Author :
N-Annisa (@nniissaa11)
Cast :
·
Jung
Hyerim (A-Pink)
·
Kim
Seok Jin (BTS)
·
Kim
Himchan (BAP)
·
Yook
Sungjae (BtoB)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Oh
Hayoung (A-Pink)
Genre :
Life school, teen romance, tragedy
Length :
Chapter
***
Sunggyu
mengajak Himchan duduk di dekat garis pembatas lapangan. Di atas aspal dan
menghadap ke dalam lapangan dari atas. Ke duanya sempat terdiam cukup lama.
Suasana di sana juga cukup sepi karena jumlah siswa yang memang tidak terlalu
banyak, dan lebih memilih berada di dalam gedung.
Himchan
terlihat mengawasi sekitar. “Gue mau cerita tentang sesuatu yang penting. Apa
lo yakin di sini aman?”
Sunggyu
hanya menghela napas, berat. “Udah banyak tempat sepi di lingkungan sekolah.
Dan di sini salah satunya.”
Himchan
berhenti bersikap waspada. Ia kini menatap Sunggyu lekat-lekat. “Apa gue pernah
sekolah di sini sebelumnya?” Himchan sekuat tenaga mengucapkan kalimat tersebut
karena ada seseorang yang mengatakan sesuatu padanya.
“Jangan percayakan siapa pun. Tidak ada yang
kau kenal di sana.”
“Sebenernya
apa yang terjadi sama lo?” Sunggyu balik melemparkan pertanyaan.
Himchan
meneguk ludahnya. Ucapan orang tersebut dan kata hatinya sangat bertolak
belakang. Ia justru tidak merasa asing di sana meski tidak satu pun ada orang
yang ia kenal.
“Kalo
emang lo nggak pernah sekolah di sini, nggak mungkin orang-orang yang baru lo
temuin bisa kenal sama lo. Dan lo juga nyebutin nama gue kan tadi?”
Sesaat
Himchan terdiam.
“Maaf,
Him. Tapi gue curiga kalo lo… amnesia.” Sunggyu berujar ragu-ragu. “Soalnya
sikap lo aneh. Dan gue pernah denger kalo lo kecelakaan. Tapi nggak pernah ada
yang bisa ngebuktiin itu. Belum lagi, lo juga tiba-tiba ngilang nggak ada
kabar.”
Himchan
tertegun dengan ucapan Sunggyu. “Lo bener.” Dan ucapannya membuat Sunggyu
melebarkan matanya yang bulat.
“Jadi…”
Sunggyu tampak tak sanggup melanjutkan ucapannya.
“Gue
emang kecelakaan. Dan gue amnesia. Tebakan lo bener. Tapi, ada hal yang
mengganjal untuk gue.” Himchan lalu menoleh ke tempat Sunggyu berada. “Orang
tua dan kakak kandung gue seakan merahasiakan masa lalu gue. Mereka sebenernya
ngelarang gue sekolah di sini. Tapi entah kenapa, ada hal yang memaksa gue untuk
balik ke sini. Dan gue nggak tau itu apa?”
Sunggyu
merangkul Himchan karena saat itu ia sudah tidak bisa berkata apa-apa.
“Sekarang terserah lo, Him. Tapi yang pasti, ikutin kata hati lo aja. Karena
menurut gue, itu yang terbaik.”
Himchan
tersenyum lega. “Apa ada lagi temen deket gue selain lo?” tanyanya penasaran.
Ia begitu semangat ingin mengetahui masa lalunya lagi.
Justru
Sunggyu yang terlihat ragu. “Lo yakin ingin tahu? Dan lo percaya kalo gue nggak
akan ngebohongin lo?”
“Bukannya
lo yang nyuruh gue ikutin kata hati? Karena saat gue nyari lo, gue yakin kalo
lo emang temen gue,” jelas Himchan.
“Lo
bener.” Sunggyu sedikit takjub dengan ucapan Himchan. “Ya udah. Mendingan
sekarang kita makan siang dulu. Gue laper.”
Tanpa perlu waktu lama
untuk menyetujui ajakan Sunggyu.
“Kita
makan bareng bekal gue aja. Soalnya di sini udah nggak ada kantin. Gue juga
yakin kalo lo nggak siap bawa bekal.”
“Yakin
gapapa kalo gue ikut makan? Nggak takut kurang?”
“Santai, Him.” Sunggyu
lalu berdiri dan bersiap mengajak Himchan pergi dari sana. “Tapi tunggu. Dari
mana lo tau nama gue? Padahal lo lagi terkena amnesia?”
“Pak Doojoon,”
jawab Himchan cepat.
***
“Gue
bawa barang berat, dan lo enak-enakan main kamera!”
Minhyuk
terkekeh puas mendengar kekesalan Seok Jin padanya. Mereka sedang berjalan di
koridor lantai 3 dan akan menuju lantai 4. Di saat Seok Jin kesusahan
membawakan 3 kotak bekal, Minhyuk justru asik sendiri dan memotret apa saja
yang ia lihat.
Minhyuk
mengarahkan kameranya pada wajah kesal Seok Jin. “Jelek lo kalo ngambek,”
ejeknya dan kemudian kembali tertawa.
Seok
Jin sudah ingin melemparkan kotak bekal makanan di tangannya. Namun segera ia
batalkan niatnya karena mereka sudah sampai di ujung koridor tempat Hyerim
berada sekarang. Cewek itu duduk di lantai dengan jas sekolah yang menutupi
lututnya. Karena sebenarya kurang nyaman jika duduk seperti itu saat sedang
mengenakan rok pendek.
Hyerim
menoleh saat mendengar derap langkah mendekat ke arahnya. Ia tersenyum karena
mereka adalah teman-teman dekatnya. “Gue kira kalian nyasar,” candanya.
Seok
Jin langsung menempatkan diri tepat di samping Hyerim sambil memberikan kotak
bekal milik cewek itu. Hyerim pun menerimanya dengan senang hati. Sementara Minhyuk
seperti tidak ingin kehilangan moment bersama kamera kesayangannya. Cowok itu
bahkan sampai memotret kebersamaan Seok Jin dan Hyerim.
Melihat
hasil jepretannya, Minhyuk mendesah lemas. “Kapan ya gue bisa kayak gini sama
Krystal?” ujarnya iri. Selanjutnya ia memilih duduk sambil menyodorkan ikat
rambut kecil pada Hyerim.
“Krystal
udah cinta mati sama Pak Doojoon.” Hyerim berkata sambil mengikat rambutnya
yang tadi terurai.
Minhyuk
menatap Hyerim penuh minat. “Ya tapi kalo sama Bang Doojoon tuh kejauhan umur
mereka,” kata Minhyuk yang seakan tak terima dengan kenyataan yang ia terima. “Bekal
gue dong, Jin.” Minhyuk mengulurkan ke dua tangannya dan menatap Seok Jin
lembut. Ia bahkan berkata manis pada cowok yang tampak masih menyimpan kesal
padanya itu.
Seok
Jin hanya mendorong beberapa senti kotal bekal ke arahh Minhyuk yang tergeletak
di atas lantai. Dan itu pun tanpa menatap Minhyuk sedikit pun. Dengan terpaksa,
Minhyuk menyambar kotak bekal miliknya.
Melihat
ada yang aneh, Hyerim sempat menghentikan kegiatan makannya. Ia menatap Seok
Jin dan Minhyuk bergantian. Ke duanya saling diam seolah tidak sedang
bersama-sama. “Kenapa sih lo berdua?” tegurnya. “Ada masalah rumah tangga?”
tanya Hyerim lagi. Namun yang terakhir tadi langsung berhadiah tatapan membunuh
dari dua cowok di depannya itu.
Seok
Jin dan Minhyuk juga saling melempar tatapan jijik untuk satu sama lain.
“Kalo
pun gue gay, gue juga bakal
milih-milih cowok yang bener,” tegas Minhyuk.
“Lo
pikir gue mau sama ketua OSIS suram kayak lo?” balas Seok Jin tak mau kalah.
“Eehh…
stop!” lerai Hyerim sebelum Minhyuk
atau mungkin Seok Jin sempat membuka mulut lagi. “Jangan sampe gue kirim lo
berdua ke KUA!” ancam cewek itu. Dan Hyerim baru bisa meneruskan kegiatan
makannya saat Minhyuk dan Seok Jin benar-benar sudah sepakat untu saling diam.
Sedikit menyesal karena yang menyulut ke dua cowok itu adu mulut adalah
dirinya. Namun anehnya, Minhyuk dan Seok Jin tetap dekat dan tidak ada yang saling
menjauh meski kerap kali bertengkar untuk masalah kecil.
***
Seorang
siswa laki-laki menerobos masuk ke dalam ruang kelas 3. Ia tampak menghampiri
meja yang dihuni oleh Kibum bersama Jonghyun yang sedang menikmati bekal makan
siang mereka. Meja yang berada tepat di belakang meja milik Minhyuk dan Hyerim.
“Guys… gue liat Sunggyu di deket lapangan. Dia sama siapa?” seru
cowok itu yang diketahui bernama Dongwoo. “Mirip Himchan.”
Kibum
dan Jonghyun yang menjadi pusat tujuan Dongwoo. Pembicaraan mereka juga cukup
menarik minat beberapa teman sekelas mereka yang lain. Salah satunya adalah Jinki
yang juga teman semeja Sunggyu.
“Itu
emang Himchan, Woo,” sambar Howon. Cowok yang duduk di meja sebelah Hyerim. Dan
ucapannya sukses membuat teman-temannya yang sedang membicarakan Himchan itu
menoleh penuh minat padanya. Terlebih, Howon juga tampak bangkit dari kursinya
lalu berpindah duduk ke kursi yang sedang ditinggalkan Hyerim. Ia duduk
menghadap Jonghyun tanpa memutar kursi terlebih dahulu. Howon bahkan sampai
membawa serta botol minumnya. “Dan gue rasa… terjadi sesuatu sama Himchan.”
“Bukan
cuma Himchan, tapi Hyerim juga.” Kibum ikut menambahkan membuat obrolan mereka
menjadi terkesan serius. “Apa kalian nggak ada yang nyadar Hyerim kabur pas
anak kelas 2 itu heboh karena ngeliat Himchan datang?”
“Hyerim
bahkan nggak noleh saat Himchan muncul tadi.” Jonghyun tampak bersuara sesuai
dengan apa yang ia lihat tentang Hyerim tadi di koridor. Ia bahkan berdiri
dengan jarak hanya beberapa meter dari cewek itu tadi.
***
Minhyuk
menghempaskan begitu saja kotak bekalnya yang sudah kosong. Dan dengan cueknya,
ia menyambar botol minum milik Hyerim yang kemudian langsung ia tenggak.
“Heh!
Lo abis nguli di mana? Makan lo cepet banget,” komentar Seok Jin. Isi bekal
makannya pun masih tersisa setengah. “Pak Doojoon nggak ngasih lo makan apa
kalo di rumah?”
“Jin.”
Hyerim tampak menarik-narik lengan kemeja Seok Jin. Setelah Seok Jin menoleh,
ia menyodorkan kotak makannya. “Tulang ikannya nggak keliatan.”
Seakan
mengerti maksud Hyerim, Seok Jin pun langsung menyingkirkan kotak bekalnya lalu
mengambil alih kotak bekal milik Hyerim.
“Anak-anak
ekskul bola dapet undangan buat ikut kompetisi,” ujar Minhyuk dengan wajah
serius. “Gue pengen banget ngajak mereka buat ikut. Tinggal ngabarin Youngjae aja
buat dia ngegerakin anak kelas 2 nya.”
“Iya,
Min. Kalo bisa jangan sampe nggak ikut,” saran Seok Jin penuh semangat,
sementara tangannya tampak sedang mengembalikan kotak bekal milik Hyerim. Ke
duanya bahkan seperti lupa jika sempat berdebat kecil beberapa menit lalu.
“Gue
denger dari temen gue di SMA Destiny si Luhan. Dia bilang itu turnamen emang
nggak terlalu besar, tapi cukup bagus.” Seok Jin meneruskan ucapannya.
“Masalah
terbesarnya itu, kita mau latihan di mana?” tanya Minhyuk frustasi. “Lapangan
kita aja di segel. Dan gue nggak enak sama anak-anak kalo tiap latihan harus
sewa lapangan.” Cowok itu sempat memberikan jeda pada ucapannya. “Lo liat aja
sekolah kita sepinya udah kayak tempat pengasingan. Kalo mereka semua orang
kaya, pasti udah pada pindah sekolah kayak yang lain.”
“Diomongin
dulu aja bareng-bareng enaknya gimana.” Hyerim ikut bersuara untuk membantu
mencari solusi.
***
“Gila
tuh si Hayoung baru dateng jam istirahat,” seru Taehyung heboh saat melihat
kedatangan seorang cewek teman sekelasnya.
Cewek
bernama Hayoung tadi langsung melesat masuk dan menghempaskan tubuh ke kursi di
belakang Taehyung tersebut. cewek itu tak peduli jika langsung menjadi pusat
perhatian teman-teman sekelasnya. Ia bahkan langsung menyambar salah satu buku
milik Jinri yang kemudian ia gunakan sebagai kipas tangan.
“Nampol
banget lu baru dateng jam segini. Udah gitu maen duduk di bangku orang pula
tanpa permisi!” protes Youngjae yang saat ingin kembali ke kursinya, sudah ada
seseorang yang menempati di sana.
“Lo
jadi ketua kelas ngalah dikit napa! Duduk sama Woohyun, kek. Atau Jongup,
Ilhoon, terserah,” balas Hayoung tak mau kalah. “Kalo perlu duduk sama Namjoo
sekalian.”
Tepat saat Hayoung
menyelesaikan ucapannya, Sungjae datang dan langsung menuju kursinya di samping
kursi Namjoo. Hayoung langsung tertegun dibuatnya.
“Kamu
ngalah ya, Youngjae.”
Pundak
Youngjae langsung terlihat merosot saat mendengar Jinri berkata demikian. “Ya
udah deh karena Jinri yang minta,” ujar Youngjae pasrah. Dengan langkah berat,
ia berbalik sambil menenteng ransel sekolahnya dan berjalan ke arah belakang
kelas. Menuju meja yang dihuni Woohyun.
Namun
tampaknya tidak ada yang menyadari perubahan raut wajah Hayoung saat pertama
kali melihat Sungjae tadi. Cewek itu langsung menolehkan kembali wajahnya
menatap lurus ke depan kelas. Dan tidak ada lagi yang bisa ia lakukan karena
bel selesainya waktu istirahat sudah berdentang.
Setelah
itu, salah seorang guru masuk ke dalam kelas 2 dan bersiap untuk mengajar. Itu
pak guru Hyunseung wali kelas 3 yang juga mengajar matematika untuk kelas 2.
“Saya
dengar ada anak baru yang bernama Yook Sungjae. Mana anaknya?” Hyunseung tampak
menyapu hampir seluruh penjuru kelas.
Sementara
dari mejanya, Sungjae tampak mengangkat tangan dengan enggan. Dan dari tempat
duduknya berada, Hayoung mengawasi Sungjae dengan perasaan campur aduk. Cewek
itu benar-benar resah dan tak tenang berada di kelas itu.
***
Sunggyu
masuk seorang diri ke dalam kelasnya. Tentu saja membuat ia diburu beberapa
pertanyaan tentang Himchan.
“Kok
lo sendiri? Bukannya tadi lo sama Himchan?” tanya Jinki, teman semeja Sunggyu.
“Iya.
Himchan nggak lo sekalian ajak masuk?” sahut Chorong. Cewek yang duduk tepat di
meja belakang Sunggyu.
Sebelum
menjawab pertanyaan teman-temannya, Sunggyu menyempatkan diri melirik ke arah
pintu. Tepat ketika Hyerim muncul bersama Seok Jin juga Minhyuk. Ia kemudian
menoleh kembali pada Jinki sambil berujar, “katanya masih ada urusan sama Pak Doojoon.”
Selanjutnya ia memilih duduk meski ia sadar, ketika melintas, Seok Jin sempat
menatapnya penuh minat. Namun tak mengatakan apa-apa.
“Selamat
siang…” seru Ibu guru Victoria saat melangkah masuk ke kelas 3.
“Siang
Buuu…” sahut para siswa di sana dengan riang. Tentu saja didominasi suara siswa
laki-laki karena yang akan mengajar di kelas mereka adalah guru tercantik di
SMA Paradise. Bagaimana tidak? Victoria itu satu-satunya guru perempuan di
sana.
Victoria
sangat menyambut hangat sapaan murid-muridnya di kelas 3 tersebut. Ia kini
berdiri tepat di depan kelas. “Selamat memasuki tingkat akhir di SMA. Dan…
bagaimana kabar kalian?”
“Baik
buuu…” seru mereka lagi masih dengan nada riang. Keceriaan Victoria tentu
berimbas pada murid-muridnya.
“Pak Hyunseung
sudah membentuk kepengurusan kelas? Siapa yang menjadi ketua kelasnya?”
Dari
dua meja paling belakang dekat jendela luar, Seok Jin mengangkat tangan
kanannya. “Saya, Bu.”
Victoria
tersenyum melihat Seok Jin mengakui diri sebagai ketua kelas. “Waah… yang
menjadi ketua kelas tahun ini semuanya tampan-tampan. Di kelas 3 ada kamu, dan
di kelas 2 ada Youngjae.” Saat Victoria menyebut nama Youngjae, para murid
langsung bungkam. Beberapa ada yang malas meresponnya. Tentu, bukan hanya para
siswa di kelas 2 yang mengetahui jika Victoria adalah penggemar berat Youngjae.
Sadar
jika kali ini responnya cukup buruk, Victoria langsung mengalihkan suasana.
“Karena kita sudah saling kenal, boleh kita langsung memulai materi untuk hari
ini?”
“Yaaah…
Ibu….” Terdengar riuh kekecewaan dari para penghuni kelas 3. Tidak terkecuali
juga para siswi perempuan.
Victoria
kembali ke mejanya untuk mempersiapkan buku yang ia bawa. “Jangan mengeluh.
Kalian sudah kelas 3 SMA. Sebentar lagi menghadapi ujian kelulusan. Kalian
harus memulai persiapannya dari sekarang. Dan…”
Hyerim
yang ingin meraih kacamatanya di atas meja, langsung terdiam saat ucapan
Victoria terputus. Ia menoleh ke arah pintu masuk. Tepat ketika Himchan berdiri
diambangnya. Cewek itu tanpa sadar meremas kacamatanya. Dan meski tanpa
mengenakan kacamata, Hyerim tentu dapat mengenali dengan jelas cowok tersebut.
“Maaf
saya terlambat,” ujar Himchan sedikit menyesal.
Victoria
nyaris kembali kehilangan kata-katanya. Gossip yang beredar tentang kembalinya Himchan
benar terjadi. Ia bahkan baru melihat cowok itu sekarang. “Oh… iya, Himchan.
Kamu boleh masuk. Kita baru akan mulai.”
Hyerim
duduk dengan tegang saat Himchan melintas di sampingnya. Himchan sendiri tampak
seperti tidak memiliki masalah apapun dengan Hyerim. Ia terus melangkah ke
tempat meja yang kosong. Tepat di barisan paling belakang.
“Bisa
kita mulai sekarang?” Suara Victoria kembali mencairkan suasana yang menjadi
dingin saat Himchan datang.
“Min,”
gumam Hyerim pelan.
“Kena….”
Ucapan Minhyuk sukses terputus saat melihat Hyerim menunjukkan kacamatanya yang
rusak dengan tatapan polos. Salah satu kacanya terlepas dari bingkai dan
memiliki retakan tipis yang membentang di tengahnya. Ia sendiri hanya bisa
geleng-geleng kepala melihatnya. “Ya udah, kalo tulisan Bu Victoria nggak
kelitan, lu liat dari buku gue aja.”
Hyerim
mengangguk setuju. Sementara Victoria mulai menuliskan sesuatu dipapan tulis.
Minhyuk
sempat menoleh ke tempat Seok Jin duduk. Cowok itu pun menatap Minhyuk penuh
tanya. Sambil terkekeh, Minhyuk menunjukkan kacamata Hyerim yang rusak.
Melihat itu mata Seok Jin
sontak melebar. Ia juga hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Ada-ada aja si
Hyerim,” gumam Seok Jin pelan.
***
Seorang
siswa dihukum membersihkan toilet sekolah yang tampak sudah cukup usang dengan
cat gelapnya. Yang ia lakukan saat itu adalah mengepel lantai. Tak lama
terdengar salah satu bilik terkunci dari dalam. Cowok tidak menyadari jika ada
yang masuk ke sana. Dan sedetik kemudian, pintu bilik yang lain terbuka. Di
sana muncullah salah seorang siswa dari kelas 3.
“Yang
bersih ya, dek,” goda Howon sambil mengacak gemas rambut anak itu yang tentu
saja langsung menepis tangan Howon.
“Buruan
deh ke luar.”
“Napa
si Jungkook?” seru Kibum yang baru saja muncul dengan tatapan heran pada ke
duanya. Terutama untuk anak kelas 2 bernama Jungkook tersebut. “Baru hari
pertama sekolah, udah dapet hukuman aja.”
Sementara
siswa bernama Jungkook tersebut hanya menatap kesal pada Kibum yang kini menuju
bilik kosong yang tadi digunakan Howon. Howon sendiri juga sudah melangkah ke
luar toilet.
Hanya
selang beberapa saat setelah Howon meninggalkan toilet, pintu bilik toilet
kembali terbuka. Jungkook yang sedang melanjutkan pekerjaannya tadi, sontak
menoleh cepat. Ia menemukan Himchan yang juga sedang melihat ke arahnya. Tentu
Jungkook yang lebih terkejut atas pertemuan mereka yang tidak disengaja
tersebut.
“Waah…
Kak Himchan udah mulai…” ucapan Jungkook melemah saat Himchan seperti tidak
memberikan respon padanya. “Masuk sekolah lagi,” lanjut Jungkook dengan nada
pelan. Namun Himchan tetap berlalu begitu saja. “Jadi, Kak Himchan masih hilang
ingatan?” Jungkook justru sibuk menebak-nebak seorang diri. Ia bahkan seperti
tidak menyadari bahwa pintu bilik ang ditempati Kibum tadi sudah terbuka. Dan
bisa dipastikan Kibum mendengar ucapan Jungkook yang terakhir tadi.
“Apa
lo bilang? Himchan bener hilang ingatan?” seru Kibum untuk memastikan. Namun
pertanyaannya justru membuat Jungkook terlonjak karena terkejut dan baru menyadari
bahwa Kibum sudah memunculkan diri di sana.
“Lo
ngagetin aja sih, Kak!” Jungkook justru melancarkan protes.
“Jadi
lo tau tentang apa yang terjadi pada Himchan kemaren?” tanya Kibum yang
sepertinya tidak menghiraukan protes keras dari anak itu. “Cepet ikut gue!”
putus Kibum karena Jungkook tidak langsung menjawab pertanyaannya tadi. Ia
bahkan sampai menarik paksa pundak Jungkook untuk ikut bersamanya.
***
Saat
bel istirahat ke dua sudah berdentang, Hayoung yang paling pertama melesat ke
luar kelas. Bahkan mendahului Victoria. Cewek itu langsung melangkah menuju
kelas 3 yang jaraknya tidak terlalu jauh dan hanya dibatasi oleh sebuah kelas
kosong antara ke duanya. Ia bahkan tanpa permisi menerobos masuk ke sana. Dan
tentu saja tidak ada yang merasa aneh dengan kedatangan Hayoung.
Meja
milik Minhyuk, Hyerim, Seok Jin, dan Sunggyu tampak sudah ditinggalkan penghuni
mereka. Juga satu meja paling belakang, satu barisan dengan Hyerin yang sudah
tampak kosong. Dan bisa dipastikan Himchan yang duduk di sana karena memang
hanya di sana meja yang masih kosong.
“Kak Taekwoon
masuk nggak?” tanya Hayoung pada siapa saja yang berada di sana. Terutama untuk
yang berada paling dekat dengan tempatnya berdiri saat ini. Changsub dan Howon.
“Taekwoon
nggak masuk,” teriak seorang cewek yang duduk di barisan paling belakang. Dekat
dengan jendela yang mengarah ke koridor. Luna. “Dan lo juga, yang sopan kalo
nanya sesuatu sama kakak kelas,” serunya mengingatkan dengan nada sedikit
jengkel.
“Nyantai,
Lun. Hayoung kan emang begitu. Atau jangan-jangan, lo masih kesel gara-gara
ngeliat Taekwoon jalan sama Hayoung,” ledek cewek yang duduk di meja belakang Jonghyun.
Bomi. Cewek itu juga sukses menyulut tawa teman-temannya.
Dasom,
cewek yang duduk di depan Luna juga ikut menertawai cewek itu. Ia bahkan sampai
menolehkan pandangnnya ke belakang. “Jadi lo jatuh cinta sama Taekwoon? Jimin
mau dikemanain?” godanya.
“Apaan
sih, lo!” Luna tampak jengkel.
Tanpa
diduga, Jimin justru muncul di belakang Hayoung yang masih berdiri di depan
kelas 3. Ia menatap heran siswa di sana yang beberapa masih tampak tertawa. Jimin
juga sempat mengawasi Hayoung.
“Nah,
kan! Cowoknya dateng,” ledek Bomi yang sudah menyadari keberadaan Jimin.
“Cieee…
dijemput berondong tersayang,” sambar Dasom saat Luna tampak berdiri.
Hanya
Hayoung yang tampak tak peduli dengan keriuhan penghuni kelas 3. Tatapannya
justru memandang jauh ke tempat meja Seok Jin berada. Tentu penghuninya sudah
tidak ada di tempat. Hayoung kemudian kembali menatap Howon dan Changsub di
hadapannya. “Kak Seok Jin tapi masuk, kan?”
“Biasalah.
Sama Minhyuk dan Hyerim paling,” sahut Howon yang langsung disetujui oleh Changsub.
“Ya
udah deh. Makasih ya, Kak.” Setelah itu, Hayoung memilih meninggalkan kelas
tersebut.
***
“Baru
hari pertama udah dapet tugas aja,” cela Minhyuk saat ia, Seok Jin serta Hyerim
memasuki ruang perpustakaan. Di sana sudah ada Ho Seok, Youngjae, Jinri dan
Krystal.
“Kayak
nggak tau Pak Hyunseung aja,” sahut Youngjae yang tampak frustasi dengan tumpukan
buku-buku dihadapannya.
Seok
Jin memperhatikan Ho Seok yang dengan terang-terangan menatap kagum pada
Hyerim. Dengan jahilnya, Seok Jin mendaratkan tangannya tepat di kepala Ho Seok.
“Yang sopan ngeliatin kakak kelas!”
Tentu
saja perbuatan Seok Jin menarik perhatian orang-orang yang berada di sana.
“Soalnya
kak Hyerim cakep banget hari ini,” kata Ho Seok tanpa pikir panjang. Ia bahkan
seperti tidak merasa sakit hati dengan perlakuan Seok Jin padanya. “Apalagi
kalo nggak lagi pake kacamata begitu. Kan jarang-jarang juga.”
“Waahh…
iya. Kak Hyerim tumben nggak pake kacamata?” seru Jinri.
“Dirusakin
gara-gara ngeliat Himchan.”
Sontak
Hyerim melancarkan pukulan pada lengan Minhyuk. Kebetulan juga cowok itu sedang
berjarak tidak terlalu jauh darinya. Mereka juga tak luput jadi bahan tawa yang
lainnya.
Seok
Jin tidak sengaja menangkap Krystal yang sedang menggunakan softlens dari balik kaca lipat yang ia
bawa. “Lo selama ini pake itu, Krys?”
“Kak
Jin ke mana aja? Aku udah lama pake ini,” sahut Krystal tanpa menoleh karena ia
sedang berkonsentrasi memakai softlens di
matanya. “Soalnya mataku mins. Dan aku juga males kalo pake kacamata.”
“Krystal
tambah cakep kan, Jin?”
Seok
Jin sontak menoleh malas ke tempat Minhyuk duduk. Terkadang ia kasihan pada Minhyuk.
Cewek yang disukai cowok itu justru lebih menyukai kakaknya sendiri.
Minhyuk
mendorong pelan lengan Seok Jin saat cowok itu sudah melepaskan pandangan
padanya. “Jangan bilang lo juga suka sama Krystal?”
“Apaan
sih, Min?” seru Seok Jin kesal dengan tuduhan temannya itu. “Krys, itu masih
baru ya?” tanya Seok Jin yang sudah tidak ingin merespon reaksi Minhyuk tadi.
“Lo
mau coba pake softlens, Jin?” seru
Hyerim dengan tatapan meremehkan. Sangat di luar dugaan jika seseorang seperti
Seok Jin menaruh minat pada benda seperti itu.
Seok
Jin hanya memutar bola matanya, kembali kesal. “Buat lo, Rim!” balasnya
kemudian. Hyerim hanya tersentak kaget, namun Seok Jin berpura-pura seolah ia
tidak melihat reaksi cewek itu. Seok Jin justru menyambar kotak softlens yang masih utuh milih Krystal.
“Nanti gue ganti, ya.”
Cowok itu lalu berpindah
duduk di meja. Tepat di depan Hyerim. Minhyuk yang seakan mengerti maksud Seok
Jin, ikut membantu menahan Hyerim saat cewek itu berniat kabur. Seok Jin
sendiri dengan santainya membuka kotak softlens
di tangannya.
“Jin!
Lo mau ngapain!” protes Hyerim.
“Lo
nggak mungkin ganti lensa kacamata dalam jangka waktu dekat, kan?” tanya Seok
Jin tanpa menoleh. Ia tampak sibuk dengan benda kecil yang kini menempel di
ujung jari tengah tangan kanannya. Seok Jin kemudian menatap Hyerim. Sementara
tangan kirinya merengkuh leher Hyerim. “Dan sementara lo pake ini.”
Hyerim
sudah menjauhkan wajahnya dari Seok Jin. Ia bahkan sampai memejamkan mata.
“Kalo
sampe hitungan tiga lo nggak buka mata. Gue cium, ya!” goda Seok Jin setengah
mengancam. Namun sukses membuat Hyerim menuruti ucapan cowok itu bahkan sebelum
Seok Jin sempat berhitung seperti apa yang ia maksud.
Krystal
menatap perlakuan Seok Jin dengan menopang dagu menggunakan salah satu
tangannya yang bertumpu di permukaan meja. “Kak Seok Jin bisa kejam juga
ternyata,” ujarnya dengan nada datar.
Tidak
terlalu sulit untuk membuat Hyerim menuruti ucapan Seok Jin. Cowok itu bahkan
sudah berhasil memasangkan ke dua softlens
di mata Hyerim.
“Jelas
nggak ngeliatnya?” tanya Minhyuk penasaran.
Hyerim
masih tampak beberapa kali mengedipkan mata. Ia juga seperti sedang beradaptasi
dengan lingkungan melalui matanya. “Ada yang ganjel, Jin! Nggak enak.”
Belum
sempat Seok Jin merespon ucapan Hyerim, seseorang tampak menerobos masuk ke
dalam perpustakaan. Dan semua pasang mata langsung menoleh ke tempat Hayoung
memunculkan diri.
“Kak
Jin, boleh ngomong bentar, nggak?” pinta Hayoung.
“Itu
Hayoung, ya?”
Seok
Jin menoleh cepat dan mendapati Hyerim menatap lurus ke tempat Hayoung berada.
Ia tersenyum puas atas apa yang dilakukannya pada cewek itu. “Jadi bisa liat,
kan?” Cowok itu lalu mengusap puncak kepala Hyerim sambil berangsut turun dari
atas meja dan berniat menghampiri Hayoung. “Ngobrol di luar, ya.”
Melihat
Seok Jin menerima ajakannya, Hayoung lalu lebih dulu berbalik dan meninggalkan
perpustakaan bersama Seok Jin yang berjalan di belakangnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar