Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun,
Youngjae,
Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast :
A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo,
Hayoung), G.Na (Soloist), B2ST (Doojoon),
BtoB
Genre
: romance, family,
brothership
Length : chapter
***
“Mas
Youngjae ke mana, sih? Teleponnya nggak diangkat-angkat!” gerutu Zelo, memaki
ponselnya. Sementara Yongguk menatapnya aneh. Sadar diperhatikan, Zelo menoleh
galak. “Mas kok ngeliatin saya terus? Jangan bilang naksir?”
Yongguk
diam-diam tertawa mengejek. Namun tanpa sepengetahuan Zelo, ia mengawasi cowok
itu. Tentu ia merasa seperti pernah mengenal sosok bocah tinggi di sampingnya
tersebut.
Tak
lama, seorang perawat muncul dari dalam sebuah ruangan tempat Yongguk dan Zelo
berdiri tadi. “Siapa suami dari nona Chorong?”
Mendengar
itu, sontak Zelo dan Yongguk saling melempar tatapan, bingung. “Dia kali, nih.”
Zelo menunjuk cepat ke arah Yongguk. “Keliatanlah tampangnya lebih tua dari gue,”
ujarnya asal.
Yongguk
melebarkan mata ke arah Zelo dan tampak sudah ingin menendang bocah itu. Namun
tentu tidak akan ia lakukan karena ini di tempat umum, dan karena ia belum
terlalu mengenal sosok Zelo. Yongguk kemudian menyusul perawat tadi ke dalam.
Ditinggal
seorang diri, Zelo memilih duduk di kursi. Ia juga sempat mendapatkan perawatan
kecil untuk luka di bagian bawah lengannya. Zelo juga tidak ingin kabur karena
ia merasa bertanggung jawab dengan kejadian yang di alami Chorong. Ia nyaris
menyerempet cewek itu tadi.
Karena
bosan menunggu, Zelo melempar tatapan hampir ke seluruh koridor yang bisa
terjangkau matanya. Sepi. Hanya ada segelintir perawat yang ke luar atau pun
masuk ke dalam kamar pasien. Belum lagi, ini sudah hampir tengah malam. Zelo
menyandarkan punggung ke tembok. Saat mendengar langkah kaki, cowok itu
menoleh. Ia mendapati dua orang yang berjalan ke arahnya.
“Mas
Youngjae kenapa bisa babak belur gitu, sih?”
Zelo
melebarkan mata mendengar nama Youngjae disebut oleh Ilhoon. Ia bahkan menatap
lekat ke duanya. Tentu ia teringat sesuatu akan Eun Ji dan Ilhoon. Saat ia dan
Youngjae berada di sebuah super market, mereka bertemu dengan kakak-adik
tersebut.
Eun
Ji menghentikan langkah karena mendapati Zelo menatapnya tak biasa. Cewek itu
bahkan sampai menarik Ilhoon agar ikut menghentikan langkah.
“Apa
kalian lagi ngomongin Yoo Youngjae?” tanya Zelo serius. “Dia digebukin orang?
Gimana keadaannya? Di mana Mas Youngjae sekarang?”
***
Malam
itu, Daehyun sedang mendapatkan tugas di rumah sakit. Tentu dia tidak sendiri
karena status Daehyun yang masih sebagai mahasiswa. Ia ditemani seorang dokter
senior di sana. Dan pasiennya malam itu adalah dua orang pemuda korban
tabrakan.
“Bagaimana,
Daehyu?”
Mendengar
namanya disebut, Daehyun menoleh cepat ke arah pintu. Tampak seorang dokter
lagi muncul di sana. Tangan Daehyun sendiri sudah cukup berlumuran darah. Dari
ekspresi wajahnya, tentu tidak mengisyaratkan hal yang baik.
“Pasien
bernama Hyunsik kehilangan banyak darah. Tapi kami sudah memberikannya
tranfusi,” jelas Daehyun. Namun ekspresi wajahnya belum berubah. “Tapi pasien
bernama Changsub…, keadannya cukup kritis.”
Dokter
perempuan tersebut sudah berada di samping Changsub dan memastikan sendiri
keadaan pasien tersebut. Sementara dokter laki-laki yang sudah bersama Daehyun
tadi, masih melakukan sesuatu untuk Hyunsik.
“Bagaimana
dokter Taeyeon?” tegur Daehyun karena ekspresi wajah dokter tersebut berubah
saat sebelum dan sesudah memeriksa Changsub.
“Aku
harus mengambil stok darah lagi,” ujar dokter laki-laki yang bernama Donghae
tersebut. Ia juga langsung bergegas melesat ke luar ruangan tersebut.
Sementara
Taeyeon, masih belum memberikan reaksi apa pun. Melihat itu, Daehyun sontak bergegas
mendekat. Wajah Changsub yang pucat, terlihat semakin pucat. Daehyun sempat
menyentuh tangan cowok itu. Dan rasanya dingin. Saat Daehyun mendongak, ia
melihat Taeyeon menggeleng lemah seiring dengan bunyi nyaring alat pendeteksi
detak jantung.
“Saya
akan mengabari keluarganya,” ujar Taeyeon sebelum akhirnya berbalik dan
meninggalkan tempat itu.
Daehyun
sendiri hanya mendesah berat. Meski bukan pertama kalinya berada dalam posisi
tersebut, namun tetap saja rasanya selalu berat jika ada pasien yang tidak bisa
terselamatkan nyawanya. Dan yang cowok itu lakukan adalah menutupkan selimut
hingga wajah Changsub tersembunyi di dalamnya.
***
“Bagaimana
kamu bisa di sini?” tanya G.Na dengan tatapan menyedilik.
Himchan
melangkah dan menghadap ibunya dengan posisi tempat tidur Youngjar berada di
tengah-tengah mereka. Ia sempat melirik Youngjae beberapa saat dengan tatapan
sedikit tak suka. Kemudian ia kembali menatap G.Na.
“Aku
bahkan yang membawa ‘dia’ ke sini.” Youngjae berujar dengan memberikan
penekanan saat ia mengatakan ‘dia’ dan menunjuk Youngjae menggunakan dagu.
Sesaat suasana cukup sunyi. “Apa ibu mengenalnya?” desis Himchan dengan nada
seperti mencurigai.
Diluar
dugaan, G.Na cukup terkejut dengan pertanyaan menjebak yang dilontarkan oleh
putranya tersebut. Ia juga tidak langsung menjawabnya.
Kali
ini Himchan menatap sebuah papan nama tepat di atas tempat tidur Youngjae yang
berisikan nama cowok itu. Sementara Youngjae sendiri tampak masih memejamkan
mata. Beberapa bagian wajahnya tampak dipenuhi plester dan perban. Himchan lalu
kembali menatap G.Na seolah menegaskan kalau ia mengerti dengan jelas apa yang
dipikirkan ibunya tersebut.
“Youngjae?”
seru Himchan seperti menantang.
“Kamu
nggak pernah mengerti apa yang ibu rasain selama ini,” balas G.Na yang tentu
saja tak ingin terlihat salah dimata anaknya.
Himchan
tampak mengangguk-angguk. Antara mengerti, dan terkesan sedikit meremehkan.
“Selamat menikmati kebersamaan kalian,” ujarnya datar namun tetap terdengar
tajam. Himchan lalu membalikkan badan. Dan dengan tatapan lurus ke depan, ia
melangkah menuju pintu kamar tersebut.
Hanya
berjarak beberapa meter lagi, pintu sudah terlanjur terbuka tiba-tiba. Karena
terkejut, Himchan bahkan sampai termundur beberapa langkah.
Zelo tampak memunculkan
diri dengan napas berat. Cowok itu memang secepat mungkin melesat menuju kamar
Youngjae yang diberitahu oleh Eun Ji dan Ilhoon. Tentu setelah ia menjelaskan
status hubungannya dengan Youngjae.
“Lho?
Pak Himchan?” Zelo sama terkejutnya mendapati guru tampan tersebut bisa berada
di ruangan kakaknya. Namun Zelo kemudian terlihat ragu. “Ini ruangan Yoo
Youngjae, kan? Apa saya salah kamar, Pak?”
“Akh…”
kemudian terdengar suara rintihan dari bibir Youngjae.
G.Na
yang berada paling dekat, tentu menjadi yang pertama kali merespon. Reaksinya
juga terlihat cukup panik sambil memeriksa beberapa bagian tubuh Youngjae.
“Kamu gapapa? Bagian mana yang terasa sakit?”
Zelo
sampai menjulurkan kepalanya untuk memastikan sendiri siapa saja yang berada di
sana. Karena Himchan juga sama sekali tidak menjawabnya tadi.
Ditempatnya
berada, Youngjae menatap G.Na dengan tatapan yang sulit diartikan. Terutama
ketika wanita itu dengan cekatan membubuhkan obat lagi di sekitar luka
Youngjae. Meski sebenarnya, apa yang dilakukan G.Na terlihat wajar karena itu
memang sudah menjadi tugasnya sebagai perawat di sana.
“Astaga!
Bener Mas Youngjae?” seru Zelo heboh setelah memastikan sendiri bahwa cowok
tersebut adalah kakaknya, Youngjae. Tentu Zelo langsung melesat mendekat.
Membuat Himchan cukup menatapnya bingung saat melintas. “Mas Youngjae abis
ngapain, sih? Siapa yang bikin Mas begini?” cecarnya.
“Jangan
bawel bisa kali, Zel. Gue pusing, nih!” protes Youngjae yang sukses membuat
Zelo bungkam.
G.Na
masih berada di sana. Menatap sepasang saudara di hadapannya. Pertengkaran
kecil yang membuat Zelo dan Youngjae terlihat saling melengkapi satu sama lain.
Lalu ketika wanita itu melirik ke tempat putranya berada, Himchan sudah lebih
dulu melesat ke luar. Membuat G.Na hanya sempat melihat punggung tegapnya.
***
Chorong
mengalihkan wajahnya saat menyadari Yongguk ke dalam kamar rawatnya. “Ngapain
kamu ke sini?”
Tanpa
terpengaruh sedikit pun, Yongguk tetap memantapkan kaki melangkah mendekati
Chorong. “Menurut kamu enaknya aku ngapain di sini?” Yongguk balas bertanya
sambil duduk di tepi tempat tidur Chorong dengan santainya. Cewek itu bahkan
sampai sedikit menggeser tubuhnya untuk menjaga jarak dengan Yongguk. Namun
Yongguk justru terkekeh menanggapinya.
“Kamu
pasti tau apa yang aku alamin? Sekarang udah nggak ada lagi hal yang bikin aku
pantas untuk tetap di samping kamu.”
Yongguk
sontak menghentikan tawanya. Ia kemudian meraih salah satu tangan Chorong untuk
ia genggam. Dan perbuatannya itu sukses membuat air mata Chorong terjatuh.
“Kenapa
harus nyuruh Eun Ji yang bilang ke aku tentang perjodohan kamu?”
Chorong
tetap belum mau menatap Yongguk. Ia bahkan berusaha melepaskan genggaman tangan
Yongguk. Namun cowok itu justru semakin kencang menahannya.
“Apa
nggak bisa kita perbaiki? Aku akan berubah menjadi lebih baik,” kata Yongguk
sungguh-sungguh.
“Percuma,
Yong. Semua udah terlanjur. Aku hamil dan aku yakin, setelah ini kamu akan
benci sama aku. Dan aku juga udah memper…” ucapan Chorong terhenti karena
merasakan pelukan hangat dari Yongguk. Air mata cewek itu sontak semakin deras.
Tentu
Yongguk terkejut dengan pernyataan Chorong tadi. Namun ia berusaha
menyembunyikannya. “Aku nggak pernah bisa benci kamu. Maafin sikap egois aku
selama ini yang hanya mementingkan…”
“Semua
adik-adik kamu masih membutuhkan kamu,” Chorong menyelak ucapan Yongguk. “Sama
halnya Hyunsik dan Hayoung yang juga butuhin aku.” Perlahan Chorong melepaskan
pelukan Yongguk dan menatap cowok itu, lembut.
Yongguk
menghela napasnya. Perlahan ia mengulurkan tangan untuk menghapus air mata
Chorong. “Boleh nggak, air mata itu cuma untuk aku?”
Chorong
menatap Yongguk bingung dengan pertanyaan cowok itu.
Yongguk
justru tersenyum menanggapinya. Ia mengusap lembut rambut cewek yang baru ia
sadari, ia merindukannya. Tentu setelah keputusannya menolak permintaan Chorong
agar ia menikahinya. “Apapun yang terjadi, terutama jika hal buruk yang diperbuat
cowok itu, datanglah padaku. Hatiku akan tetap terbuka untuk kamu.”
Kali
ini Chorong menatap dengan mata berkaca-kaca.
“Jangan
nangis lagi. Ini takdir, bukan kemauan kita. Sekali lagi aku minta maaf sama
kamu.”
Belum
sempat Chorong mengucapkan sesuatu, seseorang membuka pintu dan mengalihkan
mereka. Seorang perawat muncul dan tampaknya perawat itu tidak terlalu
menyadari kalau di sana pasien tidak hanya sendiri.
Yongguk
sampai berdiri melihat perawat itu. “Ibu?”
Perawat
tersebut memang G.Na. Setelah Himchan pergi tadi, ia juga menyusul ke luar.
Karena perasaannya yang cukup kacau, wanita itu justru masuk ke dalam salah
satu ruangan pasien. Padahal saat itu bukan jadwalnya memeriksa keadaan
Chorong.
“Kamu
ke sini sama Himchan?”
Yongguk
mengerutkan kening. Bingung tentu saja dengan pertanyaan G.Na. “Himchan di
sini? Mungkin maksud ibu, Daehyun kali? Dia kan memang ada tugas di rumah sakit
ini.” Yongguk berusaha mengingatkan. Namun rasanya justru sakit jika ibunya
benar-benar sudah tidak mengenali anak kandungnya sendiri. Bahkan antara
Himchan dan Daehyun saja ia bisa tertukar.
G.Na
menggeleng tegas. “Mungkin Himchan emang nggak ngabarin kamu kalau temannya di
rawat di sini,” jelas G.Na seolah menyangkal apa yang dipikirkan Yongguk
tentangnya. “Ya sudah, ibu tinggal.”
***
“Pada
ke mana, sih? Dari tadi belum ada yang pulang satupun.”
Himchan
langsung pulang ke rumah malam itu. Dan ia langsung di sambut dengan suara Bomi
yang berada di depan rumahnya sendiri. Keadaan rumah keluarga Himchan juga
masih tampak gelap.
“Harusnya
ka nada Mas Yongguk sama Daehyun,” kata Himchan.
Bomi tak
berani mendekat meski ia sangat ingin melihat Himchan dari dekat. Ia kemudian
menggeleng tidak menyetujui ucapan Himchan. “Daehyun lagi tugas di rumah sakit,”
jelas Bomi.
“Oh,”
seru Himchan pendek. Ia baru tau untuk hal itu. “Berarti Mas Yongguk masih di
luar.”
“Dia
nggak bilang mau ke mana?”
Bukannya
menjawab, Himchan justru melangkah mendekat. “Lo kenapa belom tidur?” tanya cowok
itu dengan nada lembut. Dan untuk Bomi, itu nggak biasanya. “Bokap lo kapan
pulang?” Himchan bertanya lagi, padahal yang tadi saja belum dijawab.
“Dua
atau tiga minggu lagi,” ujar Bomi. Tubuhnya menegang karena sikap tak biasa
yang ditunjukkan Himchan.
Himchan
berhenti tepat di depan cewek itu. “Bisa temenin gue ke luar sebentar?”
pintanya. “Untuk tempat, semuanya terserah lo.”
Bomi meneguk
ludah. Karena Himchan benar-benar berjarak sangat dekat di depannya. Dan karena
Himchan pula, ia bisa pergi hanya berdua. Cowok itu sendiri yang mengajaknya. Sementara
Bomi sendiri, hanya bisa mengangguk pelan sebagai tanda ia menyanggupi
permintaan Himchan.
Himchan
langsung tersenyum. Senyum paling manis untuk cewek itu. Mungkin hal tersebut
adalah yang pertama karena selama ini Himchan kerap kali memberikannya tatapan horror. Ia kemudian berbalik untuk
memasukkan motornya dulu ke dalam teras rumah. Setelah itu kembali ke hadapan
Bomi yang masih berdiri di depan rumahnya.
“Sekarang,
kan? Takut kemaleman,” kata Himchan mengingatkan karena Bomi sama sekali tidak
melakukan reaksi agar mereka segera pergi dari sana.
“Oh iya,
Mas.” Buru-buru Bomi melangkah mendahului Himchan. “Kita cari makan ya, Mas. Kebetulan
Bomi juga belum makan malam.”
***
Pagi itu,
Ilhoon tampak menyiapkan sarapannya seorang diri di dalam apartmen yang ia huni
bersama kakaknya, Eun Ji. Cowok itu juga sudah bersiap untuk kuliah. Ia melirik,
tepat ke arah Eun Ji saat cewek itu muncul dari dalam kamarnya.
“Kakak
kenapa?” tanya Ilhoon karena melihat raut wajah aneh pada kakaknya itu.
Eun Ji
menghempaskan tubuh di atas kursi makan. Ia meletakkan sikunya di atas meja
sambil memijat-mijat kepalanya. “Nggak tau nih, Hoon. Pusing banget. Bawaannya mual
kalo inget kejadian Youngjae semalem. Wajahnya berdarah-darah gitu.”
“Gue bikini
teh, ya?”
Eun Ji
hanya mengangguk saja. Sementara matanya terpejam erat. Beberapa menit
kemudian, Ilhoon mendekati Eun Ji sambil membawakan segelas teh hangat untuk
kakaknya.
“Mau
gue cariin obat apaan, Kak?”
“Terserah,”
ujar Eun Ji pasrah.
“Ya
udah, tunggu bentar.” Ilhoon lalu balik badan dan melangkah menjauh. Ia
meninggalkan Eun Ji di dalam apartmen seorang diri. Baru cowok itu membuka
pintu, ternyata sudah ada seorang wanita di hadapannya. “Mama?”
“Kakakmu
ada?” tanya wanita itu.
Ilhoon
mengangguk cepat. “Lagi kurang enak badan.”
Hyuna
lalu melangkah masuk. Tentu Ilhoon tidak mungkin menghalanginya. Namun baru
beberapa langkah, Hyuna tampak berhenti karena mendengar suara Eun Ji yang
sedang menelpon seseorang. Meski ia sendiri tidak bisa melihat Eun Ji secara
langsung.
“Duuh… gue telah nih, Na. Mual banget gue
dari semalem. Sekarang ditambah sakit kepala.”
“Ada
apaan sih, Ma?” tegur Ilhoon karena melihat perubahan wajah ibunya.
“Apa
Eun Ji pernah pulang lewat tengah malam?” Hyuna justru melemparkan pertanyaan.
Ilhoon
membeku di tempatnya. “Kok mama tau?” serunya terdengar gugup.
Tanpa
bicara apa pun lagi, Hyuna membalikkan badan. Ia pergi begitu saja meninggalkan
apartmen anak-anaknya tanpa memberikan alasan pasti karena ia tentu saja
membatalkan niat untuk bertemu putrinya, Eun Ji.
***
Berita
duka itu sudah tersebar. Duka karena nyawa Hyunsik juga tidak tertolong malam
itu. Dan kini, suasana haru sudah menyelimuti rumah cowok itu. Namjoo sendiri
juga sudah berada di sana. Duduk diam dengan berurai air mata di hadapan jasad
kekasihnya.
“Mba
Chorong belum pulang. Aku mau ketemu Mba Chorong di rumah sakit!” jerit Hayoung
dengan sedikit memberontak. Beberapa keluarga terdekatnya sudah berusaha
mencegah, namun tidak sanggup. Hayoung memaksa ke luar rumah.
Sementara
di luar, Jongup tampak datang bersama Sungjae. Dan ternyata Himchan juga di
sana sebagai salah satu guru yang mengajar Hayoung.
“Mas
di sini juga? Emang dewan guru udah banyak yang tau tentang kakaknya Hayoung?”
tanya Jongup. Tentu setengah berbisik karena ia memang merahasiakan hubungannya
dengan Himchan. Namun tentu saja kecuali Sungjae.
Himchan
menggeleng atas tebakan adiknya. “Hyunsik juga adiknya Chorong. Kamu tau
ceweknya Mas Yongguk, kan? Tadi Mas Yongguk yang ngabarin gue.”
“Oh,”
Jongup berseru. “Terus Mas Yongguknya mana?”
“Chorong
dirawat. Mas Yongguk nemenin di rumah sakit,” jelas Himchan kemudian.
Mereka
sudah ingin melangkah masuk. Namun ada sedikit keributan yang disebabkan anak
pemilik rumah itu sendiri, Hayoung. Cewek itu masih sedikit histeris dan
bersikeras ingin menemui Chorong.
Jongup
berinisiatif mendekat. Ia menghalangi tubuh Hayoung.
“Jong,
temenin gue ketemu Mba Chorong,” pinta Hayoung pada Jongup. “Kasian dia sendiri
di rumah sakit.” Namun cowok itu justru menggeleng membuat Hayoung menatapnya
kecewa. “Ya udah, gue bisa…”
Jongup
menarik Hayoung ke dalam pelukannya dengan cepat. Bahkan membuat Hayoung tidak
sempat menyelesaikan ucapannya. “Lo tenang aja. Kakak lo udah bersama orang
yang tepat.”
Hayoung
mendorong tubuh Jongup untuk menjauhi tubuhnya. “Siapa? Kalo maksud lo si
Changsun itu, lo salah besar. Karena Changsub juga udah mati!” jeritnya.
Jongup
sempat menoleh ke samping, ternyata sudah ada Zelo di sana. Zelo menunjukkan
tatapan tak bersahabat untuknya. Selanjutnya, Jongup justru menarik tangan
Hayoung untuk ikut bersamanya mendekati Zelo. Tak peduli dengan protes keras
dari Hayoung yang menolak untuk ikut bersamanya.
“Zel,
tunggu!” cegah Jongup setelah melihat Zelo membalikkan badan dan bersiap
melangkah pergi.
Dengan
malas, Zelo berhenti dan berbalik. “Kenapa?”
Jongup
dengan jahilnya sudah lebih dulu mendorong pelan tubuh Hayoung sampai terjatuh
tepat dipelukan Zelo.
“Jagain
Hayoung dulu, ya? Gue ada urusan lain.” Dengan cepat Jongup meninggalkan Zelo
bersama Hayoung di sana sebelum salah satu dari mereka ada yang memprotesnya
lagi. Sementara Sungjae dan Himchan hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan
Jongup yang di luar dugaan.
Ternyata
Jongup sempat melihat sosok Namjoo di sana. Dan tentu ia ingin menemui cewek
yang sedang menarik hatinya tersebut.
***
Beberapa
hari kemudian. Dan Eun Ji sudah di bawa paksa untuk pulang ke rumah orang
tuanya tanpa ada penjelasan apa pun. Namun Ilhoon masih tinggal di apartmennya.
Sore itu,
Ilhoon mendapat kehadiran seorang tamu di apartmennya. Youngjae. Dengan wajah
yang masih dipenuhi lebam, Youngjae datang untuk bertemu Eun Ji. Dan tentu saja
untuk mengembalikan transkrip milik cewek itu.
“Masuk
dulu, Mas.” Ilhoon mendahului Youngjae ke dalam lalu mempersilahkan cowok itu
untuk duduk. Ilhoon juga sempat menyuguhkan beberapa kaleng minuman ringan
untuk Youngjae. “Kak Eun Ji lagi nggak pulang ke sini.”
Youngjae
sudah ingin menenggakkan minumannya, namun sukses dibatalkannya karena ucapan
Ilhoon tadi. “Terus, Eun Ji pulang ke mana? Ke rumah orang tua kalian?”
Ilhoon
mengangguk cepat.
Youngjae
tampak mempertimbangkan sesuatu. “Gue nitip ini aja, deh.” Akhirnya cowok itu
menyodorkan sebuah amplop coklat. “Transkrip nilainya Eun Ji. Setelah ini gue
ada urusan ke luar kota soalnya. Takut nggak sempet kalo gue yang nganterin
langsung ke rumah kalian.”
“Oh,
ya udah, Mas. Nanti gue sampein,” kata Ilhoon setelah menerima benda itu.
“Sepertinya
itu yang selama ini saya cari.”
Ilhoon
tampak berdiri cepat. “Papa?”
Melihat
seseorang yang disebut ‘Papa’ oleh Ilhoon, Youngjae ikut berdiri. “Om Junhyung
papanya Eun Ji?”
“Oh,
Youngjae keponakannya Doojoon?” Junhyung bertanya namun terkesan tidak
membutuhkan jawaban apa pun. Ia justru lebih memilih untuk menyambar amplop
coklat di tangan Ilhoon. Junhyung langsung memeriksa isinya.
Beberapa
saat kemudian, Junhyung melipat paksa kertas tersebut. Lalu ia menatap Ilhoon,
tajam. “Mau menjadi seperti kakakmu?” Junhyung berkata dengan nada tinggi. Ia bahkan
sampai menggerak-gerakkan kertas di tangannya seperti menegaskan maksudnya.
“Emang Kak Eun Ji kenapa,
Pa?” tanya Ilhoon.
Junhyung masih menatap
galak pada putranya. “Kakakmu hamil! Dan minggu depan kosongkan apartmen ini!”
putusnya secara sepihak. Sedetik kemudian, Junhyung sudah berbalik dan melesat
pergi.
Setelah
ayahnya sudah tidak terlihat, barulah Ilhoon bisa bernapas lega. Ia kemudian menghempaskan
tubuhnya ke sofa. Diikuti oleh Youngjae yang kembali duduk dengan tatapan yang
cukup syok setelah mendengar ucapan Junhyung tadi.
“Hoon!
Eun Ji nggak mungkin…” Youngjae kehilangan kata-kata karena tidak bisa percaya
begitu saja dengan perkataan pria tersebut.
Mereka
tidak ada yang saling tatap. Sementara Ilhoon menatap tak fokus meja di
depannya dan terlihat cukup menyesal. “Nggak, Mas. Ini pasti salah paham. Dan semuanya
salah gue!”
Youngjae
menoleh cepat. “Maksud lo?”
Ilhoon
menggaruk tengguknya, frustasi. “Mama salah tangkep sama omongan aku dan Kak
Eun Ji,” jelasnya. Ilhoon kemudian menceritakan kejadian beberapa hari lalu
saat Hyuna mengunjungi apartmennya.
***
“Tumben,
Mas, ngajak makan siang gini?” tanya Himchan saat mendapati kakaknya baru saja
tiba di sebuah café tempat mereka berjanji untuk bertemu. Himchan juga
menyodorkan segelas minuman yang memang sudah ia siapkan untuk Yongguk.
“Kamu
setuju nggak kalau gue bertanggung jawab?”
“Jadi,
dia beneran hamil?” Himchan justru balik bertanya.
Yongguk
mengangguk berat. “Lo tau cerita tentang dia, kan?”
Himchan
mengangguk setuju. “Kalo gue jadi lo, Mas, gue juga bakal ngelakuin hal yang sama.
Nanti juga gue bakal bantu bilang ke ibu. Jongup sama Daehyun juga pasti akan
dukung niat baik lo, Mas.”
“Makasih
banyak, Him.” Yongguk menepuk lengan Himchan sebagai tanda berterima kasih pada
adiknya itu. Dan kemudian, mereka memanggil pelayan untuk memesan makanan.
Beberapa
menit setelah Yongguk dan Himchan mulai menikmati makan siang mereka, ada 2
orang pria yang menghampiri. Mereka berpenampilan serba hitam seperti intel. Yongguk
dan Himchan saling tatap penuh tanya.
“Anda
yang bernama Yongguk?” tanya salah satu dari mereka.
“Saya
Yongguk,” kata Yongguk mengakui.
“Segera
ikut kami ke rumah keluarga dokter Junhyung,” timpal pria satunya lagi.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar