cukup merasa bersalah. Namun ia
benar-benar harus merahasiakannya.
Cheondung
hanya mengangguk tanpa ada rasa kesal atau apa pun. Ia memang bukan orang yang
suka mengusik kehidupan pribadi orang lain. Terutama Minho. Dan tentu Minho
sendiri cukup nyaman bersama Cheondung. Karena rencananya untuk pura-pura
amnesia berjalan lancar.
“Gue
denger, lo dulu pernah sekolah di SMA Paradise? Banyak yang pindahan dari sana
juga kan di sini?”
Minho
tak langsung menjawab pertanyaan Cheondung.
“Bebas
sih lo mau jawab kapan aja,” ujar Cheondung lagi. Tentu karena ia memang tidak
suka mengusik kehidupan orang lain.
“Bukan.”
Minho menoleh cepat, namun hanya sedetik dan ia kembali mengalihkan tatapannya.
“Ada asap di gedung sana.” Ia menunjuk ke sebuah arah. Dari atas sana, tentu
cukup leluasa melihat pemandangan yang disuguhkan salah satu sekolah mewah
tersebut.
Cheondung
mendekatkan diri ke tembok pembatas untuk menajamkan penglihatannya. Tak lama
kemudian, terdengar bunyi alarm peringatan untuk kebakaran. Disusul oleh
orang-orang yang mulai meninggalkan gedung untuk menyelamatkan diri ke tempat
yang lebih aman.
“Dari
arah ruang laboratorium Kimia!” pekik Cheondung sesaat sebelum melesat pergi
dari sana bersama Minho.
***
Taekwoon
baru saja dari lantai bawah untuk mengambil perlatan kebersihan. Ia berniat
melakukan kewajiban ‘kerja sosial’-nya. Saat menaiki tangga menuju lantai 2,
Taekwoon melihat Howon melintas.
“Jin
belom balik ke kelas ya, Won?”
Howon
lantas menoleh karena mendengar ada yang berbicara. Dan bisa dipastikan itu untuknya.
Howon mengacungkan jari telunjuknya ke arah atas. “Masih di atas kayaknya. Atau
mungkin Jin udah lagi ‘kerja sosial’, gue juga kurang tau, deh.”
Taekwoon
menggeleng tegas. “Nggak, Seok. Peralatan masih lengkap. Jungkook juga gue liat
masih di kelasnya tadi.” Taekwoon sudah sampai di lantai 2 dan meneruskan
langkahnya menuju sebuah ruangan di ujung koridor. Dan tanpa sadar, Howon
justru mengikutinya sampai tempat itu.
“Gue
nggak kebayang kalo anak kelas 2 itu bener-bener jadi angkatan terakhir di sini.
Dan SMA Paradise benar-benar ditutup.”
Taekwoon
menatap Howon datar. Namun tak dipungkiri jika kini ia merasa merinding jika
apa yang dikhawatirkan Howon benar-benar terjadi. Belum lagi, Howon juga tampak
melangkah dengan tatapan tak fokus.
“Dapet
omongan gitu dari mana, sih?” tegur Taekwoon yang kemudian berhenti lalu
berdiri tepat di depan Howon seakan menghalangi jalan cowok itu.
“Proposal
anak kelas 2 buat ikut olimpiade ditolak,” kata Howon tanpa beban seolah hal
tersebut bukan rahasia besar. Dan itu sukses membuat Taekwoon membulatkan mata.
“Mereka sendiri yang ngomong langsung ke gue dan Yoongi.”
Pundak
Taekwoon tampak merosot. Olimpiade lokal tersebut sudah sering dikuasai SMA
Paradise saat masa-masa jaya mereka. Dan cowok itu teringat dengan perjuangan
teman-teman angkatannya saat masih di kelas 2 dulu. Tentu sebelum SMA Paradise
hanya memiliki 2 kelas seperti sekarang.
Minho,
Himchan dan tiga orang lagi yang menjadi perwakilan SMA Paradise di olimpiade
tersebut. Namun kini hanya tersisa Himchan di sana dengan keterbatasannya
sekarang ini.
Lamunan
mereka terinterupsi saat Taekwoon mengeluarkan ponselnya dari dalam saku
celananya. Sebuah pesan yang membuat Taekwoon ingin menunjukkannya pada Howon.
Mereka lalu saling menatap dengan ekspresi wajah cerah. Dan seperti ada yang
mengomandoi, Howon Dan Taekwoon segera melesat pergi dari sana. Taekwoon bahkan
sampai melupakan peralatan kebersihannya begitu saja.
***
“Makasih,”
ujar Hayoung saat mengembalikan ponsel Jungkook. Sedetik kemudian, cewek itu
langsung sibuk dengan ponselnya dan meninggalkan Jungkook dengan kesibukannya.
Jungkook
sendiri langsung memasukkan ponselnya ke saku celana. Namun ia dan Hayoung
tetap berdiri di koridor depan kelasnya. “Si anak baru itu tadi nggak masuk,
ya?”
Hayoung
mengangguk cepat tanpa sedikit pun mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.
“Iya, nggak masuk.”
Jungkook
hanya menyandarkan kepalanya ke tembok karena bosan. Ia juga belum ingin
melanjutkan tugas ‘kerja sosial’-nya. Namun ia juga tidak ingin kembali ke
kelas. “Kak Jin lagi ‘kerja sosial’ nggak, ya?” Ia bertanya untuk dirinya
sendiri.
“Hayoung!
Jungkook!”
Hayoung
dan Jungkook menoleh bersamaan ke arah Taekwoon dan Howon yang tampak melangkah
mendekat. Ke duanya sama-sama langsung menegakkan badan.
“Anak
kelas 2 lengkap di kelas, kan?” Taekwoon bertanya tanpa menghentikan langkah
sedetik pun. “Ayo ikut ke kelas sebentar,” ujarnya setengah memerintah.
Howon
juga tampak melambaikan tangan untuk menegaskan pada Jungkook dan Hayoung agar
mengikuti dirinya juga Taekwoon yang bahkan sudah masuk ke dalam ruang kelas 2.
Taekwoon
menerobos masuk begitu saja dan berdiri tepat di depan meja Krystal juga Ho
Seok. “Minta perhatiannya untuk anak kelas 2,” serunya dari depan kelas. Dan
tidak sulit untuk mendapatkan apa yang ia inginkan di sana.
“Youngjae!
Myungsoo! Ke sini!” seru Howon setengah memerintah. Tidak hanya ke dua orang
yang terpanggil oleh Howon, tapi beberapa anak yang kebetulan sedang berada di
belakang kelas segera saja bergegas menghampiri dua kakak kelas mereka yang
datang berkunjung ke sana.
“Gue
denger, proposal untuk ikut olimpiade ditolak. Bener gitu?” seru taekwoon untuk
meminta kepastian. Terutama pada Daehyun, Jinri, Youngjae dan Myungsoo yang ia
tahu memiliki nilai diatas rata-rata.
“Gitu
deh, Kak,” gumam Myungsoo enggan. Sementara yang lain menyetujui ucapan
Myungsoo, termasuk yang tidak ikut campur untuk urusan proposal tersebut.
“Taekwoon
punya alternative lain. Dan ini tanpa harus buat proposal untuk diajuin ke Pak
Doojoon.” Ucapan Howon membuat mata para murid kelas 2 tersebut berbinar.
Taekwoon
juga mengangguk membenarkan ucapan Howon sambil menyodorkan ponselnya yang
berisi sebuah pesan gambar. “Nanti gue cari tahu dan sekalian daftarin. Kalian
cuma butuh persiapin diri aja. Kalau bisa mulai dari sekarang.”
“Lo
ngapain sih, Ri?” tegur Youngjae saat melihat Jinri mengusap-usap layar ponsel
Taekwoon yang ada di tangannya.
“Gue
kirain layarnya kotor. Ternyata emang gambarnya. Banyak asap kayak deket daerah
yang lagi kebakaran,” cetus Jinri dengan tebakannya yang di luar dugaan.
“Bisa
aja lo, Ri.” Taekwoon tampak terkekeh canggung. Namun dalam hati, ia cukup
memikirkan ucapan Jinri tadi. Pasalnya, pesan gambar tersebut dikirimkan oleh
Minho. “Minho lagi nonton kebakaran,
gitu?” pikirnya.
***
Hyunseung
baru saja menyelesaikan pelajarannya siang itu di ruang kelas 2. Ia kemudian
bergegas meninggalkan kelas dan sempat berhenti sesaat di depan meja Jungkook
yang kebetulan berada dekat pintu ke luar. “Besok hari terakhir kamu ‘kerja
sosial’, ya?”
Jungkook
hanya mengangguk sopan. “Terima kasih, Pak!”
Setelah
Hyunseung benar-benar pergi dari sana, hampir seluruh siswa mulai meninggalkan
meja mereka. Salah satunya Youngjae yang duduk di meja paling belakang. Ia
menuju meja Jinri bersama Hayoung. Tampak Myungsoo juga mendekat ke sana.
“Ada
apaan, tuh? Kok pada ngumpul di sana?” seru Jungkook pada teman semejanya, Namjoon.
Namjoon
langsung menoleh ke tempat yang dimaksudkan Jungkook. Ia sendiri hanya
mengangkat bahu. “Mau bahas masalah lomba yang dibilang Kak Taekwoon, mungkin.”
Sementara
orang-orang yang berkumpul tadi, mulai memisahkan diri kembali. Terlihat Jinri,
Hayoung juga Daehyun yang kini meninggalkan meja. Tak lupa mereka membawa
beberapa alat tulis dan kemudian melangkah ke arah pintu ke luar.
Jinri
dan Daehyun mendahului Hayoung yang sempat berhenti sesaat di depan Jungkook
yang menatapnya bingung. “Lo juga ikutan, Jung!” serunya sambil menarik paksa
tangan Jungkook. “Kita bakal bagi-bagi tugas di perpus. Lo juga boleh ikut kok,
Yeol.” Kali ini Hayoung menatap Namjoon.
Tiba-tiba
Yookyung tampak merangkul Hayoung. “Ayo, Young!” serunya sambil menyeret
Hayoung untuk pergi dari sana. Hayoung sendiri masih sempat terlihat menyuruh
Jungkook dan Namjoon untuk segera menyusul mereka.
“Heh!
Lo berdua, ayo cepet ikut!” paksa Youngjae menarik tangan Namjoon. Anak-anak
yang lain juga mulai meninggalkan kelas. Sementara Myungsoo juga tampak
menyeret Jungkook kemudian. “Kak Howon udah nunggu di perpus,” lanjutnya lagi.
Dan ruang kelas 2 benar-benar sepi.
***
“Hyerim
mana, Min?” seru Howon saat Minhyuk memunculkan diri di perpustakaan sekolah
yang tentu saja salah satu ‘aset’ sekolah yang tetap dipertahankan. Ia di sana
sudah bersama Taekwoon, Dongwoo, Changsub, Hyunsik dan Bomi.
“Dia
lagi gantiin Jin dulu buat piket kelas,” jelas Minhyuk. Ia kemudian mengambil
salah satu kursi, tepat di samping Taekwoon. “Lo nggak ‘kerja sosial’?”
tanyanya.
Taekwoon
yang sedang membaca buku Biologinya, langsung menoleh mendengar Minhyuk
bertanya padanya. “Udah tadi pas istirahat pertama.”
Minhyuk
hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban Taekwoon. Cowok tadi juga langsung
kembali menekuri buku Biologi di hadapannya. Kamudian dari arah rak-rak
penyimpanan buku, tampak Yoongi memunculkan diri bersama tumpukan buku
dipelukannya. Tepatnya buku-buku tentang Fisika.
“Untuk
Matematika sama Chorong atau Jinki aja,” kata Yoongi sambil meletakkan
buku-bukunya di meja yang kosong.
Tak
lama kemudian, pintu perpustakaan terbuka diiringi derap langkah para siswa
kelas 2 yang baru tiba bersamaan. Yongguk dan Dasom juga muncul dari arah rak
pemyimpanan buku. Sama seperti Yoongi, ke duanya juga membawa tumpukan buku
dipelukan mereka.
“Dua
minggu apa cukup, Kak?” seru Myungsoo yang tampak khawatir dengan waktu singkat
yang mereka miliki jika tetap memaksa untuk ikut lomba tersebut. Masalahnya,
impian mereka untuk beraksi di olimpiade sukses tertutup. Dan ini satu-satunya
alternative untuk menjadi hadiah pengganti bagi mereka. Myungsoo sendiri
memaksa duduk berdesakan di satu kursi dengan Minhyuk.
“Myung!”
protes Minhyuk sambil mendorong paksa tubuh Myungsoo untuk menyingkir.
“Kita
punya 3 hari untuk seleksi,” jelas Taekwoon agar seluruh adik kelasnya
mempersiapkan diri. Ia juga tidak terlalu mempedulikan kekhawatiran Myungsoo
tadi. Ia kemudian melirik teman-teman sekelasnya yang berada di meja terpisah.
“Yang siap jadi tutor Fisika siapa aja?” serunya dengan suara kelas.
“Yoongi
sama Bomi aja,” kata Jinki menyarankan.
“Akh
serius Kak Yoongi?” seru Youngjae memastikan dengan nada sedikit meremehkan
Yoongi.
“Eh,
jangan songong lo!” sahut Yoongi tak terima dengan ucapan Youngjae. Namun
Youngjae justru terkekeh melihatnya.
“Ya
udah. Nanti Hyerim juga bantuin kalian,” ujar Taekwoon menengahi. “Yongguk sama
Dasom tutorin Kimia, ya?”
“Oke,”
seru Yongguk sambil mengangkat ibu jarinya tanda ia setuju. Dasom juga
melakukan hal yang sama.
***
“Jimin
diskualifikasi, deh!” putus Changsub dengan suara cukup keras hingga ia menjadi
pusat perhatian saat itu.
Sementara
orang yang dimaksud justru sama sekali tidak melakukan protes keras terhadap
keputusan Kibum yang tanpa meminta persetujuan siapa pun di sana. Jimin justru
tetap tak melepaskan tatapannya pada Luna, pacarnya. Kebetulan saat itu Luna
memang membantu Taekwoon dan Changsub untuk menjadi tutor perlajaran Biologi.
Dan tentu Jimin tidak akan pikir panjang untuk bergabung di sana karena ada
Luna.
Mendengar
suara keras Kibum tadi, Minhyuk dan Dongwoo yang hanya mengawasi jalannya
seleksi tampak menyembunyikan senyum mereka. “Cinta lama belum kelar,” bisik
Dongwoo yang disetujui oleh Minhyuk.
“Changsub
udah gue suruh nembak Luna, nggak dilaku-lakuin juga. Keduluan sama Jimin,
deh.” Minhyuk ikut menimpali. Ia dan Dongwoo saling melempar tatapan yang
mungkin hanya mereka yang mengerti.
“Sorry telat,” seru Kibum riang yang baru
saja tiba di perpustakaan sana bersama Hyerim, Jonghyun, Sungyeol, dan Sunggyu.
“Bantuin
gue, Rim!” teriak Yoongi dari ujung ruangan sambil melambaikan tangan. Dan
dengan senang hati Hyerim melesat ke sana. Yoongi sendiri sebenarnya sudah
dibantu oleh Bomi menjadi tutor Fisika untuk Jungkook, Hayoung, Youngjae,
Taemin dan Junhong.
Kibum,
Sungyeol, Jonghyun dan Sunggyu sudah ingin bergabung dengan yang lain. Namun
karena melihat Minhyuk dan Dongwoon berada di tempat terpisah, Kibum menahan
langkahnya.
“Lo berdua ngapain di
situ?” seru Kibum. “Nggak bantuin yang lain?”
“Gue
jadi pengawas,” kata Minhyuk asal.
“Dan
gue wakilnya pengawas,” sahut Dongwoo tak kalah asal membuat Kibum hanya
geleng-geleng kepala dibuatnya.
***
Esoknya.
Seok Jin sudah berada di sekolah sejak pagi. Namun ia belum mengenakan kemeja
sekolahnya. Tentu Seok Jin sudah berada di sana untuk melakukan tugas ‘kerja
sosial’ yang masih menjadi hukumannya selama seminggu ini. Dan ia memulainya
dari gedung B yang sebenarnya sudah tidak digunakan.
Sekilas
ia sempat melihat seseorang melintas. Namun ia tidak sempat menangkap dengan
jelas sosok cowok tinggi tersebut. Sosok tersebut sudah terlanjur menghilang ke
dalam sebuah ruangan. Seok Jin sudah ingin menyusul, namun lebih dulu sudah ada
yang mencegahnya.
“Kim
Seok Jin!” seru Hyunseung yang muncul bersama Taekwoon dari arah berlawanan. Taekwoon
bahkan sudah membawa peralatan kebersihannya. “Kalian berdua tolong urus
ruangan-ruangan di gedung B ini,” kata Hyunseung yang secara tidak langsung
menyuruh Seok Jin juga Taekwoon untuk ‘kerja sosial’ di sana. “Nanti Jungkook
juga akan membantu kalian. Soalnya sebentar lagi kelas di sini akan segera
terpakai kembali.”
“Dipakai
untuk apa, Pak?” Seok Jin tidak bisa menahan rasa penasarannya.
“Kita
bakal dipindahin di gedung B lagi?” Taekwoon juga ikut menimpali.
“Kerjakan
dulu, jangan banyak tanya!” Dan Hyunseung pun berlalu begitu saja.
Seok
Jin dan Taekwoon saling melempar tatapan, pasrah. Ke duanya berbalik dengan
malas lalu melangkah lunglai. Sedetik kemudian, Seok Jin baru teringat sesuatu.
Sosok pemuda yang sempat menarik perhatiannya.
“Tadi
gue liat ada yang masuk ke kelas gue yang dulu,” ujar Seok Jin yang bahkan
sudah mempercepat langkah.
“Apaan
sih, Jin?” seru Taekwoon malas. Namun ia tetap mengejar temannya tersebut
sampai ke depan kelas yang berada di koridor paling ujung.
Seok
Jin melemparkan tatapan ke seluruh penjuru ruangan. Tidak ada siapa-siapa di
sana. Ia bahkan sampai berlari ke arah pintu utama gedung. Dan hanya beberapa
murid yang terlihat memasuki gedung A.
“Jin!”
Terdengar suara keras Taekwoon dari dalam kelas.
“Kenapa,
Taek!” sahut Seok Jin yang bahkan sampai melesat cepat ke dalam kelas tersebut.
Saat tiba di sana, Seok Jin mendapati Taekwoon berdiri mematung di depan kelas
sambil menatap sesuatu di tangannya. Melihat itu, Seok Jin buru-buru menyambar
sebuah foto dari tangan Taekwoon. Sebuah foto yang sukses membuat matanya
melebar sempurna. “Ini nggak mungkin kan, Taek?” gumam Seok Jin seolah meminta
dukungan dari Taekwoon.
“Lo
pikir gue percaya?”
Seok
Jin kembali menatap lekat-lekat foto di tangannya. Foto masa lalu Hyerim
bersama seorang cowok yang sulit dipercayai. Sungjae.
“Jangan
di…!” Taekwoon menyambar foto di tangan Seok Jin sebelum foto tersebut
merasakan kerasnya tangan Seok Jin. Ia bahkan sampai kehilangan kata-kata.
“Jadi mereka pernah kenal sebelumnya?”
Seok
Jin tidak langsung menjawab. Ia justru teringat kejadian waktu itu saat ia dan
Hyerim tidak sengaja bertemu dengan Sungjae.
Flashback…
“Gue kira lo ke mana?”
seru Seok Jin dengan wajah yang kini terlihat tenang karena berhasil menemukan
Hyerim di sana. Cewek itu juga terlihat tersenyum samar saat Seok Jin muncul.
“Lo tau, nggak? Masa’ si Himchan nyangkain gue itu Sunggyu,” lapornya jengkel.
Hyerim
tidak menjawab. Ia justru menoleh ke tempat Sungjae berada. Seolah memberi tahu
Seok Jin kalau bukan hanya mereka yang berada di sana. Seok Jin sendiri juga
langsung menatap Sungjae dalam-dalam. Seok Jin bahkan sampai mengerutkan
kening.
“Kayaknya
gue baru liat lo di sini?”
Sungjae
tampak kembali melangkah tanpa berniat sedikit pun merespon ucapan Seok Jin.
Saat melintas di depan Hyerim, ia menatap cewek itu penuh arti. Tapi ia
pura-pura tak menyadari keberadaan Seok Jin saat berjalan di samping cowok itu.
“Lo
kenal, Rim?”
Hyerim
menggeleng. “Tadinya gue pikir itu Taekwoon.”
Flashback end…
“Kita
harus temuin Hye…” ucapan Seok Jin terputus karena Taekwoon sudah lebih sigap
menahannya.
“Nemuin
sekarang dengan bonus tambahan hari ‘kerja sosial’,” desis Taekwoon seolah
menakut-nakuti. “Nggak ada! Kita bisa temuin Hyerim nanti setelah tugas
selesai,” putusnya kemudian sambil mendului Seok Jin untuk bersiap membersihkan
kelas. Ia bahkan sampai memasukkan foto tadi ke dalam saku celananya.
Taekwoon
mulai mengangkati kursi-kursi ke atas meja agar ia lebih mudah membersihkan
lantai. “Jin!” pekiknya membuyarkan lamunan Seok Jin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar