“The Lost”
Author :
N-Annisa (@nniissaa11)
Cast :
·
Jung
Hyerim (A-Pink)
·
Kim
Seok Jin (BTS)
·
Kim
Himchan (BAP)
·
Yook
Sungjae (BtoB)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Yoon
Doojoon (B2ST)
Genre :
Life school, teen romance, tragedy
Length :
Chapter
***
“Jika sekolah itu sudah tidak bisa menerima
murid baru lagi, tentu akan semakin bagus dan sekolah itu akan segera ditutup.
Dan kau harus tetap di sana memastikan semuanya. Jangan sampai ada rencana yang
gagal.”
“Tenang, Yah. Sekolah itu akan menjadi
milik ayah. Doojoon dan keluarganya harus menerima semua penderitaan yang
keluarga kita pernah rasakan.”
Prank…!
“Siapa di sana?”
“Mampus,
gue ketahuan!” Cowok itu panik seketika saat kakinya tak sengaja menendang
sebuah kaleng minuman yang sudah kosong. Derap langkah kaki dari arah dalam,
membuat cowok itu berbalik dan melesat pergi sejauh mungkin.
Cowok
itu melintasi jalan raya yang sudah cukup sepi dan gelap. Ia yang muncul dari
dalam sebuah gang dengan berlari, tidak sempat menghindar saat ada sebuah mobil
yang melintas. Dan… kecelakaan pun tidak terhindarkan. Cowok itu sempat
terpental ke samping dan kepalanya membentur trotoar jalan.
Sementara
tak jauh dari sana, pria yang tadi mengejar cowok tadi, tampak tersenyum samar.
Setidaknya, ia merasa aman karena rahasianya tidak sempat terbongkar melihat
kecelakaan dan luka yang dialami cowok tadi. “Paling tidak, dia hanya akan
terkena amnesia. Baru setelah itu, kupikirkan cara lain untuk membungkamnya.”
***
SMA Paradise…
Sebuah
SMA yang nyaris di tutup. Saat ini sekolah tersebut hanya memiliki 2 tingkatan kelas.
Satu untuk kelas XI, dan satu lagi untuk kelas XII. Sementara untuk murid baru,
SMA Paradise sudah tidak membuka pendaftaran untuk tahun ini. Namun anehnya,
siswa yang tersisa, tidak ingin pindah ke sekolah lain. Dan masing-masing
kelas, dihuni tak lebih dari 24 siswa.
Dewan
guru yang tersisa hanya sekitar 4 orang. Itu pun sudah termasuk kepala sekolah
mereka, Yoon Doojoon. Seorang pria berusia sekitar 35 tahunan. Masih cukup muda
untuk menjadi seorang kepala sekolah. Karena itu jangan heran jika pria ini
masih sangat berjiwa muda.
Doojoon tertarik dengan
dunia modeling. Hampir setiap sudut ruangan kerjanya terpampang foto diri sang
kepala sekolah dengan berbagai model dan pose.
Namun yang terpenting, Doojoon belum menikah.
Dan
pagi itu, tepat di awal tahun ajaran baru, Doojoon hendak akan mendatangi ruang
kelas 2 yang diwalikan oleh guru cantik, Victoria Song. Kabarnya, Doojoon dan Victoria
pernah memiliki hubungan di masa lalu mereka.
Victoria
mengajar matematika, bahasa dan IPA. Tentu saja untuk ke dua kelas yang
tersisa. Penampilannya cukup modis. Heels,
tas, pakaian, semuanya termasuk barang-barang ber-merk.
“Loh,
kenapa Pak Hyunseung ada di sini?” tanya Doojoon heran. Karena seingatnya, ia
akan menuju kelas milik Victoria. “Apa Bu Victoria tidak masuk?” lanjutnya.
“Nah, kenapa Howon sama Changsub ada di kelas 2 juga?” Doojoon menunjuk dua
murid yang kebetulan duduk di barisan terdepan. “Kamu juga Minhyuk?”
Siswa
yang terakhir ditunjuk tadi, hanya geleng-geleng kepala atas sikap kepala
sekolahnya tersebut. “Bang Doojoon liat aja ke depan, ini kelas berapa?”
serunya.
Doojoon
langsung melebarkan mata. Bukan karena Minhyuk berani menyuruhnya, namun karena
panggilan yang Minhyuk tujukan padanya. “Ini bukan di rumah, tapi di sekolah.”
Ia mengingatkan murid yang juga adik kandungnya tersebut.
“Keceplosan,”
kata Minhyuk cuek.
***
“Oh
em ji… Pak Doojoon!” seru Krystal heboh. Semua murid langsung bergegas kembali
ke meja mereka masing-masing saat melihat kepala sekolah mereka muncul di depan
pintu kelas.
Sementara teman semeja
Krystal, Ho Seok, justru sebaliknya. Ho Seok berdecak kesal dengan sikap
Krystal. Ia dan bahkan seluruh siswa kelas 2 pun tahu, jika Krystal adalah
penggemar berat kepala sekolah ganteng itu.
Krystal
memandang berkeliling seiring dengan langkah Doojoon yang memasuki ruang kelas.
“Himin! Kaca!” pekik Krystal. Tak peduli jika sedang berada di ruang kelas.
Suaranya yang cempreng membuat Ho Seok sampai memejamkan mata sebagai pengganti
usaha menutup telinga, karena sudah terlambat jika ingin melakukan itu.
“Heh!
Buru!” desak Krystal lagi yang udah nggak sabar benda keramatnya itu kembali.
“Akhirnya
saya tidak salah kelas. Anak-anak dengarkan baik-baik. Kalian akan mendapatkan
seorang teman baru di kelas kalian,” kata Doojoon ketika berdiri di depan
kelas.
“Murid
baru?” seru bebepa murid denga suara bersautan. Tentu hal aneh jika sekolah mereka
mau menerima murid baru. Bahkan untuk angkatan yang baru saja, sekolah sengaja
tidak membukanya.
“Masih
ada gitu, yang mau masuk ke SMA Paradise?” cela Woohyun. Salah satu murid
tampan di kelas tersebut. Ia duduk di meja dengan barisan akhir.
Tiga
meja paling belakang masing-masing dihuni satu siswa. Dan salah satunya Woohyun
tadi. Cowok dengan pakaian cukup berantakan, namun tetap tidak menyembunyikan
wajah tampannya.
“Gue
rasa cuma ada 2 kemungkinan,” timpal Ilhoon yang duduk di meja tepat di samping
kanan Woohyun.
Jongup
juga ikut menyimak obrolan dua temannya. “Orang kaya mendadak miskin, atau
emang udah nggak ada sekolah lain yang mau nerima dia,” serunya yang kemudian
membuat Woohyun menoleh ke kiri sambil menahan tawa. Tentu saja tempat Jongup
berada.
Tanpa
mempedulikan celotehan-celotehan para murid kelas 2 tersebut, Doojoon tetap
mempersilahkan anak baru yang ia bawa untuk masuk ke dalam kelas. Seorang
cowok. Tinggi, putih, dan melangkah tegap tanpa senyuman sedikit pun di
wajahnya yang tampan namun memberikan kesan dingin.
“Waah…
dia lebih ganteng dari Myungsoo?” kagum seorang cewek bernama Naeun. Dan ia
langsung ditertawakan teman-teman sekelasnya karena cowok yang tadi ia sebut
namanya—Myungsoo—langsung membekap mulut
Naeun yang duduk di depannya. Naeun dan Myungsoo adalah sepasang kekasih di
kelas tersebut.
Doojoon
hanya geleng-geleng kepala melihat sikap murid-muridnya. Di satu sisi, ia juga
sedikit menahan malu dengan murid baru di sampingnya itu. “Kamu, perkenalkan
diri,” kata Doojoon setengah memerintah.
“Nama
gue Yook Sungjae.” Cowok itu mulai memperkenalkan diri tanpa berbasa-basi
sebelumnya pada Doojoon yang sudah memberikannya kesempatan untuk bicara. Mata
tajam cowok itu menyapu hampir seluruh kelas.
Terhitung hanya ada
sekitar 5 murid saja yang mau memperhatikannya. Dan itu semua adalah murid
perempuan. Sisanya yang bisa dipastikan siswa laki-laki, kompak mengacuhkan
Sungjae. Ilhoon bahkan sudah berpindah tempat ke meja Woohyun dan sibuk dengan
ponsel mereka.
Sungjae
tampak menghela napas, berat. Suasana di sana tidak bisa dikatakan seperti
ruang belajar. Selain muridnya yang bersikap seenaknya, fasilitas kelas pun
cukup mengkhawatirkan. Satu dari dua penyejuk ruangan mati. Dan itu menjadi alasan
utama siswa di sana tidak mengenakan jas sekolah mereka. Belum lagi cat dinding yang terlihat kusam. Membuat Sungjae sekuat
tenaga menahan diri untuk tidak berlari ke luar ruang kelas.
“Gue…”
“Apa
alasan lo mau pindah ke sekolah kita?” sela Namjoon.
Sungjae
hanya bisa semakin menahan kesal karena ada yang berani memotong ucapannya. “Gue
rasa itu bukan hal yang harus gue bicarain di sini,” jelas Sungjae dingin.
Tentu saja itu kalimat penolakan yang menurutnya sudah cukup halus untuk
dikatakan.
“Udah
deh, jangkung.”
Mendengar
itu, Namjoon menoleh cepat pada seorang cewek yang duduk tepat di belakangnya. Namjoo.
“Cowok ganteng kayak dia, mau alasan apa aja pasti bisa di terima di mana pun.”
“Lo
ngomong gitu karena masih sakit hati sama gue, kan? Gara-gara cinta lo ke gue
bertepuk sebelah tangan,” ujar Namjoon penuh percaya diri.
Tentu saja Namjoo tak mau
terlihat kalah. Ia menatap Namjoon tak minat. “Lo pikir, cinta lo ke Krystal
itu sukses?”
“Sorry! Cinta gue cuma untuk Pak Doojoon
seorang,” sergah Krystal. “Buat yang lain nggak ada harapan,” lanjutnya.
“Yaah!
Jangan gitu dong, Krys,” sahut Woohyun dari meja belakang. Padahal semenit yang
lalu, dia masih asik dengan ponselnya bersama Ilhoon. Namun jika Krystal sudah
beraksi, instingnya langsung dapat tiba-tiba beralih pada cewek itu.
“Cukup!”
seru Doojoon sebelum ada lagi yang menimpali ucapan Woohyun tadi. “Untuk kamu,
silahkan duduk.”
Sungjae
tidak langsung menuruti ucapan Doojoon karena ia bingung untuk memilih tempat
duduk yang ‘baik’ untuknya. Ada cukup banyak kursi kosong di kelas tersebut. Dan
satu diantaranya bersama siswi perempuan, Namjoo.
“Kamu
duduk dengan Jinri,” putus Doojoon sambil menunjuk kursi yang sudah berpenghuni
di samping siswi bernama Jinri tadi. Dekat dengan jendela kelas yang mengarah
ke luar gedung sekolah. “Youngjae, kamu pindah ke samping Namjoo.”
“Saya
protes, Pak!” tolak Namjoo mentah-mentah. “Nggak ada sejarahnya saya punya
teman semeja selama sekolah di sini.”
“Dan
sejarah itu akan terukir hari ini,” balas Doojoon yang buru-buru mendorong
pelan tubuh Sungjae agar melangkah ke tempat yang sudah ia tunjuk tadi. Enggan
berdebat dengan Namjoo. “Youngjae cepat kamu pindah!”
Youngjae
tampak tak terima dengan keputusan sang kepala sekolah yang tega mengusirnya
dari mejanya sendiri. “Kenapa nggak sama Namjoo aja sih, Pak!” Cowok itu tak
ingin kalah melakukan protes keras.
“Lo
aja sana duduk sama anak baru!” seru Namjoo.
Youngjae
menoleh cepat. “Kalo lo mau nerima anak baru itu, gue traktir makan selama
sebulan.”
“Lo
yang bayar?” tanya Namjoo untuk meyakinkan.
“Bukan,”
kata Youngjae sambil menggeleng pelan. “Tapi Ho Seok!” Selanjutnya, cowok itu
tertawa atas ide jahilnya sendiri. “Akh!” Youngjae terdengar meringis karena
gumpalan kertas mendarat mulus dikeningnya. Itu perbuatan Ho Seok yang kini
menatapnya tajam.
“Diem,
lu!” Namjoo berseru nyaring dan sukses membuat Youngjae bungkam. Ia kemudian
menoleh ke belakang, meja paling pojok, tempat Jongup berada. “Jongup!”
panggilnya pada cowok itu seakan Jongup adalah harapan terakhirnya.
Mendengar
namanya disebut, Jongup buru-buru memasang earphone
yang menggantung dilehernya. Tepatnya pura-pura tidak menyadari bahwa kini
ia menjadi sorotan karena perbuatan Namjoo tadi.
Beberapa
dari mereka menahan tawa. Terkecuali Namjoo tentunya yang justru menahan kesal.
“Awas lo semua!” ancamnya yang selanjutnya terpaksa kembali duduk di kursinya.
“Kalo
emang nggak suka dengan kehadiran gue, lo bisa anggep gue nggak ada di samping
lo,” kata Sungjae sebelum duduk di samping Namjoo. Tentu ia menyadari bahwa
kehadirannya sangat tidak diinginkan cewek yang kini menjadi teman semejanya
itu.
“Setuju.”
“Sungjae,
selamat mengikuti pelajaran,” ucap Doojoon. “Oiya, siapa ketua kelas di sini?”
“Youngjae.”
Beberapa murid terdengar menyebut nama Youngjae. Dan yang lainnya menunjuk ke
tempat Youngjae berada.
Tatapan
Doojoon berubah masam ketika mendapati Youngjae yang menjadi sorotan. “Kenapa
kamu lagi? Siapa sih yang milih kamu jadi ketua kelas? Kenapa bukan yang lain?
Gantian lah. Ho Seok mungkin? Atau Jimin, Woohyun, Myungsoo…” Ucapan Doojoon
terputus karena reaksi murid di sana hampir sama. Semuanya menunjuk ke tempat Victoria
berada. Tentu saja hanya Sungjae yang terdiam karena ia tidak tahu apa-apa.
Perlahan
Doojoon menolehkan kepalanya ke tempat Victoria berada. Mendapati Doojoon
sedang mengawasinya, Victoria langsung menutup kotak bedak yang tadi di
tangannya.
“Kalau
Krystal adalah fans nomor satu bapak, sementara bu Victoria adalah fans nomor
satunya Youngjae,” jelas Namjoon.
Victoria
hanya menunjukkan senyumannya tanpa rasa bersalah, sementara Youngjae menunduk
sambil mengacak rambutnya karena menahan malu. Sebuah rahasia memalukan yang
akhirnya diketahui sang kepala sekolah.
***
“Ya
ampun, Kak Himchan udah sembuh? Dia sekolah lagi?” jerit Naeun menghebohkan
orang-orang yang berkumpul di koridor saat jam istirahat pertama. Termasuk juga
Minhyuk yang baru akan melangkah ke luar kelasnya bersama seorang siswi teman
semejanya, Hyerim.
“Jangan
malu-maluin, kenapa?” desis Myungsoo yang langsung merangkul Naeun dan
membawanya berbalik ke arah kelas mereka. Namun Himin dan Junhong tidak
mengikutinya. Tapi justru semakin penasaran dengan sosok Himchan yang katanya
‘kembali’ lagi ke sekolah tersebut.
“Ada
apaan, Min?” tanya seseorang di belakang Minhyuk. “Hyerim kenapa?”
Minhyuk
hanya mengangkat ke dua bahunya. Sementara tatapannya tak lepas dari wajah
Hyerim yang kini tampak panik. “Mau nemuin Himchan?”
“Himchan?”
ulang Seok Jin. Cowok yang berada di belakang Minhyuk tadi. Sementara Minhyuk
tidak menjawab apa-apa karena Woohyun tampak berlarian di koridor. “Astaga! Itu
bener Himchan?” seru Seok Jin.
Hyerim
menerobos kerumunan teman-temannya yang hampir memenuhi koridor sebelum sempat
menatap kedatangan murid bernama Himchan tersebut. Ia berjalan menjauhi
kelasnya. Seok Jin dan Minhyuk yang melihat sikap aneh Hyerim, saling melempar
tatapan bingung.
***
“Apaan,
sih?”
“Ada
apaan?”
“Ada
siapa?”
Suasana
kelas 2 tak kalah hebohnya. Tentu saja berita sekecil apa pun akan cepat
tersebar ke seluruh sekolah. Apalagi di SMA Paradise memang hanya tersisa 2
kelas saja.
“Kak Hyorin
pakek rok over mini lagi, ya?” tebak Namjoon
dengan ‘polos’nya saat ia berhenti tepat di depan meja Ho Seok dan Krystal.
“Maunya
elu itu, sih!” cibir Ho Seok.
“Tau,
nih?” Jimin ikut menimpali. Tadi ia datang bersama Namjoon.
“Nggak
ada yang lebih cetar di banding Pak kepsek Doojoon.”
Jimin,
Ho Seok dan Namjoon mencibir mendengan ucapan barusan. Siapa lagi kalau bukan
fans Yoon Doojoon nomor 1 di SMA Paradise? Krystal.
Jimin
langsung berdiri tegak dan mengusap-usap perutnya yang rata. “Belum aja lu
terpesona sama ABS gue.” Lanjut ia menepuk-nepuk lengan kirinya. Seolah memberi
tahu jika lengannya berotot sempurna.
Krystal
hanya mengibaskan tangannya ke arah Jimin dan tanpa sedikit minat pun untuk
meliriknya. “Nggak akan!”
Ho
Seok tampak berdiri dan ingin menghindari pembicaraan Krystal yang kemungkinan
akan semakin berlanjut. Terlebih jika mengenai Doojoon. Saat melempar tatapan
ke luar jendela, ia melihat Hyerim melintas di depan kelasnya. Cowok itu
langsung berniat menyusul. Saat ia berdiri di ambang pintu, ia melihat Hyerim
sudah semakin menjauh. Tepatnya ke arah tangga belakang gedung sekolah. Namun kini
Ho Seok justru menahan langkahnya karena dari arah kelas 3, Seok Jin tampak
berjalan ke arah depan kelasnya. Dan hampir seluruh penghuni sekolah juga tahu
jika Seok Jin berteman dekat dengan Hyerim. Tentu bisa dipastikan, ketua kelas
3 tersebut hendak menyusul Hyerim.
***
Cowok
itu menenggelamkan ke dua tangannya ke saku celana seragam sekolahnya. SMA
Paradise. Ia berjalan menapaki tangga dengan wajah tertunduk dan langkah pelan.
Sebuah plester kecil juga tampak menghiasi keningnya.
“Cari siswa bernama Sunggyu. Dia teman
dekatmu.”
Ucapan
Doojoon saat di ruangannya tadi masih terekam jelas oleh cowok tersebut. Dan
kini, ia semakin resah karena tiga orang siswa kelas 2 yang ia temui justru
menatapnya lekat-lekat.
“Ya
ampun, Kak Himchan udah sembuh? Dia sekolah lagi?” Jeritan seorang cewek
membuat cowok itu menegakkan tubuh. Tiga cowok kelas 2 yang ia lihat tadi, kini
semakin menatapnya. Seolah mengunci dirinya melalui tatapan mereka.
Cowok
itu sudah ingin mundur, berbalik, dan melesat pergi dari sana. Namun seperti
ada tembok baja yang tiba-tiba muncul di belakangnya sehingga membuatnya sulit
berbalik. Yang bisa ia lakukan saat ini hanya bersikap waspada. Semua orang
yang ia lihat sekarang tampak sangat asing.
Howon
dan Changsub tampak mendekat. Mereka ingin menyambut kedatangan cowok itu.
Namun cowok tersebut sekuat tenaga menghindar.
“Himchan?
Akhirnya lo balik,” seru Changsub riang.
Howon
juga terlihat senang melihat cowok dihadapannya kini meski cowok itu tampak
bersikap aneh. “Sunggyu udah…”
“Mana
dia?” Cowok itu menyelak ucapan Howon. “Di mana Sunggyu?” ulangnya dengan
tatapan mengawasi. Ia bahkan menyapu pandangan ke setiap sudut tempat yang bisa
terjangkau matanya. Koridor sudah hampir dipenuhi siswa-siswi SMA Paradise.
Siswa
dari kelas 3 tentu berada dibarisan terdepan. Sementara siswa kelas 2 tampak
mencuri-curi pandangan untuk melihat seseorang yang kini menjadi pusat
perhatian mereka saat ini.
Mata
cowok itu terhenti pada sosok Seok Jin yang baru saja membelokkan badan ke arah
yang berlawanan dari tempat cowok itu berdiri sekarang. “Apa itu Sunggyu?”
tunjuknya pada sosok Seok Jin. Suaranya yang cukup keras—karena koridor memang sepi
meski dihuni banyak orang—membuat Seok Jin menghentikan langkah lalu
berbalik.
“Apa?”
seru Seok Jin untuk memastikan.
“Lo Sunggyu?”
Cowok itu mengulangi pertanyaannya. Sedetik kemudian, cowok itu dibuat kembali
mengawasi sekitar karena orang-orang di sana mulai saling berbisik.
“Lo
nggak inget gue, Him?”
Suara
seseorang menginterupsi suasana yang langsung kembali hening. Cowok itu juga
langsung berbalik dan mendapati seorang cowok yang tingginya sedikit lebih
pendek darinya itu. Wajahnya memang asing, namun cowok itu seperti meyakini
sesuatu. “Lo Sunggyu?” Kembali, hanya itu kata yang ke luar dari bibirnya,
namun nadanya terdengar lebih tenang.
Cowok
bernama Sunggyu tersebut langsung tersenyum mendengarnya.
***
SMA
Paradise terdiri dari 2 gedung yang masing-masing memiliki 4 lantai. Gedung
pertama digunakan untuk gedung kelas. Sementara yang satu lagi, adalah gedung
yang berisi ruangan untuk guru, serta ruangan-ruangan penunjang kegiatan
sekolah. Seperti ruang LAB, ruang cinema, perpustakaan, dan lain sebagainya.
Namun
karena adanya berbagai masalah hingga menyebabkan SMA Paradise hanya menampung
2 kelas. Gedung yang biasa digunakan untuk kelas terpaksa dikosongkan. Dan
gedung penunjang (gedung A) juga terpaksa sedikit dibongkar untuk bisa
menyediakan 2 kelas untuk proses belajar-mengajar seperti biasa. Tepatnya di
lantai 2.
Dan
saat itu, tepat ketika lantai 2 heboh karena kedatangan murid bernama ‘Himchan’.
Hyerim sedang menjajakkan kaki di tangga yang mengarah ke lantai 3. Beberapa
meter di hadapannya, seorang cowok berjalan ke arah Hyerim. Namun cewek itu
tidak bisa melihat dengan jelas karena kacamatanya tertinggal di kelas.
Sungjae.
Cowok itu adalah Sungjae yang langkahnya kini justru terasa goyah karena ia
mendapati Hyerim di sana. Ke dua tangannya masih ia tenggelamkan ke dalam saku
celana. Masih sama sikapnya seperti saat ia pertama kali datang ke kelas 2.
“Eun
Ji?” Sungjae bergumam pelan.
Hyerim
beberapa kali berkedip. Namun penglihatannya masih samar-samar. Belum lagi
mereka sama-sama berhenti dalam jarak yang tidak terbilang cukup dekat. “Taekwoon,
ya?” Hyerim berusaha menebak-nebak salah satu teman sekelasnya.
“Hyerim?”
Belum
sempat Sungjae buka mulut, teriakan Seok Jin sudah lebih dulu menginterupsinya.
Seiring dengan langkah cowok itu yang kini muncul dari arah tangga. Tepat di
belakang Hyerim.
“Gue
kira lo ke mana?” seru Seok Jin dengan wajah yang kini terlihat tenang karena
berhasil menemukan Hyerim di sana. Cewek itu juga terlihat tersenyum samar saat
Seok Jin muncul. “Lo tau, nggak? Masa’ si Himchan nyangkain gue itu Sunggyu,”
lapornya jengkel.
Hyerim
tidak menjawab. Ia justru menoleh ke tempat Sungjae berada. Seolah memberi tahu
Seok Jin kalau bukan hanya mereka yang berada di sana. Seok Jin sendiri juga
langsung menatap Sungjae dalam-dalam. Seok Jin bahkan sampai mengerutkan
kening.
“Kayaknya
gue baru liat lo di sini?”
Sungjae
tampak kembali melangkah tanpa berniat sedikit pun merespon ucapan Seok Jin.
Saat melintas di depan Hyerim, ia menatap cewek itu penuh arti. Tapi ia
pura-pura tak menyadari keberadaan Seok Jin saat berjalan di samping cowok itu.
“Lo
kenal, Rim?”
Hyerim
menggeleng. “Tadinya gue pikir itu Taekwoon.”
“Taekwoon
kan hari ini nggak masuk,” jelas Seok Jin. “Ya udah, lo tunggu sini. Gue mau
ambil bekal makan dulu. Lo duluan ke sana aja.”
“Sekalian
ajak Minhyuk,” ujar Hyerim mengingatkan. Tepat sebelum Seok Jin berbalik.
“Siap!
Di tempat biasa, kan?”
***
Himchan
melangkah cepat meninggalkan gedung A. Di belakangnya, tampak Sunggyu berusaha
mengimbangi dengan mengejar Himchan. Namun tiba-tiba, Himchan mengentikan
langkah seketika membuat Sunggyu juga sekuat tenaga mengurangi kecepatan agar
tidak menubruk Himchan di depannya.
Himchan
menatap bingung dengan pemandangan di depannya. Sebuah lapangan sepakbola
sekolah yang luas. Namun disekelilingnya terdapat pita seperti ‘police line’
yang melintang. Seolah melarang siapa pun untuk masuk ke dalam sana.
“Kenapa
lapangannya dikasih itu? Apa artinya kita nggak boleh ke sana?”
Sunggyu
hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Himchan.
“Tapi
kenapa?” Himchan tak bisa menahan rasa penasarannya.
“Gue
rasa anak kelas 2 akan menjadi angkatan terakhir sekolah ini.” Sunggyu sempat
menghela napasnya sesaat. “SMA Paradise terancam ditutup. Dan yang bisa kita
gunain cuma gedung A aja. Tanpa ada lapangan olahraga, atau pun kantin
sekolah.” Sunggyu bercerita dengan nada lemah.
Himchan
melihat ada sepasang siswa dan siswa SMA Paradise di dalam area lapangan.
Mereka sedang menikmati makan siang mereka sambil bercanda dan tertawa. Ke
duanya tampak tidak asing di mata Himchan, namun cowok itu tidak bisa mengenali
mereka.
Himchan
menoleh cepat pada Sunggyu untuk melaporkan apa yang dilihatnya. “Tapi itu
mereka….” Belum sempat ia melancarkan protes karena ada yang berani melintasi
garis ‘terlarang’, Himchan merasakan sakit luar biasa di kepalanya.
Sunggyu
ikut panik melihat Himchan. “Him! Lo kenapa?”
Himchan
sekuat tenaga berpegangan pada Sunggyu, sementara tangannya yang lain ia
gunakan untuk menjambak rambutnya. “Sakit, Gyu!”
“Ya
udah, kita balik ke kelas.” Sunggyu sudah ingin menyeret Himchan pergi dari
sana, namun Himchan justru yang menahannya.
Perlahan
Himchan membuka mata. Dan hal pertama yang ingin ia lihat adalah sepasang siswa
SMA Paradise di dalam lapangan tadi. Namun ke duanya sudah tidak ada. Himchan
mencari ke sekelilingnya sambil berujar, “ke mana mereka?”
Sunggyu
ikut menoleh ke sana ke mari. “Lo nyari apaan? Emang lo ngeliat siapa tadi?”
Tidak
ada jawaban apa pun yang bisa ke luar dari bibir Himchan karena ia justru
menatap Sunggyu dengan kening berkerut.
***
Sungjae
membasuh wajahnya seperti orang kesetanan. Ia tidak peduli jika kemeja
sekolahnya sudah basah karena terciprat oleh air. Cowok itu meletakkan ke dua
tangannya di tepi wastafel sambil menatap pantulan wajahnya di cermin. Poni
rambutnya pun ikut basah.
“Nggak
mungkin Eun Ji ada di sini? Nggak mungkin dia sekolah di sini juga,” pekik
Sungjae dengan napas yang memburu.
“Emang
nggak ada siswi yang namanya Eun Ji di sini.”
Salah
satu bilik toilet di belakang Sungjae tampak terbuka. Tentu Sungjae langsung
mendongak dan mendapati Ho Seok muncul. Ia dapat melihat cowok itu melalui
pantulan di cermin.
“Ngapain
lo ikut campur urusan gue?” seru Sungjae tak terima.
Ho
Seok tampak terkekeh. Ia tak menatap Sungjae karena masih sibuk membereskan
seragam sekolahnya. “Nggak ikut campur,” tantangnya. Ia masih berdiri di ambang
pintu toilet. “Cuma sekedar ngasih informasi aja. Karena gue kenal sama seluruh
siswi di sekolah ini. Tak terkecuali. Dan termasuk juga, ‘Himchan’. Anak yang
lagi dihebohin hari ini.”
Sungjae
tampak mendengus tak suka. “Gue nggak perlu informasi apa pun dari lo.”
“Bebas,”
kata Ho Seok cuek yang kemudian melengos pergi meninggalkan toilet. Berusaha
tak ambil pusing dengan apa yang dikatakan Sungjae.
Sementara
Sungjae menatap Ho Seok tak suka sampai teman sekelasnya itu benar-benar
meninggalkan ia sendiri di dalam toilet.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar